neoneo

Jump, jump! Until You


Many years ago so many people went to wars and sacrifice theirselves. Fight in the name to protect the one they loved. No matter how hurt is it, they will pull their strength out until it reach its limits and die.

What a painful bullshit. Who ever want to doing that silly thing?

There is absolutely no one whose heart fall so deep so they would replace their beloved deathbed with them in there. Willingly to take the pain side even though it hurts them both so much.

Those people said,

“It's for the better future of you two!”

“U two look cute for each other, please don't ever separated!”

They, the one who always think about it literally every day. The one that having the relationship are really desperate about this. Many people cheer they up, they live happily ever after in those people eyes.

But what if u see from their perspective, what can u see for real? The truth that have been hidden from anybody. Which side will u take? They, or those people?

Or maybe u can just bein netral. And watch this dramatical scene from afar.

Yes we know we're meant for each other.

But not in this universe.


Most orchids, including the Phalaenopsis orchid, will experience the growth of new leaves during the summer months. Spikes and flower buds will appear in late fall and soon after it will bloom. It will continue to bloom until spring. The blooming season usually ends around mid-February. Or maybe around January until March.

So how can it blooms now? What makes it bloom? Weird.

I really don't know is it my imagination or some trick that had been put on my eyes but it's real. Being pretty and stand out there surrounded by many people must be tired enough. But it still shines their elegance.

The orchids grow in the woods and they let out their fragrance even if there is no one around to appreciate it. It's like even if u push your limit out, working ass all night for a group task alone and nobody there to at least thanked u for ur hard work.

I like ur effort in anything. Even if i see it from long distance, i still like it.

If i can't even be recognized by you anymore, i will still adore and love you from afar. Even if you will ignore my presence, i will act like everything's normal as always.

Orchids rely on symbiotic relationships with fungi to survive, which makes them highly adaptable to a wide variety of ecosystems.

“Hey, will we be survive, or not?”

LDK di hari hari selanjutnya berjalan dengan cukup damai, Mikey dan teman teman dekatnya berperilaku sewajarnya setelah terkena omelan.


Mitsuya menyenderkan badannya di meja kayu yang biasa ditempati oleh guru pengajar. Pandangannya menyusuri tiga anak kandidat ketua OSIS Toman’22 dengan agak tidak percaya.

#1 Sano Manjiro

#2 Ryuguji Ken

#3 Baji Keisuke

Awalnya pemilihan kandidat melalui banyak seleksi ketat termasuk latihan dan pertanyaan interview dari beberapa alumni OSIS yang dulu, serta tes ke-seriusan mereka bertiga.

Sebenernya disini Mitsuya pikir Mikey dan Baji tidak akan mengambil serius perkataannya tempo lalu, hanya saja— yah.... Dia sungguh berharap mereka akan mengurus sekolah dengan benar nanti.

Disamping Mikey dan Baji yang serius. Draken hanya diseret, katanya kandidat itu harus tiga orang. Alhasil dia sebagai pelengkap.

“Pls gua jangan dibuat mencolok ye, aslian ini mah gua males jadi ketos,” kata Draken saat dipaksa untuk menjadi kandidat nomor 2.

“Tapi kayanya lu yang paling dipercaya warga sekolah ga si?” tanya Kazutora.

*Yuzuha menggeleng, “gua kan nguping gitu ya, nah beberapa org teh asa mulai seneng sama Mikey,”

“Heeh dia sifatnya ga se-kasar dulu cenah,”

Draken menghela napas lega, “bagus da kalo gitu ma,”

“Lu semua siap kan? Besok hari pemilihannya,” Mitsuya kembali bertanya kesekian kalinya.

Baji dan Mikey mengangkat jempol seraya tersenyum lebar. Draken mengangguk. Selama ini mereka sudah melakukan beberapa kampanye bersama tim sukses masing masing.

Mikey mengangkat tangan melakukan pose berdoa, “Ya Allah, semoga gua banyak yang milih, Manjiro anak baik kok ga pernah nakal,”

Yang lain hanya meng-aaminkan.

“Kan gua beli Kinderjoy, ditanya mas nya buat siapa?” “Buat pacar aku, hehe,”


Baji memasuki minimarket yang seragam karyawannya mayoritas biru. Matanya mencari ke sudut ruangan, terlihatlah kepala pirang yang juga langsung memanggilnya untuk mendekat.

