Menikmati Semilir Angin
TW // harsh word
Holding other people's hands without consent
#MasBihun part. 9
Soonyoung hanya bisa menahan mual akibat motor yang dikendarai Jihoon melaju sangat cepat— yang membuat ia tidak bisa melihat sekitarnya dengan baik akibat hembusan angin yang cukup kencang.
Ia juga hampir terjatuh akibat polisi tidur yang di hantam Jihoon. “ISH ANJENG! GUA MAU JATOH!” teriaknya seraya memukul bahu Jihoon keras. “IYA IYA SORRY, GUE LUPA LAGI BAWA LO!” sahut Jihoon dan segera memelankan laju motornya karena pukulan Soonyoung pada bahunya tidak main-main. “Bego dasar.” celetuk Soonyoung kesal. “Gue denger ya!” jawaban Jihoon hanya dibalas dengan ejekan oleh Soonyoung— “Nyenyenye, gui dingir yi,” — yang diikuti oleh tatapan jengahnya.
Tak lama kemudian, Soonyoung merasakan jika laju motornya melambat dan segera ia bertanya, “udah sampe?” Jihoon yang mendengar pun hanya mengangguk dan mengerem motornya secara mendadak— membuat lelaki dibelakangnya secara tak sengaja terdorong ke depan. “Ish anjir, lu kenapa si?! Modus banget lo!” hardik Soonyoung kesal seraya memukul bahu Jihoon, lagi. Yang di pukul pun hanya meringis dan men-standar-kan motornya seraya membuka helmnya. “Sorry, sorry, ga biasa bawa motor matic gua-nya.” jawab Jihoon dan menyimpan helmnya di spion motornya.
Jihoon yang melihat helm Soonyoung masih tersangkut di kepalanya— langsung mengadahkan tangannya ke hadapan lelaki tembam itu. “Apa?” tanya Soonyoung heran, “ga ada duit gue, 'kan lu yang ngajak masa minta sama gue?” lanjutnya seraya menepuk kasar tangan Jihoon. Jihoon yang mendapat tepukkan kasar hanya menghela napasnya lelah seraya menoyor kepala lelaki di hadapannya. “Itu helm masih nyangkut di kepala lo. Kalo lo mau jajan sambil bawa-bawa helm mah gapapa, yang malu juga lo.” jawab Jihoon seraya berjalan meninggalkan Soonyoung yang menganga tidak percaya dengan sikap Jihoon tadi.
Kesal, segera ia berteriak, “LEE JIHOON NGESELIN!!!” amuknya seraya menyimpan helmnya brutal pada sela tungkuan kaki pada motornya.
Jihoon yang mendengar itu pun hanya tersenyum senang, “gapapa deh gua nikahin yang kaya gitu, seru juga dijailin seumur hidup,” bisiknya seraya terkekeh kecil akibat membayangkan hidupnya yang penuh warna karena lengkingan Soonyoung.
“Ishhh, Jihoon tungguin dong!” Teriak Soonyoung yang jaraknya agak jauh dari Jihoon yang jalan tanpa menunggunya.
Nah 'kan, baru dibayangin udah kejadian aja, “cepetan!! Lelet banget sih!” sahut Jihoon dengan tubuhnya yang berhenti berjalan dan memutarkan badannya untuk melihat sosok lelaki bermulut bebek. Soonyoung yang dijawab seperti itu pun langsung berlari dengan mulut yang semakin mengerucut. “Lu 'kan yang ngajak gue! Kenapa ditinggal?!” jawabnya setelah ia berada di samping tubuh Jihoon. “Lu marah-marah mulu, berisik. Jadi gua tinggal.” Soonyoung hanya mendengus kesal, “nyebelin.”
“Nyebelin-nyebelin gini juga ketemu gue tiap hari, nanti.” sahut Jihoon dengan suara kecilnya yang masih tertangkap jelas oleh telinga Soonyoung. “Maksudnya?” tanyanya bingung. “Ga ada, ayo cepetan, mau makan ropisbak ga?” tanya Jihoon seraya menggandeng tangan Soonyoung untuk menyeberang ke tempat yang mereka ingin tuju.
