KABAR
“Oke cukup sekian pertemuan kita pada hari ini sampai ketemu minggu depan!”
“Terima kasih pak!”
“Ohiya, Giselle, tolong habis ini kamu hubungin Karina atau orang tuanya, tanyakan kenapa dia tidak masuk hari ini.”
Giselle mengangguk pelan, “Iya pak!”
Setelah kepergian sang guru Yeji dan Nakyung seketika menoleh ke arah Giselle dengan raut wajah seolah bertanya 'Karina dimana sih?'
“Kemana sih dia? Masa udah ngelewatin kuis dia mau ngelewatin ujian harian juga? UTS bentar lagi dia malah bolos,” sahut Nakyung.
“Ya gue juga gak tau, Kyung. Tadi pagi udah gue chat tapi belom di read juga dari tadi,” balas Giselle.
“Udah nanya ke Winter belum?” tanya Yeji dengan sedikit berbisik.
“Udah, tapi anaknya juga gak tau Karina dimana. Malahan dia tadi mau nitip krimnya Karina ke gue.”
Ketiganya tampak berfikir keras, gak biasanya Karina hilang kabar kayak gini. Biasanya juga kalau gak masuk selalu ngasih tau di grup chatnya mereka.
Sama seperti Giselle, Nakyung dan Yeji, Winter juga sama bingungnya merempet ke khawatir sih sebenernya. Selama kelas berlangsung matanya tidak pernah lepas dari benda pipih persegi yang berada di genggaman tangannya.
Bahkan saat jam istrahat, di laboratorium, dan saat kuis pun tidak sedetikpun pandangan Winter beralih dari benda elektronik itu.
“Kak Karin kemana sih,” gumam Winter.
“Win! Woy, Winter!” celetuk Ryujin.
“H—hah? Kenapa?”
“Udah bel pulang, lo masih mau di kelas apa gimana? Anak-anak lain udah pada bubar noh!”
Winter mengarahkan atensinya pada seisi kelas, benar saja murid-murid yang lain sudah tidak ada dan hanya meninggalkan Winter beserta keempat temannya.
“Lo kenapa sih? Dari tadi pagi sampe sekarang ngeliatin hp mulu?” tanya Ningning.
“Kak Karin ngga masuk hari ini, pesan aku sama kak Giselle juga ngga di respon sama sekali,” jawab Winter dengan raut khawatirnya.
Mereka berempat terdiam lalu saling melirik satu sama lain seolah sedang berkomunikasi menggunakan telepati.
“Lagi males kali, udah ayo nanti keburu hujan makin deres tuh,” timpal Chaeryeong sambil menunjuk keluar jendela dimana hujan sedang turun.
“Kamu pulang bareng siapa, Win?” sahut Minju.
“Sopir, Ju. Udah ada di depan juga!” Minju mengangguk pelan.
Kelima kawan itupun segera berjalan keluar dari ruang kelas menuju ke tempat parkir sekolah yang berada di luar gedung.
“Ketemu besok yoww!” teriak Ryujin yang segera masuk ke dalam mobil Chaeryeong bersama dengan Minju.
“Win, gue duluan ya!” pamit Ningning.
“Iya, Ning, hati-hati!”
Setelah kepergian teman-temannya, Winter masuk ke dalam mobilnya. Baru saja keluar dari pintu gerbang sekolah hujan tiba-tiba saja turun dengan deras membuat beberapa murid memilih untuk berteduh di tempat tempat yang kering.
“Pak, kak Karin ada nelfon bapak ngga hari ini?” tanya Winter.
“Ngga ada tuh, non. Kenapa non?”
“Kak Karin ngga masuk sekolah, Pak. Udah aku chat tapi ngga di bales,” jelas Winter lalu kembali diam menatap jalanan yang sudah di basahi oleh air hujan.
Semenit kemudian ada telfon masuk ke hp Winter, itu nomor rumahnya Karina.
“Iya, halo?”
”....”
