Sftyme

9.30 am


Setiap kali ku dekatnya, entah kenapa rasa aneh ini terus membuat pipiku merona dan terus mencoba membuatnya agar tidak terlihat. Berulangkali juga ku coba menghentikan kupu-kupu kecil agar tidak menggelitiki perutku saat terus bersentuhan dengannya. Apa ini yang disebut dengan cinta?

Memang sudah lama aku tidak merasakan perasaan ini, mungkin sudah beribu tahun lamanku. semenjak cinta pertama dan juga bersama istriku saat umur ku tak lagi panjang. Namun aku lebih menyayangi cinta kedua ku istriku sendiri lee jihoon.

Kalian bisa lihat siapa yang telah ku hitung masa hidupnya. Iya, dia reinkarnasi istriku lee jihoon. Aku baru mengetahui semenjak tiba dibusan saat melihat foto dirinya bersama cinta pertama ku, jeon wonwoo. Dan juga pada saat menunggang kuda, itu sangat jelas hingga membuat ku pusing tak sadarkan diri.

Untunglah reinkarnasi istriku berkecukupan mewah seperti sekarang sama seperti dulu tanpa ada kesusahan. Tak semua jalan hidup lurus, ia juga merasakan pahit dan kejamnya dunia seperti sekarang. Aku juga berusaha menafsirkan bahwa ini perbuatan dewa izami yang ingin balas dendam kepadaku bahwa telah mengambil targetnya. Apa salahnya dewa izanagi meringankan pekerjaannya dan membagi kepadaku? Apa itu kesalahan utama atau memang aturannya seperti itu?

Tapi aku tak sempat memikirkan lebih panjang persoalan itu, kini aku hanya ingin melihat wajah mungil yang sedang merangkul lenganku dengan rasa kecemasan yang begitu amat sangat cemas karena ingin meminta maaf dan restu agar ia bisa berpisah untuk terakhir kalinya.

“Sudah siap?” sambil mengelus rambut hitamnya dengan pelan.

“Lo pikir gue berani apa bilang gitu?!, gih sana lo yang bilangin!”

Memang agak tidak sopan tapi aku menyukai sifatnya ini. Aku mencoba menenangkannya dengan membuat ia duduk diujung kasurnya.

“Jihoon, coba percaya sama saya. Saya jamin kalau kamu jujur sama ibu dan ayahmu maka kau akan tenang dan fokus untuk memilih jalan hidup berikutnya”

Ia masih merajuk dan menunduk memikirkan bagaimana cara membicarakan persoalan yang sangat amat menyakitkan hati. Aku tahu bahwa ini sulit dilakukan, tapi aku bisa menjamin bahwa ia sanggup mengucapkannya.

Ia berdiri dan menjulurkan tangannya sebagai bentuk dukungan yang akan aku salurkan kepadanya. Aku menurut dan membawanya ke lantai bawah menuju ruang makan untuk menemui orang tuanya.

“Ayah..ibu...jihoon mau ngomong”

Ia memulai pembicaraan dengan terbata-bata. Aku kagum karena ia bisa memulai pembicaraan walaupun masih gugup.

“Iya nak mau bicara apa, sini duduk dulu”

Ibunya membawa kamu menuju ruang tengah agar bisa leluarsa berbicara. Karena ibunya tahu bahwa jihoon akan membicarakan hal yang serius lewat air mukanya.

“Jihoon mau pamit pulang ke seoul hari ini, terus-”

“Terus?”

“Jihoon mau minta maaf kalo jihoon ada salah sama ayah dan ibu. Makasih juga udah hikss...lahirin jihoon dengan baik kaya sekarang ya bu ayah...hikss”

Ia menangis dan memeluk erat kedua pundak orang tuanya. Aku hanya melihat dengan rasa penuh bangga karena ia berhasil mengungkapkan kalimat terakhirnya dengan amat sangat jelas namun diterima ambigu oleh kedua orang tuanya.

Tangan ku tiba-tiba di rangkul kembali dan aku sontak terkejut sebentar dengan ucapan jihoon yang membuat rasa banggaku pudar menjadi rasa ingin memilikinya selamanya.

“Ibu! Ayah! Ji-jihoon mau nikah!”

Jelas orang tuanya tertegun kaget dan terheran-heran ulah anak semata wayang mereka. Mereka terharu dan bangga sembari memeluk kami berdua sebagai tanda menerima ku dikeluarga mereka. Namun aku hanya bisa mengikuti alur karena aku juga ingin merasakan kembali indahnya berkeluarga dan merasakan jatuh cinta.

“Nak soonyoung, kamu kami terima di keluarga kami nak. Jadi kapan kamu akan menikahi anak kami dan kapan kita temu keluarga untuk mempersetujui kapan akan dilaksanakan pernikahan kalian?”

Aku hanya bingung bagaimana cara menjawab pertanyaan dari ibu jihoon. Untungnya jihoon memperlurusnya dengan sangat hati-hati.

“Kami berunding dulu bu, karena ini terlalu cepat membahasnya. Jadi jihoon pulang dulu ya, ayah ibu”

Ia kembali pamit dan kami pun pulang menuju seoul dengan menggangtungkan jawaban ibu jihoon.

Ingin sekali menanyakan tentang kejadian tadi saat ini. Namun kondisi tidak sedang mengizinkan karena jihoon terus mengalihkan pandangannya ke jendela. Setelah lewat beberapa menit, jihoon bertanya kepadaku.

“Lo gak papakan?-soal tadi... Maaf kalo itu buat lo kaget dan gue gak bilang duluan sama lo- yaa..karena gue udah tau kan lo juga udah tau isi pikiran gue”

Benar yang dikatangan jihoon memanglah benar. Namun soal ia memberitahu kepada orang tuanya bahwa ia ingin menikahi ku cukup samar dapat ku dengar.

“Iya jihoon, tapi aku hanya mengetahui ini sebagai list impian terakhir yang ingin kau lakukan sebelum meninggal. Dan aku juga tidak tahu kalau yang ingin kau nikahi adalah aku”

“Lo pikir aja lah ya, kapan lagi gue punya waktu buat cari pasangan gue nikah. Terus mana ada orang mau nikah sama orang yang bentar lagi pengen mati. Ya maklumin gue sekali tolong lah ya. Ingat jangan ketawa kalo gue bilang ini”

“Apa itu?”

“Gue mottesolo anjirr, mana gak pernah tau ngerasain jatuh cinta. Gue tuh cuman bisa mengagumi doang bukan buat memiliki. Tapi entah kenapa kalo gue deket lo gue ngerasain hal itu dan gue pengen nyobanya sama lo karena lo lah yang paling deket sama gue. Jadi lo mau kan nikah sama gue?”

Memang aku saat ini sedang menahan ketawa. Tapi aku sudah terbiasa menetralkannya sebaik mungkin. Dan aku menjawabnya dengan mempertanyakannya kembali sebagai orang yang memang benar ingin menjalani hubungan ini dengan pengenalan yang sangat singkat.

“Jihoon, kau tahu selama 32 hari ini aku telah merasakan apa yang kau rasa. Ingin sekali aku memberimu kasih sayang semenjak kau mencoba mengajariku tentang hal yang ada didunia ini padahal kau sedang mengalami kesulitan. Kini aku tanyakan kepadamu kembali, bersediakah kau menjadi pasangan seorang shinigami ini?”

Jihoon malah ketawa dan menepuk paha ku sekuat mungkin sampai aku merengek kesakitan. Namun dia akhirnya mengelus agar meredakan sakit itu. Ia masih tertawa dan mengambil tangan ku untuk ia kaitkan.

“Yes, i will do my precious devil. Ahahaha lucu banget lo pake aku-kamu. Ya udah mulai sekarang gue bakal manggil lo gini juga. Terus gue minta maaf kalo selama 1 bulan kemaren gue ngeselin banget hehe”

Aku hanya membalasnya dengan anggukan dan mengelus pucuk kepalanya.


Mungkin kisah ini salah dimata orang normal dan para dewa atasan ku. Tapi aku ingin kembali mencintai istriku walaupun ia bereinkarnasi sebagai laki-laki mungil yang berprofesi sebagai idol.

07.30pm


Umumnya pada hari kerja seperti senin hingga jum’at, baik staff pegawai maupun atasan akan pulang pada jam 7 malam. Sama halnya yang dilakukan oleh manager jeon wonwoo dalam perjalanan pulangnya saat ini. Karena tadi pagi ia mengirim pesan kepada pengacara artis wenangannya untuk membahas isu terkait persoalan bullying yang menimpa lee jihoon sebagai tersangka. Kini ia telah sampai dirumah dan sesegera mungkin menyiapkan makan malam untuk wejangan tamu yang akan hadir ke penginapannya.

ting-tong!!

Suara bel apartemennya membuat wonwoo spontan membukakan pintu tamunya itu. Pengacara kim dengan formal duduk di sofa pemilik rumah dengan menanyakan gerangan untuk dapat bertemu disini. Wonwoo terlebih dahulu menawarkannya hidangan makan malam sebelum membicarakan hal tersebut.

