soracaramel

athenachapter

Athena's


Sweet Escape

#Athenachapter 8


Jihoon menghela napasnya lelah. Ia sudah menyelesaikan seluruh rekapannya. Berterimakasih lah pada adiknya yang membantu dalam tugas kali ini.

Jihoon melihat jam digital yang tak jauh darinya.

Sudah jam 3 ternyata, pikirnya seraya melirik kedua rekannya yang masih berkutat dengan tugasnya.

“Sudah, istirahat dulu. Sudah jam 3, kita perlu istirahat.” Ujar Jihoon seraya merapihkan berkas-berkas yang tercecer.

“Hah? Tidak terasa sudah jam segini. Pantas saja mataku sudah tidak bisa diajak kompromi.” Ujar Seokmin kaget, dan kemudian merapihkan dengan cepat seluruh tugasnya.

“Hahh, benar. Aku sudah lelah juga, mari kita lanjutkan besok malam. Terima kasih semuanya.” Sahut Jun lelah seraya berdiri dan berlalu ke arah salah satu kamar yang tersedia.

“Seok, kau ke kamar duluan saja. Aku mau memanggil Capt terlebih dahulu.” Ujar Jihoon.

“Hmm, baiklah kak. Aku duluan ya, bye..” sahut Seokmin dan segera berlalu ke kamar pilihannya.

Setelah memastikan ruangan yang mereka bersih dan rapih. Jihoon segera menghampiri ruangan yang sudah beberapa jam lalu tidak menampakkan pemiliknya.

Menekan interkom yang berada disamping pintu dan segera bertanya,

“Soonyoung, kau sudah tidur?”

Lama tak ada jawaban, Jihoon berpikir—mungkin sudah tidur— sehingga memutuskan untuk tidak bertanya lagi dan segera pergi untuk beristirahat. Namun belum sempat ia melangkahkan kakinya, ia mendengar pintu di depannya terbuka.

“Kenapa?”

“Eh? Aku kira kau sudah tidur. Aku hanya memastikan kau saja..”

“Kamu sudah minum obat?” Lanjut Jihoon.

“Hm? Belum. Aku lupa.”

“Haish! Tunggu sebentar. Istirahat lah, aku akan kembali lagi.” Ujar Jihoon seraya berlari ke arah mini bar dan segera menuangkan air pada gelas.

Jihoon menggerutu kecil,

“Aishh, bodoh. Tadi kan suster datang untuk membawakan obatnya. Bisa-bisanya aku lupa karena sibuk merapihkan tugas itu.”

“Aish, ini gimana cara menggunakannya..”

Semua kegiatan yang dikerjakan Jihoon tak luput dari pengamatan Soonyoung yang sedari tadi masih diambang pintu. Soonyoung segera melangkahkan kakinya ketika melihat Jihoon kesulitan menggunakan alat dapurnya.

“Hey, tenanglah. Aku hanya lupa meminum obat.” Ujar Soonyoung seraya membantu Jihoon.

“Gimana bisa tenang? Aku lupa tidak memberimu obat.” Sahut Jihoon yang masih sibuk entah ingin membuat apa.

“Kamu mau buat apa?”

“Bubur. Di keterangan obatnya tertulis Obat Sebelum Makan. Duduklah, minum air putihnya dulu. Aku yakin kamu tidak minum air putih didalam sana.” Ujar Jihoon seraya mengaduk bubur yang sedang dibuatnya.

Mendengar hal itu, Soonyoung tidak bisa membantah dan segera melakukan suruhan Jihoon. Jujur saja, ia sangat lelah. Sungguh, Misi ini sangat menguras energinya.

Meminum air hangatnya secara perlahan seraya memikirkan apa yang harus dilakukan pagi hari ini.

Apa aku harus bertemu anak buahnya? Masih belum di eksekusikan?, pikirnya.

Lamunannya terputus ketika mendengar dentingan mangkuk yang berisi bubur tepat dihadapannya.

“Memikirkan apa?” Tanya Jihoon seraya mengambil gelas yang terisi setengah untuk diisikannya kembali.

“Sepertinya besok aku akan datang ke kantor utama. Aku ingin mewawancarai pelaku yang sudah tertangkap.”

“Kau kan belum sembuh?” Sergah Jihoon cepat seraya menyimpan gelas yang sudah terisi penuh dan duduk tepat di depan Soonyoung.

“Kalau menunggu aku sembuh, kasus ini akan lama diselesaikannya. Lagi pula, aku sudah sehat kok.” Ujar Soonyoung seraya menyuapkan buburnya.

“Aku ikut kalau gitu.” Ucap Jihoon cepat.

“Aku juga profiler kalo kau lupa.” Lanjut Jihoon.

“Hahh, yasudah besok jam 10 kita akan berangkat.” Ucap Soonyoung mengalah.

Hening cukup lama dirasakan oleh kedua insan ini langsung terpecahkan oleh pertanyaan Soonyoung yang Jihoon sendiri pun lupa.

Heat kamu kapan?”

“Hah? Entah.. aku juga lupa..”

“Bagaimana bisa kamu lupa?” Ujar Soonyoung santai seraya menyuapkan kembali bubur yang tersisa.

“Aku terlalu sibuk memikirkan kasus ini. Nanti saja aku cek. Ponselku sudah di kamar.” Ujar Jihoon cuek.

“Tidak ada tanda-tanda memangnya?” Tanya Soonyoung aneh.

“Entah, aku terlalu sibuk.” Ujar Jihoon seraya mengangkat bahunya cuek.

“Jangan lupakan siklusnya. Bahaya jika tidak terhitung dengan benar. Bawa selalu pil-mu, jangan lupa.” Ujar Soonyoung seraya bangkit dari duduknya dan membersihkan peralatan makannya.

“Iya iya, sudah tinggalkan saja. Biar besok aku bersihkan. Sini minum obatmu.” Ujar Jihoon seraya menyiapkan obat-obatan yang harus Soonyoung minum.

“Tanggung,”

“Keras kepala.” Decih Jihoon kecil yang tentu saja terdengar oleh Soonyoung.

“Aku bisa mendengarnya.” Sahut Soonyoung ketika sudah mengeringkan tangannya pada handuk kecil.

“Bagaimana kau bisa?!” Ujar Jihoon kaget.

“Entah, aku juga tak tau.” Jawab Soonyoung seraya menghampiri Jihoon dan duduk pada meja tepat disamping Jihoon.

“Nih,” Ujar Jihoon seraya memberikan butiran obat ke tangan kiri Soonyoung seraya mendongakkan kepalanya menatap sang Alpha.

“Terima kasih.” Ujar Soonyoung dan segera menenggak obatnya.

Jihoon hanya memperhatikan Soonyoung yang sedang meminum air pada gelasnya.

Merasa diperhatikan, Soonyoung pun melirik Jihoon dengan tatapan bertanya.

Jihoon hanya menggeleng kecil sebagai jawaban dari tatapan Soonyoung.

“Tidurlah, sudah pukul 4 pagi. Kamu pasti lelah.” Ujar Soonyoung dengan meletakkan gelasnya pada meja seraya mengelus lembut surai Jihoon.

“Kamu juga tidur..”

“Iya, mari kita tidur.” Ujar Soonyoung seraya bangkit dari duduknya dan merangkul Jihoon.

“Aku tidur bersama Seokmin.” Ujar Jihoon pelan.

“Hm? Baiklah, ayo aku antar.”

“Tak perlu, aku yang harus mengantarmu sampai kasur agar aku tau kalau kamu benar-benar tertidur.”

“Aishh, memangnya ada yang bohongan?” Tanya Soonyoung heran.

“Ada, Seokmin selalu melakukan itu jika ia sedang bermain game.”

“Lucu sekali kamu ini.” Jawab Soonyoung dengan mengusak kepala sang Omega.

Jihoon yang mendapat perlakuan itu hanya bisa menunduk malu, dan tanpa sadar menguarkan harum manisnya.

“Oh? Ada yang malu-malu.” Ledek Soonyoung seraya terkekeh dan mengeratkan rangkulannya.

“Aishh, diamlah! Cepat! Aku mengantuk.” Ujar Jihoon seraya menarik tangan Soonyoung agar cepat sampai kamar sang Alpha.

“Cepat tidurlah. Besok kita harus tetap fokus.” Ujar Jihoon setelah sampai pada kamar Soonyoung seraya membantu sang Alpha untuk berbaring dan menyelimutinya.

“Hm, kamu juga tidurlah. Aku sudah mengantuk.” Ucap Soonyoung yang terlena oleh usapan lembut yang diberikan Jihoon.

“Oke~ selamat malam, Soonyoung.” Ucap Jihoon seraya merapihkan surai Soonyoung dan segera berlalu ke kamarnya.

“Hm, malam Jihoon.” Bisik Soonyoung.

Mendengar bisikan Soonyoung, pipi Jihoon bersemu merah dan segera berlari kearah kamarnya dengan pekikan gemas dari dalam hatinya.

Akkkk, lucu sekali sihh. Pipinya gemass!!

Aku ingin mencubitnya huhuhu..

Hingga melupakan hal yang sangat penting bagi dirinya..

To Be Continued

Athena's


Sweet Escape

#Athenachapter 8


Jihoon menghela napasnya lelah. Ia sudah menyelesaikan seluruh rekapannya. Berterimakasih lah pada adiknya yang membantu dalam tugas kali ini.

Jihoon melihat jam digital yang tak jauh darinya.

Sudah jam 3 ternyata, pikirnya seraya melirik kedua rekannya yang masih berkutat dengan tugasnya.

“Sudah, istirahat dulu. Sudah jam 3, kita perlu istirahat.” Ujar Jihoon seraya merapihkan berkas-berkas yang tercecer.

“Hah? Tidak terasa sudah jam segini. Pantas saja mataku sudah tidak bisa diajak kompromi.” Ujar Seokmin kaget, dan kemudian merapihkan dengan cepat seluruh tugasnya.

“Hahh, benar. Aku sudah lelah juga, mari kita lanjutkan besok malam. Terima kasih semuanya.” Sahut Jun lelah seraya berdiri dan berlalu ke arah salah satu kamar yang tersedia.

“Seok, kau ke kamar duluan saja. Aku mau memanggil Capt terlebih dahulu.” Ujar Jihoon.

“Hmm, baiklah kak. Aku duluan ya, bye..” sahut Seokmin dan segera berlalu ke kamar pilihannya.

Setelah memastikan ruangan yang mereka bersih dan rapih. Jihoon segera menghampiri ruangan yang sudah beberapa jam lalu tidak menampakkan pemiliknya.

Menekan interkom yang berada disamping pintu dan segera bertanya,

“Soonyoung, kau sudah tidur?”

Lama tak ada jawaban, Jihoon berpikir—mungkin sudah tidur— sehingga memutuskan untuk tidak bertanya lagi dan segera pergi untuk beristirahat. Namun belum sempat ia melangkahkan kakinya, ia mendengar pintu di depannya terbuka.

“Kenapa?”

“Eh? Aku kira kau sudah tidur. Aku hanya memastikan kau saja..”

“Kamu sudah minum obat?” Lanjut Jihoon.

“Hm? Belum. Aku lupa.”

“Haish! Tunggu sebentar. Istirahat lah, aku akan kembali lagi.” Ujar Jihoon seraya berlari ke arah mini bar dan segera menuangkan air pada gelas.

Jihoon menggerutu kecil,

“Aishh, bodoh. Tadi kan suster datang untuk membawakan obatnya. Bisa-bisanya aku lupa karena sibuk merapihkan tugas itu.”

“Aish, ini gimana cara menggunakannya..”

Semua kegiatan yang dikerjakan Jihoon tak luput dari pengamatan Soonyoung yang sedari tadi masih diambang pintu. Soonyoung segera melangkahkan kakinya ketika melihat Jihoon kesulitan menggunakan alat dapurnya.

“Hey, tenanglah. Aku hanya lupa meminum obat.” Ujar Soonyoung seraya membantu Jihoon.

“Gimana bisa tenang? Aku lupa tidak memberimu obat.” Sahut Jihoon yang masih sibuk entah ingin membuat apa.

“Kamu mau buat apa?”

“Bubur. Di keterangan obatnya tertulis Obat Sebelum Makan. Duduklah, minum air putihnya dulu. Aku yakin kamu tidak minum air putih didalam sana.” Ujar Jihoon seraya mengaduk bubur yang sedang dibuatnya.

Mendengar hal itu, Soonyoung tidak bisa membantah dan segera melakukan suruhan Jihoon. Jujur saja, ia sangat lelah. Sungguh, Misi ini sangat menguras energinya.

Meminum air hangatnya secara perlahan seraya memikirkan apa yang harus dilakukan pagi hari ini.

Apa aku harus bertemu anak buahnya? Masih belum di eksekusikan?, pikirnya.

Lamunannya terputus ketika mendengar dentingan mangkuk yang berisi bubur tepat dihadapannya.

“Memikirkan apa?” Tanya Jihoon seraya mengambil gelas yang terisi setengah untuk diisikannya kembali.

“Sepertinya besok aku akan datang ke kantor utama. Aku ingin mewawancarai pelaku yang sudah tertangkap.”

“Kau kan belum sembuh?” Sergah Jihoon cepat seraya menyimpan gelas yang sudah terisi penuh dan duduk tepat di depan Soonyoung.

“Kalau menunggu aku sembuh, kasus ini akan lama diselesaikannya. Lagi pula, aku sudah sehat kok.” Ujar Soonyoung seraya menyuapkan buburnya.

“Aku ikut kalau gitu.” Ucap Jihoon cepat.

“Aku juga profiler kalo kau lupa.” Lanjut Jihoon.

“Hahh, yasudah besok jam 10 kita akan berangkat.” Ucap Soonyoung mengalah.

Hening cukup lama dirasakan oleh kedua insan ini langsung terpecahkan oleh pertanyaan Soonyoung yang Jihoon sendiri pun lupa.

Heat kamu kapan?”

“Hah? Entah.. aku juga lupa..”

