Sftyme

I'm Hybrid


“Ya! Lee jihoon!” tegas seokmin menyapa seekor hybrid kucing yang baru saja siuman dari pengaruh bius operasi tadi.

“Y-ya! Kamu Kenapa disini?” Tanya seokmin kepada sahabat satu klannya.

“seokmin-ah! Ya kamu.. kenapa disini juga?” bertanya kembali dengan nada kesal bercampur keraguan.

“JIHOON-AH!!!~”

“SEOKMIN-AH!!~”

Saling menyaut nama satu sama lain, mereka pun berpelukan seperti sudah sekian lama tak berjumpa dan tak lupa pula suara rintihan jihoon yang kesakitan akibat goresan luka dibadannya masih basah.

“A!-Ah! Maafin aku!. Ya! Kamu kenapa disini? Klan kucing gimana kabarnya? Terus kamu kenapa begini?”

membuat jarak dan membantu menidurkan jihoon sambil melontarkan pertanyaan kepadanya.

“Kacau~. Kita dijajah oleh klan rubah, dan aku tidak tahu bagaimana aku bisa sampai sini” ucap jihoon sambil menutupkan matanya dengan lengan kanannya.

“Kau mungkin tertarik magnet gravitasi portal waktu yang ada di seberang perbatasan klan rubah dan kucing. Makanya kau masuk ke dunia manusia” Jelas seokmin dengan santai kepada jihoon.

“Dari mana kau tau itu? Apakah itu juga alasan kau berada disini?” tanya si kecil sampai membuat ia terduduk.

“Mungkin? Tapi untunglah aku bisa mendapatkan master baik hati yang mau mengadopsi ku”

Jihoon menenglengkan kepalanya karena setiap pengucapan bahasa korea seokmin agak kaku untuk ia jadikan lawan bicara. Penjelasan seokmin juga terbata namun santai, tapi kemana perginya telinga dan ekor kucing seokmin?

Iya, seokmin adalah seekor hybrid yang menjelma menjadi manusia dan ia bekerja sebagai dokter hewan dan ahli bedah Umum di rumah sakit ini bersama dengan soonyoung teman manusianya dan juga teman masa kecil masternya itu.

Jihoon menyipitkan matanya sambil menggerakan ekornya ke kiri dan ke kanan yang bertanda ada yang aneh disini baik itu seokmin dan ruangan ini.

“Yaa?! Naon waeiree?” (ya?! kamu kenapa?) tanya seokmin.

Karena jihoon mengibaskan ekornya sehingga memperlihatkan sebatang katana dengan sarung berwarna hitam tengah menampakan diri di sela ekornya.

Tok! Tok! Tok!

“Gue da-”

singhhhhh//suara mata pisau yang hampir mengenai kulit.

“Naon nugura?~” ucap jihoon kilat mengambil posisi dibelakang soonyoung sambil meluruskan mata pisau katananya tepat pada jakun manusia didekapan lengannya.

“Jihoon-ah! Dia mastermu!” ucap seokmin dalam bahasa korea sambil menunjuk ke arah soonyoung yang sedang dirangkul dengan lengan telanjangnya.

“Mwo?~” bisik jihoon sambil menyipitkan matanya bingung.

“Seok! D-dia kenapa? K-kok gue pengen di g-gorok anjir!” ucap soonyoung yang sudah bergetar hebat sambil menahan nafas agar apple adamnya tak berdarah.

“Jihoon-ah! Lepaskan! Dia mastermu! Tuan mu!” tegas seokmin kembali menghentikan jihoon yang sudah meneliti inci yang akan ia hunuskan.

Jihoon bergidik kaget, kemudian berhenti dan menyembunyikan kembali katana pada ekornya.

“Jjeosounghamida! Masternim! Akhh!” (maafkan hamba, tuan master!) ucapnya sambil merintih sakit akibat luka operasi di bagian perutnya terlipat akibat membungkuk.

“Lah hei! Jangan bungkuk itu jaitannya masih basah allahu!” inisiatif soonyoung langsung menegapkan badan dari empu sang ekor putih lebat nan bertelanjang dada ini.

“Tolong ya~ jangan banyak gerak dulu. Ntar sakit kalo jaitannya lepas! -aduh seok gue ngeri tapi gue juga bingung lo berdua ngomong bahasa apa dah!” jelas soonyoung setelah menidurkan jihoon kembali sambil mengacak rambutnya didepan seokmin.

“Bang!” sapa seokmin sambil menunjuk lehernya.

“Apa?”

“DARAH BANG!” tegasnya sambil berteriak

“AKHH!! DIMANA?!”

seisi ruangan itu tengah kalut karena melihat secuil darah menitik di bagian leher soonyoung. Memang bukan tepat di bagian nadi tapi itu juga termasuk daerah rawan rentan luka.

Seekor hybrid diruangan itu juga sama kalutnya dengan mereka. Tak berhenti meminta maaf dengan tutur bahasa yang berlawanan dengan sang korban/alias masternya. Ia pun kerintihan super amat sakit di bagian yang sudah di operasi akibat membungkuk sujud.

Kini soonyoung sudah diobati dengan diberikan seokmin plaster dan juga obat merah. Si ekor putih juga sudah terlelap karena suntikan penenang agar kekalutan mereda. Seokmin 20 menit kemudian juga izin pulang karena jisoo sang masternya sudah menjemput diluar.

Diruangan Itu hanya menyisakan soonyoung dan lee jihoon si hybrid yang sudah berubah menjadi kucing.

Malam ini sungguh malam yang berat bagi soonyoung, karena kejadian ini membuat dirinya terhuyung lemah meniduri kasur inap pasien hybridnya. Hingga ia banyak melewatkan informasi bahwa seokmin juga seekor hybrid dari klan jihoon.

Who Is There?


Tegap berdiri gagah ditengah medan perang menahan beratnya baju logam zirah, menggenggam katana dengan ujung matanya yang telah di asah, dan posisi kuda-kuda yang siap dipasang menantikan pergerakan klan kubu rubah yang hendak menyerang terlebih dahulu.

Bunyi terompet yang menandakan peperangan telah dimulai membuat semua pejuang menundukan kepala untuk berdoa sebelum mengambil hak kejayaan milik masing-masing.

“SERANGGGG!!!!”

“HYAAAAAAAAA!!!!”

Teriakan dari kedua kubu klan sudah terdengar mengisi wilayah pertempuran. Perlawanan demi perlawanan telah dilempar kedaerah kawasan satu sama lain.

Busur panah yang mengenai tubuh sang pejuang tak berhenti diarahkan. Getir suara pedang yang saling bergesekan ikut serta menambah riuhnya sorakan pejuang. Suara gemuruh dari langit yang dihasilkan oleh suara tembakan senjata api meriam juga ikut ambil alih dalam peperangan ini.

Namun suara nyaring dari dua katana yang saling bertujuan untuk menghunus lawannya tampak asing di dengar pada pertarungan diarea bahu belakang tepat kekaisaran klan rubah berada.

Suara itu berasal dari katana milik Lee Jihoon, kesatria dari klan hybrid kucing yang berhasil menghujam masuk ujung katananya pada titik vital lawan.

Ia berhasil menumbangkan seekor rubah algojo dari kubu lawan. ia sadar peperangan ini belum selesai, masih puluhan algojo disana yang akan ia hunuskan katananya pada masing-masing perut algojo itu.

“HIYAAAAA!!!!”

Sorak sorai dari seorang pejuang bergema mengisi ranah peperangan tersebut. Hybrid jihoon dengan mudah menyapu pergerakan lawan lewat keahlian pedangnya. Dan satu pukulan kosong membuat ia tersudutkan dari penguasa kekaisaran klan rubah.