“kenapa repot-repot wonwoo?, saya hanya menunaikan tugas saya kemari-“

“ahh- ga papa kok sesekali biar bisa nyicipin makanan yang aku buat hehe”

“kalau begitu saya akan mencobanya”

“iya silahkan mingyu-si”

tak lupa obrolan kecil membuat suasana ruangan menjadi ramai sembari menghabiskan makan malam mereka. Hingga akhirnya mingyu membuka kembali pembicaraan dengan pertanyaan sebelumnya. Wonwoo menegaskan kembali bahwa ia ingin meminta tuntutan agar mengintropeksi dan menyusut seungkwan lebih dalam karena ia sangat mencurigakan. Mingyu tidak bisa mengiyakan karena kasus ini akan berkerja sama dengan petugas kepolisian. Wonwoo bingung karena ia harus menyelesaikan isu ini, mengingat jihoon sudah bertingkah semakin aneh dan mencoba untuk mempercayai shinigami didekatnya. Mingyu dengan mudah mengatakan bahwa isu ini akan ia tangani dengan rapi dan juga rekannya seorang detektif. Wonwoo jelas sangat bahagia karena bantuan pengacara kim yang sigap dan mudah menangani kasus ini. Tapi sedari tadi wonwoo mencoba mencerna, setiap ia mengatakan seungkwan mengapa pengacara kim selalu membahas jeonghan dan juga bodyguard jihoon.

“mingyu-si, maaf kalau aku lancang nanyain ini. Tapi kenapa kamu terus sebut jeonghan dan bodyguardnya jihoon? Ada apa dengan mereka?” wonwoo dengan berani melontarkan pertanyaan ini dan di sambut baik oleh mingyu.

“tidak apa-apa wonwo-si. Saya justru menunggu kamu mempertanyakan hal ini. Sekarang coba kamu pegang telapak saya”

“hah?! G-gimana?”

“coba saja dulu”

Wonwoo bingung, mingyu ini psikiater atau pengacara?. Wonwoo hanya mengikuti alur agar ia bisa mendapatkan jawabannya. Wonwoo perlahan menaruh tangannya diatas telapak tangan shinigami yang bertugas mencabut nyawanya.

“oke baiklah wonwoo-si. Kamu dengarkan saya baik-baik dan coba tutup mata mu”

“o-oke baik baik”

wonwoo yang malang. Ia tidak tahu bahwa mingyu sedang mensugesti alam bawah sadarnya agar mengingat potongan mimpi buruknya beberapa hari yang lalu.

”pangeran soonyoung!, lihat dandelion ini aku dapatkan diperbukitan sana. Cantik bukan?”. –“iya cantik, sama seperti rambutmu” –“yang mulia, apakah anda akan hidup dengan ratu saat menikah nanti? Apa tidak bisakah kita bersama?”. –“tidak bisa jeon wonwoo, kita sesama jenis dan memang ini hal yang gila tapi aku sangat cinta padamu. Jikalau aku bukan lah pangeran mahkota sekarang maka aku akan menikahimu”. –“ yang mulia ratu lee , saya harap anda akan bahagia bersama raja.” –“YANG MULIA!! BERTAHAN LAH! ANDA BISA MELWAN PENYAKIT INI!, YANG MULIAAAAA!!!”

Manik hitam wonwoo terbuka bebas dan menumpahkan tetesan air mata. Ia bingung dengan apa yang sedang terlintaskan dipikirannya. Tangannya masih diatas telapak tangan mingyu yang kini telah mengenakan jas hitam dan juga buku hitam di atas tangan kirinya.

“Jeon Wonwoo, Reinkarnasi kasim kerajaan jeoseon tahun 126. Perjanjian kematian, saya akan bereinkarnasi sebagai manusia dan jika saya bertemu lagi dengan pangeran kwon kelak di masa depan saya rela akan diambil nyawa detik itupun. Bagaimana Jeon- ..won-...woo?”

Wonwoo dengan antusias menjauhkan diri dari mingyu dan terduduk lemas dilantai. Mingyu tidak sedang menakutinya namun mempertanyakan kesepakatannya. Apakah nyawanya bersedia diambil sekarang?

“kamu sudah 4 kali melihat sosok kwon soonyoung, dan ini tidak bisa dielakkan wonwoo. Walaupun dalam wujudnya sebagai shinigami sekarang ia tetaplah pangeran kwon. Saya harap kau tak memberi tahu artis mu soal ini karena dia adalah rival mu sekarang dan kalian sama-sama diambang kematian. Jikalau kau membocorkan hal ini dan tentang jihoon yang dulu adalah istrinya maka kau tidak akan bisa bereinkarnasi menjadi manusia kembali.”

Nafasnya masih tersengal dan tak menyangka mingyu adalah seorang shinigami yang sedang bertugas mengambil nyawanya. Ia tidak bisa berfikir dan kini ia masih menyudutkan diri di lantai yang dingin.

Mingyu mendekat dan mengambil tangannya agar bisa ia dudukan diatas sofa. Ia pergi mengambil air untuk wonwoo minum agar bisa menjernihkan fikirannya kembali. Setelah kembali dari dapur, mingyu kembali mengenakan pakaian yang ia gunakan saat pertama kali ia memijakan kaki ke apartemen wonwoo hari ini.

“maaf sudah mengagetkan mu wonwoo, ini memang tugas saya. Tetapi karena ini terlalu mengejutkan jadi saya akan memberitahumu alasan yang sebenarnya.”

Wonwoo masih bergidik bingung dengan tubuh yang gemetar. Mingyu mencoba menenangkannya sebelum ia memulai kembali penjelasannya barusan.

“Saya mensugesti untuk mengingatkanmu pada kehidupan masa lampau. Yang kamu lihat tadi benar adanya, kamu memang bersumpah kepada dewa izanagi untuk tak ingin bersama dengan soonyoung. Soonyoung memang meninggal akibat wabah yang mengerikan dimasa itu bersama istrinya, namun kau juga meminta agar istrinya dikutuk sebagai laki-laki yang tak berdaya dan timpaan musibah akan ia terima setiap masa hidupnya. Ini adalah reinkarnasi jihoon ke 89. Karena ia terus mati muda dan yang mencabut nyawanya selalu dewa izami, yoon jeonghan teman mu sekarang. Dewa izanagi tak kuasa melihat malangnya reinkarnasi jihoon yang hampir mendekati angka genap dan beruntung lah ia hanya kau kutuk 90 kali saja, maka beliau tugas kan soonyoung mencabut nyawanya sendiri. Sesungguhnya ini bukanlah wajib kau tau dan juga ini termasuk dalam golongan rahasiaku untuk mengawasi kalian bertiga dari dewa izanagi. Tetapi aku tak ingin kau menjadi penghalang soonyoung agar ia bisa fokus dengan tugasnya kali ini”

Wonwoo hanya tertegun dalam diam dan mencerna maksud ulasan panjang dari mingyu. Namun masih ada pertanyaan lain yanh ingin ia sampaikan

“Lalu kenapa kau memilih jeonghan sebagai tersangka?”

“Karena ia murka kepada suaminya sendiri yaitu dewa izanagi yang memberhentikan tugasnya yang belun selesai, jadi bagaimana wonwoo?”

“baiklah, aku akan berusaha”

“terima kasih wonwoo atas kerja samanya”

Wonwoo kembali mempertemukan pandangannya kepada mingyu dan siap untuk bertanya kembali.


“jadi, bagaimana cara agar aku bisa menolong jihoon dan meninggal secara tenang?”

Prolog~


Hai!. Nama gue Arka Tian Pratama, panggil aja arka biar ga kepanjangan. Gue murid pindahan SMAN 2 kelas 12. ya gue tau walau ini nanggung banget, tapi gue harus pindah karena keluarga gue lagi ada masalah. tau lah ya masalah nya apa haha. Jangan buat karakter gue jadi sad karakter!, karena disini gue orangnya ceria mulu sampe di kira gila dan gue orangnya gampang jatuh cinta. Apa lagi orangnya tipean kayak yang imut satu ini ><.

-0-

Gue Arshila Biwariffa. Udah berapa kali gue tegasin panggil gue ARIFFA! bukan ARSHILA!. Gue ketos di SMAN 2 jadi semua peraturan gue yang jabarin seluruh murid taat sama visi,misi dan janji murid di sekolah ini. Kata orang gue galak, padahal biasanya gue gini-gini aja. Gue paling risih digangguin atau pun deket-deket ga karuan. Contohnya, si bakpao ini yang dibantu sama adek gue buat ngedeketin gue. Kita lihat aja sampe mana dia bertahan sama sifat asli gue.


Ini cerita perjalanan cinta ulat bulu menuju kepompong dan menjadi kupu-kupu. Apakah arka bisa jadi pacar ariffa?


Coming soon-♡

10.25pm


Mulut mu harimau mu~

Iya, kalimat itu mungkin berlaku buat gue. Karena gue sekarang lagi baringan di atas kasur yang dikasih penghangat dilantainya biar gue ga menggigil subuh nanti.

