Sftyme

03.34 pm


Masker hitam, topi kostum, dan sunglasses adalah atribut wajib bagi seorang lee jihoon untuk menghindari penambahan isu bagi dirinya. Camera dan reporter rela mengikuti gerak gerik seorang lee jihoon untuk mendapatkan informasi terkait isunya dan menggantikannya dengan alat penukar barang.

Jihoon menapakan kaki keluar gapura apartemennya. Dari sudut kiri terlihat seseorang dengan jaket tebal perkupluk hitam bersama handycamnya pada semak – semak dekat air mancur taman apartemennya. Jihoon dengan santai membuka masker dan topinya sambil melambaikan tangan kepada reporter tersebut. Sang target lambaian terkaget dan keluar dari sebak belukar itu sambil berlari masuk ke dalam mobil sedan hitam.

Jihoon tersenyum bangga dengan apa yang telah ia hadapi, namun.. Masih ada satu hama lagi yang mengikutinya dari arah jam 6. Ia masih membuka topinya namun masker ia kenakan kembali dan membiarkan reporter itu mengikutinya sampai ke cafe.

Sesampainya di cafe jihoon membuka semua atributnya dan meletakannya di depan wonwoo. Ia menengleng ringan kepalanya kearah belakang agar memberi kode kepada wonwoo. Managernya paham dengan situasi dan membalikan badan jihoon agar berpose keluar jendela. Kejadian deja vu terulang kembali, mereka berdua menertawakan ulah savagenya di depan awak media yang bisa di sebut dalam bahasa gaul double kill.

Wonwoo masih dengan tawanya dan menaruh gelas soda tepat di depan jihoon yang tertawa kekeh.

“Lo keren banget sumpah haha”

“Namanya juga lee jihoon”

Merekapun berhenti tertawa tepat pada tegukan soda cola pertama jihoon. Ia memulai topik utama alasan mereka berada di ruangan dengan penuh nuansa indie ini.

“Jadi? Kita sekarang mau ngapain?”

Jihoon tahu bahwa cafe adalah tempat yang bagus untuk curhat selain makan dan minum dan jihoon juga mengerti alasan di mana wonwoo ingin memberi tahunya sesuatu. Wonwoo menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan membasahi bibirnya yang kering akibat gugup. Jihoon masih menunggu pergerakan wonwoo untuk memulai bicara tanpa memaksakan lawan bicaranya. Sekitar 1 menit menunggu wonwoo memulai topik dengan cerita mistis yang ia alami pukul 3 pagi tadi.

“Ji—”

Jihoon hanya mengangguk dan tersenyum menunggu wonwoo melanjutkan kalimatnya.

“Gue tadi malam mimpi aneh banget”

“Gimana mimpinya ?”

wonwoo kembali memutarkan cerita di mimpinya yang sangat tidak masuk akal itu, karena mimpinya seperti susunan puzzel yang kehilangan kepingan pelengkapnya. Jihoon hanya mendengar dan menangguk sebagai tanda bahwa ia mendengarnya dengan seksama. Ia memulai bertanya kepada wonwoo-

“Jadi intinya apa?”

“Intinya gue bingung, ini kisah orang dulu atau hanya cerita mampir aja?”

“Bukan cerita wonwoo, ini mimpi! Bunga tidur! Mending lo ngga usah mikirin aneh – aneh deh mungkin lo kecapean kali”

Wonwoo menggeleng dan melanjutkan pernyataan ke 2 nya.

“Bukan itu aja ji, waktu gue bangun gue lihat ada 2 orang yang lagi berdiri deket ujung kasur gue”

“Ha! Ingat lo pake kacamata ngga ?”

“Ngga”

“Nah tu kan, halusinasi lo kali. Mending lo istirahat yang banyak terus tidur yang cukup”

Wonwoo menegaskan dan mengingatkan jihoon kembali atas alasannya kurang beristirahat.

“Heh! Gue tuh bukannya ngga mau, tapi kerjaan gue banyak karena lo tau ngga!”

Jihoon tertawa dan menyatukan telapak tangannya sebagai simbol permintaan maafnya. Jihoon menanyai kabar tentang proses isunya tersebut.

“Perkembangannya gimana ?, apa gue beneran hiatus selama 3 bulan ?”

“Kita ngga bisa menjamin ji kalo ini masalah ringan. Soalnya yang jadi saksi di sini gue. Apalagi gue megang 2 jabatan”

“Apa aja coba ?”

“Manager sekaligus sahabat lo”

“Jadi masalahnya dimana?”

Wonwoo bingung bagaimana menjelaskan tentang hukum kepada jihoon akan adanya langgaran atas orang yang memiliki hubungan khusus dengan orang yang bersangkutan (tersangka).

