two

Untuk Bel.

sweetheart, you look a little tired, when did you last eat?

Menyayangi semua teman dan famili, memperhatikan setiap jadwal tidur serta kebiasaan mereka setiap hari. Makan, kau ingatkan aku dengan usap di dada dan hangat di telinga. Pelan-pelan, kamu genggam tanganku supaya kita berjalan seiringan. Istirahat, kamu bilang dengan senyum terpahat dan tangan menggenggam selimut penghangat.

Menghargai dan mengapresiasi desis angin dan segala yang hidup. Aku hidup. Tidakkah kau ingat bahwa kamu, juga? Hidup?

tell me, is something wrong? if something's wrong, you can count on me / you know I'll take my heart clean apart if it helps yours beat

Aku punya hati yang bisa kutumbuhkan lagi.

Lihat dan anggaplah ia seperti pohon tauge yang kamu hidup-matikan demi nilai biologi, seperti tanaman rambat yang menjalar tinggi meski tanah yang dipijakinya tidak ideal maupun bernutrisi tinggi. Hatiku bisa tumbuh seperti itu. Kamu bisa memerasnya hingga kopong dan lecak layaknya koran bekas, melahapnya saat lapar seperti hewan liar. Di penghujung hari, aku masih akan punya segalanya: hati dan cinta. Sebab aku bisa menumbuhkannya.

Aku masih ingat taman ibumu. Terima kasih karena telah memperkenalkan ia padaku, Sayang, yang setiap hijau dan warna-warni bunganya mengingatkanku padamu, yang juga mengingatkanku pada kehidupan. Aku senang aku hidup. Aku senang kau juga.

it's okay if you can't find the words / let me take your coat and this weight off of your shoulders

Penulisku, kamu kerap berkata bahwa kita adalah sepasang tangan yang pandai merangkai huruf dan menjadikannya lagu. Setiap toreh tinta di atas kertasmu itu bersorak-sorai dan berpesta, Sayang, jika kamu jeli mendengarkan. Mungkin mereka senang menjelma benang yang menghubungkan setiap pembuluh dalam jantungmu dengan milikku sendiri, merasa terhormat sebab diperbolehkan merasakan adanya cinta dan afeksi di luar anyir darah yang memenuhi atrium kanan dan kiri.

Kamu boleh mengutuk kata-kata yang seliweran di tempurung kepalamu itu apabila menyesakkan. Kamu boleh melemparnya ke sembarang arah, ke penjuru kamar, ke telingaku. Kami semua mencintaimu.

like a force to be reckoned with / a mighty ocean or a gentle kiss / i will love you with every single thing i have

Seperti tanah yang mencerminkan segala tentang ekspresi lapang dada, kamu selalu merasa cukup dengan mereka yang sederhana. Mungkin hatimu itu lapangan bola. Mungkin pula ia lautan yang tak kenal irama, hanya ombak besar penuh gaya tekan dan keinginan menghancurkan. Kuharap kamu tahu, bahwa apapun kamu, kamu mencerminkan kekuatan. Perihal berdiri tegak untukku, perihal mengelap cairan tubuh tiap kamu bekerja terlalu keras hingga kelelahan seperti tahu, perihal mengulek bumbu—apalah mereka jika bukan kuat? Apalah kamu, jika bukan kuat?

like a tidal wave, I'll make a mess / or calm waters, if that serves you best

Aku serupa kapal pecah dan segala yang tidak indah, tetapi kamu memperlakukanku seolah setiap gores tanganku memiliki arti. Aku tertawa sebagai respon refleks menanggapi segala sesuatu meskipun tak semua dari mereka merupakan guyonan, aku bodoh dan ceroboh dan bercelah dan tidak sempurna, tetapi kamu menghargaiku seolah aku adalah penghuni takhta.

Aku semata-mata pion yang tak mampu, engsel badan tak terpoles dan kaku. Aku diajari untuk melihat ke atas, tetapi melihat ke atas berarti mendapat pandangan akan mereka yang lebih, dan mereka yang lebih berarti terpaku diam saja meskipun di hadapanku ada anak tangga. Namun, kamu tautkan jemari kita berdua dan tersenyum begitu cerahnya. Mari naik sama-sama.