“Bagaimana bisa kamu lupa?” Ujar Soonyoung santai seraya menyuapkan kembali bubur yang tersisa.

“Aku terlalu sibuk memikirkan kasus ini. Nanti saja aku cek. Ponselku sudah di kamar.” Ujar Jihoon cuek.

“Tidak ada tanda-tanda memangnya?” Tanya Soonyoung aneh.

“Entah, aku terlalu sibuk.” Ujar Jihoon seraya mengangkat bahunya cuek.

“Jangan lupakan siklusnya. Bahaya jika tidak terhitung dengan benar. Bawa selalu pil-mu, jangan lupa.” Ujar Soonyoung seraya bangkit dari duduknya dan membersihkan peralatan makannya.

“Iya iya, sudah tinggalkan saja. Biar besok aku bersihkan. Sini minum obatmu.” Ujar Jihoon seraya menyiapkan obat-obatan yang harus Soonyoung minum.

“Tanggung,”

“Keras kepala.” Decih Jihoon kecil yang tentu saja terdengar oleh Soonyoung.

“Aku bisa mendengarnya.” Sahut Soonyoung ketika sudah mengeringkan tangannya pada handuk kecil.

“Bagaimana kau bisa?!” Ujar Jihoon kaget.

“Entah, aku juga tak tau.” Jawab Soonyoung seraya menghampiri Jihoon dan duduk pada meja tepat disamping Jihoon.

“Nih,” Ujar Jihoon seraya memberikan butiran obat ke tangan kiri Soonyoung seraya mendongakkan kepalanya menatap sang Alpha.

“Terima kasih.” Ujar Soonyoung dan segera menenggak obatnya.

Jihoon hanya memperhatikan Soonyoung yang sedang meminum air pada gelasnya.

Merasa diperhatikan, Soonyoung pun melirik Jihoon dengan tatapan bertanya.

Jihoon hanya menggeleng kecil sebagai jawaban dari tatapan Soonyoung.

“Tidurlah, sudah pukul 4 pagi. Kamu pasti lelah.” Ujar Soonyoung dengan meletakkan gelasnya pada meja seraya mengelus lembut surai Jihoon.

“Kamu juga tidur..”

“Iya, mari kita tidur.” Ujar Soonyoung seraya bangkit dari duduknya dan merangkul Jihoon.

“Aku tidur bersama Seokmin.” Ujar Jihoon pelan.

“Hm? Baiklah, ayo aku antar.”

“Tak perlu, aku yang harus mengantarmu sampai kasur agar aku tau kalau kamu benar-benar tertidur.”

“Aishh, memangnya ada yang bohongan?” Tanya Soonyoung heran.

“Ada, Seokmin selalu melakukan itu jika ia sedang bermain game.”

“Lucu sekali kamu ini.” Jawab Soonyoung dengan mengusak kepala sang Omega.

Jihoon yang mendapat perlakuan itu hanya bisa menunduk malu, dan tanpa sadar menguarkan harum manisnya.

“Oh? Ada yang malu-malu.” Ledek Soonyoung seraya terkekeh dan mengeratkan rangkulannya.

“Aishh, diamlah! Cepat! Aku mengantuk.” Ujar Jihoon seraya menarik tangan Soonyoung agar cepat sampai kamar sang Alpha.

“Cepat tidurlah. Besok kita harus tetap fokus.” Ujar Jihoon setelah sampai pada kamar Soonyoung seraya membantu sang Alpha untuk berbaring dan menyelimutinya.

“Hm, kamu juga tidurlah. Aku sudah mengantuk.” Ucap Soonyoung yang terlena oleh usapan lembut yang diberikan Jihoon.

“Oke~ selamat malam, Soonyoung.” Ucap Jihoon seraya merapihkan surai Soonyoung dan segera berlalu ke kamarnya.

“Hm, malam Jihoon.” Bisik Soonyoung.

Mendengar bisikan Soonyoung, pipi Jihoon bersemu merah dan segera berlari kearah kamarnya dengan pekikan gemas dari dalam hatinya.

Akkkk, lucu sekali sihh. Pipinya gemass!!

Aku ingin mencubitnya huhuhu..

Hingga melupakan hal yang sangat penting bagi dirinya..


To Be Continued

Athena's


Sweet Escape

#Athenachapter 8


Jihoon menghela napasnya lelah. Ia sudah menyelesaikan seluruh rekapannya. Berterimakasih lah pada adiknya yang membantu dalam tugas kali ini.

Jihoon melihat jam digital yang tak jauh darinya.

Sudah jam 3 ternyata, pikirnya seraya melirik kedua rekannya yang masih berkutat dengan tugasnya.

“Sudah, istirahat dulu. Sudah jam 3, kita perlu istirahat.” Ujar Jihoon seraya merapihkan berkas-berkas yang tercecer.

“Hah? Tidak terasa sudah jam segini. Pantas saja mataku sudah tidak bisa diajak kompromi.” Ujar Seokmin kaget, dan kemudian merapihkan dengan cepat seluruh tugasnya.

“Hahh, benar. Aku sudah lelah juga, mari kita lanjutkan besok malam. Terima kasih semuanya.” Sahut Jun lelah seraya berdiri dan berlalu ke arah salah satu kamar yang tersedia.

“Seok, kau ke kamar duluan saja. Aku mau memanggil Capt terlebih dahulu.” Ujar Jihoon.

“Hmm, baiklah kak. Aku duluan ya, bye..” sahut Seokmin dan segera berlalu ke kamar pilihannya.

Setelah memastikan ruangan yang mereka bersih dan rapih. Jihoon segera menghampiri ruangan yang sudah beberapa jam lalu tidak menampakkan pemiliknya.

Menekan interkom yang berada disamping pintu dan segera bertanya,

“Soonyoung, kau sudah tidur?”

Lama tak ada jawaban, Jihoon berpikir—mungkin sudah tidur— sehingga memutuskan untuk tidak bertanya lagi dan segera pergi untuk beristirahat. Namun belum sempat ia melangkahkan kakinya, ia mendengar pintu di depannya terbuka.

“Kenapa?”

“Eh? Aku kira kau sudah tidur. Aku hanya memastikan kau saja..”

“Kamu sudah minum obat?” Lanjut Jihoon.

“Hm? Belum. Aku lupa.”

“Haish! Tunggu sebentar. Istirahat lah, aku akan kembali lagi.” Ujar Jihoon seraya berlari ke arah mini bar dan segera menuangkan air pada gelas.

Jihoon menggerutu kecil,

“Aishh, bodoh. Tadi kan suster datang untuk membawakan obatnya. Bisa-bisanya aku lupa karena sibuk merapihkan tugas itu.”

“Aish, ini gimana cara menggunakannya..”

Semua kegiatan yang dikerjakan Jihoon tak luput dari pengamatan Soonyoung yang sedari tadi masih diambang pintu. Soonyoung segera melangkahkan kakinya ketika melihat Jihoon kesulitan menggunakan alat dapurnya.

“Hey, tenanglah. Aku hanya lupa meminum obat.” Ujar Soonyoung seraya membantu Jihoon.

“Gimana bisa tenang? Aku lupa tidak memberimu obat.” Sahut Jihoon yang masih sibuk entah ingin membuat apa.

“Kamu mau buat apa?”

“Bubur. Di keterangan obatnya tertulis Obat Sebelum Makan. Duduklah, minum air putihnya dulu. Aku yakin kamu tidak minum air putih didalam sana.” Ujar Jihoon seraya mengaduk bubur yang sedang dibuatnya.

Mendengar hal itu, Soonyoung tidak bisa membantah dan segera melakukan suruhan Jihoon. Jujur saja, ia sangat lelah. Sungguh, Misi ini sangat menguras energinya.

Meminum air hangatnya secara perlahan seraya memikirkan apa yang harus dilakukan pagi hari ini.

Apa aku harus bertemu anak buahnya? Masih belum di eksekusikan?, pikirnya.

Lamunannya terputus ketika mendengar dentingan mangkuk yang berisi bubur tepat dihadapannya.

“Memikirkan apa?” Tanya Jihoon seraya mengambil gelas yang terisi setengah untuk diisikannya kembali.

“Sepertinya besok aku akan datang ke kantor utama. Aku ingin mewawancarai pelaku yang sudah tertangkap.”

“Kau kan belum sembuh?” Sergah Jihoon cepat seraya menyimpan gelas yang sudah terisi penuh dan duduk tepat di depan Soonyoung.

“Kalau menunggu aku sembuh, kasus ini akan lama diselesaikannya. Lagi pula, aku sudah sehat kok.” Ujar Soonyoung seraya menyuapkan buburnya.

“Aku ikut kalau gitu.” Ucap Jihoon cepat.

“Aku juga profiler kalo kau lupa.” Lanjut Jihoon.

“Hahh, yasudah besok jam 10 kita akan berangkat.” Ucap Soonyoung mengalah.

Hening cukup lama dirasakan oleh kedua insan ini langsung terpecahkan oleh pertanyaan Soonyoung yang Jihoon sendiri pun lupa.

Heat kamu kapan?”

“Hah? Entah.. aku juga lupa..”

“Bagaimana bisa kamu lupa?” Ujar Soonyoung santai seraya menyuapkan kembali bubur yang tersisa.

“Aku terlalu sibuk memikirkan kasus ini. Nanti saja aku cek. Ponselku sudah di kamar.” Ujar Jihoon cuek.

“Tidak ada tanda-tanda memangnya?” Tanya Soonyoung aneh.

“Entah, aku terlalu sibuk.” Ujar Jihoon seraya mengangkat bahunya cuek.

“Jangan lupakan siklusnya. Bahaya jika tidak terhitung dengan benar. Bawa selalu pil-mu, jangan lupa.” Ujar Soonyoung seraya bangkit dari duduknya dan membersihkan peralatan makannya.

“Iya iya, sudah tinggalkan saja. Biar besok aku bersihkan. Sini minum obatmu.” Ujar Jihoon seraya menyiapkan obat-obatan yang harus Soonyoung minum.

“Tanggung,”

“Keras kepala.” Decih Jihoon kecil yang tentu saja terdengar oleh Soonyoung.

“Aku bisa mendengarnya.” Sahut Soonyoung ketika sudah mengeringkan tangannya pada handuk kecil.

“Bagaimana kau bisa?!” Ujar Jihoon kaget.

“Entah, aku juga tak tau.” Jawab Soonyoung seraya menghampiri Jihoon dan duduk pada meja tepat disamping Jihoon.

“Nih,” Ujar Jihoon seraya memberikan butiran obat ke tangan kiri Soonyoung seraya mendongakkan kepalanya menatap sang Alpha.

“Terima kasih.” Ujar Soonyoung dan segera menenggak obatnya.

Jihoon hanya memperhatikan Soonyoung yang sedang meminum air pada gelasnya.

Merasa diperhatikan, Soonyoung pun melirik Jihoon dengan tatapan bertanya.

Jihoon hanya menggeleng kecil sebagai jawaban dari tatapan Soonyoung.

“Tidurlah, sudah pukul 4 pagi. Kamu pasti lelah.” Ujar Soonyoung dengan meletakkan gelasnya pada meja seraya mengelus lembut surai Jihoon.

“Kamu juga tidur..”

“Iya, mari kita tidur.” Ujar Soonyoung seraya bangkit dari duduknya dan merangkul Jihoon.

“Aku tidur bersama Seokmin.” Ujar Jihoon pelan.

“Hm? Baiklah, ayo aku antar.”

“Tak perlu, aku yang harus mengantarmu sampai kasur agar aku tau kalau kamu benar-benar tertidur.”

“Aishh, memangnya ada yang bohongan?” Tanya Soonyoung heran.

“Ada, Seokmin selalu melakukan itu jika ia sedang bermain game.”

“Lucu sekali kamu ini.” Jawab Soonyoung dengan mengusak kepala sang Omega.

Jihoon yang mendapat perlakuan itu hanya bisa menunduk malu, dan tanpa sadar menguarkan harum manisnya.

“Oh? Ada yang malu-malu.” Ledek Soonyoung seraya terkekeh dan mengeratkan rangkulannya.

“Aishh, diamlah! Cepat! Aku mengantuk.” Ujar Jihoon seraya menarik tangan Soonyoung agar cepat sampai kamar sang Alpha.

“Cepat tidurlah. Besok kita harus tetap fokus.” Ujar Jihoon setelah sampai pada kamar Soonyoung seraya membantu sang Alpha untuk berbaring dan menyelimutinya.

“Hm, kamu juga tidurlah. Aku sudah mengantuk.” Ucap Soonyoung yang terlena oleh usapan lembut yang diberikan Jihoon.

“Oke~ selamat malam, Soonyoung.” Ucap Jihoon seraya merapihkan surai Soonyoung dan segera berlalu ke kamarnya.

“Hm, malam Jihoon.” Bisik Soonyoung.

Mendengar bisikan Soonyoung, pipi Jihoon bersemu merah dan segera berlari kearah kamarnya dengan pekikan gemas dari dalam hatinya.

Akkkk, lucu sekali sihh. Pipinya gemass!!

Aku ingin mencubitnya huhuhu..

Hingga melupakan hal yang sangat penting bagi dirinya..

To Be Continued

Athena's


Sweet Escape

#Athenachapter 8


Jihoon menghela napasnya lelah. Ia sudah menyelesaikan seluruh rekapannya. Berterimakasih lah pada adiknya yang membantu dalam tugas kali ini.

Jihoon melihat jam digital yang tak jauh darinya.

Sudah jam 3 ternyata, pikirnya seraya melirik kedua rekannya yang masih berkutat dengan tugasnya.

“Sudah, istirahat dulu. Sudah jam 3, kita perlu istirahat.” Ujar Jihoon seraya merapihkan berkas-berkas yang tercecer.

“Hah? Tidak terasa sudah jam segini. Pantas saja mataku sudah tidak bisa diajak kompromi.” Ujar Seokmin kaget, dan kemudian merapihkan dengan cepat seluruh tugasnya.

