9.30 am
Setiap kali ku dekatnya, entah kenapa rasa aneh ini terus membuat pipiku merona dan terus mencoba membuatnya agar tidak terlihat. Berulangkali juga ku coba menghentikan kupu-kupu kecil agar tidak menggelitiki perutku saat terus bersentuhan dengannya. Apa ini yang disebut dengan cinta?
Memang sudah lama aku tidak merasakan perasaan ini, mungkin sudah beribu tahun lamanku. semenjak cinta pertama dan juga bersama istriku saat umur ku tak lagi panjang. Namun aku lebih menyayangi cinta kedua ku istriku sendiri lee jihoon.
Kalian bisa lihat siapa yang telah ku hitung masa hidupnya. Iya, dia reinkarnasi istriku lee jihoon. Aku baru mengetahui semenjak tiba dibusan saat melihat foto dirinya bersama cinta pertama ku, jeon wonwoo. Dan juga pada saat menunggang kuda, itu sangat jelas hingga membuat ku pusing tak sadarkan diri.
Untunglah reinkarnasi istriku berkecukupan mewah seperti sekarang sama seperti dulu tanpa ada kesusahan. Tak semua jalan hidup lurus, ia juga merasakan pahit dan kejamnya dunia seperti sekarang. Aku juga berusaha menafsirkan bahwa ini perbuatan dewa izami yang ingin balas dendam kepadaku bahwa telah mengambil targetnya. Apa salahnya dewa izanagi meringankan pekerjaannya dan membagi kepadaku? Apa itu kesalahan utama atau memang aturannya seperti itu?
Tapi aku tak sempat memikirkan lebih panjang persoalan itu, kini aku hanya ingin melihat wajah mungil yang sedang merangkul lenganku dengan rasa kecemasan yang begitu amat sangat cemas karena ingin meminta maaf dan restu agar ia bisa berpisah untuk terakhir kalinya.
“Sudah siap?” sambil mengelus rambut hitamnya dengan pelan.
“Lo pikir gue berani apa bilang gitu?!, gih sana lo yang bilangin!”
Memang agak tidak sopan tapi aku menyukai sifatnya ini. Aku mencoba menenangkannya dengan membuat ia duduk diujung kasurnya.
“Jihoon, coba percaya sama saya. Saya jamin kalau kamu jujur sama ibu dan ayahmu maka kau akan tenang dan fokus untuk memilih jalan hidup berikutnya”
Ia masih merajuk dan menunduk memikirkan bagaimana cara membicarakan persoalan yang sangat amat menyakitkan hati. Aku tahu bahwa ini sulit dilakukan, tapi aku bisa menjamin bahwa ia sanggup mengucapkannya.
Ia berdiri dan menjulurkan tangannya sebagai bentuk dukungan yang akan aku salurkan kepadanya. Aku menurut dan membawanya ke lantai bawah menuju ruang makan untuk menemui orang tuanya.
“Ayah..ibu...jihoon mau ngomong”
Ia memulai pembicaraan dengan terbata-bata. Aku kagum karena ia bisa memulai pembicaraan walaupun masih gugup.
“Iya nak mau bicara apa, sini duduk dulu”
Ibunya membawa kamu menuju ruang tengah agar bisa leluarsa berbicara. Karena ibunya tahu bahwa jihoon akan membicarakan hal yang serius lewat air mukanya.
“Jihoon mau pamit pulang ke seoul hari ini, terus-”
“Terus?”
“Jihoon mau minta maaf kalo jihoon ada salah sama ayah dan ibu. Makasih juga udah hikss...lahirin jihoon dengan baik kaya sekarang ya bu ayah...hikss”
Ia menangis dan memeluk erat kedua pundak orang tuanya. Aku hanya melihat dengan rasa penuh bangga karena ia berhasil mengungkapkan kalimat terakhirnya dengan amat sangat jelas namun diterima ambigu oleh kedua orang tuanya.
Tangan ku tiba-tiba di rangkul kembali dan aku sontak terkejut sebentar dengan ucapan jihoon yang membuat rasa banggaku pudar menjadi rasa ingin memilikinya selamanya.
