Sweet1eepie

sebenarnya apa tujuan Raka di lahirkan ke dunia ini jika selama hidupnya Raka tidak pernah tau apa arti keluarga? mama dan papa nya yang selalu berantem, melihat kedua orangtuanya melakukan tindakan kekerasan.

sejak kecil, Raka terbiasa hidup untuk berpura-pura. terbiasa untuk berpura-pura kuat-kuat, menjadi bahagia dan tersenyum seperti tidak ada masalah apapun dalam hidupnya. Raka tumbuh tanpa kehangatan keluarga, yang Raka rasakan selama ini hanya luka dan tangis.

Raka tumbuh diatas luka yang bahkan sampai sekarang masih basah dan belum sembuh sama sekali. tidak ada yang tahu keadaan kondisi keluarga raka yang sebenarnya seperti apa, kecuali Nando.

hidupnya terlalu mengenaskan dan mungkin, jika Raka memberitahu kepada semua orang bahwa hidupnya sudah hancur, mereka tidak akan percaya. kedua orangtuanya terlalu pandai berakting didepan publik.

termasuk, eyangnya.

pernah sekali, Raka ditanya oleh eyang tersayangnya ; “Raka, kamu bahagia? kok badan mu makin kurus?”

ingin sekali rasanya Raka menjawab bahwa dirinya tidak bahagia selama ini. ingin sekali dirinya menceritakan bagaimana keadaan keluarganya saat ini. namun, tidak mungkin. Raka tidak ingin merusak hubungan baik antara eyangnya dan juga kedua orangtuanya.

sejak kecil Raka dituntut untuk tidak memberitahu kepada siapapun tentang keadaan rumah tangga mama dan papa nya.

hidupnya seperti kepingan puzzle yang hancur dan berantakan. bahkan, Raka sendiri tidak tahu bagaimana caranya menyusun puzzle hidupnya agar kembali utuh dan rapih.

tw // harsh words, family issue, kekerasan, self harm

paginya, Raka sudah sampai dirumah kedua orangtuanya. laki-laki berusia 17 tahun itu langsung memarkirkan motornya bagian samping rumah mewah milik kedua orang tuanya.

menghembuskan nafasnya pelan dan berusaha menguatkan dirinya sendiri. baru saja Raka menginjakkan kakinya didepan pintu, dirinya sudah mendengar keributan dari dalam sana.

pemandangan ini, pemandangan selalu dirinya lihat sejak dirinya duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar. mendengar dan melihat kedua orangtuanya bertengkar seperti sudah makanan sehari-hari untuknya. mempertahankan rumah tangga mereka hanya demi menjaga nama baik dan pamor kedua orangtuanya.

“kamu yang becus ngurus anak kamu. sampe-sampe dia berani gak pulang berhari-hari, sekolah bolos terus, prestasi menurun!”

lagi, lagi, dan lagi dirinya menjadi akar dari permalasahan kedua orangtuanya. Raka hanya mampu terdiam didepan pintu dengan tangan yang mengepal kuat.

“KAMU JUGA HARUSNYA NGACA! KAMU YANG GAK BECUS JADI AYAH! KERJAAN KAMU CUMA TIDUR SAMA JALANG, kamu yang bikin Raka jadi tempramen kaya sekarang!”

sang mama yang tidak ingin kalah pun terus menyalahkan sang papah. kedua pasangan suami-istri itu belum menyadari kehadiran anak semata wayangnya.

Raka melihat sang ayah yang menampar keras pipi sang mama sampai menimbulkan suara yang cukup menggema di ruangan.

plak

“jaga omongan kamu! saya gak pernah tidur sama jalang diluar sana!”ucap sang ayah yang tak terima dengan tuduhan sang istri.

“oh ya? kamu gak pernah tidur dengan jalang diluar sana? OMONG KOSONG!”

“udah berantemnya?“tanyanya dengan menatap kedua orangtuanya secara bergantian. mama dan papahnya tidak terlihat kaget dengan kehadirannya. justru sang mama kini malah menarik tangannya dengan kuat dan membawanya kehadapan sang papah.

