MILK (Mommy I Love to Kenyot)
bermuda (bbangmil;jumil) with girl!mil🔞
Nasib punya Ibu Kos berstatus MILF, Juyeon dan Younghoon berkesempatan mencicipi tubuh istri pemilik kosan yang ditinggal sendirian
Warning : girl!mil; tidak bermoral; noname kena wb karena first time bikin bermuda; apakah ini bisa dikatakan hot n spicy?; non baku; just... read it
.
.
.
Akhir-akhir ini Juyeon merasa ibu kosnya yang tinggal di bawah sering melakukan hal-hal aneh semenjak suaminya pergi dinas. Seperti sekarang, ia menangkap basah beliau sedang menyiram bunga sambil mengenakan lingerie, dimana pentil kecokelatan tersebut menyembul untuk mengalahkan eksistensi sang pemilik sendiri.
“Mau berangkat, Juy?” tanya wanita itu mengulas senyum manis, Juyeon mengerjap-ngerjapkan mata sembari mengangguk kikuk. Tak lupa mengarahkan pandangan tepat di manik rusa nan bulat tersebut. Supaya nggak kelihatan sedang menatapi pameran gratis.
“I-iya Bu,”
“Hati-hati yaa..”
Pesan singkat yang tidak berarti bagi Hyunjae namun sangat membekas di sepanjang perjalanan Juyeon menuju kampus. Jangan lupakan juga bayangan-bayangan dua puting mencuat bergerak kecil-kecilan saat empunya berbicara.
What a skill she has.
Shit. Nggak lucu dia sange pas di kelas cuman gara-gara salah fokus sama ibu kos tadi pagi.
“Bang, lu ketemu Bu Hyunjae nggak?”
Teman seperjuangan, kakak tingkat beda jurusan, helat sebelah kamar, Kim Younghoon menolehkan kepala begitu adik sejangkung dirinya muncul di balik ambang pintu kamar terbuka.
“Hm?”
Juyeon celingak-celinguk sebentar, barangkali ada penghuni kosan lain yang nggak sengaja mendengar pertanyaan absurd tersebut. Memastikan aman barulah ia melanjutkan, “Tadi pagi lu ketemu Bu Hyunjae nggak?”
“Kagak, mang napa?”
Cowok rambut cepak itu berdecak kecewa karena tidak senasib, “Masa gue pas turun ke bawah lihat dia pake baju dinas malam sambil nyiram bunga,” jawabnya setengah berbisik, supaya tidak ada yang berburuk sangka. Alis Younghoon naik satu.
“Baju dinas?”
“Iya, lingerie.”
“Oalah, gue kira baju apa, ya terus?”
“Pentilnya keliatan, Bang!” desis Juyeon tertahan, wajah memerah bak kepiting rebus, pada akhirnya menyusup ke kamar seraya menutup pintu. “gue salpok anjir!”
“Bini orang, Ju,” sahut Younghoon kembali berkonsentrasi membaca modul perkuliahan kembali, seakan kepanikan sang adik tingkat tidak begitu penting dibanding kuis dadakan nanti, “lagian lu mau ngapain kalo pentilnya keliatan? Anggap aja rezeki,”
“Rezeki apanya kalau nggak bisa diapa-apain,” gerutu Juyeon kemudian menyerah sebab tampak sekali tidak diacuhkan, Younghoon hanya membalasnya dengan tawa kecil begitu pemuda lain angkat kaki ke kamar seorang.
Ada-ada aja si Juyeon.
***
Keesokan harinya, Juyeon diterpa kejadian serupa, kali ini ibu kosnya ditemukan memotong sesuatu pada tangkai tanaman yang dipelihara dengan sebatang rokok tipis di antara belahan bibir nan tipis namun sayang sekali menggoda iman, termasuk dia. Jangan lupakan baju mandi sepaha berbahan satin warna putih tulang, kontras sama kulit beliau.
