Sekitar pukul 20.05, Seungwoo akhirnya sampe di depan kosan Zyra. Dia nunggu sekitar lima menit, dan akhirnya mahasiswanya itu keluar dari balik pager kosannya.
“Lama?” Tanya Zyra saat masuk ke mobil.
“Cuma lima menit.” Jawab Seungwoo.
“Mau kemana?” Tanya Zyra.
“Saya lagi mood ke tempat jauh, mau?”
“Ciumbuleuit? Punclut? Lembang? Saya sih ayok aja.” Seungwoo cuma senyum aja dan segera jalanin mobilnya menuju ke daerah atas Bandung.
“Kalau kamu mau puter lagu, puter aja.” Kata Seungwoo sambil natap lurus ke jalanan.
“Bisa disambung ke hp kan?” Tanya Zyra.
“Bisa, Zyra.” Jawab Seungwoo.
Cewek itu cuma ngangguk dan segera sambungin ponselnya ke pemutar musik mobil Seungwoo. Zyra asik nyari-nyari lagu di daftar putarnya. Dari sekian banyak, Zyra pilih lagu Keshi yang judulnya Atlas.
“Enak kan karya-karyanya Keshi?” Tanya Seungwoo.
“Iya. Saya suka karya-karyanya. Masuk banget di telinga saya. Gak berisik juga lagunya.” Jawab Zyra.
Selama lagunya diputer, Seungwoo ikutan nyanyi dan bikin Zyra merhatiin dosennya itu. Suara Seungwoo bagus, bagus banget malah. Zyra sampe ikut terbawa suasana waktu dengerin Seungwoo.
“Suara kamu bagus.” Puji Zyra waktu lagunya selesai. Seungwoo ketawa kecil.
“Thanks.” Balesnya.
“Kamu pernah kepikiran mau jadi penyanyi?” Tanya Zyra lagi.
“Nggak, cuma hobi nyanyi aja. Ya kebetulan juga Tuhan ngasih suara bagus juga. Haha.” Jawab Seungwoo.
“Nyesel saya puji kamu.” Bales Zyra dan ngundang tawanya Seungwoo.
“Jadinya mau kemana?” Tanya Zyra.
“Ke Dago Skyline aja.” Jawab Seungwoo.
“Dago Pakar?” Tanya Zyra lagi.
“Iya, gak apa-apa kan? Atau kamu mau ke tempat lain?” Tawar Seungwoo.
“Nggak, kesitu aja. Saya juga belum pernah.” Jawab Zyra.
Seungwoo ngangguk dan jalanin mobilnya semakin cepet, karena udah muncul tanda-tanda kemacetan. Selama di jalan, gak ada percakapan panjang, mobil itu lebih banyak diisi sama lantunan lagu yang berasal dari pemutar musik.
Jam 20.40, Zyra dan Seungwoo sampe di tempat tujuan, gak begitu rame, mungkin karena weekday juga, makanya pengunjungnya gak begitu banyak. Keduanya segera pesen makanan dan pilih duduk di balkon, biar bisa liat city light. Zyra sibuk fotoin pemandangan dari atas sana, sedangkan Seungwoo cuma nikmatin pemandangan.
“Bagus banget ternyata.” Zyra keliatan kagum banget.
“Syukur deh kalau kamu suka.” Bales Seungwoo.
“Kamu pernah kesini sebelumnya?” Tanya Zyra.
“Pernah, beberapa kali.” Jawab Seungwoo.
“Kebanyakan keluarga ya yang makan disini.” Zyra ngedarin pandangannya ke sekeliling. Tempat itu didominasi sama pasutri dan anak-anaknya. Seungwoo mandang Zyra yang lagi ngeliatin sebuah keluarga yang keliatannya harmonis banget, Seungwoo juga bisa liat ada tatapan iri dari sorot matanya Zyra.
“Bimbingan lagi kapan?” Tanya Seungwoo ngalihin perhatian Zyra.
“Udah janji gak akan ngomongin skripsi dulu sekama lagi jalan.” Protes Zyra.
“Ya kan saya cuma nanya kapan bimbingan, gak bahas skripsinya.” Bales Seungwoo.
“Nanti aja deh, saya gak mau mikirin itu dulu. Bisa stres lama-lama kalau bimbingan terus.” Seungwoo ketawa dengernya.