“Hahh, benar. Aku sudah lelah juga, mari kita lanjutkan besok malam. Terima kasih semuanya.” Sahut Jun lelah seraya berdiri dan berlalu ke arah salah satu kamar yang tersedia.

“Seok, kau ke kamar duluan saja. Aku mau memanggil Capt terlebih dahulu.” Ujar Jihoon.

“Hmm, baiklah kak. Aku duluan ya, bye..” sahut Seokmin dan segera berlalu ke kamar pilihannya.

Setelah memastikan ruangan yang mereka bersih dan rapih. Jihoon segera menghampiri ruangan yang sudah beberapa jam lalu tidak menampakkan pemiliknya.

Menekan interkom yang berada disamping pintu dan segera bertanya,

“Soonyoung, kau sudah tidur?”

Lama tak ada jawaban, Jihoon berpikir—mungkin sudah tidur— sehingga memutuskan untuk tidak bertanya lagi dan segera pergi untuk beristirahat. Namun belum sempat ia melangkahkan kakinya, ia mendengar pintu di depannya terbuka.

“Kenapa?”

“Eh? Aku kira kau sudah tidur. Aku hanya memastikan kau saja..”

“Kamu sudah minum obat?” Lanjut Jihoon.

“Hm? Belum. Aku lupa.”

“Haish! Tunggu sebentar. Istirahat lah, aku akan kembali lagi.” Ujar Jihoon seraya berlari ke arah mini bar dan segera menuangkan air pada gelas.

Jihoon menggerutu kecil,

“Aishh, bodoh. Tadi kan suster datang untuk membawakan obatnya. Bisa-bisanya aku lupa karena sibuk merapihkan tugas itu.”

“Aish, ini gimana cara menggunakannya..”

Semua kegiatan yang dikerjakan Jihoon tak luput dari pengamatan Soonyoung yang sedari tadi masih diambang pintu. Soonyoung segera melangkahkan kakinya ketika melihat Jihoon kesulitan menggunakan alat dapurnya.

“Hey, tenanglah. Aku hanya lupa meminum obat.” Ujar Soonyoung seraya membantu Jihoon.

“Gimana bisa tenang? Aku lupa tidak memberimu obat.” Sahut Jihoon yang masih sibuk entah ingin membuat apa.

“Kamu mau buat apa?”

“Bubur. Di keterangan obatnya tertulis Obat Sebelum Makan. Duduklah, minum air putihnya dulu. Aku yakin kamu tidak minum air putih didalam sana.” Ujar Jihoon seraya mengaduk bubur yang sedang dibuatnya.

Mendengar hal itu, Soonyoung tidak bisa membantah dan segera melakukan suruhan Jihoon. Jujur saja, ia sangat lelah. Sungguh, Misi ini sangat menguras energinya.

Meminum air hangatnya secara perlahan seraya memikirkan apa yang harus dilakukan pagi hari ini.

Apa aku harus bertemu anak buahnya? Masih belum di eksekusikan?, pikirnya.

Lamunannya terputus ketika mendengar dentingan mangkuk yang berisi bubur tepat dihadapannya.

“Memikirkan apa?” Tanya Jihoon seraya mengambil gelas yang terisi setengah untuk diisikannya kembali.

“Sepertinya besok aku akan datang ke kantor utama. Aku ingin mewawancarai pelaku yang sudah tertangkap.”

“Kau kan belum sembuh?” Sergah Jihoon cepat seraya menyimpan gelas yang sudah terisi penuh dan duduk tepat di depan Soonyoung.

“Kalau menunggu aku sembuh, kasus ini akan lama diselesaikannya. Lagi pula, aku sudah sehat kok.” Ujar Soonyoung seraya menyuapkan buburnya.

“Aku ikut kalau gitu.” Ucap Jihoon cepat.

“Aku juga profiler kalo kau lupa.” Lanjut Jihoon.

“Hahh, yasudah besok jam 10 kita akan berangkat.” Ucap Soonyoung mengalah.

Hening cukup lama dirasakan oleh kedua insan ini langsung terpecahkan oleh pertanyaan Soonyoung yang Jihoon sendiri pun lupa.

Heat kamu kapan?”

“Hah? Entah.. aku juga lupa..”

“Bagaimana bisa kamu lupa?” Ujar Soonyoung santai seraya menyuapkan kembali bubur yang tersisa.

“Aku terlalu sibuk memikirkan kasus ini. Nanti saja aku cek. Ponselku sudah di kamar.” Ujar Jihoon cuek.

“Tidak ada tanda-tanda memangnya?” Tanya Soonyoung aneh.

“Entah, aku terlalu sibuk.” Ujar Jihoon seraya mengangkat bahunya cuek.

“Jangan lupakan siklusnya. Bahaya jika tidak terhitung dengan benar. Bawa selalu pil-mu, jangan lupa.” Ujar Soonyoung seraya bangkit dari duduknya dan membersihkan peralatan makannya.

“Iya iya, sudah tinggalkan saja. Biar besok aku bersihkan. Sini minum obatmu.” Ujar Jihoon seraya menyiapkan obat-obatan yang harus Soonyoung minum.

“Tanggung,”

“Keras kepala.” Decih Jihoon kecil yang tentu saja terdengar oleh Soonyoung.

“Aku bisa mendengarnya.” Sahut Soonyoung ketika sudah mengeringkan tangannya pada handuk kecil.

“Bagaimana kau bisa?!” Ujar Jihoon kaget.

“Entah, aku juga tak tau.” Jawab Soonyoung seraya menghampiri Jihoon dan duduk pada meja tepat disamping Jihoon.

“Nih,” Ujar Jihoon seraya memberikan butiran obat ke tangan kiri Soonyoung seraya mendongakkan kepalanya menatap sang Alpha.

“Terima kasih.” Ujar Soonyoung dan segera menenggak obatnya.

Jihoon hanya memperhatikan Soonyoung yang sedang meminum air pada gelasnya.

Merasa diperhatikan, Soonyoung pun melirik Jihoon dengan tatapan bertanya.

Jihoon hanya menggeleng kecil sebagai jawaban dari tatapan Soonyoung.

“Tidurlah, sudah pukul 4 pagi. Kamu pasti lelah.” Ujar Soonyoung dengan meletakkan gelasnya pada meja seraya mengelus lembut surai Jihoon.

“Kamu juga tidur..”

“Iya, mari kita tidur.” Ujar Soonyoung seraya bangkit dari duduknya dan merangkul Jihoon.

“Aku tidur bersama Seokmin.” Ujar Jihoon pelan.

“Hm? Baiklah, ayo aku antar.”

“Tak perlu, aku yang harus mengantarmu sampai kasur agar aku tau kalau kamu benar-benar tertidur.”

“Aishh, memangnya ada yang bohongan?” Tanya Soonyoung heran.

“Ada, Seokmin selalu melakukan itu jika ia sedang bermain game.”

“Lucu sekali kamu ini.” Jawab Soonyoung dengan mengusak kepala sang Omega.

Jihoon yang mendapat perlakuan itu hanya bisa menunduk malu, dan tanpa sadar menguarkan harum manisnya.

“Oh? Ada yang malu-malu.” Ledek Soonyoung seraya terkekeh dan mengeratkan rangkulannya.

“Aishh, diamlah! Cepat! Aku mengantuk.” Ujar Jihoon seraya menarik tangan Soonyoung agar cepat sampai kamar sang Alpha.

“Cepat tidurlah. Besok kita harus tetap fokus.” Ujar Jihoon setelah sampai pada kamar Soonyoung seraya membantu sang Alpha untuk berbaring dan menyelimutinya.

“Hm, kamu juga tidurlah. Aku sudah mengantuk.” Ucap Soonyoung yang terlena oleh usapan lembut yang diberikan Jihoon.

“Oke~ selamat malam, Soonyoung.” Ucap Jihoon seraya merapihkan surai Soonyoung dan segera berlalu ke kamarnya.

“Hm, malam Jihoon.” Bisik Soonyoung.

Mendengar bisikan Soonyoung, pipi Jihoon bersemu merah dan segera berlari kearah kamarnya dengan pekikan gemas dari dalam hatinya.

Akkkk, lucu sekali sihh. Pipinya gemass!!

Aku ingin mencubitnya huhuhu..

Hingga melupakan hal yang sangat penting bagi dirinya..

To Be Continued

Athena's


Sweet Escape

#Athenachapter 8


Jihoon menghela napasnya lelah. Ia sudah menyelesaikan seluruh rekapannya. Berterimakasih lah pada adiknya yang membantu dalam tugas kali ini.

Jihoon melihat jam digital yang tak jauh darinya.

Sudah jam 3 ternyata, pikirnya seraya melirik kedua rekannya yang masih berkutat dengan tugasnya.

“Sudah, istirahat dulu. Sudah jam 3, kita perlu istirahat.” Ujar Jihoon seraya merapihkan berkas-berkas yang tercecer.

“Hah? Tidak terasa sudah jam segini. Pantas saja mataku sudah tidak bisa diajak kompromi.” Ujar Seokmin kaget, dan kemudian merapihkan dengan cepat seluruh tugasnya.

“Hahh, benar. Aku sudah lelah juga, mari kita lanjutkan besok malam. Terima kasih semuanya.” Sahut Jun lelah seraya berdiri dan berlalu ke arah salah satu kamar yang tersedia.

“Seok, kau ke kamar duluan saja. Aku mau memanggil Capt terlebih dahulu.” Ujar Jihoon.

“Hmm, baiklah kak. Aku duluan ya, bye..” sahut Seokmin dan segera berlalu ke kamar pilihannya.

Setelah memastikan ruangan yang mereka bersih dan rapih. Jihoon segera menghampiri ruangan yang sudah beberapa jam lalu tidak menampakkan pemiliknya.

Menekan interkom yang berada disamping pintu dan segera bertanya,

“Soonyoung, kau sudah tidur?”

Lama tak ada jawaban, Jihoon berpikir—mungkin sudah tidur— sehingga memutuskan untuk tidak bertanya lagi dan segera pergi untuk beristirahat. Namun belum sempat ia melangkahkan kakinya, ia mendengar pintu di depannya terbuka.

“Kenapa?”

“Eh? Aku kira kau sudah tidur. Aku hanya memastikan kau saja..”

“Kamu sudah minum obat?” Lanjut Jihoon.

“Hm? Belum. Aku lupa.”

“Haish! Tunggu sebentar. Istirahat lah, aku akan kembali lagi.” Ujar Jihoon seraya berlari ke arah mini bar dan segera menuangkan air pada gelas.

Jihoon menggerutu kecil,

“Aishh, bodoh. Tadi kan suster datang untuk membawakan obatnya. Bisa-bisanya aku lupa karena sibuk merapihkan tugas itu.”

“Aish, ini gimana cara menggunakannya..”

Semua kegiatan yang dikerjakan Jihoon tak luput dari pengamatan Soonyoung yang sedari tadi masih diambang pintu. Soonyoung segera melangkahkan kakinya ketika melihat Jihoon kesulitan menggunakan alat dapurnya.

“Hey, tenanglah. Aku hanya lupa meminum obat.” Ujar Soonyoung seraya membantu Jihoon.

“Gimana bisa tenang? Aku lupa tidak memberimu obat.” Sahut Jihoon yang masih sibuk entah ingin membuat apa.

“Kamu mau buat apa?”

“Bubur. Di keterangan obatnya tertulis Obat Sebelum Makan. Duduklah, minum air putihnya dulu. Aku yakin kamu tidak minum air putih didalam sana.” Ujar Jihoon seraya mengaduk bubur yang sedang dibuatnya.

Mendengar hal itu, Soonyoung tidak bisa membantah dan segera melakukan suruhan Jihoon. Jujur saja, ia sangat lelah. Sungguh, Misi ini sangat menguras energinya.

Meminum air hangatnya secara perlahan seraya memikirkan apa yang harus dilakukan pagi hari ini.

Apa aku harus bertemu anak buahnya? Masih belum di eksekusikan?, pikirnya.

Lamunannya terputus ketika mendengar dentingan mangkuk yang berisi bubur tepat dihadapannya.

“Memikirkan apa?” Tanya Jihoon seraya mengambil gelas yang terisi setengah untuk diisikannya kembali.

“Sepertinya besok aku akan datang ke kantor utama. Aku ingin mewawancarai pelaku yang sudah tertangkap.”

“Kau kan belum sembuh?” Sergah Jihoon cepat seraya menyimpan gelas yang sudah terisi penuh dan duduk tepat di depan Soonyoung.

“Kalau menunggu aku sembuh, kasus ini akan lama diselesaikannya. Lagi pula, aku sudah sehat kok.” Ujar Soonyoung seraya menyuapkan buburnya.

“Aku ikut kalau gitu.” Ucap Jihoon cepat.

“Aku juga profiler kalo kau lupa.” Lanjut Jihoon.

“Hahh, yasudah besok jam 10 kita akan berangkat.” Ucap Soonyoung mengalah.

Hening cukup lama dirasakan oleh kedua insan ini langsung terpecahkan oleh pertanyaan Soonyoung yang Jihoon sendiri pun lupa.

Heat kamu kapan?”

“Hah? Entah.. aku juga lupa..”

“Bagaimana bisa kamu lupa?” Ujar Soonyoung santai seraya menyuapkan kembali bubur yang tersisa.

“Aku terlalu sibuk memikirkan kasus ini. Nanti saja aku cek. Ponselku sudah di kamar.” Ujar Jihoon cuek.

“Tidak ada tanda-tanda memangnya?” Tanya Soonyoung aneh.

“Entah, aku terlalu sibuk.” Ujar Jihoon seraya mengangkat bahunya cuek.

“Jangan lupakan siklusnya. Bahaya jika tidak terhitung dengan benar. Bawa selalu pil-mu, jangan lupa.” Ujar Soonyoung seraya bangkit dari duduknya dan membersihkan peralatan makannya.

“Iya iya, sudah tinggalkan saja. Biar besok aku bersihkan. Sini minum obatmu.” Ujar Jihoon seraya menyiapkan obat-obatan yang harus Soonyoung minum.

