#maaf Daniel
Sedikit pemberitahuan, aku tidak tahu bagaimana dinamika anak kembar sebenarnya, apa yang tertulis aku ambil dari contoh seorang saudara kakak beradik ☺️ jika ada kesalahan mohon dimaklumi dan mungkin bisa memberi tahu contohnya? Terima kasih
Entah sudah berapa kali Daniel membuang napas lelah, dia tidak menghitung tepatnya dia tidak sadar jika sedari tadi terus menghela napas. Tangannya sibuk membuat bentuk untuk kukisnya, matanya pun terarah ke adonan namun pikirannya melalang buana entah kemana, lagi helaan napas dia keluarkan seakan beban beratnya akan hilang jika dia terus melakukannya.
Namun nyatanya tidak karena tetap saja dia masih merasakan sedikit sesak di dada akibat percakapan sebelumnya dengan Danny. Kalau boleh jujur dia sendiri tidak begitu paham apa yang mengganggu Danny, apa presensinya sebagai seorang kakak untuk Danny atau bagaimana dia bertingkah di luar sana yang bisa menimbulkan kerugian tidak hanya untuknya tapi juga pada adiknya.
“Jadi manusia berat banget sih”Keluh Daniel sebal, sekali lagi dia menghela napasnya membuat dia kemudian merutuk setelahnya. “Hela napas terus! Capek!”
“Bersyukur masih bisa hela napas, daripada napas lo tiba-tiba di tarik sama yang maha kuasa”
Suara dengan nada kasar berisi sarkasan terdengar membuat Daniel langsung mendongak dan menemukan Danny yang sudah berganti pakaian dengan rambut yang setengah basah selesai mandi, Danny berdiri di depan meja pantry lalu mengambil tempat duduk sembari melipat kedua tangannya di atas meja, badannya maju untuk melihat kegiatan yang dilakukan oleh kembarannya.
Daniel mengerjap bingung setengah takjub dengan bagaimana kasualnya Danny tiba-tiba ada di depannya, duduk memperhatikan tidak ada raut dingin atau terkesan menghindar dari Daniel seperti tadi. “Danny habis mandi?” Maka dengan biasa juga Daniel bertanya, walaupun ada kesan canggung dan ragu dalam nada bicaranya takut jika pertanyaan atau suara Daniel mengganggu untuk Danny.
Danny hanya mengangguk sebagai jawaban.
“Oke”Ucap Daniel setelahnya menanggapi. Ini benar-benar awkward, Daniel ingin bersikap seperti biasanya pun tidak mampu. Walaupun mulutnya sudah gatal ingin membuka suara tapi Daniel menahannya, dia tidak mau membuat Danny merasa terganggu dengan keberisikannya.
“Banyak banget bikin kukis”
“Huh?”Suara dengungan Daniel berikan, kembaran Danny ini tidak tahu ucapan Danny itu dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan.
“Buat di kasih siapa?”Kali ini nada Danny lebih kepada bertanya dengan kepala terdongak melihat langsung ke Daniel yang terdiam lalu mengerjapkan mata pelan.
Danny mendengus geli. “Hei, aku tanya”Danny menyadarkan Daniel.
Daniel mengerucutkan bibirnya lucu. “Maaf”Ucapnya lirih. “Buat..nggak buat siapa-siapa”Daniel menjawab dengan gelengan kepala.
Kernyitan terlihat di kening Danny. “Terus kenapa buat banyak?”
“Hmm..”Daniel menggumam matanya bergulir kesana kemari mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan Danny padanya.
Danny sendiri menunggu dengan sebelah alisnya yang terangkat.
“Daniel tiba-tiba ngerasa sedih habis chatan sama Danny tadi. Terus daripada Daniel kayak orang linglung Daniel bikin kukis aja buat distraksi”Jawab Daniel akhirnya jujur yang mendapatkan anggukkan paham dari Danny dengan mulutnya yang membentuk huruf ‘O’
“Maaf”Danny membuka suara yang membuat Daniel mendelik terkejut dengan permintaan maaf Danny tiba-tiba.
“Kok minta maaf?”Tanya Daniel bingung.
Danny berdehem pelan. “Maaf udah marah sama lo, maaf udah lampiasin kekesalan gue sama lo. Gue capek terus dapat kejadian yang bikin gak enak hati berakhir dengan gue lampiasin ke lo”
Daniel yang mendengar pengakuan Danny kini tersenyum kecil. “Berkaitan sama Daniel ya?”
Danny diam sejenak, pandangannya dan Daniel beradu. Daniel kini melihatnya dengan wajah tenang, tidak ada gugup atau ragu. Keadaan berbalik kini dia yang merasakan kedua hal itu menyerangnya.
“Danny, gak apa. Jujur aja emang berkaitan sama Daniel kan?“Tanya Daniel lagi dengan senyum menenangkan, seolah berkata tidak apa jujur dia tidak akan marah pada Danny atau hal buruk apapun yang sedang Danny pikirkan saat ini.
Danny lalu mengangguk, bibirnya maju mengerucut lucu yang membuat Daniel tertawa pelan.
“Mau cerita siapa yang bikin Danny sedih sampai kesal kayak gini?”
Danny menggeleng, menolak tawaran Daniel dan kakaknya itu mengangguk paham memaklumi dirinya.
Danny tiba-tiba membuka suara, membuat Daniel menghentikan gerakan tangannya yang tengah membentuk adonan kukis untuk di masukkan ke pemanggang, Daniel memilih untuk mendengarkan dengan seksama Danny yang tengah berbicara padanya.
