Athena's
“I swear, I promise. I'll give you everything Even the echoes of my deep heart.“ —Anyone, SEVENTEEN—
TW// Harsh Words TW// Violence and Blood
Soonyoung yang pada dasarnya tidak bisa diam, lantas segera bangkit dan duduk di pinggir kasurnya. Ia sempat melirik jam analog di nakas tempat tidurnya. Ponselnya berdering menandakan panggilan masuk.
“Halo?” Soonyoung yang merasa tidak ada jawaban pun segera memanggil kembali.
“Halo, siapa di sana?”
“Capt! Kau dengar aku?!“
“Ya, aku dengar. Ada apa?” Sahut Soonyoung bingung dan segera berdiri.
Walaupun dengan tubuh yang sedikit oleng akibat belum terlalu sembuh, Soonyoung tetap bergegas kearah lemarinya untuk mengganti pakaiannya.
Ia tahu, ada yang tidak beres.
“Capt! Aku harap kau tidak kemana-mana, kau bersama kakakku, 'kan?” Tanya DK dengan napas yang memburu.
Soonyoung yang mendengar itu pun segera keluar untuk ke kamar Jihoon, memastikan jika kakak dari rekannya masih ada di kamarnya.
“Aku sudah didepan kamarnya, mau ku panggil 'kan?” Jawab Soonyoung.
“Bolehkah, aku meminta kau menjaga kakak-ku selalu, hyung?” Pinta Seokmin.
Soonyoung yang mendengar itu pun mengerenyit heran, bingung akan permohonan Seokmin.
Kenapa anak ini?, pikir Soonyoung.
“Ya, tentu saja. Ada apa?”
“Aku sudah memerintahkan Dal beserta anak buahnya untuk menemani kalian berdua. Mungkin tidak beberapa lama lagi, ia akan datang.“
Tepat Seokmin mengatakan hal tersebut, bunyi bel pintu kamarnya langsung terdengar dengan cepat dan abstrak. Menandakan orang yang di luar sana sedang dikejar waktu.
Bunyi bel yang semakin cepat dan gaduh, membuat Jihoon yang berada di kamarnya pun keluar. Dirinya sempat terkejut melihat tubuh tegap Soonyoung tepat berada di depannya.
“Kenapa kau di sini? Apa kau sudah sembuh?” Tanya Jihoon heran melihat wajah pias Soonyoung.
“Aku akan membukanya,” ujar Jihoon yang akan membuka pintu, namun tertahan oleh genggaman erat Soonyoung serta gelengan kepala.
“Jangan. Jangan di buka.” Larang Soonyoung dengan suara dinginnya dan cengkeraman erat dipergelangan tangan Jihoon.
“Kenapa?” Tanya Jihoon heran dan meringisi akibat cengkraman Soonyoung.
“Masuklah ke kamar, aku saja yang buka. Jangan menampakkan dirimu.” Ujar Soonyoung tegas dan menatap dalam mata Jihoon. Mengeluarkan aura Alpha-nya yang tidak terbantahkan.
“Siapa?” Cicit Jihoon karena merasa sakit di pergelangan tangannya akibat cengkraman Soonyoung yang semakin kuat.
Soonyoung tak menjawab, ia segera menarik tangan Jihoon untuk masuk ke kamar dan mendudukan tepat di pinggir kasur miliknya.
“Ingat pesanku, Jihoon. Jangan muncul dan tutupi harum tubuhmu. Tutup seluruh sela-sela yang ada di kamarku.”
Jihoon yang mendengar itu pun segera menganggukkan kepalanya pelan.
“Ini remote control seluruh ruanganku. Gunakanlah dengan baik, oke? Control seluruh CCTV yang ada di seluruh ruangan-ku. Jangan lengah. Sambungkan seluruh CCTV-ku ke server yang Devil buat. Kau paham, Lee Jihoon? Kau mengerti cara menggunakannya, 'kan?” Jelas Soonyoung cepat dan segera memberikan alat-alat yang Jihoon butuhkan tepat di hadapan lelaki mungil itu.
