Sftyme

Mari kita mulai dari awal


Memulai hari tanpa semangat, raut wajahnya yang lesu bak air tawar. Arka sedang berjalan menuju gedung serbaguna dimana mereka berlatih untuk turnamen basket yang akan datang.

Sungguh tak disangka arka yang selalu terlihat semangat dan gembira menjadi lesu dan loyo tak bertenaga akibat sebuah dua patah kata yang terlontar dari mulut ariffa semalam.

Terbalik dengan ariffa yang sekarang tengah bersemangat memimpin anggotanya untuk bergabung Satu ruangan yang sedang dituju oleh arka.

Di waktu bersamaan arka dan ariffa bertemu di pintu masuk. Tak berkata sedikitpun maupun bertegur sapa, mereka hanya saling menatap lalu masuk kedalam gedung tersebut secara bergantian dengan ariffa yang memulai melangkah.

Arka dipanggil oleh farel yang akan menyegerakan diskusi sementara guna memberi tahu kepada timnya strategi yang akan mereka pakai saat berada dilapangan, Sedangkan ariffa memantau kinerja gladi mereka dari tribun.

“Nanti kalo misalnya ada lawan yang udah masang ancang-ancang buat ngeshooting atau pun pivot, gue harap kalian inisiatif aja cegahin dengan cepat dan pastiin juga kalian jangan cedera. Buat dika! Tali sepatu lo usahakan jangan ngalangin kayak kemaren, gue ga terima alasan lo jatoh karena tali sepatu lo saling ngiket bagian kiri-kanan yaa!. and last bangeeeetttt nih ya ka! Gue minta lo fokus, iya bener banget yang gue maksud ntu fokus sama tujuan lo yang semalem dan juga buat tim kita. Udah cukup segitu, yok semangat yok bisaaa!” ucap farel dengan serius yang tertuju pada anggota timnya.

Arka hanya mengangguk saat farel mengucap namanya, dan ia tergerak mengembalikan semangat agar tidak mengecewakan anggota tim dan juga sahabatnya.

Saat mulai pemanasan entah kenapa insting terus menolak matanya tertuju ke tribun. Mata yang tanpa sengaja berfokus ke arah pria kecil dengan kacamata yang setengah melorot bertengger tegas dihidungnya dengan sorot mata elang kearah lapangan.

Arka mulai mengalihkan pandangannya dengan sigap sambil menepuk pipi gembilnya kuat agar tersadar dari fokusnya tadi.

suara peluit menandakan permainan akan dimulai, setiap anggota tim sudah bersiap diposisi masing-masing. Suara peluit kedua menandakan permainan telah dimulai.

Tim lawan berhasil merebut bola dari wasit dan tim farel lah yang akan berusaha merebut bola tersebut dari tim lawan. Tim lawan sedang mendriblling dan berhasil di rebut oleh dika, bola dipantul kan 2 kali dilantai dan dika melakukan pivot melampaui 2 orang menuju ring dan berhasil melakukan lay-up.

Tim farel mendapatkan poin pertama untuk pertandingan dalam menit ke 2.3 detik. Bola kini beralih ke tim farel yang sedang di pegang oleh arka, kini arka berantusias ingin mencetak poin dan memperlihatkan skillnya di depan calon jodohnya (baru asumsi).

Dribbling sudah dilakukan arka dan ia hampir dekat untuk melakukan lay-up namun dihalang oleh tim lawan bola pun berpindah tangan.

“KA! FOKUS KA!” farel sebagai kapten menyemangati arka agar bisa fokus bermain, namun itu lah yang dilakukan arka sebelumnya. Untungnya arka mengiyakan yang dikatakan farel kepadanya dan kini arka mulai mengambil posisi untuk melakukan speed pivot guna merebut bola dari lawan.

Usahanya itu mendapatkan hasil dan ia berhasil melakukan shooting dan mencetak poin. Tim farel menang secara 4x berturut-turut di ikuti selisih 1 poin dengan tim lawan.

Pertandingan gladi telah berlangsung selama 51.07 detik, waktu yang tersisa untuk mencetak 1 poin agar mengalahkan lawan tinggal sedikit.

Kini mereka briefing sejenak untuk menyusun strategi, namun semua usulan ditolak dari setiap tim farel. Farel mempercayakan poin terakhir akan di cetak oleh arka, dan ini juga termasuk dari janjinya semalam.

“Ka, gue udah lihat cara main lo tadi dan lo gue yakinin buat nyetak poin terakhir. Yok semangat! Lo bisa dapetin dia lagi”

“Thanks rel, lo emang soulmate gue banget hiks”

“Jan nangis kampret!, nanti aja lah ah! Tanding dulu baru nangis”

Percakapan di atas di ikuti oleh sorak sorai dari anggota tin farel karena 2 orang tersebut secara tak sadar membangkitkan mood seluruh anggota.

Wasit meniup peluit untuk tin bersiap mengambil posisi, arka telah memasang kuda-kudanya di posisi yang farel maksudkan tadi. Sebelum peluit di bunyikan, arka sempat melihat ke arah arif yang sedang duduk di tribun di temani bona di sebelahnya.

Peluit kedua, arka maju mendriblling bola ketengah lapangan untuk melakukan passing ke farel, dan operan itu berhasil ditangkap oleh farel. Setelah melakukan passing, arka dengan sengaja mencuri pandang menuju tribun tempat ariff berada dan ia medapati ziqri yang tengah mencoba duduk disebelahnya.

“Ka, tangkap ka!!” suara dari juan memanggil arka untuk melakukan passing kepadanya. Bola juga berhasil ia tangkap dan 3 langkah kedepan ia bisa melakukan shooting.

Setelah melangkahkan 1 kakinya kedepan arka melakukan pivot dengan instens untuk mengelak lawan yang tepat dideoannya dan langkah terakhir ia melompat dengan ringan dan melakukan shooting dengan satu tangan daannn...

Poin terakhir didapatkan oleh tim farel sebagai penentuan tim pemenang. Arka yang telah selesai melakukan celebratiin dengan menggantungkan lengannya di ring basketpun dibantu turun oleh timnya dan mereka bersuka-cita atas kemenangan yang diakhiri dengan shooting rapi oleh arka.

Ditengah selebrasi, arka kembali mencuri pandang ke tribun, gelak tawa gembira yang tadinya tergambarkan karena kemenangannya kini seketika hilang saat melihat sosok yang ia lihat sejak tadi telah hilang dari pandangannya.

“Juan!, lihat ariff ga tadi kan dia duduk disana tuh?” tanyanya kepada pacar farel sekaligus teman akrab ketos cilik itu.

“Lah tadi gue lihat dia keluar sama ziqri mungkin-”

Tanpa menggubris jawaban, arka pun berlari meninggalkan juan yang masih belum meneruskan kalimatnya.

Arka menyusuri lorong yang menuju kamar mandi, anak tangga dan juga ruang kelas. Namun tak kunjung ia jumpai, kini ia berfikir lebih baik mengganti bajunya terlebih dahulu dan akan meneruskan pencarian ariffa selepas bebersih.

“JANGAN PAKSA GUE IH!”

suara gema itu terdengar dari lorong loker siswa laki-laki, dan suara ini tak asing bagi arka.

“GUE BILANG LEPASIN ZIQRI!!! SAKIT TAU!”

Suara itu semakin jelas saat arka mengikis beberapa jarak dari sumber suara tersebut, hingga akhirnya hampir sangat dekat dengan suara tersebut arka melihat bahwa asumsinya terhadap gemaan suara tadi benar dari pemilik si badan mungil yang sedang kesakitan pergelangan tangannya digenggam erat oleh ketua mpk yang keras kepala.

Arka bersembunyi dibalik tembok dan setelag ia mendengar kata-kata yang keluar dari si kepala batu itu arka pergi dari posisinya.

“Si anak baru itu juga maksa banget sama lo! Kenapa kalo sama gue lo ga mau nurut?”

“Ih gila lo ya! Kok bawa-bawa anak orang? Mending lepasin ga? Gue ga mau nyalah gunain kuasa maupun keterampilan gue buat jedotin pala lo kedinding ya!?”

“Ga! Ga mau pokoknya lo harus ikut gue kedalem!”

“ZIQRI SAKIT AW!!”

//TAP!

Tangan besar ziqri yang masih menggenggam tangan kecil ariffapun digenggam kembali oleh arka dengan mencengkramnya kuat.

“Lepasin ga?, kan dia ga mau dipaksa? Kok lo ngotot?” tanya arka kepada ziqri yang mencoba melepaskan cangkraman tanganya itu.

//braakkk

Punggung arka beradu dengan dinding yang disebabkan oleh dorongan kuat dari ziqri.

“HEH! LO SIAPA? jangan ikut campur urusan gue kenapa hah!”

“Kan dia udah bilang, dia ga mau ikut lo kok lo maksa sih?”

“Heh! Ngaca! Lo juga maksa dia tau sampe ngintilin dia mulu anjirr!

“STOP ZIQ! LO LEBIH MAKSA DARI DIA TAU GA?, LO PAKE KEKERASAN SAMA GUE SAMPE TANGAN GUE MERAH GINI! MENDING ENYAH GA LO?”

“Oh! Sebenernya hubungan kalian apa sampe ngebelain satu sama lain?”

Pertanyaan tersebut membuat mereka berdua tersudut diam dan saling menukar tatapan, arka ragu menjawab dan akhirnya ariffa yang memulai terlebih dahulu.

“TEMAN! kita temenan, d-dan kita temenan udah deket banget malah. Y-yakan ka?”

“E-eh iyayaaa hahaaha kita temenan tau wuuuuu! Lo siapa coba? Hayoloh siapaaa?”

“Bajingan lo semuaaa ARGAHAHDJANAJ!”

Ziqri yang egois itupun menghentakan kakinya dengan sangat kuat sambil memukul dinding sebagai melampiaskan amarahnya akibat cemburu buta dengan status ketidak jelasan yang disampaikan ariffa kepadanya tadi.

Ariffa dan arka menuju keruang uks bersama dengan masih menjaga jarak tanpa mengucapkan sepatah katapun setelah arka mengajak ariffa ke uks bersama.

Ariffa kesusahan membuka tutup obat gel karena tangan kirinya yang terlihat sangat merah dan bengkak membuatnya kesakitan dan kehabisan tenaga.

“Sini salepnya aku olesin, kayanya kamu kesusahan”

“Makasih”

Arka mengoleskan obat tersebut dengan sangat perlahan hingga ariffa sedari tadi tak terdengar rintihan sakit dari mulutnya. Namun siapa sangka, rintihan itu ditahan oleh matanya yang tengah fokus menatap wajah arka yang sangat dekat dibawah dagunya tengah fokus juga mengoleskan obat dan juga perban yang ia lilitkan di pergelangan tangan arrifa.

“Sudah!”

“E-eh udahan?”

“Lah? Mau lama juga ga papa. Tapi nanti kamu ga nyaman sama aku” kegalauan arka terhadap ariffa semalam masih membekas dipikirannya.

Ariffa menarik tangan arka untuk duduk di hadapannya. Terlihat ada bercak darah di ujung bibir arka akibat benturan dan tonjokan tak sengaja dilayangkan oleh ziqri kepadanya tadi.

“Aw! Shhhh sakit rif”

“Diem ah!”

Penurut sangatlah sifat yang mendalam pada diri arka, ia diam setelah diperintah oleh ariffa yang sibuk memberi obat merah pada luka kecilnya.

“Udah segitu doang kok sampe keluar air mata? Lebay lo!” ucapan itu di ucapkan oleh ariffa yang memberi tanda bahwa luka arka telah ia obati.

Arka yang sedari tadi diam masih membeku diposisinya. Karena tangan kiri ariffa yang sakit masih ia genggam tanpa ariffa sadari.

“Rif!”

“Hem?”

Arka masih membeku dan keringatnya menetes tanpa disengaja mengenai bahunya. Ariffa yang melihat berantusias mengambil tisu disanping kanannya lalu menyeka keringat arka.

“Main lo bagus tadi, gue suka dan semangat ya!”

Kalimat tersebut membuat mulut arka terbuka lebar dan dikatup kembali oleh ariffa tanpa ekspresi.