“liat nih anak kamu! anak yang kelakuan gak jauh beda sama bapaknya. sama-sama gak tau diri!“ujarnya dengan penuh penekanan dan juga nada suara yang cukup tinggi.

Raka hanya memejamkan matanya erat dan batinnya menangisinya dalam diamnya. sudah cukup, sudah cukup dirinya berada di kondisi seperti ini.

sang papah yang melihat dirinya itu langsung menampar pipi nya keras. sangat sakit, tapi seperti tidak ada rasanya. pipinya sudah terlalu sering mendapatkan tamparan keras. entah dari sang mama atau papah.

“masuk ke kamar! saya muak lihat wajah kamu!”


menutup pintu kamarnya keras dan langsung membanting tubuhnya diatas kasur miliknya. memukul-mukul dadanya dengan keras dan menjambak rambutnya.

“ARGHH GUE CAPEK!“teriaknya tak peduli dengan kedua orangtuanya yang mungkin saja mendengar teriakannya. tak lama setelah itu, suara isakan terdengar dari bilah bibir Raka. laki-laki itu kembali menangis pagi ini.

menangis sendirian dengan luka di hatinya yang tak kunjung sembuh.

sorry for typo (s)

Bayu sudah berada tepat didepan gerbang rumah jendral. laki-laki yang sekarang mengenakan kaos polos berwarna hitam yang dipadukan dengan kemeja berwarna dark blue itu tengah menunggu sang pujaan hati.

setelah beberapa menit menunggu, Bayu melihat jendral yang baru saja membuka gerbang dengan kemeja hitam dan celana bahan berwarna putih.

yang begini bisa ga sih jadi masa depan gue?

lalu, selang setelah itu jendral nampak mengetuk kaca pintu Bayu. saking terpananya bayu sampai lupa membukakan pintu untuk dosennya itu.

“masuk, pak”

jendral masuk dan langsung duduk di kursi depan. laki-laki itu langsung memasang sealtbeat, namun sedikit kesusahan. Bayu yang melihat itu dengan spontan langsung mencoba membantu jendral.

posisi keduanya sangat dekat. bahkan jendral bisa mencium wangi parfum yang digunakan oleh Bayu dari jarak sedekat ini.

“maaf. kita berangkat sekarang ya, pak?“tanyanya, dengan berusaha mengalihkan perasaan gugupnya.

“eh, iya. hati-hati ya, jangan ngebut. saya juga ga lagi buru-buru”jawab jendral dengan sedikit tersenyum manis.

selama diperjalanan hanya terjadi keheningan. Bayu memutuskan untuk menyalakan radio di mobilnya dan terputarlah lagu milik NIKI – every summertime

jendral nampak bersenandung kecil. lagu yang terputar sekarang adalah salah satu lagu yang masuk dalam list musik favoritnya.

“Bayu, saya udah bilang kan kalau di luar kampus jangan pakai embel-embel bapak”

sahut jendral secara tiba-tiba yang membuat bayu sedikit menoleh kearah sebelahnya dan mendapati jendral yang ternyata kini tengah menatapnya dengan tatapan teduh.

“maaf, belum kebiasa hehehe”jawabnya canggung.

“gapapa, tapi lain kali biasakan ya? umur kita gak beda jauh, Bayu”ucapnya, lagi.

“iya, nanti saya usahakan. tapi apa saya juga boleh minta satu hal kepada bapak?”

“apa?”

“jangan pakai bahasa formal kalau sedang dengan saya, can i?”

jendral terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya menganggukan kepalanya.

“setuju, aku-kamu mungkin lebih cocok”

oh damn, bukan ini maksudnya

maaf untuk kurang dan lebihnya

tanpa menunggu apapun lagi, Julio langsung menyiapkan tiket keberangkatan menuju Indonesia. kembali ke negara kelahirannya, negara yang mempertemukannya dengan seseorang bernama shabiel yang kini sudah menjadi penghuni tetap di relung hati nya.

