#Junghwan dan denialnya
Satu suapan masuk ke dalam mulut Junghwan, lalu di lanjutkan suapan kedua, dia kunyah hingga pipinya menggembung di satu sisi. Matanya sendiri tidak beralih dari seseorang di dekatnya yang juga menikmati makannya, seiring orang itu melakukan kegiatan makannya maka Junghwan akan mengikuti pergerakannya dengan mata yang bergulir memperhatikan tanpa jeda.
Definisi mulut, tangan dan mata jalan adalah Junghwan. Mulutnya sibuk mengunyah, tangannya sibuk menyendokkan makanan ke mulut dan matanya di buat fokus untuk memperhatikan orang di sampingnya.
Junghwan tersedak hingga terbatuk ketika dari bawah satu tendangan cukup kuat terasa di kakinya, Junghwan menoleh mendelikkan matanya sebal pada sang kakak di seberang meja sana yang menatap tajam dirinya dan seolah memberi ancaman untuk Junghwan agar tidak bertingkah aneh.
“Junghwan kenapa?”Objek yang sedari tadi Junghwan perhatikan itu bertanya, menolehkan kepalanya khawatir. “Ayo minum dulu”
Itu Daniel, kekasih kakaknya Junghwan si Park Jihoon. Melihatnya dengan tatapan khawatir seraya menyodorkan air mineral botol yang sudah terbuka tutupnya ke Junghwan.
Botol berpindah tangan ke Junghwan, isi di dalamnya ia teguk hingga mencapai setengah dari botol. Campuran antara haus dan tersedak karena ulah kakaknya. Di belakang punggungnya Daniel memberikan tepukan-tepukan pelan untuknya.
“Junghwan nggak apa?”Daniel bertanya lagi, rautnya khawatir dan Junghwan mengangguk sebagai respon, belum bisa ngomong dia tuh. Masih mencoba menetralkan dirinya.
Yang paling kecil di antara ketiganya mendongak melihat pada sang kakak dengan melotot tajam, di bawah sana kakinya menendang keras kaki Jihoon membalas perbuatannya yang membuat Jihoon mendelik tidak terima.
“Apa sih?”Sentak Jihoon.
“Gara-gara kakak nih”Junghwan merutuk sebal.
Daniel sendiri kebingungan dengan ucapan Junghwan yang tiba-tiba menyalahkan kekasihnya. “Jihoon ngapain Junghwan?”Daniel bertanya pada yang paling muda.
Junghwan menoleh wajahnya menunjukkan raut ingin mengadu pada Daniel dan benar saja setelahnya Junghwan langsung merealisasikannya. “Kak Jihoon nendang kaki aku kak”Adunya, menunjuk Jihoon di seberang sana meski fokus pandangannya ada pada Daniel.
Daniel menoleh ke Jihoon yang membalas tatapannya dengan sebelah alis terangkat memasang wajah tidak bersalah serta memberi kesan apa ada yang salah dengannya.
Daniel mendengus kasar. “Jihoon ngapain sih? Kan kasian Junghwan”
Jihoon tersedak ludahnya sendiri, yang benar saja kekasihnya ini. Apa tidak sadar jika adiknya sedari tadi memperhatikannya dengan seksama, tajam nyaris menuju creepy jatuhnya? Bisa-bisanya malah menyalahkan Jihoon yang sebenarnya ingin memberi peringatan pada sang adik.
“Nggak apa kak, emang Kak Jihoon itu suka banget iseng sama Junghwan. Mungkin kak Jihoon iri karena kakak lebih perhatian sama Junghwan, suka tsundere memang dia”
Malah Junghwan yang jawab, mukanya di buat sedih dramatis, sebelah tangannya naik untuk menutup wajahnya seakan dia sedang bersedih dan tidak sanggup untuk menunjukkan.
“Ih Jihoon! Nih kasihan kan Junghwannya”Daniel misuh, memarahi Jihoon yang kini melihat tidak percaya pada dirinya.
Mulut Jihoon terbuka ingin marah, kata umpatan rasanya sudah menggantung di tenggorokannya siap sekali untuk dia keluarkan pada adiknya yang drama king itu. Dia menghembuskan napas kasar tidak habis pikir saat melihat dari balik tangannya sang adik memberikannya seringaian jahil yang seolah berkata ‘yak , mampus kamu kak Jihoon’.