“Ckck.. Yeoggi Mwulshanghada gyomi wariorida hahaha!– (Malangnya nasib kesatria imut ini! Hahaha!–)

-pabba!, neomu ppi yeoggiyo!, yeoggitto!, geroum yeoggiittoo!. Mwoni? Naon jinjja ssaomaryaa? Lee jihoon-si?~” (-Lihatlah!, penuh darah di bagian sini, sini dan disini!. Apakah kau sungguh ingin bertarung melawan ku? tuan Lee jihoon?~)

Setelah menunjuk bagian lukanya, ia mencoba menantang jihoon untuk bertarung melawannya.

“HIYAAAAA JJOOGYOBORAAAA!!!” (yaaa mati kauu!!!)

teriakan jihoon membangkitkan kobaran api untuk menghunuskan katananya pada lawan. Nihil hasilnya, ia malah terpental jauh hingga tak sadar bahwa tubuhnya memasuki ruang portal waktu menuju dunia manusia.

brakkk!

“Eung?, kayanya ada suara deh!”

“HUAAA! LO SIAPA? K-KE-KENAPA BAN-BANYAK D-DARAHNYA GITU!”

ucap kaget pria berambut hitam menutup mulut sambil menenteng tas kerja di tangannya melihat seseorang dengan baju zirah memiliki ekor dan telinga kucing berlumuran darah tergeletak disemak belukar samping halte bus.

“Tto..tto..ajooyo~!” (t..to..tolong aku~!) ucap pria bertubuh kecil itu lirih sebelum berwujud menjadi kucing.

“Hah!? Ey!! Woi! Yah~ pingsan! Aduh ini gue harus gimana?!”

Soonyoung pun dengan perasaan yang kacau menggendong pria kecil tadi yang sudah berwujud kucing itu menuju tempat prakteknya bekerja.

The End


“Sayang!~ sepatu kerja aku mana?”

“Mata tuh di pasang! Kan udah gue tarohin di rak kemaren!”

“Kok kamu malah bawa mata sih?”

“Ih maaf sayang ga bermaksud! Cari aja disana ini anak kamu belum di kuncir rambutnya!”


“Oke oke siap, //cup! Aku pergi dulu ya!”

“Iya hati-hati sayang sayang ku!~”

1, 2 ataupun lebih perbedaan bisa ditutupi dengan 1 kelebihan. Bermutualisme memang sangat penting, tapi bagi gue yang udah jatuh cinta gini bisa dibilang udah taraf mutualisme gak wajar lagi, ga sih? Haha.

Seperti yang kalian baca! Gue sama soonyoung udah resmi Jadi pasusu beranak 1 (adopsi cewek) ><. Bang seungcheol udah pulang ke rumah gue di sumatra dan udah di jemput juga sama kakak ipar gue waktu akad nikah kemaren.

Soonyoung? Dia udah punya pekerjaan guys! Ga jadi model gue lagi tapi kerja kantoran gitu dan dia Famous karena lomba gue kemaren -_– , jadi maklumin gue ngasarin dia.

Mingyu? Dia juga udah netap kerja dirumah sakit dan sahamnya secara cuma-cuma diinvestasiin ke gue haha.

Chan? Dia udah kuliah sekarang, udah ga childish lagi. Udah punya pacar juga btw pss psss hahaha.

Gue? Gue tetap menjadi kang foto yang hanya memuaskan diri dengan alam sekitar lewat hasil tangkapan lorong lensa kamera gue. Sambil menikmati ciptaan tuhan dari yang sempurna dan tak sempurna sambil ngurusin anak gue.

Kurang lebih begitulah cerita gue, ambil postifnya buang yang negatifnya. Karena cerita ini gue banyak belajar dari soonyoung.

Good bye and cut!!

It's Miracle


Selama gue dekat sama soonyoung, pasti banyak yang mikir kalau gue ga tau semuanya yang mereka sembunyiin. Stop mikir gitu!, karena gue emang udah tau rencana bang seungcheol. Ga semuanya, cuman yang gue tau adalah.., Hari ini, tepat saat gue menginjakan kaki ke podium untuk mempresentasikan hasil kerja shooter kamera gue didepan banyak orang ini, abang kandung gue dan juga pacar gue sedang melangsungkan operasi pendonoran mata.

Gue berusaha tegar diatas sini dengan hati yang gundah gulana. Untungnya presentasi ini ga berjalan lama hingga gue bisa ngatur nafas pake inhaler yang udah gue minta panitia siapin buat gue.

Pengen ngabarin kerabat diindo aja susah, karena orang tua gue ga ada di jakarta, mingyu jadi dokter yang ikut dalam operasi, chan pasti dia lagi shock sekarang, Temen-temen fotografer pada disini semua. Serius hari ini pikiran gue kacau banget sampe ngga kosentrasi dengerin kata pengantar dari penyelenggara.

Udah lebih 2 jam, dan sekarang tepat saat panitia ngumumin siapa pemenangnya dimulai dari juara 3, 2 dan..

“Congratulation, Our winner today! Mr. Lee Jihooon with his artwork titled Miracle!”

Iseng cek handphone ternyata ada pesan yang ngebuat gue undur diri untuk ambil hadiah dipodium menuju ke bandara. Untungnya ada wonwoo yang nemenin gue dari tadi yang ngewakilin gue buat ambil hadiahnya.

Pesan mingyu ini buat gue tremor dan kejadian serupa juga terjadi disini, gue berlari secepat mungkin dibawah derasnya hujan, sepatu gue copot dan akhirnya didalam pesawat gue sadar ada yang perih di bawah telapak kaki gue.

Yang gue rasain bukannya sakit, tapi kangen akan soonyoung yang bakalan marah sambil bersihin ni luka. Gue mutusin buat ga bersihin lukanya sampe gue pulang ke indo biar soonyoung bisa bantu sembuhin luka gue lagi. Ya luka batin dan luka jasmani.

Luka jasmani gue ga semudah yang kalian pikirkan untuk gue bisa sembuh, karena penyebabnya sendiri adalah saudara kandung yang telapak tangannya di atas kepala gue. Beliau jagain gue dari tk sampe udah kepala 3 gini. Rasa sayang gue ga pernah habis ke beliau.

Tapi gue cuman ga bisa kehilangan dia dan juga ga bisa terima jabatan tangannya apa lagi nyentuh dia. Ya, karena gue telapak tangan kanannya punya goresan parah karena sepatu yang gue pakai waktu di culik dulu ada beling yang nyangkut disana dan si penculik sengaja nginjekin tangan kakak gue pake kaki gue sendiri.

Saat pesawat udah landing di bandara, gue dengan sigap pergi ke pintu keluar dan lanjut lari menuju rumah sakit yang ngeoperasi kakak sama pacar gue itu.

Dengan langkah gue yang berat karena udah kerasa banget yang dikaki gue udah nancep terlalu dalam, Kamar yang gue tuju pertama tak lain kamar abang gue sendiri bukan ruang igd untuk sembuhin kaki gue dulu.

Disana serius sepi banget ga ada orang, kamarnya bersih kaya ga pernah di inep. Gue coba chat mingyu nanyain kamar bang seungcheol tapi yang dikirim malah pap dengan 4 kepala yang ada didalam tuh foto.

Gue berlari sekeras mungkin dengan berusaha nanyain perawat disana, dan gue beruntung banget kesakitan terus keduduk nyender keguling kebelakang di depan pintu nomor 156.

Lo tau apa yang gue lihat saat posisi gue jungkir balik kaya kura-kura?. Disana gue lihat bang seungcheol lagi megang cangkir tanpa duduk di kursi roda sambil ketawa sama dokter yang rambutnya mullet maroon Dan pacar gue sekarang langsung nolong gue duduk di atas ranjang inapnya dengan cowok berkacamata yang mukanya kepampang semua di pap tadi.

