WishACoupsof..

kencan

#kencan?

Jihoon dengan nama yang di italic dan di panggil Pak adalah Jihoon dari family au

Menyapa resepsionis dan petugas keamanan di lobi adalah hal yang pertama Jihoon lakukan ketika dirinya berjalan keluar dari lift menuju pintu utama akses masuk dan keluar kantor tempatnya bekerja.

Sesekali juga dia menganggukkan kepala sekilas di sertai senyum ramah untuk para rekan kerja juga seniornya yang kebetulan berpapasan di lobi atau yang baru saja masuk ke dalam kantor membawa hasil kerja.

“Pulang cepat Jihoon”Satu teguran sapa dari seniornya di kantor dia dapat ketika dirinya tidak sengaja bertemu saat hendak membuka pintu yang akan membawanya keluar. Seniornya itu datang dari arah lain dan sepertinya akan keluar juga untuk pulang.

Jihoon mengangguk sekilas.”Ah iya Pak”Jawabnya dengan mencoba tersenyum ramah walau masih ada kesan segan di wajahnya, sebenarnya dia tidak terlalu kenal dan akrab dengan seniornya ini, mengingat mereka beda divisi dan juga bertemu hanya ketika peluncuran buku terjadi, seniornya ini juga biasanya lebih sering bersama editor in chief di divisinya.

Sebagai yang muda dan tahu diri, Jihoon mendorong pintu kaca di depannya mempersilahkan seniornya untuk keluar lebih dulu dengan gestur tangannya. “Silahkan Pak”

Seniornya itu tertawa renyah. “Oh terima kasih Jihoon, padahal saya bisa sendiri”

“Anggap aja Pak kebaikan anak muda yang cari pahala buat penghilang dosa”Jihoon berucap jenaka dengan senyum ringisnya yang kecil, walau dalam hati dia menyadari mana bisa hal kecil begini menghapus dosanya yang hobi jual diri kalau malam hari.

Untung saja seniornya itu tertawa dengan banyolan darinya yang sesungguhnya maksa sekali dan terkesan garing, mungkin faktor sudah bapak-bapak anak satu makanya terdengar lucu guyonan Jihoon ini atau bisa jadi memang seniornya ini receh tapi classy soalnya ketawa saja masih kelihatan berwibawa dan tampan berkarisma.

Seniornya itu keluar lebih dulu dengan Jihoon yang menyusul di belakang setelah menutup kembali pintu kantor yang dia buka.

“Jihoon!!”

Teriakan seseorang memanggil namanya terdengar, membuatnya mencari arah sumber suara tidak terkecuali seniornya yang berada di dekatnya. Hingga fokus pandangan keduanya tepat menuju ke arah sisi kanan dari pintu akses kantor melihat pada presensi seseorang yang sedang melambaikan tangan ke arah mereka berdua atau mungkin salah satu di antara mereka.

“Temannya Pak?”Jihoon bertanya menoleh sekilas pada seniornya untuk mengetahui respon dari yang lebih tua. Karena kalau boleh jujur Jihoon sendiri tidak mengenal siapa laki-laki tampan dengan rambut yang di cat coklat menuju blonde di sana yang kini berdiri di samping pintu mobil dengan tangan terlipat.

Dan senior di sampingnya ini yang memiliki nama sama dengannya, Park Jihoon namun versi lebih tua tujuh tahun darinya mungkin adalah Jihoon yang di maksud oleh si pemanggil.

Seniornya itu menoleh ke Jihoon lalu mengangguk kecil. “Pacar saya lebih tepatnya”

Jihoon tersedak ludahnya sendiri, tersenyum kikuk akan jawaban dari seniornya itu. Tidak menyangka saja dia jika laki-laki tampan di sana adalah pacar dari seniornya itu. Kirain si bapak masih single, sexy and free ternyata sudah punya gandengan atau mungkin saja Jihoon yang terlalu masa bodo hingga tidak tahu tapi yang paling memungkinkan adalah mereka beda divisi yang tentu saja Jihoon tidak akan tahu bagaimana kehidupan dari si Pak Jihoon

“Buset jodoh orang cakep bener”Dalam hati Jihoon memberi komentar akan pacar dari seniornya di tempat kerja itu.

“Saya duluan ya Jihoon”Seniornya itu menepuk pundak Jihoon sekilas sebagai salam perpisahan sebelum berlalu mendatangi pacarnya yang kini tersenyum kecil untuknya.

Yang di senyumin seniornya si Pak Jihoon, yang baper dia. Kapan tuh dia sama Hyunsuk bisa begitu juga, di jemput di tempat kerja terus saling lempar senyum, saling peluk, saling kasih kecupan ke satu sama lain. Ini ngapain Jihoon jadi lihatin interaksi seniornya sama pacar.