“Emmm sebenarnya gue sengaja naruh tangan yang sakit ditangan lo biar lo ga kemana-mana. Dan gue tau lo ga bakalan nyengg tangan gue yang sakit” Arka kembali membuka mulutnya dan ti tautkan lagi oleh ariffa.

“Jorok anjir mangap gitu ntar lalet masuk ke mulut lo” ucapan ini membuat arka menelan ludahnya dan tersenyum cerah menghadap ariffa.

Ariffa yang melihat tertawa kecil gemas oleh tingkah arka yang lugu. Ariffa kembali menyeka keringat arka yang sedari tadi terus-menerus menetes hingga membuat bahu bajunya basah.

“Ka, gue minta maaf ya sama kejadian semalem. Gue emang suka begitu dan kadang gue mood swing. Tapi gue emang akuin kalo perkataan gue semalem udah nyakitin hati lo, ya karena farel yang bilang makanya gue tau. Tapi lo tau ga kenapa gue ga risih sama lo? Ya karena lo ga kaya ziqri yang pemaksaan terus ngga nyakitin gue. So, gue minta maaf banget ya dan juga kita belum kenalan secara baik-baik. Kenalin gue ariffa”

Arka tanpa tertahankan lagi membuka mulutnya selebar-lebarnya terhadap ulah ariffa yang tak seperti dirinya yang biasa. Arka mencoba memyadarkan dirinya dengan kembali menepuk pipinya yang gembil.

“Riff, tolong cubit aku dan bilang ini ga mimpikan?”

Permintaan arka diakses dan ariffa melakukan apa yang telah arka minta. Kekehan sakit arka akibat mengaduh menandakan bahwa ini bukan lah mimpi.

“Ga mimpi geblek, ini serius loh! Jadi kapan ini tangan gue udah sakit nunggu balesan salaman lo!” Dengan sigap arka menyambut jabatan tangan ariffa.

“Arka, salam kenal ariff. Ehmm jadi boleh ga kamu jadi pacar aku?”

“Males ah, tapi kan kita temenan” Ariffa mengucapkan kalimat ini dengan sangat pelan dan meninggalkan arka diruangan uks sendiri.

“Rif! Hei! Mau kemana? Tadi bilang apa?”

“Ga tau, apa ya?”

“Rif! Hei! hahahahah apaan tadi heii!”

“Ih budeg lu yee! Gamuau lagi ah!”

“Temenankan?! Yuhuuu! GUE TEMENAN SAMA ARIFFFAA!!”

saling menyahut hingga keluar dari lorong itu dan mereka pun akan memulai hal baru berdua yang orang lain juga tahu karena sedari tadi ia terus mengikut mereka berdua.

it's me


Dentuman derasnya hujan diluar sana masuk menyusuri indra pendengar ku, semerbak wangi tubuh pria ini masuk melalui indra penciuman ku, inci kulitnya tersentuh dengan indra peraba ku, saliva yang sedari tadi ku tahan karena terisi dari kelenjar telinga ku masuk lewat indra pengecap ku, namun hanya satu indra yang tak bisa ku rasakan bagaimana fungsinya jika ku gunakan saat ini dan bersatu dengan indraku yang lain?

Tak ingin menentang takdir, orang tua dan tuhan. Jika ini cobaan hidup maka ku tempuh dengan ikhlas, namun jika ujian ini akan berakhir sebentar lagi maka aku akan bersyukur pada sang pencipta kelima indra sempurna ini.

Siapa sangka kemarin aku dihubungi oleh seorang yang baik hati ingin mendonorkan indra penglihatnya kepadaku. Maaf tak bisa ku sebutkan ciri-cirinya bagaimana, namun setau ku ia adalah orang yang baik mau mendonorkan dan juga pasien lama disana.

Setelah jihoon berpamitan pulang dengan ku, ia kembali memberitahukan ku agar menemuinya di ruangan rawatnya.

Suara monitor cpr dan jatuhnya air infus yang masih mengalir di nadinya bisa ku dengar dari jarak yang dekat. Hembusan nafasnya seperti sedang mendekatkan wajahnya kepada wajah ku.

“Wow!, it's beautiful eyes. Can i have this crystal?” katanya kepada ku yang sedang mengolah katanya.

“Whats you thinking about to would be same my eyes?” tanya ku lagi kepadanya.

Yang ku dengar hanya kekehan gurau darinya, aku masih bingung dan menunggu jawbannya yang pasti.

“Mata itu terlihat seperti malaikat, makanya aku menginginkannya soonyoung”

Aku tak terkejut saat ia tahu namaku, yang membuat aku bertanya-tanya ialah jawabannya. Mengapa ia berpikir sepasang bola tak berwarna ini ia juluki sebagai mata malaikat?

Don't panic boys, aku ga minta sekarang kok hahaha. Aku mintanya nanti waktu aku udah merasa bisa berpisah dari dunia ini”

Alur bicaranya yang tak tersampaikan kepada ku membuat pikiran ini terhadapnya menjadi sendu. Entah mengapa begitu pilu mendengarnya mengucapkan kata berpisah.

Ku coba untuk memulai lagi bertanya kepadanya akan donor yang ia berikan kepadaku.

“Maaf kalau pertanyaan ini melenceng atau tak mengenakan bagi anda, namun saya sangat perlu jawabannya. Mengapa anda mau mendonorkan mata anda kepada saya?”

Thats easy question dude. because, waktu ku didunia hanya sebentar dan kau pemuda baik berumur panjang bisa memanfaatkannya dengan baik”

“Bukan jawaban ini yang saya maksud, pasti ada jawaban lain yang saya masih bisa dengar dari anda bukan?” kembali bertanya karena masih ada kejanggalan dari tujuannya tersebut.

Oh! Okay!.hemmm~hhhhh! You stay with my brother now, and i hope you can protect him. When?

Menjaga siapa? Adiknya bersamaku? Jihoon?

Who's him?, jangan bilang lee jihoon” tanyaku lagi

Yes, that's right bro hahaha-”

”– Lee jihoon, dia adik saya. Umurnya 29 tahun seumuran dengan mu, jangan berpikir dia lajang karena ditinggal kekasih ya!”

”-Hahaha dia lajang karena sibuk kuliah, kerja, dan mengurus saya disini. Istri saya baru-baru ini dipanggil karena urusan kantor jadi ga selalu stay sama saya. Anak-anak saya ga boleh manggil dia om karena dia ga mau kelihatan tua, tolong dimaklumin soal ini ya hahaha”

”-dan saya meminta tolong kamu membalas jasanya menjaga saya selama ini. memberikan mata saya kepadamu bukan sebagai maksud untuk kamu kembali membalas budi karena saya telah memberikanmu penglihatan, bukan yaa!–”

”-Tapi saya lihat dan saya pantau dari informan saya hahahaa, bahwa kalian berdua cukup akrab dan jika dilihat dari sudut pandang saya kalian berdua begitu cocok. Jadi saya harap kamu bisa menjaganya dengan baik. Tidak perlu berjanji saya hanya meminta tolong itu saja”

Tak bisa membalas ucapannya karena orang yang ku sebut sudah tertera saat ia jelaskan barusan, semua yang dikatakannya entah kenapa terasa benar, jika dilihat aku hanya baru bertemu dengan jihoon beberapa kali saja. Tapi setiap aku dekat denganya sungguh tak ada limitnya aku sangat bahagia.

Seperti sekarang, dengan ia yang tiba-tiba ku peluk dengan beralasan ia kelelahan berlari menujuku tanpa memakai alas kaki pun ia berikan feedback afeksi kepadaku sampai aku tertidur pulas bersamanya.

Sayangnya, aku tak bisa melihat wajahnya yang penuh kecemasan siang tadi dan kini ku mencoba menganggapnya sebagai orang terdekat.

Namun, apa mungkin yang dikatakan saudaranya itu terjadi kepadaku?

Bimbang lah yang kudapati sekarang, karena pikiran negatif ku terus memikirkan seperti apa benar ada yang ingin disanding dengan tuna netra sepertiku?

Seketika pikiran itu tercampakan saat suara pintu kamarku di buka diam-diam oleh adik kecil manjaku.

“Shhh~ dek kakak tau kamu dipintu, boleh kakak minta tolong kita bicaranya diluar aja?”

dengan suara yang sangat pelan ku usahakan agar pria yang berbaring disampingku tidak terjaga dari lelap tidurnya.

Suara pintu kembali menutup, yang artinya chan sudah tak lagi berada disana.

Entah mengapa berat hati ingin meninggalkannya sendirian disini, namun ada hal yang ingin ku bicarakan dengan chan.

“Kak seungcheol, i'm promise!

Itu adalah kalimat yang aku ucapkan sambil mengaitkan jari kelingkingku dan jari kelingking jihoon setelah berusaha mencarinya untuk ku tautkan sebagai tanda aku akan berusaha menjaga jihoon yang sudah orang nilai cocok dengan sibuta ini.

kayaknya belum saatnya buat dimaafin


“Arkaa!!”

“Kaa! Woi! Mati lo?”

“Apaan sih?”

Dih gue kira dia pingsan atau nyawanya udah dicabut malaikat, taunya masih bangun aja ni orang.

“Nih martabak”

gue sodorin aja biar dia seneng tapi gue liat-liat ga ada senyum tuh dimukanya.

“Lo kenapa?”

“Masih nanya aja lo kampret!, lo kenapa ga ikutan keluar tadi?”

Udah berfirasat bakalan nanyain ini sih, ya udah ayok jelasin.

“Gue tuh kebelet tadi, dan lumayan lama gitu. Gue ga mungkin nemenin lo makan sambil nahan kan yak?”

Alibi banget ga sih hahaha, biarin dah.

“Tau ga lo?!”

“Apa?”

“Gue tadi sama ariffa ke angkringan”

//buak

Di tepok gue anjir sakit.

“Ya maaf, tapi lo kan dapat kesempatan buat baikan lagi sama dia”

Lah mendung banget cuaca nih anak, air matanya udah kegenang tuh. Cengeng!.

“Heh! Masa gitu aja nangis. Ga gentle lo!”

Makin deres njir salah gue.

“Cerita lah kenapa lo sama ariff? Belum baikan?”

“Belum”

Langsung serek males gue sumpah ntar gue ikutan nangis gimanaa?!!

“Kenapa coba?”

“Dia bilang gue kaya tungau di hidupnya hiks”

Plis lah gue tarik balik omongan gue tadi ya, bukan ikutan nangis tapi gue nahan ketawa ngik ngik nih!

“Kok bisa dia bilang lo t-pffftungau sih haha kampret”

“Ketawa lo kudanil, ga tau lah”

Kasian gue tapi ngakak juga gimana dong. Ya udah lah mari kita bantu dia dengan kerokin punggungnya.

“Sini balsem lo, gue bantu kerokin. Lo bandel gue bilang pake jaket malah ga dipake” kuat banget alibi gue haha

“Gue udah pake jaket tau, tapi gue kasih ke ariff”

Iya gue udah tau dari awal juga ka, jan lo jelasin lagi dah. Demi lo baikan mari dengerin ceritanya tadi aja.

Kata si arka mereka awal pas ketemu diluar tadi susah nyari gue, nah betul kan kata gue haha. Terus si ariff tanya arka, lihat gue ga katanya. Si arka juga sama lagi nyariin gue abis itu mereka langsung diem gitu.

Ga lama suara perut si ariff bunyi, cacingnya minta makan kali. Ya udah si arka nawarin buat makan bareng gitu mumpung tujuannya sama. Ariff? Ya mau lah orangnya lurus begitu ya mau kalo ada teman ya gas.

Abis itu sampe disana arka langsung nyiapin makanan yang mau ariff santap, ariif bilang makasih gitu. Terus tadi anginnya kenceng banget, si ariff cuman pake kaos sama training doang dan si arka ngelihat jelas kalo dia kedinginan, ya udah arka kasih pinjem jaketnya.

Sumpah so sweet banget cara arka pakein jaket ke ariff, ariff natapnya bingung gitu loh nah si arka pakenya tulus banget kaya si protektif gitu didrama koriya.