“Emang kenapa sih? Saya bikin stres?”
“Bukan kamunya, skripsinya.”
“Berarti sayanya nggak kan?”
“Sedikit. Sedikit stres kalau ketemu kamu, since I have a lot of embarassing moment that related to you.” Laki-laki itu semakin ketawa setelah denger jawaban Zyra.
“Makanya saya ajak kamu temenan sama saya biar kalau ada moment malu-maluin, seenggaknya kamu gak akan malu lagi sama saya.”
“Kenapa sih kamu mau banget temenan sama saya?”
“I'd loved to make a friend with everyone.” Jawab Seungwoo.
“Kamu percaya sama temen-temen kamu?”
“Yes. Saya gak punya alesan buat gak percaya sama mereka.” Zyra naikin sebelah alisnya, terus lipet tangannya di dada.
“What if they're betrayed?“
“Everyone has their own reason, right?“
“Apa dengan semua alesan mereka kamu bisa maklumin pengkhiatan mereka?”
“Maybe.“
“What a nice boy.” Sarkas Zyra.
“Kamu kenapa gak percaya banget sama temen?” Tanya Seungwoo.
“I already say it before.“
“So, you have some trust issue?” Zyra ngangguk denger jawaban Seungwoo.
“Separah itu?”
“It's fuckin bad, and I don't want remember that.*” Jawab Zyra. Seungwoo hanya ngangguk.
“Sorry. Saya gak akan nanya lagi.”
“No problem.” Zyra minum minumannya, karena ngerasa sesek tiba-tiba.
Keduanya hening setelah percakapan tadi. Seungwoo jadi ngerasa gak enak karena mungkin dia bikin Zyra jadi keinget masa lalunya yang kelam, yang bahkan pengen dia kubur dalem-dalem.
“Kamu pernah pacaran?”
'UHUK.' Zyra keselek makanannya waktu denger pertanyaan Seungwoo.
“All of sudden?” Tanya Zyra setelah minum.
“I just pick a random question.” Bales Seungwoo, gadis itu ketawa dengernya.
“Belum pernah.” Jawabnya dan bikin Seungwoo ngerutih dahinya karena gak percaya.
“Gak usah bohong.”
“But it's an honest answer.” Jawab Zyra.
“Kamu mikirnya saya suka gonta ganti cowok? Yang suka campakin cowok setelah saya bosen?”
“Yeah.” Jawab Seungwoo dan lagi-lagi bikin Zyra ketawa.
“Saya udah biasa dikira kayak gitu. Tapi saya bener-bener belum pernah pacaran.” Kata Zyra.
“Fwb?” Kali ini Zyra keselek ludahnya sendiri.
“Kamu tau istilah itu?”
“Saya gak setua itu ya, Zyra.” Tawa Zyra pecah waktu denger ucapan Seungwoo. Zyra lupa kalau Seungwoo tidak setua itu untuk mengetahui bahasa-bahasa slang anak muda.
“Nyesel saya nanya.”
“HAHAHA. Sorry sorry, it's too funny for me.” Zyra akhirnya bisa berhenti ketawa.
“Pernah punya.” Alis Seungwoo naik sebelah waktu denger jawaban Zyra.
“Tapi gak lama. Sayanya gak srek.”
“Kenapa?” Tanya Seungwoo.
“Sangean.” Sekarang giliran Seungwoo yang keselek makanannya.
“Saya nyari fwb tuh not only for sexual thingy, tapi saya butuh temen diskusi, and I need someone to rely on.” Jawab Zyra.
“Tapi fwb saya yang kemaren tuh bodoh, gak ngerti apa-apa selain pamerin kekayaan orang tuanya. Kerjaannya cuma minta cium sama minta sex terus.” Tambah Zyra lagi.
“Tapi kamu... Pernah?”
“Belum. Penasaran sih, tapi nanti aja kalau udah ketemu orang yang tepat.” Jawab Zyra.
“Kamu sendiri?”
“Apa?”
“Pernah pacaran?” Tanya Zyra. Seungwoo diem sebentar, terus ngangguk.
“Pernah. Tiga tahun.” Jawab Seungwoo.