Juyeon sebisa mungkin mengabaikan, takut banget salpok kayak kemarin. Akan tetapi Dewi Fortuna menguji keberuntungannya, secara tak kasat mata menyuruh Hyunjae mengetahui keberadaan yang tengah berdiri di samping motor sembari memasang earphone.
“Eh? Berangkat pagi, Ju?”
Mau tidak mau, suka tidak suka, lelaki rambut hitam lebat tersebut menoleh ke belakang, terkesiap sejenak tanpa sadar menegak saliva begitu pandangan tak sengaja mendarat ke belahan dada wanita yang menegur.
“Juyeon??”
“Ha? Oh! Oh iya Bu, dapet kelas pagi,” sialan si Hyunjae, memangnya nggak dingin apa, pakai baju begituan keluar rumah? Kalau diserang orang gimana coba? Terlebih suaminya belum pulang dan anak-anak kos cowok selalu berlalu-lalang.
Hyunjae tersenyum kecil, “Oyasudah kalau gitu hati-hati ya!” Juyeon belum sempat menjawab lantaran menggigit bibir menahan napas saat ibu kosnya menjatuhkan sesuatu ke belakang tepatnya di lantai yang mengharuskannya menungging untuk mengambil. Jika tadi dia mendapat belahan dada, maka sekarang dia ketiban paha dalam mulus bagai tak pernah dijamah.
Aaaahhhh! Younghoon pasti tidak akan percaya apa yang sudah dia lihat selama dua hari berturut-turut. Tergesa-gesa mahasiswa Teknik Sipil tersebut menaiki kendaraan roda dua dan segera tancap gas daripada ketangkapan ngaceng sesudah diberi persembahan gratis dari ibu kosnya.
“Bang, bang!”
“Opo?”
“Bu Hyunjae berulah lagi, Bang.”
Younghoon tuh sebenarnya nggak peduli ya, karena dia tipikal cowok-cowok cuek sama lingkungan sekitar, dia tidak terlalu mengenal Hyunjae, bahkan meminimalisir interaksi dengan wanita cantik itu. Namun semenjak Juyeon ngomongin hal menggelikan yang dialaminya sepekan terakhir, Younghoon jadi aneh sendiri setiap berpapasan sama Hyunjae.
“Ngapain lagi beliau?”
Juyeon terlihat ragu-ragu, dapat dilihat sekilas dari pergerakan jakun penanda penelanan, “Motongin tangkai bunga sambil ngerokok,”
“Ohhh..”
“Ish Bang, dia pakai baju mandi tau!”
“Juyeon, sekali lagi gue kasih tau, lu nggak bisa berbuat apa-apa selain dinikmatin,” jawab Younghoon sembari geleng-geleng kepala, prihatin sama efek samping dari pakaian ibu Kos yang menimpa akal sehat adiknya sekarang.
“Tapi gue nggak mau sange, Bang!”
“Then don't do it,”
“Gue doain lo kena batunya biar ngerasain sendiri,” sahut Juyeon keki gara-gara tidak dikasihani. Younghoon hanya mencebik, tak begitu ambil pusing.
“Trust me, beliau cuman bosen karena suaminya nggak ada di rumah, mungkin cari perhatian sama lo, soalnya gue sendiri pun nggak pernah ketemu beliau semi telanjang, selalu rapi kayak mau kondangan.”
Ralat. Younghoon musti menarik ucapan tadi malam.
Wanita yang dia bicarakan bersama Juyeon kini tengah menjemur pakaian di halaman teras, bertepatan di sebelah garasi yang selalu dipakai penghuni rumah dan kosan. Hyunjae bersenandung riang sesekali menggoyangkan pinggul saat menarik kain basah di ember, merentangkan di atas tali.
Sialan. Juyeon benar. Dan Younghoon tergagu di pijakan kaki sesudah manik menangkap celana pendek -too short sampai dia bisa lihat pipi pantat seputih susu yang montok- bergoyang-goyang mengikuti irama pemiliknya.
