03.34 pm
Masker hitam, topi kostum, dan sunglasses adalah atribut wajib bagi seorang lee jihoon untuk menghindari penambahan isu bagi dirinya. Camera dan reporter rela mengikuti gerak gerik seorang lee jihoon untuk mendapatkan informasi terkait isunya dan menggantikannya dengan alat penukar barang.
Jihoon menapakan kaki keluar gapura apartemennya. Dari sudut kiri terlihat seseorang dengan jaket tebal perkupluk hitam bersama handycamnya pada semak – semak dekat air mancur taman apartemennya. Jihoon dengan santai membuka masker dan topinya sambil melambaikan tangan kepada reporter tersebut. Sang target lambaian terkaget dan keluar dari sebak belukar itu sambil berlari masuk ke dalam mobil sedan hitam.
Jihoon tersenyum bangga dengan apa yang telah ia hadapi, namun.. Masih ada satu hama lagi yang mengikutinya dari arah jam 6. Ia masih membuka topinya namun masker ia kenakan kembali dan membiarkan reporter itu mengikutinya sampai ke cafe.
Sesampainya di cafe jihoon membuka semua atributnya dan meletakannya di depan wonwoo. Ia menengleng ringan kepalanya kearah belakang agar memberi kode kepada wonwoo. Managernya paham dengan situasi dan membalikan badan jihoon agar berpose keluar jendela. Kejadian deja vu terulang kembali, mereka berdua menertawakan ulah savagenya di depan awak media yang bisa di sebut dalam bahasa gaul double kill.
Wonwoo masih dengan tawanya dan menaruh gelas soda tepat di depan jihoon yang tertawa kekeh.
“Lo keren banget sumpah haha”
“Namanya juga lee jihoon”
Merekapun berhenti tertawa tepat pada tegukan soda cola pertama jihoon. Ia memulai topik utama alasan mereka berada di ruangan dengan penuh nuansa indie ini.
“Jadi? Kita sekarang mau ngapain?”
Jihoon tahu bahwa cafe adalah tempat yang bagus untuk curhat selain makan dan minum dan jihoon juga mengerti alasan di mana wonwoo ingin memberi tahunya sesuatu. Wonwoo menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan membasahi bibirnya yang kering akibat gugup. Jihoon masih menunggu pergerakan wonwoo untuk memulai bicara tanpa memaksakan lawan bicaranya. Sekitar 1 menit menunggu wonwoo memulai topik dengan cerita mistis yang ia alami pukul 3 pagi tadi.
“Ji—”
Jihoon hanya mengangguk dan tersenyum menunggu wonwoo melanjutkan kalimatnya.
“Gue tadi malam mimpi aneh banget”
“Gimana mimpinya ?”
wonwoo kembali memutarkan cerita di mimpinya yang sangat tidak masuk akal itu, karena mimpinya seperti susunan puzzel yang kehilangan kepingan pelengkapnya. Jihoon hanya mendengar dan menangguk sebagai tanda bahwa ia mendengarnya dengan seksama. Ia memulai bertanya kepada wonwoo-
“Jadi intinya apa?”
“Intinya gue bingung, ini kisah orang dulu atau hanya cerita mampir aja?”
“Bukan cerita wonwoo, ini mimpi! Bunga tidur! Mending lo ngga usah mikirin aneh – aneh deh mungkin lo kecapean kali”
Wonwoo menggeleng dan melanjutkan pernyataan ke 2 nya.
“Bukan itu aja ji, waktu gue bangun gue lihat ada 2 orang yang lagi berdiri deket ujung kasur gue”
“Ha! Ingat lo pake kacamata ngga ?”
“Ngga”
“Nah tu kan, halusinasi lo kali. Mending lo istirahat yang banyak terus tidur yang cukup”
Wonwoo menegaskan dan mengingatkan jihoon kembali atas alasannya kurang beristirahat.
“Heh! Gue tuh bukannya ngga mau, tapi kerjaan gue banyak karena lo tau ngga!”
Jihoon tertawa dan menyatukan telapak tangannya sebagai simbol permintaan maafnya. Jihoon menanyai kabar tentang proses isunya tersebut.
“Perkembangannya gimana ?, apa gue beneran hiatus selama 3 bulan ?”