“hati-hati, kabarin gue kalo udah sampe”


dan sekarang, Julio sudah berada di sini. untuk menepati janjinya kepada shabiel. laki-laki manis yang satu tahun belakangan ini sudah sabar menunggu dirinya kembali. Julio mendatangi kediaman shabiel dengan membawa paper bag berwarna hitam.

tanpa sepengetahuan shabiel, Julio sudah kembali. niatnya ingin memberikan kejutan untuk shabiel dengan kedatangan kesini. memencet bel yang terdapat didepan pintu keluarga andreo sebanyak 2 kali, sebelum akhirnya terdengar suara seseorang yang menyahuti dari dalam.

“siapa ya?“terlihat seorang wanita berkisaran 60 tahun yang membuka pintu tersebut, yang merupakan ART keluarga andreo

“permisi bi, shabielnya ada?”

“shabiel nya ada dikamar, lo masuk aja gih. dia pasti seneng banget kalo tau lo udah balik. kasian kembaran gue, di gantung mulu kaya jemuran sama lo”


“halo puppy, aku boleh masuk gak?”sahutnya dari luar kamar.

shabiel yang tadinya sedang terdiam sembari memandangi layar laptop yang menampilkan foto Julio langsung melirik kearah pintu kamarnya saat mendengar sahutan dari luar sana.

“siapa ya?“gumamnya dengan perlahan bangun dari duduknya dan membuka pintu kamar nya. dan betapa kagetnya shabiel saat melihat siapa sosok yang sekarang berdiri didepan pintu kamarnya dengan senyuman manisnya.

“halo, aku pulang”ujar Julio. shabiel dengan tiba-tiba langsung masuk kedalam pelukan laki-laki yang selama ini membuat hatinya ragu.

“jahat, kenapa ga bilang kalo mau pulang”gumamnya dengan suara yang sedikit terendam karena memeluk Julio terlalu erat.

“maaf, niatnya aku mau ngasih kejutan, sayang”jawab Julio dengan membalas pelukan shabiel dan mengusap-usap rambut belakang shabiel. dan tiba-tiba saja terdengar suara isakan kecil.

“kok nangis? hei, jangan nangis sayang”ujarnya dengan melepaskan pelukan keduanya dan beralih memegang kedua bahu shabiel dan menatap wajah yang selama ini hanya bisa dirinya lihat lewat foto dan video call.

“jahat, ioo jahat, biel ga mau ketemu ioo”racaunya namun malah kembali memeluk Julio yang membuat laki-laki itu terkekeh kecil.

“maaf ya sayang, maaf udah bikin kamu nangis”gumamnya tepat di telinga shabiel dan mengecup pucuk kepalanya.

“ayo masuk, kamu jelasin kenapa bisa tiba-tiba ada di sini”shabiel langsung menarik lengan Julio ke kamarnya.


“udah ya, jangan cemberut lagi. kan aku udah disini, masa aku dateng disambutnya kaya gini”

“lagian jahat banget tiba-tiba pulang, tanpa ngasih kabar lagi. maksudnya apa coba, bikin anak orang kaget”jawab shabiel dengan bibir mengerucut dan tatapan tajam yang malah terlihat menggemaskan dimata julio.

Julio tersenyum tipis dan memegang kedua lengan shabiel.

“aku pulang, aku nepatin janji aku untuk kembali lagi buat kamu. aku pulang, untuk kita berdua. maaf udah buat kamu nunggu, dalam waktu satu tahun ini. maaf, kalo selama ini kamu ngerasa aku main-main sama kamu, maaf kalo aku pernah bikin kamu kecewa”ucapan panjang lebar Julio berhasil membuat shabiel terenyuh.

shabiel hanya bisa terdiam dengan mulut yang terkunci, tidak tau ingin menjawab apa. dirinya masih terlalu terkejut dengan kedatangan Julio yang tiba-tiba.