Oke, Kim Younghoon cepat pergi sebelum si wanita sadar. Buru-buru kaki panjang segera digerakkan menuju motor kesayangan, mungkin seretan langkahnya terdengar di telinga Hyunjae sehingga wanita rambut cokelat tergelung itu menoleh ke arahnya.
“Hai Younghoon!”
Woaaahh double kill. Sudah dipamerin pantat, kini Younghoon disuguhi belahan yang terlalu turun serta dua puting cokelat di balik tanktop tipis berwarna putih. Material penopang gunung kembar seakan berteriak minta tolong kepadanya karena tidak sanggup menumpu kelenjar lemak yang cukup besar tersebut.
“Hai.. Bu..” untung masih bisa jawab walau terbata-bata, Hyunjae terlihat berseri-seri, melompat kecil-kecilan pertanda bersemangat sehingga menghasilkan dadanya bergabung naik turun. Younghoon mengerjap-ngerjapkan mata sebelum mengalihkan pandang. “saya pamit dulu, Bu,”
“Hati-hati yaaa! Matanya ke jalan~”
Kampret. Ketahuan kan.
Sepanjang jalan yang Younghoon ingat cuman si pentil sialan yang muncul di balik kaos berbahan katun serta belahan dada minta dihirup. Nyaris saja motor roda dua nan super macho menabrak trotoar kanan lantaran terus terbuai pesona istri orang.
Ya Younghoon, beliau ibu kosmu, untuk apa memikirkan sejauh itu.
Sebenarnya lelaki rambut hitam agak gondrong itu segan mengungkit kejadian beberapa hari lalu, di saat Juyeon hanya mendoakan diiringi cibiran, eh malah terjadi betulan. Entah sebuah keberuntungan atau sebaliknya.
Selalu Lee Juyeon yang mengutarakan duluan, bagaimana dia berpapasan dengan Hyunjae yang memakai daster sepaha tanpa bra, senyam-senyum menggoda menyapa saat berangkat kuliah, bagaimana dada seputih susu bak kanvas termahal di toko lukisan dipamerkan secara cuma-cuma, ya gimana Juyeon mau konsen ikut mata kuliah?
Younghoon tugasnya mendengarkan, menertawakan, tapi begitu Juyeon hilang ke kamar seorang, ia melorotkan celana santai kemudian mengocok adik yang menegang di larut malam. Membayangkan Hyunjae menunggangi benda kebanggaan diikuti harga susu naik turun, merintih nikmat akan terpenuhi organ besar miliknya, sampai muncrat kemana-mana.
That night Younghoon tidur dalam perasaan menyesal. Tapi Juyeon nggak perlu tahu, terkecuali bila lelaki itu juga melakukan hal yang sama di balik dinding kamar.
“Bang, kayaknya Ibu ada maksud deh,” suatu hari setelah seminggu lebih, jalan dua minggu deh, heran banget bapak kos mereka kok nggak pulang-pulang, nggak rindu istri apa? Apa beliau tahu istrinya suka godain anak-anak kosan? Juyeon kembali menyerbu ke kamar, untung Younghoon tidak sedang melakukan apa-apa selain membaca komik mengusir kebosanan.
“Hm?”
“Kayaknya Ibu ada maksud gitu sama kita,”
“Nggak usah gede rasa,” timpal pemuda tertua tak mengindahkan sembari membalik ke halaman selanjutnya, dih, padahal dia sudah hilang fokus sedetik Juyeon menyemburkan berita. Bagus sekali aktingmu, Kim. Besok-besok jadi pemain sinetron bisa nih. “jangan-jangan nggak cuman kita yang dikasih jajan,”
“Suwer Bang, gue pelan-pelan tanya sama Changmin terus Changmin malah bilangin gue halu dong,”
Younghoon menipiskan bibir, berniat menahan tawa tapi tetap saja bunyi psshhh seperti knalpot racing kesumbat kerikil meluncur di sela-sela garis bibir. Juyeon mengerucutkan wajah, tidak suka terhadap reaksi.
“Ya mungkin dia ada benernya,”
“Gue nggak halu, anjing. Demi Allah!”