“Jihoon kamu kok luka? Bukannya kamu harusnya di paris ya?”

“Ya allah dek, baju lo kenapa lembab gini?”

“Oh ini adik kamu ya sungcheol?”

“Bang nyong, pacarnya imut banget dah emang sengaja ga pake sepatu sebelah ke sini ya? haha”

Bingung, pusing, marah, dan balik bingung lagi. Kenapa nih 2 orang yang gue cemasin tadi sehat walafiat banget?

“Hiknghhh!” bisa bisanya gue cegukan sampe 4 orang ini nyodorin air minum ke gue.

“sayang~, kamu baik baik aja kan? Kaki kamu kenapa luka sini aku obatin ya!”

“STOP!” kata gue dan dia nurut.

“Tonjok gue plis!” //buakhh!

ga ada yang mau bergerak tapi bagian pipi kanan gue sakit karena beneran di tonjok sama mingyu yang tiba-tiba masuk dari arah pintu.

“Lo stress anjir! KENAPA LO GA BALES CHAT GUE 5 HARI YANG LALU?!”

“HAH?”

“HAH! HOH! HAH! HOH! GUE NGABARIN LO ANJIR SOAL BANG SEUNGHCEOL SAMA SOONYOUNG OPERASINYA BAKAL SAMA DI HARI ITU! DAN MEREKA SEKARANG UDAH SEMBUH BANG SEUNGCHEOL JUGA GA JADI DONOR MATA BERKAT BANTUAN DOKTER JEONGHAN DAN SOONYOUNG BISA LIHAT LAGI KARENA ADA DOKTER SEOKMIN YANG AHLI BEDAH MATA DARI SINGAPUR KUNJUNGAN KE SINI DAN LO! SELAMA 5 HARI INI KEMANA AJA?! APA PENTING BANGET BAGI LO KOMPETISI ITU?”

apa gue terlalu stress sampe lupa ini udah lewat seminggu gue di paris? Mingyu kalo udah marah gini gue beneran buat kesalahan yang fatal.

“Gini ya jik, gue kasih tau sama lo! di hari lo minta izin sama bang seungcheol, soonyoung masih ada disana. Dan disaat lo tepar dia dipanggil sama dokter jisoo buat kenalan sama dokter seokmin yang bakalan bantu operasi matanya. Dan diwaktu lo pergi ninggalin bang seungcheol, itu kita udah siap siap buat anterin bang seungcheol ke ruang operasi! Lo tega banget anjir!”

Kaget beneran, subtweet gue di twitter beneran buat gue nyesel sampe mati.

Gue ke kontrol oleh emosi gue dari pada sudut pandang orang lain. Karena di waktu gue minta izin, bang seungcheol beneran ngizinin gue dengan berat hati.

Kalimat yang diucapkan bang seungcheol juga kalimat yang bermaksud nyegahin gue. Tapi karena ego gue yang tinggi, gue ninggalin orang-orang tercinta gue di tanah air yang lagi berjuang biar bisa bertahan hidup di ruangan operasi.

Bener-bener penyesalan, keputusan gue salah, gue harusnya stay disini dan ga mentingin pekerjaan.

Nangis sejadi-jadinya, gue terlihat seperti pecundang yang lebih mementingkan harta dari pada nyawa. Gue merasa ditertawakan saat ini dengan kebodohan gue sendiri.

Pengen ngadu ke soonyoung?, gue ga berani karena gue emang ninggalin dia tanpa minta izin pergi ke paris diam-diam kependem amarah.

Mau nangis di pangkuan bang seungcheol?, gue merasa seperti adik durhaka yang udah ga berhak lagi mendapat pembelaan dari sang kakak.

Minta maaf ke mingyu? Udah ga pantes banget kali ya, mingyu juga kayanya ogah nerima gue jadi temennya lagi.

Marah, semarah – marahnya gue sama diri gue sendiri. Semua luapan emosi udah kekumpul semua di puncak kepala gue. Pengen teriak, pengen nangis, pengen ditelen bumi juga boleh.

Tapi sambutan hangat pelukan dari soonyoung berhasil membuat tangis gue pecah disana. Sakit kepala gue belum bisa dibilang sebagai penghakiman kesalahan gue sendiri.

Belaian tangan soonyoung terlalu sakit gue rasain sebagai penolakan permintaan maaf gue. Soonyoung udah ngelakuin berbagai cara agar gue bisa tenang.

Dan yang terakhir entah kenapa bisa menghentikan tangis gue. Kecupan dalam nan halus yang dia berikan ke gue bisa gue terima sebagai afeksi nyata pereda kekesalan gue.

Tangan besarnya menangkup semua wajah gue agar berdekatan dengan mukanya. Usapan Jempul pelan untuk menghapus air mata gue bak air yang tenang di sungai.

Gue ngerasa damai banget saat soonyoung memberikan afeksi begini. Gue emang udah kalah telak dan ga bisa ngapa-ngapain ditambah dengan suaranya yang mencoba membela gue pada perlawanan antara ego dan diri gue sendiri.

“Jihoon!~ dengerin aku!. Kamu ga perlu nangis begini, kamu ga perlu nyalahin diri kamu sendiri. Memang semua yang dikatakan mingyu benar, tapi itu memang secara mendadak aku nerima jadwal operasi yang bersamaan dengan kak sungcheol. Jangan sakitin diri kamu sendiri! Aku mohon!.

-Sekarang kamu bisa lihat sendirikan? Aku udah bisa lihat kamu dengan benar dengan mata ku sendiri, dan kak sungcheol berhasil menyebrang di ambang maut dengan bantuan dokter jeonghan. Jadi ga ada yang perlu disesalin, kamu juga berhasil menangin perlombaan dengan hasil jeri payah kamu sendiri.

-Dan ini semua adalah keajaiban dari tuhan karena kita bertiga sama-sama berjuang melewati rintangan masing-masing. We did it honey! Let's be party! Come on~, don't you cry again heunghh!

Seisi ruangan inap soonyoung itu mungkin ke bawa suasana dan jadinya ikutan nangis.

Yang dikatakan soonyoung benar, ga ada yang perlu disesalin. Toh semuanya udah kejadian dan hasilnya kita sama-sama berhasil.

Gue bangga punya saudara dan pasangan seperti mereka berdua. Susah senangnya mereka bakalan ngelewatin dengan pancaran senyum yang tergambarkan di wajah mereka tanpa pudar, ya apapun kondisinya mereka selalu tersenyum.

Kejadian dan penyesalan ini akan gue jadikan pelajaran, dan untuk kedepannya gue bakalan lebih bisa menerima pendapat seseorang dari pada mementingkan ego sendiri.

i choose you because you’re my brother’s destiny


Notifikasi yang masuk dari mingyu hanya lewat di telinganya, jihoon sudah sampai dirumah sakit dengan bersusah payah untuk masuk keruangan saudaranya itu. Namun yang ia dapatkan dari belakang pintu masuk adalah dua sosok yang ia sayangi sedang membanjiri ruangan tersebut dengan air mata.

Ada perasaan ingin tumbang namun masih bisa ditahan oleh jihoon karena ia ingin mendengar apa gerangan mereka menangis di dalam sana.

Jihoon membuka pintu masuk ruangannya sedikit, kemudian menyenderkan kepalanya pada dinding disebelah pintu masuk ruangan seungcheol.

“Hiks...soonyoung! Saya mohon sama kamu...hhngghh tolong jaga adik sayaa!”