Pas tatapan mereka canggung lagi karena bang dendik cie-in mereka. Ariff ya namanya ariff tetep sensi dan dia lari dari sana, untung arka bawa dompet isi cash kalo debit gimana dah tuh susah kejernya.

Ariff sengaja jalan ke apotik karena dia tau kalo arka bakalan ikutin dia dari belakang dan sampe di apotik ariff yang masuk arka nungguin di luar.

Selese beli balsem ariff langsung kempar balsem ke arka samb bilang

“Nih ambil, biar minyam telon gue ga habis”

Sayang banget dia sama minyak telon asli dah. Arka bilang ga usah dia bisa beki sendiri, terus si ariff mulai emosi karena pemberian dia ditolak.

Akhirnya ariff jalan lagi dan balik ke jalan masuk komplek. Arka masih ngintilin dari belakang manggil nama arif terus-terusan. Ariff ngambek karena ilfeel namanya dipanggil mulu. Iya dah serah lu lifayyy mau lo apa sih bocil gerem gue denger cerita arka.

Arka tuh cuman mau baikan, mau bilang baik-baik kalo dia bakalan lebih baik lagi sama ariff kedepannya, tapi si ariif malah keduluan bilang kalo si arka tuh tungau dalam hidupnya. Buat ilfeel, deketin mulu padahal tujuannya ga jelas....

wait? Ga jelas?! Heh lifaayy!! Dia tuh deketin ada tujuan tau! Emosi gue! Untung gue ga ngarep mereka berdua jadian.

Si arka minta maaf mulu katanya sampe minta ariff ngomongnya pelan-pelan aja takut tetangga pada bangun. Nah kan baik noh! Baik banget arka suruh dia pelan masyaallah untuk nih ketos bocil kalo gede udah gue ajak betumbuk.

Si ariff kekeuh suruh arka masuk kerumah, tapi arka bilang mau selesain malam ini. Alhasil ya seperti yang gue bilang tadi ariff yang masuk kerumah duluan.

Dan makanya si arka nangis sekarang. Gue ga tau sih mau belainnya gimana, tapi ariff emang udah keterlaluan sih. Arka udah baik-baik ngomong dia malah emosian dan gue juga ikut emosian!!!

Mungkin belum saatnya arka dimaafin, tapi coba aja kali besok ya. Yang di katain dika mungkin bisa bermanfaat bagi arka.

“Dah! Dah! Ga usah nangis lagi!”

“Apaan gue ngerintis sakit gegara lo keroknya geraman anjir! Untung ga bedarah punggung gue!”

“Hahaha maap maap, semangat ya ka btw buat besok lo gue yakin bakalan di maafin”

“Hemm. Thanks rel, kalo ga ada lo mungkin gue udah tanem sakit hati ini lebih dalem”

“Anjir kata kata lo jijik gue denger alay banget”

“Gue geplok lo yee! Dah lah yok tidur”

“Pisah ah, lo bau balsem. Sakit hidung gue”

“Ya udah tidur disofa aja”

Oke gue tidur di sofa emang sengaja, biar dia leluarsa mau nangis, ketawa ntah apa di balik selimutnya terserah. Tapi gue harap arka bakalan bahagia lagi kaya arka sebelum kejadian tadi.

Fighting broh.

Run To You


Menelfon sekian kali pada nomor telfon chan dan tak kunjung di angkat. Lalu mendapat notifikasi chat dari chan, yang mengatakan bahwa kakaknya telah ia tinggalkan sendirian di tengah keramaian penantian transportasi umum tersebut.

“SHIT!, CHAN NGADI NGADI BENER LO NINGGALIN ABANG LO DISANA!”

umpatan yang keluar dari mulutnya yang bertuju kepada perbuatan yang baru saja si pengirim pesan sampaikan kepadanya, membuat jihoon mau tak mau menerjang derasnya hujan yang turun diawal sore itu.

Tali sepatu yang belun sempat ia benarkan membuat sebuah pasang sepatunya lepas dan ia hiraukan saja ditengah jalan, karena rasa khawatirnya pada soonyoung menghilangkan kepedulian atas penampilannya yang sudah bisa dibilang sangat kacau.

Entah pecahan kaca, paku dan benda kecil tajam yang menghujam masuk ke telapak kakinya yang membuat larinya mulai melambat akibat kaki yang tak beralas, jihoon dengan sekuat tenaga berusaha melajukan larinya.

“Kenapa harus ditempat ramai! Kenapa chan?!”

Ucapnya ini sedari awal sudah ia mulai semenjak kegiatan marathonnya menuju soonyoung.

setelah berlari dengan jarak 18km, ia berhasil sampai di halte yang sedari tadi menjadi keberadaan soonyoung. Dengan nafas yang belum ternetralisir oleh jihoon, ia langsung mencari soonyoung di tengah keramaian.

Menoleh kiri dan kanan, mencari seseorang dengan ciri-ciri yang ia kenal beberapa hari yang lalu bersamanya dan alhasil jihoon frustasi sudah 2 menit berlangsung pencarian soonyoung tak kunjung ia jumpai.

“Ga mungkin gue susah nyarinya!, udah jelas banget kalo soonyoung rambutnya putih” ucapnya sambil mengacak rambutnya.

Lalu, tiba-tiba seseorang menggenggam tangannya dari belakang dan berucap.

“Jihoon? Kamu cari aku?”

Jihoon membalikan badannya dan langsung membawa soonyoung kedalam dekapannya.

Cemas, marah, kesal, sedih. Itu yang dirasakan jihoon sekarang. Ia tak bisa berkata-kata, tak peduli pandangan orang kepadanya dan juga soonyoung. Yang ia tahu bahwa soonyoung lah yang berhasil menemukannya dan ia gagal menemukan soonyoung dengan perbedaan yang sangat kecil.

“Makasih udah baik-baik aja hiks”

suaranya yang teredam di dalam pelukan soonyoung pun membuat sang empu membalas pelukannya. Membuat jihoon merasa aman dan tenang lah yang bisa soonyoung lakukan sekarang.

“Iya jihoon, aku baik-baik aja kok dari tadi. Ya walaupun agak panik chan ngagetin bilang mau kerumah sebentar hehe”

Kalimat yang baru saja soonyoung lontarkan kepadanya membuat jihoon tak kuasa mengepalkan tangannya seperti ingin melayangkan tinju itu kepada adik Soonyoung.

“Ihhhhhhargg...BISA BISANYA NINGGALIN LO DITEMPAT RAMAI GINI! APA DIA GA SAYANG SAMA LO SAMPE NGAGETIN BILANG MAU PULANG GEGARA DIA NAHAN BOKER!”

“jihoon! Shhh! Ini tempat umum ga boleh gitu. Maaf ya pak buk!” ucap soonyoung menenangkan jihoon dan meminta maaf pada keramaian disana.

“Dah yok mending kerumah aku ganti baju, lihat nih basah semua”

Jihoon hanya mengangguk dan tak menjawab soonyoung. Untungnya hujan yang deras itu berhenti tepat saat soonyoung ingin membawanya menuju kediaman kwon.

Didalam perjalanan kerumah soonyoung, jihoon hanya membimbing Soonyoung dan menatapnya (bukan jalan). Terlihat ada yang aneh sampai ia tak bisa mengenali sosok yang ia cari di keramaian tadi.

Mulai dari ujung kaki hingga ujung pucuk rambutnya jihoon pindai. Tampak banyan perubahan disana, surai yang sudah dicat hitam, jas mantel coklat dan kemeja putih membaluti tubuhnya, white cane yang tak lagi disakunya, dan potongan rambut undercut soonyoung membuat jihoon berat hati ingin mengalihkan pandangannya.

“Kamu mandangin aku ya dari tadi?” tanya soonyoung pada jihoon yang menutup mulut ovalnya.

“Ah! Ga kok! Aku lihat jalan nih”

Soonyoung hanya tersenyum gemas melihat tingkah jihoon dan mengeratkan gengaman bimbingan tangannya pada lengan jihoon.

“Soonyoung! aku mau tanya, tadi kamu bisa tau aku disana karena bau atau suara?” tanya acak jihoon membuat soonyoung ingin menjelaskan keadaannya tadi.

“Jujur ji, aku tadi panik sih sebenarnya-”

“TUH KAN! AKU BILANG APA! IH CHAN LIHAT AJA LO YAA!”

“Hei! hei! Tenang dulu ji hahaha”-

“Aku panik karena pendengaran ku yang tajam membuat aku ga bisa nyarin suara disekitar karena hujan sama orang yang terlalu ramai tadi. Untungnya bau minyak telon kamu yang kena air hujan ngebuat aku bisa tau kalo kamu ada disana” jelasnya.

“Wait?!, seharum itu kah minyak telon aku sampe kamu tau kalo itu aku? Kan bisa jadi aja ada bocil pake minyak telon yang sama kaya aku?”

“Ga ji! Aku tau bau kamu beda dari minyak telon yang lain”

“Hemm? Coba deskripsikan bau aku gimana?”

“Minyak telon kamu kecampur sama bau baby powder harum strawberry dan nyatu juga sama bau body wash kamu yang bau citrus. Dan itu nyaman banget buat hidung aku sih ji”

Detail, singkat dan jelas membuat jihoon hanya bisa bertepuk tangan terhadap indra penciuman sang teman tuna netranya ini. Namun, tepuk tangan jihoon terhentikan saat soonyoung mengetahui bau lain yang menempel ditubuhnya.

“Jihoon!, kamu luka ya?”

Tak bisa mengelak dan memang benar, sebuah kaca berukuran 1cm menusuk tumit kakinya. Dan memang bisa soonyoung pungkiri semenjak perjalanan tadi jihoon sudah tak meluruskan jalannya.

“Bener ya ternyata”

Ia hanya diam hingga sampai dirumah soonyoung. Dari pekarangan taman rumah soonyoung menuju pintu masuk rumahnya terlihat chan yang sedang tergesa memakai sepatunya, berhenti tepat saat ia sudah tahu kakaknya sudah hampir memasuki kediamannya tersebut.

Tatapan sinis jihoon dan jempolnya yang sudah memeragakan hunusan dilehernya membuat chan menelan ludahnya dengan susah payah.

“Chan, antarkan kakak sama jihoon ke kamar kakak ya” Pintah soonyoung kepada adiknya agar menuntun ke ruang pribadinya.

Setelah sampai di kamarnya, jihoon sudah di siapkan oleh chan baju soonyoung untuk ia pakai sebagai pengganti bajunya yang sudah kuyup diguyur hujan tadi.

“Tukar baju dulu abis itu duduk didepan aku ya!” ucap soonyoung yang tegas dan menunggu jihoon di sofa panjang di kamarnya.

Jihoon telah masuk di kamar mandi menukar pakaiannya. Kini chan telah menyiapkan kotak p3k di depan soonyoung.

“Kak, chan minta maaf”

dengan suara yang berat, ia sadar telah melakukan kesalahan meninggalkan kakaknya sendirian.

“Iya ga papa, tapi kamu lihat ga tadi? Kaki jihoon kenapa bisa luka?” tanya penasaran soonyoung kepada adiknya yang bisa melihat.

“Itu..anu..kak! Bang jihoon ga pake sepatu satunya lagi”

“Maksudnya cuman pake sepatu di satu kakinya doang”

Soonyoung hanya diam dan meraba kotak p3k yang dibawa chan tadi.

“Kak, biar chan aja yang ngobatin bang jihoon”

“Ga usah dek, biar kakak aja. Dan chan kakak boleh minta tolong, tinggalin kakak sama jihoon berdua aja ga hari ini?”

Gaya bicara soonyoung sudah dingin, chan kalah mutlak untuk menawarkan pertolongan kepada kakaknya itu.

Dalam diam chan keluar dari kamar dan meninggalkan soonyoung dan jihoon di dalam.

Tak lama chan keluar, jihoon pun telah selesai membenahi dirinya lagi dan menuju soonyoung persis yang diperintahkan nya tadi sebelum masuk ke kamar mandi.

“Aku udah selesai, sekarang ngapain?”

Dengan menatap penuh tanya, kaki jihoon tiba-tiba dibawa soonyoung bertengger di pahanya.

