Chapter 12: Kotak Bekal


KRIIING

Bel tanda istirahat berbunyi, para murid berbondong-bondong keluar kelas, melakukan kesibukan mereka masing-masing.

Keindra duduk diam dikursinya, membuat Yoshep yang sedang mengemasi buku-bukunya menatap sahabat mungilnya itu heran.

“Ngapa kau diam disini, nggak ke kantin?”

“Eung? Gapapa, nunggu kau lah aku.”

“Oh ... ayok lah!” Yoshep berdiri menarik lengan Keindra agar mengikutinya, tak lupa Keindra mengambil kotak kecil yang berisi roti isi tadi pagi dari dalam meja. “Apa tuh?” Tanya Yoshep.

“Roti isi buat kak Haris. Tapi tadi pagi nggak ketemu, mana tau di kantin ketemu.”

“Cielah ... udah buat bekal aja kau untuk bang Haris. Kapan lagi kau buat bekal untuk aku sama anak-anak lain hah?!” Yoshep mengacak rambut Keindra dan merangkulnya menuju kantin.

“Iya nanti aku buatkan, santai aja jangan acak-acak rambutku weh!”

Suasana kantin hari ini tidak begitu ramai, Keindra dapat melihat Satria dan Beryl duduk berdua di bagian tengah kantin. Wajahnya kembali murung karena tak mendapati Haris.

“Yosh, gabung sama kak Beryl mau nggak, kau?”

“Aku ayok aja sih. Kau mau makan apa?”

“Nggak, belikan aku susu kotak rasa taro aja ya.”

“Oke.”

Keduanya berpisah, Yoshep yang membeli makanan serta minuman pesanan Keindra, sedangkan Keindra menuju ke arah meja kakak kelasnya.

Tangan Keindra sengaja mengetuk meja kantin agar menarik perhatian dua orang yang asik menyantap mie ayam mereka, “permisi, boleh gabung?” Tanyanya dengan senyum manis.

“Astaga Kei! Gua kira siapa, ngetuk meja udah kayak kepsek aja lu. Gabung lah!” Satria menarik Keindra duduk disamping dirinya.

“Eh ngegas amat lu narik-narik anak orang depan kakaknya! Gua laporin lu ke Helmi ya!?” Beryl memukul lengan Satria kesal.

“Aishh! Sakit anjir! Ngapain jadi bawa-bawa Helmi hah!?”

“Ya lu modus mau deket-deket, Kei. Dek sini samping kakak!” Beryl menggeser tubuhnya untuk memberi ruang agar Keindra dapat duduk disamping dirinya.

“Hahaha ya ampun perkara duduk doang, ih!” Keindra mengalah, ia memilih duduk disamping Beryl dan membiarkan Yohsep duduk disamping Satria.

“Permisi ya abang-abang semua, saya mau join,” ujar Yohsep sambil membawa sepiring nasi kuning.

“Mana temen kalian yang lain?” Tanya Beryl kepada dua adik kelasnya ini.

“Wira katanya nyusul masih bagi tugas kelompok, kalau Candra udah sibuk sama teman kelasnya, Kak,” jawab Yoshep.

“Pacar lu mana, Bang?” Tanya Kei kepada Satria.

“Lagi selingkuh sama kameranya, biarin aja dah ntar juga kesini bentar lagi.”

“Nggak makan? Kok minum susu aja, liat tuh mukanya mulai pucat, lemes juga. Kenapa kamu, hm?” Beryl mengelus kepala Kei.

Mendegar kondisi Kei dari mulut Beryl, hal itu menarik perhatian dua laki-laki yang berada di hadapannya.

“Eh iya Kei, ngapa pula kau ndak makan, muka kau pucat tuh!” Yoshep mulai panik.

“Lu gapapa, Kei? Cerita sini kalau ada masalah,” ujar Satria tiba-tiba.

Keindra menatap satu-satu orang yang sedang menaruh perhatian kepadanya, kemudian ia terkekeh geli sambil menggelengkan kepalanya.

“Hahaha kenapa sih pada lebay! Gue gapapa kali, mungkin karena lupa pakai lipbalm jadi keliatan pucat. Kalian lanjut makan aja, gue masih kenyang kok.”

“Awas bohong, ya?” Beryl menatap Keindra curiga.

“Engga, Kak. By the way, kak Haris mana ya? Tumben ga ikut.”

“Tauk dah! Katanya tadi mau nyusul, malah kagak muncul.” Jawab Satria.

“Ciee cariin kak Harisnya, kangen ya?” Goda Beryl kepada yang lebih muda.

“Engga ih! Mau kasi ini, tadi pagi nggak ketemu.” Keindra menunjukan kotak bekal yang terletak dihadapannya.

“Nah bener, 'kan! Lu tadi pagi nyamperin ke lantai 3 buat ketemu Haris, 'kan?” Satria menunjuk wajah Keindra, seakan menuding adik kelasnya itu.

Tertangkap basah, Keindra terkekeh sambil menggaruk pipinya canggung. Beryl yang melihat tingkah laku adiknya tersebut hanya dapat tersenyum tipis, menggelengkan kepalanya.

“Udah disamperin ke kelas?” Tanya Beryl.

“Udah, Kak. Tapi ....”

“Tapi kenapa?” Satria terlihat penasaran.

“Tadi ketemu sih, cuma kak Haris langsung lewat gitu aja masuk dalam kelas, nggak ada gubris aku. Padahal aku berdiri di depan kelas ... mungkin nggak ngeh aku berdiri disitu kali, ya?”

Hening, baik Beryl maupun Satria mengernyitkan dahi mereka, saling bertatapan satu sama lain. Sedangkan Yoshep memilih diam, tangannya terulur untuk mengelus tangan sahabatnya diatas meja.

Temen lu ngapa?” Beryl menggerakan bibirnya tanpa suara kepada Satria.

Gegara tweet kali.” Jawab Satria sama seperti Beryl.

Keduanya pun menghela napas berat, dan kembali menaruh perhatian kepada Keindra yang tampak termenung meminum susunya sambil menatap kotak bekal.

“Udah nggak usah dipikirin, mungkin emang nggak ngeh aja. Tadi pagi kalau nggak salah Haris ada pertemuan pemain, ya kan Sat?”

“Iya Kei, santai aja deh lu. Haris gapapa kok tadi, mungkin emang capek. Sini lu titip ke gua aja, ntar gua kasi.”

Keindra memberikan kotak bekalnya kepada Satria, “hmm ... tapi bisa bilang bukan dari gue nggak, Bang? Takutnya malah nggak mau dimakan. Mungkin kak Haris emang lagi nggak mau diganggu.”

“Bisa, ntar bilang dari Beryl aja. Ya, nggak Ryl?” Satria menaikan alisnya kepada Beryl dan dibalas anggukan.

“Kakak pastiin dia makan bekal dari kamu. Kotaknya ntar gimana, nih?”

“Bawa aja, kotak sekali pakai kok itu hehehe. Tolong ya kak Eryl, bang Satria, maaf ngerepotin.”

“Yaelah santai kali, cuma bawain bekal doang. Lu jangan kagak makan, Kei. Capek-capek buatin bekal, malah lu yang kelaperan!” Nasehat Satria kepada Keindra.

“Enggak bang, gue emang masih kenyang tadi pagi udah sarapan banyak hehehe.”

“Nih makan kerupuk kakak aja,” Beryl memberikan sebungkus kerupuk udang kepada Keindra.

Keindra paham Beryl khawatir padanya, karena tak ingin merepotkan ia pun menuruti perkataan Beryl, walaupun pikirannya masih terganggu oleh sikap Haris.