starthere


cw: mental health issues and implisit suicidal thought and suicidal scene


sebatang karanya

terduduk ia di samping sebuah nisan tua yang tanahnya digali ulang. menempatkan peti adik kecilnya yang didapatkan dari uang belasungkawa warga, yin bersimpuh dengan lutut yang membeku. kuburan bapaknya itu sudah ia bongkar dua kali dalam setahun ini. empat bulan lalu untuk menyemayamkan ibunya dan hari ini menyamankan tidur kekal adiknya. penyakit bangsat, persetan duit dan pemerintahan. menangis ia tersedu menyalahkan intensitas dirinya yang masih bertahan. mengapa dunia menahannya dalam kesendirian bukannya menyatukan dengan keluarganya? kenapa bukan ia yang sakit dan meninggal dunia?


racun otaknya

bila gelap itu malam dan terang itu siang, maka yin tak tau lagi yang lainnya. penjara bertajuk dunia ini terlalu menekannya. l'appel du vide. saat ia di ketinggian, maka kepalanya menggemakan hasrat meloncat. saat ia berada di jalanan, maka kepalanya meneriakkan loncatlah ke depan kendaraan yang melaju kencang. dan saat ia berdiri di hadapan ombak ganas menghantam karang, maka bisikan di telinganya menitah untuk ikut menghantamkan diri ke karang di antara sapuan ombak dan kerasnya bebatuan. ia hanya tak memiliki harapan, itu saja. bila dunia memang nafsunya ketidakadilan, maka bolehkah yin menjuluki dirinya sebaga korban atas penganiayaan?


secercah terang selain siang

seterik mentari yang bersinar di awal musim semi, yin menggeret lunglai tungkainya kembali ke pemakaman. dehidrasi menggerogot dan kewarasan menguap perlahan bersama sadar. ia jatuhkan dua lututnya di hadapan gundukan yang masih bersemu coklat tanah dibalik tanpa rerumputan. adiknya pasti haus, maka ia curahkan sebotol air sungai segar yang ditangkup sendiri dari sungai samping rumah. sekian waktu berlalu, angin malam berhembus membawa beku selimuti kering tubuhnya. “kupikir kamu setan” kekanakkannya suara itu membelai gendangnya. sambutan sebuah sapu tangan yang diikat membalut leher berosarionya mengagetkan yin beserta sang sukma. “malam ini dingin, tapi ribuan bintangnya bertaburan” dia yang mendudukkan diri di samping yin menengadahkan pandangan pada langit berhias titik-titik berkilauan. seolah hangat menyamankan, atensi si asing menyerobot dalam gundahnya. “namaku war” dalam pandang yang tenggelam, sebuah kata yin telan: indah.


keindahan yang dibawanya

udaranya kering dengan sapuan angin yang menggigil. wajarnya, banyaknya manusia memilih menyeduh ramuan rempah apabila tiada kerja. namun beda yang satu dengan tawa dan semua cahayanya, war berlari di antara ilalang separuh tingginya. membawa telapak mungilnya menggerayah helai-helai yang menyapanya. rumah kecil yang selalu membangkitkan kebencian yin, sejenak benderang. semua loncatan dan kekehan riangnya membius segala dunia yin. kiblat barunya, doa di tiap ibadahnya: sosok kecil yang sedang berputar itu termakna begitu luar biasa memutar arah sengsaranya menjadi berkah. “alangkah indahnya kalau tulip-tulip bermekaran di halaman rumahmu” ia berbalik dan tersenyum. detik selanjutnya, seolah menghipnotisnya: sebuah anggukan yin utarakan menanggapi usul yang dikasih.