“Ayo minta maaf sama Junghwan”Ucap Daniel menyuruh Jihoon dengan alis menukik, meski raut wajahnya tidak menunjukkan kekesalan yang berarti dan tetap menggemaskan jika di lihat.
For a sec, Junghwan terpana tidak menyangka jika kakak kelasnya ini sangat lucu dalam pandangan matanya. Berbeda sekali dengan gambaran yang dia lihat selama ini di kehidupan sekolahnya selama bertemu dengan Danny.
Yeah, Junghwan still thinking that Daniel actually Danny.
“Ayo kak Jihoon minta maaf sama Junghwan! Ayo!”Yang paling muda dengan semangatnya bersuara, setengah dirinya merasa senang karena ada yang melakukan pembelaan untuknya apalagi di bela karena ulah sang kakak, maklumilah Junghwan itu kadang tidak pernah menang jika berargumen sama Jihoon, jadi sekarang mumpung dia tidak sendiri dan ada yang bela maka harus dia dukung.
Jihoon mendelikkan mata tidak terima, bibirnya terkatup rapat mencegah umpatan untuk keluar, melihat pada sang adik yang seolah berkata ‘apa maksudmu?’ dan Junghwan di seberang sana malah menampilkan wajah sumringah yang mengejek.
“Maaf”Dengan menggerutu dan nada suara yang samar Jihoon berucap. Terpaksa kalau boleh jujur karena di samping Junghwan, Daniel ikut memberikan delikan tajamnya yang meminta dia untuk mengucap maaf pada Junghwan.
Dan Jihoon mengenal sekali adiknya, dia tahu bagaimana tengil dan jahilnya Junghwan. Lalu hal itu terbukti saat sang adik memajukan wajahnya memposisikan sedikit menyamping hingga memperlihatkan telinga kirinya, matanya di sipitkan seraya berucap.
“Apa kak? Kakak ngomong apa, nggak dengar”
Yang paling muda itu menggoda Jihoon membuat kakaknya untuk lebih keras dalam mengucap permintaan maaf.
Jihoon menggeram tertahan merasa sebal dengan tindakan sang adik yang suka sekali menjahilinya.
Bagaimana raut Daniel yang seakan ikut meminta untuk Jihoon mengiyakan permintaan Junghwan membuat Jihoon cukup emosi namun tidak bisa dia realisasikan karena pasti dia akan kalah dengan Daniel. Menghadapi Daniel dengan emosi sama dengan mendapatkan emosi yang lebih tinggi dan itu bikin capek.
Jihoon menghela napasnya pelan, melihat pada sang adik yang menunggu dengan wajah berekspektasi dan senyum mengambang jenaka.
“Maaf”Jihoon berucap lagi kali ini suaranya lebih keras, dan ucapannya membuat senyum di wajah Daniel mengembang merasa bangga dengan kekasihnya ini.
Junghwan juga mengembangkan senyumnya namun untuk alasan yang berbeda, iya alasan dari si paling muda di antara ketiganya ini adalah dia merasa senang bisa membuat sang kakak mengikuti apa maunya tanpa perlu dia adu mulut, adu otot, bahkan merengek seperti biasa agar keinginginnya terpenuhi. Dia merasa seperti ada di puncak, kalau kata lagu anak nyasar ‘termuda di atas’.
Bodo amat dengan delikan Jihoon setelahnya yang merasa tidak terima dan sebal untuknya. Yang penting untuk sesaat dia bisa merasakan menang tanpa usaha berarti untuk membujuk sang kakak.
“Nah gitu dong Jihoon”Daniel bersuara, bertepuk tangan untuk permintaan maaf Jihoon untuk Junghwan. Jelas sekali terlihat jika Daniel senang juga bangga pada kedua adik kakak di dekatnya ini. “Ayo sekarang pelukan, biar makin akrab dan manis”
Jihoon dan Junghwan serempak menoleh pada Daniel, membulatkan mata sebagai bentuk keterkejutan dan ketidak percayaan, bersama mereka berseru. “OGAH!”