“Kita ngga bisa menjamin ji kalo ini masalah ringan. Soalnya yang jadi saksi di sini gue. Apalagi gue megang 2 jabatan”
“Apa aja coba ?”
“Manager sekaligus sahabat lo”
“Jadi masalahnya dimana?”
Wonwoo bingung bagaimana menjelaskan tentang hukum kepada jihoon akan adanya langgaran atas orang yang memiliki hubungan khusus dengan orang yang bersangkutan (tersangka).
“Intinya gini, agensi dan hukum ngga bisa percaya sama apa yang gue omongin sekali pun itu fakta ji. Dan kita butuh pengacara buat jelasin ini”
“Apa susahnya manggil pengacara kasus kemaren”
Mengingat grafik ekonomi saham agensi surut akibat isu jihoon. Mereka tidak sanggup membayar pengacara yang baru dan handal pada masahal kasus bullying ini.
“Ji gue minta lo sabar lagi ya”
Lagi? Iya lagi masalah kembali terjadi setelah konflik permasalahan bullying jihoon kepada seorang gadis disekolahnya. Kali ini isu mengenai seorang pria yang pergi bersama jihoon di sebuah pusat perbelanjaan. Wonwoo menjelaskan bahwa isu baru ini akan ditangani oleh agensi jihoon nanti. Jihoon terlihat santai dengan masalah kasusnya yang kedua namun ia kembali mengingat kasusnya yang pertama karena album comebacknya kali ini bertemakan tahun baru.
“Won, lo tau kan tema comeback gue kali ini apaan?”
“Iya ji tau, tau banget”
“Gue rela sampe ngga pulang ke rumah tahun baruan bareng sama keluarga gue”
Wonwoo terdiam, ia hanya bisa menundukan wajahnya karena merasa bersalah tidak bisa menolong sahabatnya.
“Masalah ini ngga seberat masalah kemaren, kenapa bisa sampe hiatus 3 bulan ?, kalo udah 3 bulan lewat ini bukan tahun baru lagi temanya won. Tapi summer!”
Tegas jihoon membuat seisi ruangan tertuju kepada mereka. Wonwoo dengan antusias menutup jihoon dengan kemejanya yang sedari tadi terletak di meja makan mereka.
“Maaf.. Maaf kan kami... Maaf”
Hanya itu yang bisa wonwoo lakukan agar orang tidak mengenali jihoon yang berada dikawasan yang sama dengan mereka.
“Lo kenapa rusuh sih?”
Merapatkan giginya dan memarahi jihoon yang sedang melihatnya sinis karena menutupi kepalanya dengan tegas sampai membuat tatanan rambutnya rusak. Jihoon menghempaskan tangan wonwoo yang masih memegang kemeja di atas kepalanya.
“Kemeja lo bau ketek anjir, awas”
“Eh..maaf”
Wonwoo tertawa canggung dan mendekap kemeja baunya itu.
“Oh ya lo kenapa tadi pagi kesel ?”
“Biasa”
Jihoon menjawab dengan nada yang santai seperti wonwoo sudah tau apa hal biasa tersebut. Karena terhitung sudah 2 hari dan hal tersebut masih baru baginya namun tidak bagi jihoon yang memakan waktu 64 jam bersama shinigaminya itu. Jihoon pun kembali melanjutkan kalimatnya dengan menanyakan minuman keras yang akan dikonsumsi wonwoo pada sore ini.
“Mana katanya mau minum soju ?”
“Ngga jadi, takut lo marah”
Wonwoo takut akan hal yang tidak mengenakan akan terjadi karena kebiasaan minun mereka berdua sangat buruk dengan tubuh yang rentan terhadap minuman berbahan dasar alkohol itu dan berimpas ke tubuh mungil jihoon yang akan membopongnya nanti.
Jihoon melihat layar handphonenya yang sedari tadi bergetar selama 2x. Jihoon meraih kembali atributnya dan dipasang kembali pada tempatnya masing – masing.
“Tolong lo urusin kamar apartemen yang di sebelah kamar gue ya”
“Buat siapa?”
“Buat setan”
“Oh..oke siap”
Jihoon pun melambaikan tangan kanannya dan meninggalkan wonwoo sambil meneguk soda colanya melalui sedotan.