scubepid


Setelah mengantarkan kue ke alamat yang ibun kirim kepada Wildan, kini Wildan diantar pulang oleh Zaidan ke rumahnya. Disaat perjalanan, tidak ada interaksi diantara mereka berdua.

Saat sampai didepan rumah Wildan, Zaidan seperti ingin melontarkan seribu kata didetik ini juga.

“Makasih ya atas tumpangannya.” Tutur Wildan sembari tersenyum kepada Zaidan.

“Wildan” Panggil Zaidan sembari meraih pergelangan tangan Wildan.

“Kenapa dan?”

“Gua mau ngomong sama lo.” Jawab Zaidan dengan memasang raut wajah serius.

“Mau ngomong apaan lo? Keknya muka lo kali ini terlihat serius dengan topik yang akan dicetuskan.” Cibir Wildan dengan nada ngeledek.

“Gua serius. Gua suka sama lo, wil.”

Deg

Wildan mendadak terdiam dan berharap ia tidak salah dengar. Sebab, ia juga menaruh perasaan terhadap Zaidan.

“Hah? Lo ngomong apa?” Tanya Wildan dengan nada polos.

“Lo gemes deh. Gua bilang, gua suka sama lo, anak keciiilll.” Diakhiri dengan Zaidan mengusak rambut Wildan dengan gemas.

“Ohh..”

“Jawabannya itu doang? Lo gasuka sama gua yang ganteng ini apa dan?” Tanya Zaidan dengan penuh percaya diri.

“Gue juga suka sama lo, Zaidan. Tapi lo kenapa sih ngeselin banget? Kalo kita pacaran nanti apa bakal suka ribut?” Tanya Wildan dengan nada rendah sekaligus ia mengernyitkan dahinya.

“Mending kita jalanin dulu aja ga sih biar sama sama tau bakal ribut atau nggak?” Zaidan menimpali sembari menatap balik wajah wildan.

“Yaudah kalau begitu ayo!”


Wildan menggerutu menyebut terus terusan nama Zaidan. Ia masih tidak terima kue nikah yang dititip oleh ibunnya rusak disebabkan oleh ulah Zaidan.

“Anjg lo Zaidan. Terus ini gimana?” Tanya Wildan sembari membersihkan kue yang jatuh di meja dapur.

Usut punya usut, kronologi kejadian ini berawal Zaidan tak sengaja menyenggol kue yang tergeletak rapih diatas meja dapur. Alhasil senggolan itu membuat kue nikahan punya teman ibun Wildan terjatuh.

“Wildan.. I'm sorry,” tutur Zaidan sembari membantu merapihkan serpihan kue yang berserahkan diatas lantai dapur.

“Kata maaf gacukup asu.” Cibir Wildan yang dibarengi krim kue dilumuri tepat dimuka Zaidan.

“Terus nanti kalo gue kena omel gimana? Ini kue punya temen ibun..” Wildan berdumel. Sepertinya hari ini ia sangat kesal pakai banget terhadap kelakuan Zaidan hari ini.

“Aduh dan.. kotor kan wajah guee.” Tutur Zaidan sembari membersihkan krim yang berada diwajahnya.

“Biarin.” Celetuk Wildan dengan nada kesal.

“Yaudah gini aja deh, kita beresin ini semua, habis itu kita beli yang baru gimana? Pakai duit gue. Gue gantiin.” Zaidan memberi solusi pada wildan. Berharap Wildan tidak bersedih lagi.

“Emang lo punya duit?” Tanya Wildan dengan nada ragu ragu. Ia seperti tidak yakin jika Zaidan bisa menggantikan kue yang hancur, jatuh dan lebur diatas lantai dapur.

“Punya lah sayang, lo keknya ngeraguin gue banget ya?” Zaidan memberikan cubitan kecil pada kedua pipi gembil Wildan dengan penuh gemas.

“AARRGHHH LEPASIN TANGAN LO DARI KEDUA PIPI GUE!” Wildan menghempaskan kedua tangan Zaidan yang bertengger pada kedua pipi gembilnya.

“Hahahaa, lo gemes deh. Tapi sayang jomblo.” Ledek Zaidan sembari menatap gemas pada sang lawan bicara.

“Ya gue gemes. Udah lo gausah puji puji gue, nanti aja. Sekarang ayo urusin kekacauan ini yang lo perbuat.”

“Ayo!”

Dan pada akhirnya Zaidan dan Wildan membersihkan kekacauan yang diperbuat oleh Zaidan. Kemudian setelah itu mereka berangkat ke toko jasa bikin kue untuk menggantikan kue yang hancur yang diperbuat oleh Zaidan.


Wildan menggerutu menyebut terus terusan nama Zaidan. Ia masih tidak terima kue nikah yang dititip oleh ibunnya rusak disebabkan oleh ulah Zaidan.

“Anjg lo Zaidan. Terus ini gimana?” Tanya Wildan sembari membersihkan kue yang jatuh di meja dapur.

Usut punya usut, kronologi kejadian ini berawal Zaidan tak sengaja menyenggol kue yang tergeletak rapih diatas meja dapur. Alhasil senggolan itu membuat kue nikahan punya teman ibun Wildan terjatuh.

“Wildan.. I'm sorry,” tutur Zaidan sembari membantu merapihkan serpihan kue yang berserahkan diatas lantai dapur.

“Kata maaf gacukup asu.” Cibir Wildan yang dibarengi krim kue dilumuri tepat dimuka Zaidan.

“Terus nanti kalo gue kena omel gimana? Ini kue punya temen ibun..” Wildan berdumel. Sepertinya hari ini ia sangat kesal pakai banget terhadap kelakuan Zaidan hari ini.

“Aduh dan.. kotor kan wajah guee.” Tutur Zaidan sembari membersihkan krim yang berada diwajahnya.

“Biarin.” Celetuk Wildan dengan nada kesal.

“Yaudah gini aja deh, kita beresin ini semua, habis itu kita beli yang baru gimana? Pakai duit gue. Gue gantiin.” Zaidan memberi solusi pada wildan. Berharap Wildan tidak bersedih lagi.

“Emang lo punya duit?” Tanya Wildan dengan nada ragu ragu. Ia seperti tidak yakin jika Zaidan bisa menggantikan kue yang hancur, jatuh dan lebur diatas lantai dapur.

“Punya lah sayang, lo keknya ngeraguin gue banget ya?” Zaidan memberikan cubitan kecil pada kedua pipi gembil Wildan dengan penuh gemas.

“AARRGHHH LEPASIN TANGAN LO DARI KEDUA PIPI GUE!” Wildan menghempaskan kedua tangan Zaidan yang bertengger pada kedua pipi gembilnya.

“Hahahaa, lo gemes deh. Tapi sayang jomblo.” Ledek Zaidan sembari menatap gemas pada sang lawan bicara.

“Ya gue gemes. Udah lo gausah puji puji gue, nanti aja. Sekarang ayo urusin kekacauan ini yang lo perbuat.”

“Ayo!”