“Eh! Eh! soon? Ngapain!?” tanyanya penuh bingung.

Soonyoung tak menggubris dan tetap melanjutkan aktifitasnya meraba inci kaki jihoon.

“Hahahahaha soonyoung! Ih geliii hahahaha awww!”

Tepat setelah rintihan jihoon soonyoung berhasil mencabut pecahan kaca itu di kakinya.

Jihoon yang mulai paham situasinya pun menolong soonyoung mengambil obat merah untuk dioleskan di kakinya.

“Udah! Udah! Sekarang biar aku yang beresin. Btw makasih ya soon”

“Aku ga maafin kamu!”

“Eh?”

Sikap dingin soonyoung membuat jihoon bertanya-tanya dan menimbulkan rasa takut pada soonyoung.

“Eheh?! Soonyoung aku ada salah ya sama kamu?” tanyanya pelan

“Iya ada!”

“Ya udah aku minta maaf ya?”

“Kamu kenapa batu banget? Kenapa kamu terus lari padahal udah tau ada yang nusuk kaki kamu sedalam itu? Aku ga suka ya kamu mentingin aku dari pada keselamatan kamu sendiri!”

Jihoon panik melihat soonyoung yang menitikan air mata setelah menyelesaikan kalimatnya. Kini jihoon bingung bagaimana menenangkannya.

“Ah! Itu? Aku... Ehmm?!”

Jika dihalte jihoon yang membawanya kedalam dekapan jihoon, kini soonyoung yang bergantian membawa jihoon masuk ke dalam dekapan khawatirnya.

Air mata yang terus membasahi pipinya dan tak sengaja mengenai jihoon membuat jihoon tersadarkan bahwa soonyoung selama ini tidak merasa aman dan juga penuh kekhawatiran di dalam dirinya.

Jihoon mengusap punggungnya pelan, menyandar pelan punggung soonyoung di sandaran sofa dan mengeratkan pelukan mereka yang berhasil berbaring di sofa panjang berukuran kecil itu.

“Maafin aku ya?”

“Lain kali jangan gitu lagi ya?” suara serak soonyoung bertanya kembali kepada jihoon.

“Iyaya, udah jangan nangis ya, kamu udah capek kemaren juga nangis masa sekarang lagi?, udah ya cup cup kamu hebat soonyoung kamu hebat bisa bertahan tadi” memberi afeksi kepada soonyoung dengan mendekapnya erat kembali.

“Kamu juga jihoon, makasih juga udah nyelamatin aku sampe ngorbanin kaki kamu terluka”

Saling melontarkan kalimat terima kasih tanpa ada ujungnya, membuat mereka tak sadar membawa mereka ke zona nyaman menuju alam mimpi dan dekapan yang tak kunjung lepas itu.

“Bang ji! Lo ma-?, eh? Malah molor disofa nih bedua”

“wait a minutes...PELUKAN ANJIR HEII ABANG GUE TERNODAI!”

Jelas sekali, mereka berdua tak mendengar teriakan chan malah makin mempererat kembali pelukan mereka.

It's Miracle


Jihoon dan soonyoung tengah asik menikmati suasana carnival date mereka. Namun, tepat jam 8 malam jihoon mendapat panggilan di handphonenya yang lain dari kontak bernamakan adek si ganteng dan sudah menelfon sebanyak 23x.

Jihoon yang menyadari sesuatu yang mungkin penting karena mengingat banyaknya panggilan yang masuk dari chan pun memberikan handphonenya kepada soonyoung untuk ia jawab.

“Soon!, kayanya chan nyari kamu deh”

“Gimana ji?” soonyoung masih tak paham situasi karena konteksnya yang ambigu

“Nyari kamu di telfon maksudnya, ini dari tadi nelfon mulu sampe 23 panggilan tak terjawab loh. Mungkin penting mending kamu ngomong aja”

Soonyoung pun menjawab telfon dari adiknya melalui handphone jihoon.

Setelah berselang hampir 5 menit pembicaraannya dengan adiknya tersebut, soonyoung tergesa bersikeras meminta agar jihoon mengantarnya pulang.

“Jihoon, aku minta maaf banget ya. Bisa ga kamu anterin aku pulang sekarang?! Aku mau pulang!!” katanya dengan sangat memohon.

“Iyaya boleh kok, yaudah yok aku anterin nih”

Mereka berdua pun segera menuju mobil jihoon yang terparkir diluar pekarangan fun fant tersebut.

“Soon, jangan khawatir ya. Tenang aku bakalan bawa kamu aman sampe kerumah kok” ucap jihoon untuk menenangkan soonyoung yang tengah menitikan air matanya.

“Jangan nangis dong! Yah! Kemarin kamu bilang sama aku ga boleh cengeng, kok kamu yang cengeng sekarang?”

tanya jihoon kepada soonyoung yang masih bergetar hebat sambil memegang tangannya erat.

“Ji! Kerumah sakit aja langsung boleh ga?, soalnya...aku...dapat orang yang mau donorin matanya buat aku ji hikss...”

“EH! BENERAN? KENAPA GA BILANG DARI TADI SIANJIRR!”

Sontak kaget, jihoon pun melajukan pedal gas mobilnya dan sesegera mungkin membawa soonyoung sampai dengan selamat menuju rumah sakit yang diarahkan soonyoung.

Sesampainya dirumah sakit, jihoon membantu soonyoung berlari menuju ruangan optik. Dan melihat ada chan dan kedua orang tua soonyoung yang sudah menunggunya didepan pintu.

Telah berlangsung amat lama sekitar 30 menit chan dan jihoon menunggu diluar karena yang diperbolehkan masuk hanya orang tua dan orang yang bersangkutan saja.

“Dek, lo kok cengeng anjir hahaha ingus lo mleber noh!“ucap jihoon sambil mencairkan suasana haru nan gembira itu.

“Lo gak tau bang perjuangan abang gue buat dapetin tuh matanya kembali gimana?” jihoon kaget dengan arah bicara chan kepadanya menjadi informal.

“Gue kira lo softie anjir, ternyata kagak ye” sambil mengacak rambut chan gemas.

“Ckk..apaan sih, apa salahnya gue ngomong informal sama lo?“kesal chan sambil menepis tangan jihoon yang masih mengacak rambutnya.

“Ga papa sih, gue suka lo yang nelongso gini. Tapi ya dek, gue bingung kenapa abang lo bisa nangis ya? Padahal kan dia gimana gitu”

“Bang jawaban lo masih bisa gue jawab ya anjir, orang buta emang masih ada kelenjar air matanya buat nangis, abang gue tuh cuman warna kornea matanya aja yang habis!” kesal chan sambil memukul jihoon.

“Woi kok malah gue digebukin sih?” ucap jihoon yang menahan amukan pukulan ringan chan.

“Lo ngeselin sih bang!. Gue mau tanya ya sama lo. Kenapa lo bisa deket sama abang gue? Pasti ada maksudnya kan?”

Pertanyaan yang di ajukan chan membuat jihoon tertegun bingung antara ingin menjawab jujur atau tidak karena jawabannya sudah bercampur dengan niat awalnya mendekati soonyoung.

Saat jihoon mulai ingin menjawab, soonyoung dan kedua orang tuanya keluar dari ruangan dan memberi tahukan bahwa soonyoung setuju dengan mata yang akan didonorkan kepadanya dan berkemungkinan besar akan segera di operasi 1 bulan kedepan karena akan dicek kesehatan mata pendonor terlebih dahulu.

Semua bergembira dan terharu. Mengingat keajaiban yang diberi tuhan sangat disyukuri oleh soonyoung saat ini. Jihoon yang hanya bisa melihat dari jarak yang dekat pun merasa lega, karena soonyoung sebentar lagi dapat melihat wajahnya dengan jelas.

i choice you, because your handsome


Menyusuri jalanan yang basah dan menghirup aroma segar dari pohon dijalan yang habis diguyur hujan pagi itu, membuat jihoon merasa bersemangat untuk mencari calon modelnya itu.

Memasuki sebuah minimarket untuk membeli cola dan makanan ringan untuk wejangan para tamunya distudio dengan 2 kantong penuh yang ia jinjing di kedua tangannya.

Setelah selesai melakukan pembayaran, kini ia kesusahan untuk membuka pintu minimarket tersebut. Untungnya ada seseorang yang membukakannya sambil menyapa namanya.

“Selamat pagi mas jihoon” ucapnya.

“Pagi mas, eh! Ini mas yang dilapangan kemaren kan?”

gubrisnya kaget danyang disapa kembali membungkuk hormat lalu masuk kedalam minimarket tersebut. Jihoon dengan sigap menangkap pergelangan tangannya dan tak sengaja soonyoung pelintir.

“Ahh! Ahh! Sakit njir ahh!” rintihan jihoon meminta untuk di lepaskan.

“Ah! Maaf mas saya reflek soalnya banyak yang gituin saya”

ia melepaskan genggaman eratnya pada lengan dan kembali meraba telapak tangan jihoon agar bimbingan jihoon ia kembalikan.

ah! Reflek karena banyak yang giniin dia, ada benernya kata si babi suara hati jihoon berkata seperti itu.

Jihoon pun menggenggam erat tangan soonyoung untuk menuntunnya ke sebuah tempat duduk didepan minimarket tersebut dengan tangannya yang masih penuh dengan plastik hitam itu.

“Mas duduk ya saya tuntun biar ga jatuh”

“Terimakasih mas jihoon”

“Hehe sama-sama”

Jihoon masih heran dan tertawa canggung karena ingatannya yang sangat kuat sehingga mengingat namanya dengan mudah. Padahal bisa dihitung beberapa kali mereka bertemu.

“Kalo boleh tau, ada yang perlu saya bantu?”

kalimat awal yang jelas dilontarkan soonyoung kepada jihoon dari maksudnya membawa ia duduk disana. Jihoon belum menjawab karena ia masih mengagumi wajah soonyoung yang kehilangan sunglasses nya.

“Mas?” sapanya jihoon kembali.

“Eh! Hahahaahaha! Maaf mas maaf, kalo boleh saya tau nama mas kemaren siapa sih?” ternyata ia lupa siapa nama modelnya ini.

“Haha, nama saya masih sama kaya kemaren mas. Nama saya soonyoung” jawabnya dengan tertawa ringan.

Jihoon tertawa canggung sambil menggaruk tengkuknya karena malu. Walaupun ia tahu sang lawan bicaranya tak akan bisa melihat pipi meronanya.

“Ah ya! Kalo saya boleh tau, tapi kalau masnya ga mau kasih tau juga ga papa hehe. Umur mas berapa sih? Soalnya canggung banget pake embel mas kalo seumuran hihi” jihoon memulai pertanyaannya dengan membuat alur bicara menjadi santai.

“Saya 29 tahun mas, kalau mas?”

“Wah! Sama dong broh haha seumuran kan bener guee! Eh!”

jihoon langsung menutup mulutnya setelah ia mengajukan telapak tangannya untuk soonyoung beri tepukan hi! Five!, benar, jihoon menutup mulutnya karena terkejut bahwa soonyoung bisa membalasnya.

“Mas nih bisa lihat ya?” jihoon mulai kehilangan konsen sopan santunnya.

“Haha, saya masih bisa lihat kalau ada cahaya mas. Tapi bener kok saya total blind mas” jawab soonyoung dengan santai.

Jihoon mengangguk yang perlahan mulai mengerti. Kini ia ingin melanjutkan sesi tanya jawab tak sopannya kembali. Padahal pertanyaan itu sudah mingyu beri penjelasannya.

“Kalau mas bisa tau saya padahal saya ga ngomong sama mas tuh gimana?”

“Karena aroma mas, makanya saya tahu kalau itu mas. Karena jarak yang dekat maka aromanya bisa dijangkau sama indra penciuman saya mas.” jelasnya.

Jihoon kembali mengangguk dan mendekatkan diri dengan wajah soonyoung hingga seperti ambigu dimata orang.

“Saya mau tau aroma saya kaya gimana mas?” tanya jihoon tegas dengan menahan nahas akibat jaraknya yang dekat terhalang oleh meja bundar.