semalam hangat bersamanya

sibuknya sedari sore memotong ilalang, merapikan taman dan menanam umbi tulip terbayar sudah. di hadapan gemericik aliran sungai, mereka berpelukan dalam balutan selimut yang sama. jari-jari kaki mereka mungkin membeku, namun tak apa karena ada satu sama lain yang saling menghangatkan. lembayung langit yang membentang dan bintang yang bertaburan seolah ingin mencurahkan afeksi pada keduanya. jemari kecil tangan si mungil menunjuk gemerlap itu, menghubungkan satu rasi dengan rasi lainnya dan menceritakan seluruh kisah yang mungkin ia ketahui tentang perbintangan tersebut. gemasnya membawa yin mengeratkan rengkuhan, mengikis jarak dan menyapukan nafasnya di pundak war. seolah waktu enggan beralih, cumbuan mereka menegaskan cinta. setiap detik yang terlewat, menyalurkkan kata yang bahkan tak perlu mereka ungkapan dan satu sama lain sudah saling mengerti artinya. “aku suka melihat bintang, tiap satuannya memiliki arti dan keindahannya masing-masing”, yin mengusap perut war pelan sedang bibirnya sibuk mencium ringan ujung lengan kanan memperdengarkan kecipak manis, “namun, mereka paling indah di pemakaman, dimana tiada cahaya lain maka mereka menjadi luar biasa”. war tersenyum menolehkan kepalanya. dan syukur yin, keputusasaannya membawa dirinya bertemu si pencinta gemerlap itu.


bisikan mimpinya

kalau ada hal yang paling ingin yin lakukan dalam hidupnya adalah: bukannya kehidupan, ia hanya ingin bersama war. mengawal cintanya itu menggapai apapun yang ia inginkan. bahkan sejak lalu, yin tak mengharapkan lagi nafas. namun, hadirnya war menjadi oksigen baru baginya. tiada hidupnya, jikalau war tak merengkuhnya. pernah sekali war mengatakan suatu tentang aurora. tanpa tau apa itu, yin bekerja pagi buta menabungkan pundi uang demi mencari cara mewujudkan obsesi war menggenggam aurora. sakit persendiannya tak terasa karena fatamorgana senyuman semestanya terukir di kepala. naasnya, warlah yang kesakitan menatap nanar luka dan lebam di tubuhnya. “kenapa kerja kalau malah terluka?” yin membuang mukanya: tak sanggup ia menatap indah mata war yang mengakumulasikan sendu, “katanya kau ingin aurora”. war memukul bahunya pelan, dengan cemberut di bibirnya membimbing yin berbaring dalam ketidakempukan kasur lawas rumah kecil yin. mengikuti disampingnya, menempatkan diri di dalam rengkuhan lengan kiri yin, war memeluk pingangganya erat. “legendanya, kamu akan bisa bertemu arwah yang meninggal dalam aurora” war mengangkat jemarinya, memainkan ujung poni yin yang mulai panjang, “aku memang ingin bertemu dengan keluargaku yang tiada, namun aku tak ingin kehilangan kamu yang kini keluargaku juga”. ia kecup ringan sisi rahang yin terdekat, “jangan bekerja terlalu keras, jangan sakit”. hangat.


akhir kesebatangkaraannya

tanaman di taman mulai menguncup. bakal tulip indah itu: membulat kuning, ungu dan putih. semestanya jadi gemar duduk di depan pintu atau sekedar di balik jendela saat anginnya berhembus kencang. hal yang selalu ia gumamkan tiap sore tatkala menyiram kuncup-kuncup itu adalah, sudah setahun ya. senyumnya cerah sejalan dengan awal musim semi yang kembali menyapa keduanya. bila yin telisik lagi, betapa hebatnya war mampu membuatnya hidup setahun penuh gembira. yin yang menimbakan air dari sungai menyenandungkan irama syahdu bukti syukurnya pada tuhan, rosarionya menggantung di leher bergandengan dengan dua buah cincin murah pasaran yang ia pilih hati-hati sambil mengingat si kasih. maaf, apabila murah tiada uang yang yin mampu kumpulkan. “bulan depan taman ini pasti akan penuh warna-” war mengambil alih ember di tangan yin dan kembali menyirami bakal bunga luas mereka, “mari undang warga desa melihat tulip-tulip yang bermekaran”. yin tersenyum, semua tentang war selalu menghangatkannya. “war” ia turunkan ember di genggaman war ke tanah, matanya menatap lekat manik kemilau karamel itu. usai melepas sebuah cincin dari kalungnya, ia raih kembali tangan war pada telapaknya, “saat bunga ini bermekaran, maukah kamu menjalani sisa hidupmu bersamaku?”. dalam senyum malu-malu yang lucu, ia anggukkan kecil kepalanya. dan waktu-waktu setelahnya, hanya diisi pelukan dan bisikan aku mencintaimu.