Dan pada akhirnya Zaidan dan Wildan membersihkan kekacauan yang diperbuat oleh Zaidan. Kemudian setelah itu mereka berangkat ke toko jasa bikin kue untuk menggantikan kue yang hancur yang diperbuat oleh Zaidan.


Wildan menggerutu menyebut terus terusan nama Zaidan. Ia masih tidak terima kue nikah yang dititip oleh ibunnya rusak disebabkan oleh ulah Zaidan.

“Anjg lo Zaidan. Terus ini gimana?” Tanya Wildan sembari membersihkan kue yang jatuh di meja dapur.

Usut punya usut, kronologi kejadian ini berawal Zaidan tak sengaja menyenggol kue yang tergeletak rapih diatas meja dapur. Alhasil senggolan itu membuat kue nikahan punya teman ibun Wildan terjatuh.

“Wildan.. I'm sorry,” tutur Zaidan sembari membantu merapihkan serpihan kue yang berserahkan diatas lantai dapur.

“Kata maaf gacukup asu.” Cibir Wildan yang dibarengi krim kue dilumuri tepat dimuka Zaidan.

“Terus nanti kalo gue kena omel gimana? Ini kue punya temen ibun..” Wildan berdumel. Sepertinya hari ini ia sangat kesal pakai banget terhadap kelakuan Zaidan hari ini.

“Aduh dan.. kotor kan wajah guee.” Tutur Zaidan sembari membersihkan krim yang berada diwajahnya.

“Biarin.” Celetuk Wildan dengan nada kesal.

“Yaudah gini aja deh, kita beresin ini semua, habis itu kita beli yang baru gimana? Pakai duit gue. Gue gantiin.” Zaidan memberi solusi pada wildan. Berharap Wildan tidak bersedih lagi.

“Emang lo punya duit?” Tanya Wildan dengan nada ragu ragu. Ia seperti tidak yakin jika Zaidan bisa menggantikan kue yang hancur, jatuh dan lebur diatas lantai dapur.

“Punya lah sayang, lo keknya ngeraguin gue banget ya?” Zaidan memberikan cubitan kecil pada kedua pipi gembil Wildan dengan penuh gemas.

“AARRGHHH LEPASIN TANGAN LO DARI KEDUA PIPI GUE!” Wildan menghempaskan kedua tangan Zaidan yang bertengger pada kedua pipi gembilnya.

“Hahahaa, lo gemes deh. Tapi sayang jomblo.” Ledek Zaidan sembari menatap gemas pada sang lawan bicara.

“Ya gue gemes. Udah lo gausah puji puji gue, nanti aja. Sekarang ayo urusin kekacauan ini yang lo perbuat.”

“Ayo!”

Dan pada akhirnya Zaidan dan Wildan membersihkan kekacauan yang diperbuat oleh Zaidan. Kemudian setelah itu mereka berangkat ke toko jasa bikin kue untuk menggantikan kue yang hancur yang diperbuat oleh Zaidan.

cw // part of horror, wisata masa lalu, angst, jangan dibaca malam hari kalau kamu takut 👍

image


Heeseung membuka kedua matanya, seolah ada yang membangunkannya secara paksa disaat ia masih berada di alam mimpi tadi.

Heeseung berusaha melihat sekitar, dirinya menetralkan pandangannya dengan cara mengucek kedua matanya menggunakan kedua tangannya.

Aku berada dimana?

Heeseung memperhatikan sekitar, dirinya seperti berada disuatu ruangan yang asing baginya.

Tiba tiba saja terdengar bunyi alunan lagu khas sirkus, lalu dari arah depan lampu sorot menyala dengan sendirinya, penonton yang duduk di tribune terlihat antusias sekali untuk menyaksikan pertunjukan sirkus.

Kok aku bisa ada didepan para penonton sih? Ini sebenernya aku ada dimana?

Dengan cepat lampu sorot yang sedari tadi menyala bergerak menyorot pria yang sedang atraksi dibanyak tali diatas. Sepertinya dia sudah sangat lihai dengan atraksi ini.

Heeseung mendongak dan menganga, dirinya akui jika pertunjukan yang diberikan oleh pria itu sangatlah bagus.

Selang berapa menit, tiba tiba saja alarm kebakaran berbunyi sangat kencang. Heeseung yang mendengar itu langsung gelagapan dan seketika rasa panik menyerang dirinya.

'KEBAKARAN'

'AAAAAAAAAA'

'HARAP SEMUA HADIRIN KELUAR DARI ARENA SIRKUS SEKARANG JUGA.'

Heeseung sangat panik. Sebab penonton sudah berhamburan keluar, sementara itu pria yang diatas dengan atraksi tali nya itu terjebak. Seperti susah untuk melepaskan tali yang mengikat pada tubuhnya.

Heeseung ingin sekali membantu pria itu, tetapi badannya seperti tidak bisa bergerak. Disisi lain dia ingin juga menyelamatkan diri.

Tuhan.. Aku mau nyelamatin pria yang diatas itu tapi kenapa gak bisa gerakin badan? Sedangkan api sudah berada didepan mata.. Aku harus gimana? Apakah aku akan mati terbakar bersama pria itu?

Heeseung memejamkan matanya, dan tidak sadar dirinya sudah menitihkan air mata karena sangat takut terjadi apa apa pada pria itu.

Aku harap pria itu selamat deh.. Maaf aku tidak bisa membantu mu turun dari tali tali langit itu.

Heeseung kembali membuka matanya. Tiba tiba saja ia memandang sekitar dengan keadaan gelap gulita.

“Apa yang kamu saksikan tadi itu adalah detik detik kejadian sebelum berita 100 jiwa melayang di sirkus The Astley.”

Heeseung menoleh ke kanan dan ke kiri dengan maksud mencari sumber suara yang barusan bergema.

“Siapapun kamu, keluar! Aku tidak takut dengan mu!” Tegas Heeseung dengan suara yang lantang.

Jantung Heeseung seketika berdegup kencang, keringat nya kini keluar dari permukaan kulit. Hawa panas dan dingin menjadi satu yang bisa dirasakan oleh Heeseung.

'Deg.. Deg..'

Suara derap langkah kaki terdengar yang semakin lama terdengar jelas.

“Selamat datang di sirkus The Astley yang dimana salah satu petinggi nya membunuh pacar ku. Apakah kamu mau menemaniku mencari arwah pacar ku yang dibunuh?”

Heeseung sontak menoleh ke kanan tepat suara itu berasal.

Heeseung melihat pria itu memakai kostum badut serta make up ala badut sirkus. Mungkin jika make up ala badut sirkus hilang, akan terlihat ketampanannya.

Heeseung berdiri dari duduk nya. Kini ia berdiri dan saling menatap dengan hantu badut itu.

“Maksud kamu?” Tanya Heeseung sembari mengernyitkan dahinya.

“Setiap manusia yang yang kuculik kesini harus mau membantu ku mencari arwah kekasih ku yang menghilang.” Jawab badut jeongseong itu dengan nada datar.

“Kalau tidak mau?” Tanya Heeseung dengan nada ragu ragu.

“Akan ku bunuh.”