“Anjir akhirnya lu ga salah masuk tempat lagi,” kata Chifuyu.

Baji menarik tangan Chifuyu dan menaruh Kinderjoy di tangannya. “Buat lo, hadiahnya kucing tadi gua udah ngintip,”

Wajah Chifuyu agak merah. Agak ya. Padahal cuma dikasi Kinderjoy dengan mainan bocah tapi dia seneng pisan.

“Ga malu apa lu udah gede beli ini?”

Baji menggeleng, mulai menyusuri rak telor dan mengambil satu pak. Setelahnya ia ambil dua es krim dari mesin pendingin. Chifuyu mengikuti lelaki berambut panjang itu ke kasir.

Mereka keluar dari Indomaret setelah mendengar, “Terimakasih,” dan kembalian berupa recehan.

“Nih,” Baji menyodorkan es krim coklat yang tadi dibeli.

Chifuyu ambil lalu membuka bungkusnya dan mulai memakannya seraya berjalan pulang, “Thanks.”

“Sori bikin lu jadi dikira mau ngepet, padahal mah enak ngepet dapet duit instan,”

Ajg jiwa jiwa ga bener sejak dini.

Chifuyu bingung lantas langsung tertawa keras. “Santai we gua ga kaya lu yang sering dianggep maling,”

“KENAPA SI ORANG ORANG NGANGGEP GUA MALING PADAHAL MUKA ANAK SOLEH GINI”

“YA ELU MAKANYA KALO MAU KE MESJID SARUNGNYA JANGAN DIBIKIN KAYA MAU RAMPOK”

“Namanya kreatip, ‘Puy,”

“Serah lu dah.”

Malam terasa lambat seraya mereka berbincang mengenai tugas tugas akhir tahun yang gaada habisnya. Tapi ga mengapa soalnya bentar lagi libur semester.

“Puy kalo misal visi misi gua itu menyejeterahkan kucing di sekolah gimana?”

“Ya lo pikir sendiri ajg, yang bakal lo pimpin nanti kucing apa manusia?”

“Gua pengennya memimpin bahtera rumah tangga kita aj—”

Kaki melayang bebas ke punggung Baji menimbulkan bunyi deugh yang cukup kencang.

“BISA EGK SI JANGAN NGADI NGADI”

“Aduh, sakit.... TOLONG HARGAI USAHA GUA UNTUK MENGGOMBAL”

“Sekali lagi gombal gua lempar ke sungai biar lo temenan sama kecebong,” kata Chifuyu menunjuk sungai di sampingnya.

Baji bergidik ngeri. Mulai sekarang ia mencatat dalam diri untuk tidak macam macam dengan pac— sahabatnya yang mirip dengan kucing garong.

“Tapi jujur gua sukaaaaa dan sayaaaang banget sama lo,” aku Baji tiba tiba seraya perlahan menyenderkan kepalanya ke bahu Chifuyu.

“Iya gua juga suka sama lo,” balas Chifuyu yang juga menggenggam lengan Baji.

“HAH”

“Hah?”

“Perasaan kita sama? SEJAK KAPAN? TRUS INI NGAPAIN GUA HARUS JOIN LDK JIR” teriak Baji ga terima.

“Siapa tau lo dapet ilmu untuk membangun rumah tangga disana,” Chifuyu mengendikkan bahu. Beranjak duluan lebih cepat menghindari Baji yang masih loading.

“OSIS sama rumah tangga hubungannya apa..... Tapi gapapa asal Cipuy seneng,” gumam Baji seraya berlari menyamakan langkah.

“Ke TSM yu Sabtu?” “Jum'at aja deh.”


Trans Studio Mall atau biasa disebut TSM yang bisa dibilang besar ialah tempat yang dekat dengan berbagai sekolah. Maka dari itu ga heran banyak kaum muda hang out melepas stress di sana.

Ditambah dengan ada Trans Studio-nya di samping membuat tempat itu jarang sepi.

“Mau makan dulu ga?” tanya Mikey. Melirik sahabatnya, Takemichi yang sedang celingukan entah mencari apa.

Ia tersenyum dikala ia temukan yang dicari. Menarik ujung baju Mikey dan menunjuk sebuah restoran. “Heeh da hayu mam dulu, gua dikasi tau Cipuy di situ enak, murah,”

Mikey mengikuti sang empu. “Kenapa sih yang ditarik malah baju bukan tangan gua aja?” batin Mikey. Padahal ada namanya teknologi move first

ATO GA PEGANG TANGANNYA DULUAN APA SUSAHNYA GUSTI.