“dan sekarang, kedatangan aku kesini, kembali nya aku kesini untuk nepatin janji aku. janji aku untuk memberikan kepastian tentang kita berdua,”

“shabiel, ini pernyataan dari aku. laki-laki yang sudah dengan lancangnya mencintai kamu, laki-laki yang terlalu sempurna untuk aku yang banyak kurangnya. kamu yang terlalu sabar, dan aku yakin terlalu brengsek. tolong kasih aku kesempatan untuk mengikat kamu dalam suatu hubungan yang jelas. Will u be mine? menjadi milik aku satu-satunya, dan menjadi rumah untuk aku pulang”

“lioo, makasih”dengan suara yang bergetar shabiel menjawab pertanyaan Julio.

“makasih, udah mau menjadikan aku rumah untuk kamu pulang, makasih udah ngajarin aku tentang kesabaran dalam menunggu seseorang untuk kembali. maafin shabiel kalau beberapa hari kebelakang sempet berpikir untuk nyerah, dan sekarang kamu kembali,”

“dan rada gak mungkin aku nolak kamu, kamu yang udah ngajarin aku banyak hal, tanpa kamu dan aku sadari”sambungnya dengan tersenyum manis dan menyatukan kening keduanya.

Julio tersenyum manis dan menangkup rahang shabiel.

“makasih, makasih udah mau nerima aku. makasih udah mau sabar nunggu aku untuk kembali pulang”

dan malam ini, keduanya yang sempat terpisahkan oleh jarak akhirnya kembali di pertemukan dan di persatukan oleh semesta.

“i love u, shabiel andreo”

“i love u too, Julio arkananta”

julio langsung bergegas kerumah sakit. laki-laki kelahiran bulan Maret itu dapat melihat abangnya yang terdiri didepan ruang rawat, dengan raut yang tampak gelisah.

“bang, gimana kondisi ibu?“tanyanya langsung. reja yang melihat adiknya sudah tiba itu langsung bernafas lega.

“syukur lo udah dateng. tadi kondisi ibu udah stabil, tapi tiba-tiba kritis lagi. dan ya sekarang lagi ditanganin sama dokter”

Julio hanya bisa berdoa kepada Tuhan, semoga Tuhan masih berbaik hati agar mau menyelematkan ibunya. Julio belum sempat membahagiakan sang ibu selama hidupnya.

“lo kok ga bilang kalo ibu punya jantung?“tanyanya dengan alis mengerut.

“ibu yang ga mau lo tau kalo dia punya riwayat jantung”

Julio tersenyum miris dan langsung mendudukkan dirinya di kursi tunggu. memejamkan matanya dan mengontrol nafasnya.

“gimana kerjaan lo sama sekolah? lancar semua?“tanya reja kepada sang adik yang nampaknya lelah sekali.

“lancar, cuma beberapa hari yang lalu gue sempet keteteran aja. tapi semuanya lancar kok”jelasnya dengan tersenyum tipis.

setelah hampir 2 jam menunggu akhirnya dokter yang daritadi menangani sang ibu keluar.

“keluarga pasien? kalian anak-anaknya?“tanya dokter tersebut. reja dan julio menganggukkan kepalanya.

“iya dok,“jawab Julio.

“bisa ikut saya keruangan? ada yang ingin saya bicarakan dengan keluarga pasien, terkait penyakit yang diidap oleh beliau”


Julio hanya bisa terdiam dengan tatapan kosong. di bangku kantin rumah sakit, daritadi Julio memikirkan keputusan nya. apakah ini sudah yang terbaik? atau belum?

“kalo misalnya lo mau stay di sini juga gapapa, biar gue yang jaga ibu”

ucapan reja beberapa menit yang lalu setelah mereka keluar dari ruangan dokter, Julio dirundung kebimbangan.