hardiknya pada dunia

dua hari ia tak kembali ke rumah, yin terjebak di gudang bahan makanan desa. katanya musim panas ini akan terjadi paceklik agaknya panjang. kepala desa meminta beberapa pemuda yang bekerja padanya untuk mengecek isi gudang dan mencatatnya. sekembalinya ke rumah, dalam angannya terskenario pelukan-pelukan hangat dan menenangkan dari cintanya. harapnya akan hilangkan segala lelah tubuh dan batinnya, mengisi ulang energinya. namun, mencelos hatinya melangkahi petak ubin lantai rumah. war diam tak menyambutnya, ia tergeletak lemas di atas kasur dengan sehelai selimut menangkupnya. demam di kulitnya dan sesak di dadanya. war yang terbangun karena isak-isak kecil yin tersenyum membelai pipi kirinya, “hush, sebentar lagi aku juga pulih”. mengangguk ia menggenggam jemari war yang malah terasa dingin di pipinya. inginnya marah pada dunia, yin ketakutan akan rasa kehilangan lebih banyak lagi.


sebentar lagi adalah kebohongannya

lewat tiga hari sejak yin menemukan war sakit dan pada gelapnya malam, ia sepenuhnya kembali ditinggalkan. di pagi tatkala mentari menyapa masuk jendela depan, yang yin temui hanyalah tubuh war yang mulai dingin. cahaya dunianya meredup dan hilang. semestanya berputar dan hilang. cinta dan kasihnya meninggal dan hilang. runtuh bahagianya dan segala syukurnya. dunia benar-benar mempermainkannya. dikiranya anugerah tuhan tak terhingga, namun apakah yin hanya hamba yang tak didambakannya?


sebatang karanya: kedua kali

yin menuntun langkah dan condong tubuhnya kembali. mengelus pelan lemah rosario di pertengahan selangkanya. cincinnya ia tinggal bersandingan degan kuburan satu liang bersama keluarganya. langkahnya membawanya melangkah pada rumahnya, rumah kecil yang tak bernyawa. hanya bata dengan perapian tanpa bara yang tak menyala. dinginnya buruk, kukunya membiru. sekelebat bayang terimaji, dilihatnya pusat kegembiraannya berlarian di antara indah kuncup tulip. senyum abstrak terukir, sedihnya enggan mengambil alih. semestanya itu sedang tertawa seperti biasanya. menampakkan kecil kesepuluh gigi atasnya. pesonanya memabukkan, mengajak yin untuk menjemputnya.


akhir kesebatangkaraannya: kedua kali

di hadapan taman kuncup tulip dengan daun berembun air segar baru disiram, rumah kecil di antara pepohonan suram dan jernih sungai yang menyejukkan itu berkilauan di dalam api yang menjilat udara. oksigennya tipis, asap yang membumbung. dengan foto cinta kasihnya digenggaman kiri dan rosario di kanan, ia mendoakan hujan setiap sore paling tidak sampai april. dengan begitu, tamannya akan berkembang. alangkah indahnya, bila dari nirvana yin dan war dapat menikmati tiap bunga yang merekah sembari bergandengan.


sryingeryin


dead meat


i got an inspiration prompt from someone's cute yet to sad comment on the comment section of a romance-comic relief playlist on youtube, but sadly i forget to screenshot or write down the link of those video (hm how pitiful i am). and this is the comment: my crush keeps calling herself the comic relief and im like, but you're my main character :((


tw: this stories contain lgbtq+ theme and same sex married, some implisit losing feeling and got cheated.


