Jihoon.
#MasBihun Part. 2
Hai?
Hmm, selamat sore. Hehe, ini Jihoon.
Enaknya gimana ya, gue-lo atau saya-kamu?
Hmm, tapi biasanya saya-kamu sih kalo ke keluarga. Kecuali kalo ke temen kampus biasanya gue-lo. Tapi berhubung kalian spesial, pake saya aja ya?
Saya Jihoon, anak tunggal dari pasangan Lee Seokmin dan Lee Jisoo, atau biasanya saya panggil papa-papi.
Saya suka belajar.
Makanya saya ambil mata kuliah tambahan lagi, psikologi forensik.
Sebenarnya, saya tidak masalah sih untuk ambil mata kuliah tambahan lagi. Lagipula umur saya masih terbilang muda?
Umur saya masih 21 tahun—tapi dikit lagi 22 tahun sih. Saya akselerasi 1 tahun pas masih sekolah. Jadi saya bisa sampai sekarang karena terlalu suka belajar. Hahaha.
Keseharian saya apa ya? Ya belajar sih, kalo lagi mumet aja paling main-main ke studio.
Oh ya, ngomong-ngomong soal studio. Saya punya studio mini untuk melepas penat saya. Biasanya saya buat lagu lalu di jual ke produser musik untuk uang jajan tambahan saya.
Tapi, berhubung saya masih harus menyelesaikan bab 2 skripsi. Saya jadi malas membuat lagu. Mungkin hanya mendengar musik, karaoke, atau mengerjakan skripsi saya di studio itu.
Jujur, hidup saya mungkin terlalu lancar.
Di mulai dari kedua orang tua.
Orang tua saya cenderung mengikuti perkataan anak jika itu baik. Apabila buruk, papa dan papi akan memberikan pemahaman yang baik untuk saya.
Papa, walaupun orangnya tegas namun beliau masih bisa bercanda. Kadang saya suka takut sih kalo papa sudah tegas seperti itu.
Mungkin karena didikan untuk menjadi Mualim I harus seperti itu? Ya, papa seorang Mualim I.
Dulu papa masih berani ambil pelayaran internasional. Tapi berhubung rekan setianya sudah pensiun, jadi beliau mengambil pelayaran domestik saja sampai sekarang.
Papa kalau bawa kapal tuh keren banget. Waktu itu saya pernah ikut papa dengan rekannya yang sedang berlayar.
Saya sedikit lupa, tapi waktu itu rekan ayah sedang istirahat sepertinya. Lalu, cuaca berubah secara drastis. Ketika ingin memberitahu kepada rekannya yang saat itu menjadi nahkoda.
Ternyata, kapal yang kami tumpangi terkena badai. Sehingga kapalnya sedikit oleng karena air laut yang masuk terlalu banyak.
Dengan tangkas papa memanggil ABK-nya untuk memberitahukan kondisi yang terjadi ke nahkoda. Selama nahkoda memberikan arahan kepada ABK-nya. Papa lah yang membawa kapalnya. Papa dengan serius mengikuti arahan rekannya itu. Memberikan manuver-manuver ringan agar kapal tetap stabil.
Saya ada disana saat itu bersama papi karena kamar kapal yang di dalam terkena cipratan air dari jendela. Selain itu, ABK papa juga menyuruh kami juga sih untuk ke ruangan papa. Jadi saya tau bagaimana kondisi saat itu seperti apa.
Mungkin ada kali ya, sekitar 10 menit saya di peluk papi agar tidak melihat hectic-nya saat itu. Padahal saya suka bagaimana papa menangani masalah pekerjaannya secara langsung.
Setelah keadaan telah stabil, papa langsung menghampiri kami dan segera memeluk kami.
“Kalian gapapa kan?” Ujarnya sambil memeriksa kami dengan muka galaknya.
Saya dengan spontan menjawab, “engga, papa keren. Mas bangga!” Dengan mengacungkan jempol menandakan jika saya benar-benar terkesan dengan beliau.
Papa dan papi hanya tertawa mendengar hal itu. Sambil mengusak gemas rambut saya.
Saya sedari kecil sudah dipanggil Mas sama papa, dan Aa sama papi. Tapi papi juga sering panggil Mas sih kalo sedang serius.
Oke, kembali lagi ke masa sekarang.
Kalau papi apa ya, hmm lembut banget. Saya selalu berharap kalau jodoh saya seperti papi. Baik, lembut, penyabar, dan penurut juga. Pokoknya, papi itu orang yang paling saya sayang setelah papa.
Papi sabar sekali, saya jadi iri dengan papa. Papi seorang psikolog klinis di salah satu instansi negeri. Karena hal itu juga, saya jadi memilih fakultas ini. Saya suka ketika papi sedang menganalisis kliennya.
Keren.
Intinya, saya sangat bahagia terlahir di keluarga ini. Saya tidak merasa tertekan ataupun terbebani.
Ah ya, mengenai saya. Saya orangnya cuek, kata orang galak tapi menurut saya sih biasa aja.
Hmm apalagi ya?
Oh, saya suka nasi dan cola, tidak suka kopi karena saya alergi caffeine. Aslinya saya penyabar juga atau terlalu baik, entahlah. Tapi kata wonu saya bodoh karena terlalu baik.
Menyebalkan.
Sebenarnya, wonu mengatakan itu tidak asal bicara saja sih.
Waktu kecil saya pernah bermain dengan sepupu saya, seungkwan dan wonwoo di taman bermain kompleks perumahan mereka.
Saat sedang bermain, ada seorang anak laki-laki yang sangat menyebalkan bermata sipit mengambil balok saya.
Ketika saya meminta balok itu, saya malah terkena hantaman balok itu dan mengakibatkan pelipis saya terluka kemudian berdarah. Seungkwan yang melihat hal itu langsung menangis dan memeluk saya.
Wonu yang tidak terima kalau saya terluka, akhirnya mendorong anak itu dan memarahinya. Namun melihat anak itu ketakutan, saya jadi tak tega melihatnya dimarahi.
Akhirnya setelah saya menenangkan seungkwan. Saya menghampirinya dan membantunya berdiri. Namun ketika ingin bertanya, ia malah berlari sekuat tenaga sambil menangis.
Saya hanya diam mematung dan kemudian ditarik oleh wonu untuk diobati.
Lalu selanjutnya? Saya dimarahi wonu dong, karena kenapa harus membantunya? dengan segala rentetan omelannya, dan membuat saya menghela napas jengah.
Hmm, apalagi ya, kata orang sih saya jutek dan have a good manner?
Gatau sih tapi saya hanya menerapkan apa yang telah diajarkan kedua orang tua saya. Jadi yaa, gitu..
Oh terakhir, saya suka gym hehe. Saya juga black belter taekwondo sih, mungkin gara-gara itu jadi banyak yang suka saya?
Ini masih kata orang kok, saya juga gatau.
Segini dulu pengenalan saya, semoga kalian ga kabur ya kalau liat saya.
Hehe, sampai jumpa! :)