“Heh, masa Tuhan bersampingan sama kata kasar,” sang kakak menegur, dan Juyeon refleks meminta ampun pada Penciptanya. “gue udah bilang berkali-kali Juyeon, beliau cuman caper, dan kalaupun begitu lu bisa apa, hm? Nggak mungkin lo datangin dia langsung main mepetin ke dinding, atau dia tiba-tiba ngajakin ke suatu tempat yang cuman berduaan-” sejenak ia terdiam, memikirkan kalimat yang baru saja dia ucapkan.
Lah, napa dia beberin fantasi dia sih? Semoga Juyeon nggak nangkep maksud terselubung.
“Eniwei, cuekin aja lah, makin lu cengo makin seneng dia godain, anggap aja ujian,” Younghoon mengakhiri pidato dari sudut pandangnya sambil melanjutkan pembacaan komik kembali, mengabaikan eksistensi adik tingkat sebelah ruangan yang tengah berpikir keras.
“Masalahnya gue capek mandi air dingin mulu, Bang..” keluh pemuda lain agak pelan namun sempat ditangkap pendengaran tajam. Younghoon buru-buru menetralisirkan detak jantung yang berderap sebab tidak menyangka kalau dugaannya benar tentang adiknya yang bisa main sendiri akibat efek samping tingkah laku ibu kos mereka.
Chill, no need to know.
“Biasa kita juga mandi air dingin,” sahut Younghoon cuek.
“Yaelah Bang! Lu datar amat,”
“Lu-nya yang kurang belaian, ngadepin bangunan mulu sih,”
Juyeon memutuskan untuk angkat kaki lagi daripada diejekin Younghoon sedari tadi, mengatakan bahwa si kakak tak bisa diajakin curhat masalah cowok sementara dia sendiri tidak tahu kalau masalah Younghoon juga serupa dengan dirinya.
Sepeninggal pemuda rambut cepak, Younghoon menghela napas panjang. Betul yang dia katakan tadi, tidak ada yang bisa dia lakukan selain menghindar atau menikmati diam-diam.
***
.
.
.
Apakah ini sebuah kemujuran? Because the next move he had today was..
“Hoon, kamu udah makan?”
Mungkin Hyunjae punya indra keenam buat mengetahui keberadaan dirinya saat meluncurkan kendaraan ke dalam garasi, wanita, yang alhamdulillah mengenakan pakaian kasual tanpa ada tanda-tanda keseksian muncul tergopoh-gopoh bertanya.
“Belum, Bu, niatnya mau cari habis ini,” sekilas ia melirik ke jam tangan, menunjukkan pukul setengah 6 sebelum beralih ke Hyunjae yang tersenyum.
“Nggak usah, Ibu masak banyak habis acara arisan tadi siang, kamu makan di rumah aja ya,” Sebetulnya Younghoon ingin menolak dengan alasan rasional kan ya, tapi burung bejat di balik celana malah memberikan respon yang salah pada otak sehingga ia tak sadar mengangguk pelan.
“Oke, Bu. Saya mandi dulu,”
Hyunjae nampak sumringah, mengeratkan genggaman pada mangkok yang ternyata sedari tadi sudah dipegang semenjak keluar menggapai Younghoon. “Oke..” jawab beliau kemudian berlalu ke dalam rumah. Pemuda di luar termangu-mangu, cukup heran pada tawaran serta persetujuan tersebut.
Apakah fantasi liar dia mulai terwujud?
Akan tetapi, saat ia telah siap memenuhi ajakan makan malam pemilik kosan, mengenakan setelan santai yaitu kaos dan jeans robek di lutut, Younghoon musti terperanjat sewaktu Juyeon memunculkan diri dari balik kamarnya seorang, berpakaian serupa, khas anak Teknik kalau mau jalan.
“Lu..” ucapnya mengerjap-ngerjapkan mata.
“Bu Hyunjae ngajak gue makan di rumahnya,”
“Asu. Kok sama?”