Gue masih bingung dengan berbagai macam persoalan yang sedang gue hadapi saat ini. Mulai dari ni setan kenapa bisa demam, temen gue yang udah gue gambarin jadi sahabat seperjuangan ngebug gue, dan juga gimana cara ngalangin latihan nunggang kuda bareng ayah besok.

Tadi abis turun ganti air hangat buat kompres si setan. Ibu masih duduk diruang makan sambil bersihin kotak p3knya yang abis dipake buat nginfus si setan.

“Nak. Sini dulu ibu mau ngomong sama kamu”

“Iya bu bentar” gue lagi naroh wadah tadi diwastafel dulu soalnya ibu mau ngomong.

“Mau ngomong apa bu?” gue sambung lagi sambil duduk dikursi meja makan.

Ibu gue ngasih handphone gue yang dulu gue pake waktu pra-debut dulu, yang isinya banyak sms dan dukungan dari teman. Tapi ada juga pesan yang mengandung unsur ngga patut buat di baca.

Gue kasih handphone ini ke ibu karena ibu kedok gue baca sms dari haters waktu gue h-1 sebelum debut sampe gue trauma dan juga waktu gue abis di culik masuk ruang icu 1 minggu.

Sekarang ibu kasih lagi handphone ini dengan layar yang nunjukin bahwa gue kenal dan tahu ini nomor siapa.

Dan itu nomor lama seungkwan yang dipakai buat akun yang ngeposting mintranslate postingan teman cewek gue waktu sma.

Gue emang sering main sama tuh temen cewek dulu, tapi buat kerja kelompok doang abis itu gue langsung main ke rumah wonwoo.

Dan yang ngelakuin bullying sama temen cewek itu sama besar badannya sama gue. Makanya ini kesempatan seungkwan buat jatuhin gue, karena albumnya ngga laris dan gue dijatohin karena comeback gue diprediksi bakalan naik daun.

Ini baru prediksi, ya karena album gue belum rilis. Siapa tau kan ngga akan laris juga hahaha.

Dan kenapa ibu bisa kasih tahu gue ini?. Karena beliau lah manager utama gue yang memantau dari busan. Beliau yang ngatur gue gimana – gimananya dan wonwoo yang ngehandle gue. Handphone ini handphone asli gue dan di handle sama beliau langsung. Yang gue pegang saat ini handphone mainan gue yang isinya cuman sns sama chatingan doang. Selebihnya cuman pap sama selca yang disuruh agensi. Ya paling ada lah dikit gue selfi kan lagi mood...

Jadi, ibu gue ngasih tau ini karena beliau ketemu langsung sama gue. Mungkin udah muak kali ya liat dia tuh kirimin pesan isinya selalu kata – kata yang bisa buat gue mental breakdown. Gue salut dan sayang sama ibu gue ini. Dia rela nyakitin hati dia sendiri demi ngelindungin mental anaknya. Kadang gue tuh kepengen banget pulang terus meluk ibu erat benget kek sekarang.

Gue kangen rumah, gue kangen ibu, gue kangen debat bareng ayah. Cuman itu kehalang sama konflik yang gue buat dari diri gue sendiri. Dan gue menyesal udah ambil tindakan buat solo debut.

Abis gue deep talk sama ibu. Gue jadi inget pengen chatan sama wonwoo. Gue becandain lah si wonwoo bareng ibu dan sebenarnya becandaan itu hanya terlihat dimata ibu dan nyata di mata gue.

Tiba-tiba notif seungkwan masuk di handphone mainan gue dengan pesan yang dinalarin gue kek mancing ribut banget ni orang.

Gue udah puas kali ya dan gak tahan liat kelakuan munafiknya di depan anak-anak sama di handphone gue yang dipegang ibu tuh.

Niatannya pengen jatuhin gue tuh kelihatan banget. Mulai dari chat gdm yang selalu dia yang awalin, dia yang tahu akan segalanya yang gue kerjain, dia yang pura pura kenal dan ngaku sehabatan sama gue.

Gue udah muak sama busuknya seungkwan tuh udah muak!!, gue udah mikir ini dari tadi dan sekarang posisi gue masih muter kiri kanan buat cari jalan biar pengacara gue ngedok si seungkwan dan gue bisa tenang buat ngabisin sisa hari gue.


jihoon, masih bangun?

eh..anjir lo bikin gue jantungan setan!!

maaf, tapi ayo kemari!

Dia nepok kasur sebelahnya gue gimana dong ><. Naik ngga ya? Naik ga? Naik aja lah anjir lama dingin di bawah tuh ini juga kasur gue!!><

saya tahu kamu butuh afeksi, sini saya peluk

Bener sih. Ini yang gue mau soalnya lagi frustasi banget.

maaf saya lancang tadi dan sekarang sudah tidak menjaga jarak dengan mu. Tapi ini bukan apartemen, ini rumah jihoon dan housemate tidak berlaku

iya tau, makasih ya gue emang lagi butuh banget ini

Gue balas lah peluknya tapi gue bisa denger suara jantungnya sama cepetnya dengan jantung gue jancok !!><

btw, dari mana lo tau kalo gue butuh afeksi?

saya sebenarnya bisa mendengar suara hati kamu jihoon

Anjir ngeray banget !!! J-jadi selama ini? ><

Gue goblok bukannya lari malah nelusuk muka di dadanya anjir, gimana dong !! ><

tidak apa-apa. Saya juga lagi butuh kehangatan ini soalnya saya sedang pusing memikirkan kejadian tadi

Ya ga papa sih, gue juga gak mau lari ini loh. Soalnya lo wangi bedak bayi, mana suara lo serek makin seksi anjir!!><. [ Iya ini gue lagi ngetes setan bisa denger ngga! Pantauin aja udah yang baca jan bacot!!]

jihoon, ini bedak bayi yang direkomendasikan dari chan untuk saya. Bau strawberry bukan?

iya anjir, jadi bener lo punya temen nih? Kok soft banget? Gila gaya bahasa lo juga udah canggih sekarang

haha iya, ini bantuan kecil dari mereka biar saya bisa menjaga kamu

Oh...jagain gue sebagai target gitu ehmm..gitu iya he'eh hmmm...

kenapa jihoon?

gak gue ngantuk

baiklah selamat malam jihoon, mimpi indah

iya malam

-°-

itu lah mungkin, sepercik suara hati lee jihoon malam ini, yang gue lontarkan disini. Semoga kalian paham karena authornya ngetik sesuai apa yang gue jelasin. Okee(?)

fyi. Gue masih tidur di dalam pelukan setan ahay ><

06.48 pm


Selama perjalanan menuju arah kerumah jihoon menggunakan taxi. Mereka tak kunjung melempar pertanyaan satu sama lain. Dan akhirnya mereka tiba di pintu masuk kediaman Lee.

Tingtong...

“Ibu..ayah..Jihoon pulang!” sahutan pun disambut dengan senyum hangat dari sang ibunda jihoon yang sedang membuka pintu lalu memeluk sang anak semata wayangnya itu.

“Jagoan ibu udah pulang~. Nak kamu gimana kabarnya? Kenapa kurus begini hemm?–”

“Karena dia menghmpp-”

“Ngga bu jihoon baik baik aja hehe”

Soonyoung memotong pembicaraan dan kemudian dihentikan oleh tangan mungil sigap milik jihoon.

“Eh ini siapa nak? Hmm jangan – jangan ini calon menantu Lee ya (?)” ibu jihoon memberikan senyum menggoda agar anaknya itu memberi tahu yang sebenarnya.

“Apaan sih ibu! Ini tuh.. Ini bodyguard aku bu”

“Halo ibu, saya soonyoung” sapa soonyoung hangat sambil menjulurkan jabat tangannya.

“Wah ramah ya jihoon boleh nih jadi mantu ibu ?. Ayo nak silahkan masuk!. Ayah~! Lihat siapa yang jihoon bawa!” goda ibunya lagi sambil memekik kepada suaminya agar keluar melihat anaknya bersama bodyguardnya (calon menantu)

“Wah wah lihat badan yang tegap ini, ototnya bagus sekali hahaha. Apakah dia aktor?” tanya ayah jihoon kepadanya.

Jihoon dengan antusias menjauhkan soonyoung dari gapaian ayahnya.

“Ayah hentikan maniak ayah pada aktor aktor itu. Sudah ku katakan dia ini bodyguard ku dan aku idol. Oke?”

“Tapi sayang kalau karirnya tidak di dunia akting, lihat jihoon wajahnya sempurna seperti Lee min hoo”

“Ayah tidak lihat, ini apaa? Buntalan ini tidak cocok dengan lee min hoo ayah itu!” Sambil menunjuk-nunjuk pipi soonyoung.

Yang ditoel hanya diam dan tertawa melihat keharmonisan rumah lee jihoon. Tak lama ibu jihoon datang setelah membersihkan kamar jihoon.