“gue ikut? kasian ibu gue belum pernah ngasih apa yang dia mau, sekarang disaat kondisi dia lagi kaya gini, gue ga mau nemenin”

dan julio harap, keputusannya tidak salah. setidaknya Julio masih memiliki waktu beberapa hari disini. itu bisa dirinya manfaatkan untuk quality time bersama shabiel.

sesudah dari pet shop keduanya langsung bergegas ke kost-an Julio. dua anak adam itu terlihat semakin akrab. shabiel sudah jarang marah-marah tidak jelas kepada Julio. dan julio merasa bersyukur untuk itu.

“miko di dalem kan, Li?“tanyanya sesaat setelah turun dari atas motor julio dan melepas helm berwarna biru muda milik Julio.

“iya, masuk aja gih. gue mau markirin motor”jawabnya dan diangguki oleh shabiel.

“eh, emang ga di kunci?“tanyanya.

“kuncinya ada diatas pintu, biel”jawab Julio dan shabiel langsung mengangguk patuh.

ceklek

suara pintu yang terbuka membuat kucing kecil berwarna putih dan abu-abu itu langsung mendekati shabiel dan mengeong dengan menyundulkan kepalanya di kaki shabiel yang terlapisi oleh kaos kaki bergambar anjing.

“hellow Miko, uhh Miko laper ga? biel abis beliin miko makanan nih, miko ma'em dulu ya? ayo sini”ucapnya dengan kucing kecil tersebut dan menaro makanan kucing itu diatas meja kecil.

shabiel membungkukkan badannya dan membuka makanan kucing tersebut. mengambil wadah makan nya dan mengelap nya menggunakan tisu terlebih dahulu.

meoww

“sebentar ya miko, Biel tuangin dulu makanan nya”ujarnya dengan tersenyum tipis dan sesekali melirik kucing kecil yang tengah duduk di sebelahnya itu.

“nah udah, sekarang Miko mam dulu. abis itu baru kita mandi ya”

menggendong kucing kecil tersebut dan menaruhnya tepat didepan tempat makan kucing.

tanpa shabiel sadari, Julio sedari tadi memperhatikan interaksi antara shabiel dan kucing tersebut.

“gemes banget, jadi pengen gue makan”


setelah selesai mengurusi kucing kecil tersebut. shabiel dan Julio lebih memilih untuk bersantai didepan tv. Miko sudah tertidur lelap di sebelah shabiel. sedangkan shabiel dan Julio, keduanya terjebak diantara kecanggungan.

“ternyata ngurus kucing cape juga ya”celetuk Julio.

“hahaha iya, apalagi pas mandi. kalo ga pelan-pelan bakal nyakar, kalo mandiin kucing tuh harus sabar. pelan-pelan, kenalin dulu sama air, biar dia ga kaget”jawabnya dengan sedikit penjelasan nya.

“iya, kayanya lebih susah dari ngurus bayi manusia”

“ngga juga lio”

shabiel terlihat menguap kecil dan mata sipitnya terlihat sayu. sepertinya shabiel mengantuk.

“ngantuk ya?“tanyanya dengan menatap kedua bola mata indah milik shabiel.

“iya”jawab shabiel.

“sini, tiduran di bahu gue”ujarnya dengan menepuk-nepuk bahunya. awalnya shabiel nampak terlihat kaget dan enggan.

“gapapa, ayo sini”dengan lembut Julio menarik kepala shabiel untuk di senderkan di bahunya.

“udah, bobo. nanti gue bangunin”ujarnya dan menepuk-nepuk pipi shabiel dengan lembut.

“sleep well, Biel. maaf udah ngerepotin lo hari ini”

“jeri astaga kok kamu makin ganteng aja? astaga”sang bunda adalah orang pertama yang paling heboh menyambut kedatangan Jeri. wanita itu langsung menyambut kedatangan nya dengan pelukan hangat.

begitupun dengan sang ayah dan juga shabiel. laki-laki manis yang memiliki senyuman manis itu terlihat memekik senang saat melihat bahwa tetangganya yang sudah dirinya anggap seperti kakak sendiri, kini sudah kembali ke tanah air.

