Mari kita mulai dari awal
Memulai hari tanpa semangat, raut wajahnya yang lesu bak air tawar. Arka sedang berjalan menuju gedung serbaguna dimana mereka berlatih untuk turnamen basket yang akan datang.
Sungguh tak disangka arka yang selalu terlihat semangat dan gembira menjadi lesu dan loyo tak bertenaga akibat sebuah dua patah kata yang terlontar dari mulut ariffa semalam.
Terbalik dengan ariffa yang sekarang tengah bersemangat memimpin anggotanya untuk bergabung Satu ruangan yang sedang dituju oleh arka.
Di waktu bersamaan arka dan ariffa bertemu di pintu masuk. Tak berkata sedikitpun maupun bertegur sapa, mereka hanya saling menatap lalu masuk kedalam gedung tersebut secara bergantian dengan ariffa yang memulai melangkah.
Arka dipanggil oleh farel yang akan menyegerakan diskusi sementara guna memberi tahu kepada timnya strategi yang akan mereka pakai saat berada dilapangan, Sedangkan ariffa memantau kinerja gladi mereka dari tribun.
“Nanti kalo misalnya ada lawan yang udah masang ancang-ancang buat ngeshooting atau pun pivot, gue harap kalian inisiatif aja cegahin dengan cepat dan pastiin juga kalian jangan cedera. Buat dika! Tali sepatu lo usahakan jangan ngalangin kayak kemaren, gue ga terima alasan lo jatoh karena tali sepatu lo saling ngiket bagian kiri-kanan yaa!. and last bangeeeetttt nih ya ka! Gue minta lo fokus, iya bener banget yang gue maksud ntu fokus sama tujuan lo yang semalem dan juga buat tim kita. Udah cukup segitu, yok semangat yok bisaaa!” ucap farel dengan serius yang tertuju pada anggota timnya.
Arka hanya mengangguk saat farel mengucap namanya, dan ia tergerak mengembalikan semangat agar tidak mengecewakan anggota tim dan juga sahabatnya.
Saat mulai pemanasan entah kenapa insting terus menolak matanya tertuju ke tribun. Mata yang tanpa sengaja berfokus ke arah pria kecil dengan kacamata yang setengah melorot bertengger tegas dihidungnya dengan sorot mata elang kearah lapangan.
Arka mulai mengalihkan pandangannya dengan sigap sambil menepuk pipi gembilnya kuat agar tersadar dari fokusnya tadi.
suara peluit menandakan permainan akan dimulai, setiap anggota tim sudah bersiap diposisi masing-masing. Suara peluit kedua menandakan permainan telah dimulai.
Tim lawan berhasil merebut bola dari wasit dan tim farel lah yang akan berusaha merebut bola tersebut dari tim lawan. Tim lawan sedang mendriblling dan berhasil di rebut oleh dika, bola dipantul kan 2 kali dilantai dan dika melakukan pivot melampaui 2 orang menuju ring dan berhasil melakukan lay-up.
Tim farel mendapatkan poin pertama untuk pertandingan dalam menit ke 2.3 detik. Bola kini beralih ke tim farel yang sedang di pegang oleh arka, kini arka berantusias ingin mencetak poin dan memperlihatkan skillnya di depan calon jodohnya (baru asumsi).
Dribbling sudah dilakukan arka dan ia hampir dekat untuk melakukan lay-up namun dihalang oleh tim lawan bola pun berpindah tangan.
“KA! FOKUS KA!” farel sebagai kapten menyemangati arka agar bisa fokus bermain, namun itu lah yang dilakukan arka sebelumnya. Untungnya arka mengiyakan yang dikatakan farel kepadanya dan kini arka mulai mengambil posisi untuk melakukan speed pivot guna merebut bola dari lawan.
Usahanya itu mendapatkan hasil dan ia berhasil melakukan shooting dan mencetak poin. Tim farel menang secara 4x berturut-turut di ikuti selisih 1 poin dengan tim lawan.
Pertandingan gladi telah berlangsung selama 51.07 detik, waktu yang tersisa untuk mencetak 1 poin agar mengalahkan lawan tinggal sedikit.
Kini mereka briefing sejenak untuk menyusun strategi, namun semua usulan ditolak dari setiap tim farel. Farel mempercayakan poin terakhir akan di cetak oleh arka, dan ini juga termasuk dari janjinya semalam.
“Ka, gue udah lihat cara main lo tadi dan lo gue yakinin buat nyetak poin terakhir. Yok semangat! Lo bisa dapetin dia lagi”
“Thanks rel, lo emang soulmate gue banget hiks”
“Jan nangis kampret!, nanti aja lah ah! Tanding dulu baru nangis”
Percakapan di atas di ikuti oleh sorak sorai dari anggota tin farel karena 2 orang tersebut secara tak sadar membangkitkan mood seluruh anggota.
Wasit meniup peluit untuk tin bersiap mengambil posisi, arka telah memasang kuda-kudanya di posisi yang farel maksudkan tadi. Sebelum peluit di bunyikan, arka sempat melihat ke arah arif yang sedang duduk di tribun di temani bona di sebelahnya.