“Intinya gini, agensi dan hukum ngga bisa percaya sama apa yang gue omongin sekali pun itu fakta ji. Dan kita butuh pengacara buat jelasin ini”

“Apa susahnya manggil pengacara kasus kemaren”

Mengingat grafik ekonomi saham agensi surut akibat isu jihoon. Mereka tidak sanggup membayar pengacara yang baru dan handal pada masahal kasus bullying ini.

“Ji gue minta lo sabar lagi ya”

Lagi? Iya lagi masalah kembali terjadi setelah konflik permasalahan bullying jihoon kepada seorang gadis disekolahnya. Kali ini isu mengenai seorang pria yang pergi bersama jihoon di sebuah pusat perbelanjaan. Wonwoo menjelaskan bahwa isu baru ini akan ditangani oleh agensi jihoon nanti. Jihoon terlihat santai dengan masalah kasusnya yang kedua namun ia kembali mengingat kasusnya yang pertama karena album comebacknya kali ini bertemakan tahun baru.

“Won, lo tau kan tema comeback gue kali ini apaan?”

“Iya ji tau, tau banget”

“Gue rela sampe ngga pulang ke rumah tahun baruan bareng sama keluarga gue”

Wonwoo terdiam, ia hanya bisa menundukan wajahnya karena merasa bersalah tidak bisa menolong sahabatnya.

“Masalah ini ngga seberat masalah kemaren, kenapa bisa sampe hiatus 3 bulan ?, kalo udah 3 bulan lewat ini bukan tahun baru lagi temanya won. Tapi summer!”

Tegas jihoon membuat seisi ruangan tertuju kepada mereka. Wonwoo dengan antusias menutup jihoon dengan kemejanya yang sedari tadi terletak di meja makan mereka.

“Maaf.. Maaf kan kami... Maaf”

Hanya itu yang bisa wonwoo lakukan agar orang tidak mengenali jihoon yang berada dikawasan yang sama dengan mereka.

“Lo kenapa rusuh sih?”

Merapatkan giginya dan memarahi jihoon yang sedang melihatnya sinis karena menutupi kepalanya dengan tegas sampai membuat tatanan rambutnya rusak. Jihoon menghempaskan tangan wonwoo yang masih memegang kemeja di atas kepalanya.

“Kemeja lo bau ketek anjir, awas”

“Eh..maaf”

Wonwoo tertawa canggung dan mendekap kemeja baunya itu.

“Oh ya lo kenapa tadi pagi kesel ?”

“Biasa”

Jihoon menjawab dengan nada yang santai seperti wonwoo sudah tau apa hal biasa tersebut. Karena terhitung sudah 2 hari dan hal tersebut masih baru baginya namun tidak bagi jihoon yang memakan waktu 64 jam bersama shinigaminya itu. Jihoon pun kembali melanjutkan kalimatnya dengan menanyakan minuman keras yang akan dikonsumsi wonwoo pada sore ini.

“Mana katanya mau minum soju ?”

“Ngga jadi, takut lo marah”

Wonwoo takut akan hal yang tidak mengenakan akan terjadi karena kebiasaan minun mereka berdua sangat buruk dengan tubuh yang rentan terhadap minuman berbahan dasar alkohol itu dan berimpas ke tubuh mungil jihoon yang akan membopongnya nanti.

Jihoon melihat layar handphonenya yang sedari tadi bergetar selama 2x. Jihoon meraih kembali atributnya dan dipasang kembali pada tempatnya masing – masing.

“Tolong lo urusin kamar apartemen yang di sebelah kamar gue ya”

“Buat siapa?”

“Buat setan”

“Oh..oke siap”

Jihoon pun melambaikan tangan kanannya dan meninggalkan wonwoo sambil meneguk soda colanya melalui sedotan.

Day 2


Kembali terdengar goresan antara tinta dan kertas dipendengaran jihoon yang membuatnya kehilangan oksigen untuk di hirup dalam hitungan detik. Ia mengangkat tubuhnya langsung dan membuat posisi bersila di atas tempat tidur, aktifitas baru ini akan menjadi kebiasaannya mulai sekarang. Terasa pusing karena aliran darah yang tiba – tiba turun akibat bangkit dari tidurnya, jihoon mengambil air putih diatas nakas disamping tempat tidur. Ia kembali melihat seseorang dengan jas hitam dengan buku hitam usang miliknya di depan jendela kamar apartemen.

“Day 2”

Jihoon hanya menatapnya dengan tatapan kosong. Lalu kembali menenggelamkan tubuh mungilnya di dalam selimut. Soonyoung dengan sadar bahwa targetnya itu melihatnya sebentar dan ia kini bergerak mendekati jihoon yang pura – pura tertidur.