Soonyoung hanya diam merasakan kehangatan yang menjalar pada tangan dan kedua pipinya. Ia hanya bisa menjawab pelan dan menunduk ke arah tangannya yang digenggam erat oleh Jihoon, “mau..” mendengar hal itu pun Jihoon segera menarik tangan Soonyoung dan segera mencari tempat duduk setelah menyeberang.
“Lu diem sini, gua ambil menunya dulu. Kalo ada yang ganggu, tonjok aja mukanya.” jelas Jihoon seraya berlalu untuk mengambil menu makanan yang sempat ia singgung. Soonyoung masih terkesima dengan hangatnya tangan Jihoon yang menggenggam tangannya tadi. Ia mengelus lembut tangannya dan menepuk-nepuk pipi gembilnya seraya berkata, “anjir, anjir jangan baper donggg, lemah banget gue cuma digituin doang baper!!”
Tak berapa lama, Jihoon datang membawa selembaran menu yang terlihat di laminating—seperti menu pedagang kaki lima pada umumnya— dan segera mendudukkan dirinya pada kursi plastik berwarna biru. “Nih, lu mau pesen apa?” tanyanya seraya menyodorkan menu ke hadapannya. Soonyoung yang melihat menu pun mengernyit bingung seraya memajukan bibirnya— yang merupakan pose andalannya saat ia berpikir keras.
Jihoon yang melihat tingkah Soonyoung pun tersenyum kecil, ia tau kalau Soonyoung belum pernah makan di tempat seperti ini. “Yang enak yang mana, Mas?” tanyanya bingung seraya menatap Jihoon memelas akibat bingung.
“Kalo lu laper, lu bisa mesen mi joshua, kalo lagi icip-icip aja ya mi kornet keju.” jelas Jihoon seraya menunjuk menu yang ia sebutkan tadi. Soonyoung mengerenyitkan dahinya, lagi. Ia bingung sungguh, “Mas, ini yang punya papi ya?” tanyanya dengan wajah penasaran. “Hah, engga? Kenapa gitu?” Jawab Jihoon lebih bingung atas pertanyaan Soonyoung yang amat random.
“Ini, soalnya ada nama papi lu di menunya?” jelasnya polos seraya menunjukkan menu yang bernama 'Mi Joshua' itu.
Jihoon yang mendengar jawaban Soonyoung langsung tertawa kencang seraya memegang perutnya. “Ih! Kok malah ketawa sih?” ucap Soonyoung kesal. “Hahahah, sumpah Soonyoung lu kenapa polos banget sih? Bukann, itu mah emang namanya aja Joshua. Bukan punya papi ini tuh.” jelas Jihoon dengan tawa yang masih keluar dari mulutnya.
“Oh.. gue kira ini punya papi.. yaudah deh.. gue mau nyobain mi rebus telor, kornet, keju yang selera pedas. Mmm, sama rosang Toblerone terus minumnya milkshake strawberry dehh!!!” jawab Soonyoung panjang dan diakhiri dengan pekikan tak sabar akibat bayangan makanan yang dipesannya telah masuk dipikirannya.
Jihoon yang mendengar pesanannya pun kaget sekaligus bingung, “serius pedes? Ini pedes banget loh. Yakin habis? Terus itu apa ga kemanisan kalo minumnya milkshake?” tanya Jihoon heran. Soonyoung yang mendengar pun segera menggeleng dengan jari telunjuknya yang ikut bergerak ke kanan-kiri dan menjawab, “em em, itu enak! Seger tau!” jawabnya dengan alis yang tertekuk gemas.
“Ya allah.. assalamu'alaikum diabetes, sakit gigi dan magh...” keluh Jihoon dengan gelengan kepala miris seraya menulis pesanan mereka. “Kenapa sih?! Ga suka banget kayanya, huh!”