Kedua mata Heeseung sontak terbelalak mendapati jawaban itu. Bagaimana bisa manusia membantu hantu mencari kekasihnya yang notabane nya sama sama 'hantu'(?) Jika begitu, apakah manusia akan berkeliling di dunia 'mereka' yang tak kasat mata?

“Tetapi kenapa? Kenapa kamu memaksakan yang seharusnya direlakan?”

“Aku masih menaruh perasaan terhadap kekasih ku asal kamu tahu.”

Heeseung kembali mengernyitkan dahinya, “Sesuatu yang dipaksakan itu tidak baik, Jeongseong(?)”

Hantu badut Jeongseong itu terdiam. Dirinya perlahan berjalan mendekat ke arah Heeseung.

Cahaya lampu bercahaya remang remang itu mengenai wajah hantu badut Jeongseong itu. Sedikit demi sedikit wajah yang tadinya sangat begitu menyeramkan, kini berubah menjadi wajah manusia normal pada biasanya.

Heeseung reflek memundurkan badannya, sampai badannya mepet mengenai dinding yang ada dibelakangnya.

“Kau mau melakukan apa?” Tanya Heeseung dengan nada bergetar.

Hantu badut Jeongseong itu berusaha meraih tangan Heeseung, tetapi Heeseung berhasil menepisnya.

“Tolong bantu saya menemukan kekasih saya, Lee Heeseung.”

Heeseung menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia tidak mau tersesat lebih jauh lagi di dunia tak kasat mata.

“Aku tidak mau! Jikalau kamu ingin membunuh ku sekarang juga, bunuh saja. Asalkan aku bisa ke pangkuan Tuhan dengan damai. Tidak seperti kau!” Tutur Heeseung dengan nada tegas sekaligus menunjuk ke arah badut Jeongseong.

Hantu badut Jeongseong itu menyeringai sembari menatap Heeseung dengan sinis. “Keras kepala mu hampir mirip dengan kekasih ku.”

Telapak tangan kanan Jeongseong mengelus pipi gembil Heeseung dengan lembut. “Apakah kamu ini adalah reinkarnasi dari kekasih ku yang selama ini kucari?”

Heeseung kembali menepis tangan Jeongseong yang berada dipipi miliknya.

“Lepaskan. Jika kamu mencari kekasih mu yang dibunuh oleh salah satu petinggi The Astley, dan tak kunjung ketemu, aku yakin kekasihmu itu sudah istirahat dengan damai dipangkuan Tuhan.” Jelas Heeseung dengan berani.

Jeongseong mengangkat alis kanan nya, “Bagaimana kamu tahu tentang itu?”

“Tentang kekasihmu? Aku dikasih tahu teman seluk beluk sisi kelam dari The Astley.”

Jeongseong terdiam membeku mendengar jawaban dari Heeseung. Dia berpikir sudah berapa banyak manusia yang sudah ia bunuh dan dibikin tersesat? Apakah jika ia balik ke pangkuan Tuhan akan bisa dengan tenang dan damai?

Heeseung meraih kedua tangan Jeongseong, dan memasang wajah memohon. “Aku mohon, kamu lebih baik memaafkan petinggi The Astley, kemudian berhenti menerror pengunjung sirkus The Astley ya?”

Heeseung menarik kedua tangan Jeongseong, kemudian ia memeluk erat tubuh hantu badut Jeongseong dan ia elus dengan lembut punggung sang empu.

“Aku tahu kamu tidak mau melakukan hal ini, tetapi keadaan yang mamaksamu untuk melakukan semua ini. Aku mohon kamu balik ke atas sana dengan damai ya? Tolong berhenti untuk menerror pengunjung sirkus The Astley ya?”

Jeongseong yang diperlakukan seperti itu langsung membalas pelukan yang diberikan Heeseung.

“Tapi jika aku balik ke atas sana, apakah Tuhan masih mau memaafkan aku karena sudah banyak membunuh manusia yang tidak bersalah?”

“Pasti! Tuhan maha pemaaf.” Jawab Heeseung dengan nada rendah.

“Entah kenapa aku baru pertama kali merasakan pelukan hangat ini lagi. Terakhir yang memeluk ku itu kekasih ku yaitu Sarah.”

Deg

Apa kata nya? Nama kekasih nya Sarah? Tetap positif thinking aja deh, nama Sarah banyak.

“Kalau begitu, aku izin pergi untuk selamanya dari muka bumi ini, Lee Heeseung. Walau kita bertemu hanya sebentar, tetapi perlakuan mu kepadaku membuatku luluh. Kau begitu mirip dengan Sarah kekasih ku dahulu, Lee Heeseung.”

Jeongseong melepaskan pelukannya, kemudian ia tersenyum sembari menatap Heeseung. Dirinya perlahan memundurkan langkahnya, kemudian ia tersenyum sembari menatap Heeseung.

Heeseung melambaikan tangannya. “Aku yakin diatas sana pasti kamu bisa bertemu Sarah kekasih mu itu.” Tutur Heeseung yang diakhiri senyuman.

Hantu badut Jeongseong itu tidak menjawab, dirinya terus melangkah mundur dan perlahan menghilang.

Heeseung memejamkan kedua matanya. 'Istirahat yang tenang diatas sana, Jeongseong Park.'

'Tunggu dulu.'

'Apa katanya? Nama kekasih nya itu Sarah? Dan sikap ku hampir persis dengan Sarah kekasihnya itu?'

Apakah Sarah kakak ku adalah reinkarnasi dari kekasih hantu badut Jeongseong?!

Heeseung sontak membuka kedua matanya dengan cepat.

cw // part of horror, wisata masa lalu, angst, jangan dibaca malam hari kalau kamu takut 👍

image


Heeseung membuka kedua matanya, seolah ada yang membangunkannya secara paksa disaat ia masih berada di alam mimpi tadi.

Heeseung berusaha melihat sekitar, dirinya menetralkan pandangannya dengan cara mengucek kedua matanya menggunakan kedua tangannya.

Aku berada dimana?

Heeseung memperhatikan sekitar, dirinya seperti berada disuatu ruangan yang asing baginya.

Tiba tiba saja terdengar bunyi alunan lagu khas sirkus, lalu dari arah depan lampu sorot menyala dengan sendirinya, penonton yang duduk di tribune terlihat antusias sekali untuk menyaksikan pertunjukan sirkus.

Kok aku bisa ada didepan para penonton sih? Ini sebenernya aku ada dimana?

Dengan cepat lampu sorot yang sedari tadi menyala bergerak menyorot pria yang sedang atraksi dibanyak tali diatas. Sepertinya dia sudah sangat lihai dengan atraksi ini.

Heeseung mendongak dan menganga, dirinya akui jika pertunjukan yang diberikan oleh pria itu sangatlah bagus.

Selang berapa menit, tiba tiba saja alarm kebakaran berbunyi sangat kencang. Heeseung yang mendengar itu langsung gelagapan dan seketika rasa panik menyerang dirinya.

'KEBAKARAN'

'AAAAAAAAAA'

'HARAP SEMUA HADIRIN KELUAR DARI ARENA SIRKUS SEKARANG JUGA.'