“Maaf Daniel karena kesannya Danny merasa terganggu sama presensi Daniel di hidup Danny. Itu tadi kekesalan sesaat Danny, tapi kalau boleh jujur Danny sayang sama Daniel. Danny mungkin kesal karena musuh-musuh Daniel sering salah menganggap Danny ini Daniel, tapi Danny diam bukan karena sengaja, Danny cuma mau Daniel gak terluka karena mereka. Danny mungkin gak sekuat Daniel, tapi Danny masih mampu untuk melawan, tapi maaf karena pasti akan berakhir dengan Daniel lagi yang maju menyelesaikan sendiri.”
Daniel tersenyum kecil mendengar bagaimana Danny yang biasa cuek dan suka menggunakan kata lain sebagai penyebutan untuk dirinya kini memilih untuk menyebutkan namanya sendiri untuk berbicara padanya.
“Kayak kata Daniel, orang-orang akan selalu melihat kita secara berbeda. Kita gak bisa memaksa seseorang untuk melihat kita sebagaimana kita ingin di lihat, akan selalu ada orang yang suka sama kita namun juga benci kita. Daniel bener, orang-orang yang suka Daniel belum tentu suka sama Danny begitu juga sebaliknya belum tentu orang-orang yang suka Danny akan suka juga sama Daniel, kita mungkin punya wajah yang sama tapi kita tetap dua orang yang berbeda”
“Daniel gak perlu berubah, Daniel gak perlu ikutin perkataan Danny cuma untuk bikin Danny merasa tenang. Tapi ya, mungkin sikap cari masalah tanpa sebab itu bisa dikurangin”
Daniel tergelak pelan ketika kalimat akhir diucapkan oleh Danny yang mengangkat bahunya antara acuh tak acuh.
“Karena kita gak tahu bagaimana orang-orang bakalan bertindak sebagai balasan untuk perbuatan kita”
Daniel mengangguk setuju dengan senyum mengembangnya. “Oke, akan Daniel ingat”Responnya.
“Terakhir”Kata Danny lagi.
Daniel sedikit memiringkan kepalanya melihat pada Danny dengan raut penuh penasaran akan perkataan Danny selanjutnya untuk dia.
“Makasih karena udah jadi kakak dari Choi Danny yang bakal selalu ada dan selalu jadi garda terdepan buat Danny setiap Danny dapat masalah. Tapi Danny mohon untuk bisa kurangin kalau Daniel belum bisa berhenti, Danny gak mau selalu ngerepotin Daniel”
Daniel tersenyum kecil ketika adiknya itu melihat padanya dengan mata yang sarat akan permohonan.
“Jawaban Daniel akan tetap sama Danny. Daniel mungkin bisa merubah perlahan bagaimana sikap Daniel agar tidak ada yang terluka di antara kita berdua, tidak berjanji karena Daniel juga manusia yang pasti akan ada lupanya. Tapi untuk yang terakhir Daniel gak bisa mengiyakan, Daniel ini kakak Danny suka atau tidak suka Daniel akan selalu memberi pertolongan untuk Danny tanpa Danny minta, itu sudah jadi insting Daniel untuk Danny, anggap sebagai bentuk perlindungan dan sayang Daniel untuk Danny”
Danny melihat cukup tidak terima dengan pernyataan Daniel, dia ingin membantah, membalas argumen Daniel namun senyum simpul Daniel dengan tatapannya yang tenang namun cukup tajam meminta untuk tidak di bantah membuat Danny hanya bisa menahan ucapannya di tenggorokan.
“Paling tidak beritahu Danny jika Daniel memiliki masalah, berbagi dengan Danny, mungkin tidak akan banyak membantu tapi setidaknya sebagai saudara kita bisa saling menguatkan satu sama lain”
Danny kini menatap pada kakaknya itu dengan tatapan penuh kesungguhan untuk mempertegas maksud dari ucapannya, melihat dengan mata permohonan untuk bisa melakukan seperti apa yang baru saja Danny katakan pada Daniel.
“Janji sama Danny”Yang lebih muda mengulurkan jari kelingkingnya meminta untuk di tautkan bersama jari yang lebih tua.
Daniel menyunggingkan senyum kecil dan tipis, sebelum menghela napas pelan. “Danny. Daniel gak mau berjanji, gimana kalau nanti Daniel gak bisa nepatin? Itu bikin Danny juga Daniel sakit”
Danny menarik kembali uluran jarinya dalam hati dan pikirannya menyetujui ucapan sang kakak.
“Kalau gitu, usahain untuk bisa cerita sama Danny kalau Daniel ada masalah”
Daniel mengangguk dengan senyum mengembangnya. “Danny juga kasih tahu Daniel ya kalau ada masalah, kasih tahu Daniel juga kalau Danny rasa Daniel udah keterlaluan bagi Danny”
Kali ini Danny yang mengangguk mengiyakan.
“Mau peluk?“Tanya Daniel dengan mata berbinar penuh harap yang membuat Danny mendengus dan berdecak geli.
“Lo kan yang mau di peluk?“Dan Danny kembali dengan ketengilannya menggoda Daniel dengan senyuman miring tersemat di wajah.
Daniel tertawa karenanya dan mengiyakan pertanyaan Danny.
Danny bangkit dari duduknya berjalan mendekat pada kembarannya yang kini sudah membuka lebar tangannya siap untuk menerima pelukan darinya dan Danny ikut membuka kedua tangannya lebar masuk ke dalam pelukan Daniel.
Keduanya saling memberikan elusan lembut dan sayang pada punggung masing-masing, dua sudut bibir mereka naik ke atas di tengah pelukan yang di lakukan.
“Maaf ya Daniel dan terima kasih”Danny berbisik di samping telinga Daniel.
Yang di balas dengan bisikan lirih pula oleh Daniel“Maaf juga Danny dan terima kasih. Daniel sayang Danny”
“Danny juga sayang Daniel”