19 Januari 2021

di antara rumpun edelweis, mawar dan bakung putih: prom meletakkan dua tangkai myosotis sylvatica serta anyelir, membeda biru dan merekah merah muda tak membaur di kubangan kelopak putih. menggaruk pelan leher depan bawah dagunya, prom kikuk tak tau apa yang harus dia lakukan. ia tak cukup pandai untuk ungkapkan apa yang ia rasa.

suasananya damai tanpa seseguk, keluarga yang ikhlas tak mengurangi sendu yang mengambang atmosfer sedikit berat. pelayat yang berdatangan hantarkan belasungkawa merapat duka. teman-teman yang dulu lama tak jumpa kembali tersapa. kerumunan manusia itu, prom kenali sebagai orang-orang yang telah berjasa mengisi hidup yang meninggal.

maka di sudut rumah duka setelah senja menghitam, mereka merapat bersama keluarga saling bertukar cerita tentang kenangan yang masih tertinggal. yin dan segala waktu serta usia yang ia habiskan bersamanya, prom masih tak tau harus berlaku apa.


20 Februari 2017

prom masih menatapnya takjub; yin anan wong, bagaimana mungkin kau begitu sempurna.

mereka mengenal sejak awal daftar smp, cukup lama hingga saling mengerti gerak-gerik satu sama lain. bagaimana cara yin mengikat sepatu dan dasinya, bagaimana bodohnya yin dalam fisika dan kimia dan bagaimana dengkuran lirih bibir mengerut yin saat ia tertidur. padahal yin banyak celah, namun buta mata prom karena suka.

dari sudut pandang prom, uniknya yin membiusnya. sosok matahari itu sedang memotong roti tawar dan mengaduknya bersama susu, memasak bukan keahliannya namun beberapa kali ia senang menyibukkan diri di dapur. merusak resep dan menggagalkan banyak bahan mentah yang seharusnya bisa dimanfaatkan.

dan kali ini ia membuat roti susu goreng dengan sosis. midnight brunch disebutnya, alasan karena terlihat seperti makanan yang akan tercipta oleh bahan seadanya oleh perut lapar tengah malam. sebenarnya rasanya tak buruk, entah karena memang termakan atau karena pasrahnya prom atas cinta.

“gue kaga bakalan bikin ginian lagi” ia melempar sendoknya pada muka piring kosong bercelemot margarin dan mayonnaise pedas. “enak kok, bisa kemakan lah” prom menggigit lagi roti miliknya sembari menyembunyikan senyum yang memaksa untuk mengembang.

harinya baik, semua baik dan akan selalu baik selama yin ada dalam dunianya. yah, meski bukan miliknya.


i have a crush on one of my close friends. he’s so caring, and he always flirts with everybody but he always tells me it’s platonic but he’s told me i was his ray of sunshine and that he would still love me regardless of my flaws. he once stayed up the entire night to take care of me when i had an anxiety crisis; we watched at the stars together and he did breathing exercises with me and told me he’s glad his words impact me. i told him i love him and he said he loves me too but it was platonic. he’s so caring with me and i feel so good around him, i hadn’t loved someone like that ever since my first love’s death but i’m so lost. i don’t know what to do, we sometimes flirt but it’s platonic. he even got us matching plushies and told me he would always be here for me. i love him so much he’s like my little angel but i’m so lost. i just hope i can kiss him somedays..<3

dia, separuh purnama dan debar tak beraturan tawan, masih berdiri di antara tanaman dan bebungaan taman kaca. dia yang meninggalkan pesan tawan terbaca di sepertiga malam, asyik berbincang dengan semesta dimana ia curahkan seluruh cintanya. dia, ajaibnya mampu menyesakkan relung dada tawan. beratnya nyata tatkala menarik nafas, dihembuskan perlahan satu dua tak wajar ia lakukan.

