scubepid

Sembab

#Sembab

cw // kinda disgusting i guess

Semua ini karena terlanjur tersulut emosi.

===

“Daddy, Om Rion kenapa nangis?” Leetha bertanya kala mereka sudah sampai di depan rumah milik Arsen. Leetha menatap kedua pria yang sedang saling bertatap, lalu kembali menanyakan perihal yang sama.

“Dadd, Om Rion kenapa nangis?” Kini Leetha sedikit menarik ujung baju yang dikenakan oleh Arsen. Arsen tersenyum, “Ga kenapa-napa kok sayang, kamu masuk ke rumah duluan ya? Daddy mau bicara dengan Om Rion.”

Karena mengerti, tanpa basa-basi Leetha hanya mengangguk dan pergi meninggalkan Arsen dan Rion.

“Kamu kenapa nangis?” Arsen mulai membuka topik yang sedari tadi menghantui pikirannya. Seandainya Rion menangis karena Arsen, begitu mudah baginya untuk meminta maaf, dan memberikan apa yang Rion mau sebagai permintaan maaf.

Rion menunduk, “Gapapa Pak, bukan salah bapak juga kok.” Rion menyeka air mata yang mulai terjatuh, dirinya tak kuasa menahan dinding pertahanan agar tidak menangis lagi.

“Gapapa Rion, cerita aja.” Arsen tersenyum, didongaknya dagu Rion agar mereka kembali bertatap menggunakan jari telunjuknya. “Ayo cerita, jadi saya tau apa yang kamu butuhin, Rion. Saya setelah ini meninggalkan kamu dan Leetha, apakah saya rela meninggalkan kamu dalam keadaan menangis? Sedangkan kamu juga harus menjaga Leetha.”

Rion terdiam, sangat bimbang ingin bercerita atau tidak. Lidahnya saja begitu kelu untuk mengeluarkan sepatah kata.

Satu detik, dua detik, tiba-tiba saja tangisan kembali pecah dari Rion. Sontak ia memeluk tubuh Arsen dengan sangat erat.

“Tadi saya ketemu sama si bapak, atasan saya. Dia cerita kenapa setiap ada karyawannya yang izin libur, sebisa mungkin ia balas dengan cepat. Ternyata dibalik itu semua, ada cerita yang sangat amat menyedihkan..” Rion menenggelamkan wajahnya pada bahu Arsen, kedua pipinya memerah panas selepas ia bercerita.

“Jadi kamu nangis gara-gara itu diang, hm?” Arsen mulai membalas pelukan Rion, disusul dengan tawaan kecil. “Terus ending dari cerita atasan kamu gimana?”

“Sedih.. Intinya atasan ku pernah telat pulang, padahal ibunya sudah sekarat. Saat beliau pulang, ibunya udah gak ada. Sedih.. Padahal dia udah berusaha izin sama atasannya, tapi telat diaccept.. Ya begitu deh,” jelas Rion yang diselingi segukan kecil.

“Terus apa yang kamu tangisin?” Arsen kembali bertanya.

“Selama ini atasan ku selalu lambat dalam membalas pesan.. Saya suka kesal jika beliau slowrespon. Tapi ternyata saat saya izin mengambil cuti, beliau fastrespon. Ternyata dibalik itu semua ada cerita yang kelam..” Rion menghela nafas panjang dan tak sengaja ingusnya keluar, dengan sigap ia tak sengaja mengusap hidungnya dengan baju yang dikenakan oleh Arsen, menyebabkan bekas lendir menempel pada baju Arsen.

Menyadari hal itu, Arsen hanya mengusak pucuk kepala Arion dengan gemas. “Kamu kotorin baju aku pakai ingus kamu,” tutur Arsen yang disambung oleh gelak tawa.

Mendengar ucapan Arsen, Rion sontak mendorong tubuh Arsen dengan kencang. “Udahlah Pak, malu saya.” Kedua pipi Rion memanas, memerah seperti merah jambu.

“Gapapa Rion, baju saya banyak kok di lemari.”

'Dasar Rion, gemes banget kalau salting.' -Arsen.

-Redamancy.