“Tanggung,”

“Keras kepala.” Decih Jihoon kecil yang tentu saja terdengar oleh Soonyoung.

“Aku bisa mendengarnya.” Sahut Soonyoung ketika sudah mengeringkan tangannya pada handuk kecil.

“Bagaimana kau bisa?!” Ujar Jihoon kaget.

“Entah, aku juga tak tau.” Jawab Soonyoung seraya menghampiri Jihoon dan duduk pada meja tepat disamping Jihoon.

“Nih,” Ujar Jihoon seraya memberikan butiran obat ke tangan kiri Soonyoung seraya mendongakkan kepalanya menatap sang Alpha.

“Terima kasih.” Ujar Soonyoung dan segera menenggak obatnya.

Jihoon hanya memperhatikan Soonyoung yang sedang meminum air pada gelasnya.

Merasa diperhatikan, Soonyoung pun melirik Jihoon dengan tatapan bertanya.

Jihoon hanya menggeleng kecil sebagai jawaban dari tatapan Soonyoung.

“Tidurlah, sudah pukul 4 pagi. Kamu pasti lelah.” Ujar Soonyoung dengan meletakkan gelasnya pada meja seraya mengelus lembut surai Jihoon.

“Kamu juga tidur..”

“Iya, mari kita tidur.” Ujar Soonyoung seraya bangkit dari duduknya dan merangkul Jihoon.

“Aku tidur bersama Seokmin.” Ujar Jihoon pelan.

“Hm? Baiklah, ayo aku antar.”

“Tak perlu, aku yang harus mengantarmu sampai kasur agar aku tau kalau kamu benar-benar tertidur.”

“Aishh, memangnya ada yang bohongan?” Tanya Soonyoung heran.

“Ada, Seokmin selalu melakukan itu jika ia sedang bermain game.”

“Lucu sekali kamu ini.” Jawab Soonyoung dengan mengusak kepala sang Omega.

Jihoon yang mendapat perlakuan itu hanya bisa menunduk malu, dan tanpa sadar menguarkan harum manisnya.

“Oh? Ada yang malu-malu.” Ledek Soonyoung seraya terkekeh dan mengeratkan rangkulannya.

“Aishh, diamlah! Cepat! Aku mengantuk.” Ujar Jihoon seraya menarik tangan Soonyoung agar cepat sampai kamar sang Alpha.

“Cepat tidurlah. Besok kita harus tetap fokus.” Ujar Jihoon setelah sampai pada kamar Soonyoung seraya membantu sang Alpha untuk berbaring dan menyelimutinya.

“Hm, kamu juga tidurlah. Aku sudah mengantuk.” Ucap Soonyoung yang terlena oleh usapan lembut yang diberikan Jihoon.

“Oke~ selamat malam, Soonyoung.” Ucap Jihoon seraya merapihkan surai Soonyoung dan segera berlalu ke kamarnya.

“Hm, malam Jihoon.” Bisik Soonyoung.

Mendengar bisikan Soonyoung, pipi Jihoon bersemu merah dan segera berlari kearah kamarnya dengan pekikan gemas dari dalam hatinya.

Akkkk, lucu sekali sihh. Pipinya gemass!!

Aku ingin mencubitnya huhuhu..

Melupakan sesuatu yang sangat penting bagi dirinya..

To Be Continued

Athena's


Sweet Escape

#Athenachapter 8


Jihoon menghela napasnya lelah. Ia sudah menyelesaikan seluruh rekapannya. Berterimakasih lah pada adiknya yang membantu dalam tugas kali ini.

Jihoon melihat jam digital yang tak jauh darinya.

Sudah jam 3 ternyata, pikirnya seraya melirik kedua rekannya yang masih berkutat dengan tugasnya.

“Sudah, istirahat dulu. Sudah jam 3, kita perlu istirahat.” Ujar Jihoon seraya merapihkan berkas-berkas yang tercecer.

“Hah? Tidak terasa sudah jam segini. Pantas saja mataku sudah tidak bisa diajak kompromi.” Ujar Seokmin kaget, dan kemudian merapihkan dengan cepat seluruh tugasnya.

“Hahh, benar. Aku sudah lelah juga, mari kita lanjutkan besok malam. Terima kasih semuanya.” Sahut Jun lelah seraya berdiri dan berlalu ke arah salah satu kamar yang tersedia.

“Seok, kau ke kamar duluan saja. Aku mau memanggil Capt terlebih dahulu.” Ujar Jihoon.

“Hmm, baiklah kak. Aku duluan ya, bye..” sahut Seokmin dan segera berlalu ke kamar pilihannya.

Setelah memastikan ruangan yang mereka bersih dan rapih. Jihoon segera menghampiri ruangan yang sudah beberapa jam lalu tidak menampakkan pemiliknya.

Menekan interkom yang berada disamping pintu dan segera bertanya,

“Soonyoung, kau sudah tidur?”

Lama tak ada jawaban, Jihoon berpikir—mungkin sudah tidur— sehingga memutuskan untuk tidak bertanya lagi dan segera pergi untuk beristirahat. Namun belum sempat ia melangkahkan kakinya, ia mendengar pintu di depannya terbuka.

“Kenapa?”

“Eh? Aku kira kau sudah tidur. Aku hanya memastikan kau saja..”

“Kamu sudah minum obat?” Lanjut Jihoon.

“Hm? Belum. Aku lupa.”

“Haish! Tunggu sebentar. Istirahat lah, aku akan kembali lagi.” Ujar Jihoon seraya berlari ke arah mini bar dan segera menuangkan air pada gelas.

Jihoon menggerutu kecil,

“Aishh, bodoh. Tadi kan suster datang untuk membawakan obatnya. Bisa-bisanya aku lupa karena sibuk merapihkan tugas itu.”

“Aish, ini gimana cara menggunakannya..”

Semua kegiatan yang dikerjakan Jihoon tak luput dari pengamatan Soonyoung yang sedari tadi masih diambang pintu. Soonyoung segera melangkahkan kakinya ketika melihat Jihoon kesulitan menggunakan alat dapurnya.

“Hey, tenanglah. Aku hanya lupa meminum obat.” Ujar Soonyoung seraya membantu Jihoon.

“Gimana bisa tenang? Aku lupa tidak memberimu obat.” Sahut Jihoon yang masih sibuk entah ingin membuat apa.

“Kamu mau buat apa?”

“Bubur. Di keterangan obatnya tertulis Obat Sebelum Makan. Duduklah, minum air putihnya dulu. Aku yakin kamu tidak minum air putih didalam sana.” Ujar Jihoon seraya mengaduk bubur yang sedang dibuatnya.

Mendengar hal itu, Soonyoung tidak bisa membantah dan segera melakukan suruhan Jihoon. Jujur saja, ia sangat lelah. Sungguh, Misi ini sangat menguras energinya.

Meminum air hangatnya secara perlahan seraya memikirkan apa yang harus dilakukan pagi hari ini.

Apa aku harus bertemu anak buahnya? Masih belum di eksekusikan?, pikirnya.

Lamunannya terputus ketika mendengar dentingan mangkuk yang berisi bubur tepat dihadapannya.

“Memikirkan apa?” Tanya Jihoon seraya mengambil gelas yang terisi setengah untuk diisikannya kembali.

“Sepertinya besok aku akan datang ke kantor utama. Aku ingin mewawancarai pelaku yang sudah tertangkap.”

“Kau kan belum sembuh?” Sergah Jihoon cepat seraya menyimpan gelas yang sudah terisi penuh dan duduk tepat di depan Soonyoung.

“Kalau menunggu aku sembuh, kasus ini akan lama diselesaikannya. Lagi pula, aku sudah sehat kok.” Ujar Soonyoung seraya menyuapkan buburnya.

“Aku ikut kalau gitu.” Ucap Jihoon cepat.

“Aku juga profiler kalo kau lupa.” Lanjut Jihoon.

“Hahh, yasudah besok jam 10 kita akan berangkat.” Ucap Soonyoung mengalah.

Hening cukup lama dirasakan oleh kedua insan ini langsung terpecahkan oleh pertanyaan Soonyoung yang Jihoon sendiri pun lupa.

Heat kamu kapan?”

“Hah? Entah.. aku juga lupa..”

“Bagaimana bisa kamu lupa?” Ujar Soonyoung santai seraya menyuapkan kembali bubur yang tersisa.

“Aku terlalu sibuk memikirkan kasus ini. Nanti saja aku cek. Ponselku sudah di kamar.” Ujar Jihoon cuek.

“Tidak ada tanda-tanda memangnya?” Tanya Soonyoung aneh.

“Entah, aku terlalu sibuk.” Ujar Jihoon seraya mengangkat bahunya cuek.

“Jangan lupakan siklusnya. Bahaya jika tidak terhitung dengan benar. Bawa selalu pil-mu, jangan lupa.” Ujar Soonyoung seraya bangkit dari duduknya dan membersihkan peralatan makannya.

“Iya iya, sudah tinggalkan saja. Biar besok aku bersihkan. Sini minum obatmu.” Ujar Jihoon seraya menyiapkan obat-obatan yang harus Soonyoung minum.

“Tanggung,”

“Keras kepala.” Decih Jihoon kecil yang tentu saja terdengar oleh Soonyoung.

“Aku bisa mendengarnya.” Sahut Soonyoung ketika sudah mengeringkan tangannya pada handuk kecil.

“Bagaimana kau bisa?!” Ujar Jihoon kaget.

“Entah, aku juga tak tau.” Jawab Soonyoung seraya menghampiri Jihoon dan duduk pada meja tepat disamping Jihoon.

“Nih,” Ujar Jihoon seraya memberikan butiran obat ke tangan kiri Soonyoung seraya mendongakkan kepalanya menatap sang Alpha.

“Terima kasih.” Ujar Soonyoung dan segera menenggak obatnya.

Jihoon hanya memperhatikan Soonyoung yang sedang meminum air pada gelasnya.

Merasa diperhatikan, Soonyoung pun melirik Jihoon dengan tatapan bertanya.

Jihoon hanya menggeleng kecil sebagai jawaban dari tatapan Soonyoung.

“Tidurlah, sudah pukul 4 pagi. Kamu pasti lelah.” Ujar Soonyoung dengan meletakkan gelasnya pada meja seraya mengelus lembut surai Jihoon.

“Kamu juga tidur..”

“Iya, mari kita tidur.” Ujar Soonyoung seraya bangkit dari duduknya dan merangkul Jihoon.

“Aku tidur bersama Seokmin.” Ujar Jihoon pelan.

“Hm? Baiklah, ayo aku antar.”

“Tak perlu, aku yang harus mengantarmu sampai kasur agar aku tau kalau kamu benar-benar tertidur.”

“Aishh, memangnya ada yang bohongan?” Tanya Soonyoung heran.

“Ada, Seokmin selalu melakukan itu jika ia sedang bermain game.”

“Lucu sekali kamu ini.” Jawab Soonyoung dengan mengusak kepala sang Omega.

Jihoon yang mendapat perlakuan itu hanya bisa menunduk malu, dan tanpa sadar menguarkan harum manisnya.

“Oh? Ada yang malu-malu.” Ledek Soonyoung seraya terkekeh dan mengeratkan rangkulannya.

“Aishh, diamlah! Cepat! Aku mengantuk.” Ujar Jihoon seraya menarik tangan Soonyoung agar cepat sampai kamar sang Alpha.

“Cepat tidurlah. Besok kita harus tetap fokus.” Ujar Jihoon setelah sampai pada kamar Soonyoung seraya membantu sang Alpha untuk berbaring dan menyelimutinya.

“Hm, kamu juga tidurlah. Aku sudah mengantuk.” Ucap Soonyoung yang terlena oleh usapan lembut yang diberikan Jihoon.

“Oke~ selamat malam, Soonyoung.” Ucap Jihoon seraya merapihkan surai Soonyoung dan segera berlalu ke kamarnya.

“Hm, malam Jihoon.” Bisik Soonyoung.

Mendengar bisikan Soonyoung, pipi Jihoon bersemu merah dan segera berlari ke arah kamarnya dengan pekikan gemas di dalam hatinya.

Akkkk, lucu sekali sihh. Pipinya gemass!!

Aku ingin mencubitnya huhuhu..

To Be Continued

Athena's


TW// Sadisme

#Athenachapter 7


Mendengar pintu kamar rawat Soonyoung yang diketuk dan di bel secara bersamaan, Jihoon bergegas berdiri dan membuka pintu kamar rawat seraya bertanya,

“Kalian sudah mengosongkan semuanya?”

Melihat Jun dan Seokmin yang hanya membawa beberapa barang. Jihoon mengerenyit bingung.

“Sudah, di mobil semua berkasnya.” Ucap Seokmin dengan meletakkan barang bawaannya ke atas sofa dan menjatuhkan dirinya, lelah.

“Tenang saja, ada gedung khusus yang biasa digunakan untuk kita beristirahat. Jadi tenang saja, gedung itu clear dari penyusup. Walaupun dari orang terdekat sekalipun.” Tambah Jun yang melihat Jihoon ingin bersuara dengan mata yang melotot lucu.

“Tapi kalian bilangnya di mobil?” Tanya Jihoon seraya membawakan air minum kemasan ke arah meja di depan Seokmin.

“Hmm, memang. Sudah, susah aku menjelaskannya.” Ujar Jun menyerah seraya mengikuti kegiatan Seokmin saat datang ke kamar rawat ini.

Melihat hal itu, Jihoon hanya mendecih kesal.

“Sudah berapa lama Capt tertidur?” Tanya Seokmin.

“Sudah 20 menit yang lalu.” Jawab Jihoon seraya melanjutkan pekerjaannya.

“Kau tau? Aku menemukan hal ganjal pada Misi ini.” Ucap Seokmin.

Mendengar hal itu, Jihoon segera mengunci pintu ruang rawat Soonyoung dan kembali melanjutkan pekerjaannya dengan gerutuan yang ditujukan untuk adiknya.