Jihoon menggelengkan kepalanya heboh mencoba untuk menghalau kegalauan yang tiba-tiba saja datang karena iri dengan interaksi manis yang dilakukan oleh seniornya dan pasangan.

Terakhir kali mereka melakukan hal manis layaknya orang pacaran pada umumnya adalah saat dia mengirim makan siang untuk pacarnya yang sedang sibuk di toko bajunya saat itu. Itupun idenya dia dapat dari senior gigolonya, Kak Jihoon.

Cih, malah pusing sendiri Jihoon memikirkan hubungannya dengan Hyunsuk, sudahlah lebih baik dia pulang, istirahat lalu mencari tahu apa ada yang booking dirinya malam ini.

Seraya menyugar rambutnya yang mulai panjang, Jihoon berjalan menuju area parkir di mana mobilnya tersimpan. Jihoon berjalan dengan kepala menunduk menyusuri setiap jalan yang terlewati, terkadang memperhatikan semut-semut yang berjalan di bawah sana menuju ke sarangnya tidak penting tapi dia seksama sekali melihatnya.

Hingga dia mendongak takut tertabrak dengan apa yang ada di depannya. Langkahnya terhenti, dia terdiam mematung di tempatnya. Hatinya serasa penuh dan sesak dalam waktu bersamaan.

Matanya bahkan mulai memanas.

Anjir lemah amat dia jadi orang.

“Heh bajingan”

Bibir Jihoon tidak bisa untuk tidak melengkung ke atas mendengar panggilan untuknya, bukan panggilan yang membuat Jihoon tersenyum cukup lebar dari balik masker hitam yang dia gunakan namun siapa yang memanggilnya yang berhasil membuat Jihoon memasang senyum meski matanya kini terasa panas dan ingin memproduksi air asin yang siap jatuh.

“Oit jalang~”Bernada Jihoon membalas sapaan dengan suara seraknya yang menahan tangis.

Jihoon masa bodo dengan suara decihan tidak habis pikir yang di layangkan untuknya, tahu kok dia jika pemuda di depannya itu sedang mencibir dirinya yang tiba-tiba mellow seperti ini.

Di sana di depan sana, ada Hyunsuk kekasihnya berdiri dengan menyamankan diri bersandar pada bagian depan mobilnya, outfitnya sama persis dengan apa yang dia kirimkan pada Jihoon saat bilang ingin pergi jalan. Hanya saja kacamatanya itu kini terpasang apik di wajahnya. Sebelah tangan kekasihnya penuh di isi dengan buket bunga yang Jihoon asumsikan di beli untuk dirinya.

Jihoon menghapus kasar air mata yang sudah hampir jatuh dari ujung matanya ketika kekasih dengan tubuh yang lebih kecil darinya itu berjalan mendekat ke arahnya.

Hyunsuk tersenyum geli melihat Jihoon yang terlihat tersentuh sekali dengan dirinya saat ini. Sekarang Jihoon merasakan jadi dirinya yang kemarin menangis terharu karena Jihoon yang secara spontan dan tiba-tiba mengirimkan makan siang untuknya.

Jihoon menurunkan masker di mulutnya, sebelah tangannya naik ke depan Hyunsuk memberi sinyal untuk pemuda Choi berjalan. “Stop”Seru Jihoon.

Dan Hyunsuk mengikuti perintahnya, si pemuda dengan marga Choi itu berhenti melangkahkan kaki. Melihat Jihoon dari balik kacamata hitamnya dengan sorot mata bingung walaupun Jihoon mungkin tidak akan tahu.

“On one knee”Jihoon kembali memerintah, telunjuknya memberi gestur pada tanah di bawahnya. Menyuruh kekasihnya itu untuk berlutut di depannya.

Hyunsuk? Mulutnya kini terbuka merasa tidak percaya dan cukup kesal dengan perintah yang baru saja di berikan kekasihnya itu.

“Ini manusia maunya apa?” Begitu pikir Hyunsuk dalam hatinya.

“Nggak mau!”Hyunsuk menolak mentah-mentah.

“Hei, ayolah. Cinta kan sama aku”Bujuk Jihoon dengan wajah memelas dan sorot memohon.

“Terus apa hubungannya aku di suruh berlutut satu kaki coba?”Hyunsuk merutuk kesal pada Jihoon yang masih mempertahankan wajah memohonnya.

“Sudah lakukan saja”

Hyunsuk menggeram kesal, benar-benar tidak bisa menebak apa maunya Jihoon ini. Dengan menghela napas kasar dan memperhatikan sekelilingnya Hyunsuk mengikuti mau Jihoon.