“Sudah!, sudah! Kalian ini bertengkar saja perkara aktor. Dan ayah masih juga tidak sadar bahwa anaknya seorang idol!. Nak soonyoung abaikan saja mereka dan lebih baik jihoon kamu bawa soonyoung istirahat dikamar mu” pitah ibu menengahi perdebatan ayah dan anak itu.

“Lah? Kok sekamar sih, ngga ada kamar lain apa?” tanya jihoon.

“Ga ada!, kan katanya bodyguard ya harus jaga dong 24 jam”

“Ibu...”

“Ayo sana”

“Baiklah bu, oi bantuin gue bawa ini!” melas jihoon yang di arahkan ke soonyoung

“Jihoon~”

“Ihiii iya buuu~”

Merekapun memasuki kamar jihoon dan soonyoung membuntutinya sambil membawa koper nya dan jihoon kedalam kamar. Sebuah kamar rooftop yang berukuran besar dan atap yang transparan menyalurkan langsung mata dengan bintang yang bertebaran di angkasa, kamar ini di desain jihoon sendiri waktu ia duduk di kelas 2 smp.

Hangat dan nyaman dari ruangan ini membuat yang bersinggah akan betah dan tak akan melangkahkan kaki keluar dari tapak kamar ini.

Soonyoung yang merasa kelelahan dan nyaman akan kondisi ruangan ini pun mengambil posisi duduk selinjor dibawah lantai samping kasur milik jihoon.

“Oke! Lo tidur dibawah”

“Baiklah. Saya suka dibawah sini”

“Ya bagus, gak sempit gue”

Mereka pun mulai menyusun beberapa barang ke lemari. Tepat disebelah lemari terdapat nakas dan juga sebuah frame foto yang menggambarkan bocah kecil yang sedang menunggangi kuda putih bersama pria dewasa. Soonyoung yang melihat penasaran akan hal itu pun menanyai jihoon.

“Siapa bocah kecil ini jihoon?”

“Ini gue anjir, enak banget lo bilang bocah. Gimana imut kan gue dulu?”

“Hmm imut sekali, dan ini siapa jihoon?”

“Ini ayah gue, dia tuh aktor dulu. Terus pensiun awal gitu soalnya patah tulang karena cedera waktu nunggangin kuda buat drama kolosal”

Soonyoung tentunya tahu apa yang jihoon katakan. Sebab keseharian soonyoung saat jihoon mengurung diri dikamar adalah menonton drama series.

Seketika pandangan soonyoung teralihkan kembali. Ia melihat foto yang ia mungkin kenal dengan seseorang ini.

“Jihoon dia siapa?”

“Oh itu manager gue, lo tau dia ngga? Soalnya dia tuh kemarin ceri-”

“Wonwoo?”

“Hemm? Kok lo tau namanya?”

“Iya dia wonwoo bukan?”

“Iya dia wonwoo. Kenapa lo kenal sama dia?”

Saat soonyoung hendak mengatakan vahwa ia kenal dengan pria yang difoto itu, kepalanya terasa sakit dan potongan ingatannya kembali teringat.

“Yang mulia, ayo saya ajarkan anda caranya memanah. Yang mulia, ini bunga dandelion saya dapati ini dipegunungan sana. Yang muliaa!!! Anda harus bertahan hiks”

“Arghh...ji-jihoon...jeon....”

“WOI SETAN!!!”

Day 21 – 04.45


Rinai hujan menghantam dan membuat kaca jendela kereta berembun. Hawa semakin diluar semakin dingin, tapi tak dirasai oleh jihoon yang tak sengaja membaringkan tidurnya dibahu soonyoung yang sedang menyelimutinya dengan selimut kecil. Soonyoung mencoba menyelimutinya pelan agar jihoon tak terjaga dari tidurnya, namun hal itu terjadi ketika soonyoung hendak menyelimuti kaki jihoon dan membuat sandarannya beralih tempat.

Jihoon yang sadar sesegera mungkin mengubah posisinya menjadi duduk bersila memandang kearah jendela untuk meredakan rona merah dipipinya.

Soonyoung kembali membungkus tubuh mungil jihoon agar ia tak kedinginan karena ia hanya memakai kaos dan celana training saat soonyoung menariknya agar tidak telat menaiki kereta.

“Jihoon ayo pakai ini biar tidak kedinginan”

“Iya ah bawel banget”

“Apa kamu tidak bosan disini?”

“Bosan lah, tapi mau ngapain juga gue sama lo cuman tinggak duduk nanti ketiduran juga”

“Lebih baik kita memainkan permainan”

“Jangan bilang talking angela!”

“Bukan”

“Terus apa?”

“Kita main spinner truth or dare digital aja”

“Ahaha boleh banget, ini mah gue jagonyaa”

Mereka pun bermain, bersenda gurau sambil menghangatkan diri satu sama lain lewat tawaan mereka Dengan soonyoung yang selalu mendapatkan dare. Jikala soonyoung mendapatkan truth maka ia akan menjawabnya dengan jujur dan tak bisa ditangkap oleh nalar jihoon. Lalu jihoon pun mendapat truth dan soonyoung pun memberinya sebuah pertanyaan.

“Kenapa tiba-tiba kau ingin mempersiapkan hari kematian mu? Dan kenapa kau harus memberi tahu orang tua mu terlebih dahulu?”

Jihoon terdiam dan ia mengingat niatnya dengan baik pada saat ia mengurung diri dikamar selama 2 minggu. Ia berpikir ini lah jalan terbaik agar ia bisa kabur dari beribu cobaan dan rintangan hidup yang ia lalui sebelumnya. Namun ia tak ingin mengatakan ini kepada shinigami soonyoung. Biarkan ia tahu alasan dibalik jalan pulangnya ini.

“Ga tau, ada niat aja gue pengen mati”

“Baik lah saya akan menjagamu dengan baik sampai keperistirahatan terakhirmu”

Jihoon terseringai dan menghadap ke jendela. Entah itu senyum sedih atau pun gembira, ia cukup frustasi untuk memikirkan itu bersamaan masalah duniawinya dan hari kematiannya.

“Iyaya terserah lo deh, janji ya lo bakal jaga gue sampe masuk kuburan?”

“Iya janji”

Jari kelingking keduanya dikaitkan seperti membuat sebuah janji, entah itu akan dilaksanakan entah juga akan di ingkari. Sebab mereka berdua tidak tahu kenapa dengan jari mereka yang bertaut, sepasang mata berhasil bertemu, detak jantung mereka memompa cepat tak karuan satu sama lain. Semi merah muda yang terlukis diantara pipi mereka terus memerah dan membuat suasana menjadi canggung hingga pemberhentian tiba di stasiun Busan.

01.10 pm


Teriknya matahari membuat mata shinigami no.04 menyipit seperti bulan sabit. Ia masih setia menunggu mingyu didepan kantor agensi targetnya tanpa menggunakan tabir surya dan kacamata hitam untuk menghalangi sinar uv langsung menyentuh dirinya.

Tak lama soonyoung melihat arlojinya yang tepat pada pukul 01.10 pm, mingyu memanggilnya yang masih berjalan dari lobi dan menuju ke arah soonyoung. Saat soonyoung hendak masuk ke dalam untuk menjeput mingyu, ia dirangkul dan diarahkan mingyu cepat keluar dengan berucap kalimat tegas sambil merapatkan jajaran giginya.

“tidak soonyoung!, kamu tidak boleh ke dalam ayo keluar!”

“kenapa?, aku hanya menjeputmu apa salahnya?”

“tidak boleh pokoknya!”

Alasan mingyu sangat aneh karena soonyoung tahu betul bahwa ia sedang berbicara dengan pria berkacamata yang masih melihat aneh kearah mereka dengan membuat alisnya agar menyatu bingung.

“kamu tidak tahu siapa yang aku temui tadi?!” pertanyaan secara tiba – tiba mendarat tepat untuk soonyoung. Soonyoung hanya mengangkat kedua bahunya sebagai isyarat bahwa ia tidak kenal siapa yang mingyu temui tadi.

“hah...baiklah, ayo kita makan”

Nafas lega mingyu keluar tepat mereka hendak pergi ke cafe kecil di depan kantor agensi. Mereka sudah memesan beberapa makanan dan tak lama mereka duduk menunggu pesanan datang. 2 orang pemuda datang menuju mereka. Bersalaman adalah tanda perkenalan secara harfiah antar individu yang akan menjalin hubungan normal, itu lah yang dilakukan seungkwan dan jeonghan kepada kedua shinigami ini.

“hai, saya seungkwan dan ini maneger saya. Ehmm pengacara kim dan —–?” berhenti menanyakan siapa yang sedang bersamanya.

“halo, seungkwan-si. Ini teman saya, kalau kamu tidak tahu ini adalah bodyguard jihoon”

“oh..ini toh bodyguard ganteng yang viral di SNS”

sambil menyodorkan tangan untuk berjabat dengan soonyoung. Soonyoung pun membalas sambil tersenyum lalu melihat kearah mingyu sebagai sinyal menanyakan apa yang ia kerjakan ini benar. Tentu saja mingyu mengangguk dan menahan ketawanya.