dia, selaksa stalaktit indah di langit-langit goa. menakjubkan dan membawa tawan untuk selalu mengaguminya. memperhatikan dari dekat, bernafsu menggapainya tanpa tau bahwa keindahan tersebut juga mampu membunuhnya. namun, seburuk apapun dinamika hidup yang dilalui tawan apabila memaksa tetap terpaku pada sosoknya, tawan rela. dia hanyalah seekor ngengat yang jatuh tingga pada kobaran api yang sewaktu-waktu dapat membakarnya.


hari itu, 17 desember 2018. seperti biasa, rutinitas hariannya: mengendarai civic dengan hoodie abu dan sneaker putih sedikit berdebu. tawan menyesap latte setengah panasnya sedikit demi sedikit, membiarkan kepulan asapnya menyapu pori-pori pipi dan bulu matanya pelan. menunggu dialnya terhubung dengan sosok di seberang panggilan. semenit dua menit panggilan terputus, tanda tak diangkat.

semalam e-mail dari kantor masuk, mengingatkan seluruh tenaga ahli untuk mendatangi lokasi proyek. survey lapangan dan pengambilan sampel sebelum dilakukan penelitian laboratorium lebih lanjut dan pengambilan keputusan. sebuah hotel bernuansa bahari akan dibangun di pesisir pantai. tentu saja perizinan dari sektor lingkungan harus dikaji untuk menghindari kerusakan alam saat pra-pembangunan, pembangunan dan operasional nanti.

“mas tawan, gak turun?” atensinya terbagi dari layar smartphonenya,

  1. “your hair is so soft”

kalau kantuk bisa ditawar, maka bright akan rela memberikan album korea kakaknya pada dewa kantuk sehingga ia bisa terjaga lebih lama.

first sedang ada di rumahnya, hm di kamarnya. kembalinya ia setelah 6 tahun dari new york tak mungkin akan disia-siakan oleh bright. sahabat masa kecilnya bahkan rela menginap di rumahnya demi waktu main yang lebih puas.

kedua kalinya, bright menguap. joystick di tangannya hampir tergelincir jatuh ke lantai. kepalanya terantuk headboard pelan namun berhasil mengalihkan 12% atensi first dari layar 40 inchi di hadapannya.

“ngantuk lo?” first menekan pause button sebelum menoleh pada sosok di sampingnya. “hm kaga” bohong, bahkan mata bright sudah mulai berat. segelas kopi kaleng yang diminumnya tadi sore sama sekali tak membantu.

first kembali memainkan gran turismo sport yang tadi sempat terjeda. namun dipause sekali lagi saat ia melihat mobil bright menabrak pagar, dia tertidur dengan joystick di pangkuan. posisinya masih terduduk dan kepalanya nampak tak nyaman.

“hm kigi ngintik” first mengejek bright yang agak setengah sadar, ia menggenggam lagi joysticknya dan menegakkan kepalanya. masih dengan mata setengah terpejam.

“kalo ngantuk tinggal tidur aja kali” first merebut joysticknya. “lo yang baru balik setelah 6 taun gue tinggal tidur gitu aja?” bright mencoba mengambil lagi joysticknya.

“idih kek gue bakal balik new york besok aja” first meletakkan joystick bright di nakas dan mengakhiri double players game yang sedang mereka mainkan.

“kalo lo mau nemenin gue besok anterin cari jajan aja, lo sekarang tidur gih” akhirnya, bright menuruti apa kata first. dibaringkan tubuhnya disamping temannya itu, dengan posisi telentang ia bisa melihat first yang duduk sambil menatapnya.

“nah gini dong” tangan first beranjak mengacak rambut bright sebentar. entah mengapa situasi ini mengingatkan bright pada meme: yang diacak rambut, yang berantakan hati. tapi kan, teman masa kecil.

setelah menjauhkan tangannya dari kepala bright, first melanjutkan gamenya yang sejenak tertunda menjadi single player mode. samar-samar diantara setengah sadar dan terlelapnya, dapat bright dengar gumaman first yang ia yakini merujuk padanya.

