always be here
Almira baru selesai menerima telpon dari Jeno bahwa pertandingan akan segera berakhir dan sepertinya, tim dari kampusnya berhasil menang telak. Gadis itu tak dapat menyembunyikan bagaimana bahagianya ia saat mendapat kabar dari sahabatnya. Yang ia bayangkan langsung adalah Mark, betapa indah senyumnya saat ia diselimuti kebahagiaan.
“Al, mau balik?”
Suara seseorang yang sejak tadi menunggunya di koridor dan melihat bagaimana raut wajah Almira yang berubah cerah.
“Jaemin? Iya gue mau ke GOR sih. Aya naon?” Jawab Almira sambil menyusuri koridor kelas.
“Sendiri?”
Almira mengangguk.
“Gue duluan ya? Lagi buru-buru. Kalo ada yang perlu di omongin imess gue aja.” Ujar Almira sembari melambaikan tangan. Dan tak lupa meninggalkan senyum manisnya.
Jaemin menghentikan langkahnya. Melihat punggung Almira menghilang. Masuk ke dalam taxi yang kemudian melesat meninggalkan pelataran kampus.
“Neng geulis lagi bahagia ya?” Tanya pemilik toko bunga.
Almira malah semakin tersenyum “Iya, tim pacar saya lagi tanding sekarang, sepertinya akan ada kabar baik lagi.”
Florist itu menyarankan agar Almira membeli bunga tulip. Tiap jenis bunga memiliki makna tersendiri bukan? Bunga tulip melambangkan cinta yang sempurna. Jika warnanya bermacam-macam, bunga tulip memiliki makna keindahan cinta yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Benar saja, sesampainya Almira disana, pertandingan telah usai. Karena penonton sedang berhamburan keluar dari arena, ia memutuskan untuk menunggu hingga sedikit lenggang. Telinga Almira tentu mendengarkan berbagai perbincangan orang-orang yang datang hari ini. Beberapa orang terkesima dengan penampilan tim kampusnya.
Rasa hangat dan bahagia semakin menyelimuti dirinya. Almira merogoh tas, mengeluarkan ponselnya berniat untuk menghubungi Haechan atau Jeno. Menanyakan keberadaan mereka.
“Low bat?!” Seru Almira menautkan kedua alis. “Gue harus nyari dimana dong?”
Kedua bola mata Almira terus mendeteksi satu per satu orang yang ada disana. Tapi ia tidak menemukan kedua sahabatnya itu. Cukup lama ia berdiam di halaman arena, hingga tim lawan pun sudah berhamburan keluar.
Almira berdecak. Ia melihat jam dinding, tepatnya di koridor arena. Jarumnya bergerak teratur seperti nafasnya. Ia berjalan menyusuri koridor sepi dengan bouquet bunga tulip berada di pelukannya. Butuh waktu lebih lama untuk bertemu dengan orang yang ia cari.
“Ke..temu..”
Dua orang lelaki dan perempuan ada disana. Almira berhenti sejenak sembari mengusap keringat yang membasahi dahinya. Ia melihat ekspresi keduanya yang sangat bahagia. Almira mengerti kenapa. Tentu mereka senang atas kemenangan timnya. Dari jauh Almira memperhatikan, mereka sedang asik mengobrol. Di tempat sepi? Ah itu karena mereka berdua sedang mencari tempat yang nyaman untuk berbicara.
Tak akan ada hal yang tidak mengenakkan, pikirnya. Almira tetap berdiri disana, membiarkan keduanya tetap berbicara. Ya. Itu Mark, dan Mina, yang tengah diperhatikan Almira dari tadi. Hingga hatinya sedikit terluka saat harus melihat keduanya saling memeluk satu sama lain.
Almira mengalihkan pandangannya.
“Mark said it was just a hug of happiness and nothing more.” Ucapnya lirih.
Almira mencoba untuk tersenyum, tetapi sulit sekali. Ia tidak bisa menyembunyikan ketakutannya. Setelah bola matanya mengembalikan pandangannya, sekujur tubuhnya kaku. Gadis itu memejamkan kedua matanya, ia menangis. Menangis seperti anak kecil dimana ia terjatuh dan terluka.
Bukankah saling merengkuh tubuh sudah cukup untuk mengeksrpesikan kebahagiaan? Lantas mengapa Mark mengecup bibir wanita itu, hingga keduanya kini saling menghujani ciuman satu sama lain. Pundak Almira semakin bergetar karena ia terisak-isak. Air matanya membasahi seluruh wajah.
“Sa..kit..”
Tangan kirinya terus mengusap air matanya yang jatuh. Pelan-pelan Almira melangkah mundur. Ia tak berdaya, bingung menentukan sikap.
Membalikkan tubuhnya, melangkah cepat keluar dari arena, berjalan menunduk mencoba tersenyum meski kedua matanya sudah bengkak.
Na Jaemin. Almira bertemu dengannya saat berada di pintu utama. Lelaki itu berdiri disana, melihat tatapan Almira yang berbeda. Dengan sisa air mata di wajahnya, gadis itu tersenyum ke arah Jaemin dan berlalu pergi.
Sebenarnya ia tau bahwa ia sangat terluka, ia sadar bahwa luka itu dibawa oleh orang yang ia cintai. Hanya saja ia baru merasakan bahwa mencintai seseorang selelah ini. Biarkan saja ia belajar bagaimana harus bersikap dalam suatu hubungan. Biarkan saja ia belajar dari rasa sakitnya selama ini. Banyak hal kelak yang harus dipelajari dari sakitnya dipaksa lupa, melupakan hal yang sudah keras melekat di hati dan pikiran, yang semakin dipaksa akan semakin melukai.
Biarkan ia istirahat dulu, untuk segala rasa sakit semoga tak membuatnya menyerah dengan mudah.
Hatinya telah patah.
“Na, gue kangen lo.”