Heeseung sangat panik. Sebab penonton sudah berhamburan keluar, sementara itu pria yang diatas dengan atraksi tali nya itu terjebak. Seperti susah untuk melepaskan tali yang mengikat pada tubuhnya.

Heeseung ingin sekali membantu pria itu, tetapi badannya seperti tidak bisa bergerak. Disisi lain dia ingin juga menyelamatkan diri.

Tuhan.. Aku mau nyelamatin pria yang diatas itu tapi kenapa gak bisa gerakin badan? Sedangkan api sudah berada didepan mata.. Aku harus gimana? Apakah aku akan mati terbakar bersama pria itu?

Heeseung memejamkan matanya, dan tidak sadar dirinya sudah menitihkan air mata karena sangat takut terjadi apa apa pada pria itu.

Aku harap pria itu selamat deh.. Maaf aku tidak bisa membantu mu turun dari tali tali langit itu.

Heeseung kembali membuka matanya. Tiba tiba saja ia memandang sekitar dengan keadaan gelap gulita.

“Apa yang kamu saksikan tadi itu adalah detik detik kejadian sebelum berita 100 jiwa melayang di sirkus The Astley.”

Heeseung menoleh ke kanan dan ke kiri dengan maksud mencari sumber suara yang barusan bergema.

“Siapapun kamu, keluar! Aku tidak takut dengan mu!” Tegas Heeseung dengan suara yang lantang.

Jantung Heeseung seketika berdegup kencang, keringat nya kini keluar dari permukaan kulit. Hawa panas dan dingin menjadi satu yang bisa dirasakan oleh Heeseung.

'Deg.. Deg..'

Suara derap langkah kaki terdengar yang semakin lama terdengar jelas.

“Selamat datang di sirkus The Astley yang dimana salah satu petinggi nya membunuh pacar ku. Apakah kamu mau menemaniku mencari arwah pacar ku yang dibunuh?”

Heeseung sontak menoleh ke kanan tepat suara itu berasal.

Heeseung melihat pria itu memakai kostum badut serta make up ala badut sirkus. Mungkin jika make up ala badut sirkus hilang, akan terlihat ketampanannya.

Heeseung berdiri dari duduk nya. Kini ia berdiri dan saling menatap dengan hantu badut itu.

“Maksud kamu?” Tanya Heeseung sembari mengernyitkan dahinya.

“Setiap manusia yang yang kuculik kesini harus mau membantu ku mencari arwah kekasih ku yang menghilang.” Jawab badut jeongseong itu dengan nada datar.

“Kalau tidak mau?” Tanya Heeseung dengan nada ragu ragu.

“Akan ku bunuh.”

Kedua mata Heeseung sontak terbelalak mendapati jawaban itu. Bagaimana bisa manusia membantu hantu mencari kekasihnya yang notabane nya sama sama 'hantu'(?) Jika begitu, apakah manusia akan berkeliling di dunia 'mereka' yang tak kasat mata?

“Tetapi kenapa? Kenapa kamu memaksakan yang seharusnya direlakan?”

“Aku masih menaruh perasaan terhadap kekasih ku asal kamu tahu.”

Heeseung kembali mengernyitkan dahinya, “Sesuatu yang dipaksakan itu tidak baik, Jeongseong(?)”

Hantu badut Jeongseong itu terdiam. Dirinya perlahan berjalan mendekat ke arah Heeseung.

Cahaya lampu bercahaya remang remang itu mengenai wajah hantu badut Jeongseong itu. Sedikit demi sedikit wajah yang tadinya sangat begitu menyeramkan, kini berubah menjadi wajah manusia normal pada biasanya.

Heeseung reflek memundurkan badannya, sampai badannya mepet mengenai dinding yang ada dibelakangnya.

“Kau mau melakukan apa?” Tanya Heeseung dengan nada bergetar.

Hantu badut Jeongseong itu berusaha meraih tangan Heeseung, tetapi Heeseung berhasil menepisnya.

“Tolong bantu saya menemukan kekasih saya, Lee Heeseung.”

Heeseung menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia tidak mau tersesat lebih jauh lagi di dunia tak kasat mata.

“Aku tidak mau! Jikalau kamu ingin membunuh ku sekarang juga, bunuh saja. Asalkan aku bisa ke pangkuan Tuhan dengan damai. Tidak seperti kau!” Tutur Heeseung dengan nada tegas sekaligus menunjuk ke arah badut Jeongseong.

Hantu badut Jeongseong itu menyeringai sembari menatap Heeseung dengan sinis. “Keras kepala mu hampir mirip dengan kekasih ku.”

Telapak tangan kanan Jeongseong mengelus pipi gembil Heeseung dengan lembut. “Apakah kamu ini adalah reinkarnasi dari kekasih ku yang selama ini kucari?”

Heeseung kembali menepis tangan Jeongseong yang berada dipipi miliknya.

“Lepaskan. Jika kamu mencari kekasih mu yang dibunuh oleh salah satu petinggi The Astley, dan tak kunjung ketemu, aku yakin kekasihmu itu sudah istirahat dengan damai dipangkuan Tuhan.” Jelas Heeseung dengan berani.

Jeongseong mengangkat alis kanan nya, “Bagaimana kamu tahu tentang itu?”

“Tentang kekasihmu? Aku dikasih tahu teman seluk beluk sisi kelam dari The Astley.”

Jeongseong terdiam membeku mendengar jawaban dari Heeseung. Dia berpikir sudah berapa banyak manusia yang sudah ia bunuh dan dibikin tersesat? Apakah jika ia balik ke pangkuan Tuhan akan bisa dengan tenang dan damai?

Heeseung meraih kedua tangan Jeongseong, dan memasang wajah memohon. “Aku mohon, kamu lebih baik memaafkan petinggi The Astley, kemudian berhenti menerror pengunjung sirkus The Astley ya?”

Heeseung menarik kedua tangan Jeongseong, kemudian ia memeluk erat tubuh hantu badut Jeongseong dan ia elus dengan lembut punggung sang empu.

“Aku tahu kamu tidak mau melakukan hal ini, tetapi keadaan yang mamaksamu untuk melakukan semua ini. Aku mohon kamu balik ke atas sana dengan damai ya? Tolong berhenti untuk menerror pengunjung sirkus The Astley ya?”

Jeongseong yang diperlakukan seperti itu langsung membalas pelukan yang diberikan Heeseung.

“Tapi jika aku balik ke atas sana, apakah Tuhan masih mau memaafkan aku karena sudah banyak membunuh manusia yang tidak bersalah?”

“Pasti! Tuhan maha pemaaf.” Jawab Heeseung dengan nada rendah.

“Entah kenapa aku baru pertama kali merasakan pelukan hangat ini lagi. Terakhir yang memeluk ku itu kekasih ku yaitu Sarah.”

Deg

Apa kata nya? Nama kekasih nya Sarah? Tetap positif thinking aja deh, nama Sarah banyak.

“Kalau begitu, aku izin pergi untuk selamanya dari muka bumi ini, Lee Heeseung. Walau kita bertemu hanya sebentar, tetapi perlakuan mu kepadaku membuatku luluh. Kau begitu mirip dengan Sarah kekasih ku dahulu, Lee Heeseung.”