Daniel mengerucutkan bibirnya dengan kening yang mengkerut sedih. “Kok nggak mau, kan biar makin akrab kaliannya. Daniel juga sering gitu sama adik-adiknya Daniel”Ucapnya protes.
Dua kakak beradik itu saling melihat pada satu sama, saling memindai dari atas ke bawah. Lalu membuat raut yang seolah mereka jijik juga enggan jika apa yang di suruh Daniel harus di realisasikan menjadi kenyataan. Pelukan itu nggak banget untuk mereka, mengucap sayang aja jarang.
“Ih ayoo”Dan Daniel masih bersikukuh untuk membuat keduanya mengikuti apa yang dia mau.
“Kalau kakak aja yang Junghwan peluk gimana?”
Niatnya Junghwan sih untuk menggoda Daniel yang masih Jughwan kira adalah Danny dan membuatnya mendengus geli seperti biasa karena ucapan absurd Junghwan, namun ekspektasi Junghwan tidak terjadi, bukan dengus geli dengan acakan halus di kepala seperti biasa yang dia dapat melainkan benar sebuah pelukan besar yang erat penuh kegemasan dari pemuda di sampingnya.
Dan dalam hati Junghwan menjerit. ‘INI APA-APAAAAAAANNN???’. Entah sudah berapa kali Junghwan mendapatkan kejutan tidak terduga dari pemuda di sampingnya ini.
“Nah udah, sekarang Junghwan yang pelukan sama Jihoon”Titah Daniel lagi memberi senyum manis untuk Junghwan dan sebuah tepukan pelan di kepala yang seakan memberi dorongan untuk Junghwan melakukannya.
“Ih nggak mau”Junghwan langsung berseru memprotes, Daniel tersentak kaget karena seruannya yang tiba-tiba, sang kakak pun hampir tersedak oleh makanan karena ulahnya.
“Jangan bikin kaget Junghwan”Jihoon protes melempar wajah adiknya dengan tisu bekasnya.
“Ih kak Jihoon jorok”
“Ya ampun Jihoon, kok jahat sama adiknya”Daniel ikut melakukan protesnya membela Junghwan, tangannya terulur naik menepuk-tepuk pipi Junghwan sayang. Untuk membuat perasaan Junghwan lebih baik, hal yang selalu Daniel lakukan untuk Doyoung di rumah jika adiknya itu berkelahi dengan Danny kembarannya.
Junghwan mendelikkan matanya, melirik pada Daniel di sampingnya, dalam hati dia bertanya-tanya dan kepalanya berpikir mencari tahu kenapa pemuda di sampingnya ini mau melakukan hal yang seperti ini, biasa juga cuma tertawa kecil jika Junghwan sedang adu mulut dengan Jeongwoo di sekolah dan di tenangkan dengan ucapan saja tidak pernah ada skinship, wow this is too much to handle, nggak lucu kalau Junghwan tiba-tiba punya keinginan untuk menikung ketua osisnya dan kakaknya sendiri. Iya si paling muda ini masih denial jika Daniel adalah orang yang berbeda dari Danny.
“Jangan terlalu di sayang dianya, emang suka drama”Jihoon mendengus kasar mengomentari sang adik yang kini melotot tajam ke arahnya, tidak terima dengan label yang Jihoon berikan padanya. “Aku mau ke toilet dulu, kalau dia ada ngadu macam-macam abaiin aja, anaknya emang gitu”Dan Jihoon bangkit dari duduknya untuk pergi ke toilet, meninggalkan Junghwan dan Daniel hanya berdua di meja.
“Junghwan nggak apa kan?”Daniel bertanya, mengusap sebelah pipi Junghwan yang agak kotor dengan ibu jarinya.
Menelan ludahnya kasar, Junghwan mengangguk. “Nggak apa”Balasnya pelan.
Daniel tersenyum lebar mendengar jawaban Junghwan. “Bagus deh. Jihoon tuh emang nyebelin ya Junghwan, susah banget mau minta maaf. Mana hobinya marah-marah mulu, Daniel aja juga sering kena omelnya Jihoon. Tapi habis itu di sayang-sayang sih hehe”Yang lebih tua bercerita, rautnya berubah dari setiap kalimat yang terucap, bagaimana dia akan mengerucut ketika menceritakan bagaimana Jihoon yang kadang suka ngomel kepadanya, megerutkan kening sebal saat ingat Jihoon itu adalah orang yang paling anti minta maaf menuju tsundere kalau dari sudut pandang Daniel, lalu setelahnya akan menunjukkan cengiran lebar dan senyum mengembang menggemaskan saat cerita bagaimana perhatiannya Jihoon ketika Daniel memiliki masalah dan akan memeluknya erat jika memang Daniel butuh.