Mereka duduk di lokasi yang pas untuk melihat rollercoaster tinggi. Kata Michi mau melihat wajah orang yang teriak sengsara. Mikey mau menawarkan untuk bermain juga, tapi ia ingat tujuan hari ini adalah membahas visi misi.

Jujur seumur hidup ia ga pernah mikirin mau masuk ke dalam organisasi penting dalam sekolah. Pikirannya selalu meremehkan bahwa OSIS hanya mengajarkan untuk me-razia barang yang seharusnya tidak dirazia.

Agaknya ini karma.

Sedikit sebal tapi ga mengapa, karena ada Takemichi di depannya. Wajahnya mengembung lucu dikala makanan itu masuk ke mulut. Hati Mikey menghangat memikirkan jika ia berhasil lolos, insan manis itu ‘kan menjadi miliknya.

“Lo ngeliatin muka gua ga bikin makanannya tetap hangat, ayo makan,” sahut Takemichi sadar dirinya diperhatikan.

“Kamu gemesin,”

“GUA LEMPAR ELU DARI SINI YE”

“AMPUN ANJIR INI LANTAI EMPAT”

Mikey tersenyum saat menyuap makanan. Kekehan kecil keluar dari mulutnya. Bahagia itu sederhana, katanya, asal ada Takemichi.

“Bocah prik ajg” batin Takemichi memikir ulang untuk membanting Mikey dari lantai mana.

Beberapa menit berlalu, makanan di piring kandas masuk ke dalam perut. Membayar dengan split bill tanpa ada perselisihan seperti yang viral dulu.

Hujan di luar terlihat dengan jelas dari jendela. Dingin, Takemichi memeluk tangannya sendiri.

“Mau gua peluk?” Mikey mendekat.

“Mik gua hapal ayat kursi, ‘loh.”

Petir di langit muncul tepat dengan adegan dramatis yang terjadi, Mikey tersenyum miris. Disamakan dengan setan oleh crush-nya sendiri.

“Udah siap?” tanya Takemichi saat mereka memasuki cafe free WiFi no root open 24 jam.

Mikey—si pemikir yang ga pernah bener. “Kalo buat halalin kamu dari lama aku siap!”

Sebelum Takemichi memanggil security, Mikey meminta maaf dengan bahasa Sunda halus yang panjang.

Kertas kosong ia pelototi sejak sepuluh menit yang lalu. Takemichi meminta ia untuk menulis apa saja yang akan ia wujudkan kala dirinya menjadi pemimpin nanti dalam kalimat singkat.

Setelahnya baru di bawah ada kolom yang akan ia tulis untuk visi misi Ketua OSIS.

Mikey ga bodoh. Asli, dia ngaku kalo kadang mikirin Takemichi ia lupa dengan dunia, tapi dari ranking paralel se-jurusan IPS, Mikey berada di peringkat 2 dari atas. Maka dari itu untuk visi misi juga ga boleh asal nulis.

Apalagi dengan Takemichi sekarang, semangatnya jadi 101% seperti produce 101 tapi juga bisa bubar semangatnya macam grub keluaran dari situ. Xixi.

Hiruk pikuk orang membuat mereka tau bahwa waktu berjalan. Mereka hanya diizinkan untuk berada disana hingga pukul 19.00 oleh Abang Shin. Lebih dari itu Mikey akan dikunci dari luar.

“Gua udah selesai ‘Chi,” ia beri kertas yang langsung dibaca dalam hati.

Takemichi terlihat puas. “Anjay bole ni Mik, gua pikir lu bakal nulis membuat lingkungan yang aman bagi para wibu,”

“Cik ai gua bukan wibu elah,” sanggah Mikey bersungut sungut. Ia hanya menonton One Piece karena diracuni Sanzu.

Takemichi tertawa pelan. Matanya melihat ke arah jarum jam yang menunjukkan pukul 17.30. Ia berdiri dan menyodorkan tangan kanan ke depan Mikey, “Great job Sano Manjiro, sekarang ayo kita pulang,”

“Ayo,” jawabnya seraya membalas sodoran tangan dengan genggaman. Ternyata calon pacarnya ini peka ya.