Peluit kedua, arka maju mendriblling bola ketengah lapangan untuk melakukan passing ke farel, dan operan itu berhasil ditangkap oleh farel. Setelah melakukan passing, arka dengan sengaja mencuri pandang menuju tribun tempat ariff berada dan ia medapati ziqri yang tengah mencoba duduk disebelahnya.
“Ka, tangkap ka!!” suara dari juan memanggil arka untuk melakukan passing kepadanya. Bola juga berhasil ia tangkap dan 3 langkah kedepan ia bisa melakukan shooting.
Setelah melangkahkan 1 kakinya kedepan arka melakukan pivot dengan instens untuk mengelak lawan yang tepat dideoannya dan langkah terakhir ia melompat dengan ringan dan melakukan shooting dengan satu tangan daannn...
Poin terakhir didapatkan oleh tim farel sebagai penentuan tim pemenang. Arka yang telah selesai melakukan celebratiin dengan menggantungkan lengannya di ring basketpun dibantu turun oleh timnya dan mereka bersuka-cita atas kemenangan yang diakhiri dengan shooting rapi oleh arka.
Ditengah selebrasi, arka kembali mencuri pandang ke tribun, gelak tawa gembira yang tadinya tergambarkan karena kemenangannya kini seketika hilang saat melihat sosok yang ia lihat sejak tadi telah hilang dari pandangannya.
“Juan!, lihat ariff ga tadi kan dia duduk disana tuh?” tanyanya kepada pacar farel sekaligus teman akrab ketos cilik itu.
“Lah tadi gue lihat dia keluar sama ziqri mungkin-”
Tanpa menggubris jawaban, arka pun berlari meninggalkan juan yang masih belum meneruskan kalimatnya.
Arka menyusuri lorong yang menuju kamar mandi, anak tangga dan juga ruang kelas. Namun tak kunjung ia jumpai, kini ia berfikir lebih baik mengganti bajunya terlebih dahulu dan akan meneruskan pencarian ariffa selepas bebersih.
“JANGAN PAKSA GUE IH!”
suara gema itu terdengar dari lorong loker siswa laki-laki, dan suara ini tak asing bagi arka.
“GUE BILANG LEPASIN ZIQRI!!! SAKIT TAU!”
Suara itu semakin jelas saat arka mengikis beberapa jarak dari sumber suara tersebut, hingga akhirnya hampir sangat dekat dengan suara tersebut arka melihat bahwa asumsinya terhadap gemaan suara tadi benar dari pemilik si badan mungil yang sedang kesakitan pergelangan tangannya digenggam erat oleh ketua mpk yang keras kepala.
Arka bersembunyi dibalik tembok dan setelag ia mendengar kata-kata yang keluar dari si kepala batu itu arka pergi dari posisinya.
“Si anak baru itu juga maksa banget sama lo! Kenapa kalo sama gue lo ga mau nurut?”
“Ih gila lo ya! Kok bawa-bawa anak orang? Mending lepasin ga? Gue ga mau nyalah gunain kuasa maupun keterampilan gue buat jedotin pala lo kedinding ya!?”
“Ga! Ga mau pokoknya lo harus ikut gue kedalem!”
“ZIQRI SAKIT AW!!”
//TAP!
Tangan besar ziqri yang masih menggenggam tangan kecil ariffapun digenggam kembali oleh arka dengan mencengkramnya kuat.
“Lepasin ga?, kan dia ga mau dipaksa? Kok lo ngotot?” tanya arka kepada ziqri yang mencoba melepaskan cangkraman tanganya itu.
//braakkk
Punggung arka beradu dengan dinding yang disebabkan oleh dorongan kuat dari ziqri.
“HEH! LO SIAPA? jangan ikut campur urusan gue kenapa hah!”
“Kan dia udah bilang, dia ga mau ikut lo kok lo maksa sih?”
“Heh! Ngaca! Lo juga maksa dia tau sampe ngintilin dia mulu anjirr!
“STOP ZIQ! LO LEBIH MAKSA DARI DIA TAU GA?, LO PAKE KEKERASAN SAMA GUE SAMPE TANGAN GUE MERAH GINI! MENDING ENYAH GA LO?”
“Oh! Sebenernya hubungan kalian apa sampe ngebelain satu sama lain?”
Pertanyaan tersebut membuat mereka berdua tersudut diam dan saling menukar tatapan, arka ragu menjawab dan akhirnya ariffa yang memulai terlebih dahulu.
“TEMAN! kita temenan, d-dan kita temenan udah deket banget malah. Y-yakan ka?”
“E-eh iyayaaa hahaaha kita temenan tau wuuuuu! Lo siapa coba? Hayoloh siapaaa?”
“Bajingan lo semuaaa ARGAHAHDJANAJ!”
Ziqri yang egois itupun menghentakan kakinya dengan sangat kuat sambil memukul dinding sebagai melampiaskan amarahnya akibat cemburu buta dengan status ketidak jelasan yang disampaikan ariffa kepadanya tadi.