Junghwan mengerjap sesaat mendengar bagaimana Daniel bercerita tentang kakaknya. Dia masih memproses dalam kepalanya bagaimana bisa seseorang yang sudah memiliki kekasih dan juga selalu membanggakan kekasihnya di depan Junghwan –meski tersirat dan harus paham sekali maksud dari ucapan Danny- kini malah membanggakan pemuda lain yang merupakan kakak Junghwan sendiri, apakah ini karena Junghwan ada di depannya maka yang di puji-puji adalah kakaknya atau bagaimana.
“Yang sabar ya Junghwan”Daniel mengakhiri ucapannya dengan mengelus lembut kepala Junghwan, sebelum tangannya di tarik kembali untuk beralih mengambil minumannya yang sedotannya dia posisikan pada mulut dan dia sesap isinya.
Junghwan merapikan rambutnya meski tidak ada yang berantakan hanya gestur salah tingkah sebenarnya, juga untuk mengalihkan diri dari kegugupan karena dia ingin mengajukan pertanyaan untuk Daniel namun dia ragu dan takut untuk mengucapkannya.
Pergerakan aneh Junghwan dan bagaimana mulutnya terbuka lalu terkatup kembali terlihat di pandangan Daniel. Maka karena rasa penasarannya Daniel mengajukan pertanyaan untuk adik dari kekasihnya itu. “Junghwan kenapa?“Gelas besar berisi es jeruk Daniel taruh kembali ke tempatnya, sepenuhnya memiringkan tubuh memfokuskan diri pada Junghwan yang mengikuti posisinya hingga mereka saling berhadapan.
“Kak Dan..“Junghwan memanggil pelan dan hati-hati, matanya melirik tak tentu takut hanya berpusat pada satu titik.
Yang dipanggil mengernyitkan kening, alisnya menukik percampuran antara kebingungan juga rasa asing dari panggilan yang Junghwan berikan.
“Ya?“Tapi Daniel tetap menjawab panggilan Junghwan.
“Kakak ini, pura-pura lupa sama Junghwan. Akting di depan Junghwan atau gimana?”
Daniel kini memiringkan kepalanya makin tidak paham akan ucapan yang Junghwan lontarkan untuknya.
“Kakak, pacaran sama Kak Jihoon terang-terangan gini apa gak takut Junghwan aduin ke pacar kakak yang asli?”
Kini delikan mata tidak percaya Daniel lakukan, dia cukup terkejut dengan penuturan Junghwan, kenapa bisa adik dari kekasihnya ini berbicara seolah Daniel sedang berselingkuh dengan Jihoon.
“Junghwan..“Daniel membuka suara, tangannya menggenggam sebelah lengan Junghwan.
Junghwan menggulirkan matanya ke arah tangan Daniel yang berada di atasnya sebelum mendongak untuk melihat pada si pemuda yang masih ia yakini sebagai Danny.
“Kakak ini nggak punya pacar selain Jihoon. Cuma Jihoon, nggak ada yang lain. Kok Junghwan bisa nanya gitu?”
Satu tegukan ludah kasar dilakukan oleh Junghwan. “Tapi Kak Dan ini kan pacar Kak Yoshi, ketua osis sekolah”
Daniel diam, mencoba mencerna merasa familiar dengan panggilan Junghwan untuknya dan nama Yoshi yang Junghwan sebutkan di depannya, lalu sesaat berikutnya dia mengerjap secara repetitif. Dua sudut bibir terkatupnya naik menahan tawa.
Junghwan sendiri menukikkan alisnya mencoba cari tahu apa yang salah juga lucu dari ucapannya barusan.
“Junghwan..Junghwan sekolah di mana?”
“Kok kakak tanya? Kan kita satu sekolah?“Jungwan berucap tidak habis pikir ada nada pertanyaan campur pernyataan di saat yang bersamaan.