“anjrit, rambutnya halus banget” dan sentuhan pada kepalanya itu kembali ia rasakan.

kalau dunia paralel ada, singto yang seorang jaksa mau kok jadi sales panci keliling. maka, mungkin tanggungan terberat di bahunya hanya setoran pada pak bos di akhir bulan. bukannya, kasus-kasus jelek yang tidak hanya satu dua kali hampir membahayakan nyawanya.

singto yang seorang jaksa, bukannya sudah tak ingin memperjuangkan kebenaran dan keadilan. dia hanya capek saja, sudah kerja seolah 24/7 belum lagi apabila ia salah menindak kasusnya. moral yang ditanggungnya terlalu berat.

kalau saja dia tukang panci keliling. singto bisa hanya menggunakan jeans dan kaos dinas berlabel merk panci. pakai sepatu sneaker atau mungkin bila ingin lebih ganteng lagi pake sepatu kulit yang gak terlalu mengkilat alias sedikit berdebu ujungnya. dia juga bisa mengendarai suzuki panther keluaran 2003 yang tak dicuci semingguan penuh. dengan tas quiksilver hitam di bahunya, tak formal dan cenderung nyaman.

ia akan mengelilingi kampung dan perumahan untuk menawarkan dagangan. ia juga bisa menyalurkan hobinya: memasak. mungkin ia bisa memasak sate, rendang, sajian mie, opor dan yang lainnya. bahkan melalukan hal kesenangannya itu merupakan bagian dari pekerjaannya.

ia akan bertemu banyak ibu-ibu konsumtif yang mudah tergiur pada ucapan, “khusus hari ini ada promo spesial, selain potongan harga juga akan dapat booklet resep dan spatula cantik”. bila singto lagi beruntung, maka ia juga akan bertemu dengan gadis-gadis muda rupawan yang mengikuti ibunya demi mencicip demo memasaknya. kali aja, ada yang kecantol? ftv dikit: cintaku kepentok panci sales ganteng. bukannya sok, tapi emang dia ganteng kok ??

maka ia akan memulai harinya tak sepagi seorang jaksa dan mengakhiri harinya lebih cepat. ia akan tidur teratur dengan bahagia. lagian, ia gak perlu keluar uang makan juga kan? kalau lapar, ia bisa bungkus sisa demo memasak untuk disendok bersama nasi yang mungkin akan dia bekel di tupperware hijau.

ia akan bisa mengunjungi rumah orangtuanya seminggu sekali. membantu bapaknya merawat kebun apel dan jeruk lebih sering. memijit betis ibunya sebagai tanda bakti. maka ia pasti lebih mampu untuk mensyukuri hari-harinya pada sang pencipta.

menjadi sales panci tak buruk, kan.

ia bisa bertemu orang baru tiap harinya. berbeda dengan khalayak di sekitar jaksa yang abu-abu motifnya, namun masyarakat awam yang ceria dan gemar bergosip antar tetangga. ia mungkin akan mendapatkan kawan baru: sesama sales, satpam perumahan, pak rt tiap komplek yang dikunjungi dan seorang ibu-ibu yang bisa saja jadi calon mertuanya.

tengah malam kemarin tepat pergantian tahun, ia jatuh dalam khayalnya. bersanding dengan segelas Château Figeac Premier Grand Cru, ia mencoba dialog sales panci yang ia tonton dari youtube.