Suara pintu dibuka kencang dan helaan nafas lega terdengar di telinga Mikey seraya ia langkahkan kakinya ke asal suara. “Jir beneran dikejer anjing? Gua kira boong,”

Baji mendengus, mengambil gelas dan menuangkan air ke dalamnya. “Ai sok iraha we aing pernah ngaboong?”

Iraha ; kapan

“Tiap hari ajig,” sungut Mikey, mengambil kunci motornya dan melemparnya ke Baji. “Hayu ke tukang foto keburu hujan,”

“Lah gua yang nyetir? Males, ah.” Baji melempar balik kunci motor ke tangan Mikey.

“Kalo gitu gua yang nyetir tapi elu ga gua bonceng,”

“HAH TRUS AING DIMANA”

“Terbang cik, sia kan biasa we ngomong ama kucing,”

“Kucing teu tiasa terbang anying,”

Teu tiasa ; ga bisa


Dengan paksaan akhirnya Baji pula yang menyetir, kalo misal motornya ga di bengkel mah gausa ni mereka semotor bedua. Mending sama Cipuy, kata Baji.

Mereka sampai di parkiran tukang foto pas dengan waktu hujan turun. Berlarian masuk ke dalam seraya mengelap alas kaki di keset dalam upaya agar tokonya tidak kotor.

“Elu bedua ngapain, mau foto copy?”

Mikey dan Baji menengok, sosok menjulang tinggi dengan rambut basah berjalan ke arah mereka.

“Abis mandi bang?” tanya Baji.

Bang Hanma—Pemilik toko foto copy, print, kue daerah dan menjual segala macam kebutuhan yang disayangi murid SMAN Toman karena kerjanya yang cepat dan murah meski rambutnya mirip Monas. (Dan sikapnya yang agak sinting, kata Kisaki)

“Kaga gua abis kecebur got, yaiya anjir mandi, lu cium ni badan gua wangi,” jawabnya memajukan tangan untuk menyebarkan sabun wangi yang baru ia beli tadi.

Tidak menghiraukan apa yang Hanma lakukan, Mikey menunjukkan seragam yang ia bawa, “Mau foto bang, ukurannya 4×3 bisa?”

“Apasi yang ga gua bisa,” Hanma mengambil kameranya dan menuntun mereka ke studio foto.

“Bang, kan lu gabisa dapet hati Kisak— AWW” sebelum kalimat Baji selesai, kepalanya ditimpuk kain green screen yang digulung hingga tebal.

Mikey menyikut Baji, “Ji ayo jadi orang baik dulu, siapa tau ntar bang Hanma jadi salah satu yang bisa bikin kita lolos OSIS,”

Baji menunjukkan wajah yang diartikan ‘oh iya juga ya’ —akhirnya ia bersikap lebih tenang walau kadang omongannya masih ga difilter.

“Jangan bilang pada mau join OSIS? Soalnya udah banyak yang foto hari ini,” tanya Hanma pada saat sesi foto selesai.

Mikey mengangguk, merapihkan kembali seragamnya ke dalam tas. “Iye, doain ya bang,”

“Ntar kalo lolos, gua kasi tau kalo sebenernya lu orang baik dah ke Kisaki, mumpung gua sekelas,” tambah Baji seraya merapihkan bajunya.

Hanma hanya diam. Tersenyum memberi kembalian uang saat mereka membayar. Masih memikirkan misal jika mereka lolos bagaimana nasib sial SMAN Toman akan dipimpin mereka di kemudian hari.

“Yah mau siapa aja yang jadi OSISnya ga ngaruh ke gua,” gumam Hanma

Kabar bahwa Geng Mikey akan mengikuti LDK OSIS sudah tersebar di seluruh penjuru sekolah. Salahkan Kazutora yang menguping pembicaraan Mitsuya dan Yuzuha lalu menyebarkannya dan menjadi teh hangat baru baru ini.

Beberapa guru agak cemas jika mereka berhasil lolos, namun di lain sisi juga penasaran bagaimana cara mereka memimpin sekolah nanti. Apa rencana mereka dan berbagai macam hal lainnya.

Pintu kamar Chifuyu dibuka, Baji dan Mikey masuk sambil melambaikan tangan ‘hai’

“AWKWARD BGT AJGGG” batin Baji.

“Ini kenapa kita dipanggil....” tanya Mikey. Takemichi dan Chifuyu menatap Mitsuya.

“Eta Kak Taka hayang ngomong da, teuing ge,”

Mitsuya mengambil hape kedua adik kelasnya dan memperlihatkan pada Baji dan Mikey. “Cie yang habis nembak,”

Keempatnya tersipu malu. MALU BGT CUI KALO DIBAYANGIN MAH.