Juyeon terbelalak, baru memicingkan mata, “Apa yang lo sembunyiin dari gue, Bang?”
Younghoon otomatis menggeleng, “Nggak ada,”
“Nggak mungkin secara kebetulan kita ada di nasib yang sama,” Juyeon masih menatap penuh selidik, sementara Younghoon memandang ke sana kemari. “lu beneran diajak atau mengajak diri?”
“Anjing, gue nggak sedesperate itu ya!”
Cowo termuda di antara keduanya mengendikkan bahu, “Yaudah, let's find out what she wanted from us,” kedua mahasiswa Teknik tersebut akhirnya menyerah terlalu banyak menerka-nerka kemungkinan. Berderap macam kuda menuruni tangga di kala hari sudah malam, jam dinding tadi menunjukkan pukul 7 lewat, pas di waktu makan.
Sesampai di pintu rumah berwarna putih, Younghoon mengetuk perlahan sebagai perwakilan. Cukup beberapa kali saja, tiba-tiba kuncian berbunyi nyaring disertai decitan, mereka sama-sama menahan napas, berantisipasi pada seseorang di balik benda kayu di hadapan.
“Oh, sudah datang..” suara Hyunjae terdengar riang sembari melebarkan akses masuk ke rumah, pura-pura mengabaikan tatapan keterkejutan setelah mereka melihat dirinya. “masuk, masuk, kebetulan Ibu baru selesai manasin,” ia membalikkan badan, sementara diekori dua lelaki di belakang. Juyeon sempat menutup pintu secara impuls sebelum melangkah tak jauh dari Younghoon, memandangi seluruh interior rumah pemilik kos yang ditempatinya.
“Maaf yaa Ibu cuman masak ini tadi,”
Berbagai macam hidangan tersaji di meja makan yang lumayan besar untuk dua penghuni rumah. Juyeon dan Younghoon saling berpandangan dan bersenggol-senggolan lalu akhirnya duduk ragu-ragu di kursi yang telah disediakan. Hyunjae setia mematri senyum ramah, seolah mengatakan dia tidak akan menggigit siapapun.
“Santai aja Juyeon-a, Younghoon-a, Ibu nggak makan orang,” Wanita rambut cokelat tersebut tertawa geli sembari menutup mulut, mempersilakan dua mahasiswa beda jurusan segera menyantap makan malam mereka daripada dilihatin sampai dingin.
Ketiga orang dewasa terlibat percakapan sederhana, tentang keseharian Hyunjae selaku ibu rumah tangga, keseharian Younghoon maupun Juyeon dalam kegiatan kampus, atau menggosipi penghuni kosan lain yang suka diam-diam menyusupkan perempuan di kamar.
“Dua hari lalu Ibu dengar suara gedebuk di kamar Sunwoo,” Younghoon nyaris tersedak, tiba-tiba terbatuk sehingga Hyunjae refleks menggeser gelas berisi air putih ke arah lelaki itu, sementara Juyeon menganga, tidak percaya.
“Jatuh dari kasur kali, Bu,”
Hyunjae mendengus, “Iya bisa jadi kalau nggak ada bunyi gesekan kaki ranjang,” jawab si Manis menyuapkan nasi kembali. Manik rusa menatap mereka bergantian. “kalian nggak ada bawa perempuan kan ke kamar?”
“Eehhh nggak ada Bu!”
“Nggak, Bu..”
Mata sipit memicing penuh kecurigaan, “Yakin?”
“Iya Bu.” jawab mereka serempak, lalu berpandangan.
“Good Boy, then.”
Jantung Younghoon serasa ingin terjun bebas setelah mendengar pujian, mendadak adik dalam celana merespon suara setengah berbisik tersebut. Nggak tahu deh Juyeon nangkap apa nggak, tapi dilihat dari kekakuan sang adik menyuap makanan sambil mendengarkan lanjutan celotehan, pasti dia juga memikirkan.