“Di bilang jangan ceroboh, bodoh!” Ketus Jihoon.

“Maaf, aku kira pintunya sudah terkunci.” Jawab Seokmin dengan cengiran khasnya.

Fasilitas di Rumah Sakit ini memang di khususkan untuk para anggota Intel.

Ketika pintu terkunci, secara otomatis akses dari luar akan tertutup. Baik dari pintu ataupun suara dari dalam yang akan di block secara otomatis. Suara dari luar tetap dapat terdengar, namun sang pasien dapat mengatur hal itu sesuai keinginannya.

“Aku pikir juga seperti itu, kau tahu? Ada beberapa berkas yang aku terima secara acak dari para anggota lainnya,”

Ada jeda yang cukup lama dari pernyataan Jun. Jun sedikit ragu dengan hasil temuannya. Namun ia harus menjelaskan hal ini ke rekan timnya.

”...Menunjukkan ada beberapa petunjuk yang dapat mengantarkan kita ke sang pelaku.” Lanjut Jun dengan membuka kembali catatannya.

By the way, our datas are saved, right?” Tanya Jihoon seraya menatap kedua rekannya, tajam.

Yes!! We aren't careless, hell.” Jawab Seokmin dengan memutar matanya, jengah.

“Apa yang kau dapatkan, Seok?” Tanya Jun setelah memeriksa data yang telah ia kumpulkan.

“Mereka menggunakan Bahasa Korea. Jadi, Bahasa Korea merupakan bahasa rahasia mereka.” Jawab Seokmin.

Mendengar hal itu pun, Jihoon segera membawa laptopnya dan duduk dibawah tepat di depan meja kedua rekannya.

“Apalagi yang kau dapatkan?” Tanya Jihoon serius.

“Mereka menggunakan Bahasa Korea kuno. Aku sedikit mengerti bahasa yang mereka ucapkan. Aku juga sudah menyelidiki perkataan mereka dan menemukan hasilnya.” Lanjut Seokmin seraya mengeluarkan sebuah kertas.

“Kaligrafi Korea?”

“Iya, aku mencoba mencocokkan kata-kata mereka yang aku ingat dan kemudian aku gambarkan. Ini lah hasilnya.” Jawab Seokmin.

“Sebentar, aku masih bingung.” Ujar Jihoon yang masih mencerna informasi yang diterimanya.

“Ini? Ada anggota tubuhnya?” Tanya Jun yang sedari tadi memperhatikan kertas tersebut.

“Iya, lebih tepatnya mereka membicarakan penjualan mereka.”

“Kaligrafi ini membentuk kalimat 'semua mutiara sedang dikeluarkan dari cangkangnya. Ilios akan datang, bersiaplah untuk jatuh atau bangkit' dan kalimat ini, disini menjelaskan hasil penjualan mereka '500 dirham yang dikumpulkan dapat membuat kapal pesiar'.”

“Mutiara dari cangkang?” Monolog Jun yang sedang memikirkan maksud kalimat itu pada dirinya.

“Mata. Mereka mendapat 500 dirham dari penjualan kali ini dan akan terus meningkat walaupun secara lambat seperti jalannya kapal pesiar.” Ucap Jihoon seraya menatap Seokmin seolah meminta jawaban pernyataan yang sebenarnya.

“Sedikit benar, kak. Hasil penjualan mereka selama 1 hari menghasilkan 500 dirham hanya untuk mata saja. Aku tidak tahu yang lainnya berapa. Nah, kapal pesiar yang mereka maksud adalah mereka akan membuat basecamp baru dengan fasilitas mewah entah dimana. Maka dari itu, mereka sedang mengumpulkan banyak orang untuk ini.” Jelas Seokmin seraya menjelaskan bagian kalimat yang ia sebutkan pada kertas tersebut.

“Mereka juga memisahkan orang-orang yang layak untuk di jual organnya dan orang-orang yang untuk dijadikan Geisha.” Lanjut Seokmin.

Geisha?” Tanya Jihoon mengernyit bingung.

“Iya, untuk memuaskan hasrat sang atasan maupun pengunjung mereka.”

“Wow, berarti mereka menjual barang-barang kuno untuk ini?” Tanya Jun takjub.

“Mereka hanya mencuri kak, tidak menjualnya.” Ujar Seokmin.

Diskusi mereka terputus ketika mendengar derit ranjang Soonyoung yang menunjukkan bahwa ia terbangun.

“Kalian dari kapan sudah sampai?” Tanya Soonyoung heran seraya mengusap wajahnya.

“40 menit yang lalu,” jawab Seokmin yang masih mengartikan kertas kaligrafi buatannya.

How's your feel?” Tanya Jun seraya menyenderkan punggung tegangnya ke sofa.

“Hmm, feel better.”

“Kau tidak membangunkan ku?!” Tanya Soonyoung dengan wajah kesal ke arah Jihoon.

“Kau tidak terbangun ketika aku bangunkan.” Cuek Jihoon seraya mengedikkan bahunya dan tetap melanjutkan mengetikkan bukti-bukti yang didapatkan.

“Cih menyebalkan,” Decih Soonyoung yang terpotong akibat jawaban Jun seraya terkekeh.

“Oke, melihat dirimu yang sudah mengomel, aku rasa besok kau bisa pulang, Capt.”

“Seandainya pun bisa, kita tetap disini.”

“Apa maksudmu?” Tanya Jihoon memandangnya tak suka.

“Ya memang,” ujar Soonyoung menggantung dengan tangannya yang memegang remot kecil entah darimana.

“Karena ini kamarku.” Lanjutnya dengan memencet tombol pada remot dan membuat suasana kamar rawat itu berubah secara drastis.

Seokmin dan Jihoom yang melihat hal itu menganga tidak percaya.

“B-bagiamana b-bisa?” Tanya Seokmin dengan matanya memandang takjub.

“Kau tidak memberitahunya, Jun?” Tanya Soonyoung heran yang melihat reaksi berlebihan dari Seokmin.

“Tidak, aku lupa.” Jawab Jun dengan cengirannya.

Mendengar hal itu, Soonyoung hanya bisa menghela napasnya lelah.

“Jelaskan padanya nanti, Jun. Tahun ini ia akan mendapat fasilitas ini.” Ujar Soonyoung seraya turun menghampiri Jihoon yang masih takjub melihat suasana yang berubah.

“Kecuali kau, Jihoon.” Ujar Soonyoung.

“Kenapa tidak?” Tanya Jihoon bertanya, bingung.

“Nanti kau akan tau. Lanjutkan, pembahasan yang sedang kalian bahas. Aku ingin mengetahuinya.”

“Oke, mereka tidak menjual hasil curian mereka. Tetapi menyimpannya untuk mempercantik jualan asli mereka atau sebagai pajangan. Pelanggan mereka memiliki keunikan, makanya mereka menyimpan hasil curian mereka.” Lanjut Seokmin.

“Mereka menjual organ tubuh? Menarik sekali.” Monolog Soonyoung pada dirinya sendiri.

“Apa kalian pernah melihat gambar ini?” Ujar Jihoon yang menunjukkan layar laptopnya ke arah Jun dan Seokmin.

“Di setiap ruangan mereka, ada gambar ini. Namun berbeda warna.” Ujar Jun seraya mengingat informasi yang ia dapatkan.

“Seperti yang aku kumpulkan, merah untuk pelanggan yang menggunakan jasa geisha, hitam untuk pelanggan organ tubuh, dan ada satu berwarna keemasan. Aku rasa itu ruangan pemimpin mereka.” Lanjut Jun.

“Tapi untuk ruangan dengan gambar berwarna emas itu masih sulit dijangkau. Salah satu anggota tim Seungcheol dan Jeonghan berhasil menyelinap sampai luar ruangan itu. Namun, hampir tertangkap jika saja anggota itu tidak mengelak dengan alasan 'salah masuk lorong' ” jelas Jun seraya menggerakan jari telunjuk dan tengahnya seperti tanda kutip.

“Mereka percaya?” Tanya Jihoon.

“Syukurnya iya, entah penjaganya yang bodoh atau anggota kita yang pintar mengelak.” Jawab Jun dengan tawanya yang menggelegar.

“Sulit dipercaya, tapi ada yang bodoh juga.” Tambah Seokmin tidak percaya.

“Hmm setelah aku lihat dari informasi Seokmin, aku rasa Ilios itu atasan mereka atau pengepulnya. Mereka menjelaskan bahwa pemimpin mereka akan datang tapi kita belum mengetahui jadwalnya secara tepat. Selain itu juga, kaligrafi itu menjelaskan konsekuensi mereka jika pendapatannya tidak sesuai target.” Jelas Soonyoung.

”...Untuk hasil penjualannya, jelas mereka akan membuat basecamp baru. Setelah aku telusuri, 340.750 untuk 1 dirham. Itu setara dengan 1 Euro..”

“Uang sebanyak itu, dapat digunakan untuk meng-upgrade amunisi mereka. Secara tidak langsung, mungkin mereka hanya meng-upgrade saja, tidak membuat basecamp baru.” Jelas Soonyoung setelah mendapat informasi dari setiap rekannya.

“Aku rasa kita harus mencari jadwal Ilios, agar kita tahu kapan untuk mengeksekusi Misi ini.” Ujar Soonyoung seraya menatap semua rekannya serius.

“Kita percepat saja pertemuan seluruh anggota tim. Kumpulkan di basecamp utama kita. Lusa atau 2 hari lagi? Kita berkumpul disana dengan jam yang sama.” Lanjut Soonyoung seraya bertanya.

“Lebih baik 2 hari lagi, kita perlu merapihkan seluruh data yang kita kumpulkan.” Sahut Jihoon seraya mendongak melihat ke arah Soonyoung yang sedang berdiri.

Mendengar hal itu, Soonyoung menganggukkan kepalanya setuju.

“Baik, 2 hari lagi kita akan mengadakan pertemuan kembali. Jun, aku minta tolong koordinasikan dengan seluruh anggota. Kemudian bantulah untuk menambahkan data-data yang didapatkan. Seokmin, kau bantulah kakakmu untuk merapihkannya. Aku akan menulis hasil yang aku temui dan akan aku rapihkan di ruanganku. Jika kalian sudah lelah, segera tidur. Anggap rumah sendiri, kamar mandi dan baju baru ada di ruang ganti. Jika kalian membutuhkan sesuatu, hubungi aku lewat interkom. Untuk kamar akan ditunjukkan oleh Jun. Selamat bekerja semuanya. Utamakan lah kesehatan kalian juga.” Ujar Soonyoung panjang lebar menjelaskan seraya berjalan ke arah ruangan, entah ruangan biasa ataupun luar biasa yang memiliki sistem keamanan tinggi.

Jihoon yang melihat Soonyoung seserius itu merasa sedikit takut untuk membantah.

Segera ia melanjutkan pekerjaannya dengan pikiran yang masih terpaku oleh Soonyoung. Ia sedikit meringis dan secara cepat mengerjakan tugasnya agar ia bisa beristirahat.

Menyeramkan sekali auranya,

Aku baru kali ini melihatnya seperti itu,

Aishh, mengapa aku deg-degan mengingatnya.

Shhh.. kenapa panas sekali sih ruangan ini..

To Be Continued

Athena's


TW// Insecurity

#Athenachapter 6


Sudah seminggu Soonyoung dirawat akibat insiden minggu lalu. Soonyoung yang kini terbaring hanya bisa melamun. Memikirkan apa yang terjadi minggu lalu. Mengapa dirinya semurka itu.

Kenapa hanya dirinya saja yang bisa mencium aroma Hutan Hujan dan blossom. Soonyoung pernah bertanya mengenai aroma tersebut ke Jun. Jawaban Jun tetap sama, ia tidak mencium aroma apapun.

Semakin dipikirkan semakin pula kepalanya terasa sakit.

Baru kali ini ia sangat lemah. Seminggu hanya terbaring di rumah sakit ia merasakan lemas, mual, dan pusing. Padahal ia pernah tertembak saat menjalankan Misi, tapi mengapa Misi kali ini terasa sangat berat.

Tersiksa sekali, pikirnya seraya memijat pelipisnya berharap rasa sakit itu akan berkurang.

Saat yang bersamaan, pintu rawat inap Soonyoung terbuka. Memunculkan kepala yang mengintip ke arah ranjang rumah sakit.

Mendengar pintu terbuka, Soonyoung segera membuka matanya waspada.

“Hai!”

“Hmm, masuklah.”

“Bagaimana kabarmu?”

“Ya, begini saja. Masih sering pusing.”

“Maaf ya,” Ujar Jihoon berdiri di samping ranjang rumah sakit.

Jihoon lah yang datang.

Sebenarnya, omega ini selalu menjenguk Soonyoung. Menanyakan kabar, memberikan informasi yang dirinya dapatkan, menunjukkan catatan yang ia kumpulkan, dan sebagainya. Bahkan kesehariannya pun ia ceritakan.

Agar tidak sepi saja.” Ujar Jihoon saat Soonyoung bertanya mengapa ia selalu bercerita ketika sedang mengunjungi dirinya.

“Sudahlah, sudah tugasku juga menjaga anggota timku.”

“Hmm, kamu sudah makan?” Tanya Jihoon seraya menelisik wajah sang Alpha.

“Belum, perawat belum mengantarkannya.”

“Kau sudah makan?” Tanya Soonyoung dengan menepuk pelan celah ranjangnya yang kosong agar Jihoon dapat duduk.

Melihat gerakan itu, Jihoon langsung menduduki ranjang Soonyoung secara perlahan.

“Belum sih, tapi aku sudah beli makanan agar aku bisa makan di kamarmu.” Ujarnya seraya menunjukkan bungkusan yang ia bawa dan tersenyum manis.

Soonyoung yang melihat senyum itu lantas membalas senyumannya, seraya mengacak pelan surai sang Omega.

Menggemaskan, pikir Soonyoung.

“Yasudah, makan saja duluan. Makananku masih lama sepertinya.”