“Saya akan berjanji dan akan saya coba semampu saya untuk melindungi jihoon kak hiks... Tapi bisa ngga-... Bisa ng-akkkkhhh hiks.... tolong bertahan lah sebentar sajaa!”

Pembicaraan mereka hanya sampai disana yang masuk ke telinganya. Jihoon kini sudah tak sadarkan diri untuk menahan sakit kepala yang luar biasa dari sana.

Untungnya mingyu melihat jihoon dan segera mungkin membopongnya masuk ke dalam ruangan seungcheol.

Not Now!


Jari – jemari jihoon merangkak naik menuju tengkuk leher soonyoung yang duduk menyenderi ujung kepala kasur.

Setiap inci bagian leher soonyoung ia jelajahi dengan setiap kecupan dan meninggalkan warna merah muda disana. Lengguhan soonyoung membuat jihoon semakin bersemangat untuk ke tahap berikutnya.

Saat jihoon sedang mencoba membuka setengah baju soonyoung, ia pun berhenti setelah soonyoung menanyai apa gerangannya saat ini.

“Ehmm..jihoon~ kamu lagi ngapain?”

“Lha!? Bukannya kita bakalan main malam ini?”

Soonyoung pun tertawa dan jihoon masih memegang baju soonyoung untuk dibuka sepenuhnya jika sang empu baju menyetujuinya.

“Kamu tau ga kegiatan yang bakal kita lakuin selanjutnya bakal berdampak negatif pada kamu sendiri?”

Jihoon berfikir sejenak dan menggelengkan kepalanya. Soonyoung berseringai dan menjelaskan kepada jihoon bahwa seorang disabilitas yang belum mempunyai hubungan resmi tidak di perbolehkan memiliki hubungan badan dengannya yang normal. Bisa dikatakan jihoon akan melakukan pelecehan seksual termasuk jihoon yang sudah meminta izin kepada penyandang disabilitas itu sendiri.

”-Dan kalo kamu yang handle semua, kamu bakal capek sendiri dan aku malah keenakan haha~, jadi sabar dulu ya! Sebentar lagi aku bakalan bisa lihat kamu biar kamunya juga ga curang. Masa kamu udah lihat aku, akunya ga?” sambungnya.

Jihoon tertawa kekeh hingga membenturkan kepalanya kepada dada soonyoung.

“Iyaya hadehhh~ capek ketawa! Ini aku yang nafsu banget kayanya” ucap jihoon yang tengah menahan sakit perut sekaligus malu menahan tawanya.

“Aku tau maksud kamu ngelakuin ini buat apa, biar aku nyetujuin lomba itu kan?” tanya soonyoung.

Jihoon diam dan membuat lingkaran acak pada perut soonyoung. Iya, jihoon masih duduk di pangkuan soonyoung saat ini dengan manja seperti kucing yang memelas kasihan agar dimaafkan.

Soonyoung menggapai wajah jihoon dengan usahanya sendiri dan mendekatkan kening jihoon dan memberinya kecupan disana. Berangsur dengan meluruskan pandangan mereka dengan sengaja agar jihoon bisa menatapnya.

“So-soonyoung! Ini deket banget ga sih he he?”

“Hemm~, sengaja. Soalnya aku mau kasih izin sama kamu buat ikut lomba itu”

“OH MY GOD! SERIUS ANJIR BENERAN DI IJININ! eh ya allah maaf aku khilaf nyong huhu!”

Jinjitan gembira jihoon yang tepat pada milik soonyoung, dan si empu mengerinyit kesakitan. Jihoon sesegera mungkin membantunya agar duduk lurus kembali dengan memberinya afeksi tepukan perlahan di punggungnya.

Not Now!


Jari – jemari jihoon merangkak naik menuju tengkuk leher soonyoung yang duduk menyenderi ujung kepala kasur.

Setiap inci bagian leher soonyoung ia jelajahi dengan setiap kecupan dan meninggalkan warna merah muda disana. Lengguhan soonyoung membuat jihoon semakin bersemangat untuk ke tahap berikutnya.

Saat jihoon sedang mencoba membuka setengah baju soonyoung, ia pun berhenti setelah soonyoung menanyai apa gerangannya saat ini.

“Ehmm..jihoon~ kamu lagi ngapain?”

“Lha!? Bukannya kita bakalan main malam ini?”

Soonyoung pun tertawa dan jihoon masih memegang baju soonyoung untuk dibuka sepenuhnya jika sang empu baju menyetujuinya.

“Kamu tau ga kegiatan yang bakal kita lakuin selanjutnya bakal berdampak negatif pada kamu sendiri?”

Jihoon berfikir sejenak dan menggelengkan kepalanya. Soonyoung berseringai dan menjelaskan kepada jihoon bahwa seorang disabilitas yang belum mempunyai hubungan resmi tidak di perbolehkan memiliki hubungan badan dengannya yang normal. Bisa dikatakan jihoon akan melakukan pelecehan seksual termasuk jihoon yang sudah meminta izin kepada penyandang disabilitas itu sendiri.

”-Dan kalo kamu yang handle semua, kamu bakal capek sendiri dan aku malah keenakan haha~, jadi sabar dulu ya! Sebentar lagi aku bakalan bisa lihat kamu biar kamunya juga ga curang. Masa kamu udah lihat aku, akunya ga?” sambungnya.

Jihoon tertawa kekeh hingga membenturkan kepalanya kepada dada soonyoung.

“Iyaya hadehhh~ capek ketawa! Ini aku yang nafsu banget kayanya” ucap jihoon yang tengah menahan sakit perut sekaligus malu menahan tawanya.

“Aku tau maksud kamu ngelakuin ini buat apa, biar aku nyetujuin lomba itu kan?” tanya soonyoung.

Jihoon diam dan membuat lingkaran acak pada perut soonyoung. Iya, jihoon masih duduk di pangkuan soonyoung saat ini dengan manja seperti kucing yang memelas kasihan agar dimaafkan.

Soonyoung menggapai wajah jihoon dengan usahanya sendiri dan mendekatkan kening jihoon dan memberinya kecupan disana. Berangsur dengan meluruskan pandangan mereka dengan sengaja agar jihoon bisa menatapnya.

“So-soonyoung! Ini deket banget ga sih he he?”

“Hemm~, sengaja. Soalnya aku mau kasih izin sama kamu buat ikut lomba itu”

“OH MY GOD! SERIUS ANJIR BENERAN DI IJININ! -

“Akhhh!”

”-eh ya allah maaf aku khilaf nyong huhu! Maaf ya yang ga sengajaa huweee”

Jinjitan gembira jihoon yang tepat pada milik soonyoung, dan si empu mengerinyit kesakitan. Jihoon sesegera mungkin membantunya agar duduk lurus kembali dengan memberinya afeksi tepukan perlahan di punggungnya.

get well soon jihoon


Selesai semua yang dino titip ke gue buat dibawa kerumahnya. Gue langsung main nyongsor aja masuk pintu pagar.

Tok! Tok! Tok!

“Assalamualaikum!”

“Waalaikumsalam, widih banyak banget belanjaannya bang? Mari masuk!”

Gue masuk sesudah buka sepatu terus nolongin dino mapahin dia ke ruang tengah.

“Hehe soalnya lo mintanya dikit dek”

“Haha bisa aja lo bang”

“Pake tongkat ya sekarang jalannya? Haha”

“Iya nih, sakit banget engkel gue kudu libur sekolah sama les juga jadinya bang”

“Btw cepat sembuh ya!. Btw abang lo mana?”

Iya ini tujuan utama gue sih hehe.

“Itu lagi nonton sambil ngelap ingus disofa”

Gue langsung bawa dino ke ruang tengah biar seruangan sama ariff juga ^^.