Perlahan Hyunsuk menurunkan tubuhnya, satu kakinya terlipat bertemu dengan tanah area lapangan parkir, satunya lagi menopang tubuhnya sendiri, hingga dia kini pada posisi berlutut satu kaki di depan Jihoon yang tersenyum sumringah padanya.

Hyunsuk merutuk pelan dalam posisinya saat ini.

“Angkat buket bunganya”

Hyunsuk mengeluarkan suara dengungan pelan sebagai respon utamanya. “Huh?”Keningnya mengernyit, wajahnya menunjukkan kebingungan yang kentara walau ada juga kesalnya karena merasa di jahili oleh Jihoon.

“Ayo”Ucap Jihoon tidak sabar.

“Mau apa sih?!”Hyunsuk mulai kesal dengan kelakuan kekasihnya ini. Melihat Jihoon dengan wajah berang sedangkan yang lebih besar itu malah hanya tersenyum-senyum tidak jelas kepadanya.

“Hei~ Semakin kamu protes semakin lama kamu berada di posisi itu. Aku sih tidak masalah kan yang malu kamu”Ucap Jihoon santai dengan mengangkat bahu acuh.

Hyunsuk kembali merutuki, namun tetap dia lakukan apa yang Jihoon perintahkan sebelumnya. Tangannya yang membawa buket bunga naik ke atas ke hadapan Jihoon yang kini tersenyum dengan penuh kebanggaan, oh rasanya Hyunsuk ingin melempar buket bunga ini ke wajah menyebalkan kekasihnya, tapi tidak! Dia tidak akan melakukannya, harga buketnya mahal.

Good! Sekarang coba bilang ‘My King Park Jihoon, please accept this bouquet of flowers as a symbol of my love for you’, ayo bilang begitu”Jihoon kembali memerintah Hyunsuk, memberi sinyal dengan kepalanya yang terangguk dan kedua alisnya yang turun naik seperti menggoda Hyunsuk.

Hyunsuk melihat tidak percaya pada Jihoon, mulutnya bahkan terbuka mengeluarkan helaan napas tidak habis pikir bercampur kesal karena perintah yang barusan dia dengar dari Jihoon.

Yang benar saja Park Jihoon ini.

“Ayo, katanya cinta. Katanya mau berlaku manis buat aku, ini kesempatannya”Jihoon berkomentar, lagi-lagi alisnya naik turun mengingatkan Hyunsuk.

Dan yang lebih kecil menyesal sudah punya pemikiran yang ingin memberi kejutan untuk yang lebih tinggi, maksud dia perlakuan manis itu dengan dia datang menjemput Jihoon di kantornya, itu sudah perbuatan manis kan? Apalagi Hyunsuk datang secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan bahkan membeli buket bunga padahal tidak ada perayaan apapun khusus dia belikan untuk Jihoon.

“Makin banyak orang loh ini Hon~”Senandung Jihoon menikmati kekesalan yang tertampak jelas di wajah Hyunsuk saat ini.

Hyunsuk ingin mencakar wajah Jihoon, sungguh! Matanya bergulir ke sekeliling para karyawan lain yang ingin pulang dan menuju ke mobil masing-masing mulai terlihat ke pandangan. Wajah mereka terlihat sekali kebingungan ketika mendapati di area parkir yang luas ini Hyunsuk berlutut di depan Jihoon layaknya seseorang yang mau pengakuan cinta.

Wajahnya terdongak bersitatap langsung dengan Jihoon, satu sudut bibir naik membentuk seringai jahil terlihat jelas di wajah pemuda Park itu.

“Hon, aku menunggu loh”Lagi Jihoon mengeluarkan senandung menyebalkannya.

Menutup mata, mengambil napas panjang dan kemudian dia hembuskan dengan kasar, Hyunsuk akhirnya membuat dirinya siap melakukan apa yang Jihoon perintahkan untuknya.

Dia awali lebih dulu dengan deheman pelan. Sebelum dia kembali mendongak, menatap Jihoon tepat di wajahnya saling beradu pandang.

“My love, my precious..”Hyunsuk memulai dengan nada syairnya, membuat Jihoon mendelik cukup terkejut namun juga ingin tertawa. “Park Jihoon,your majesty. Please accept this bouquet of flowers as a symbol of my love for you”Kata-kata suruhan dari Jihoon dengan sedikit gubahan di dalamnya dia gunakan pada akhir kalimat, Hyunsuk pikir ya sudahlah, dia sudah mempermalukan diri sendiri karena ada di posisi seperti ini sekalian saja dia buat lebih dramatis biar malunya nggak setengah-setengah, bikin senang kekasihnya juga kan bisa jadi pahala.