“Masa sih? Ini sudah waktunya makan siang. Mengapa belum diantarkan?” Ujar Jihoon dan siap untuk berdiri. Namun tangannya segera ditahan oleh Soonyoung.

Sang Alpha tau, pasti Jihoon akan menghampiri ruangan suster.

“Sudahlah nan-”

“Nah, kan, ini datang susternya.” Lanjut Soonyoung seraya menarik lembut tangan Jihoon agar berdiri disampingnya.

“Terima kasih, suster.” Ujar Soonyoung seraya tersenyum kearah suster.

“Sama-sama, sudah tugas saya. Permisi.” Balas suster seraya tersenyum.

Sepeninggal suster, Jihoon mencebikkan bibirnya kesal, dan segera melepas genggaman Soonyoung sedikit kasar seraya menyiapkan makanan Soonyoung.

Soonyoung yang melihat hal itu hanya menggeleng kecil.

Merajuk, pikirnya dengan senyuman kecil di bibirnya.

“Ayo, makan.” Ujar Jihoon seraya menyodorkan sendok makan yang sudah dipenuhi lauk-pauk untuk sang Alpha.

Soonyoung langsung melahapnya seraya menadahkan telapak tangannya ke depan mulut Jihoon.

“Apa?” Tanya Jihoon heran dengan dahi yang mengerenyit lucu.

Oh, jangan lupa dengan bibirnya yang masih mengerucut.

“Awas jatuh.”

“Apanya?” Ketus Jihoon.

“Bibirmu.”

Mendengar jawaban itu, Jihoon langsung mencubit tangan Soonyoung hingga mengaduh.

“Aaakk- aduhh, aduhhh, iya iyaa hahaha maaf. Sudah, sudah hahaha, siapa suruh cemberut seperti itu.” Ujar Soonyoung seraya melepaskan tangan Jihoon dan mencubit bibir Jihoon.

“Ishh, sakit tau! Menyebalkan!”

“Ishh, aku juga sakit tau! Kamu lebih menyebalkan.”

“Jangan mengikutiku!”

“Aku tidak mengikutimu?”

“Tapi kamu membalasnya seperti aku membalasmu!”

“Kan kenyataannya seperti itu?”

“Terserah!”

“Nih, makan!” Lanjut Jihoon seraya menyodorkan sendoknya dengan brutal. Membuat Soonyoung sedikit tersedak.

“Nih, minum!”

“Heyy!! Kau mau membunuhku ya?!”

“Tidak, aku tidak.”

“Kenapa brutal sekali, huh? Lagi pula kenapa kau marah-marah sih? Ada yang membuatmu kesal?”

Mendengar hal itu, Jihoon langsung menghela napas lelah seraya menyendokkan makan ke mulut Soonyoung.

“Aku sebal.”

“Sama siapa?” Tanya Soonyoung seraya mengunyah makanannya.

“Atasanmu itu, sebelum dirimu yang mengambil alih Misi ini.”

White Tiger?”

Jihoon segera mengangguk.

“Kenapa? Dia sudah sembuh?”

“Sudah. Terus tadi dia datang ke kantor kita. Kau tau kan? Daerah Tegea. Kenapa juga dia tau markas internal kita?” Ujar Jihoon dengan bibir yang mengerucut lucu dan mengambil makanan dengan brutal.

“Hey, itu makanan, jangan seperti itu.” Ujar Soonyoung lembut dan memegang tangan Jihoon yang mengepal kesal.

“Habisnya,” jeda Jihoon dengan tangannya yang sibuk mengambil makanan Soonyoung.

“Aku kesal! Dia seenaknya bilang kalau tim kita tidak becus. Padahal setahuku saat dipimpin olehnya kita tidak mendapat apa-apa. Maka dari itu pemerintah membentuk tim ulang, kan?” Lanjut Jihoon seraya menyodorkan kembali sendoknya.

Mendengar hal itu, Soonyoung pun berpikir.

Apakah ada yang disembunyikan oleh ketua tim mereka? Sehingga kasus ini tidak ada titik temu sampai sekarang?

“Lalu, kau tau tidak?–”

“Tidak.”

“Ishhh, jangan menjawab dulu!!” Ujar Jihoon dengan menatap tajam ke arah Soonyoung.

Soonyoung yang ditatap pun hanya tersenyum polos.

“Ishh, kalau kau tidak sakit. Sudah ku tonjok kau!”

“Aish, galaknya~” ledek Soonyoung

“Berhenti meledekku! Mau dilanjutkan tidak?”

Go ahead, Wun.”

Jihoon menghela napasnya berat. Matanya menyendu. Jangan lupakan aroma pekat yang dapat tercium oleh Soonyoung.

“Heyy, kenapa?” Tanya Soonyoung lembut.

“Dia bilang karena ada aku, jadinya insiden kemarin terjadi.”

Mencium aroma yang semakin pekat, Soonyoung segera menarik lembut piring makannya dan menyimpannya di nakas. Kemudian menarik lembut tangan Jihoon agar mendekat.

“Lalu, apalagi yang ia lontarkan?” Ujar Soonyoung seraya mengelus lembut tangan yang berada digenggamannya.

“Misi ini akan terancam gagal jika ada aku, karena aku seorang omega. Katanya...”

“Memangnya, aku menginginkannya? Aku juga tidak mau jadi omega..”

“Seandainya pun bisa.. hiks.. aku juga ingin berubah agar tidak menjadi seorang omega..” Ujar Jihoon yang semakin memperdalam tundukkan-nya.

Melihat Jihoon yang menangis tersedu-sedu. Soonyoung lantas merengkuh Jihoon kepelukkannya dan mengusap lembut punggung Omega itu. Menenggelamkan wajah Jihoon ke arah ceruk lehernya. Soonyoung pun segera mengeluarkan aroma cederwood dan petrichor yang menenangkan.

Cukup lama mereka ada di posisi tersebut, sebelum Soonyoung memutus pelukannya seraya menghapus lelehan air mata Jihoon.

“Tenang, oke? Minum dulu.” Ujar Soonyoung dengan menyodorkan segelas air.

Setelah merasa cukup tenang, Soonyoung menanyakan kembali apa yang dilontarkan kepala timnya dengan lembut.

“Apalagi yang ia katakan, hm?”

“Kau dijelekkan olehnya. Aku tak suka. Lalu.. aku balas mengatainya bahwa dia lebih jelek.”

Mendengar jawaban Jihoon, Soonyoung segera menutup mulutnya yang menahan tawa.

“Kenapa tertawa? Memang benarkan?”

“Kau tidak perlu membelaku, Jihoon. Dia memang seperti itu. Maunya kerja sendiri, dia ingin menonjolkan dirinya sendiri.” Ujar Soonyoung dengan merapihkan surai Jihoon dengan lembut.

“Sudah yaa, jangan kesal seperti ini.. aku sudah biasa disebut tak becus olehnya.” Lanjut Soonyoung menenangkan seraya mengelus lembut tangan Jihoon.

“Menyebalkan.” Decih Jihoon.

“Lalu apalagi?”

“Setelah aku bilang gitu, dia langsung pergi entah kemana.” Ujar Jihoon menggedikkan bahunya.

Jihoon tersentak kaget, ia seperti mengingat sesuatu.

“Ada apa?” Tanya Soonyoung.

“Waktu kita berpencar saat di TKP itu, aku menemukan gambar aneh, Sun.” Ucap Jihoon dengan menatap tajam mata Soonyoung.

“Gambar apa?”

“Hmm, sulit menjelaskannya. Tapi aku masih mengingat gambarnya. Sebentar, aku menggambarnya di catatanku.” Ujar Jihoon seraya melepas genggaman tangan mereka dan mencari buku catatan yang selalu ia bawa.

“Nah, seperti ini.” Tunjuk Jihoon.

Soonyoung yang melihat gambar Jihoon pun segera meneliti bentuk gambar tersebut.

“Kau tau, Sun? Gambar ini pula ada di beberapa bagian tubuh para korban.” Lanjut Jihoon seraya menunjukkan temuannya.

“Aku hanya mendengar interaksi bartender dengan seseorang lewat sambungan telpon.” Ujar Soonyoung.

“Mereka berbicara dengan Bahasa Korea.” Lanjut Soonyoung dengan membaca teliti catatan Jihoon.

“Nah, sebagian dari mereka bisa menggunakan Bahasa Korea,”

“Apakah pelaku utama berasal dari Korea?” Ujar mereka berbarengan dan segera terlonjak kaget karena pemikiran yang sama.

“Benar. Aku rasa pelaku utama berasal dari korea atau belajar Bahasa Korea.” Ujar Soonyoung menambahkan seraya membaca kembali catatan Jihoon.

“Sun,” Panggil Jihoon.

“Hm?” Sahut Soonyoung seraya menatap Jihoon.

“Aku curiga ada musuh dalam selimut.” Ujar Jihoon membalas tatapannya.

Mendengar perkataan Jihoon, Soonyoung segera bertanya.

“Anggota tim White Tiger, apakah bersamanya saat mereka ke markas?”

“Ada, apakah-” Belum sempat Jihoon melanjutkan kata-katanya, Soonyoung segera memotongnya.

“Tolong ambilkan ponselku, Wun.”

Dengan cekatan Jihoon mengambil ponsel Soonyoung dan memberikannya.

“Aku akan memindahkan catatanku agar aku mempunyai salinan.” Ujar Jihoon segera membuka tasnya dan menyiapkan peralatannya di samping ranjang Soonyoung.

“Silakan, rapihkan semua catatanmu. Itu bukti kita.”

“Baik, Capt.” Sahut Jihoon dengan tangan yang sibuk merapihkan peralatan yang dibutuhkan.

Setelah merapihkan peralatannya. Jihoon segera bangun dari duduknya dan menghampiri pintu ruang inap, lalu menguncinya.

“Agar tidak ada yang langsung masuk.” Ujarnya dan segera menyalin catatannya yang tertunda tadi.

Soonyoung segera menelpon kedua rekannya. Mengingat rekannya sulit dihubungi melalui chat sedari tadi.

Mendengar sambungan telpon diterima, Soonyoung segera bertanya,

“Dimana kalian?”

DK dan aku ada di markas kita, Capt. Kenapa?” Jawab Jun.

“Segeralah ke rumah sakit dimana aku dirawat. Bawa semua berkas yang ada di markas internal kita. Semuanya, tak tersisa. Kosongkan markas kita segera, Dal.”

Baik, Capt. Kami akan melaksanakannya.

“Terima kasih, Dal. Rapihkan segera, jangan sampai tersisa barang sedikitpun. Kemudian segera ke kamar inapku. Ada yang harus kita diskusikan. Lihat sekeliling kalian, jangan mengundang kecurigaan dan tetap waspada. Tim kita dilacak. Kau tahukan?”

Iya, Capt. Aku tahu, kami juga ingin menyampaikan sesuatu.

“Baik, hati-hati. Tetap waspada dan tanggap. Jangan membuka celah, Dal. Aku percaya padamu.”

Siap, Capt. Kami akan tiba di sana selama 20 menit.

“Baik, terima kasih.”

Siap, Capt.

Soonyoung segera menutup sambungan telponnya. Ia memijat pelan pelipisnya.

Kepalanya terasa pusing kembali.

Jihoon yang memang sering melirik kearah Soonyoung pun lantas berdiri. Segera ia menuangkan air kedalam gelas dan memberikannya ke Soonyoung.

Kemudian membaringkan tubuh Soonyoung secara lembut ke ranjang yang telah ia rapihkan.

“Tidurlah dulu, kamu masih sakit. Biar aku saja nanti yang menjelaskan ke Dal dan DK.” Ujar Jihoon lembut seraya menyelimuti Soonyoung.

“Hm, terima kasih. Jika kamu lelah istirahatlah, jangan dipaksakan. Aku akan tidur sebentar, bangunkan aku jika mereka berdua sudah datang.” Ujar Soonyoung sedikit melirih.

“Hmm, tidurlah. Selamat tidur.” Ujar Jihoon seraya mengelus lembut surai sang Alpha berharap dapat mengurangi sakit kepala yang dirasakan Soonyoung.

Melihat Soonyoung yang sudah terlelap, Jihoon segera melanjutkan kegiatannya dan menghela napasnya berat.

Akan menjadi hari yang melelahkan dan panjang. Pikirnya, seraya kembali menyalin catatannya dengan serius.

To be Continued

Athena's


TW// Insecurity

#Athenachapter 6


Sudah seminggu Soonyoung dirawat akibat insiden minggu lalu. Soonyoung yang kini terbaring hanya bisa melamun. Memikirkan apa yang terjadi minggu lalu. Mengapa dirinya semurka itu.

Kenapa hanya dirinya saja yang bisa mencium aroma Hutan Hujan dan blossom. Soonyoung pernah bertanya mengenai aroma tersebut ke Jun. Jawaban Jun tetap sama, ia tidak mencium aroma apapun.

Semakin dipikirkan semakin pula kepalanya terasa sakit.

Baru kali ini ia sangat lemah. Seminggu hanya terbaring di rumah sakit ia merasakan lemas, mual, dan pusing. Padahal ia pernah tertembak saat menjalankan Misi, tapi mengapa Misi kali ini terasa sangat berat.

Tersiksa sekali, pikirnya seraya memijat pelipisnya berharap rasa sakit itu akan berkurang.

Saat yang bersamaan, pintu rawat inap Soonyoung terbuka. Memunculkan kepala yang mengintip ke arah ranjang rumah sakit.

Mendengar pintu terbuka, Soonyoung segera membuka matanya waspada.

“Hai!”

“Hmm, masuklah.”

“Bagaimana kabarmu?”

“Ya, begini saja. Masih sering pusing.”

“Maaf ya,” Ujar Jihoon berdiri di samping ranjang rumah sakit.

Jihoon lah yang datang.

Sebenarnya, omega ini selalu menjenguk Soonyoung. Menanyakan kabar, memberikan informasi yang dirinya dapatkan, menunjukkan catatan yang ia kumpulkan, dan sebagainya. Bahkan kesehariannya pun ia ceritakan.