“Masih sampe sekarang?” Seungwoo senyum kecil.
“Kalau masih, gak mungkin saya ajak perempuan lain buat jalan.” Jawab Seungwoo.
“Kenapa putus?” Seungwoo diem lama dan ngehembusin nafas beratnya.
“You don't need to answer my question.” Ucap Zyra. Seungwoo natap Zyra cukup lama, dan bikin gadis itu salah tingkah.
“Kenapa sih?” Tanya Zyra ketus.
“Kadang saya mikir, kenapa kamu bisa nyebelin banget, dan kadang kamu bisa tiba-tiba jadi dewasa banget.” Zyra minum kopinya terus ketawa kecil.
“Saya nyebelin banget, ya?”
” Iya. Kadang.” Jawab Seungwoo dan bikin Zyra nyengir. Baru kali ini Seungwoo ngeliat Zyra nyengir lebar kayak gitu. Biasanya gadis itu cuma pasang wajah dingin dan datar.
“Tapi saya gak pernah mikir kalau saya orang yang dewasa.” Kata Zyra.
“Kamu cuma sadar kalau kamu nyebelin?” Zyra ngangguk.
“Saya tuh sadarnya kalau saya nyebelin, jutek, dingin, kasar.” Jawab Zyra.
“Kenapa kamu cuma mandang sisi negatif diri kamu sendiri?” Zyra ngangkat bahunya.
“Soalnya saya gak punya sisi positif yang bisa saya banggain.” Jawab Zyra. Seungwoo natap Zyra tepat dimatanya. Sementara yang ditatap cuma diem aja.
“Kamu itu pinter, pinter banget. Cepet ngerti. Kamu juga dewasa, mandiri, gak mudah kemakan omongan orang lain, kamu juga gak peduli sama apa yang orang pikirin tentang kamu, kamu itu kamu. Gak ada Zyra yang lain selain kamu.” Kata Seungwoo sambil senyum.
Zyra diem waktu denger semua pujian dari Seungwoo. Dia natap Seungwoo lama banget. Setitik air mata muncul dari pelupuk matanya, dan akhirnya jatuh ketika Zyra ngedip. Seungwoo panik sendiri gara-gara liat Zyra nangis.
“Eh, maaf. Maaf kalau kamu gak suka sama ucapan saya.” Kata Seungwoo. Zyra tutupin wajahnya. Nangisnya sedikit kenceng dan bikin orang lsin nengok ke arahnya. Tapi sama kayak apa yang Seungwoo bilang, Zyra gak peduli sama apa yang orang pikirin tentang dirinya.
Seungwoo pindah posisi, dia jadi duduk sebelah Zyra dan usap kepala Zyra pelan. Karena gak berhenti juga, laki-laki itu meluk gadis yang masih nangis itu. Usapin punggungnya biar Zyra tenang sambil terus ngucapin kata maaf.
Selang sepuluh menit, akhirnya Zyra udah bisa tenang. Tangisannya udah berhenti, dia ngelepas pelukan Seungwoo. Dosennya itu keliatan khawatir, Zyra segera senyun kecil waktu natap Seungwoo.
“Makasih. Makasih banyak atas pujian kamu. I appreciate it.” Kata Zyra.
“Saya gak pernah denger kata-kata itu sebelumnya, dan ini pertama kalinya saya denger ada orang muji saya. Makasih banyak.” Kata Zyra.
“Maaf bikin kamu malu.” Seungwoo senyum tulus dan ngusap rambut Zyra lagi.
“Saya selalu ngucapin fakta.” Katanya dan bikin Zyra senyum lebar.
“Oke, saya mau.” Seungwoo natap Zyra bingung.
“Mau apa?” Tanyanya.
“Jadi temen kamu.” Seungwoo senyum lebar dan lagi-lagi dia ngusap rambut Zyra.
“Jangan sungkan sama saya. Kalau kamu ada keluh kesah, boleh hubungin saya. Kalau kamu capek, boleh pinjem pundak saya. Kalau kamu lagi mau nangis, boleh pinjem dada saya. I'm here for you.“
“Saya gak mau nangis lagi, tapi saya boleh pinjem dada kamu lagi?” Tanya Zyra. Tanpa ngomong apapun, Seungwoo langsung peluk Zyra lagi.