“Bukan ga suka, tapi itu manis banget. Apa ga sakit gigi?” tanya Jihoon heran. “Udah? Ada yang mau dipesan lagi ga?” tanyanya kembali karena melihat Soonyoung yang masih asik menatap menu dihadapannya. “Engga deh.. itu aja.” jawabnya seraya menyodorkan daftar menu tersebut ke hadapan Jihoon. “Oke, gua pesen dulu ya.” jawab Jihoon seraya bangkit dari duduknya dan menuju tempat pemesanan. Soonyoung hanya mengangguk dan memainkan ponselnya.
Saat sedang asik memainkan ponselnya, ia merasakan ada yang mencolek bahunya dan membuat ia menoleh, “hey, sendirian 'kan? Boleh gabung ya?” tanya lelaki tersebut untuk duduk dihadapannya tanpa menunggu persetujuan Soonyoung. Soonyoung yang melihat itu pun hanya melongo bingung, belum disetujui malah sudah duduk. “Maaf, kak tapi—”
“Kenalin, gue Nanda. Rumah gue sekitar sini. Lo orang baru ya?” tanya lelaki tersebut seraya menyodorkan tangannya ke depan tangan Soonyoung yang masih menggenggam ponselnya.
“Oke, deh, gue Nanda. Ga usah sungkan ya?” lanjut lelaki itu seraya menggenggam paksa tangan Soonyoung. Soonyoung yang mendapat sentuhan tiba-tiba itu pun langsung berteriak, membuat pengunjung termasuk Jihoon yang berada di kasir melihat kearahnya. “Eh! Jangan kurang ajar ya! Pegang-pegang, ga sopan lo! Gue diem bukan karena sungkan! Tapi aneh liat lo tiba-tiba datengin gue sambil nyodorin tangan! Bukannya pergi malah ambil paksa tangan gue! Kurang ajar!” Teriak Soonyoung seraya berdiri dengan wajah yang memerah.
Jihoon yang melihat itu pun lantas menghampiri Soonyoung dan menarik tangan Sooyoung untuk bersembunyi di belakang tubuhnya. “Ngapain ya? Kalo dia ga nge-respon atas ajakan lo ya jangan di paksa dong? Tau tata krama ga sih lo?” hardik Jihoon dengan wajah yang memerah kesal. “Ya, dia lucu sih, jadi gue nya juga gemes. Lo siapa sih emang? Pacar bukan paling temen doang.” ujar lelaki tersebut meremehkan.
Jihoon yang mendengar itu pun menggeram kesal, terlebih lagi akibat genggaman kuat dan gemetar pada belakang jaketnya. “Gua suaminya, brengsek! Pergi lo! Eh mas, tolong dong ini tarik keluar! Kalo bisa, ga perlu diizinkan kalo dia beli disini. Bisa aja ngelakuin hal yang sama atau lebih parah dari ini ke pelanggan yang menurut dia lucu.” hardik Jihoon dan segera menyuruh pegawai tempat tersebut untuk mengusir lelaki itu seraya menekankan kata lucu pada akhir kalimat.
Melihat lelaki tersebut telah di tarik paksa, segera ia melihat kondisi lelaki lucu di belakangnya. Soonyoung terlihat gemetar dengan tatapan kosongnya— pertanda ia tidak baik-baik saja. Melihat hal itu pun Jihoon segera mencari tempat duduk yang lebih sepi dan jauh dari kerumunan tadi. “Hey, tenang, tenang, ada gue Soonyoung.” ucap Jihoon seraya mengelus lembut bahu Soonyoung. “Soonyoung? Soon? Denger gue 'kan? Ayo, tarik napas—hembuskan—buang, Soon. Oke, betul, sekali lagi, tarik napas—hembuskan—buang. Inget, ada milkshake strawberry, mi rebus telor, keju, kornet, dan ada gue, oke? Tenang, Soonyoung..” ucap Jihoon seraya memegang lembut bahu Soonyoung untuk menyadarkan ia dari lamunannya.