“Serius, bi? Terus sekarang kak Karin gimana?”
”....”
“Aku kesana sekarang, tolong jagain kak Karin sampai aku datang yang, Bi!”
Setelah telfonnya terputus Winter segera memberitahu sang sopir untuk ke rumah Karina secepat mungkin. Selama dalam perjalanan Winter terus memainkan jari-jarinya, keadaan saat dimana dia merasa sangat gugup dan ketakutan.
Sesaat setelah sampai di depan pintu utama rumah Karina, Winter dengan cepat turun dari mobil dan berlari masuk ke dalam rumah.
“Kak Karin dimana?” tanya Winter dengan nafasnya yang tersengal-sengal pada pelayan di rumah.
“Ada di kamarnya, non.”
Dengan tergesa-gesa Winter berlari ke kamar Karina yang berada di lantai 2. Sebelum masuk Winter mengatur nafasnya terlebih dahulu.
Di lihatnya Karina sedang terbaring di tempat tidurnya bersama sang pengasuh yang berdiri di samping bednya.
“Bibi?” panggil Winter sambil menepuk bahunya pelan.
“Loh, non udah berapa lama disini?”
“Baru aja kok, Bi,” balas Winter. “Kak Karin kenapa?”
“Bibi juga gak tau, pagi tadi non Karina emang udah keliatan pucat gitu, non. Terus tau-tau pas pulang udah basah kuyup semua.”
“Bajunya udah di ganti?”
“Udah kok, non. Baru aja bibi ganti.” Winter mengangguk pelan lalu mengambil alih handuk untuk kompresan dari tangan sang pengasuh.
“Biar Winter aja, Bi. Bibi ke bawah aja buatin kak Karin soup,” ucap Winter.
“Siap, non!”
Winter menatap kepergian pengasuh Karina itu lalu duduk di tepi ranjang Karina dengan seragam sekolah yang masih menempel di badannya.
Punggung tangannya ia tempelkan di dahi Karina, panas, itulah yang Winter rasakan. Wajah Karina juga tampak sangat pucat.
Dengan perlahan Winter meletakan kompresan itu di dahi Karina agar tidak membangunkannya, tapi tetap saja kedua mata itu terbuka dengan pelan.
“Kak?” ucap Winter dengan lembut sambil mengelus pelan pipi Karina.
Namun satu kata yang keluar dari mulut Karina membuat ekspetasinya hancur seketika.
“Minjeong?” lirih Karina
Sebisa mungkin Winter tersenyum menanggapi sahutan Karina.
“Iya?”
“Ini beneran kamu?” Karina perlahan bangkit dari tidurnya lalu memegang bahu Winter.
'Apa Karina sedang berhalusinasi sekarang?' itulah pertanyaan yang ada di kepala Winter saat ini.
“I–ini beneran kamu?” ujar Karina dengan matanya yang mulai berair. Winter hanya mengangguk dan tersenyum tipis.
Seketika tubuh Winter menegang saat Karina yang tiba-tiba saja memeluknya. Jujur saja, ini adalah pertama kalinya Karina memeluknya dan itu terasa sangat nyaman. Sungguh.
“Maaf hiks maafin aku, maaf karna ngga bisa jagain kamu, tolong jangan ninggalin aku lagi, Jeong!” tangis Karina memeluk Winter dengan sangat erat.
Winter membalas pelukan Karina dan mengusap-ngusap punggung Karina dengan halus.
“Ngga, aku ngga akan ninggalin kakak,” bisik Winter. “I'm here, okay?”
Winter tersenyum miris, ia mengeratkan pelukannya dan menyembunyikan wajahnya di bahu Karina, menumpahkan seluruh tangisannya.
Pelukan Karina, adalah satu dari banyaknya hal yang sangat Winter inginkan. Walaupun Karina memeluk dirinya karena menganggapnya sebagai Minjeong, tidak apa-apa.
Karena Winter sangat ingin mendapat pelukan dari Karina meski hanya sesaat.