Kemudian disusul oleh seorang yang digelari manager seungkwan itu berjabat tangan dengan mereka. Entah hanya mingyu yang merasakan ataupun juga dengan soonyoung, jabatan tangan itu sangat aneh. Seperti sengatan listrik penghubung. Mereka berdua hanya beradu tatap dan melanjutkan inti tujuan mereka bertemu disini.

Mingyu mulai menanyai seungkwan tentang kronologi hubungannya dengan jihoon.

mulai dari pertemuan pertama mereka yang menjalani training bersama, hingga debut terpisah, menemukan banyak sahabat dari berbagai macam profesi, dan membuat circle pertemanan yang lebih besar, lalu sampai jihoon mendapati 2 konflik yang sama besar skala perkaranya.

“tapi pengacara kim, saya hanya bingung. Kenapa isu ini sedikit berlebihan dari isu sebelumnya”

“isu sebelumnya?, coba kamu ceritakan bagaimana isu tersebut bisa tidak seberlebihan isu sekarang”

Mingyu menanyakan sambil menoleh kearah soonyoung, agar soonyoung tahu akan hal-hal kecil yang belum ia ketahui dari jihoon.

Ia berhasil mengerti kode dari mingyu dan mendengar dengan seksama, namun fokusnya teralihkan karena sosok jeonghan yang sedari tadi dengan santainya mengacuhkan mereka sambil memainkan pulpen di tangannya.

-°-

Tahun 2018, tepat pada 3 tahun jihoon menjalani debut solonya dan mengadakan fanmetting di sebuah venue. Ditengah panggung yang bersinar dan seluruh ruangan yang penuh dengan suara merdu jihoon terhenti ketika pemadaman listrik sementara. Saat pencahayaan kembali benderang yang menyoroti bintang diatas panggung yang kini tengah kosong melompong dan sorakan cemas, riuh, khawatir dari penggemar jihoon karena sang idola hilang dan meninggalkan panggung tampa berpamitan. Itu bukan hal yang disengaja agar penggemar meminta encore, namun tindakan bisu kriminal nyata telah benar- benar terjadi ditengah pelaksanaan acara temu penggemar ini.

Jihoon dibekap dan dibawa kelorong gerbong kereta dengan atribut panggung lengkap. Tak hanya satu namun sekelompok orang tengah berbondong memasuk paksa ia di sebuah koper, mengingat badan jihoon yang mungil. Namun usaha itu gagal karena masa otot jihoon dalam masa perkembangan dan membuat penculik gagal memasukannya pada tas kotak travel itu. Mereka beralih menyembunyikan jihoon kedalam sebuah kabin dan membuka penutup matanya.

Udara lembab membuat ia kehilangan oksigen untuk sementara, namun ia berhasil menetralkan pernapasannya. Tak lama ia tenang, jantungnya kembali ingin melompat dari tempatnya. Karena sebuah pisau bermata tajam siap merobek nadi lehernya tanpa aba – aba. Jihoon berusaha tenang dan tak memperlihatkan kecemasannya pada sekelompok penculik ini.

kau merindukan ibu mu si kecil? Hahahahahah. Kau tak akan bisa lari karena banyak paman bertubuh besar yang siap menangkap tikus bersinar sepertimu. Makanya kalau tidak ingin mengompol disini lebih baik kau bicarakan baik-baik pada bos besarmu itu agar hutang gedung tingginya segera dilunasi!

Jihoon hanya menatap mereka dengan santai dan membuat suasana menjadi cringe. Ia santai karena ia sedang berusaha membuka tali pengikat tangannya dengan sebuah besi runcing dibelakangnya. Jihoon kembali tersentak ketika penculik itu mengangkat dagunya dengan intens dan membuat jihoon kesusahan untuk bernafas.

kamu dengar tidak!, kamu ini tidak ada takut-takutnya ya!, kamu sebentar lagi akan saya sekap dan memotong kecil kulit putih mu ini! Hahahahah huak—-

Dengan berhasil jihoon membuka balutan tali yang melilit tanganya dan melayangkan sebuah kepalan tangannya ke arah pelipis sang penculik dan ia kabur dari 8 orang itu dengan secepat mungkin dan keluar tepat kereta berhenti di sebuah stasiun. Tak lama pergelangan kakinya kembali diraih oleh pencuri namun seseorang dari kereta telah melaporkan kejadian kepada polisi dan petugas setempat. Penculik berhasil di tangkap dan kini jihoon sudah beristirahat dikediamannya.

Tak sampai disana ia kembali diteror oleh antifansnya yang mengatakan bahwa semua yang terjadi di atas panggung kemarin hanya sebuah setinggan belaka yang di skenarioi oleh sutradara agar jihoon menjadi terkenal akibat kejadian itu. Dan juga ada yang seniat baja menjampi jihoon agar terkena kutukan setan penghasut yang membuatnya bunuh diri, dan itu hampir saja terjadi. Jihoon juga pernah hiatus namun tak sampai selama ini, ia hanya bersembunyi dibalik selimutnya selama 3 hari 4 malam tanpa makan dan minum hingga mengakibatkan ia masuk keruangan icu. Dan kini, saat masa perilisan albumnya hanya dengan hitungan jari. Jihoon kembali mendapat isu palsu dari antifansnya.

-°-

“saya bisa menyimpulkan yang dikatakan seungkwan-si tadi ada benarnya. Tapi entah kenapa kasus kali ini berat untuk saya tangani” mingyu mengklarifikasi bahwa kasus ini memang mudah untuk ditakani namun entah mengapa terasa sulit di ranah hukum karena ini bersifat sosial issue dan tak mudah mengenali pelaku.

“saya hanya bisa menceritakan sampai disana saja pengacara kim, karena memang saya selalu bersama jihoon dari masa traine sampai sekarang. Ehmm..saya permisi ke toilet sebentar ya pak”

“iya silahkan seungkwan-si”

Mingyu baru sadar bahwa soonyoung dan jeonghan saling melempar tatapan yang bisa digambarkan sedang mengutuk satu sama lain seperti seorang rival.

“sudah cukup bermain petak umpetnya dewa izami” senyum seringai mingyu sambil menyeruput kopinya.

“haha..lucu sekali kalian melihat ku dengan tatapan tersengat listrik tadi ya”

“wah, kau sungguh kekanak-kanakan. Apa kau tidak rindu dengan alam dan rumah mu?”

“kau sama saja ya shinigami no.1, masih terlihat tegar namun didalam seperti katak yang mencari tempurung agar bisa bersembunyi hahaha..dan kau shinigami no.4, kau kenapa sangat mirip dengan atasan mu yang bodoh itu? Bisa-bisanya menuruti keinginan seseorang agar mencapai targetnya untuk disanjung banyak orang? Ha..dasar”

Soonyoung hanya diam dan mengepalkan tangannya agar tidak membuat kekacauan di tempat umum. Mingyu hanya bisa menatapnya dengan kobaran amarah yang sudah ingin keluar lewat puncak kepalanya.

“sudah lah..kau harus pulang dewa izami. Apa tak cukup membunuh manusia secara perlahan karena kau hanya melampiaskan kemarahan mu kepada dewa izanagi?. Beliau sudah sangat tersiksa disana karena panggilan atasan yang merenggut nyawa manusia tanpa perintah dari penciptanya.”

“kau memaksa ku?, apa kau tidak bisa melihat apa yang sedang aku lakukan shinigami no.4?” jeonghan menatap mingyu namun arah pembicaraannya menuju soonyoung.

“jangan-jangan?!” soonyoung dan mingyu tertegun tegap dan menatap satu sama lain dengan tatapan curiga. Soonyoung merenggut kerah jeonghan dan mempertanyakan kebenaranya.

“jawab aku dewa izami!, apakah ini adalah ulahmu?!”

Dengan santai jeonghan mengangkat kedua bahunya dan terseyum kepada soonyoung. Layangan tangannya terhenti oleh seungkwan yang tiba-tiba datang.

“mau kau apakan managerku?”

“ah.. ituu..mereka ini sudah berteman baik hahaha” saut mingyu yang berusaha mengembalikan kepalan tangan soonyoung dan mendudukan soonyoung kembali ke kursi.

“wah cepat sekali pendekatannya, aku juga mau dong didekatin begitu. Kapan-kapan kita main bareng ya?!. Nanti aku ajak teman-teman ku”

Mereka pun melanjutkan sesi makan dengan suasana canggung dan tegang, namun tak di rasakan oleh seungkwan.

00.00 am


Gesekan antara rel dan lajuan kereta membuat suasana di stasiun menjadi riuh dan ramai. Banyak antrian yang berbondongan untuk masuk gerbong kereta untuk mengejar waktu yang tak kunjung berhenti.

Hawa panas, bau keringat, berhimpitan, dan bahkan bersenggolan adalah hal wajar pada hari kerja setiap senin hingga jum'at. Ini dirasakan oleh shingami soonyoung dan jihoon yang sedari tadi mencoba mencuri okesigen di tengah kepadatan kereta saat ini.