Untukmu, aku berusaha. Sebab aku tahu, Sayang, dimanapun kamu berada, kamu juga sedang melakukan hal serupa.

it's okay if you can't catch your breath / you can take the oxygen straight out of my own chest

Aku pernah baca, rumah adalah substansi yang bergantung pada subjek yang menempatinya. Karenanya, kita selalu bercanda tentang berpindah. Kita bisa ke kutub utara dan membangun rumah di sana. Kita bisa ke luar angkasa dan menjadikannya dunia.

Yang aku mau bilang adalah, dadaku juga bisa kau jadikan rumah. Belah ia jadi dua dan kamu akan menemukan furnitur-furnitur cantik favoritmu telah tertata rapi di sana. Sebab setiap oksigen yang kuhela adalah tempat bagimu untuk pulang, Sayang, dan tidak apa-apa bila tidak sekarang. Ia tersedia kini dan nanti. Detik ini maupun dua tahun lagi. Semasa aku hidup hingga mati.

no, I don't want to talk about myself, tell me where it hurts / I just want to build you up, build you up, till you're good as new / and maybe one day I will get around to fixing myself too

Aku duduk di atas kap kloset yang tertutup dan kau berjongkok di lantai. Ada bau anyir yang menyelimuti ruangan meskipun ada dua bola kamper yang duduk membisu di ujung kamar mandi sana, dan empat belah tangan kita gemetaran seolah tidak pernah sebelumnya merasa kesakitan.

Kecerobohanku memberi kenang-kenangan: luka cukup panjang di pergelangan tangan, dan kamu yang tenggelam dalam kekhawatiran. Aku menyaksikan dalam diam ketika kamu mengoleskan betadine di ujung kapas dan menjadikannya merah, mengedip tanpa suara ketika kamu membalurkannya di atas kulitku yang terbuka sehati-hati mengupas buah. Aku merasakan pahit di pangkal lidah, pupil sepanas timah. Maaf, aku ingin berkata. Tetapi ia tak berhasil melampaui gerbang kerongkongan yang tidak kapabel menyampaikan amanah.

Kita bertatapan mata. Tidak ada kecewa, hanya sepasang netra yang khawatir dan menerima. Aku melirik ke ujung tanganmu, ada gulungan perban di sana. Tunggu, kamu juga terluka?

and what a privilege it is to love / a great honour to hold you up

Cinta dan segala tetek-bengeknya. Ia mengubahku menjadi sesuatu yang tadinya bukan aku, menjadi sesuatu yang mencintaimu. Aku takut akan transisi, semua hal di dunia ini bermutasi menjadi spesies yang tak kukenal lagi. Tetapi perubahan ini menyenangkan dan penuh rasa syukur, Sayang, sebab menyayangimu adalah berkah. Olehmu disenyumi dan diusapi punggungnya dan dipotongi semangka, adalah berkah.

Aku tahu kamu menerima cinta dari memberi, tetapi kamu masih punya dua belah kaki yang menopang kehidupan dan bisa kelelahan. Jikalau saatnya tiba, biarkan aku memijitnya dan mengolesinya cap kapak. Aku tahu aku hadir bersamaan dengan kerusakan, tetapi biarkan aku menggenggam tanganmu sambil berjanji untuk menjaganya alih-alih mematahkan kerangkanya dan mengacak-acak.

i just want to love you, to love you, to love you well / i just want to learn how, somehow, to be loved myself

Hatiku penuh akan kamu. Kanal-kanal di seluk-beluknya yang juga berisi perahu dan setiap jalan yang terhiasi plang bagiku untuk menahan segala sentimen yang keliru, setiap kotak pos yang menghiasi rumah dan memerantarai pohon. Hatiku adalah kota dan seluruh dinding yang membangunnya mengingatmu. Kalau suatu hari perasaan kita mati, Sayang, aku akan mengubur diriku di sana. Supaya aku diselimuti oleh tanah yang juga paham segala tentangmu, dan, aku akan selamanya terkenang perihal rasanya utuh jadi satu.


Two, by Sleeping at Last