“ibu, pan ini sangat multifungsi: liat aja bisa buat masak semua makanan dari masakan sederhana yang digoreng hingga hidangan yang yang dipanggang tanpa minyak, enak lagi kan bu saya masaknya” singto berputar di depan jendela lebar apartemen mewah lantai sebelasnya, “selain itu, pan ini juga anti lengket: abis masak siram air dan voila dilap tisu langsung siap masak menu selanjutnya. psst, anti lengket dan matang merata”.

lalu berjalan menuju pantry, meletakkan gelasnya di ujung meja: singto mulai memasak pasta carbonara. sedikit tipsy sih, tapi insting memasaknya tak perlu diragukan. menurutnya, memasak adalah bakat alamiahnya.

begitu pastanya terhidang cantik di delapan piring elegannya, singto bergumam “hm ini bu bisa dicicipi, salah satu menu lezat yang bisa dihidangkan menggunakan pan multifungsi ini”

andaikan saja ia sales panci kelililing, agaknya pasti hidupnya sedikit banyak lebih berwarna.

“When i Love Myself”


“When I loved myself enough, I began leaving whatever wasn’t healthy. This meant people, jobs, my own beliefs and habits—anything that kept me small. My judgment called it disloyal. Now I see it as self-loving,” ~Kim McMillen


I was in my early thirties—single and not entirely thrilled about it. Not fulfilled in my corporate career. Living in a converted garage in London and wondering what to change in my life to feel happier.


When it was my turn, I started to ask the usual questions: When will I meet the love of my life? When will I find a better job? What job would it be? When will I find a better flat? When will I start earning more money?

After I asked the first question, the shaman stirred the leaves in his palms and threw them up. When they fell, he looked at them and said to me, “When you start loving yourself.”


Chillin' by M.O.L.A (Make Our Life Awesome)

[JAMIE / THANAT]

Ok im just chillin on my sofa right now I Got a lot of work to do not feelin it nah Ma homies callin' up all night to get a full shot But baby Im too lazy for this shit so fuck off I wait for you every night My heart became more desperate I don't feel like callin you up, callin you up

[Chorus]

Baby I’m Just Chillin’ Chillin’ Chillin’ boy I’m Just Chillin’ Chillin’ Chillin’ my life I’m Just Chillin’ Chillin’ Chillin Chillin I’m Just Chillin’ Chillin’

[LUIZY & NATHAN / ARM & TAWAN]

I'll watch a movie (Netflix zone) Forget the laundry (smelly) Let's get some sushi (こんにちは) Cause life is so groovy (everywhere) Right now we moony, my crib is so cozy So we be chillin chillin chllin, we be chillin chillin chillin

[KINO / JOSS]

Everything's hard but we got M.O.L.A Yeah always lookin' for paradise, so I came here studio in 청담 So when you have a hard time You have got to make a phone call to me “Call me” I'll be waiting for ya Um actually, i do not need a friend ya (sorry) I just want to spend the night with you Yea I just wanna chill with u (swish) Girl I be like 'missin you' (Ah yeah)

[Chorus]

Baby I’m Just Chillin’ Chillin’ Chillin’ boy I’m Just Chillin’ Chillin’ Chillin’ my life I’m Just Chillin’ Chillin’ Chillin Chillin I’m Just Chillin’ Chillin’

[VERNON / OFF]

Chillin, chillin, chillin, eat good, chili chicken in the microwave The climate is warm, by the way, chilly chilly air conditioning Me and my team just checked in Bangkok city Gym pool in hotel room Out on the porch, out the widow The city's full of my sight, 17 floors high Speakers bumpin' M.O.L.A 'Tom and Jerry' in Thai on TV, dunno know what they're saying I just tell my room service “keonkunkab” Starry night in the outdoor pool surrounded by palm trees Tuktukka surrounding the hotel Wait for me, but for now baby I'm just chillin

[Chorus]

Baby I’m Just Chillin' Chillin’ Chillin’ boy I’m Just Chillin’ Chillin’ Chillin’ my life I’m Just Chillin’ Chillin’ Chillin Chillin I’m Just Chillin’ Chillin’

I'll watch a movie, forget the laundry Let's get some sushi, cause life is so groovy Right now we moony, my crib is so cozy So we be chillin chillin chllin, we be chillin chillin chillin