“Nih martabak lo, dan Hi! Ariffa ini obat sama buah buat kamu”

Dia kaget, terus benerin duduk sama kacamatanya. Lalu narik selimut nutupin semua badannya sampe mukanya doang yang kelihatan.

“Lo kok bisa disini sihhhhacuuu!~”

Hihi bersinnya lucu ya! ><

“Aku kesini mau jengukin dino sama kamu, ayo diminum obatnya dulu biar ga hacuu! Hacuuu!”

Dia bungkamin mulutnya(?) kayanya lagi nahan ketawa abis itu dia ambil obat yang ada di paperbag terus lari ke dapur buat ambil air (kayaknya minum obat di dapur).

“Hahaha abang gue ketawa liat lo bilang hacu hacu bang”

“Iya kah? Kenapa?”

“Lucu tau! hahahaha”

Hihi ketawa dia anjir, alhamdulillah gue nambah poin persen dia suka ke gue kayanya.

“BANG! BANG ARIPP! BANG LIVAY WOI budeg banget abang gue ya allah BANG ARIPPP!”

Ih ngeri gue lihat dino manggil kakaknya gitu.

“APAA?!” wih galak.

“Sini ada pizza!”

Udah 2 menitan ariffa di dapur makanya dino manggil dia suruh gabung ke kita lagi soalnya gue bawa pizza juga sih.

Dia dateng tudungan pake selimut kecil tadi sambil bawa nampan yang atasnya ada 3 buah gelas isinya susu coklat panas.

“Nih diminum, awas ga habis!” galak tapi baik banget ><

“Makasih ariffa!” gue senyum kaya udah penghabisan ujung garis bibir gue tau ga saking kesemsemnya dibuatin minum sama aripaa.

Gue seruput dah tuh minumannya, abis itu kita makan pizzanya sama martabaknya sambil nonton disney raya (sebelum gue masuk udah nonton ini dia).

“Panas ya?!”

gue pegang dahinya biar tau panas badannya segimana. Btw udah gue wanti-wanti dia marah ga ya gue main nyongsor dahinya gitu, eh! Taunya ngga woi! ><. Dia cuman lihatin tangan gue sambil ngunyah pizzanya malah dia nanyain gue panas apa ga badannya.

“Panas ga?”

Gue beralih lagi pegang leher sama tengkuknya dan dia MASIH AJA ANTENG DI PEGANG SAMA GUE! HIKS TERHARUUU!!!.

“Iya panas nih, sini aku pasangin kompres tempel di kamu”

Dia ngangguk dan majuin badannya ke gue. Aduh jantung gue ga karuan apa lagi dino tambah cengin gue pake ngedehem gagok gitu. Gue ga tau kompres tempel yang mana buat beli di apotik tadi. Jadi gambar ada pororonya(?) gue kasih ke dia malah kegirangan anjir! Katanya gini!

“Ih! Ada ya kompres gambar pororo?”

“Ga tau? Ini aku beli asal aja di apotik tadi”

“Tapi ka, ini tulisannya buat bayi”

Gue salab beli? Mukanya jutek anjir? Eh? Aaa gimanaaa?!

“Ga papa tempelin aja, gue suka pororo!”

Lah.. Gue kira marah taunya suka >< Yaudah sih lanjut lagi tempelnya.

“Tangan lo dingin ya, sama kaya pas kompresnya ditempelin”

Lo mau tau ga berapa speed jantung gue kalo gue pake oxymeter? Mungkin 999bpm anjir! Dah lah gawat gue kalo lama-lama disini bisa pingsan. Tapi gue ga mau pulang dulu masa segitu aja lemah lo arka!

dia tiduran disofa abis sholat jadi gue b aja karena lagi asik main ps sekarang sama dino dan kita ga sadar kalo sekarang banget tuh udah jam 9 malam :).

Jadi WAJAR ariffa udah tidur :'). Gue langsung minta izin pulang sama dino buat pulang tapi gue ga tau gimana pamitan sama ariffa, dia lagi pules banget kayanya.

“Dek gue pulang dulu ya udah larut, besok sekolah”

“Iya bang, hati-hati ya!”

“Apaan lo rumah deket gini!”

“Haha ya gapapa biar ada vibe lo jauhan mainnya, eh! Tapi bang ariff masih molor noh lo ga pamitan?”

“Gimana teh carana?, orang lagi molor juga”

“Ya bisikin bang, gapape juga”

“Oke deh siap”

“Sip gue langsung cabut aja kekamar ya bang, mana tau lo mau sun pipinya hahaha”

“Anjirr belum saatnya”

“Oke deh siap”

Gue bangkit dari duduk sampe liat dino udah bener-bener masuk ke kamarnya :D. Dan gue langsung jongkok disamping ariffa yang lagi baringan di kasur.

Btw dia hebat ya bisa kacamataan sambil tidur, tapi ngeri sih kalo dia alihin tidurnya ntar kacamatanya ketindih terus bisa luka. Oke kacamatanya udah gue copot terus taroh di atas meja.

Lo tau kan putri tidur? Iya auroura! Gila cantik beutkan? Nah begitulah deskripsi gue ngeliat ariffa lagi tidur didepan gue saat ini. Putih beut tone kulitnya kaya salju, bulu mata nya lentik juga tebal adehhh berasa jadi puitis gue lama-lama.

Eh! Eh! Dia merengin badannya tepat dihadapan gue anjir (iya gue di sebelah kanan dan dia ngadepnya sebelah kanan juga) Untung ga dipeluk anjayyy... ^^ Oke arka saatnya untuk pulang.

“Rif, aku pulang dulu ya. Kamu kayanya udah ga panas lagi, mau aku copotin ga kompresnya?”

”.....”

“Yah ga dijawab aku kecewa hiks”

“Ga usah!”

Anjir dia jawab ><

“Kamu udah bangun?”

“Gue dari tadi ga tidur ya bego!” galaknya masih awet.

“Heh maaf kalo aku lancang ambilin kacamata kamu”

“Gapapa, malahan gue berterimakasih lo udah ambilin kacamata gue”

Btw dia ngomong cuman matanya masih ketutup, lucu banget dah busettt!

“Oke, aku pulang dulu ya. Get well soon ariffa”

“Makasih, good night”

“Night!”

ANJIR DEMI APA GUE DI UCAPIN GOODNIGHT SAMA ARIFFA HAHAHAHAHA GILA GUE LANGSUNG KELUAR DAH TU DARI RUMAHNYA DAN LARI LARIAN KAYA ORANG GILA DI JALAN HAHAHAHA INDAH BANGET YA ALLAH MALAM INI.

maaf guys gue gila karena keimutan ariffa 🙏🏻.

Ini gue pulang atau balik lagi ga ya kerumah ariffa? Ih pen nemenin ariffa aja 🤦🏻. Seharusnya gue tuh ga usah langsung nyongsor pulang, seharusnya tuh gue nawarin boleh nginep apa ngga ih!

Tapi ga papa gue bakal coba kapan-kapan hehe. Dah lah gue ucapin good night lagi ah!

“Good night ariffa!, met bobo! Semoga cepet sembuh!”

“WOI RIBUT AJA LO TIDUR GA!” Bona ganggu sumpah! Pake nongol di depan teras lagi -_–.

Lee Jihoon


Kalau bukan gegara notifikasi pesan dari mingyu bunyi mulu, mungkin gue ga bakalan bangun hari ini dan ngeskip acara sekali seumur hidup mingyu sama wonwoo.

Bebersih diri sampe udah make toxedo bagus yang di buat mingyu khusus untuk gue datang ke nikahannya, Gue bergegas nyari dimana tu cincin nikahannya. Ternnyata dia simpen dilaci tempat dia nyimpen sempaknya, ya secara mau tak mau gue ambil dah tuh cincin dari tempat yang sangat ehmmm...