“T-tadi, d-dia tiba-tiba megang tangan gue, Mas.. takut banget sumpah.. kerasa banget tadi megang-nya kencang...” lirih Soonyoung seraya menunjukkan tangannya yang masih gemetaran.
Jihoon yang melihat itu pun langsung bertanya, “boleh gue pegang tangannya, hm?” ucapnya lembut seraya menatap wajah Soonyoung yang masih pucat pasi.
Soonyoung yang mendengar itu pun mengangguk lemah—menyetujui— segera Jihoon mengambil lembut tangan Soonyoung dan menepuk pelan tangan yang masih gemetar itu. “Iya, tenang, disamping lu cuma ada gue doang, jadi tenang ya? Ini tangan gue, tangan gue yang ngegenggam tangan lu sekarang, bukan cowo tadi, oke? Tenang, ada gue Soonyoung..” jawab Jihoon seraya mengelus lembut tangan Soonyoung— yang ajaibnya sudah kembali normal tidak gemetaran seperti tadi.
Merasa Soonyoung sudah tenang, Jihoon pun bertanya lembut, “mau pindah aja?”
“Ga mau.. gue laper.. mau makan indomie pedes..” jawab Soonyoung lirih seraya menatap memohon ke arah Jihoon. “Hahaha, oke, bentar lagi juga diantar— nah tuh dia!” Jawab Jihoon seraya mengusak lembut poni Soonyoung dan menoleh ke arah pelayan yang ternyata tengah mengantarkan pesanan mereka.
“Ini kak pesanannya, maaf ya kak atas insiden tadi. Ini kami bonus-kan roti panggang coklat keju dan ini kembaliannya yang belum sempat terambil kak.” jelas pelayan yang mengantarkan makanan mereka.
“Eh, makasih mas, maaf ya udah buat gaduh tadi.” jawab Jihoon seraya mengambil bonusan mereka— tidak enak.
“Gapapa mas, selamat menikmati ya, mas.” ujar pelayan tersebut undur diri seraya membungkukkan badannya meminta maaf.
“Iya mas, makasih sekali lagi.” jawab Jihoon sopan.
Jihoon teralihkan akibat suara yang berdecak kagum akibat makanan yang sedang ia santap. “Wahh, kok enak sih? Kenapa gue baru tau ada mi ginian?!??!” sahutnya antusias dengan pipi yang gemetar akibat terlalu bersemangat mengunyah makanannya.
Jihoon yang melihat itu pun lantas mengelus lembut tengkuk dan surai hitam Soonyoung. “Enak 'kan? Kapan-kapan kita makan kesini lagi oke?” tanyanya gemas. “Mm! Oke! Ajak gue lagi yaa. Kayanya kalo lagi stres makan disini jadi ga stres lagi deh.” jawab Soonyoung antusias. Jihoon yang melihat itu pun mencubit gemas pipi Soonyoung yang membuat sang empunya mengaduh, dengan cepat Jihoon mengelus pipinya lembut seraya berkata, “oke, telpon gue aja kalo lu pengen makan disini lagi, tapi pelan-pelan makannya. Jangan kaya orang kelaperan gini.” jawabnya dengan kekehan kecil seraya menghapus kuah mi yang berada di pipi si pria gembil.
Soonyoung yang mendengar itu pun mendengus kesal, “rese. Gue kan emang laper!” jawabnya ketus seraya melanjutkan makannya.
Jihoon yang melihat itu pun hanya menggeleng dan memakan santapannya dengan nikmat.
Syukur deh, liat lu senyum gini, gue rela kok nemenin lo terus sampe tua, Soon batin Jihoon saat ia melihat Soonyoung yang masih melahap pesanannya.
—To be Continued—
Ehehehe selamat pagi, selamat senin🌟