“Jihoon? Apa kamu tidak ingin menyelesaikan pekerjaan yang belum kamu selesaikan di dunia ini ?”

Semakin di eratkan pejaman matanya di bawah selimut karena mendengar ucapan shinigami yang menghitung hari kematiannya. Dirasa kesal, jihoon pun menolak tegas ucapan Soonyoung barusan.

“Nggak!, ngga butuh!”

“Yakin?”

Shinigami itu meyakinkannya kembali. Jihoon membuka balutan selimut dan menunjuk jari telunjuknya tepat di hadapan soonyoung dengan dekat.

“LO NGGA ADA HAK BUAT MINTAH GUE YA! TERSERAH GUE MAU MATI KEK MAU NYELESAIN MASALAH KEK, APA PEDULINYA LO? KAN LO CUMAN NGITUNG HARI KAPAN GUE MATI!, KENAPA JADI CARE GINI ?”

Soonyoung mengesampingkan telunjuk jihoon yang hampir mengenai pipinya. Ia mengangguk dan pergi meninggalkan jihoon. Setelah beberapa langkah ia kembali menatap jihoon yang tengah memicingkan matanya dengan sinis kearahnya. Soonyoung mengajukan pertanyaan kembali dan membuat jihoon semakin kesal.

“Ah!..saya baru ingat tadi malam kamu bilang kalau saya akan beli apartemen kan? Apakah saya lebih baik tinggal di sini saj-”

“NGGA! NGGA MAU! LO HARUS PISAH SAMA GUE! LO BUKAN SIAPA – SIAPA!”

Potong jihoon tegas dengan nadanya yang bertempramen. Soonyoung kembali membuat muka jihoon semakin memerah akibat wajahnya yang tanpa dosa memberi tahu bahwa ia menolak untuk pisah ruang dengan jihoon.

“Baik lah, saya tidak akan kemana – mana”

Soonyoung pun menutup kenopi pintu kamar jihoon dan menuju ke ruang tengah. Jihoon sangat kesal dan menendang selimutnya sebagai pelampiasan kemarahannya, kemudian mengambil handphone dan membalas pesan singkat yang di kirim oleh wonwoo.

3.43 am

Suara pukulan gong kasar menyaring ditelinganya, kemudian diikuti suara seorang prajurit yang lantang tengah memberi tahu samar tentang adanya wabah penyakit yang menyerang raja. Isakan tangis memenuhi suatu ruangan asing seperti istana megah jeoseon. Tanpa wonwoo sadari ia meneteskan air mata ditengah mimpi buruknya.

Dengan nafas yang tersengal – sengal serta kepanikan aneh yang menghampirinya, seperti kepingan puzzel yang baru baginya. Pria berkacamata itu hanya bisa berfikir positif tentang apa yang ia mimpikan barusan, mungkin hanya mimpi buruk akibat letihnya mencari jalan keluar tentang isu yang meliputi artis sekaligus sahabatnya itu.

Namun apa yang ia temui setelah terduduk dari tidurnya?, ia tak dapat melihat jelas namun masih bisa tahu bahwa ada 2 orang sedang berdekatan dan menghilang begitu saja dari hadapannya.

Dengan menggaruk tengkuk dan mengambil tisu untuk membersihkan kacamatanya dinakasnya, tak pula ia menarik handphonenya. wonwoo segera menghubungi jihoon dan memberinya pesan singkat agar mereka dapat bertemu besok sore di cafe dekat apartemen milik jihoon berada.

Day 1

Shinigami atau dewa kematian adalah makhluk astral yang memiliki 2 tugas, diantaranya mengundang manusia pada kematian atau menghasut perasaan manusia sehingga ingin bunuh diri dan menghitung hari kematiannya hingga dihari terakhir hayat seseorang tersebut. Untuk hitungan hari kematian berlangsung selama 7 hari.

Shinigami dulunya adalah manusia yang setelah meninggal enggan menginginkan reinkarnasi dan melanjutkan kehidupan sebagai makhluk astral. Setiap shinigami diberi kode berupa nomor sebagai tanda pengenal.

Shinigami no.4, ia adalah shinigami yang bertugas mengundang manusia pada kematian, kini ia tengah hukum karena telah melanggar peraturan saat melaksanakan tugas. Terjerumus oleh akan ingin tahuannya terhadap perasaan dan hawa nafsu manusia, ego ini lah yang membuat ia haus akan ingin mencobanya karena sekian ribu tahun ia tak pernah merasakannya lagi.

namun setiap shinigami mempunyai kontrol seperti infrared yang terhubung dilayar monitor. Karena itu dewa izanagi dapat mengetahui pikiran dan perlakuan shinigami yang bertugas. Dewa izanagi murka dan memerintahkan shinigami no.4 untuk menghitung hari kematian seseorang dengan wujudnya yang bertubuh layak bak manusia dan menuntut bersikap sebagai malaikat.