Baji menggaruk kepalanya, “iya..... Trus mau ngomong apa ya bang,”

“Buru buru banget sih, mau kemana?”

MAU KABUR ATUH

“Gini,” Mitsuya berdiri. Mengambil kertas dan bolpoin. “Coba deskripsiin OSIS menurut kalian berdua,”

Meski bingung mereka tetap menulis apa adanya. Sesuai perspektif yang mereka lihat sehari hari, sifatnya, aturannya dan berbagai macam.

“Kalian pernah ada pikiran mau masuk OSIS ga?” tanya Mitsuya lagi.

Mereka sontak menggeleng. Kegiatan mereka dulu sebelum setengah tobat ialah tawuran, melanggar aturan. Ga mungkin OSIS kaya gitu, ‘kan?

Mitsuya tersenyum. Memberi kode.

Chifuyu berdehem, “Mik, kalo lo jadi ketos dan Baji juga berhasil jadi wakil lo, kami terima,” keputusan sulit.

Takemichi melirik sahabatnya, kurang setuju, “Puy lo yakin ntar sekolah kita dipimpin sama siswa yang sering keluar masuk ruang BK?”

Chifuyu mengangguk, “Lo juga harus yakin, ‘Chi. Ini demi kebaikan bersama,”

Mulut Mikey menganga. Baji melotot ga percaya.

“Apa.... Apa ga bisa jadi sekbid aja?” sahut Mikey ber-negosiasi.

Takemichi menggeleng. “Kalo ga sanggup gapapa ko—”

Baji tiba tiba melompat berdiri. “GUE BISAA KOK BISAAA, SANGGUP BANGET YA GAK MIK?”

“Hah? OHH IYAA GUE JUGA SIAPPP!”

Mitsuya bersorak. “LDK bakal diadain seminggu lagi, lo pada jangan lupa siapin mental sama visi misi,”

“Oiya anjing visi misi kita apaan, ‘Ji?”

“Kalo yang suka ngutang lebih dari tiga hari di kantin harus dihukum bersihin ruang kelas,” jawab Baji.

“Lo mau ngehukum diri lo sendiri....?”


Baji mengucek matanya, tangannya ia rentangkan ke atas. “Lah, baru jam tiga pagi? Ngapain gua bangun,” gumamnya.

Seingatnya ia terbangun saat ada suara yang memanggilnya. Tapi saat membuka mata, tidak ada siapapun

Ia turun dari kasur, berjalan ke arah pintu dan menggenggam knopnya hendak membuka namun tidak bisa. Mukanya tersungut sungut sebal, siapa yang dengan tega menguncinya.

“Mama? Baji kekunci, boleh tolong bukain ga? Baji hauss,” tidak ada yang menyahuti panggilannya. Pikirannya melayang ke arah yang lain—takut.

Jendelanya tiba tiba menimbulkan suara mengetuk. Ia sontak menoleh, melihat bayangan hitam. “Itu apaan.... MAJU SINI LO GUA MUNDUR”

Sesuai perkataannya, bayangan itu membuka jendela dan maju ke arah Baji. Ia langsung rapalkan semua doa yg ia tau, bahkan doa masuk kamar mandi juga ia ucapkan.

‘CUI ITU APAAN MALAH BENERAN MAJU' panik semakin menjadi.

Lampu kamarnya padam. “Bentar BENTAR JANGAN MAJU, GUA MAU AMBIL SENTER”

Bisa bisanya disaat itu masih negosiasi. Badannya ia rapatkan ke tembok, menguatkan insting dan merogoh handphone. Ia sorot sinar senter hp ke arah bayangan. Tak sengaja matanya melihat kaki dari bayangan itu.

“Lah lu setan macam apaan kok ga terbang?” tanya-nya. Rasa takut mulai berkurang.

Baru mau menyibak jubah hitam di depannya, pintu kamar Baji diketuk tiga kali. Wajahnya langsung sumringah. “Mama?”

Perhatiannya teralihkan, sebuah kain menutup kepalanya. Suara berat menyuruhnya diam, jangan berisik. Baji menurut.

Ia mendengar knop pintu diputar, satu orang masuk dan menggenggam tangannya.

“Kalo gua jalan, lu jalan,” kata orang yang baru masuk tadi.