Dan tepat saat Junghwan menyelesaikan ucapannya tawa Daniel mengalun dengan cukup kerasnya, dia bahkan harus menyandarkan diri bertumpu pada Junghwan saking gelinya dan tidak kuat untuk menahan tawa.
Bukan Danny sekali kalau kata Junghwan, tapi Daniel sekali bagi yang sudah mengenal si kecil yang kini bersandar pada Junghwan.
Daniel menjauhkan diri melihat pada Junghwan dengan wajah geli.
“Junghwan, Kak Daniel biasanya di panggil Kak Niel. Kalau Kak Dan biasanya itu buat Danny”
Junghwan mengeluarkan dengung kebingungan alisnya menukik sebagai tanda bahwa dia kurang paham akan maksud dari Daniel.
“Kak Daniel ini satu sekolah sama Jihoon di SMA 7. Yang satu sekolah sama Junghwan itu Danny, adiknya Kak Daniel, kembarannya kakak”
Junghwan mendelik, lalu mengerjap cepat dan setelahnya berseru. “HAAA??”
“Bohong!“Masih aja Junghwan menyangkal, padahal sudah Daniel sendiri yang mengaku.
Daniel bukannya tersinggung dia malah tertawa. “Bentar ya,”
Yang lebih tua di antara dua pemuda ini mengambil ponsel miliknya, memainkan jarinya di atas layar hingga berakhir dengan suara sambungan telepon dalam mode loud speaker yang terdengar.
“Halo, kenapa Niel?”
Junghwan mendelik saat suara familiar di seberang sana terdengar. Suara yang hampir sama dengan pemuda di sampingnya, Junghwan menoleh cepat ke Daniel lalu kembali ke ponsel milik Daniel yang mengeluarkan suara.
“Halo Niel?”
Suara di seberang sana kembali terdengar, mencari atensi si pemilik ponsel yang menghubunginya.
“Dannyyyyyy~“Dan suara ceria dan nada sapaan beesemangat khas Daniel membalas suara di sana.
“Kenapa?”
“Danny Danny”
“Ya?”
“Kenal Junghwan?”
“Huh?”Terdengar sekali ada nada kebingungan dari seberang sana. “Junghwan siapa?”
Daniel melihat pada Junghwan yang refleks ikut melihat ke arahnya, mengerjapkan mata seolah bertanya 'kenapa?'
“Ini Junghwan coba ngomong, panggil Danny”
“Haa?”
“Ayo”Suruh Daniel lagi.
Menghela napas pelan, Junghwan membuka suaranya seperti kata Daniel. “Kak Danny?”
“Oh? Junghwan?”
Junghwan melirik pada pemuda di depannya yang tersenyum lebar seakan memberi tahu kalau dia berkata jujur jika dirinya Daniel bukan Danny.
“Ini beneran Kak Danny?“Junghwan bertanya sangsi, matanya berfokus pada Daniel.
Ada tawa geli mengalun dari ponsel, suara milik Danny yang Junghwan sendiri tidak mengerti kenapa Danny harus tertawa.
“Iya ini Kak Danny, kenapa Junghwan bisa sama Daniel?”Ada nada kebingungan dalam pertanyaan yang Danny ajukan.
Junghwan kembali mengerjapkan mata cepat. “Jadi yang sama Junghwan ini Kak Daniel?“Lagi Junghwan bertanya sangsi.
“Ponsel kakak di telponnya dari nomor Daniel sih, ya harusnya yang sama Junghwan si Daniel. Kok kalian bisa bareng?”
“Kak Danny masih pacarnya Kak Yoshi”
Lagi Junghwan mendengar suara tawa dari Danny untuknya.
“Ya iya Junghwan. Kenapa pertanyaannya gitu?”
“Bukan pacarnya Kak Jihoon juga?”
“Jihoon itu, siapa?”
“Pacaar Daniieel”Si pemilik ponsel berseru, lalu tertawa pelan setelahnya.
“KAK DANNY, KAK DANNY INI BENERAN PUNYA KEMBARAN???”
Untuk yang ketiga kalinya Junghwan mendengar tawa dari Danny.
“Junghwan ketemu sama orang yang mukanya mirip kakak nggak?”