Dengan ukuran badan yang kecil ditengah puluhan orang yang mencoba leluarsa di padatnya volume ruang lorong ini. Jihoon hanya bisa merangkul lengan besar soonyoung dengan erat, dan ini tidak membuat soonyoung keberatan dengan tumpuan kucing mungil yang merangkulnya.

Tubuhnya gemetar dan mengeluarkan cairan ion dari porinya. Soonyoung yang melihat antusias mengalihkan posisi jihoon yang sedari tadi disampingnya kini menjadi tepat di depan tubuhnya.

“Gunakan jas ku untuk menghapus keringatmu” aura dingin dan juga perhatian dari shinigami ini membuat jihoon terheran-heran.

Tanpa berpikir panjang, jihoon pun langsung melakukan apa yang di suruh oleh sang empu pemilik jas hitam itu.

“Makasih”

jihoon menjawab lirih kemudian soonyoung mendekapnya karena orang lain di belakangnya terus berusaha mengambil gambar jihoon secara diam – diam.

“Ih lo ngapain sih?”

Soonyoung mendekatkan dirinya menuju telinga jihoon dan berbisik.

“Saya sedang melakukan pekerjaan saya sebagai bodyguard mu, dan dibelakang ada yang sedang berusaha mengambil gambarmu”

Jihoon kaget dan mendekap kuat pada soonyoung ketakutan.

Tubuhnya terus bergetar hingga soonyoung bisa merasakan ketakutan pada diri jihoon. Soonyoung memberikan afeksi penenang dengan cara menepuk punggungnya dan mengusap pelan surai jihoon yang tertimbun topinya.

“Kamu bisa buka maskermu jika kamu mau terus di sana”

Soonyoung kembali berbisik pada telinga jihoon dan langsung dilaksanakan oleh jihoon apa yang sudah soonyoung tawarkan.

Kini kereta telah berhenti, mereka keluar setelah semua orang turun. Kini jihoon langsung berlari keluar pintu kereta dan mengambil nafasnya dalam. Soonyoung mengetahui bahwa ia kesusahan langsung memberikan sebotol air mineral yang sudah ia siapkan di ransel kecil milik jihoon.

“Makasihh la-gi ya..hh..hhh..”

“Iya sama-sama, tapi kenapa kamu begini? Dan kenapa kita tidak mengendarai mobilmu?”

“Mobill..guehh..disi-ta....–”

“Sudah jangan dipaksa kalau kamu tidak kuat bicara. Mau saya gendong atau saya tolong supaya kita bisa sampai ke agensi?”

“Gak usah bentar lagi sampe kok, yok jalan”

Setelah ia kembali selesai menetralkan nafasnya. Kini mereka melanjutkan perjalanan menuju agensi dengan berjalan kaki sekitar 5km.

Sesampai di agensi, banyak awak media yang telah mengetahui bahwa jihoon akan datang ke agensinya hari ini. Soonyoung yang tidak mengerti akan hal ini melanjutkan jalannya dan meninggalkan jihoon yang sudah bersembunyi di semak taman depan gedung agensinya.

“HOI! HOI! HOI! SINII..”

soonyoung menoleh menghampiri jihoon dan ikut jongkok bersamanya di persemakan itu.

“Kenapa tidak masuhmppp-”

“Pelan-pelan ih!, kalo kedengeran sama mereka gimana?”

“Memang mereka siapa?”

soonyoung berbicara keras lagi hingga salah satu reporter memperhatikan sudut tempat mereka bersembunyi. Jihoon kembali membekap mulut soonyoung.

“Ih lo tuh ya, udah dibilangin pelan-pelan ngomongnya masih aja ya!. Mereka tuh yang mau bunuh aku”

“Dengan cara mengambil gambar mu?”

“Iya sama kaya di kereta, lo ngga mau kan target lo ini mati ditangan orang lain?”

Soonyoung mengangguk dan mengerti dengan apa yang jihoon sudah beritahu kepadanya saat tadi malam. Dan kini soonyoung akan menjadi bodyguardnya di dunia nyata (melindungi target dari shinigami dunia nyata bernama reporter).

“Kita masuk lewat tempat parkiran aja. Lo ikutin gue pelan-pelan sambil liat reporter itu supaya mereka ngga liat kita. Oke?”

Soonyoung mengangguk dan mereka memulai aksi mengendap-ngendap ke dalam parkiran. Mereka berhasil dan sampai di dalam lift dengan mulus.

Helaan nafas lega terdengar seisi ruangan lift dan menyisakan mereka yang saling menatap canggung setelah beberapa kejadian yang membuat mereka terus berdekatan.

Ting!....

Suara lift memberitahukan bahwa lantai yang mereka tuju telah sampai. Jihoon keluar lalu dibuntuti dengan soonyoung yang masih bisa berjalan tegap sempurna, namun tidak dengan jihoon yang sedari tadi Berjalan dengan tempo cepat yang masih menutup pipi semi merah muda dengan kedua tangannya.

Mereka sampai didepan pintu masuk ruangan rapat agensi. Terlihat seorang berpakaian rapi dengan tas kerja hitam dan juga siulet berwarna abu-abu dengan dasi hitam di dadanya.

“Mari duduk”

Mereka berdua duduk bersamaan. Ceo agensi terkejut oleh ulah “bodyguard” jihoon ini. Jihoon yang sadar akan adanya tatapan aneh Ceo pun melirik soonyoung agar ia berdiri dibelakang jihoon. Soonyoung pun baru mengingat pelajaran yang ia ketahuinya tadi malam oleh jihoon dan bantuan teman-temannya.

“Hahahaha lucu sekali bodyguard mu ini ya jihoon” tawa renyah atasan jihoon keluar dan melontarkan kalimat yang membuat seisi ruangan serius menjadi lucu.

“Haha.. I-iya pak dia emang suka becanda haha” jihoon mengucapkan kalimatnya sambil menatap sinis soonyoung yang digubris dengan senyum polosnya.

Mereka memulai dengan sesi kenalan dengan pengacara yang katanya akan menangani kasusnya dengan cuma-cuma. Tentu saja timbul tanda tanya oleh jihoon, kenapa ia rela membela jihoon tanpa di beri imbalan. Jawabannya tak terduga dan membuat Ceo dan jihoon tercengang. Mereka pun melanjutkan pembicaraan mengenai kasus jihoon dan memang ini akan memakan waktu yang lama. Namun dengan satu syarat, Jihoon tidak boleh mengganggu atau pun turun tangan atas kasus ini dan juga semua kegiatan artis jihoon di berhentikan termasuk sosial media kecuali pesan dan panggilan.

Jihoon merasa tidak adil, karena ia sangat peduli kepada penggemarnya dan tidak ingin membuat penggemarnya khawatir. Namun ini ada benarnya, karena awal dari isu ini adalah sosial media. Jadi, atasan jihoon langsung memutuskan agar jihoon mengehentikan seluruh projek dan pekerjaannya selama isu ini selesai.

Jihoon hanya diberi kesempatan untuk mengerjakan hal lain selain pekerjaannya. Namun, pekerjaannya ini adalah satu-satunya hobi maupun kesehariannya yang sangat ia sukai. Mulai dari segi pembuatan lagu hingga pertunjukan atas panggung adalah keseharian jihoon.

Akhir-akhir ini, tepatnya selama 4 hari setelah kejadian dan juga jalannya masa comeback, jihoon terus menerus memperbaiki aransemen lagunya di rumah. Dan kini semua pekerjaan nya sirna karena hanya 1 isu.

Jihoon menyetujuinya dan izin untuk keluar ruangan. Soonyoung memberi salam dan juga memberi tahu kepada atasan jihoon bahwa ia akan mengantar jihoon pulang.

Jihoon berlari ke kamar kecil untuk mencuci muka akibat buliran air mata yang sedari tadi tak kunjung henti karena ia tak berani mengelak dari perintah atasannya itu. Soonyoung hanya bisa mendengar suara rintihan jihoon dari luar toilet dan menunggunya selesai.

Jihoon akhirnya keluar dan meninggalkan soonyoung yang sedang pergi membeli tisu untuk dirinya.

Handphone di saku celananya terus bergetar dan mendapati pesan singkat dari soonyoung di notifikasi bar handphonenya.

Ia menuruti perintah soonyoung dan mereka pulang dengan menaiki taxi.


“Gitu ceritanya won~”

“Oh gitu..... Deket ya sama shinigaminya ><”

“Mana ada ya anjir! Kok lo bahas ini sih. Bukannya nanya gue baik-baik aja ga? Udah makan belom? Malah ngurusin setan”

“Tapi kan lo peduli ihiww, soalnya dari tadi lo ngejelasin banget bagian setannya”

“Ga ya!! ga!! ,Eh tapi won dia gemes banget tau!?”