Namun bukan itu itu saja hukuman yang di beri dewa izanagi kepadanya, ia harus bersikap seolah ia adalah manusia namun juga ia harus mandiri menjalani kehidupan sebagai manusia ditengah masa milenial seperti masa sekarang tepatnya tahun 2021.

Hitungan yang awalnya 7 hari kini di perpanjang menjadi 90 hari. Ia di perintahkan bagian hannam hyperion, 413 seobinggo-ro han yang terletak di provinsi seoul korea selatan, seseorang itu bernama Lee jihoon.

Srrkk.....

Suara seperti mengalihkan lembaran buku ke lembar yang lain dan juga suara seperti seseorang yang sedang menggoreskan tinta penanya pada kertas menghujam masuk ke telinga jihoon pada pukul 06.00 kst. Ia bangun dan melihat sosok berkemeja putih dengan dasi merah yang menggantung dilehernya sedang memegang sebuah buku dan menghadap ke jendela.

“Day 1” katanya.

Jihoon yang masih duduk dengan rambut yang acak – acakan masih melihatnya dengan tatapan kosong dan rahang yang menggangtung. Ia mulai mendekat dan memperhatikan soonyoung yang masih fokus dengan bukunya yang berwarna hitam itu. Jihoon menunjuk penasaran ada apa dengan buku ini.

“ini apaan-“

“jangan sentuh atau kamu akan menghilang!”

Putus soonyoung yang tegas sambil menjauhkan buku itu dari jihoon. Tentu saja jihoon dibuat heran dengannya dan memulai menjahili soonyoung dengan niat mengambil buku itu. Namun soonyoung tetap lah shinigami makhluk astral yang memiliki keajaiban yang masih tersimpan sedikit di tubuh manusianya, dengan mengulurkan tangannya lebih tinggi hingga mencapai langit-langit apartemen jihoon. Jihoon yang melihat mukjizat itu pun berteriak dan berlutut terkrjut.

“Oh my God!!, i-itu tangan apa tangan?! panjang banget ya tuhan !!”

“saya udah tegur kamu dan kamu masih saja jahil sama saya”

Si mungil berdiri dari perlututannya didepan malaikat penjabut nyawanya. menyilangkan tangannya dengan sombong tanpa ia sadari telah menantang shinigami dan masih tak takut akan kejadian aneh barusan.

“emang siapa lo bisa negur gue seenaknya? Mending lo keluar dari sini, mau apa lagi lo disini?”

“saya sudah katakan kepadamu, saya sedang bekerja untuk menghitung hari kematian kamu disini”

“ih...lo pikir gue percaya?”

“saya tidak menuntut kamu percaya atau tidak, yang jelas saya sedang melakukan tugas saya”

“arghhh...b-bentar” sambil memijit kecil pelipisnya ia mendekat untuk menanyai suara apa yang ia dengar sampai membuatnya terbangun.

“tadi suara buku ini kan ? kenceng banget tau !”

“iya suara buku ini, dan hari pertama jalan menuju kematian kamu telah dihitung 90 hari mulai dari hari ini”

Jihoon geram dan berlari ke ranjang kesayangannya hanya untuk sekedar melampiaskan kemarahannya. Dengan menepuk-nepuk kecil kasurnya dan menendang selimut kesal, Lalu menghampiri soonyoung kembali.

Dengan menarik nafasnya dalam dan mengeluarkannya dengan kasar, kemudian kalimatnya siap untuk ia lontarkan.

“lo-“

Namun angin kencang seperti tadi malam berhembus ke arah kamar apartemen jihoon dan menampar inci kulit mereka. Soonyoung dengan antusias menghalang angin itu menyentuh kulit jihoon dengan tubuhnya yang hampir berdekatan.

Jihoon yang badannya seperti belalang sembah kini hampir saja mendekati tubuh soonyoung. Ia yang menyadari itu pun kembali ke posisi berdiri normal dan mendongkak melihat wajah soonyong yang tepat di atas pucuk kepalanya. Masih dengan sepasang bola mata yang berpapasan, soonyoung pun memulai mengembalikan kesadaran jihoon dengan menjauhkan jarak mereka dengan 2 langkah kebelakang. Jihoon tersadar dan menggelengkan kepalanya.

“kamu lihat apa?”