“Mas dekatin muka mas sama muka saya ya? Mas imut ya ternyata?”

sudah berapa kali jihoon di buat jantungan oleh pria tuna netra ini hari ini. Jihoon menjauhkan wajahnya dan mendeham kaget sambil kembali mendudukan tubuhnya di kursi.

“Ga kok saya jelek, jangan bilang saya imut. Saya cowok tau mas. Eh! Jawab dulu saya tuh aromanya gimana?” mengalihkan pembicaraannya.

“Bau mas tuh kaya aroma mint minyak telon sama baby powder deh yang bau strawberry”.

Dengan dagu yang menggantung, jihoon masih tak bisa berkutit selain mengedipkan matanya dan membiarkan mulutnya mengaga lebar.

“Wahh! Keren banget sumpah! Tapi mas ayo kita kembali ke awal. Karena seumuran maka dari itu kita kenalan kaya temen seumuran lainnya. Kenalin nama saya lee jihoon, jangan panggil mas lagi ya” menjulurkan tangan dan menarik ujung bibirnya naik.

“Salam kenal, jihoon. Saya kwon soonyoung. Senang bertemu dengan mu” ia pun juga membalas jabatan tangan jihoon dengan menggambarkan senyum cerah di wajahnya.

“Oh ya soonyoung, aku mau kasih kamu kesempatan lagi buat nawarin kamu jadi model aku. Kamu mau ga?” jihoon menawari soonyoung dengan tujuan utamanya.

“Aku mau aja sih, tapi apa ga masalah kamu memperkerjakan seorang difabel buat jadi model kamu?” tanyanya kembali.

“Setau aku dimasa kuliah dulu ya, kata dosen ku boleh aja selagi modelnya ga keberatan ga masalah. Kecuali aku maksa kamu baru deh aku kena pasal” jawab jihoon tegas dan intens untuk meyakinkan soonyoung kembali.

“Ok baiklah, aku mau.” kembali menarik senyumnya hingga membuat kedua garis matanya membentuk bulan sabit.

Jihoon menjulurkan tangannya kembali sebagai tanda kerjasama mereka.

“Deal ya?”

“Deal”

“Okee! Sekarang ayo ke studioo!!!”

dengan semangat jihoon menarik soonyoung dari duduknya dan menuntun soonyoung dengan hati-hati menuju studionya.

“Eh tunggu dulu jihoon, aku mau beli susu uht buat anjing ku” kata soonyoung sambil mereka berjalan.

“Nanti aku beliin kok aman hahaha!”

tahan jihoon dan kembali membawa soonyoung kestudionya.

meet u


Di siang itu gue lagi suntuk banget dan kepikiran buat joging sore sendiri. Padahal tadi udah ajak mingyu malah dianya ga mau. Ya udah, akhirnya gue pergi sendiri ke lapangan deket studio gue.

Lagu jazz milik riski febian yang judulnya cuek masuk kelorong telinga yang bertujuan agar gue ga terlihat kesepian banget. Ada sekitar 5x putaran dengan ukuran lapangan yang sama besar dengan lapangan sepak bola itu ngebuat gue ngos-ngosan dan akhirnya gue memutuskan buat duduk nyari minum di deket pendopo orang jualan cangcimen.

Gue disuguhi kang jualan sama air mineral dan kacang rebus yang bisa membuat kegiatan joging gue hari ini dibilang percuma. Ga lama neduh ada anjing jenis samoyed putih lari kecil kearah semak disebelah gue buat dikencingin. Anjirr ga ada sopan-sopannya nih anjing.

Kalo dilihat anjing ini kayanya ada yang punya. Soalnya talinya kejuntai aja dilantai, So gue bantuin nyari tuannya karena untung aja nih anjing jinak banget dan gemes banget kayak kucing anggora.

Gue liat dulu sih kalungnya dan benar disana kecantum namanya yang gemes banget. Morganisa, cantik banget namanya tapi kayak ga asing aja gitukan?

Udah 2x keliling lagi gue nyari orang yang siul atau nyebut nama ni anjing supaya pergi ketuannya dan gak lama beneran ada yang manggil namanya.

“Morganisaa! Woh! Ya ampun kamu dimana nak? Morganisaaa!”.

Asli jok, suaranya ganteng banget. Lo tau kan definisi suara ganteng gimana? Nah bener, pasti orangnya cakep juga lah!.

Gue cari sumber suaranya dan kita kayanya hampir deket deh?. Tau-taunya!–..

duakkh

Kampret! kepala gue kejedot dadanya yang bidang. Uwah! ga habis pikir gue, ni dada atau bantal empuk tapi nyes. betulkan kata gue, insting gue tuh tajem dan lihat apa yang gue temukan? Ciptaan tuhan mana lagi yang kau dustakan. Ya allah ganteng banget!! Serius deh.

“Eh, maaf ya mas saya ga sengaja beneran kok” dia ngebungkuk kaya minta maaf gitu.

“Hehe iya mas ga papa, btw mas nyari anjing ini ya?” gue maafin dan kayaknya ada yang aneh.

“Kalau boleh saya tau anjingnya warna apa ya mas? Terus namanya siapa?”

Eh? Anjir mana gue tau, kan situ yang harusnya nyebut namanya! Gimana sih?. eh tapi ntar deh mending jawab dulu.

“Haha mas becanda ya?, ini anjingnya didepan mas loh, nih saya kembaliin takutnya malah dituduh pencuri anjing saya haha” gue ajak ngelawak soalnya aneh banget ni orang.

Dan setelah gue dengar gubrisanya. Oh my good!, i'm so speechless, dia buta anjir! pantes matanya ga nengok ke gue waktu ngomong, makanya gue bilang tadi kayak ada yang aneh gitu. Untung ga gue tonjok nih orang, soalnya kalo dia bilang ga liat gue karena gue pendek udah ancur mungkin ni wajah. Terus, katanya gini sampe gue merasa sedih banget.

“Maaf ya mas, bukannya saya becanda karena ga liat anjingnya sama mas kaya gimana. Tapi maafkan saya sekali lagi, saya penyandang tuna netra. Maaf ya kalo saya ngerepotin mas. Dan seolah-olah saya nipu mas”

Ha?! Gimana ga lo sedih denger suaranya lemah lembut gitu bilang sama gue.

“Ehmm mas?! Saya boleh tau ga ini namanya morganisa bukan? Terus bulunya warna putih ga?” anjir gue malah terpana lagi sampe lupa tujuan gue.

“Ah! Iya mas ini namanya morganisa di kalung dan bener warnanya putih”

baru bentar gue nyebut nih anjing dah kenal sama tuannya, tau gitu lo kenapa ga ke tuan lu sendiri tadi njing!.(bukan mengupat)

Gue sebenarnya ragu mau bilang ini tapi ya udah gas aja lah dari pada gue overthinking dan ga bisa tidur nanti malam gimana? Hayoloh?

“Mas, saya jihoon. Dan saya photografer yang studionya deket sini. kalo boleh saya tahu mas nama masnya siapa?”

“Saya namanya soonyoung, dan saya pengangguran”

Iya lah, lo pengangguran kan situ anu-(beeeeeeep//content cut)

Oke deh bagus kalo pengangguran, markicob! Mari kita coba untuk promosi.

“Nah pas banget mas, saya lagi cari model nih, mas mau ga jadi model saya?” Ga pake bismillah ya bund langsung nyongsor aja udah.

“Maaf mas? Gimana? Tapi kan saya-?”

“Shhh! Shhh! Shhh! Udah lah mas tinggal pose aja yang cakep nanti kita kasih duit ya? Eh- mas! Mas! WOI MASS! Eyyy Mass!!”

Gue ditinggalin hiks..., apa semenakutkan itu gue? Tapi ga papa mari kita coba esok hari dan joging lagi kesini.

I Promise You, Jihoon


sudah hari ke 5 jihoon tidak tergerak dari kamar rawat inap wonwoo. ia masih saja menunggu wonwoo yang tak kunjung bangun, padahal dokter sudah memprediksikan bahwa wonwoo akan siuman kurang lebih 3 bulan lagi.

sungguh tak ku sangka bahwa wonwoo adalah kasim ku dahulu. memang benar adanya setiap kali berjumpa walau tak tegur sapa aku selalu merasakan ada hal yang mengganjal ketika melihat wajahnya sekilas. dewa izanagi mengatakan bahwa itu adalah efek kutukan dari wonwoo sendiri dan jihoon mengetahui segalanya.

sungguh lucu mengetahui bahwa yang sedang ku ambil nyawanya ini adalah reinkarnasi istri ku sendiri. istri yang cantik jelita sekarang bergender sama dengan ku. memang ini kutukan yang tidak adil namun siapa duga bahwa cinta tak memandang fisik, gender, ataupun kepercayaan. lihat lah siapa yang sedang reinkarnasi istri ku ini pacari.

haha benar, aku bukan lah manusia yang bisa reinkarnasi tapi ia sangat menerima ku untuk mentahta didalam hatinya. shinigami yang dianggap menjalankan suatu pekerjaan dosa mengambil dan merenggut nyawa seseorsng tanpa izin dan penolakan dari yang punya juga jihoon lakukan padaku pada saat awal mula kami bertemu.

jihoon bisa menerima takdirnya dan keberadaan itu sekarang dan bertolak belakang denganku, kini giliran ku lah yang tak ingin nyawanya diambil. aku sangat ingin mengulur waktu namun jika aku berharap maka waktu akan terasa cepat. Sungguh egoisnya makhluk satu ini.

perih, pilu, sakit sungguh menyakitkan melihatnya saat mendengarkan suara buku dan juga tintaku menyatu dengan senyumn yang hangat tersirat di wajahnya. siapa yang tak mengeluarkan air mata jika melihat kekasihnya sedang kesakitan.

dengan sangat paham ku ketahui bagaimana sakitnya saat suara itu bertamu ditelinganya. dengan cekatan lilitan tali tambang yang terbelit di dadanya, ditarik lah dengan kuat saat aku selesai menulis dan juga mengucapkan hari keberapa menuju kematiannya. sangat jelas sekali aku melihat bahwa ada dua malaikat pencabut nyawa saling menarik tambang itu yang ditengahnya adalah jihoon.

senyumnya membuatku gila, kenapa ia masih bisa tersenyum saat malaikat mencoba membunuhnya.

tak tahan lagi, aku segera membawanya keluar dari ruangan pengap dengan berbagai alat medis ini.

“jihoon, ayo kita mencari udara segar diluar”

sembraut wajah linglungnya menggelengkan kepala dengan sangat berat hati untuk meninggalkan sahabatnya yang masih terbaring lemas.

“ga mau!~, aku mau nungguin wonwoo bangun biar bisa ngucapin selamat tinggal dengan benar”

ingin sekali berkata jujur bahwa setiap ia mengatakan kalimat ini selalu membuatku memeluknya dengan erat. sungguh tak kuasa melihatnya begitu terbebani mengucapan selamat tinggal kepada wonwoo. kini ku mencoba memaksakannya keluar dari zona monoton ini dengan teleportku.

diapartmen jihoon, aku merasa bahwa disini akan menjadi tempat pertengkaran kami sebentar lagi. dan itu telah terjadi beberapa menit yang lalu.

“GUE BILANG GA MAU KAN! KENAPA BAWA GUE PULANG!!! GUE MAU KETEMU WONWOO HUWAAAA GUE MAU KETEMU WONWOOOOO HIKS...WONWOO-YAA!~”

suara tangis yang pecah dan hentaman tangan kecilnya terus menerus mengenai dadaku. siapa yang tidak ikut menangis mendengar betapa pilu tangisannya hanya dengan meninggalkan wonwoo beberapa menit saja.

“iya sayang, nanti ya kita kesana lagi ya. istirahat dulu bersihin diri, makan, terus tidur sebentar baru kita pergi lagi kesana yaa hemm?”

“GA MAU SOONYOUNG GA MAU!! GA MAU!! MAU KETEMU WONWOO NGHHHIKS WONWOOO-YAA! HIKSS HAAAAAA!”

afeksiku tak berhasil. setelah sekian kali aku coba memeluk, mencium, menyeka air mata dan keringat, yang tak kunjung meredakan tangisnya. beberapa kali ia mencoba menjauhkan diri dari ku agar bisa ketempat wonwoo namun tenaganya terkuras karena menangis. jatuh bangun ia ulangi beberapa kali hingga membuat lututnya lebam.

mengangkatnya dengan bridalhug menuju tempat tidurnya. Jihoon masih menangis dan tak kunjung berhenti, ku biarkan saja dan ku obati lututnya.