“Tuh kan hahaha,Kenapa-kenapa? Kenapa sih ayo cerita ^^”

“Dia chat gue tadi kan ya nyuruh makan terus dia sampe nungguin gue buat makan bareng sampe perutnya bunyi lagi nungguinnya hahahahah”

“Hus! dosa lo, ga boleh gitu ji ih kasian”

“Tapi dia akhirnya makan sendiri sih, lo tau ngga dia makannya apa anjir?”

“Apa coba?”

“BEEF STEAK PREMIUM ANJAYANI GA TOH!! BAUNYA AMPE KEKAMAR HUEEUEUEH”

“belinya pake 5 blackcard nya ngga tuh?”

“Kayaknya iya deh, tapi bodo amat gue mau hiks :'(”

“Makanya kalo diajak makan tuh ya makan! jangan ngeyel, gih makan sana!.”

“Ntaran deh, nunggu dia molor aja”

“Terserah lo deh jihoon. Tapi ya ji, gue mimpiin mimpi yang kemarin ><”

“Ih udah lah jangan dipikirin, kan udah gue bilang itu cuman mimpi kenapa lo overthinking gini?Ya udah gue matiin ya, gue pengen ngintipin dulu. Laper banget soalnya ><”

“Iyaya, anyong”

“Anyong!^^”

Tutt....... ~.

3.42 am


“tidak!..anda pasti bisa bertahan yang mulia! Saya bisa menjamin itu. Hikss...Yang mulia....buka mata anda!! YANG MULIA!”

Soonyoung terbangun dari mimpinya yang abstrak dengan nafas tersengal hebat. Ia berfikir itu adalah potongan kehidupannya dimasa lalu. Namun ia berusaha agar tidak mengingatnya kembali.

Hembusan deruan uap kecil yang terasa panas dibagian leher dan tak lupa iringan dengkuran lucu bertamu dilorong telinga soonyoung. reaksi aneh muncul pada tubuhnya sesaat yang berada beberapa inci mendekati tubuh jihoon yang masih terlelap dalam bunga tidurnya.

Perasaan membuncah yang menggelitiki perutnya, detak jantung yang tak stabil, rasa menginginkan sesuatu yang bahkan tidak ia ketahui apa hal tersebut membuatnya bertanya – tanya, ada apa dengan dirinya saat ini hingga berhasil membuatnya teralihkan mimpi barusan.

Matanya memindai wajah mungil pria yang sedang tidur berbantalkan lengannya. Dengan reflek soonyoung menjauhkan diri dari sang pemilik ruangan ini dengan pelan dan bangkit dari baringnya.

Soonyoung kembali mengenakan setelan yang biasa ia kenakan. Ia sekarang tengah berkonsentrasi mencari tahu keberadaan shinigami yang lain. Namun ia keliru, karena di penjuru distrik gangnam ini terlalu banyak shinigami yang menjelma menjadi manusia. Dengan jentikan jari, kini soonyoung beralih ke tempat yang berbeda.

Sebuah ruangan seperti kamar bernuansa minimalis, ia dapat melihat sosok berjas hitam yang sedang berbisik menunaikan tugasnya. Namun...

“hoi mingy—”

“Shhhhttt...”

Dengan langsung berantusias menutup mulut soonyoung dan membawanya ke rooftop apartemen tersebut.

“kamu kenapa ada disini?”

Bertanya kesal, karena tugas yang sedang ia tunaikan tertunda karena ulah rekan sesamanya. Yang ditanya menggubris dengan alur bicara yang santai.

“aku mau cerita”

“ya tapi kan ngga pas aku lagi kerja dong!”

“ini mendadak”

“arghh!!..baik lah kita lanjutkan saja dirumah ku”

“rumah?, kamu punya rumah?”

“tentu saja aku punya, aku juga bisa berubah jadi manusia ya!”

Mingyu pun mengajak soonyoung bertamu ke rumahnya.

“oh baiklah, ayo ikuti aku”

Mereka pun beralih ke rumah shinigami no.1 itu.

“hemm...mau cerita apa kamu?”

Mingyu bertanya apa gerangan soonyoung mengganggunya bertugas pada pukul dini hari, dengan segelas sampanye dan duduk disofa merah miliknya. Soonyoung bingung harus melontarkan keluhannya yang mana. Sebab, banyak pertanyaan dibenaknya yang ingin ia sampaikan pada mingyu yang cukup dibilang ahli dalam urusan duniawi ini.

Dengan menghembuskan nafas kasar, soonyoung memulai sesi konselingnya dengan menanyai bagaimana ia harus menetralkan diri untuk beradaptasi di alam bernyawa ini. Mingyu dengan ketawa renyahnya menertawai soonyoung yang kelewat polos dengan persoalan dunia.

“hahahaha masa kamu ngga tau gimana caranya?. Kan dulu kamu manusia juga soonyoung hahaha”

Dengan santai soonyoung mengalihkan pada topik utamanya

“tadi aku diajarin jihoon jadi bodyguard”

Mingyu tertegun kejut dan memasukan kembali sampanyenya ke gelas.

“nggh..HAH!? SERIUS KAMU SOONYOUNG!. Kamu ngga tahu ya kalau kita ngga boleh di ajari ataupun mengetahui suatu ilmu langsung dari manusia?”

“kenapa memangnya?” jawab polos soonyoung

“kamu ini santai sekali! Kalau benar kamu diajari manusia, kamu akan terikat pada manusia tersebut!”

“maksudmu?” soonyoung menukik alisnya bingung. Mingyu menegaskan kembali pernyataannya.

“IH!! Kamu ini!, maksudnya nanti kamu akan gagal pada tugas mu! Paham?!”

“tidak”

Mingyu kesal dan menaruh kasar gelas sampanyenya di meja. Mengacak kasar surainya dan mendekati soonyoung untuk memegang erat pundaknya.

“ARGHHH!! Soonyoung kali ini jawab dengan jujur”

“kapan aku tidak jujur?”

Soonyoung kembali membuat mingyu tertegun kesal tapi ia tidak peduli dan langsung menanyakan perihal yang berkaitan dengan tugasnya yang akan gagal.

“bodo lah, aku tanya ya?, kamu ngerasain sesuatu ngga?”

“hemmm...”

“lama banget, cepetan!”

Soonyoung langsung menjelaskan kejadian 20 menit yang lalu diatas ranjang milik jihoon. Mingyu dengan cepat menepuk jidatnya sendiri dan mengelus pundak sahabat shinigaminya dengan tatapan kasian.

“kamu-...yang sabar ya soonyoung”

“kenapa?” tanyanya heran.

“KAN SUDAH AKU BILANG TADI!!”

Soonyoung dengan polosnya tertawa tanpa adanya rasa cemas untuk masa yang akan datang menimpanya. Mingyu kembali menanyai soonyoung dengan pertanyaan lain.

“Sebentar...kamu tahu? Siapa yang aku temui tadi?”

“Tidak”

“Oh baik lah”

Mingyu kembali duduk disofa dan mempertunjukan deretan shinigami lain kepada soonyoung dengan sekali jentikan jarinya.

Cklaa...

Berbagai pose yang mereka lakukan terakhir kali, lebih tepatnya 1 detik yang lalu diperagakan di belakang mingyu. Ada yang sedang berjalan dan terkejut, ada yang sedang ingin menggunakan baju dan langsung menutupi dada telanjangnya ketika sampai di rumah mingyu, buku hitam yang biasa dibawa oleh para shinigami penghitung hari kematian, dan ada juga yang telah selesai melahap suapan makan malamnya.

Soonyoung yang melihat 4 shinigami dibelakang mingyu bersorak menyapa mereka.

“Wah kalian semua ada di sini dengan memberiku pertunjukan lucu ya hahaha. Hei jun ada apa dengan baju mu itu?”

Berlari menghampiri ke 4 sahabat shinigaminya, soonyoung pun merangkul dan menanyai kabar masing-masing.

“Gue lagi mandi anjir, kenapa manggil sini heii” sebal jun sambil memperbaiki bajunya.

Soonyoung hanya tertawa dan beralih ke teman kecil disampingnya yang masih mematung bingung.

“chan kamu kenapa kaget gitu?”

“siapa yang ngga kaget! Mau ke kamar malah tembus sini!”

Soonyoung masih dengan tawanya dan menanyai rekannyan yang lain, berlanjut dengan hansol dan jisoo.

“Yang kamu makan itu apa ?” menanyai hansol yang selesai melahap beef steak terakhrinya.

“Kamu ini hidup dijaman apa?”

“Jeoseon abad 13”

“Tua sekali umur mu kalau masih hidup ya nyoung. Makanya ngga tau daging kelas atas ini”

Mereka semua serentak tertawa dengan ucapan hansol yang membuat si subjek benar-benar terpojok.

“dan kamu sedang bertugas ya soo?”

“Apa kau tidak lihat apa yang sedang aku pegang ini soonyoung? Siapa yang berani memanggil ku saat bertugas ?”

Dengan nada suara yang rendah namun kelewat tenang, jisoo bertanya siapa yang telah mengganggu kegiatannya saat bekerja.

Mingyu mengangkat tangann sebagai isyarat bahwa dia lah yang membawa mereka kesini.

“Ada apa ?”