“hah..a-apaan?”

“kenapa mata kamu lihat saya aneh begitu? Itu bisa buat orang salah tingkahkan?”

“ih-ihihh sok tau lo, kalo ngga t-tau diem aja. O-orang ngga liat apa-apa juga”

Ia pun mengambil handphonenya di nakas dan pergi ke kamar mandi meninggalkan soonyoung yang masih melihat pergerakannya hingga pintu kamar mandinya tertutup.

Angin kembali menerpa masuk dan berubah menjadi wujud seseorang yang lebih tinggi daripada shinigami bernama soonyoung ini. Berpenampilan serupa, mengenakan jas hitam dengan buku hitam yang digenggamnya ditangan.

“mau apa kamu disini? Ini bukan kawasanmu kan?”

Masih dengan logatnya yang dingin soonyoung menanyai sosok ini yang digubris dengan tawa renyahnya sebelum menjawab pertanyaan soonyoung.

“hahaha..kamu kenapa tegang begitu? Masa sama manusia lemah?”

“apa maksudmu kemari shinigami nomor 1?”

“mingyu, ingat kalo didunia mingyu bukan nomor 1 udik banget”

“udik?”

“ya ampun, benar kata hansol kamu ngga tahu apa-apa ya. Apa kamu perlu aku bantu dengan bantuan shinigami baru? Aku rasa dia bisa sedikit membantumu tinggal didunia ini”

“terserah, aku hanya ingin menyelesaikan tugas ini dan kembali dengan wujud asliku”

“mudah banget kamu ngomongnya ya!, ingat 90 hari! bukan 7 hari!”

Soonyoung tidak merasa tersinggung dan ia hanya memperhatikan shinigami bernama mingyu ini membantunya sambil menukik kerut disela tengah alisnya.

“jadi gimana? Mau dibantu nggak nih?, nanti aku coba bilangin baik-baik sama dewa izanagi deh”

“tidak usah, biar aku saja yang langsung mengahadap beliau”

“aku juga mau kesana, jadi ayo pergi barengan saja”

Mingyu merangkul bahu soonyoung untuk memasuki blackhole yang telah ia buat di dinding kamar jihoon dengan satu jentikan jari dan dihentikan oleh soonyoung sebentar.

“sebentar”

“apa lagi sih ?!”

“aku baru sadar, kenapa kamu modis sekali?”

“ya makanya ini aku bantu biar kamu sama sepertiku”

Soonyoung menangguk mengerti. mereka pun akhirnya memasuki blackhole yang menuju kedunia mereka dan meninggalkan jihoon yang sedari tadi masih di kamar mandi.

day 0 02.24am.


Jihoon memaksakan diri melangkahkan kaki ke dapur untuk memasak dipukul setengah 3 pagi. karena pria asing meminta sesuatu yang bisa masuk kedalam lambung kecilnya itu.

Omelet sayur yang menggiurkan telah disajikan didepan soonyoung, tak lupa karbohidrat bulir putih yang sangat wajib dimakan oleh jihoon.

“makan yang banyak”

Soonyoung menangguk paham dan melahap layaknya manusia makan. Jihoon terkaget heran oleh pola pikir shinigami ini, lalu ia melepaskan pertanyaan dibenaknya kepada soonyoung.

“kenapa lo tau cara makan ? sedangkan cara buka pintu sama naik lift lo ngga tau?”

Menghentikan suapannya dengan membersihkan sisa makanan menggunakan tisu hingga membuat jihoon kaget kesekian kalinya, Kini ia menjawab pertanyaan jihoon dengan posisi duduk tegap.

“saya hanya tau cara makan dan tidur saja, selebihnya saya tidak tahu”

“aneh!, kok bisa gitu?”

“karena saya dulu bukan shinigami menulis tanggal kematian tapi menghasut manusia agar menuju kematian”

“terus kenapa ngga kerjanya gitu lagi?”

“saya dihukum karena saya ingin mencoba lagi menjadi manusia”

Menjawab dengan mudah pernyataan tidak masuk akal itu kepada jihoon dengan air muka penuh penyesalan. Ia melanjutkan dengan mengungkapkan hukuman nya agar bisa menyelesaikan tugasnya dengan lancar.

“saya sekarang sedang dihukum dan dituntut agar melayani manusia hingga akhir hayatnya dengan berperilaku seperti malaikat, namun saya shinigami yang berasal dari neraka ini sedang berusaha. Jadi dimohon kerja samanya lee jihoon”

Jihoon yang menjatuhkan dagunya dan membiarkan mulutnya menganga setelah mendengar perkataan shinigami yang sudah melanjutkan kegiatan makannya.