Agar tidak sepi saja.” Ujar Jihoon saat Soonyoung bertanya mengapa ia selalu bercerita ketika sedang mengunjungi dirinya.

“Sudahlah, sudah tugasku juga menjaga anggota timku.”

“Hmm, kamu sudah makan?” Tanya Jihoon seraya menelisik wajah sang Alpha.

“Belum, perawat belum mengantarkannya.”

“Kau sudah makan?” Tanya Soonyoung dengan menepuk pelan celah ranjangnya yang kosong agar Jihoon dapat duduk.

Melihat gerakan itu, Jihoon langsung menduduki ranjang Soonyoung secara perlahan.

“Belum sih, tapi aku sudah beli makanan agar aku bisa makan di kamarmu.” Ujarnya seraya menunjukkan bungkusan yang ia bawa dan tersenyum manis.

Soonyoung yang melihat senyum itu lantas membalas senyumannya, seraya mengacak pelan surai sang Omega.

Menggemaskan, pikir Soonyoung.

“Yasudah, makan saja duluan. Makananku masih lama sepertinya.”

“Masa sih? Ini sudah waktunya makan siang. Mengapa belum diantarkan?” Ujar Jihoon dan siap untuk berdiri. Namun tangannya segera ditahan oleh Soonyoung.

Sang Alpha tau, pasti Jihoon akan menghampiri ruangan suster.

“Sudahlah nan-”

“Nah, kan, ini datang susternya.” Lanjut Soonyoung seraya menarik lembut tangan Jihoon agar berdiri disampingnya.

“Terima kasih, suster.” Ujar Soonyoung seraya tersenyum kearah suster.

“Sama-sama, sudah tugas saya. Permisi.” Balas suster seraya tersenyum.

Sepeninggal suster, Jihoon mencebikkan bibirnya kesal, dan segera melepas genggaman Soonyoung sedikit kasar seraya menyiapkan makanan Soonyoung.

Soonyoung yang melihat hal itu hanya menggeleng kecil.

Merajuk, pikirnya dengan senyuman kecil di bibirnya.

“Ayo, makan.” Ujar Jihoon seraya menyodorkan sendok makan yang sudah dipenuhi lauk-pauk untuk sang Alpha.

Soonyoung langsung melahapnya seraya menadahkan telapak tangannya ke depan mulut Jihoon.

“Apa?” Tanya Jihoon heran dengan dahi yang mengerenyit lucu.

Oh, jangan lupa dengan bibirnya yang masih mengerucut.

“Awas jatuh.”

“Apanya?” Ketus Jihoon.

“Bibirmu.”

Mendengar jawaban itu, Jihoon langsung mencubit tangan Soonyoung hingga mengaduh.

“Aaakk- aduhh, aduhhh, iya iyaa hahaha maaf. Sudah, sudah hahaha, siapa suruh cemberut seperti itu.” Ujar Soonyoung seraya melepaskan tangan Jihoon dan mencubit bibir Jihoon.

“Ishh, sakit tau! Menyebalkan!”

“Ishh, aku juga sakit tau! Kamu lebih menyebalkan.”

“Jangan mengikutiku!”

“Aku tidak mengikutimu?”

“Tapi kamu membalasnya seperti aku membalasmu!”

“Kan kenyataannya seperti itu?”

“Terserah!”

“Nih, makan!” Lanjut Jihoon seraya menyodorkan sendoknya dengan brutal. Membuat Soonyoung sedikit tersedak.

“Nih, minum!”

“Heyy!! Kau mau membunuhku ya?!”

“Tidak, aku tidak.”

“Kenapa brutal sekali, huh? Lagi pula kenapa kau marah-marah sih? Ada yang membuatmu kesal?”

Mendengar hal itu, Jihoon langsung menghela napas lelah seraya menyendokkan makan ke mulut Soonyoung.

“Aku sebal.”

“Sama siapa?” Tanya Soonyoung seraya mengunyah makanannya.

“Atasanmu itu, sebelum dirimu yang mengambil alih Misi ini.”

White Tiger?”

Jihoon segera mengangguk.

“Kenapa? Dia sudah sembuh?”

“Sudah. Terus tadi dia datang ke kantor kita. Kau tau kan? Daerah Tegea. Kenapa juga dia tau markas internal kita?” Ujar Jihoon dengan bibir yang mengerucut lucu dan mengambil makanan dengan brutal.

“Hey, itu makanan, jangan seperti itu.” Ujar Soonyoung lembut dan memegang tangan Jihoon yang mengepal kesal.

“Habisnya,” jeda Jihoon dengan tangannya yang sibuk mengambil makanan Soonyoung.

“Aku kesal! Dia seenaknya bilang kalau tim kita tidak becus. Padahal setahuku saat dipimpin olehnya kita tidak mendapat apa-apa. Maka dari itu pemerintah membentuk tim ulang, kan?” Lanjut Jihoon seraya menyodorkan kembali sendoknya.

Mendengar hal itu, Soonyoung pun berpikir.

Apakah ada yang disembunyikan oleh ketua tim mereka? Sehingga kasus ini tidak ada titik temu sampai sekarang?

“Lalu, kau tau tidak?–”

“Tidak.”

“Ishhh, jangan menjawab dulu!!” Ujar Jihoon dengan menatap tajam ke arah Soonyoung.

Soonyoung yang ditatap pun hanya tersenyum polos.

“Ishh, kalau kau tidak sakit. Sudah ku tonjok kau!”

“Aish, galaknya~” ledek Soonyoung

“Berhenti meledekku! Mau dilanjutkan tidak?”

Go ahead, Wun.”

Jihoon menghela napasnya berat. Matanya menyendu. Jangan lupakan aroma pekat yang dapat tercium oleh Soonyoung.

“Heyy, kenapa?” Tanya Soonyoung lembut.

“Dia bilang karena ada aku, jadinya insiden kemarin terjadi.”

Mencium aroma yang semakin pekat, Soonyoung segera menarik lembut piring makannya dan menyimpannya di nakas. Kemudian menarik lembut tangan Jihoon agar mendekat.

“Lalu, apalagi yang ia lontarkan?” Ujar Soonyoung seraya mengelus lembut tangan yang berada digenggamannya.

“Misi ini akan terancam gagal jika ada aku, karena aku seorang omega. Katanya...”

“Memangnya, aku menginginkannya? Aku juga tidak mau jadi omega..”

“Seandainya pun bisa.. hiks.. aku juga ingin berubah agar tidak menjadi seorang omega..” Ujar Jihoon yang semakin memperdalam tundukkan-nya.

Melihat Jihoon yang menangis tersedu-sedu. Soonyoung lantas merengkuh Jihoon kepelukkannya dan mengusap lembut punggung Omega itu. Menenggelamkan wajah Jihoon ke arah ceruk lehernya. Soonyoung pun segera mengeluarkan aroma cederwood dan petrichor yang menenangkan.

Cukup lama mereka ada di posisi tersebut, sebelum Soonyoung memutus pelukannya seraya menghapus lelehan air mata Jihoon.

“Tenang, oke? Minum dulu.” Ujar Soonyoung dengan menyodorkan segelas air.

Setelah merasa cukup tenang, Soonyoung menanyakan kembali apa yang dilontarkan kepala timnya dengan lembut.

“Apalagi yang ia katakan, hm?”

“Kau dijelekkan olehnya. Aku tak suka. Lalu.. aku balas mengatainya bahwa dia lebih jelek.”

Mendengar jawaban Jihoon, Soonyoung segera menutup mulutnya yang menahan tawa.

“Kenapa tertawa? Memang benarkan?”

“Kau tidak perlu membelaku, Jihoon. Dia memang seperti itu. Maunya kerja sendiri, dia ingin menonjolkan dirinya sendiri.” Ujar Soonyoung dengan merapihkan surai Jihoon dengan lembut.

“Sudah yaa, jangan kesal seperti ini.. aku sudah biasa disebut tak becus olehnya.” Lanjut Soonyoung menenangkan seraya mengelus lembut tangan Jihoon.

“Menyebalkan.” Decih Jihoon.

“Lalu apalagi?”

“Setelah aku bilang gitu, dia langsung pergi entah kemana.” Ujar Jihoon menggedikkan bahunya.

Jihoon tersentak kaget, ia seperti mengingat sesuatu.

“Ada apa?” Tanya Soonyoung.

“Waktu kita berpencar saat di TKP itu, aku menemukan gambar aneh, Sun.” Ucap Jihoon dengan menatap tajam mata Soonyoung.

“Gambar apa?”

“Hmm, sulit menjelaskannya. Tapi aku masih mengingat gambarnya. Sebentar, aku menggambarnya di catatanku.” Ujar Jihoon seraya melepas genggaman tangan mereka dan mencari buku catatan yang selalu ia bawa.

“Nah, seperti ini.” Tunjuk Jihoon.

Soonyoung yang melihat gambar Jihoon pun segera meneliti bentuk gambar tersebut.

“Kau tau, Sun? Gambar ini pula ada di beberapa bagian tubuh para korban.” Lanjut Jihoon seraya menunjukkan temuannya.

“Aku hanya mendengar interaksi bartender dengan seseorang lewat sambungan telpon.” Ujar Soonyoung.

“Mereka berbicara dengan Bahasa Korea.” Lanjut Soonyoung dengan membaca teliti catatan Jihoon.

“Nah, sebagian dari mereka bisa menggunakan Bahasa Korea,”

“Apakah pelaku utama berasal dari Korea?” Ujar mereka berbarengan dan segera terlonjak kaget karena pemikiran yang sama.

“Benar. Aku rasa pelaku utama berasal dari korea atau belajar Bahasa Korea.” Ujar Soonyoung menambahkan seraya membaca kembali catatan Jihoon.

“Sun,” Panggil Jihoon.

“Hm?” Sahut Soonyoung seraya menatap Jihoon.

“Aku curiga ada musuh dalam selimut.” Ujar Jihoon membalas tatapannya.

Mendengar perkataan Jihoon, Soonyoung segera bertanya.

“Anggota tim White Tiger, apakah bersamanya saat mereka ke markas?”

“Ada, apakah-” Belum sempat Jihoon melanjutkan kata-katanya, Soonyoung segera memotongnya.

“Tolong ambilkan ponselku, Wun.”

Dengan cekatan Jihoon mengambil ponsel Soonyoung dan memberikannya.

“Aku akan memindahkan catatanku agar aku mempunyai salinan.” Ujar Jihoon segera membuka tasnya dan menyiapkan peralatannya di samping ranjang Soonyoung.

“Silakan, rapihkan semua catatanmu. Itu bukti kita.”

“Baik, Capt.” Sahut Jihoon dengan tangan yang sibuk merapihkan peralatan yang dibutuhkan.

Setelah merapihkan peralatannya. Jihoon segera bangun dari duduknya dan menghampiri pintu ruang inap, lalu menguncinya.

“Agar tidak ada yang langsung masuk.” Ujarnya dan segera menyalin catatannya yang tertunda tadi.

Soonyoung segera menelpon kedua rekannya. Mengingat rekannya sulit dihubungi melalui chat sedari tadi.

Mendengar sambungan telpon diterima, Soonyoung segera bertanya,

“Dimana kalian?”

DK dan aku ada di markas kita, Capt. Kenapa?” Jawab Jun.

“Segeralah ke rumah sakit dimana aku dirawat. Bawa semua berkas yang ada di markas internal kita. Semuanya, tak tersisa. Kosongkan markas kita segera, Dal.”

Baik, Capt. Kami akan melaksanakannya.

“Terima kasih, Dal. Rapihkan segera, jangan sampai tersisa barang sedikitpun. Kemudian segera ke kamar inapku. Ada yang harus kita diskusikan. Lihat sekeliling kalian, jangan mengundang kecurigaan dan tetap waspada. Tim kita dilacak. Kau tahukan?”

Iya, Capt. Aku tahu, kami juga ingin menyampaikan sesuatu.

“Baik, hati-hati. Tetap waspada dan tanggap. Jangan membuka celah, Dal. Aku percaya padamu.”

Siap, Capt. Kami akan tiba di sana selama 20 menit.

“Baik, terima kasih.”

Siap, Capt.

Soonyoung segera menutup sambungan telponnya. Ia memijat pelan pelipisnya.

Kepalanya terasa pusing kembali.

Jihoon yang memang sering melirik kearah Soonyoung pun lantas berdiri. Segera ia menuangkan air kedalam gelas dan memberikannya ke Soonyoung.

Kemudian membaringkan tubuh Soonyoung secara lembut ke ranjang yang telah ia rapihkan.

“Tidurlah dulu, kamu masih sakit. Biar aku saja nanti yang menjelaskan ke Dal dan DK.” Ujar Jihoon lembut seraya menyelimuti Soonyoung.

“Hm, terima kasih. Jika kamu lelah istirahatlah, jangan dipaksakan. Aku akan tidur sebentar, bangunkan aku jika mereka berdua sudah datang.” Ujar Soonyoung sedikit melirih.

“Hmm, tidurlah. Selamat tidur.” Ujar Jihoon seraya mengelus lembut surai sang Alpha berharap dapat mengurangi sakit kepala yang dirasakan Soonyoung.

Melihat Soonyoung yang sudah terlelap, Jihoon segera melanjutkan kegiatannya dan menghela napasnya berat.

Akan menjadi hari yang melelahkan dan panjang. Pikirnya, seraya kembali menyalin catatannya denga serius.

To be Continued

Athena's


TW// Insecurity

#Athenachapter 6


Sudah seminggu Soonyoung dirawat akibat insiden minggu lalu. Soonyoung yang kini terbaring hanya bisa melamun. Memikirkan apa yang terjadi minggu lalu. Mengapa dirinya semurka itu. Kenapa hanya dirinya saja yang bisa mencium aroma Hutan Hujan dan blossom. Soonyoung pernah bertanya mengenai aroma tersebut ke Jun. Jawaban Jun tetap sama, ia tidak mencium aroma apapun.