“aku bantu bersih-bersihnya ya?”

ia tak mengubris namun ku tetap melakukannya. ku ganti bajunya, membasuhi tiap inci kulitnya dengan handuk kecil yang sudah dibahasi air hangat, menyuapinya makan dengan memaksa masuk ke dalam mulut dengan bibir ketemu bibir secara paksa dan menolak masuk makanan menuju mulutnya begitu juga dengan minum air.

mungkin letih mengeluarkan air mata terus-menerus, jihoon memandangku dengan tatapan kosong. kini ia berhenti menangis dan merenung sambil melihat kegiatan ku yang sedang membenahi tempat tidurnya sambil memeluk lutut disofa dekat jendela.

malu-malu mencuri pandang kepadaku, saat aku melihatnya yang menatapiku terus sedari tadi. sesekali ia melihat keluar jendela, memang perasaan ku saja yang melihatnya aneh namun pikiran ku itu terjadi seketika ia mencoba menjulurkan kakinya keluar jendela untuk menerjun bebaskan tubuh kecilnya dari lantai 25 gedung tinggi ini.

“JIHOON!!!~”

dengan kekuatan supranaturalku berhasil menangkapnya yang sedang menutup mata membiarkan tubuh kecilnya terurai dilantai. ku tangkup lagi badan mungilnya kedalam pelukan sebagai hukuman untuknya.

“JIHOON KAMU GILA? HEI KENAPA KAMU MAU MENIGGAL TANPA SEIZINKU?”

“aku capek soon, aku capek. Aku mau mati aja”

dengan suara yang serak tanpa tenaga mengucapkan kata itu kepadaku. kembali ku menyadarinya kepada wonwoo

“kamu ga ingat sama wonwoo? apa kamu biarin dia tau kamu meninggal tanpa ngucapin selamat tinggal?! tolong jihoon jangan seperti inii! aku yang ga sanggup lihatnya, ga boleh gitu lagi ya sayang hemm?”

ia hanya menggangguk dan ku bawa ia ke tempat tidur dengan maksud membawanya kealam mimpi. elusan lembut tanganku pada surai hitamnya berhasil membuatnya tertidur. ini adalah kegiatan ku setelah kejadian hari ke 60 itu dan membuat ku menjadi kebiasaan. setiap jam tiga pagi jihoon selalu memelukku erat dan menangis, dari sana aku terbiasa tak bisa tertidur pulas dan menunggunya tenang.


“Annyeong~ hihi lucu!”

menyapa lirih sambil mengusap wajahku yang setengah sadar dengan mengatup mulutku yang mengaga. Ku buat tubuh mungilnya masuk kedalam dekapanku sambil mengecup keningnya. Mendengar suara kekehan kecilnya membuat awal hariku menjadi indah. Memulai kalimat pertama hari ini dengan mempertanyakan pertanyaan kemarin untuk membuatnya membaik setelah aku mengucap dan mencatat hari kematiannya.

“day 66”

“nghggg..hhhh..hh...~”

itu suara jihoon yang tengah menahan sakitnya sambil tersenyum dengan nafas yang tersengal hebat. Aku bisa merasakannya jihoon aku bisaa...

“sakit ya? Maafin aku jihoon”

ia menggeleng dan mencoba tersenyum karena masih kesusahan untuk mengatur nafas dan mengucapkan satu kata.

“jihoon~, ayo kita mencari udara segar biar bisa refreshing dari kejadian kemarin”

Ia terdiam dan menyembunyikan mukanya didadaku. Tak ingin ia terbebani jadi ku biarkan saja. beberapa menit berlalu dengan posisi yang sama bibirku masih menempel dikeningnya dan ia yang berada dibawah sedang bergumam halus.

“iya aku mau, tapi—“

“tapi apa hemm? Coba kasih tau aku biar aku bisa mengerti”

sambil melemparkan senyum kepadanya dan dibalas oleh senyumnya kembali. Aku seketika memudarkan airmuka ku saat mendengar bahwa ia masih ingin berada di rumah sakit untuk mendampingi wonwoo.

Mencoba meyakinkannnya dengan memberi pesan kepada mingyu agar memberitahu kami jika wonwoo sudah siuman dan membiarkan jihoon beristirahat.

“nah tuh, udah aku bilangin sama mingyu kalo wonwoo bangun kita bakalan kesana. Sekarang aku punya satu perjanjian buat kamu!”

Menukik naik alis susun semutnya dengan heran dan ku sarankan ia membeo kalimat yang aku ucapkan sebagai perjanjiannya kepadaku.

lee jihoon berjanji, tidak akan pergi kerumah sakit jika tidak berkepentingan. Waktu besuk wonwoo untuk jihoon bersekitaran 16 menit. Jika lebih jihoon akan dipaksa oleh soonyoung pergi dari ruangan wonwoo

Jihoon mengucapkan kalimat itu sambil memukulku, Memang lucu melihat tingkahnya sepeti anak kecil yang sedang belajar berbicara.

“kamu mau kemana? Kasih tau aku dan aku akan buat list liburan kita”

“aku....mau— mmmmm~ haa! ke seoul park boleh ga?”

“boleh kok. Kan dekat banget nih”

“hehe.. ah! sama aku mau kita masak dirumah. Kan kamu suami aku jadi aku mau masakin buat suami aku heh biar kaya orang-orang gitu loh”

Masih saja ia ingat perkataannya waktu di busan, memang sedih jika diingat kapan waktunya aku akan menikahinya untuk kedua kali.

Sulit untuk memberitahu kepada dewa izanagi bahwa aku ingin bereinkarnasi sebagai manusia kembali. Mungkin bisa di coba lain kali bukan sekarang, tugas ku sekarang adalah menemani jihoon berlibur mengingat ini sudah hari ke 66 nya.

Kita melakukan hal kecil seperti menaiki doublecycle dengan jihoon yang mengayuh dibelakang, membeli cottoncandy dijalan dan berbagi bersama, bermain sepakbola dengan anak kecil ditaman, duduk di depan sungai han-gang dengan kepala kecilnya yang menopang dibahuku.

“aku mau ketemu wonwoo malam ini boleh? Soalnya aku mau cerita”

Sesampai dirumah sakit, ku tinggalkan ia sebentar untuk berkunjung ke alam baka dengan tujuan meminta kepada dewa izanagi bahwa aku dan jihoon ingin bereinkarnasi bersama dikehidupan selanjutnya dengan tenggat usia 190 tahun.

Namun dewa izanagi tak mengizinkan jika manusia mempunyai umur sepanjang itu, maka ku kurangi menjadi 90 tahun dengan hidup bersama dengannya, usia yang sama dan juga mendapatkan shinigami yang sama untuk mencabut nyawa kami dimasa yang akan datang.

Dewa izanagi mengizinkan dan memberikan hukuman kepadaku yang akan ku jalani semasa jihoon meninggal nanti dan juga memberikan sepasang cincin bersymbol infinity sebagai rintangan ringan yang aku jalani bersama jihoon di kehidupan selanjutnya. Aku menerima rintangan itu dengan senang hati kerena nyawa memang tak bisa didapatkan begitu mudah.

Saat ku kembali jihoon sudah berada di luar ruangan wonwoo. Sepertinya ia tidak ingin mengingkar janji dan juga sedang menungguku.

“16 menit?”   “iya! 16 menit”

Pulang kembali keapartemen setelah bersinggah ke pasar swalayan untuk membeli perlengkapan memasak. Jihoon mencegah ku untuk tidak mengganggunya yang berkosentrasi. karena ia ingin memasak makanan untuk ku makan nanti.

Sungguh lucu dan menggemaskan, tak tahan aku memeluknya dari belakang karena ia terlalu menggemaskan sehingga membuat bibirnya memanyun kedepan.

“lucu tau kamu manyunin bibir gitu, buat aku tergoda ji haha”

Memukul pelan sebagai hukuman dan itu membuatku ingin mengulanginya lagi.

“sana dulu ih!, kamu tuh ngalangin! Nanti kena air panas sayang. Awas dulu yaa? Ya?!”

“baiklah suami ku, baik hehe”

Kali ini kutahan dan menunggunya sampai selesai.

“makanan udah siap!, selamat makan suamiku hihi”

“terima kasih udah masakin!, selamat makan juga suamiku”

Makan dengan lahap karena memang masakan jihoon sangat enak. Menyantap bersama-sama seperti ini membuatku berpikir ingin mengadopsi anak, karena makan bersama sangat menyenangkan. Namun waktu masih menjadi penghalangnya dan aku hanya bisa bersabar.

Sudah hari ke 80, aku pulang dari rumah mingyu untuk berdiskusi bersama dengan para shinigami tentang prosesi eksekusiku nanti. Sudah jam 10 malam aku melanggar peraturan housemate yang jihoon buat.

Dengan melihat dirinya yang sedang cemberut. Ku coba meredakan emosinya dengan mengecup bibirnya singkat dan menanyakan keinginan terakhir yang ingin ia lakukan sebelum hari terakhirnya.

Keesokan harinya ia ingin menemui wonwoo sebentar untuk terakhir kalinya. Dan tanpa ku sadari sedari tadi aimata ku sudah menggenang dan siap meluncur dari tempatnya.

Jihoon bercerita kepada wonwoo tentang kisah kehidupannya dan juga kutukan untuk dirinya. Diakhiri dengan tambahan cerita yang bunyinya seperti ini.

“Ah! Won gue ada cerita menarik buat lo. Tapi ini kayanya lebih ke curhat sih hehe. Jadi ya gue tuh sayang banget sama ini makhluk... Iya makhluk bukan manusia kok dan lo juga kan lagi di fase yang sama aciee samaan. Tapi ya won dia akhir akhir ini sweet banget sama gue ga nyebelin kaya kemaren terus ga cupu juga kaya kemaren. Gue selalu dikasih backhug, dicium kening tiap pagi, duh kena diabet dah gue sebelum mati keknya. Tapi ya won gue tuh sayang sayang sayangggg banget sama dia won. Gue ga mau ninggalin dia. Tapi mau gimana kehidupan gue emang lucu yaa hehe. Bukan mau nyinggung lo masalah kutukan itu tapi gue pengen banget nikahin tuh orang, terus punya anak, gue masakin dia abis pulang kerja, terus bertengkar kecil nanti balik lagi. Nah tuh gimana caranya won? Hahaha gila gue ngomong sama lo.ih anjir! Ketawa lo kampret hahahaha! Doain ya won gue bisa gitu di kehidupan selanjutnya”

Mengacak kasar rambutku sebagai tanda penyesalan telah membuatnya memikirkan hal yang berkejauhan dan bertolak belakang dengan keadaan. Jihoon yang malang keluar dan ikut mengeluarkan tangis saat berjongkok menyanyaiku.

Saatnya aku memulai mengabulkan permintaannya. Hari ke 86, ia ingin aku mengendarai motor dan memboncenginya dibelakang sambil mengelilingi kota. Hari ke 87, ia ingin makan malam mewah dirumah. Hari ke 88 ia ingin ke panti asuhan untuk menemui adik-adik yang ia asuh dengan uangnya sendiri dan meminta maaf untuk terakhir kali.

Hari ke 89, ia ingin aku tetap berada dirumah bersamanya. Melakukan hal yang wajar seperti bangun tidur, memberinya kecupan, sarapan yang aku buat, mandi pagi bersama, menonton tv hingga sore dan hingga berganti malam, nafas jihoon sudah terasa berat dan tak bertenaga. Tepat jam 2 pagi jihoon belum berhasil tidur karena masih ingin bersama denganku hingga jam 6 pagi besok.

Ia memintaku agar pergi ke bianglala sebagai permintaannya yang ke 4. Jihoon menjelaskan alasan bahwa ia memilih bianglala sebagai tempat menghembuskan nafas terakhhirnya karena ia adalah seorang idol, namanya tersebar dipenjuru dunia, semua orang mengenali nama lee jihoon.