Abis dapet gue langsung ke garasi ngeluarin mobil buat nyumbatin nih cincin ke mingyu, ada-ada aja benda penting gini ditinggalin.

Busan, gue sekarang berada di busan karena acaranya dilaksanain di busan kampung halamannya wonwoo. Jujur, sepanjang perjalanan gue kehilangan konsen karena di setiap jalanan yang gue tuju buat gue pusing dan bayangan seseorang muncul dipikiran gue. Mungkin ini kaya cluces tapi gue mencoba fokus sambil ngelajuin mobil biar ga dimarahin bos gue.

Lampu merah, dan itu artinya gue harus berhenti. Iya berhenti sih tapi kenapa dekatan sama lotte world!, seumur hidup gue entah kenapa kalo gue ke lotte world sambil liat bianglala rasanya pengen nangis terus. Bukan karena takut tinggi tapi kaya gue pernah merasa kehilangan sesuatu disana.

Untung lampu hijau nyala gue langsung nyeka air mata gue terus langsung mutusin buat lanjut aja ke tempat acara. Sesampainya gue disana gue langsung ke ruangan mingyu, dan bener acaranya ke tunda 30 menit karena nungguin gue hehe.

“Gyu! Nih ambil” gue lemparin biar dia tangkep sendiri, males banget lihat dia nyuruh gue jadi pendampingnya kedepan nanti.

“Ga sopan lo sama bos ya! Woi! Pen kemana?!”

Gue lari dari sana sebelum dia perintahin gue lagi, cukup biar gue istirahat bekerja di hari bahagianya bos.


45 menit yang lalu mingyu dan wonwoo telah dinyatakan sebagai pasusu sah. Asik bisa gawe malam tiap hari, dan gue sekarang yang masih lajang sedang minum sampanye di tempat prasnanan sambil lihat cincin yang terikat kuat di jari manis gue.

Cincin ini mulai muncul entah dari mana semenjak gue ngalamin mimpi basah pertama kali gue. Masturbasi pertama gue bukan sama cewek, tapi sama cowok imut, kecil, lucu, gemesin pen gue uyel-uyel terus dan kalo bisa gue rantai dah tu cowok biar bareng gue mulu.

Cincin ini kadang bikin gue kesel juga sih, karena ga bisa bikin gue dapet jodoh sampe sekarang. Ya.. karena pertama cewek kalo mau deket gue pasti bilang “nyong kamu ganteng tapi sayang, kamu udah punya tunangan” kedua cowok “lo bisa ga ilangin tuh cincin, gue ga bisa macarin orang yang udah tunangan” dan ke 3 para kolega dan kerabat kerja yang nyebelin nanya “kapan nikah?, siapa tuh jodohnya?, jangan disimpen ayo sesekali bawa kerumah”. PLIS STOP! jawaban kalian semua juga jawaban buat gue! INI CINCIN GUE SAMA SIAPA?.

karena udah terbiasa jadi ya gue biasa aja tiap ditanyain gitu. Tapi hari ini, alasan gue memandang cincin ini karena lambang infinitynya berubah jadi benang merah ngejuntai dengan tegang kaya ada yang narik. Gue letakan gelas sampanye gue di meja dan memulai nyari dimana ujungnya nih benang.

//tuk!

Sama-sama mengaduh sakit, karena kepala gue sama kepala dia benturan dan akibat benturan tadi gue tau jawaban semua dari pertanyaan di atas, Jawabannya adalah Lee Jihoon.

Mengapa demikian, ya karena benturan tadi mengakibatkan gue jadi inget tujuan gue hidup di kehidupan ini adalah buat nyari jihoon yang udah gue ambil nyawanya di kehidupan sebelumnya.

Pekerjaan gue yang dulu adalah mengambil nyawanya, sekarang gue berhasil mencari nyawanya. Dan sekerang dia tepat dihadapan gue sambil excited manggil nama gue keras banget.

“SOONYOUNG?!”

“LEE JIHOON?!”

Berpelukan erat seakan ga ada hari esok buat ngelakuin itu, gue angkat badannya dan menggendong sambil memeluknya erat.

“AAAA SOONYOUNG!!!”

“JIHOOON-AHHH!!”

Cup!

Kecupan mendadak dari jihoon dipipi gue membuat semburat pikiran kotor muncul di pikiran gue.

“Ayok cari hotel, kita belum ngelakuin yang belum sempat kita lakuin di kehidupan sebelumnya”

“Eh! Tapikan ini? Pernikahan wonwoo-?”

“Biarin, kita mah malam pertama juga jadi jangan mau kalah. Btw mau kue ga jadi welcome celebrate?”

Jihoon ga jawab cuman menengleng kepalanya doang, tanpa basa-basi gue ambil aja tuh wedding cake punya mingyu.

“Woi! Soonyoung! Balikin ga kue gue!”

Iya gue dimarahin tapi gue ga khawatir karena gue seneng udah ketemu sama sang cinta yang lagi ketawa sambil kesusahan ngatur nafas karena kecepatan lari gue ga seimbang sama dia.


Sesampainya di hotel kita udah melakukan pertarungan hebat diatas kasur dengan suara decitan ranjang yang bergetar, kecipak suara kulit yang bertemu, desahan jihoon maupun gue yang membuat ruangan itu bernuansa menggoda, dan diakhiri dengan jihoon yang lemas berbaring diatas gue.

Gue narik selimut buat nutupin badan kita yang telanjang, dan membenarkan posisi jihoon jadi berbaring disebelah gue. Tapi anaknya ga mau jadi gue biarin aja dia diatas sana.

Gue kecapean kali ya jadi udah setengah tertidur tapi jihoon mulai ngegoda kepala bawah gue dengan tangannya.

“Jihoonaahhh... Udah udah aku udah capek tidur yokk”

Masih bandel gue biarin aja, tapi kali ini gue dibikinnya pusing banget karena dia tekan kepala punya gue!. Gue lampiasin ke lehernya dan buat kiss mark disana. Dan dia berhenti memainkan adek gue yang udah terkulai dibawah.

Jadi sebenarnya tuh dia mau gue buat tanda, karena di kedua ronde tadi gue ga ngasih tanda ke dia. Maaf ya jihoon aku ga peka hiks..

“Soonyoung?, capek ga nyari aku?” Dia mulai nanyain gue.

“Ga, sama sekali ga capek. Kalau kamu?”

“Aku capek, karena aku udah nyari kamu semenjak aku udah ada di dunia ini” Lama dong, pas bayi juga berarti?

“Kasian banget, tapi kan kamu berhasil udah ketemu sama aku sekarang”

“Hehe iya, kamu juga ya makasih udah nemuin aku”

“Iya sama sama jihoon”

Cup!, kecupan kembali jihoon berikan ke gue dan itu berarti gue harus meluk dia erat lagi.

Tiba-tiba gue jadi keinget kalo jihoon pernah ngelamar gue di depan orang tuanya dulu, dan sekarang gue pengen ngelamar dia ya walaupun bukan di hadapan orang tuanya, tapi gue bisa selangkah lebih maju buat bisa nyatain kalimat ini ke dia.

“Jihoon?”

“Ehmm?”

Jujur tremor ga kuat banget, dan mungkin jihoon bisa ngerasain badan gue gemeter sama jantung yang gue ga karuan dan untungnya jihoon nenangin gue sambil elus-elus muka gue pelan banget kayak kena bulu kucing si wonwoo.

“Santai aja, jangan buru-buru”

“Oke aku udah siap”

Dia ngangguk dan siap dengerin gue.

“Jihoon-ah, will you merry me?”