“Ketemu, di depan Junghwan tepat”
“Nah ya udah. Itu kembaran kakak, si Daniel. Kakak nggak kenal siapa Jihoon, tapi kakak bisa pastiin kakak nggak punya hubungan sama dia”
“Dibilangin pacar Daniel juga”Daniel bersuara memprotes ucapan Danny.
“Nah itu, Daniel yang bilang kalau Jihoon pacarnya Daniel. Berarti Junghwan cuma salah paham, Kak Dan masih pacarnya Kak Yoshi ini”
“Oh oke”Junghwan membalas singkat, tidak tahu harus berkata apa, dirinya terlalu terkejut saat mengetahui fakta jika ternyata Danny memiliki kembaran dan orang di depannya yang sedari tadi di curigai adalah kembarannya yang memang benar kekasih kakaknya.
“Hei, kalian belum jawab, kok bisa kalian sama-sama? Kenal di mana?”Danny bertanya penasaran.
“Junghwan adiknya pacar Daniel”
Junghwan menganggukkan kepala mencoba membenarkan ucapan Daniel sebagai jawaban untuk Danny, tapi mungkin dia lupa jika Danny tidak akan bisa lihat karena mereka tersambung dalam telepon bukan video call.
“Ah, si Jihoon ini kakaknya Junghwan?”
“Iya kak”Junghwan menjawab pelan.
“Oke Danny, Daniel matikan ya. Daniel tadi telepon biar Junghwan percaya kalau Daniel ini bukan Danny, soalnya dia ngira Danny selingkuh dari pacar Danny sama Jihoon”
Danny kembali tertawa, merasa geli dengan pemikiran Junghwan yang menurut dia lucu.
“Iya Niel, have fun ya kalian berdua”
“Danny juga~“Daniel membalas dengan suara cerianya.
Lalu sambungan telepon pun selesai dilakukan. Daniel menyimpan kembali ponselnya, melihat pada Junghwan dengan kekehan geli. Adik dari kekasihnya itu masih memasang wajah kebingungan, setengahnya tidak percaya, Daniel memberikan senyumnya saat Junghwan saling beradu pandang dengannya dan memberikan raut wajah tidak enak hati.
Junghwan langsung menundukkan kepala dalam. “Kak Daniel maaf. Maaf karena sudah nuduh yang nggak-nggak ke kakak, maaf karena salah ngira”Berucap lantang bahkan menarik beberapa atensi tamu rumah makan karenanya.
Daniel malah hanya tertawa dengan kelakuan Junghwan yang ia rasa lucu dan menggemaskan. Tangannya terulur naik menepuk-tepuk puncak kepala yang lebih muda menenangkan. “Nggak apa Junghwan wajar, Jihoon juga pernah salah sangka kok hehe”
Junghwan mendongak. “Serius deh kak, maaf. Astaga malu banget udah nanya yang aneh-aneh”
“Nggak apa Junghwan serius. Kalau Junghwan nggak tanya malah nanti Junghwan yang kebingungan sendiri”
“Apa aku melewatkan sesuatu?“Jihoon yang baru saja datang dari toilet bertanya, sebelah alisnya terangkat, memberi pandangan tanya untuk dua presensi di depannya.
Daniel mengembangkan senyumya. “Oh nggak, cuma Junghwan yang lagi bertingkah imut”
“Mana ada!“Junghwan memotong melakukan protes. “Lebih tepatnya bertingkah memalukan”Akunya seraya menutup setengah wajahnya.
“Jadi? Ada yang mau cerita?”
Dan secara bergantian baik Daniel dan Junghwan saling menjabarkan kejadian yang baru saja terjadi, mencoba memberi tahu apa yang Jihoon lewatkan saat dirinya tidak berada di tempat. Di mulai dari kecurigaan Junghwan, pertanyaan absurd Junghwan hingga saat Daniel menelpon Danny untuk membuktikan bahwa mereka benar adalah anak kembar dan Junghwan sedang salah paham.
Cerita mereka di akhiri dengan Jihoon yang mencibir pada Junghwan menyindir yang lebih muda karena pemikiran randomnya dan tingkah denialnya.
Dan Junghwan hanya bisa mencebik sebal karena di jadikan bahan godaan oleh sang kakak.