“Paham tidak, Lee Jihoon?” Ulang Soonyoung dengan kedua netranya menatap tajam Jihoon.
“M-mengerti.. t-tapi.. k-kamu mau kemana..?”
“Ikuti saja perintahku, oke?” Ujar Soonyoung seraya mengecup dahi Jihoon dengan lembut.
“Setelah aku keluar dari kamar ini, segera tutup akses kamarku. Jangan biarkan kamarku terlihat, ya? Jaga dirimu baik-baik.” Ucap Soonyoung dan bergegas meraih senapannya dan beberapa peluru di sakunya.
Jihoon yang mendengar titah itu pun langsung mengerjakan tugasnya. Bagaimanapun ia harus tetap profesional.
“Soonyoung,” panggil Jihoon setelah melihat Soonyoung akan meninggalkan dirinya sendiri.
“Hm?”
“Hati-hati.”
Soonyoung yang mendengar itu pun langsung tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
“Kau juga. Fokus Jihoon.” Ujar Soonyoung dan segera keluar dari kamarnya.
Jihoon yang melihat Soonyoung sudah keluar pun, langsung menekan tombol 'invisible' agar kamar Soonyoung tak terlihat dari luar.
Kalian masih ingatkan, jika sambungan teleponnya dengan Seokmin tidak terputus? Iya, sampai sekarang.
Soonyoung sengaja tetap menyambungkan telponnya agar mudah di lacak dan mengetahui situasi yang sebenarnya.
Soonyoung tidak bodoh, ia tahu akan ada situasi seperti ini. Namun ia tidak pernah berpikir jika di situasi seperti ini ia bersama Mate-nya.
Soonyoung segera membukakan pintunya dan segera di hadapkan dengan 3 orang suruhan White Tiger.
“Ada apa?” Tanya Soonyoung tenang.
“Permisi, Capt. Kami kesini ingin menjenguk.” Ujar salah satunya.
“Bisakah kau sopan sedikit? Haruskah kalian memencet bel dengan brutal?” Tanya Soonyoung dingin.
“M-maaf, Capt.. kami minta maaf.” Ucap salah satunya dan segera menundukkan kepalanya—takut.
“Masuklah. Jangan kalian ulangi lagi.” Ujar Soonyoung seraya menyingkirkan dirinya dari daun pintu kamarnya.
Soonyoung melihat dengan saksama gelagat dari ketiga orang tersebut.
Mulai dari lirikan matanya, gerak-gerik sebelum mereka duduk dan gerakan kepalanya yang menelisik seluruh ruangan Soonyoung.
Soonyoung memperhatikan mereka seraya membuat minuman untuk tamunya tersebut.
“Maaf aku hanya mempunyai ini. Silakan di minum.”
Ketiga orang tersebut langsung mematung seraya melihat gerakan Soonyoung menyimpan setiap gelas tersebut dihadapan mereka.
“Tidak masalah, Capt.” Sahut salah satunya.
Soonyoung hanya menganggukkan kepalanya seraya duduk dihadapan mereka.
“Amatir sekali mereka, tidak mungkin White Tiger mengirim mereka tanpa alasan.” Cuit Soonyoung dalam hati.
“Pasti ada yang mereka tanam.” Tambahnya seraya menelisik seluruh gerakan tubuh termasuk pakaian yang mereka gunakan.
“Ah, hahah ceroboh sekali.” Pikir Soonyoung setelah melihat recorder berbentuk pulpen tepat di saku mereka.
Soonyoung segera memecahkan keheningan mereka dengan dehaman yang mengagetkan ketiganya.
“Cari siapa?” Tembak Soonyoung pada salah satu dari mereka— sebut saja Deus —yang sedari tidak bisa diam.
Deus yang dipanggil pun langsung membeku dan menjawab seadanya.
“Apakah ada omega disini?”
Mendengar hal itupun Soonyoung segera mengerenyit heran, “kenapa?” Tanyanya seraya mempersiapkan apa yang akan terjadi setelahnya.