Jika ia tak sempat mengucapkan selamat tinggal kepada semua orang maka itu adalah dosa terbesarnya yang ke dua setelah meninggalkan orang tuanya tanpa mengucapkan apapun. Untungnya jihoon berhasil mengungkapkan hal tersebut kepada orang tuanya walaupun dianggap ambigu.

Permintaannya terakhir. Itu ada permintaan yang tak bisa aku kabulkan. Berhenti menangis katanya, itu adalah permintaan terakhirnya sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya. Hingga sekarang aku masih tak bisa menahan tangisku agar terus menerus keluar karena yang berada di dalam dekapan ku sudah berpulang ke sang maha kuasa.

Tepat 6 jam setelah jihoon dinyatakan meninggal olehku, buku hitam itu telah lenyap, Tak ada lagi sakit yang jihoon rasakan. kini para shinigami dan juga seokmin sahabat jihoon yang sudah tau apa yang sebenarnya terjadi membawa jenazahnya ke kampung halaman jihoon dibusan. Mingyu tidak ikut karena ia menjaga wonwoo di seoul.

Saat tiba di busan, orang tua jihoon berkali-kali menanyakan apa sebab akibat anak semata wayang mereka meninggalkan mereka.

Untungnya jisoo seorang dokter dan membantu meluruskan kesalahpahaman. Aku sungguh jahat, meninggalkan prosesi pemakaman dan memilih untuk dieksekusi secepatnya.

Berdada telanjang dengan menyisakan celana hitam pada jaman joseon menempel padaku dan membututi hansol yang menuntun ku untuk menjalankan eksekusi pertama.

Ada yang berbeda, kenapa jembatan yang tadinya berhawa panas menjadi sedingin embun mengahampiriku. Tak sadar ku mengangkat kepala dan melihat sosok istriku berbaju serba putih menanti kedatangan ku datang menujunya.

“kemarilah yang mulia, aku ingin menyampaikan sesuatu kepadamu”

Surai hitam panjangnya menyusut saat aku mencoba mendekatinya. gender, outfit serta gayanya berubah sesuai zaman yang ia tempuh selama reinkarnasi dan ku yakini itu adalah gambarannya pada kehidupan sebelumnya.

Jihoon yang terakhir kali ku lihat tepat berada didepan ku yang berjarak beberapa sentimeter. Tangannya mengusap airmata dan memberikan pelukan berhawa sejuk dari wujudnya.

“soonyoung, ayo buat janji sama aku kalo kita bakalan ketemu lagi kan dimasa depan?”

“nghhh hiksss,... ji-jihoon-yaa. iya aku jan-janjihhhhnggg... AKU JANJI JIHOON!”

“SOONYOUNGAAHH! AKU PERCAYA KAMU BISA HIKS! kamu pasti bisa kan hikss”

“iya jihoon aku janji hemmmppp- aku bakal janji hhhh... bakalan nemuin kamu nanti”

“iya aku pasti sabar soonyoung hmmpphh~, aku pasti sabar hiikss haaaaaangggghhh!”

“soonyoung!!!!!”

Menangis sejadi-jadinya, mempererat pelukan untuk terakhir kalinya dialam ini.

2 malaikat mencoba memaksa memisahkan kami berdua. Ujung jari yang terikat dengan dengan tali merah menampakan dirinya.

“AKU JANJI JIHOON! SUNGGUHHH!, janji bakalan ketemu lagi sama kamu!Hhhhh-”

Tak ada jawaban, seperti terbangun dari mimpi buruk. Kini aku telah berada di ujung neraka dengan rantai yang terikat disalah satu kakiku untuk mrnyebrangi jembatan yang begitu panjang hingga tak terlihat ujungnya.

Hujaman pisau yang menyayat dengan sengaja dikulitku, dinginnya salju turun menembus kulitku. Kuatnya rantai mencengkram pergelangan kaki dan tangan ku. Selama 90 hari aku lewati rintangan itu dengan sukses menapakan kaki di ujung jembatan curam neraka.

“Aku janji jihoon...jan-jiiihhh”


2046, dimana kehidupan dunia semakin modern. Serba canggih dan aku yang berumur 25 tahun sedang mencari lokasi pesta pernikahan temanku yang berada di seoul. dengan alat canggih seperti transparant of google map yang di proyeksikan dari arloji canggih yang aku kenakan.

Menyusuri sungai han dan berjalan didepan apartemen mewah membuatku mendapatkan potongan kehidupan dimasa lalu. Sungguh membuatku bergidik aneh dan hingga ku alihkan terus menyusuri perkotaan seoul.

Tak kala menyebrangi lotte world di persimpangan jalan dan terdapat bianglala raksasa kembali mengingatkan ku dengan jelas wajah pria berbadan mungil yang berprofesi sebagai idol dikehidupan sebelumnya.

Aku mengingatnya dengan sangat sangat jelas sehingga ku berpikir bahwa ini saatnya aku menemui jihoon di tempat resepsi mingyu dan wonwoo.

Melajukan dengan cepat kemudi mobil hingga mencarinya dengan tergesa-gesa. Dan akhirnya membuatku melepaskan dahaga dengan air putih sebentar.

Namun saat aku meneguk air di gelas terlihat tali berwarna merah menjuntai tengang seperti ada seseorang yang mencoba menariknya. Dengan penasaran aku mencari ujungnya dan seseorang tak sengaja menabrak dadaku cukup keras.

“aww...eh maaf saya sedang- SOONYOUNG?!”

“JIHOOON?!”

Benar ia orang yang kucari selama ini tanpa kusadari dan sempat kehilangan potongan kecil cerita kehidupan sebelumnya.

Dengan memeluk, merangkul dan menciumnya dengan erat sebagai bentuk rasa rindu yang amat lama. Bertemu sapa di sebuah acara pernikahan membuatku penasaran akan satu hal karena acara ini. Aku berbisik kepada jihoon sambil mengatakan.

“ayo sewa kamar dan bawa cake itu sebagai ucapan welcome satu sama lain?”

Sambil menunjuki kue pernikahan wonwoo dan mingyu. Ia tertawa keras dan mencoba menyadarkan ku bahwa sifat ku dimasa sekarang dan dimasa lalu sangat berbeda.

Jihoon mengiyakan karena kita berdua memang belum pernah mencoba berhubungan intim dari jaman joseon dulu hingga kehidupan kemarin, Sehingga kami tidak mempunyai keturunan.

Malam itu disebuah hotel yang berdekat dengan gedung resepsi mingyu dan wonwoo. Kita sudah menyelesaikan satu ronde, sekarang jihoon yang sudah tertidur pulas dan mengingau lucu.

“kamu nepatin janjinya soonyoung, kamu hebat”

Hanya kekehan yang bisa ku balas karena ia saat ini masih dalam bunga tidurnya. Mengecup bibir, mata dan keningnya sebagai ucapan selamat malam resmi dariku yang berhasil menemuinya dengan sukses. Dan kini aku berencana akan menikahi jihoon sesuai dengan permintaannya dimasa lalu.


The end 🕊

Mendekat


Pagi ini gue lagi ngeboncengin adek gue buat kesekolah bareng. soalnya motor gue udah bisa jalan lagi karena mak bocah itu udah ganti ban motor gue dan gue malah nunggu ni motor bisa jalan selama 10 hari. waktu kita baru jalan buat keluar komplek, adek gue mengerutu minta nebengin orang kepala batu yang pernah deketin gue.

“bang! tebengin bang arka yok?!. kasian noh dia jalan sendiri mana busnya belum datang lagi!”

bisa banget ngebujuk gue dengan cara suara serak serak kasian. gue tarik lah gas motor gue buat ngehalang dia jalan. yang dihalang malah kaget liat gue rem mendadak.

“ASTAGFIRULLAH ANJIR KAGET GUE!!”

”......”

“eh ariffa! ngagetin wae atuh mah, untung ga jantungan”

padahal gue rem abisnya b aja tuh, lebay banget hidup nih orang.

“naik ga!”

gue nawarin dia buat naik motor gue karena adek gue kasian liat dia nunggu bus lama ntar malah telat dan ketemu lagi sama gue buat dihukum. dari pada malas liat muka nih orang 2x dalam sehari jadi gue putuskan buat nebengin dia.

“galak banget ya allah.. jadi takut mau nebeng”

“naik aja bang ga papa, biar gue yang ditengah”

gue cuman bisa diem dan nunggu ni orang naik. dia naik dan malah meluk erat gue sama dino ampe kegencet.

“huahahaha bang! saket anjir lo kuat banget meluknya hahhaa”

adek gue gila kegencet masih aja ketawa. gue? pengen teriak juga sih tapi males aja.

“maap maap yak maaap bangeeet ini mah. joknya ga muat”

ya udah lah gue yang denger dan duduk di depan geser kedepan lagi walaupun gue tumapangin tuh jok cuman seujung pantat doang.

gak lama ricuh banget masalah bonceng tiga. gue ngelajuin ampe 80km/h buat sampe kesekolah dengan cepat. soalnya ini hari kerja kadang polisi lalu lalang buat nyari mangsanya apalagi akhir bulan gini dan kita ini bisa dibilang sasaran empuknya karena boti (bonceng tiga).

“ABANG ARIFFF JAN KENCENG KENCENG ANJIR GUE GA MAU MATI WOI! ABAAAAANNGGGGGGGG!!!!! ABANG KAMPRET LO SIALAAAN! BUNDAAAAA!!”

abaikan aja adek gue yang teriak kek orang gila, dan kalo kalian penasaran sama yang dibelakang sekali lagi ngapain? ya allah jangan marahin arif ya. dia nangis minta diturunin mau kencing. pfft...

kita udah di sekolah dan gue udah standarin motor mereka yang dibelakang masih aja sibuk ngelap air mata. cih gitu aja cengeng untung tuh orang ga ngompol di motor gue.

gue langsung ninggalin tuh orang bedua masuk kelas. tapi pelarian gue gagal karena dia nyusul gue.

“rif! ariffa!”

gue ngebalik badan dan malah kepentok ke dadanya. ni orang jelangkung atau gimana sih tinggi banget. dia sesegera mungkin ngejauhin badannya terus elus-elus jidat gue yang sama sekali gak sakit tapi bikin gue emosi iya.

“mau apa lo?” sambil nepok tangannya yang dari tadi sibuk bikin dahi gue merah.

“maap yak ini tadi ga sengaja kepentok duhh!”

lucu sih orang ga sakit malah panik sendiri.

“udah lah ishh.. lo mau apa?”

“hihi itu loh. nantikan rapat osis sama anak basket jadi ga?”

“ga jadi”

“lah kenapa?”

“kita udah kelas 3 jadi rapatnya sore minggu”

“jadi diundur 3 hari dong?”

“nah tu tau”

“oke deh siap dah”

ke kelas aja rempong pake segala lagi ngedadahin dih males banget dah.

jam istirahat gue makan bareng bona, juan, han, sama joshua di kantin. nah si anak batu ini udah tau gue niatnya mau ngapain deketin gue lagi. padahal udah kelar masalah kenalan kemaren.

“Ariffaaaaa!”

jangan harap gue jawab 'apaaa?' kaya iklan afika. gue cuman diam aja sambil nyendokin nasi ke piring gue. dia kaget sendokan nasi gue kenapa setinggi gunung gitu, tapi gue ngabaiin toh ga penting.

“Arifff? kamu makan sebanyak ini? ya ampun gemes banget”

semenjak kapan nih anak jadi alay gini? terus berani lagi?