Jihoon membuat wajah yang seolah terharu, seolah tersentuh akan ucapan Hyunsuk untuknya. Dia bahkan membawa kedua tangan tergenggamnya di depan dada seraya berucap dengan nada terenyuh. “Oh so sweet my smurf”

BAJINGAN! Dia minta di panggil raja tapi Hyunsuk sendiri di panggil smurf.

Dengan wajah sombong dan seringai jahil yang tak kunjung hilang di wajahnya Jihoon berjalan mendekat pada Hyunsuk, mengambil buket bunga yang terulur padanya.

Ucapan Jihoon selanjutnya sukses sekali membuat Hyunsuk ingin mencakar dan melakukan high kick ke wajah si tinggi dengan marga Park itu.

“Ayo bangun. Malu anjir di lihat orang, iya aku juga cinta kamu kok. Tapi nggak usah berlebihan gini”

MINTA DI UMPAT SEKALI PARK JIHOON INI!!!

Maka Hyunsuk bangun dari posisinya saat ini, membersihkan kotoran dan debu yang menempel pada kain celananya.

“Jaga baik-baik itu bunga. Mahal tuh, aku habisin banyak uang buat belinya”

“Kalau habis uangnya, jual diri lagi dong Hon, gampang kan”Jihoon membalas tersenyum sumringah dengan alis yang naik turun, antara menggoda Hyunsuk atau mencoba membuat Hyunsuk setuju dengan idenya.

Yang ada malah Hyunsuk mendengus kasar sambil merotasi mata malas

Jihoon menyeringai melihat wajah tertekuk Hyunsuk.”Oh don't worry my smurf. Park Jihoon akan menjaganya dengan baik, makasih ya Hon”Satu kedipan Jihoon berikan untuk Hyunsuk yang mendelik sebal padanya dengan gigi menggertak.

“Aku tahu ini tidak romantis, dan jujur saja sebenarnya aku sudah malas untuk bertanya. Tapi aku sudah di sini dan sudah mempermalukan diri”

Ucapan panjang lebar yang Hyunsuk keluarkan membuat Jihoon memandang bingung yang lebih kecil dengan kening yang mengernyit.

“Ayo pergi kencan”

Jihoon mendelik terkejut, lalu mengulum bibir ke dalam kentara sekali jika wajahnya sedang menahan tawa saat ini.

Hyunsuk sendiri memasang ekspresi yang seolah berkata. 'Kenapa kau menahan tawa?'

“Mau nggak?“Hyunsuk bertanya, lama-lama dia gerah juga si Park ini tidak kunjung menjawab.

“Are you for real?”

“Iya!”

“Kesambet apa kamu?“Tanya Jihoon menaikkan sebelah alisnya.

Sialan memang Park Jihoon ini, Hyunsuk sedang berbuat baik malah di pertanyakan.

“Jawabannya cuma iya atau nggak!”

Jihoon tergelak dengan bagaimana Hyunsuk yang sekarang benar-benar kesal wajahnya bahkan memerah saking emosinya dengan Jihoon yang mencoba menjahilinya.

“Oke, ayo”

“Bagus! Ayo masuk mobilmu, aku sudah menahan malu dari tadi”Hyunsuk merutuk berbalik berjalan dengan kaki yang di hentakan ke tanah, menahan kesal dan rasa malu di lihat oleh banyak orang di sekitar area parkir kantor Jihoon.

Jihoon mengikuti langkah kekasih kecilnya itu dengan tawa yang terus mengalun dari kedua belah bibirnya.

“Hei jalangku!“Seru Jihoon pelan saat Hyunsuk sudah berdiri di samping pintu penumpang depan.

“Apa bajingan?!“Sentak Hyunsuk kasar.

Jihoon mengeluarkan seringainya, mengeluarkan benda dengan bunyi kemerincing dari saku depan celana jeans hitamnya yang kemudian dia lempar ke arah Hyunsuk.

Untung Hyunsuk punya refleksi bagus jadi dia tepat waktu dalam menangkapnya.

Melihat benda di tangan, Hyunsuk memiringkan kepalanya bingung, kenapa si pemuda Park itu melemparkan kunci mobil kepadanya, Hyunsuk mendongak ketika Jihoon kini ada di sampingnya mendorong tubuhnya menjauh dari pintu.

“Sana bawa mobilnya. Kan kamu yang ngajak kencan, kamu yang kendarain mobilnya lah”Dengan gestur tangan yang mengibas Jihoon mengusir Hyunsuk, menyuruh yang lebih kecil untuk berpindah sisi.

“Bangsat lo Park Jihoon!“Hyunsuk berseru keki kakinya menghentak ribut di tanah seiring di bawa melangkah untuk ke sisi pintu depan bagian pengendara.

Iya i love you too jalangku~”