Air matanya tegenang, gue bisa lihat dengan jelas setelah gue ngucapin kalimat sakral itu didepan yang berjarak cuman 5cm ini.

Dan jihoon menjawab...

“Yes! Yes I do soonyoung hiks!”

Oke endingnya kita nangis sama-sama didalam dekapan masing-masing. Ga mau lepas, ga mau berhenti nangis, biar kantuk yang menghentikan tangisan bahagia ini. Benar, sekarang kita udah tidur masuk ke alam mimpi masing-masing dengan cincin infinity yang sudah tak berubah menjadi benang merah.


06.37 am.

J: “Soonyoung! Bangun! Katanya kamu kerja?!”

S: “Yang, istirahat aja hari ini ya?”

J: “Ga! Hari ini mingyu honneymoon sama wonwoo, jadi kamu harus gantiin dia!”

S: “Aku izin biar sekretaris aku aja yang ngerjain”

J: “Ga! Ayo kerja!”

S: “Ihhh sayang” merengek

J: “I love you” sambil cemberut

S: //auto bangun

Dear, Dairy


Mengusap perlahan rambut dan memeluknya nyaman sampai benar-benar dirasa ia telah pulas, mungkin ini saatnya untuk ku bercerita kepada kalian bahwa sebelum aku bertemu jihoon kemarin aku telah berada di kamar kak seungcheol terlebih dahulu.

Mungkin aku tak diberitahu oleh chan jika jihoon akan ke rumah sakit juga kemarin, mungkin jika aku tahu akan ku bantu dirinya masuk ke ruangan tersebut tanpa ia harus merebahkan diri ke lantai.

Pagi itu aku menemui kak seungcheol karena permintaan beliau untuk menemui dan ingin mengatakan sesuatu kepadaku juga.

Namun aku ragu dengan semua perkataannya, apa aku bisa? Apa aku sanggup? Apa aku...mungkin bisa bertahan?

Bukan berarti aku melakukan semuanya karena untuk mendapatkan penglihatan yang beliau beri ataupun merasa tak enak dan pamrih. Tapi, aku memang murni sudah menyukai jihoon sejak awal kita saling mengenal. Perkenalan yang disalurkan lewat morganisa yang berulah dilapangan hingga kini aku menjadi modelnya.

Jihoon sangat baik jika harus disandingkan dengan si buta ini. Jika bukan karena kak seungcheol mungkin aku tak bisa memeluknya seperti sekarang.

Akan ku beritahu kalian mengapa kisah cinta ini begitu cepat terjadi.

Yang pertama adalah kak seungcheol telah memberiku clue sebelum ia memberanikan diri bahwa ia akan bersiap mendonor matanya dengan bantuan dokter jisoo sebagai dokter matanya yang memberitahuku “bahwa ada seorang kakak yang sangat menyayangi adiknya yang lucu, mungil dan baik hati akan mendonorkan matanya kepada mu soonyoung”

Yang ke dua, aku baru tahu jika kak seungcheol memilih ku sebagai orang yang ingin ia donorkan matanya karena merasa aku akan cocok disandingkan bersama adiknya dimasa depan.

Yang ke tiga, setelah aku mendapat kabar bahwa aku akan mendapat pendonor tapi pendonor itu adalah saudara dari orang yang baru saja aku kenal dan dihari itu juga beliau memintaku untuk menjaga dan membahagiakan adiknya secara terang-terangan. Beliau juga mengatakan hal-hal yang disukai jihoon dari yang kecil hingga besar sampai aku hanya harus melangkah kedepan saja menuju jihoon.

Yang ke empat, malam esoknya hari itu aku mendapat kabar bahwa kak seungcheol tak sadarkan diri dan aku sesegera mungkin menjenguknya, enggan pulang dan menunggunya hingga sadar. Saat sadar beliau mengatakan, ia begini karena tak sanggup melihat adiknya trauma seperti kemarin dan berbaring bersebelahan dengan dirinya. Ia takut apa yang ia alami akan jihoon alami, dan ia telah memberitahuku tanpa sadar tentang trauma jihoon. maka kak seungcheol memberiku satu permintaan lagi.

“saya sangat sangat minta tolong sama kamu, Sangatttt tolong banget jaga adik saya seperti kamu menjaga gelas yang ada didalam gengamanmu”

Tak sanggup mendengarkan permintaan kak seungcheol yang menangis saat salah meminta tolong kepada orang buta ini dan dari sana lah rasa ingin melindungi dan menyayangi jihoon lebih dimulai.

Kemarin, beliau mengatakan....

“Soon, lo suka adik gue bukan karena gue maksa kan ya?, soalnya ini terlalu cepat buat lo jatuh cinta sama adik gue hehe rada aneh dan agak terpaksa kalo dilihat”

“Ga kok kak, ini memang murni saya suka sama jihoon karena jihoon memang tipe ideal saya. Dan kalo dilihat-lihat jihoon imut ya”

“Lo bisa lihat? Oh gitu ya udah ga jadi deh kasih matanya hahahah”

“Hahaha saya sebenarnya cuman bisa melihat radar 10% sih kalau ada cahaya juga yang membantu”

“Baru tau loh, tapi semoga dengan mata gue lo bisa lebih dapet jelas lihat jihoonnya ntar hehe”

“Haha, tapi kalo aku nanti ga mau nerima donor mata kakak gimana?”

“Kenapa? Karena gue kakak jihoon dan gue udah mulai akrab ke lo gitu? Mana bisaa! Gue ngelakuin ini semua karena jihoon, lo malah ga mau nerima ih malesin banget lo”

“Jadi, nanti gimana caranya aku nenangin jihoon kalau kakak udah ga ada?”

“Gue tau lo bakal bisa nenangin jihoon nanti disaat sisa hidup gue tinggal sedikit, karena gue lihat lo bakalan terlatih mulai dari sekarang karena jihoon lagi kesusahan jalan kesini. lo bisa bantu dia didepan pintu gue sekarang”

Ketika kak seungcheol memberi tahu bahwa jihoon di depan sedang kesusahan, entah kenapa antusias ku menolongnya sangat sigap.

Dan memang semua takdir ini hanya dibentuk kak seungcheol yang memilih si buta ini menjadi kekasih adiknya hingga aku juga ada rasa ingin memiliki jihoon dengan tulus tanpa bantuan dari sang kakak.

Semenjak aku mengenal jihoon, mungkin agak asing bagiku jika ada seseorang yang berbicara santai layaknya sesama manusia sempurna kepada ku yang buta ini. Kesan pertama jihoon sangat aneh karena ia menawarkan ku sebagai modelnya, dan itu membuat ku tertawa renyah hingga masuk kedalam rumah di hari itu.

Diwaktu hujan habis turun dihari itu aku berjumpa kembali dengannya dimini market, ia menawari ku lagi dan aku ingin mencobanya. Ternyata sudah lama tidak berpose aku merasa kaku dan mungkin ini akan menjadi hobi baru ku.

Namun siapa sangka, didalam hal kecil itu terdapat percikan asmara yang jihoon beri kepadaku. Mulai dari menata baju, merias dan mengurusku layaknya manager sendiri.

Jihoon sangat berbeda jika ia sedang bekerja, mungkin seperti fatamorgana bagi nya jika ia sudah memegang sebuah kamera dan menyuternya terus-menerus hingga aku yang berpose didepannya lelah.

Sangat profesional, elegan jika aku bisa melihatnya mengambil gambar ku mungkin, tapi itu mustahil untuk ku lihat saat ini jangan kan melihat jihoon melihat hasil foto ku saja kadang jelas kadang tidak.

Jangan salah jika aku disuruh melihat jihoon, karena setiap aku melihatnya seperti ada sorot lampu yang membantuku agar bisa melihatnya jelas walaupun berada diruangan yang remang saat ini dikamar ku.