“hahaha bunda bisa aja, bunda juga makin cantik, awet muda”jawab Jerico dengan tersenyum manis yang membuat cacat di pipinya itu terlihat jelas.

“kak ga mau peluk aku?“celetuk shabiel yang ternyata daritadi membututi Jerico dari belakang.

Jerico membalikkan badannya dan langsung merentangkan tangannya.

“sini peluk, kakak kangen sama kamu”ucapnya dan tanpa menunggu apapun shabiel langsung masuk kedalam pelukan Jerico yang terasa hangat.

“udah gede, terakhir kakak liat kamu belum setinggi sekarang”

“ya karena Biel tumbuhnya keatas”jawabnya dengan yang berhasil mengundang gelak tawa.

“biru kemana?“tanya jeri dengan melepaskan pelukannya secara perlahan.

“di kamar. daritadi dia belum keluar sama sekali”jawab shabiel.

Jerico menghela nafasnya.

“ya udah ayo kita makan malem, bunda udah masak banyak buat malam ini”sahut sang bunda.

“leggo bundaa! tapi biel panggil abang dulu ya?”

“iya, panggil gih. ajak kembaran kamu itu turun, ga enak juga sama jeri kalo biru gak turun sama sekali”

shabiel mengangguk patuh dan langsung berlari kearah kamar sabiru.

tok tok tok

“Abang! ayo turun, kita makan malem bareng sama kak jeri”ucapnya dari balik pintu.

“duluan aja, gue masih kenyang”jawab biru dari dalam kamarnya.

shabiel berdecak kesal dan menghentakkan kakinya.

“ayo turun! sebelum lo di marahin sama bunda!“bujuknya dengan berusaha membuka pintu yang ternyata dikunci dari dalam dari sang pemiliknya.

“gue bilang nanti biel, nanti gue turun kalo gue laper”

“ya udah kalo gitu. nanti turun ya? ketemu dulu sama kak jeri, tadi dia nanyain lo”

“iya biel iya”


“mana biru nya, de?“tanya sang bunda saat melihat hanya shabiel saja yang turun, padahal tadi bilangnya ingin memanggil sabiru agar ikut makan malam.

“ga mau katanya, Bun. nanti kalo udah laper juga dia turun”jawab shabiel dengan menarik kursi yang berhadapan dengan Jerico.

“tumben banget,“gumam sang bunda.

“ya udah ayo makan, nanti juga biru turun sendiri”ujar sang ayah.

acara makan malam hari ini cukup tenang. hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring.

lalu, setelah beberapa menit acara makan malam berlangsung biru akhirnya menampakkan batang hidungnya. kembaran shabiel itu langsung mengambil posisi untuk duduk di samping kembarannya.

“halo, biru apa kabar?“sapa Jerico dengan senyuman hangat, namun hanya dibalas tatapan malas oleh sabiru.

“baik”jawabnya dengan menyendok kan nasi ke piringnya dan mengambil beberapa lauk. shabiel yang melihat tingkah kembarannya yang terlihat aneh malam ini hanya bisa mengerit bingung.

“kenapa ya?”


“maaf ya tan, kalo kedatangan aku yang mendadak ini jadi ngerepotin tante sama om”ucapnya dengan tak enak hati. mereka tengah berada di gazebo dekat kolam renang keluarga andreo.

“iya emang. lo ngerepotin banget”celetuk sabiru dan langsung mendapatkan cubitan di perutnya dari shabiel yang kebetulan duduk disebelahnya.

“aa ga boleh gitu, yang sopan sama yang lebih tua”tegur sang bunda.

“iya-iya maap”

sang kepala keluarga daritadi hanya bisa menyimak apa dibicarakan oleh anak dan istrinya. namun, atensinya tidak lepas dari anak pertamanya.

sabiru, anaknya yang satu itu terlihat tidak suka dengan kehadiran Jerico. meskipun sabiru anaknya memang sedikit moody-an, ayahnya hapal betul bahwa sabiru tidak akan memperlihatkan sifat buruknya itu ketika ada tamu.