“Aku mencium bau omega di ruangan ini. Aku tidak menyangka kau seperti ini, Capt.” Jawabnya seraya menatap remeh Soonyoung.
“Dimana partner-mu? Tidak menjengukmu?”
“Bukan urusanmu. Apa yang membawamu ke sini?”
“Aku hanya menjenguk saja, Capt. Sekaligus ingin menyampaikan pesan dari atasanku.”
“Apa?” Tanya Soonyoung dingin.
“Kau sudah tau kan apa yang terjadi oleh orangtua-mu?” Tanyanya seraya menatap Soonyoung tepat di kedua netranya.
“Pembantaian yang disengaja karena kakak-mu.” Lanjutnya seraya memandang remeh Soonyoung yang sudah menahan amarahnya.
“Tutup mulutmu!” Sentak Soonyoung.
“Tidak bisa tuan Kwon Soonyoung yang terhormat, aku belum selesai berbicara.” Sahutnya seraya tertawa remeh.
“Kakak-mu yang tidak ingin menerima permintaan kakek-nya dan om-nya,” lanjutnya.
“Kakak-mu yang tidak ingin mengikuti arahan para tetua,” tambah Deus seraya bangkit dari duduknya dan menghampiri Soonyoung yang tepat dihadapannya.
“—dan kedua orangtuamu yang membantunya untuk meloloskan diri! Apa kau tidak tau akan hal itu, Kwon Soonyoung?!” Teriaknya di depan wajah Soonyoung yang sudah sekeras batu.
“Tutup mulut busukmu sebelum aku yang membungkamnya.” Ujar Soonyoung dingin.
“Ohoho, aku tidak takut, Kwon.” Jedanya
“—Oh ralat, Kwon Soonyoung cucu dari Kwon Amadeus alias kakekku juga. Bukan begitu, Kwon Soonyoung wahai kakak sepupu-ku?” Tanyanya seraya kembali duduk dihadapan Soonyoung dan memerintahkan kedua anak buahnya untuk memberikan kertas perjanjian dengan seringaian meremehkan.
Jihoon yang melihat kejadian ini dari kamar Soonyoung pun terkejut. Ia tidak mengetahui jika keluarga Soonyoung lah yang di bantai secara masal.
“Tandatangani perjanjian ini, Kwon. Akan Aku pastikan seluruh pasukanmu aman dan Mate-mu juga aman setelah kau menyetujui isi perjanjian ini.” Tambahnya seraya menyilangkan kakinya.
Soonyoung yang melihat hal tersebut langsung memberikan tatapan mematikan— yang membuat 2 anak buah Deus terkapar mengeluarkan darah di hidungnya dan kedua telinga mereka.
“Keluar, atau aku pastikan kau mati ditempat ini.” Ujar Soonyoung dingin dan masih bergeming di bangkunya.
“A-apa y-yang k-kau lakukan, bedebah?!” Sendat Deus seraya memegang dadanya— tepat di jantungnya.
“Capt?” Sahut seseorang di belakang Soonyoungyang entah kapan mereka telah masuk.
“Bawa mereka. Tempatkan di tempat yang sama seperti yang sebelumnya.” Titah Soonyoung pada Jun yang tentunya Seokmin dan Jihoon masih mendengarnya.
“Sialan kau, Kwon Soonyoung! Akan aku pastikan kau dan seluruh pengikutmu tidak akan selamat! Termasuk Mate-mu, Lee Jihoon!” Teriak Deus sebelum ia ditarik paksa oleh beberapa anak buah Dal.
Jihoon yang mendengar itu pun langsung memegang dadanya dan meremasnya. Pergelangan tangannya panas, Jihoon segera memegang pergelangan tangan kirinya.
Ia meringis dan sedikit terkejut melihat gambar setangkai bunga matahari yang muncul samar namun menyakitkan.
Jihoon segera melihat monitor CCTV Soonyoung, ia melihat Jun yang menepuk pelan pundak Soonyoung.
“Tenang, Capt, semua akan baik-baik saja. Percaya padaku.” Ujar Dal seraya menepuk bahu Soonyoung pelan untuk menyalurkan semangat untuk Soonyoung.