“Ibu nggak kepingin liburan gitu karena Bapak dinas luar?” Juyeon iseng-iseng bertanya. Membuahkan kesedakan bagian dua dari Kim Younghoon serta mengembangnya senyuman cantik dari yang ditanya. There's nothing wrong with his question, kenapa kakak tingkatnya seperti tersumpal sesuatu?
“Dan ninggalin kosan sama kalian? Yang ada rumah Ibu kena badai kalau nggak ada yang jagain,” Hyunjae meregangkan leher seraya menyicip air di gelas sendiri, sesekali melirik ke arah Younghoon yang diam seribu bahasa tak hendak bersuara, “lagian Bapak besok sore baru pulang, jadi santai aja sendirian di rumah, enak lagi nggak ada yang berantakin,”
Juyeon hanya mengangguk-ngangguk paham sambil menggumam kecil, kembali fokus menandaskan sisa makanan tanpa membalas lebih. Tidak tahu saja kalau Hyunjae sedari tadi macam tengah merencanakan sesuatu kepada dua anak Adam di hadapan.
“Kalian mau minum?” tawar wanita paruh baya tersebut bangkit dari kursi, menyebabkan dua pasang mata langsung mendarat ke paha putih yang tersingkap kain.
“Ini minum, Bu..” tunjuk Juyeon ke gelas tak jauh dari piring seorang, Hyunjae tertawa, memamerkan geligi mungil nan sangat menggemaskan dan mampu menaikkan intensitas detak jantung lelaki-lelaki hormonal di sana.
“Kamu polos banget sih, Ju. Bukan minum itu yang Ibu maksud,” ia berbalik lalu berjalan ke lemari penyimpanan, meninggalkan dua sekawan cengok tidak tahu hendak melakukan apa selain memandangi. “kalian kalau udah selesai taroh aja piringnya di wastafel, baru kita minum di ruang tamu,” sayup-sayup terdengar suara Hyunjae memberi perintah, langsung saja otak menangkap sinyal ambigu itu. Juyeon tergopoh-gopoh berdiri membereskan piring kosong sementara Younghoon tidak mengucapkan sepatah kata. Dia malah mengambil langkah menuju tempat lain.
Menyamankan pantat di sofa empuk, Younghoon berusaha tetap tenang sembari menatapi sekeliling ruangan, dimana ada figura besar foto pernikahan ibu kosnya tertempel di dinding, foto-foto pasutri di negara-negara asing dalam bingkai kecil, serta ornamen-ornamen autentik sebagai penambah hiasan di ruang ini.
Padahal bapak kos ganteng loh, apa masih nggak cukup buat Hyunjae?
Oke, Younghoon kamu mulai melantur. Dia nggak tahu aja Juyeon di dapur sudah dibelai secara diam-diam. Menyebabkan lelaki rambut cepak tersebut menyeret kaki ke tempat sang kakak tingkat berada dengan raut tak percaya.
“Bang.”
“Hmm?”
“Brace yourself.”
Younghoon tidak mengerti maksud ucapan, Juyeon terduduk di samping kanan dan mereka menoleh berbarengan begitu menangkap suara-suara dentingan kaca.
Fuck.
The nerve of this MILF.
Kalau tadi sih Younghoon masih kasih ampun sama gaya berpakaian Hyunjae saat menyambut mereka. Namun yang sekarang ini, entah bagaimana si Ibu berhasil meloloskan diri dari gaun longgar setengah paha menjadi baju mandi seperti yang pernah dilihat Juyeon, sambil membawa tiga gelas kaca dan sebotol gin di tangan.
Gin, gaes. Gin! Isn't it very drunk? And very common to be after-meal drink?
“Kalian bisa minum kan?”
“Bisa Bu,” jawab Younghoon masih terpana, dan Juyeon buru-buru melanjutkan.
“Cuman nggak sering,”
Hyunjae mengulas senyum merekah, sampai tulang pipi nan tembam miliknya naik saking lebarnya. Dia menyusupkan diri di tengah-tengah lelaki jangkung dambaan lalu membagikan gelas satu persatu. Juyeon dan Younghoon sudah jelas menggeser pantat agar lebih leluasa, hanya saja Hyunjae nampak enggan bila mereka duduk berjauhan.