Jeongseong melepaskan pelukannya, kemudian ia tersenyum sembari menatap Heeseung. Dirinya perlahan memundurkan langkahnya, kemudian ia tersenyum sembari menatap Heeseung.

Heeseung melambaikan tangannya. “Aku yakin diatas sana pasti kamu bisa bertemu Sarah kekasih mu itu.” Tutur Heeseung yang diakhiri senyuman.

Hantu badut Jeongseong itu tidak menjawab, dirinya terus melangkah mundur dan perlahan menghilang.

Heeseung memejamkan kedua matanya. 'Istirahat yang tenang diatas sana, Jeongseong Park.'

'Tunggu dulu.'

'Apa katanya? Nama kekasih nya itu Sarah? Dan sikap ku hampir persis dengan Sarah kekasihnya itu?'

Apakah Sarah kakak ku adalag reinkarnasi dari kekasih hantu badut Jeongseong?!

cw // part of horror, wisata masa lalu, angst, jangan dibaca malam hari kalau kamu takut 👍

image


Heeseung membuka kedua matanya, seolah ada yang membangunkannya secara paksa disaat ia masih berada di alam mimpi tadi.

Heeseung berusaha melihat sekitar, dirinya menetralkan pandangannya dengan cara mengucek kedua matanya menggunakan kedua tangannya.

Aku berada dimana?

Heeseung memperhatikan sekitar, dirinya seperti berada disuatu ruangan yang asing baginya.

Tiba tiba saja terdengar bunyi alunan lagu khas sirkus, lalu dari arah depan lampu sorot menyala dengan sendirinya, penonton yang duduk di tribune terlihat antusias sekali untuk menyaksikan pertunjukan sirkus.

Kok aku bisa ada didepan para penonton sih? Ini sebenernya aku ada dimana?

Dengan cepat lampu sorot yang sedari tadi menyala bergerak menyorot pria yang sedang atraksi dibanyak tali diatas. Sepertinya dia sudah sangat lihai dengan atraksi ini.

Heeseung mendongak dan menganga, dirinya akui jika pertunjukan yang diberikan oleh pria itu sangatlah bagus.

Selang berapa menit, tiba tiba saja alarm kebakaran berbunyi sangat kencang. Heeseung yang mendengar itu langsung gelagapan dan seketika rasa panik menyerang dirinya.

'KEBAKARAN'

'AAAAAAAAAA'

'HARAP SEMUA HADIRIN KELUAR DARI ARENA SIRKUS SEKARANG JUGA.'

Heeseung sangat panik. Sebab penonton sudah berhamburan keluar, sementara itu pria yang diatas dengan atraksi tali nya itu terjebak. Seperti susah untuk melepaskan tali yang mengikat pada tubuhnya.

Heeseung ingin sekali membantu pria itu, tetapi badannya seperti tidak bisa bergerak. Disisi lain dia ingin juga menyelamatkan diri.

Tuhan.. Aku mau nyelamatin pria yang diatas itu tapi kenapa gak bisa gerakin badan? Sedangkan api sudah berada didepan mata.. Aku harus gimana? Apakah aku akan mati terbakar bersama pria itu?

Heeseung memejamkan matanya, dan tidak sadar dirinya sudah menitihkan air mata karena sangat takut terjadi apa apa pada pria itu.

Aku harap pria itu selamat deh.. Maaf aku tidak bisa membantu mu turun dari tali tali langit itu.

Heeseung kembali membuka matanya. Tiba tiba saja ia memandang sekitar dengan keadaan gelap gulita.

“Apa yang kamu saksikan tadi itu adalah detik detik kejadian sebelum berita 100 jiwa melayang di sirkus The Astley.”

Heeseung menoleh ke kanan dan ke kiri dengan maksud mencari sumber suara yang barusan bergema.

“Siapapun kamu, keluar! Aku tidak takut dengan mu!” Tegas Heeseung dengan suara yang lantang.

Jantung Heeseung seketika berdegup kencang, keringat nya kini keluar dari permukaan kulit. Hawa panas dan dingin menjadi satu yang bisa dirasakan oleh Heeseung.

'Deg.. Deg..'

Suara derap langkah kaki terdengar yang semakin lama terdengar jelas.

“Selamat datang di sirkus The Astley yang dimana salah satu petinggi nya membunuh pacar ku. Apakah kamu mau menemaniku mencari arwah pacar ku yang dibunuh?”

Heeseung sontak menoleh ke kanan tepat suara itu berasal.

Heeseung melihat pria itu memakai kostum badut serta make up ala badut sirkus. Mungkin jika make up ala badut sirkus hilang, akan terlihat ketampanannya.

Heeseung berdiri dari duduk nya. Kini ia berdiri dan saling menatap dengan hantu badut itu.

“Maksud kamu?” Tanya Heeseung sembari mengernyitkan dahinya.

“Setiap manusia yang yang kuculik kesini harus mau membantu ku mencari arwah kekasih ku yang menghilang.” Jawab badut jeongseong itu dengan nada datar.

“Kalau tidak mau?” Tanya Heeseung dengan nada ragu ragu.

“Akan ku bunuh.”

Kedua mata Heeseung sontak terbelalak mendapati jawaban itu. Bagaimana bisa manusia membantu hantu mencari kekasihnya yang notabane nya sama sama 'hantu'(?) Jika begitu, apakah manusia akan berkeliling di dunia 'mereka' yang tak kasat mata?

“Tetapi kenapa? Kenapa kamu memaksakan yang seharusnya direlakan?”

“Aku masih menaruh perasaan terhadap kekasih ku asal kamu tahu.”

Heeseung kembali mengernyitkan dahinya, “Sesuatu yang dipaksakan itu tidak baik.


Suara isak tangis yang berasal dari Sunoo kini memenuhi satu ruangan kamar miliknya. Ia masih tidak percaya apa yang barusan terjadi.

Sunoo memeluk kedua betis yang ditekuk keatas, lalu kening nya ditumpu pada kedua dengkul kakinya. Seperti mimpi rasanya bahwa laki laki yang ia idamkan menaruh perasaan terhadapan orang lain. Memang Sunoo bukan siapa siapanya Riki, tapi apakah salah dirinya cemburu disaat mengetahui pujaan hatinya menaruh perasaan terhadap orang selain dirinya?

H-hikss Riki.. masih gapercaya sama apa yang terjadi di malam ini..

Selang berapa detik, tiba tiba terdengar suara ketokan pintu kamar.

'Tok tok tok'

Sunoo mendongak disaat kedua indra pendengar nya menangkap suara itu. Dirinya langsung menyeka air mata yang membasahi kedua pipi gembilnya.

“MASUK AJA, GADIKUNCI PINTU KAMARNYA.” Teriak Sunoo dengan lantang.

'Cklek'

Pintu kamar terbuka, lalu sosok lelaki itu masuk ke dalam kamar Sunoo dan tidak lupa menutup kembali pintu kamar Sunoo.

Dengan mata sembab Sunoo menatap lelaki itu yang tidak lain ialah Riki.