“kamu nginep disini aja ya, biar hemat biaya juga”

“ga usah tan, aku pesen kamar hotel aja”tolaknya.

“ih, udah kak nginep disini aja. gratis tau, ga usah bayar”sahut shabiel dan disetujui oleh sang bunda.

“udah Jerico, kamu nginep disini aja. kebetulan kamar tamu juga kosong”sambung sang ayah.

Jerico sedikit tersenyum tipis, merasa tidak enak dan semakin merepotkan.

“udah sana pesen kamar hotel aja, makin ngerepotin kalo nginep disini”lagi, lagi celetukan tidak enak itu keluar dari bibir tipis sabiru.

“aa! bunda bilang yang sopan sama Jerico!”

“iya maaf, bunda”

“je halo, kok masih tiduran?“saat sedang enak-enak nya merebahkan diri. tiba-tiba saja eja sudah ada dirumah nya. dengan membawa dua kantong plastik kecil yang berisikan bubur ayam.

“mager ja. eja magerr ngapa-ngapain”jawabnya dengan merubah posisinya menjadi duduk dan mengerucutkan bibirnya yang membuat eja terkekeh kecil.

duduk di samping jeje dan mengecup lembut kening sahabatnya itu.

“morn jeje, semoga hari ini baik ya”ucapnya dengan tak lupa mengusap-usap rambut jeva. jeva tersenyum hangat mendapatkan perlakuan seperti itu dari sahabat sekaligus crushnya.

“eja udah sarapan?“tanyanya.

“udah, lo sarapan dulu ayo. jefran mana?”

“ga tau, dia masih ngebo kayanya. ya udah ayo kita keluar, temenin jeje sarapan”


“je, makan nya pelan-pelan sayang. itu liat buburnya sampe belepotan ke mana-mana”ujarnya dengan sedikit menggeser duduknya menjadi lebih dekat dengan jeva.

“sini eja bersihin, kaya bocil banget sih ini jeje nya eja”gumam eja. posisinya sekarang mereka berdua sangat intens. wajah keduanya hanya berjarak beberapa centi saja.

jantungnya terasa berdetak kencang dan jeva langsung menahan nafasnya saat merasakan eja yang semakin mengikis jarak diantara keduanya.

lalu,

eja menempelkan bibir keduanya dan sedikit menjilat bekas bubur yang belepotan ke pinggir bibir jeva yang membuat laki-laki manis itu terpaku.

“udah, sekarang makan lagi. pelan-pelan tapi”

“ejaa kok pedagangnya banyak yang gak jualan ya?“tanya jeva saat keduanya sudah berada di alun-alun dan tengah mengitari alun-alun yang biasanya terdapat banyak pedagang yang berjualan disini. berbeda sekali dengan hari ini yang terlihat lenggang.

“sekarang malam Jum'at je, eja lupa. kan biasanya setiap malem Jum'at ga semua pedagang jualan”jawab eja dengan langsung menggandeng lengan jeva dan mengajak kesalah satu penjual sujamer alias susu jahe merah.

“mang, sujamernya dua ya”pesan eja. laki-laki yang notabenenya adalah sahabat jeva sejak SMP itu tiba-tiba merangkul pundak jeva saat melihat beberapa gerombolan laki-laki mendekat ke arah mereka atau lebih tepat ke penjual sujamer.

ejaa tolong dong jangan kaya gini

“eja, abis ini beli cilok ya?“pintanya dan diangguki oleh eja dengan senyuman manis.

“iya je, nanti kita cari tukang cilok nya”jawab eja.

tak lama setelah itu pesanan keduanya sudah jadi. tanpa menunggu lebih lama lagi eja langsung pergi dari penjual tersebut dengan masih merangkul jeva. bedanya sekarang eja merangkul di pinggang ramping jeva yang membuat laki-laki kelahiran bulan April itu hanya bisa terdiam dengan sensasi kupu-kupu di perutnya.

“kok ga ada ya ja? masa abangnya ga jualan juga”gumamnya setelah beberapa mengelilingi alun-alun dan tidak melihat penjual cilok langganan mereka berdua.