“Suara lu cempreng bgt dh kaya yang penjual boraks,” sahut Baji memperkeruh keadaan.

Ia bisa rasakan bayangan hitam yang ada kakinya tadi menahan tawa geli. “Dibilang jangan berisik, buru maju,”

Baji maju, ini rumahnya, tentu ia hapal semua sudut ruangan. Hanya, kemana mereka akan membawanya pergi?

“Sekarang kita bakal turun tangga, kalo lu jatoh gua tiban pake lemari,” si suara cempreng memperingati.

Baji mengangguk, dia tau ada tangga menuju ke ruang bawah. “Mon maap izin nanya ini ngapain kita ke basement?”

“Ke isekai,”

“Hah? Rumah gua ada portal ke isekai?”

“Iya ntar gua kirim lu ke dimensi attack on titan alias plis diem dulu lima menit,”

“Galak bener,”

Setelah sampai di bawah, Baji diperintah untuk duduk. Tangan dan kakinya diikat ke kursi. Seseorang duduk di depannya. Baji meraba raba yang langsung ditepis.

“Mau dibuka ga penutup matanya?” tanya orang yang duduk di depannya.

‘Suaranya ga berat ga cempreng juga, berati di rumah gua ada tiga maling gitu?’ batinnya memprediksi.

“Mau, tapi lu kalo targetin rampok rumah tuh jangan disini anjir gaada barang berharga,”

“Dari muka lu juga bukan muka orang kaya lagian,” timpal si cempreng.

“Lu ngajak ribut apa gmn,”

Si kalem sebutan Baji untuk orang yang duduk—berdehem, mengakhiri pertikaian, “Baji, tetangga lu namanya siapa aja?”

“Yang mane lu mah ga spesifik,”

“....... Ganti pertanyaan, lu punya sahabat ga?”

“Punya lah! Cipuy, Michi, satu lagi siapa tu namanya kaya nama tikus,”

Dua orang menahan tawa, yang satu lagi menahan amarah. “Oh! Mikey, kenapa?” tambahnya saat sudah ingat.

“Menurut lu mereka berharga ga?”

“Pastinya, mereka doang yang selalu ada buat gua, mau gua sakit apa ngga pasti barengan, lu jangan macem macem,” jawab Baji.

Telinganya menangkap suara teriakan, terdengar kencang namun terasa jauh. Tapi ia familiar dengan siapa yang teriak.

“Hah..... LU APAIN MEREKA?” teriak Baji. Ia berontak dari kursinya namun tak bisa bangkit.

“Mau duit berapa lu sini gua kasi, asal lepasin mereka,”

“Serius?” tanya si suara berat.

“Gimana kalo lu mulai balikin semua manga yang lu pinjem,”

Baji mengangguk. “GUA MAU BALIKIN SUMPAH CUMA LUPA”

“Trus juga stop makan makanan yang baru mateng dari oven,”

Baji mengangguk lagi. “Tapi enak we..... Masi anget gitu,”

“DARI OVEN LANGSUNG YG ADA MAH PANAS ANJRT ANGET DARIMANA”

“Yatapi—”

Teriakannya semakin terdengar pilu. “IYA IYA GA LAGI GUA MAKAN DARI OVEN,”

“Terakhir, kalo minjem motor dari orang nyetirnya jangan kaya orang kesurupan ya?”

“HEEH DA HEEH APA AJA UDH BEBASIN MEREKA”

Ikatan tali dan penutup mata Baji dibuka. Menampilkan tiga orang yang katanya sahabatnya. Mata Baji berair, mau menangis memikirkan nasib sahabatnya yang ternyata malah ngajak salam dari binjai.

“INI IDENYA MIKEY BUKAN GUA” teriak Takemichi saat Baji mengejar mereka.

“INI TU SURPRISE BUAT ULTAH LU DH, MANA KUENYA PUY” balas Mikey masih berlari.

“gimana CARA GUA KE KULKAS NGAMBIL KUE DISAAT NYAWA GUA BAHAYA GINI”

Pada akhirnya mama Baji yang juga salah satu ‘anggota surprise-in Baji pake cara horror' melerai mereka. Menarik Baji ke pelukan. “Lucu banget kamu mau nangis gini,”

“Ya abisnya Baji gabisa bayangin kalo kehilangan mereka, ma,”

Ketiga pelaku tadi langsung merasa bersalah. Lain kali jangan gini lagi Batin mereka serempak.