Kenapa sih dia harus benget datang kesini?

“Kalau nangis jangan lama lama.” Tutur Riki dengan nada judes yang dibarengi dirinya duduk di tepian kasur milik Sunoo.

Sunoo mengernyitkan dahinya, seolah tidak suka Riki melontarkan kalimat tadi.

“Mau ngapain lo kesini?” Tanya Sunoo diselingi suara sesegukan.

“Mau kasih tau kalo yang di qrt tweet munfess tuh yang dimaksud bukan orang lain.” Jawab Riki.

“Hah?” Tanya Sunoo sembari menatap Riki.

“Biar jelas, favorit makanan lo apa kak?” Tanya Riki sembari menatap balik Sunoo.

Sunoo tidak langsung menjawab. Dirinya berpikir apakah yang dimaksud 'mintcho' itu berkaitan dengan dirinya? Tapi rasanya tidak mungkin.. Secara logika yang menyukai mintchoco itu bukan dirinya saja, kan?

“Lo pikir aja sendiri.” Cerutu Sunoo yang mengalihkan pandangannya ke lain arah.

“Mintcho bukan?”

Deg..

Sunoo seketika mendapatkan sebuah cocoklogi, apakah mungkin Riki menyukai dirinya?

Sontak Sunoo kembali mengernyitkan dahinya dan menoleh ke arah Riki.

“Itu sendirinya tau.” Cibir Sunoo yang dirinya menahan rasa kegeerannya itu.

Riki menyeringai, “Sekarang mengerti kan apa maksudnya?” Sambungnya.

Sunoo membulatkan kedua matanya sembari menatap Riki, kedua pipi gembilnya seketika terasa sangat panas. Dirinya kala ini berpikir, apakah benar Riki menyukai dirinya balik?

“Gue tau lo sebenernya paham tapi malu untuk diungkapin.” Tutur Riki dengan merasa tidak berdosa.

“Jadi Riki suka juga sama aku?” Tanya Sunoo dengan nada ragu ragu.

Riki menganggukan kepalanya, menatap wajah sang lawan bicara, kemudian ia tersenyum. “Iya, gue suka sama lo kak.”

Sunoo seolah merasa sedang bermimpi. Bagaimana bisa Riki yang ia suka selama ini bisa menyukai nya balik?

“Kalo lo sendiri gimana kak?” Tanya Riki yang membuat lamunan Sunoo buyar begitu saja.

“E-eh?”

Sunoo seketika gelagapan, dirinya bingung ingin menjawab dengan jujur atau tidak.

“Kalo kak Sunoo gasuka sama gue gapapa kok. Berarti emang belum saatnya Tuhan memberikan izin bisa berpacaran dengan kakak.” Jawab Riki dengan begitu enteng.

“Ya pikir aja sendiri. Emang ada ya orang yang ga nangis cuman gara gara crush nya suka sama orang lain?” Cibir Sunoo dengan nada kesal.

“Jadi kak Sunoo suka nih sama Riki?” Tanya Riki dengan nada santai.

“Iyaaa!” Jawab Sunoo dengan reflek.

Dirinya tiba tiba merasa tidak mau membohongi dirinya sendiri untuk sekarang ini.

Kenapa tiba tiba mendadak jadi canggung begini sih..

“Yaudah, kalau gitu sekarang mau jadi pacarnya Riki?” Tanya Riki sembari menatap wajah Sunoo.

“Maauu..” Jawab Sunoo dengan nada menurun yang disertai cemberutan kecil dari bibirnya.

“Hahahaha, kamu kenapa gemes banget sih?”

Riki menarik lengan tangan kanan Sunoo, lalu membawanya masuk ke dalam pelukannya.

Riki mengelus surai hitam yang berada dipelukannya saat ini dengan amat lembut.

“Jangan nangis lagi ya? Mulai sekarang kan seorang Riki sudah menjadi milik kamu.”

Cup

Riki mengecup pucuk kepala Sunoo, kemudian ia kembali mengelus rambut Sunoo dengan lembut.

Sunoo yang merasa diperlakukan seperti itu, reflek memeluk pinggang Riki dengan erat, kemudian ia menenggelamkan wajahnya tepat pada bidang Riki yang terbalut dengan baju.

Dikira dirinya menyukai orang lain, tapi ternyata kita sama sama menaruh perasaan yang sama. I love you Riki, maaf atas ke salah pahaman ini..

image

cw // mention part of body, pokoknya gaada adegan intim ya! cuman adegan riki memandikan sunoo aja.


Kedua mata Riki terbelalak disaat melihat bulu putih Sunoo sangatlah kotor.

Riki sangat frustasi karena ia baru pulang kerja, lalu dibikin pusing dikarenakan ulah Sunoo.

Sunoo yang masih menjadi kucing menatap Riki dengan tatapan tidak nerasa bersalah.

'Meowwww'

Kan, udah gue duga pasti dia mengeong supaya ga dimarahin.

Riki memutarkan kedua bola matanya, kemudian ia bergegas menuju lemari bajunya, lalu membuka pintu lemari dan mengambil satu potong baju handuk kimono berwarna putih.

Terpaksa harus pakai handuk baru yang udah lama didalam lemari.

Disaat Riki ingin memutar balikan badan, tiba tiba saja ia dikejutkan dengan Sunoo yang sudah berubah menjadi manusia kucing lalu berdiri tepat dibelakang Riki.

“Ya Tuhan.”

Riki sangat terkejut, hampir saja handuk yang ia pegang jatuh ke lantai.

“Onuuuu kamu tuh ya, bisa ga sih jangan suka kagetin dari belakang?!”

'Meoow?'

“Nih handuknya buat mandi kamu.”

Sunoo tidak mengerti apa yang diucapkan oleh Riki. Dirinya hanya menatap Riki dengan sangat polos, sekaligus menggerakan kedua telinganya.

Karena hari semakin malam, Riki tidak berpikir panjang lagi. Ia langsung menuntun Sunoo ke arah kamar mandi.

“Kamu masuk ke kamar mandi, terus buka semua baju kamu” intruksi Riki yang kini mereka berdua sudah sampai tepat didepan pintu kamar mandi.

“Kamu paham?” Tanya Riki dengan nada pasrah.

Sunoo hanya menatap polos ke sang lawan bicara. mungkin dalam benaknya bertanya tanya 'apa itu mandi?'

'Meow?'

Gue mandiin aja kali ya biar cepet? Badan dia kotor terus bau.. Gakuat gue anjir.

Eh tapi jangan deh.. Aduh woiii gimana ini?!

Dengan cepat, Riki kembali meraih tangan Sunoo, lalu menggandengnya masuk ke dalam kamar mandi.

“Oke nih aku ajarin. Pertama tama kamu ambil gayungnya, terus kamu ambil air yang dibak, kemudian siram badan kamu pakai air tersebut.” Jelas Riki yang sembari memperagakannya.

Sunoo memiringkan kepalanya, ia masih tidak mengerti apa yang disampaikan oleh Riki.

Kedua telinga Sunoo bergerak ke sembarang arah, serta diikuti ekor panjangnya.