Si kecil ini sangat nakal jika sedang bersamaku, memang agak sering jahil bila aku hanya diam saja dan tak melakukan apa-apa. Seperti sore tadi sepertinya kita sedang berada di ladang ilalang kapuk? Namun ku tak tahu jelas yang ku tahu hanya udaranya saja yang bersih.

Saat aku mencoba mencarinya di seluas bentangan lapangan itu, ternyata ia mengikutiku dari belakang tanpa bersuara. Aku tahu cuman ingin mendengarnya tertawa saja aku harus berpura-pura tak tahu bahwa ia dibelakang ku.

Mungkin yang cukup bisa dibilang jahil dan keras kepala adalah saat aku mencoba membuatnya tidur. Sungguh amat kesusahan membuat matanya terpejam hingga aku membuat diriku malu meraba wajahnya hanya untuk mengatup matanya.

  1. “Tidur~”

“Bentar, aku lagi main twitter”

2.“belum tidur jihoon?”

“Bentar soon, aku lagi edit foto kamu”

“Besok kan bisa, ya?”

“Bentar lagi nig serius”

3.“jihoon?”

“Bentar aku lagi nonton kucing di yutup”

“Haadeehh”

“Hehe”

  1. cup

“Tidur~”

”......”

//peluk

Pulas.

Hanya dengan mengecup matanya jihoon akan tertidur, mungkin ini akan menjadi kebiasaan ku kedepannya. Jika kalian ingin tahu keesokan harinya bagaimana, mungkin akan di beri tahu nanti oleh jihoon di subtweetnya? Setauku dari yang chan jelaskan, bahwa individu pengguna twitter selalu curhat di account privatnya hingga membuat account tersebut seperti buku diary.

Memang ceritaku kurang bermakna dan aku hanya menyampaikan bahwa cerita ini ku ceritakan karena ada jihoon di dalamnya.

Terimakasih telah mendengar curhatan percintaan si buta ini, mungkin aku akan bercerita dilain waktu jika itu dirasa harus untuk ku sampaikan.

Selamat malam~

Trauma


Jihoon mematikan ponselnya setelah mencuitkan 1 subtweet diakun twitternya.

“Bismillah..bisa yok bisa!” Ucapnya sebelum melangkahkan kaki menuju pintu kamar kakaknya yang berjarak 2 meter itu.

Langkah pertamannya terasa berat, keringat dinginnya sudah mulai keluar, tubuhnya yang bergetar melangkahkan kaki pada langkah ke tiganya.

Seakan pendangannya terus berputar tak pada poros pusat fokus penglihatannya jihoon lunglai dan terjatuh dari posisi jalannya. Untung ada seseorang menyambut tubuh mungil jihoon dan berhasil mendarat dipangkuannya.

“Jihoon! Kamu gapapa kan? Badan kamu tremor lagi kaya kemarin?” ucap seseorang yang sedang memangku yang dipanggil.

“S-s-soon,younhggg~”

“Ji!,jihooon!jiiii!”

Jihoon tak sadarkan diri dipangkuan soonyoung yang saat itu tak sengaja lewat dilorong yang sama saat jihoon hendak masuk ke ruangan seungcheol.

Untungnya mingyu yang baru saja menyelesaikan urusannya ikut menolong soonyoung menidurkan jihoon diruangan kakaknya.

“Gyu!” sapa pelan soonyoung kepada jihoon hingga 2 kepala tertuju padanya.

“Jihoon punya trauma ya?” mingyu melihat seungcheol sebentar agar meminta izin untuk memberitahukan soonyoung tentang keadaan jihoon.

Seungcheol mengiyakan permintaan soonyoung yang ingin tahu apa yang sedang terjadi kepada jihoon saat ini.

“Emmmm..gini loh nyong, dia tuh punya trauma ke bang seungcheol”

“Trauma kenapa? Mungkin aku bisa bantu” tawar soonyoung tanpa menjelaskan bagaimana konsep penyembuhan yang akan ia berikan kepada jihoon.

Seungcheol yang melihat tertawa dalam diam dan meminta agar mingyu menceritakan segalanya.

“Jadi, dulu tuh jihoon umur 15 tahun baru masuk sma dan bang seungcheol sering antar jemput dia kesekolahnya.

-Dan waktu itu ada rumor banyak perampokan disekitar sana, jadi bang seungcheol inisiatif buat jagain jihoon. Tapi waktu jam pulang sekolah bang seungcheol ditodong piso tepat dibagian limpa hatinya, untung sih ga kena sama jantung bisa gawat sih kalo iyaa.

  • Makanya bang seuncheol baringan mulu disini soalnya hatinya dipakein cincin dan ga boleh kerja ataupun beraktifitas berat.

-yang jihoon traumain itu karena dia lihat langsung ditempat kejadian abangnya di tusukin piso sama orang dengan jarak yang dekat banget sekitaran 2 meter. begitulah jihoon ga tegaan lihat kakaknya sakit terus baringan disini.

-Dia ngerasa semua yang terjadi di waktu itu karena ulahnya, kalo bukan dia yang selalu minta jemput dan kalo abangnya ga mau jemput mungkin bang seungcheol ga disini dan dia juga ga harus ngerantau buat nyari uang pengobatan kakaknya. Ditambah lagi jihoon itu mysophobia, makanya dia trauma berat sampe segitunya kalo mau ketemu abangnya kudu tekanan mental mulu.”

Soonyoung menunduk dan terus menerus mengusap tangan jihoon yang masih berbaring setelah mendengar penjelasan panjang daru mingyu.

Seungcheol yang sedari tadi hanya melihat mulai mencoba berbicara kepada soonyoung agar tidak mencemaskan jihoon.

“Jihoon orangnya kuat kok, walaupun badannya kecil kaya cewek tapu dia tuh gentle banget nyong. Kamu ga perlu khawatir sama adik saya, dan saya cuman mau kamu menjalankan apa yang saya minta tolong kemarin lusa”

Mingyu? Iya dia sudah tau tentang pendonoran seungcheol ke soonyoung, karena itulah alasan sebenarnya ia kembali masuk ke unit bedah kembali tanpa sepengetahuan jihoon.

“Tapi aku ga tega lihat jihoon begini terus setiap mau ketemu kakak, kayanya ini rintangan yang berat banget buat dia lewati-”

”-tapi ujung-ujungnya dia sampai kesini kan? Walaupun harus teler dulu hahaha” sambung seungcheol pada kalimat soonyoung yang belum selesai.

Kemarin lusa saat ia menemani soonyoung kerumah sakit juga terjadi kejadian seperti ini dan soonyoung juga membantunya berbaring di sebelah seungcheol.

Kini soonyoung dijemput oleh adiknya untuk pulang karena hasil cek kesehatan soonyoung sudah keluar. Berat harinya untuk meninggalkan jihoon, tapi ia senang bisa mendengar suara jihoon walaupun hanya 1 kata yang keluar dari mulutnya.

“Kak, gyu aku pulang dulu ya, titip salam sama jihoon”

“Iya nyong, noted dah” “Hati-hati yaa!” gubris mingyu lalu diikuti oleh sungcheol.

Sudah 5 menit semenjak soonyoung pulang jihoon telah sadar dan ia sekarang sedang tertawa sambil menonton serial animasi komedi hingga tak sadar bahwa soonyoung mampir disana dan telah menolongnya, seungchol dan mingyu sengaja tidak memberi tahu jihoon bahwa soonyoung telah membantunya saat ia pingsan tadi. Karena jihoon pernah berpesan untuk tidak memberitahu seseorang tentang traumanya selain mereka berdua.