“yah je, kayanya si abangnya juga gak jualan. mau beli yang lain aja?”

“eumm apa ya? ga ada makanan yang menarik. males ah, kita pulang aja yuk ja”jawabnya dan ajaknya.

eja tersenyum tipis dan mengusap-usap rambut jeva dan juga sedikit mencolek hidung mancung itu.

“yakin? ga mau beli ya lain? ga mau gulali atau permen kapas?“tawar eja, namun hanya ada gelengan sebagai jawaban.

“ngga, jeje lagi ga mau gulali”jawabnya.

“ya udah kalo gitu. tapi kita jalan-jalan dulu ya? kita keliling kota, biar ga sia-sia kita keluar”ajaknya.

“oke bos! ayo kita meluncur!”

sayang banget sama eja

“kok kamu lucu banget sih”gemasnya saat melihat seekor anak kucing yang tengah meringkuk diatas karpet berbulu.

“meoww ...”

lalu, dengan langkah kecil nya kucing tersebut mendekat kearah shabiel dan tiba-tiba meringkuk diatas kaki shabiel yang membuat laki-laki itu terkekeh gemas.

“utututu miko, miko ngantuk ya?“tanyanya dengan langsung menggendong anak kucing yang memiliki bulu berwarna putih dan juga abu-abu tersebut. menggendong layaknya seorang bayi yang tengah di keloni oleh ibunya.

“bisa-bisanya langsung akrab lo sama Miko. waktu sama gue aja dia ngeberontak”sahut julio yang tiba-tiba saja sudah berdiri dibelakang shabiel dan menyembulkan kepalanya diantara ceruk leher shabiel, yang membuat shabiel sedikit terjengit kaget.

“lo nyebelin sih, makanya dia berontak waktu sama lo”jawab shabiel dengan mengelus sayang kepala anak kucing tersebut.

Miko nampak tertidur tenang didalam gendongan shabiel. anak kucing tersebut nyatanya langsung tertidur ketika di gendong oleh shabiel.

“kok tidur sih? kan Biel mau main sama Miko”gerutunya, dengan bibir yang mengerucut.

Julio hanya bisa tertawa kecil dan langsung berpindah posisi dengan berdiri di hadapan shabiel.

“ya lagian salah siapa di gendong terus di puk-puk gitu, biel”ucap julio dengan melepaskan jaketnya dan menyimpannya diatas kursi plastik.

“duduk gih, gue mau ngambil minum dulu. terus si Miko taro di sofa aja, biar nyenyak”sahut julio dan shabiel hanya bisa mengangguk patuh. lalu, dengan perlahan shabiel menidurkan anak kucing tersebut diatas sofa. sedikit menggeliat, namun setelah itu kembali meringkuk seperti bayi yang berada didalam kandungan.

“dirumah punya kucing?“tanya Julio yang kembali lagi dengan secangkir teh hangat.

“enggak, punyanya kelinci”jawab shabiel dengan sedikit bergeser agar Julio bisa duduk di sebelahnya.

“punya berapa?“tanyanya, lagi.

“empat, punya gue dua, punya biru dua”jawabnya.


“lo kerja dari kapan?“tanya shabiel. sekarang keduanya sudah berada di jalan pulang.

“ngga terlalu lama sih. baru-baru ini”jawabnya.

ditemani angin malam dan juga lampu-lampu kendaraan, menggunakan motor Vespa matic berwarna abu-abu kedua anak adam itu nampak terlihat serasi.

“mau jalan-jalan dulu gak?“tawarnya kepada shabiel yang tengah melihat-lihat gedung-gedung pencakar langit yang terlihat terang.

“jalan-jalan kemana? emangnya lo ga capek?“tanyanya.

“kalo lo mau, gue sih ayo aja”jawabnya.

“boleh, tapi jangan jauh-jauh. udah malem, gue takut lo sakit karena kecapekan”

“siap, komandan!”