'meooow?'

Riki memutarkan kedua bola matanya. Dirinya hampir mencapai diambang kata 'menyerah' saat itu juga.

“Kamu ikutin aku ya? Biar cepat aku mandiin aja deh.” Tutur Riki yang dibarengi menaruh gayung ke bak mandi.

“Oke, pertama kamu buka baju nya dulu ya, ikutin aku!” Intruksi Riki yang dirinya juga memberi contoh membuka baju atasan.

Setelah dada bidang Riki ter-ekspose, dirinya langsung menggantung baju pada paku yang menempel pada dinding kamar mandi.

'Meow!'

Kedua bola mata Sunoo membulat besar melihat Riki yang sudah bertelanjang dada.

“Udah cepetan kamu buka bajunya.” Perintah Riki pada Sunoo dengan memasang wajah datar.

Sunoo menganggukan kepalanya dengan cepat tanda ia mengerti Kemudian ia melakukan hal yang sama apa yang Riki lakukan tadi. Sunoo dengan perlahan membuka baju atasan yang ia kenakan.

'Meoww'

Setelah berhasil membuka baju yang ia kenakan, Sunoo langsung menyodorkan bajunya ke arah Riki.

'Meow?'

Riki yang melihat hal itu langsung terdiam. Sebab, ia melihat dada Sunoo yang begitu putih dan mulus serta ditambah kedua putingnya yang berwarna merah cerah yang menggantung. Mungkin siapa saja yang melihat hal ini bisa meningkat nafsunya.

Pikiran gue tolong dikontrol..

'Meoww!'

Mendengar meongan Sunoo, lamunan Riki langsung buyar begitu saja.

“Ahh iyaa, pinter kamu mengerti apa yang aku contohin!” Puji Riki sembari mengusak rambut sang empu dengan gemas.

Setelah cukup puas mengusak rambut Sunoo, Riki langsung mengambil baju yang ada ditangan Sunoo lalu menggantungnya tepat disebelah baju miliknya yang ngegantung.

Riki tersenyum sembari menatap Sunoo. Sebenernya ia masih panik dan takut jikalau Sunoo membuka celananya dan pasti akan terpampang jelas penis milik Sunoo. Ya walaupun mereka berdua sama sama satu jenis, tetapi Riki melihat badan mungil Sunoo yang tak berbalut pakaian entah kenapa libido nya seketika meningkat drastis.

Tuhan, gue harus ngapain? Masa celana Sunoo harus dilepas juga sih?

'Meoww'

Sunoo mengeong serta meraih tangan kanan Riki. Sebenarnya Sunoo melihat Riki yang sedari tadi termenung, membuat Sunoo takut kalau ada apa apa dengan Riki.

Riki yang menyadari akan hal itu, langsung menatap Sunoo. “Ahh iya, ayo mandi!”

Yaudah deh, kali ini gue mandiin tanpa dibuka celananya Sunoo.

Riki mengambil gayung yang berada dibak mandi dibarengi mengambil air. Kini gayung yang digenggam Riki sudah dipenuhi air. Saat Riki ingin menuang air itu tepat diatas kepala Sunoo, tiba tiba saja Sunoo menahan tangan Riki.

'MEOWWW!'

Sunoo berteriak sembari memasang wajah cemberut.

“Apa lagi?” Tanya Riki yang kembali menaruh gayung pada bak mandi.

Bukannya menjawab, Sunoo dengan cepat membuka celana yang ia kenakan.

Riki membulatkan kedua matanya, dirinya sungguh tidak sanggup dengan apa yang ia lihat sekarang.

ONUUU GUE GA NYURUH BUKA CELANA LOH?!

Riki menelan salivanya dengan kasar, serta memandangi penis mungil Sunoo berwarna merah cerah yang menggantung indah.

Setelah melepas celananya, Sunoo bergegas menuju gantungan baju lalu ia berjinjit dan menggantung celananya. Tidak lupa dengan kedua belah pantat sintal Sunoo yang menggantung sempurna menambah kesan 'gemas' bagi Riki.

Tuhan.. Walaupun gue sama Sunoo memiliki 'benda' yang sama, tetapi kenapa sekarang gue kea orang gelagapan?

Riki menghela nafasnya, dan memejamkan kedua matanya berharap ini adalah mimpi.

'Meow!'

Sunoo mencubit pelan pergelangan tangan kanan Riki.

'Meoww.'

Sunoo mengernyitkan dahinya, ia bingung sebenarnya ini jadi mandi atau tidak.

Riki sontak terkejut mendapatkan cubitan kecil dari Sunoo, dirinya kali ini benar benar tidak fokus.

“Ahh iyaa.. maaf maaf. Kali ini aku mandiin kamu ya? Tapi lain kali kamu mandi sendiri, ok?!”

Sunoo mengangguk anggukan kepalanya tanda ia paham.

Untungnya saja Sunoo menurut dan tidak banyak gerak saat dimandikan oleh Riki. Mungkin sedikit demi sedikit ia mulai paham.


Malam semakin larut. Saat itu suasana kamar kosan Riki sudah sengan keadaan gelap gulita. Kini hanya cahaya dari layar handphone Riki yang menyala.

Riki sudah memastikan kalau Sunoo sudah tertidur pulas. Jadinya ia bisa leluasa memainkan handphonenya.

'Hahahaha'

Riki cekikikan sendiri sembari melihat video lucu yang terputar dari handphonenya.

Secara tidak sadar tiba tiba kedua telinga kucing milik Sunoo muncul dari balik selimut.

Sunoo dengan cepat memindahkan posisinya tepat disamping Riki, kemudian mengamati Riki yang sedang asyik bermain dengan handphonenya.

Sunoo membulatkan kedua matanya sembari memegang erat selimut milik Riki.

Riki yang belum menyadari hal itu, masih saja asyik meng-scroll beranda youtubenya.

Entah kenapa lagi lagi rasa penasaran pada diri Sunoo timbul kembali. Dirinya sangat penasaran sebenarnya benda apa yang sedang dimainkan oleh Riki.

Sunoo menggerakan kedua telinganya, sembari menatap wajah Riki dari bawah. Untungnya saja lampu kamar sudah dimatikan, jadi Riki tidak bisa melihat dengan jelas bahwa ada yang memperhatikannya dari bawah.

'Meow?'

Tanya Sunoo sembari mendongak.

Riki yang mendengar meongan Sunoo merasa terkejut. Bukannya seharusnya Sunoo sudah tertidur? Pikirnya saat ini.

“Loh kamu belum tidur?” Tanya Riki sembari memandangi balik wajah Sunoo didalam kegelapan.

Sunoo bukannya menjawab apa yang ditanyakan oleh Riki, malah ia menunjuk ke arah handphone milik Riki.

Nah kan mulai ia penasaran lagi sama hal baru..

“Apa? Kamu mau main HP? Gaboleh. Belajar baca dulu baru bisa main HP.” Tegas Riki yang sembari mematikan HP nya, kemudian menaruh HP nya diatas meja samping kasurnya itu.