Ariffa dan arka menuju keruang uks bersama dengan masih menjaga jarak tanpa mengucapkan sepatah katapun setelah arka mengajak ariffa ke uks bersama.
Ariffa kesusahan membuka tutup obat gel karena tangan kirinya yang terlihat sangat merah dan bengkak membuatnya kesakitan dan kehabisan tenaga.
“Sini salepnya aku olesin, kayanya kamu kesusahan”
“Makasih”
Arka mengoleskan obat tersebut dengan sangat perlahan hingga ariffa sedari tadi tak terdengar rintihan sakit dari mulutnya. Namun siapa sangka, rintihan itu ditahan oleh matanya yang tengah fokus menatap wajah arka yang sangat dekat dibawah dagunya tengah fokus juga mengoleskan obat dan juga perban yang ia lilitkan di pergelangan tangan arrifa.
“Sudah!”
“E-eh udahan?”
“Lah? Mau lama juga ga papa. Tapi nanti kamu ga nyaman sama aku” kegalauan arka terhadap ariffa semalam masih membekas dipikirannya.
Ariffa menarik tangan arka untuk duduk di hadapannya. Terlihat ada bercak darah di ujung bibir arka akibat benturan dan tonjokan tak sengaja dilayangkan oleh ziqri kepadanya tadi.
“Aw! Shhhh sakit rif”
“Diem ah!”
Penurut sangatlah sifat yang mendalam pada diri arka, ia diam setelah diperintah oleh ariffa yang sibuk memberi obat merah pada luka kecilnya.
“Udah segitu doang kok sampe keluar air mata? Lebay lo!” ucapan itu di ucapkan oleh ariffa yang memberi tanda bahwa luka arka telah ia obati.
Arka yang sedari tadi diam masih membeku diposisinya. Karena tangan kiri ariffa yang sakit masih ia genggam tanpa ariffa sadari.
“Rif!”
“Hem?”
Arka masih membeku dan keringatnya menetes tanpa disengaja mengenai bahunya. Ariffa yang melihat berantusias mengambil tisu disanping kanannya lalu menyeka keringat arka.
“Main lo bagus tadi, gue suka dan semangat ya!”
Kalimat tersebut membuat mulut arka terbuka lebar dan dikatup kembali oleh ariffa tanpa ekspresi.
“Emmm sebenarnya gue sengaja naruh tangan yang sakit ditangan lo biar lo ga kemana-mana. Dan gue tau lo ga bakalan nyengg tangan gue yang sakit” Arka kembali membuka mulutnya dan ti tautkan lagi oleh ariffa.
“Jorok anjir mangap gitu ntar lalet masuk ke mulut lo” ucapan ini membuat arka menelan ludahnya dan tersenyum cerah menghadap ariffa.
Ariffa yang melihat tertawa kecil gemas oleh tingkah arka yang lugu. Ariffa kembali menyeka keringat arka yang sedari tadi terus-menerus menetes hingga membuat bahu bajunya basah.
“Ka, gue minta maaf ya sama kejadian semalem. Gue emang suka begitu dan kadang gue mood swing. Tapi gue emang akuin kalo perkataan gue semalem udah nyakitin hati lo, ya karena farel yang bilang makanya gue tau. Tapi lo tau ga kenapa gue ga risih sama lo? Ya karena lo ga kaya ziqri yang pemaksaan terus ngga nyakitin gue. So, gue minta maaf banget ya dan juga kita belum kenalan secara baik-baik. Kenalin gue ariffa”
Arka tanpa tertahankan lagi membuka mulutnya selebar-lebarnya terhadap ulah ariffa yang tak seperti dirinya yang biasa. Arka mencoba memyadarkan dirinya dengan kembali menepuk pipinya yang gembil.
“Riff, tolong cubit aku dan bilang ini ga mimpikan?”
Permintaan arka diakses dan ariffa melakukan apa yang telah arka minta. Kekehan sakit arka akibat mengaduh menandakan bahwa ini bukan lah mimpi.
“Ga mimpi geblek, ini serius loh! Jadi kapan ini tangan gue udah sakit nunggu balesan salaman lo!” Dengan sigap arka menyambut jabatan tangan ariffa.
“Arka, salam kenal ariff. Ehmm jadi boleh ga kamu jadi pacar aku?”
“Males ah, tapi kan kita temenan” Ariffa mengucapkan kalimat ini dengan sangat pelan dan meninggalkan arka diruangan uks sendiri.
“Rif! Hei! Mau kemana? Tadi bilang apa?”
“Ga tau, apa ya?”
“Rif! Hei! hahahahah apaan tadi heii!”
“Ih budeg lu yee! Gamuau lagi ah!”
“Temenankan?! Yuhuuu! GUE TEMENAN SAMA ARIFFFAA!!”
saling menyahut hingga keluar dari lorong itu dan mereka pun akan memulai hal baru berdua yang orang lain juga tahu karena sedari tadi ia terus mengikut mereka berdua.