Semakin dipikirkan semakin pula kepalanya terasa sakit.

Baru kali ini ia sangat lemah. Seminggu hanya terbaring di rumah sakit ia merasakan lemas, mual, dan pusing. Padahal ia pernah tertembak saat menjalankan Misi, tapi mengapa Misi kali ini terasa sangat berat.

Tersiksa sekali.” Pikirnya seraya memijat pelipisnya berharap rasa sakit itu akan berkurang.

Saat yang bersamaan, pintu rawat inapnya terbuka. Memunculkan kepala yang mengintip ke arah ranjang rumah sakit.

Mendengar pintu terbuka, Soonyoung membuka matanya yang sedari tadi menutup.

“Hai!”

“Hmm, masuklah.”

“Bagaimana kabarmu?”

“Ya, begini saja. Masih sering pusing.”

“Maaf ya,” Ujar Jihoon berdiri di samping ranjang rumah sakit.

Jihoon lah yang datang. Sebenarnya, omega ini selalu menjenguk Soonyoung. Menanyakan kabar, memberikan informasi yang dirinya dapatkan, menunjukkan catatan yang ia kumpulkan, dan sebagainya. Bahkan kesehariannya pun ia ceritakan.

Agar tidak sepi saja.” Ujar Jihoon setiap ia selalu bercerita ketika sedang mengunjungi Soonyoung.

“Sudahlah, sudah tugasku juga menjaga anggota timku.”

“Hmm, kamu sudah makan?” Tanya Jihoon seraya menelisik wajah sang Alpha.

“Belum, perawat belum mengantarkannya.”

“Kau sudah makan?” Tanya Soonyoung dengan menepuk pelan celah ranjangnya yang kosong agar Jihoon dapat duduk.

Melihat gerakan itu, Jihoon langsung menduduki ranjang Soonyoung secara perlahan.

“Belum sih, tapi aku sudah beli makanan agar aku bisa makan di kamarmu.” Ujarnya seraya menunjukkan bungkusan yang ia bawa dan tersenyum manis.

Soonyoung yang melihat senyum itu lantas membalas senyumannya, seraya mengacak pelan surai sang Omega.

Menggemaskan.” Pikir Soonyoung.

“Yasudah, makan saja duluan. Makananku masih lama sepertinya.”

“Masa sih? Ini sudah waktunya makan siang. Mengapa belum diantarkan?” Ujar Jihoon siap untuk berdiri.

Tangannya segera ditahan oleh Soonyoung. Sang Alpha tau, pasti Jihoon akan menghampiri ruangan suster.

“Sudahlah nan-”

“Nah, kan, ini datang susternya.” Lanjut Soonyoung seraya menarik lembut tangan Jihoon agar berdiri disampingnya.

“Terima kasih, suster.” Ujar Soonyoung seraya tersenyum kearah suster.

“Sama-sama, sudah tugas saya. Permisi.”

Sepeninggal suster, Jihoon mencebikkan kesal dan melepas genggaman Soonyoung sedikit kasar seraya menyiapkan makanan Soonyoung.

Soonyoung yang melihat hal itu hanya menggeleng kecil.

Merajuk, pikirnya dengan senyuman kecil di bibirnya.

“Ayo, makan.” Ujar Jihoon seraya menyodorkan sesendok nasi yang sudah dipenuhi lauk-pauk untuk sang Alpha.

Soonyoung langsung melahapnya seraya menadahkan telapak tangannya ke depan mulut Jihoon.

“Apa?” Tanya Jihoon heran dengan dahi yang mengerenyit lucu.

Oh, jangan lupa dengan bibirnya yang masih mengerucut.

“Awas jatuh.”

“Apanya?” Ketus Jihoon.

“Bibirmu.”

Mendengar jawaban itu, Jihoon langsung mencubit tangan Soonyoung hingga mengaduh.

“Aaakk- aduhh, aduhhh, iya iyaa hahaha maaf. Sudah, sudah hahaha, siapa suruh cemberut seperti itu.” Ujar Soonyoung seraya melepaskan tangan Jihoon dan mencubit bibir Jihoon.

“Ishh, sakit tau! Menyebalkan!”

“Yaaa, aku juga sakit tau! Kamu lebih menyebalkan.”

“Jangan mengikutiku!”

“Aku tidak mengikutimu?”

“Tapi kamu membalasnya seperti aku membalasmu!”

“Kan, kenyataannya seperti itu?”

“Terserah!”

“Nih, makan!” Lanjut Jihoon seraya menyodorkan sendoknya dengan brutal. Membuat Soonyoung sedikit tersedak.

“Nih, minum!”

“Heyy!! Kau mau membunuhku ya?!”

“Tidak, aku tidak.”

“Kenapa brutal sekali, huh? Lagi pula kenapa kau marah-marah sih? Ada yang membuatmu kesal?”

Mendengar hal itu, Jihoon langsung menghela napas lelah seraya menyendokkan makan ke mulut Soonyoung.

“Aku sebal.”

“Sama siapa?”

“Atasanmu itu. Sebelum dirimu yang mengambil alih Misi ini.”

White Tiger?”

Jihoon yang mendengar pertanyaan itupun mengangguk.

“Kenapa? Dia sudah sembuh?”

“Sudah. Terus tadi dia datang ke kantor kita. Kau tau kan? Daerah Tegea. Kenapa juga dia tau markas internal kita?” Ujar Jihoon dengan bibir yang mengerucut lucu dan mengambil makanan dengan brutal.

“Hey, itu makanan jangan seperti itu.” Ujar Soonyoung lembut dan memegang tangan Jihoon yang mengepal kesal.

“Habisnya,”

“Aku kesal! Dia seenaknya bilang kalau tim kita tidak becus. Padahal setahuku, pada saat dipimpin olehnya. Kita tidak mendapat apa-apa. Maka dari itu pemerintah membentuk tim ulang, kan?” Lanjut Jihoon seraya menyodorkan kembali sendoknya.

Mendengar hal itu, Soonyoung pun berpikir.

Apakah ada yang disembunyikan oleh ketua tim mereka? Sehingga kasus ini tidak ada titik temu sampai sekarang?

“Lalu, kau tau tidak?–”

“Tidak.”

“Ishhh, jangan menjawab dulu!!” Ujar Jihoon dengan menatap tajam ke arah Soonyoung. Soonyoung yang ditatap pun hanya tersenyum polos.

“Ishh, kalau kau tidak sakit. Sudah ku tonjok kau!”

“Aish, galaknyak~” ledek Soonyoung

“Berhenti meledekku! Mau dilanjutkan tidak?”

Go ahead, Wun.”

Jihoon menghela napsnya berat. Matanya menyendu dan jangan lupakan aroma pekat yang bisa tercium oleh Soonyoung.

“Heyy, kenapa?”

“Dia bilang karena ada aku, jadinya insiden kemarin terjadi.”

Mencium aroma yang semakin pekat, Soonyoung segera menarik lembut piring makannya dan menyimpannya di nakas. Kemudian menarik lembut tangan Jihoon agar mendekat.

“Lalu, apalagi yang ia lontarkan?” Ujar Soonyoung seraya mengelus lembut tangan yang berada digenggamannya.

“Misi ini akan terancam gagal jika ada aku, karena aku seorang omega. Katanya...”

“Memangnya, aku menginginkannya? Aku juga tidak mau jadi omega..”

“Seandainya pun bisa.. hiks.. aku juga ingin berubah agar tidak menjadi seorang omega..” Ujar Jihoon yang semakin memperdalam tundukkan kepalanya.

Melihat Jihoon yang menangis tersedu-sedu. Soonyoung lantas merengkuh Jihoon kepelukkannya dan mengusap lembut punggung Omega itu. Menenggelamkan wajah Jihoon ke arah lehernya dan segera mengeluarkan aroma cederwood dan petrichor yang menenangkan.

Cukup lama mereka ada di posisi tersebut sebelum Soonyoung memutus pelukannya seraya menghapus lelehan air mata Jihoon.

“Tenang, oke? Minum dulu.” Ujar Soonyoung menyodorkan air mineral kepunyaan dirinya.

Setelah merasa cukup tenang, Soonyoung menanyakan kembali apa yang dilontarkan kepala timnya dengan lembut.

“Apalagi yang ia katakan, hm?”

“Kau dijelekkan olehnya. Aku tak suka. Lalu.. aku balas mengatainya bahwa dia lebih jelek.”

Mendengar jawaban Jihoon, Soonyoung segera menutup mulutnya yang menahan tawa.

“Kenapa tertawa? Memang benarkan?”

“Kau tidak perlu membelaku, Jihoon. Dia memang seperti itu. Maunya kerja sendiri, dia ingin menonjolkan dirinya sendiri.”

“Sudah yaa, jangan kesal seperti ini.. aku sudah biasa disebut tak becus olehnya.” Lanjut Soonyoung menenangkan seraya mengelus lembut tangan Jihoon.

“Menyebalkan.” Decih Jihoon.

“Lalu apalagi?”

“Setelah aku bilang gitu, dia langsung pergi entah kemana.” Ujar Jihoon menggedikkan bahunya.

Jihoon tersentak kaget, ia seperti mengingat sesuatu.

“Ada apa?” Tanya Soonyoung.

“Waktu kita berpencar saat di TKP itu, aku menemukan gambar aneh, Sun.” Ucap Jihoon dengan menatap tajam mata Soonyoung.

“Gambar apa?”

“Hmm, sulit menjelaskannya. Tapi aku masih mengingat gambarnya. Sebentar, aku menggambarnya di catatanku.” Ujar Jihoon seraya melepas genggaman tangan mereka dan mencari buku catatan yang selalu ia bawa.

“Nah, seperti ini.” Tunjuk Jihoon.

Soonyoung yang melihat gambar Jihoon pun segera meneliti bentuk gambar tersebut.

“Kau tau, Sun? Gambar ini pula ada di beberapa bagian tubuh para korban.” Lanjut Jihoon seraya menunjukkan temuannya.

“Aku hanya mendengar interaksi bartender dengan seseorang lewat sambungan telpon.”

“Mereka menggunakan Bahasa Korea.” Lanjut Soonyoung dengan membaca teliti catatan Jihoon.

“Nah, sebagian dari mereka bisa menggunakan Bahasa Korea,”

“Apakah pelaku utama berasal dari Korea?” Ujar mereka berbarengan dan segera terlonjak kaget karena pemikiran yang sama.

“Benar. Aku rasa pelaku utama berasal dari korea atau belajar Bahasa Korea.” Ujar Soonyoung menambahkan seraya membaca kembali catatan Jihoon.

“Sun,” Panggil Jihoon.

“Hm?” Sahut Soonyoung seraya menatap Jihoon.

“Aku curiga ada musuh dalam selimut.”

Mendengar perkataan Jihoon, Soonyoung segera bertanya.

“Anggota tim White Tiger, apakah bersamanya saat mereka ke markas?”

“Ada, apakah-” Belum sempat melanjutkan perkataannya, Soonyoung segera memotongnya.

“Tolong ambilkan ponselku, Wun.”

Dengan cekatan Jihoon mengambil ponsel Soonyoung dan memberikannya.

“Aku akan memindahkan catatanku agar aku mempunyai salinan.” Ujar Jihoon segera membuka laptopnya dan menyalin catatannya di samping ranjang Soonyoung.

“Silakan, rapihkan semua catatanmu. Itu bukti kita.”

“Baik, Capt.” Setelah merapihkan peralatannya. Jihoon segera bangun dari duduknya dan menghampiri pintu ruang inap itu lalu menguncinya.

“Agar tidak ada yang langsung masuk.” Ujarnya dan segera melakukan kegiatan yang tertunda tadi.

Soonyoung segera menelpon kedua rekannya. Mengingat rekannya sulit dihubungi melalui chat.

Mendengar sambungan telpon diterima, Soonyoung segera bertanya,

“Dimana kalian?”

DK dan aku ada di markas kita, Capt. Kenapa?” Jawab Jun.

“Segeralah ke rumah sakit dimana aku dirawat. Bawa semua berkas yang ada di markas internal kita. Semuanya, tak tersisa. Kosongkan, markas kita segera, Dal.”

Baik, Capt. Kami akan melaksanakan itu.

“Terima kasih, Dal. Rapihkan segera, jangan sampai tersisa barang sedikitpun. Kemudian ke kamar inapku. Ada yang harus kita diskusikan. Lihat sekeliling kalian, jangan mengundang kecurigaan dan tetap waspada. Tim kita dilacak. Kau tahukan?”

Iya, Capt. Aku tahu, kami juga ingin menyampaikan temuan kita.

“Baik, hati-hati. Tetap waspada dan tanggap. Jangan membuka celah, Dal. Aku percaya padamu.”

Siap, Capt. Kami akan segera kesana 20 menit lagi.

“Baik, terima kasih.”

Siap, Capt.

Soonyoung segera menutup sambungan telponnya. Ia memijat pelan pelipisnya. Kepalanya terasa pusing kembali.

Jihoon yang memang sering melirik kearah Soonyoung pun lantas berdiri. Segera ia memberikan segelas air putih dan membaringkan Soonyoung secara lembut.

“Tidurlah dulu, kamu masih sakit. Biar aku saja nanti yang menjelaskan ke Dal dan DK.” Ujar Jihoon lembut seraya menyelimuti Soonyoung.

“Hm, terima kasih. Jika kau lelah istirahatlah, jangan dipaksakan. Aku tidur sebentar, jika mereka berdua sudah datang. Tolong bangunkan aku.” Ujar Soonyoung sedikit melirih.

“Hmm, tidurlah. Selemat tidur.” Ujar Jihoon seraya mengelus lembut surai sang Alpha berharap dapat mengurangi sakit kepala yang dirasakan Soonyoung.

Melihat Soonyoung yang sudah terlelap, Jihoon segera melanjutkan kegiatannya dan menghela napasnya berat.

Akan menjadi hari yang melelahkan dan panjang. Pikirnya, seraya kembali menyalin catatannya denga serius.

To be Continued