Jihoon hanya tertawa kecil karena ia pikir ini hanya halusinasinya, jadi jihoon membiarkan sang shinigami ini bertindak semaunya sekarang. Masih dengan layar handphonenya, jihoon ingin memastikan sekali lagi pada wonwoo apakah shinigami memiliki hawa nafsu atau tidak.

Setelah selesai makan, soonyoung langsung menidurkan tubuhnya di kasur jihoon. Jihoon yang masih duduk disofa menanyakan maksud keberadaan soonyoung di atas tempat istirahatnya yang masih bersih dengan menempelkan baju jas kotor yang dipakai soonyoung saat ini.

“heh!..heh! mau ngapain? Masa lo seenaknya main tidur pake jas kotor abis jatuh tadi”

Jihoon menuju lemari pakaian dan memberikan piyama miliknya kepada soonyoung agar menggantikan jasnya yang kotor dengan piyama yang bersih.

Soonyoung menuruti dan membuka pakaian awalnya yang akan digantikan dengan piyama jihoon. Namun jihoon masih pusing karena yang ia lihat saat ini bukan lah piyama yang sukses dikenakan dengan rapi pada tubuh pria tinggi ini.

Celana yang dikepala dan baju menutupi pinggang hingga lututnya yang terlihat kesempitan, jihoon pun turun tangan membantu membetulkan posisi piyama soonyoung.

“dasar, kayak anak kecil aja ngga tau pake baju. sini gue benerin”

“saya sudah bilang tadi kan saya ngga tau apa-apa selain tidur dan makan”

“iya deh terserah lo, nah udah kan. Yaudah tidur sana di sofa, ini kasur gue”

“tapi jihoon, saya tidak pernah melihat manusia tidur di sofa”

“ribet lo, mau tinggal disini apa ma-... heh! Malah main nyongsor ambil selimut”

“selamat malam jihoon...biasanya saya dengar manusia mengucapkan ini sebelum tidur kepada istrinya”

“iya emang, mending tidur udah malama nih”

Setelah mengucapkan selamat malam, jihoon tak masalah orang asing yang pola pikirnya yang aneh itu tidur bersamanya. Mungkin jihoon masih berfikir bahwa ini hanya halusinasinya saja. Mereka pun tidur dengan ranjang yang sama dengan posisi saling memunggungi.

Day 0


Setelah mengirim tweet terakhirnya, kini jihoon merasakan seperti bisikan yang menghasut agar mengakhiri hidupnya. Terasa geli dan yakin, ia pun tergerak mengambil kursi dan tali yang akan siap memenggantungkan diagonal kepalanya. Itu adalah ulah dari shinigami penghasut yang sedang bertugas menjerumuskan jihoon kedalam lubang kematian.

Namun seketika ia terganggu karena kencangnya angin yang berhembus dari sungai han ke apartemennya. Mencoba membetulkan tali gorden jendela agar angin tak berhembus dan mengganggu sesi bunuh dirinya, jihoon menaiki kursi yang licin dan hampir saja terjatuh ketika ia berjinjit diatas kursi tersebut. Namun seseorang bertubuh tinggi, atletis dan berpakaian rapi seperti para petinggi yang akan menghadiri rapat penting menangkap tepat tubuh mungil jihoon dan mengarahkan tubuh mereka menimpuki kasur disebelah kiri.

“jangan mati dulu”

Jihoon menangadahkan kepalanya yang berada diceruk leher si pria ini. beradu tatapan yang saling membingungkan dan penuh tanda tanya. Jihoon sesegera mungkin memberi jarak antara keduanya dan menanyakan siapakah sosok yang entah dari mana datangnya ini.

“b-bentar deh! Lo siapa? K-kenapa bisa masuk kesini?”

Pria berjas abu-abu pun menjawab sang lawan bicara dengan membenarkan posisinya dari berbaring menjadi berdiri tegap gagah.

“saya soonyoung, kamu Lee Jihoon kan? umur 24 tahun, seorang idol solo yang menjalani masa comeback....? Dan sekarang kamu di kurung oleh maneger mu sampai masalah..?..ini selesai?”

Mengangkat alis sembari menanyai jihoon. Yang ditanyai malah terheran, dari mana ia tahu kronologinya dan masalah yang baru saja ia hadapi.

Sesegera mungkin jihoon mengambil handphonenya dan menghubungi managernya, karena ada yang tak beres sedang berlangsung dihadapannya. Jihoon bersikeras menanyakan siapakah si misterius ini.

“jawab dulu gue, lo siapa ? dari mana? Kenapa tiba-tiba disini?”