“Ibu! Ayah! Ji-jihoon mau nikah!”
Jelas orang tuanya tertegun kaget dan terheran-heran ulah anak semata wayang mereka. Mereka terharu dan bangga sembari memeluk kami berdua sebagai tanda menerima ku dikeluarga mereka. Namun aku hanya bisa mengikuti alur karena aku juga ingin merasakan kembali indahnya berkeluarga dan merasakan jatuh cinta.
“Nak soonyoung, kamu kami terima di keluarga kami nak. Jadi kapan kamu akan menikahi anak kami dan kapan kita temu keluarga untuk mempersetujui kapan akan dilaksanakan pernikahan kalian?”
Aku hanya bingung bagaimana cara menjawab pertanyaan dari ibu jihoon. Untungnya jihoon memperlurusnya dengan sangat hati-hati.
“Kami berunding dulu bu, karena ini terlalu cepat membahasnya. Jadi jihoon pulang dulu ya, ayah ibu”
Ia kembali pamit dan kami pun pulang menuju seoul dengan menggangtungkan jawaban ibu jihoon.
Ingin sekali menanyakan tentang kejadian tadi saat ini. Namun kondisi tidak sedang mengizinkan karena jihoon terus mengalihkan pandangannya ke jendela. Setelah lewat beberapa menit, jihoon bertanya kepadaku.
“Lo gak papakan?-soal tadi... Maaf kalo itu buat lo kaget dan gue gak bilang duluan sama lo- yaa..karena gue udah tau kan lo juga udah tau isi pikiran gue”
Benar yang dikatangan jihoon memanglah benar. Namun soal ia memberitahu kepada orang tuanya bahwa ia ingin menikahi ku cukup samar dapat ku dengar.
“Iya jihoon, tapi aku hanya mengetahui ini sebagai list impian terakhir yang ingin kau lakukan sebelum meninggal. Dan aku juga tidak tahu kalau yang ingin kau nikahi adalah aku”
“Lo pikir aja lah ya, kapan lagi gue punya waktu buat cari pasangan gue nikah. Terus mana ada orang mau nikah sama orang yang bentar lagi pengen mati. Ya maklumin gue sekali tolong lah ya. Ingat jangan ketawa kalo gue bilang ini”
“Apa itu?”
“Gue mottesolo anjirr, mana gak pernah tau ngerasain jatuh cinta. Gue tuh cuman bisa mengagumi doang bukan buat memiliki. Tapi entah kenapa kalo gue deket lo gue ngerasain hal itu dan gue pengen nyobanya sama lo karena lo lah yang paling deket sama gue. Jadi lo mau kan nikah sama gue?”
Memang aku saat ini sedang menahan ketawa. Tapi aku sudah terbiasa menetralkannya sebaik mungkin. Dan aku menjawabnya dengan mempertanyakannya kembali sebagai orang yang memang benar ingin menjalani hubungan ini dengan pengenalan yang sangat singkat.
“Jihoon, kau tahu selama 32 hari ini aku telah merasakan apa yang kau rasa. Ingin sekali aku memberimu kasih sayang semenjak kau mencoba mengajariku tentang hal yang ada didunia ini padahal kau sedang mengalami kesulitan. Kini aku tanyakan kepadamu kembali, bersediakah kau menjadi pasangan seorang shinigami ini?”
Jihoon malah ketawa dan menepuk paha ku sekuat mungkin sampai aku merengek kesakitan. Namun dia akhirnya mengelus agar meredakan sakit itu. Ia masih tertawa dan mengambil tangan ku untuk ia kaitkan.
“Yes, i will do my precious devil. Ahahaha lucu banget lo pake aku-kamu. Ya udah mulai sekarang gue bakal manggil lo gini juga. Terus gue minta maaf kalo selama 1 bulan kemaren gue ngeselin banget hehe”
Aku hanya membalasnya dengan anggukan dan mengelus pucuk kepalanya.
Mungkin kisah ini salah dimata orang normal dan para dewa atasan ku. Tapi aku ingin kembali mencintai istriku walaupun ia bereinkarnasi sebagai laki-laki mungil yang berprofesi sebagai idol.