Jihoon masih mendengar ucapan Jun, namun tidak setelahnya. Ia cukup panik melihat bibir Soonyoung yang mengatakan sesuatu tetapi ia tidak dapat mendengarnya.
Di luar sana, Soonyoung yang mendengar ucapan Jun pun hanya tersenyum tipis seraya mengambil ponselnya dan mematikan seluruh sistem suara pada ruangan kamar rawatnya. Ia sengaja agar Jihoon tidak dapat mendengar ucapan pertolongannya pada Jun.
“Dal, aku ingin meminta pertolongan dan permohonan padamu.” Ucap Soonyoung lirih seraya melihat ke layar ponselnya yang masih menyala.
“Apa?”
“Tolong jaga seluruh pasukan kita, semua. Tanpa terkecuali. Minta pertolongan pada pihak yang memihak kita. Sekaligus perketat keamanan untuk Mate-ku, oke?” Pintanya seraya memberikan tatapan memohon yang tidak pernah Soonyoung tampilkan di depan orang lain.
“Jangan pedulikan aku. Fokuskan pada Mate-ku dan pengikutku yang telah membantu aku selama ini. Jaga dirimu juga. Aku akan menghadapi mereka sendiri besok.” Jelas Soonyoung seraya melanjutkan kalimatnya yang ingin segera dipotong oleh Jun.
“Tidak, ini urusanku, Dal. Mereka hanya menginginkan-ku. Sudah cukup mereka menyakiti orang lain dan membawa orang-orang yang tidak bersalah ke dalam permasalahanku.” Lanjut Soonyoung.
“Tapi, Capt, kau tidak bisa sendiri! Aku akan menjagamu! Aku akan selalu ikut denganmu!” Sela Jun dengan sedikit bentakan.
“Terlalu beresiko jika kau sendirian, Capt..” tambahnya.
“Sudah cukup aku kehilangan orang-orang kepercayaanku. Aku tidak ingin kejadian keluargamu terulang lagi.” Lirih Jun dengan perasaan yang masih tertinggal pada peristiwa beberapa tahun silam.
Soonyoung melihat itu pun hanya menghela napasnya berat. Ia juga tidak mau kejadian itu terulang kembali. Ia harus memikirkan dengan matang untuk menyelesaikan kasus ini.
“Baiklah,” putus Soonyoung.
“Kau boleh ikut terjun ke lapangan besok. Pastikan Seokmin dan Jihoon tidak ada di lapangan. Hanya kita berdua saja. Terlalu beresiko untuk mereka di lapangan. Mereka kelemahanku, Jun.. Kau tau 'kan?” Ucap Soonyoung dengan tatapan memohonnya.
“Baiklah, akan aku pastikan mereka tidak terjun ke lapangan. Mereka hanya tau garis besarnya saja dan hanya di belakang layar.”
“Terima kasih, Jun. Aku mempercayaimu. Datanglah ke kamarku, ada dia di sana. Aku keluar dulu.” Ujar Soonyoung seraya bangkit dari duduknya dan mematikan seluruh sistem yang ada di ruangannya agar Jun bisa mengakses kamarnya.
“Kau mau kemana?” Tanya Jun waspada.
“Ke taman rumah sakit ini, aku ingin menghirup aroma segar rerumputan.” Sahut Soonyoung yang sudah diambang pintu dan memakai sendal rumahannya.
“Baiklah, hati-hati.”
“Ya, kau juga. Ingat pesanku. Aku pergi dulu.” Ujar Soonyoung dan segera keluar setelah melihat Jihoon dengan wajah panik keluar dari kamarnya.
“Soonyoung mau kemana?!” Teriak Jihoon seraya menghampiri Jun dengan tergesa-gesa.
“Ke taman. Sudahlah, buatkan aku ramen. Aku lapar sekali.” Ujar Jun seraya mendorong pelan bahu Jihoon ke arah dapur.
—To be Continued—
Cie yang banyak momen gemes👻