“saya shinigami no.04, asal saya dari neraka dan tujuan saya kesini karena saya dihukum dengan wujud manusia yang biasanya saya gunakan untuk menghitung hari dan menghasut kematian seseorang. Tapi sekarang...saya punya hawa nafsu dan indra peraba yang sama seperti manusia”

Hawa nafsu dan indra peraba ini membuat shinigami berwujud manusia didepan jihoon merasa sedih. Jihoon menatap heran shinigami yang sedang menunduk karena bisa merasakan hawa nafsu dan indra peraba yang sewajarnya memang ada pada tiap manusia.

Jihoon dengan kesal setelah mendapat jawaban yang membingungkan dari shinigami bernama soonyoung inipun menuju keluar dengan tujuan mencari ketenangan dengan angin malam. Namun seseorang mengikuti langkah kecilnya dari belakang, lebih tepat tiap inci langkahnya.

“ck..lo ngapain ngikut?”

“ini memang tugas saya”

“terserah deh”

Berjalan menyilangkan tangan didepan dadanya sembari menggeleng aneh karena jawaban yang ia dapati, Jihoon melanjutkan langkahnya dengan menyebrangi jalan.

Shinigami yang tidak tahu apa-apa tentang dunia ini tak tahu tanda rambu pejalan kaki dan tertinggal saat lampu merah sudah menyala. Ia terjebak di tengah jalanan yang ramai akan kendaraan umum.

Sebuah mini bus dengan lajuan kencang dari arah barat akan menuju ke arah soonyoung yang masih berdiri ditengah jalan. jihoon yang terus berjalan hingga tersadarkan oleh suara klakson mobil yang membuatnya menoleh dan kehilangan seseorang yang mengikuti dirinya sedari tadi hampir saja tertabrak mobil. Jihoon meraih lengan pria tinggi itu menuju trotoar.

Brukk..

Suara kulit, tulang dan daging manusia menabrak kasar nya semen trotoar.

“lo ngga papa?”

Jihoon meyakinkan shinigami ini baik-baik saja atau tidak, hingga ia tak menyadari bahwa ada luka kecil di lututnya yang terlihat dibawah celana pendek yang ia gunakan.

“iya saya tidak apa-apa, kamu terluka ayo saya antarkan kamu ke apartemen”

Jihoon digendong back hug hingga memasuki pintu lobi apartemen. Tepat didepan lift mereka berhenti, jihoon pun bingung ada apa dengan pria ini.

“kenapa ngga masuk ?”

“cara menggunakannya bagaimana? Saya tidak tahu”

Jihoon mengulurkan tangannya dan menekan tombol lift menuju lantai apartemennya. Tak lama, pintu lift terbuka dan mereka pun masuk.

Lalu sekarang pintu lift sudah terbuka dan menandai bahwa mereka telah sampai di lantai kamar jihoon. Kini soonyoung kembali berhenti tepat setelah jihoon memberi tahu nomor kamarnya.

“sekarang apa lagi sih? Jangan bilang lo ngga tau gimana cara buka pintu?”

Yang menggendong mengangguk, jihoon menghela nafasnya dalam – dalam dan kembali mengulurkan tangan agar memberi aba maju karena ingin membukakan kenopi pintu kamarnya.

Kini mereka telah sampai diruangan kamar apartemen jihoon. Ia juga sudah duduk disofa dengan plaster yang terekat dilututnya. Soonyoung masih berdiri didepan jihoon tanpa melakukan apa-apa.

“duduk coba. Ngga capek apa berdiri terus”

Soonyoung pun mengikuti perintah jihoon lalu menatap kosong pria di depannya. Jihoon kembali menggelengkan kepala dan menegrutkan hidungnya. Jihoon kembali mengambil handphonenya yang ia tinggalkan tadi di atas meja dan menlanjutkan menghubungi wonwoo.

Sudah lewat 15 menit soonyoung tidak melakukan apa-apa. aneh karena ini asing bagi jihoon, kemudian ia meminta pria asing ini agar keluar apartemennya karena sudah larut.

“ehmm..mending lo pulang deh. Udah malem juga”

“baiklah. Saya harus kemana?”

“itu pintu gede masa ngga lihat? Tinggal keluar aja sampe”

“baik. Saya pergi dulu”

Tak lama ia keluar, jihoon bernapas lega kembali. Hanya dengan waktu 2 menit jihoon kembali dibuat pusing karena shinigami bernama soonyoung ini masih berdiri di depan pintu dengan meminta makanan kepada jihoon. Karena ia sudah merasa lapar semenjak ia diturunkan kebumi, katanya (?)

It's Not True!