“sini aku bantu habisin ya hemmm?”

asli jijik banget dah pen muntah ntar takut anak anak lain ga jadi makan. sengaja banget apa logatnya di sok imutin didepan temennya?

gue mencoba lari dan ninggalin makan siang gue. untungnya mamang sari roti lewat depan sekolah dan gue akhirnya makan roti aja buat makan siang.

sekarang di laboratorium. kelas gue gabung sama anak mipa 3, iya kelasnya si batu alay itu sekelompok lagi sama dia. kali ini kita praktek cara belah organ pada cicak. tapi bukan praktek beneran cuma jelasin teori dan cicaknya miniatur gitu. dan lo tau si batu alay ini ternyata penjijik dan dia juga pengidap mysophobia. ketakutan dan sembunyinya malah di belakang almamater putih gue. gue masih diamin dan akhirnya gue gak tahan yaudah buang gas aja dan alhasil kebauan sendiri di belakang.

kita udah pulang sekolah, gue udah aman dari si batu alay itu. karena hari ini jum'at jadi gue mau sholat di masjid deket rumah. ga taunya ketemu lagi sama nih orang disana. padahal udah gue cengin si bona supaya mereka sholat di tempat lain. itung – itung jauh biar banyak pahalanya kalo mereka jalan kaki kesana dan dugaan gue salah. yaudah lah masuk aja apa susahnya.

“WOI LIVAYY deketan satu syhaf disini yok!”

kalo bukan karena farel yang manggil ga bakalan kesana gue sumpah. dan si batu alay pun duduk di sebelah sajadah gue. kita dengerin khotbah dia nyimak ga rusuh jadi aman. kita sholat dia khusyuk banget gue aman. dan kita baca do'a dia mulai bikin gue pen buat dosa.

“ya allah, semoga yang disebelah kiri arka jadi jodoh arka amiin...”

katanya gitu sambil bapak-bapak disebelahnya ngelirik aneh. gue diem aja terus lanjut do'a sambil istigfar 33x. kalo gue make mukena udah lari keplanting keluar karena malu dilirikin bapak-bapak tadi.

pulang sholat jum'at gue jalan sendiri karena males bareng rombongan si batu alay tadi. soalnya gue sendiri yang ga pake sarung buat sholat jum'at.

“ARIFAAA! TUNGGUIN!!”

ya allah arif sabar ya allah....

“apaa?”

“jajan boba yok, aku yang jajanin”

enak juga sih jajan boba siang-siang terik gini tapi gue males aja jalan jauh jadi ga mau dan juga mau gue beli boba sama anak yan cuman make shortpans doang terus sarungnya dikalungin di leher.

“ga mau”

dia pergi beneran dan gue aman.

gue udah sampe dirumah makan siang bareng keluarga gue. tau-tau ada yang manggil dari luar.

“LIVAYYYY!,LIVAYYYY! DINOO ADA LIVAYY GA?”

udah jelas itu farel dan gue keluar. tau-taunya gue diborongin boba 4 buat keluarga gue minum nanti selese makan siang. nih orang dari mana tau gue lagi makan ya?

“makasih”

gue ambil bobanya terus tutup pintu pagar padahal tuh orang bedua masih didepan pagar. dan malam ini gue ga yakin gue aman karena notif hp gue terus masuk dari ashar tadi.

percobaan terakhir


“Assalamualaikum arkaa!”

Tuh anak-anak sigap banget kalo soal traktir heran dah.

“Walaikumsalam. Masuk aja udah”

“Nanti dulu! Beli somay depan noh!”

Ya udah lah yok beli somaynya biar gak ribut dan gue bisa pergi dengan tenang. Bukan meninggal! tapi mau pergi ke studio dance.

“Mang, somaynya 4 sepuluh ribu ya!”

“Maaf mas, tunggu sebentar ya mas yang dibelakang duluan soalnya”

Belakang? Gue noleh cuman liat anak-anak doang.

“Yang mana sih mas? Itu mah temen saya semua”

“Ehmm.. coba mas liat kebawah deh nolehnya”

Astagfirullahalazim! Berdosa banget gue ga liat calon pacar dibelakang.

“Maap yak maap nih, baris didepan dah biar dapet ya maap banget nih gue ke belakang”

Dia emang rajin banget ya sinisin orang apa gimana? Gue yang liat serem-serem kagum gitu. Gue kek nya harus minta maaf dengan cara lain deh dari pada gue kena slepet.

“Mang somay!, abang ini saya yang bayar ya!”

“Ga usah, gue punya duit”

“K-kok gitu? Gue kan mau minta maaf ceritanya nih”

Dia madepin kepalan tinjunya di hadapan gue. Yang gue bisa lakukan hanya nelan ludah aja lah soalnya kecil-kecil gini tinjunya gede.

Gue cuman bisa kasih kode ke mamangnya dan berhasil. Mamangnya nipu dia supaya balik kerumah soalnya bundanya beneran manggil hahaha ga tipu-tipu loh ini. Dia balik kerumahnya dan pesanannya belum selesai karena si mamangnya nyelesain punya gue duluan soalnya banyak haha.

“Mas, itu pacarnya ya?”

Dih pertanyaan yang bagus mang.

“Hehehehe.....Bukan mang hiks...tapi!!..–”

“Tapi apa mas?”

“Doain biar saya bisa jadian sama dia ya hehe”

“Oh aman mas, kalo mas borong somay saya, saya bakalan doain mas kok biar jodoh sama abang tadi”

“Oh gitu ya? Oke emang berapa semuanya mang?”.

“Beneran mas?”

“Ga cuman nanya aja hahaha”

“Yeh mas, ya udah saya doain deh mas bisa pacaran sama abang tadi. soalnya saya liat-liat kalian tuh cocok mas”

“Weheii... mang proud u deh hahayy”

Gue langsung hi five sama mamang somaynya. Dan gue balik ke rumah setelah beli somay buat anak-anak dan calon pacar gue kiw.

Sekarang udah aman, mau ngapain aja aman asal mereka bertiga gak bersama gue. Bukan berarti gue ga butuh atau ngejauhin mereka. Cuman gue jenuh aja gitu pengen sendiri dan ini hobi gue kalo lagi gelisah atau mau cari solusi yaitu dance.

Gue suka ngedance sejak smp kelas 2. Itu terinspirasi sama kpop dan gue ngestand shine. Semenjak saat itu gue terkagum-kagum sama yang mananya panggung. Gue coba deh ikut sanggar dance gitu yang biasa tampil di lapangan atau dipanggung gitu. Dan sampe sekarang ini jadi hobi healing gue.

Gue udah jalan menuju studio tari yang ga jauh dari kontrakan gue. Minta kunci sama resepsionis dan langsung ngebayar buat minjam ruangan buat satu orang tapi ga bisa soalnya udah penuh semua. Tapi tadi mbanya bilang ada satu ruangan yang isinya cuman satu orang gitu dari tadi belum kelar. Kalo mau gue gabung aja sama dia biar sambil stretching gue bisa nunggu dia kelar. Ya udah gue iyain deh.

waktu gue jalan menuju ruangannya gue denger lagu gak asing gitu yang pernah gue cover lagunya justin bieber – sorry.

Gue masuk dan lihat ada cowok yang kayaknya gue kenal ni orang siapa tapi yang ini disingkirkan dulu soalnya gue lagi liat tempo sama gerakannya rapi banget.

Gue kagum sama gerakannya, walaupun persis sama yang gue coverin gerakannya dia lebih bersih sama totalitas banet beuhh.

Gue tepuk tangan sebagai apresiasi gue ke dia tau-taunya dia kaget dan noleh ke gue kaya kenal.

“Eh! Ini bukannya abang yang pernah di kasih cermin pink sama abang saya ya?”

Adeknya ketos dong!, kaget asli gilak adeknya keren banget. Tapi bisa gak sih jangan ingetin tuh cermin?

“Ah iya arka, lo?”

“Dino bang”

Kenalan sambil ngelempar senyum satu sama lain dan gue apresiasiin dia lagi.

“Kok bisa keren gitu?, gue juga pernah cover ini juga loh dan gerakan pas rawlnya susah banget. Bisa ajarin gak?”

Akhirnya dia ajarin gue step by stepnya terus kita coba ngulang pake lagu dengan speed rendah. Kalo salah kita ketawa. Abis itu kita coba ngecover berdua dan hasilnya keren banget.

Dia emang umurnya dibawah gue, cuman jiwa mengguruinya keren. Cara ngajarnya mudah ketangkep juga sama gue. Fiks dia keren banget sih iya adek nya ketos hahaha bukan gue.

“Bang yok kita unjuk bakat satu-satu. Gue pen liat skill lo sampe dimana”

“Oke siap”

Kita dance battle pake lagu b-boying dan disana kita adu bakat. Sama-sama terkagum dengan penampilan masing- masing, sama-sama capek. Dan kita istirahat.

“Bang! lo keren banget kalo soal kotemporer ya. Apalagi sexy dance njirr keren banget lo dance sambil nunjukin smirk”

Agak malu sih, tapi gue emang lama mendalami belajar ini ehmm karena.. Ya gitu... Hihi

“Hehe ga ah gue ga ada apa-apanya di bandingin lo din. Lo keren banget sumpah modern dance lo kuat banget gue suka”

“Haha bisa aja lo bang,eh btw gue liat-liat abang ini tinggal deket sama rumah gue kan yak? Terus abang juga akhir-akhir ini suka deket sama abang gue ya bang? Gue saranin jangan deh”

Gue kaget dan wow... Gagal jadi abang iparnya dino. Gue jawab lah ya kan, tapi dengan jujur nih ga pake omdo.

“Iya din rumah gue deket sama rumah lo, terus emang sih gue deket sama abang lo cuman minta nomor handphone nya. Terus kenapa lo ga ngebolehin gue deket sama abang lo?”

“Gue kasian aja sama lo ntar bang. Abang gue tuh susah banget diajak kenalan apa lagi cepet risih sama orang baru. Mending jangan deh dari pada lo capek”

“Minta nomornya aja bisa gak? Gue pengen coba dulu gitu, kalo gue udah dapet jera gue ga bakalan nerusin lagi din”

“Beneran ya?”

“Iya janji”

“Oke nomor gue sekalian biar kita sering ngedance bareng bang, gue ga ada temen kalo pengen ke sini plus ini juga sebagai benefit buat lo nanya nanya tentang abang gue ke gue langsung aja haha”

“Sip siap siap mah gue mah haha”

Cie udah akrab aja ya kita, btw gur udah dapet nomornya dan gue udah siapin mental buat chat dia nanti malem. Dan sekarang kita lagi jalan digang komplek buat pulang.

“Bang, gue boleh nanya gak?”

“Boleh, mau nanya apaan?”

“Lo kenapa bisa suka sama abang gue?”

Bener sih, kenapa gue bisa suka?

“Karena dia tipe gue?”

“Tipe lo gimana coba?”

“Imut, pendek dari gu-e?”

Dino langsung noleh dari pandangannya yang lurus.

“Kenapa din?”

“Ga! ga papa, lanjut”

“Dia kayanya baik kalo dideketin, dan gue emang suka modelan kek abang lo yang blak blakan wkwk”

“Tapi abang kan belum kenalan”

“Dengan cara dia ngelakuin gue gue udah bisa ngenilai dia gimana din. Soalnya abang lo ga pernah ngomong kasar sama gue”

“Kok lo bisa cepet banget bikin perasaan sama dia?”

Bener juga kali ya? Apa ini terlalu cepet buat gue menilai dia? Padahal gue cuman pernah ngomong sama dia 2 3 kalimat doang?

“Ga tau gue din. Gue kudu gimana dong”

“Lah kok ngeluh sih bang. Katanya mau usaha? Kalo usaha ya usaha beneran bang kudu ada niatnya. Yok yok bisa”

Dih didukung sama calon adek ipar. Gue cuman ketawa sambil ngangguk dan tiba-tiba.

“Pulang!”

Manusia kecil ini lewat tiba-tiba sambil nengahin kita bilang pulang dan masuk rumah dengan cool tampa nunggu adeknya.

“Huahaha dah liat kan bang kelakuan abang gue?”

Dino bantuin nutup mulut gue yang nganga segede bagong karena kaget di tengahin sama dia.

“Dah bang gue cabut dulu. Semoga sukses buat pdktnya. Pepet aja kalo emang lo suka sama abang gue, terus perkataan gue tadi di studio jangan didengerin terakhirnya itu gue cuman mastiin kok hehe”

Dino masuk dengan ninggalin pernyataan yang bikin gue pusing 7 keliling dan nyambung nya ini cerita kemana sebenarnya?. Dah lah yang penting dapat nomornya dan kita gas keun buat dapatin dia dengan mengucapkan bismillah ini kesempatan perakhir gue amiin...