Jisoo yang lebih dingin dari soonyoung menanyai kembali apa gerangan mereka dipanggil kemari. Mingyu menunjuk soonyoung santai dan 4 pasang mata itu tertuju pada yang ditunjuk.

“dia terperangkap”

Mereka serentak kaget dan mendekati soonyoung dengan pertanyaan yang berlomba-lomba.

“beneran nyoung?”

“kamu diapain targetmu?”

“udah hari keberapa?”

Dan terhenti dengan pertanyaan dari jisoo. “sudah suka sejak kapan?”

Soonyoung hanya diam dan menunggu waktu ia akan menjawab satu persatu pertanyaan dari ke 4 sahabatnya itu.

“benar atau tidak aku masih belum tahu,diapain sama target? Maksud mu gimana?, baru hari pertama”

Jisoo mempertanyakan jawaban dari pertanyaannya. Soonyoung hanya diam dan mingyu memecahkan suasana dengan meminta bantuan mereka agar mengajari soonyoung dasar menjalani kehidupannya sebagai shinigami setengah manusia didunia yang kejam ini dan mencari solusi agar soonyoung bisa menjalani tugasnya dengan lancar.

Beruntung lah soonyoung memiliki ke 5 sahabatnya yang telah biasa berbaur bersama dan menjalani kehidupan layaknya manusia pada umumnya.

Mulai dari hansol yang tahu segala informasi seisi dunia hingga sekecil semut, jisoo yang kompeten terhadap tugas tanpa membuat kesalahan, jun yang tahu cara berhubungan sosialisasi mengelabui manusia saat bertugas,dan chan yang bisa membantu apapun itu.

Mereka bersepakat akan membantu soonyoung. Setelah mereka merancang persoalan mengajari soonyoung, kini mingyu yang sedari tadi resah karena ingin menyampaikan sesuatu kepada mereka akan tugas yang sama.

“ehmm..aku mau bertanya. Apakah kalian tidak melihat dewa izami?”

“dewa izami?” tanya chan.

“iya dewa izami, kekasih dewa izanagi yang hilang semenjak 24 tahun yang lalu”

“wah...lama sekali”

“belum selama umur soonyoung chan hahaha” suara jun yang membuat umur soonyoung sebagai guyonan.

Jisoo sesegera mungkin mengeluarkan benda oval bercahaya rembulan ditelapak tangannya dan menunjukan sosok dewa izami agar mereka mengingat kembali sosok yang menjadi tugas utama mereka setelah mencatat/menghasut kematian seseorang.

“cantik” kagum shinigami bernama chan dan di bantah oleh hansol.

“chan ngga boleh gitu. Nanti dewa izanagi marah loh”

“eh kok gitu?”

“peraturannya memang begitu chan. Hanya dewa izanagi aja yang boleh ngomong begitu”

“oh baiklah, jadi kapan kita ngajarin soonyoung?”

Mereka semua berdiskusi lagi sebentar dan kembali bekerja dengan sepasang mata yang mengintai mereka dari kejauhan.

11.30


Soonyoung telah duduk manis di sofa ruang tengah jihoon yang sedang asik bermain bersama kucing virtual di handphone baru miliknya.

Jihoon masih ragu untuk memulai berbicara persoalan kesalah pahaman antara fans dan agensinya yang sudah memandang sosok astral yang baru 2 hari ini terus bersamanya yang mereka tanggapi sebagai bodyguard jihoon.

Ia menarik nafas dan mendekat duduk disamping soonyoung.

“Ehmm..tan!, setan!. Gue mau bicara”

Soonyoung yang mendengar menghentikan aktifitasnya dan menoleh kearah jihoon dengan tatapan datar.

“Mau ngomong apa ?”

“Lo bilang lo shinigami kan ?”

Soonyoung mengangguk.

“Tapi punya perasaan gitu kan ?”

ia kembali menggangguk sebagai gubrisan.

“Oke, gue harap lo ngga kesinggung. Soalnya gue mau m-minta—”

“Minta apa ?”

Soonyoung memotong dan membenarkan posisinya berhadapan dengan jihoon sebelum jihoon melanjutkan kalimatnya.

“Gue mau minta tolong lo besok jadi bodyguard gue! Ish jangan deket banget anjir!”

Dengan tempo cepat seperti melakukan rap-ing dan mendorong bahu Soonyoung agar mundur sedikit. Soonyoung masih bisa menangkap kata bodyguard dari kalimat cepat jihoon barusan.

“Bo-dyguard?, itu apa?”

“Gue lupa kalo lo cuman tau makan sama tidur”

“Tidak, sekarang saya sudah bisa melakukan hal kecil seperti buang air kecil dan besar, mengetik di handphone?, dan juga memakai baju”

“Ciee...udah ngga bodoh lagi”

Jihoon dengan jahil merayu soonyoung sebagai apresiasi dari jihoon. Soonyoung yang sedari tadi berair muka datar merasakan panas di area pipinya, ujung bibir naik otomatis dan detakan jantung yang tak netral seperti sebelumnya.

“Eh, bisa juga lo senyum”

ucap jihoon kemudian ujung bibir Soonyoung kembali turun.

“Yah kok ngga senyum lagi ?, lo cakep kalo senyum sumpah!..eh!”

Jihoon tanpa sadar mengucapkan kata tersebut langsung menutup mulutnya.

Soonyoung?, tentu ia tidak tahu artinya dan tetap menatap jihoon sambil menukik naik alisnya.

“O-oke gue langsung aja ajarin lo bodyguard itu apa ya”

Jihoon mengalihkan pembicaraannya kepada soonyoung apa saja yang dilakukan saat ia bertugas sebagai bodyguard sekaligus menghitung hari kematiannya. Soonyoung mengangguk paham, karena penjelasan jihoon kepadanya sangat valid untuk seorang awam super seperti shinigami no.4 ini.

Jihoon kemudian memberitahu soonyoung satu hal lagi tentang penginapan yang akan soonyoung tempati.

“Apartemen sebelah udah diurus, jadi lo bisa pindah malam ini, dan maaf gue beli nya pake blackcard lo. Aman ngga bakalan habis toh 5 juga punya”

“Saya tidak mau” jawabnya tegas

“Kok ngga mau!? Udah dibeli juga” gubris jihoon tegas

“Saya tidak bisa memantau mu kurang dari 2 meter”

“Apaan kek drama anjir! Dah jangan banyak bacot mending lo kesebelah ini paskeynya. Sok sok an 2 meter tadi aja lo di rumah temen bilang bisa deteksiin gue waras apa ngga”

Jihoon menganggapai tanggannya dan memberikan kunci kode apartemennya di telapak tangan soonyoung dengan nada mengejek. Namun ia masih menolaknya dan memberikan kunci itu kembali pada jihoon.

“Maaf jihoon saya bukannya mengada-ngada. Kamu ingat kejadian pagi kemarin ?”

“Apa? Gue sesek? Itu mah gara lo nulis di buku item itu!”

“Bukan”

Jihoon berpikir sebentar dan mengingat kembali kejadian pagi kemarin.

“Ah..angin kenceng itu ya?”

“Benar, saya menghalangnya bukan?”

“Ya elah, cuman angin juga apa ribetnya. Gue tiap malam duduk dibalkon sampe masuk angin aja ngga bakalan kenapa-kenapa paling sembuh sehari”

“Bukan itu jihoon, apa kamu tidak merasakan bahwa angin kemarin bukan angin biasa?”

Ada benarnya apa yang dikatakan soonyoung kepada jihoon. Namun jihoon masih tidak mengerti arah penjelasan shinigami ini.

“Iya sih, intinya apa? Cepetan dah!”

“Angin itu shingami lain”

“Banyak banget shinigami!, apa gue ini buronan kalian?! Ngadi banget dah”

Soonyoung menjelaskan kepada jihoon bahwa shinigami bukan hanya menghitung hari kematian namun juga menghasut dan menjerumuskannya pada kematian. Tetapi ada juga yang menjalani 2 tugas tersebut dengan bermaksud mengambil target shingami lain seperti persaingan antar karir.

Jihoon mengangguk paham dan menjelaskan bahwa ia akan membolehkan soonyoung tinggal satu atap dengannya dengan adanya aturan housemate yang akan ia terapkan.

“Oke sampe sini gue paham pahamin aja ya?, jadi, gue bakalan ngebolehin lo nginep disini karena lo kebanyakan ngomong dari tadi sampe udah larut ini loh! tapi ada syaratnya”

“Syarat?”

“Peraturan! Hadeh pusing juga gue”

Soonyoung kembali mengangguk dan memperhatikan jihoon yang sedang menulis peraturan antar mereka berdua di atas note ditempel di kulkas besarnya.

“Mulai malam ini kita terapin, deal?”

Sambil menjulurkan tangannya sambil menunggu balasan jabatan tangannya oleh soonyoung.

“Deal(?)”

Persetujuan telah sah di lisensi kedua pihak dan soonyoung melanggar 1 peraturan pertama, Tidur bersama dengan jihoon~