Suara metronom terdengar jelas pada pukul 12.35 dini hari distudio musik milik seorang idol solois bernama Lee Jihoon. Ia menghabiskan waktunya diruangan kedap suara ini untuk mengarang karya musik yang akan ia bawakan pada saat comeback albumnya yang tinggal menghitung beberapa hari lagi menuju perilisan.

Namun pada malam ini ia dikabari oleh managernya sekaligus sahabat semasa sma yang juga sekampung halaman dengan jihoon dibusan yaitu, Jeon Wonwoo.

Wonwoo memberitahunya agar segera pulang ke apartemen milik jihoon melalui pesan singkat yang ia kirim. Jihoon sudah menyelesaikan tugasnya yang bisa dianggap masih setengah jalan lagi. namun ia tinggalkan dan dilanjuti esok hari agar file Mp3nya bisa dirender dengan aman mengingat hari juga sudah larut.

Jihoon menuju keparkiran selter A yang diberitahu oleh wonwoo agar ia menyetir sendiri malam ini. Menyusuri jalanan dengan nafas yang sesak karena masker, topi dan jaket yang ia kenakan agar informasi tentang dirinya tak mudah dikenali oleh repoter yang dimasa sekarang tengah mencari – cari keuntungan dibalik konflik seorang selebritis.

Kini ia telah sampai digedung apartemen. pada saat ia membuka kenopi pintu kamar, seseorang tengah menatap layar handphonenya sambil menggigit ujung kuku yang menggambarkan adanya kekhawatiran.

“Won gue udah sampe nih, mau apa lo?”

Wonwoo memalingkan wajahnya yang semula dilayar handphonenya kini menuju jihoon yang masih berdiri didekat pintu masuk.

“JI LIHAT JI !!”

Ia menggubris sembari memperlihatkan layar handphonenya kepada jihoon. Jihoon tersentak kaget dengan apa yang telah wonwoo perlihatkan kepadanya. menutupi mulutnya yang sedang terbuka karena kaget, matanya terbelalak dan juga detak jantung tak normal yang disebabkan oleh berita hoax yang di sebar oleh netizen tentang pembullyan terhadap teman perempuannya pada masa sma.

Ia terduduk lemas, jihoon merenungi kenapa harus tersebar berita seperti ini ditengah jalan menuju hari – H masa comebacknya.

Wonwoo berusaha menenangkan jihoon yang sudah pucat pasi setelah melihat berita mengenai dirinya. Wonwoo merangkul dan membawanya ketempat tidur.

“Ji... Gue tau gue salah, seharusnya gue lebih tegas lagi terhadap Rnb in Antis lo, tapi ini kayanya mistranslation deh. Apa lagi ini yang nyebar interfans”

“Gue tau fans gue banyak, tapi kok bisa berita hoax gini bisa buming, won?! Padahal gue tuh ngga punya temen cewek waktu sma. Kan lo doang temen gue semasa itu ?!”

“Tenang dulu ji...barusan sebelum lo masuk gue udah kirim email ke agensi namun ngga ada yang ngegubris gue. Dan sekarang yang bisa gue lakuin adalah ngepantauin lo, lo ngga boleh keluar dari apartemen ini sebelum agensi adain rapat dan ngeluarin statement”

“Tapi won...Gimana sama musik gue yang belum kelar ?, terus gimana dengan comeback album gue ? Ini udah ngitung hari cuman loh won ?”

“ga!.. lo ngga boleh ngeluarin album dulu, ini kasus yang berat dan gue belum bilang secara detailnya sama lo”

“Emang kenapa lo belum kasih tau semua ?, jangan nanggung kalo lo mau kasih gue informasi !”

Wonwoo terdiam sejenak karena ia merasa berita kali ini ia bisa menyimpannya sendiri untuk saat ini dan ia merasa jihoon perlu istirahat setelah ia bekerja keras untuk comebacknya jadi wonwoo menyelimuti jihoon agar ia bisa beristirahat.

“Ah... udah lah ! Ngga usah dipikirin biar gue sama agensi yang urusin oke ?, kerja lo sekarang tidur dan mulai besok lo ngga boleh kemana – mana”

Setelah wonwoo menyelimuti jihoon dan memyuruh agar jihoon terlelap karena ia tampak keletihan akibat seharian di studionya. Wonwoo pergi meninggalkan jihoon setelah mematikan stop kontak lampu apartemen.

Yang punya masalah saat ini sedang merenungi diri sambil menutupi matanya yang sekarang masih tersadar sangat jelas. ia benar – benar tidak bisa dikalahkan oleh rasa gelisah yang sedari tadi telah berkecamuk dikepalanya. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali menatap benda genggam persegi panjang yang memiliki sistem elektronik nirkabel miliknya.