Bukannya menjawab, Sunoo bangkit dari tengkurapannya, lalu menyenderkan dada nya pada pundak Riki.

Sunoo mencemberutkan bibirnya sembari menunjuk ke arah handphone Riki yang berada diatas meja.

Mulai deh..

Riki mendengus kesal, “udah malam sayang. Mending tidur yuk? Besok aku ajarin belajar baca deh, nanti aku beliin gambaran huruf alphabet yang buat anak anak TK belajar.” Jelas Riki sembari mengusap lembut pucuk kepala Sunoo.

'Meow?'

“Iyaa, sekalian kamu belajar baca dan berbicara juga.” Balas Riki yang diakhiri senyuman.

Sunoo dengan cepat memeluk pinggang Riki dengan erat, lalu menenggelamkan wajahnya pada pinggang Riki.

'Meow..'

Jawab Sunoo dengan nada pelan. Sedangkan Riki yang merasakan kehangatan pelukan yang diberikan oleh Sunoo pada pinggangnya.

Riki reflek mengusap kembali pucuk kepala Sunoo. “Iyaa, semoga kamu suka ya nanti pas aku ajarin kamu?”

Sunoo tidak menjawab apa yang dilontarkan Riki padanya.

“Onuu?”

Loh pantesan.. Anaknya udah tidur dong.

Tak berpikir panjang, Riki langsung memindahkan Sunoo ke tempat posisi yang selayaknya untuk tidur.

“Sleep well, manis.” Bisik Sunoo tepat di telinga kanan Sunoo.

Sepertinya setiap malam sebelum tidur gue gabakal absen ucap 'sleep well, manis' deh.

Riki tersenyum lalu mencium kembali pucuk rambut Sunoo.

image

tw // mention of clown circus, blood, ghost, part horror. aku saranin bacanya jangan di malam hari kalau takut 👍

image


Hari sudah malam, terlihat tempat sirkus sudah hampir sepi. Heeseung mungkin sudah berdiri hampir satu jam menunggu kak Sarah balik dari toilet.

“Aish, kak sarah mana sih?” Tanya Heeseung pada dirinya sendiri.

'Apa gue cari aja kali ya sendiri ke dalam sirkus?'

Merasa sudah yakin dengan kata hatinya, kini Heeseung melangkahkan kedua kakinya masuk kembali ke kawasan sirkus untuk mencari Sarah.

Kedua mata Heeseung tak lepas dari satu sisi ke sisi. Bahkan ia mencari Sarah menggunakan mata elang nya agar menemukan kakaknya itu.

Kak sarah mana sih? Perasaan tadi janjinya tuh ketemuan di parkiran loh? Bahkan sirkus sudah selesai udah hampir setengah jam yang lalu dan gue udah nunggu kak Sarah di parkiran udah hampir satu jam.

Dia berjalan melewati tiap tiap toko souvenir yang sudah hampir seluruhnya tutup. Tak sesekali juga ia menanyakan penjaga toko, dan menanyakan apakah lihat Sarah lewat sini atau tidak. Dan pastinta ia sertakan ciri ciri bentuk dari kak sarah.

'Waduh dek, saya tidak lihat perempuan yang kamu maksud.'

“Ohh gitu ya bang? Makasih ya bang.

Begitulah kira kira setiap ia menanyakan kak Sarah pada abang abang pemilik toko souvenir dikawasan sirkus.

Dengan perasaan gelisah dan takut, ia tetap memaksakan dirinya untuk mencari Sarah. Yang ia takuti adalah jadual jam kereta terakhir di malam ini mereka berdua lewatkan. Kalau sudah begitu, mereka pulang pakai apa? Mengingat sirkus ini diadakan jauh sekali dari kota, pasti sangat susah menemukan transportasi umum.

Tak sadar, kedua kaki Heeseung kembali membawanya ke tenda pertunjukan sirkus yang tadi ia lihat bersama kak sarah. Keadaan nya sudah sangat sepi dan didalamnya hanya terlihat cahaya lampu yang terlihat ingin redup.

Heeseung terdiam tepat beberapa meter dari pintu masuk tenda sirkus itu. Dirinya seketika teringat apa yang Jake ceritakan tentang masa kelam dari sirkus ini.

Heeseung mengernyitkan dahinya, dirinya masih bertanya tanya tentang dimana keberadaan Sarah saat ini.

Heeseung menelan saliva nya secara kasar. Bahkan dirinya spontan ingin sekali masuk dan menyusuri tiap tiap sisi tenda sirkus itu hanya untuk mencari Sarah.

Apakah kak sarah berada didalam tenda itu? Atau bisa bisa ternyata ia ketiduran didalam tenda sirkus itu? Jika gue masuk ke dalam, apa diperbolehkan? Mengingat hari sudah semaki larut, dan gue takut ketinggalan jam kereta..

Heeseung terdiam sembari menatap pintu tenda sirkus dengan tatapan penasaran.

Tiba tiba saja kedua matanya menangkan sekelebat cahaya pada dalam tenda sirkus itu.

Sontak lamunan Heeseung buyar begitu saja ketika kedua matanya melihat cahaya yang berada didalam tenda sirkus itu.

Heeseung tidak bergeming sedikit pun melihat kejadian itu. Justru ia saat ini ingin sekali rasanya lari menjauhi tenda tersebut agar tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan.

Heeseung menghempaskan kasar nafasnya. Ia menunduk dan memejamkan matanya.

Saat Heeseung mendongak dan matanya terbuka, alangkah terkejutnya tepat di ambang pintu masuk tenda tersebut hadir seorang badut sirkus dengan make up ala badut sirkus sembari menatap kosong kearah Heeseung.

Sontak Heeseung terkejut melihat hal itu. Sebab, kedua mata dari badut tersebut bolong disertai kedua pipinya dipenuhi oleh bekas darah yang mengalir dari kedua matan bolongnya.

Badut sirkus itu secara perlahan memperlihatkan senyum lebarnya, dan sedikit demi sedikit gigi taring panjang dan terlihat tajam.

Heeseung yang melihat hal itu langsung membeku. Dirinya saat ini rasanya ingin berlari saja meninggalkan tempat sirkus ini. Tapi nihil, gerak saja pun susah. Apalagi ia berlari meninggalkan tempat ini.

T-tuhan..

Heeseung menyeka air mata yang turun dari kedua matanya. Dirinya takut dengan apa yang ia lihat sekarang.

Ternyata benar ya apa yang dijelaskan oleh Jake.. Hantu badut Jeongseong ternyata benar adanya..

“Selamat datang di sirkus The Astley. Silahkan masuk dan menikmati pertunjukannya!” Tutur badut itu sembari menatap seram menggunakan lubang tempat kedua matanya itu ke arah Heeseung.

Heeseung yang mendengar itu langsung menutup kedua telinganya, dan mengambil ancang ancang untuk berteriak.

“Silahkan masuk, acara sudah ingin dimulai”

“TIDAKKKKK!”

'BRUKKKKK'

Seketika pandangan Heeseung gelap. Dan sepertinya ia tidak sadarkan diri untuk sementara akibat kejadian bertemu dengan si hantu badut sirkus the astley.