[JAMIE / THANAT]

Ok im just chillin on my sofa right now I Got a lot of work to do not feelin it nah Ma homies callin' up all night to get a full shot But baby Im too lazy for this shit so fuck

katanya sih, love song


menurut war kalau ada hal yang lebih indah dari fillet ikan dan udang yg didressing di hadapannya, maka itu adalah kepribadian yin. bukan karena yin dermawan, baik hati, disiplin, pekerja keras atau apa. tapi karena dia selalu mengikuti apa kata hatinya. hidupnya nampak leluasa tanpa ada batu yang menimpa dadanya.

seperti seekor mudskipper yg mampu hidup bahkan di kolam kering sekalipun. war rasa: yin bisa membalikkan dunia hanya dengan sebelah tangannya. mungkin terdengar berlebihan, namun sesuperior itulah war memaknai seorang yin.

selama ini war selalu merasa tubuh kecilnya takkan mampu melakukan aktivitas selain monoton hariannya. tidur, makan, belajar serta tidur, makan, belajar. mungkin bermain game sebentar atau menyesap kopi segelas. selain itu, war agak riskan untuk mencoba.

hal ini, kebalikan pola hidupnya yang membuat war terkagum akan sosok yin yang mampu tidur di masjid sekolah saat telat masuk pelajaran pertama. yang mampu melompati pagar saat dia malas mengikuti kelas setelah solat jumat. atau sosok yin yang mampu merokok di kamar mandi guru dan menelan puntungnya tepat tiga detik sebelum kepergok wakil kepala sekolah.

kelakuannya aneh dan membuktikan pada war bahwa hidup bisa dinikmati dengan cara yang berbeda. mungkin agak berbahaya, gegabah dan ceroboh. namun kebodohan itulah yang dapat dikenang saat uban mulai menyapa, nanti. tapi tetap saja, rasa takut menyeruak tak membiarkan war memilih jalan yang berbeda.

maka satu-satunya fatamorgana bagi war adalah yin yang terus bertingkah dan tak jarang membuat masalah. kalau boleh dikata maka yin mungkin telah menjadi oasis di gersang hidupnya.


yin yang kembali dari ruang bk dengan poni yang dipotong setengah tidak rata terus saja tertawa. di sampingnya ada prom dengan kondisi yang hampir serupa. mereka berdua terciduk razia rambut panjang. sedikit melebihi kuping saja sudah diseret, apalagi yang poninya bahkan mampu menutupi pandangan mata.

bonnadol hampir saja membawa vespa sprint 150-nya menuju kos yin begitu mendengar nama yin disebut oleh prom sebagai satu-satunya alasan dibalik kacaunya ia saat ini. yang baru saja kembali ke kontrakan jam lima pagi ketika doa-doa di masjid berhenti terdengar. yang kembali dengan toyota hilux bermuatan gong yang tak bonnadol ketahui asal usulnya. yang kembali dengan mata agak sembab dan leher penuh bercak merah. yang kembali bersama sunyi dan redup di matanya.

prom yang abu-abu seperti ini, benar-benar membuatnya marah. temannya itu bukannya lemah atau apa dan jeleknya di waktu ini mungkin adalah titik terendah dalam kurva naik turun percintaanya.

di sini, bonnadol hanya bisa mendengar putus-putus cerita prom. ada banyaknya yang disembunyikan dan ia mencoba memaklumi hal tersebut. connecting the dots, samar-samar bonnadol juga mengerti keseluruhan situasi malam kemarin. dirinya yang dilarang mendatangi yin, atau mungkin memukul wajahnya dua belas kali, mencoba meredam amarah sebisanya.

di hadapan kopi sachet yang diseduh panas dan mengepul serta asbak penuh abu dengan sebatang marlboro ice blast yang dibiarkan terbakar, bonnadol menelisik setiap inci leher prom. ia tertawa kecil, padahal juga bukan dia tapi marahnya nyata membakar punggungnya.