“Eh kalian kenapa kayak takut gitu sih? Ibu kan nggak gigit,” Waduh, daripada si Cantik merajuk gegara mereka ngasih jarak mending ngalah deh dan langsung mepetin badan montok di antara badan sendiri, bahu tegap dan landai saling bersentuhan membuat Hyunjae jadi lega sedikit.
“Cheers!”
Manik rusa melirik ke kanan-kiri, memastikan bahwa anak-anak tampan yang mengukungnya meminum cairan bening yang telah ia tuang ke gelas masing-masing. Juyeon nampak antusias menghabiskan, seolah terbiasa sedangkan Younghoon terlihat hati-hati seperti pelan-pelan menikmati sensasi terbakar di kerongkongan sendiri.
Hyunjae seorang minum secara anggun, menegak seteguk-teguk tanpa tergesa-gesa macam dua pemuda di sebelahnya. Belum ada percakapan mengalir, sibuk pada benda kaca di tangan.
“Do you have any idea why I invited you to the dinner?” tanya Si Manis menyilangkan kaki kanan di atas paha kiri, memandang raut cengok bergantian, membuahkan kelucuan tersendiri bagi dirinya.
Younghoon dan Juyeon sama-sama menggeleng, tetap tenang seolah tidak terpengaruh terhadap perubahan nada bicara wanita tertua, padahal jantung mereka sedari tadi berdisko ria.
Hyunjae menahan seringaian kemudian bangkit, menaruh gelas di meja dan membalikkan badan. Dua mahasiswa itu musti mendongak saat menaruh perhatian ke netra cantik menggoda, akhirnya cengiran terpampang sebab tertarik akan air muka yang dibawakan. Terpesona setengah mampus, tapi tak berani melakukan apapun.
Satu tarikan, ikatan tali baju mandi yang melingkari pinggang ramping terlepas, dua kain menggantung, membebaskan pameran menyebabkan rahang tegas terjatuh bersamaan mata terbelalak. Younghoon bahkan tidak segan menelan ludah bulat-bulat, betul nggak bisa berkata selain menginspeksi dari netra rusa ke seluruh celah kulit putih.
Shit. Shitttt they're so doomed. Terus kalau sudah disuguhin kayak gini ya masa mereka cuman diam dan melihat, nggak mungkin kan?
“What are you waiting, Boys?” nada suara Hyunjae bagaikan racun memabukkan, slurred at every words she said, secara tak kasat mata menawarkan segalanya, her curvy body, her milky boobs, her perky nipples and.. and.. her.. fat pussy.. Younghoon maupun Juyeon tak dapat merangkai kalimat. Mendengar pertanyaan bersifat penawaran macam di pasar, langsung saja mereka menarik Hyunjae kembali ke sofa. Tak sabar ingin melakukan hal menyenangkan setelah mendapat izin.
“Jadi ini maksud Ibu tiap pagi, hm?” bisik Juyeon di telinga sebelah kanan, tangan lebar melepaskan Hyunjae dari kukungan material satin, menghasilkan lenguhan dari yang bersangkutan. Bibir kenyal lelaki paling muda mendarat tepat di belakang cuping, mengulum perlahan. Belum lagi Younghoon tak ketinggalan, mengecupi sisi lain, membiarkan Hyunjae menggeliat terhadap sentuhan.
“You both are my types, sayang kalau nggak dirasain nghh..” ungkap si Cantik sesekali meregangkan leher. Younghoon menggumam tanpa menghentikan kecupan, telapak tangan besar meremas salah satu gunung kembar. “fuck!”
“Tanggung jawab, Bu,” lelaki rambut hitam lain di samping kiri akhirnya bersuara, memainkan si kelenjar lemak, sesekali memainkan pentil yang selalu muncul di pikiran. “kita berdua jadi sering mandi air dingin setiap ketemu Ibu,”
Juyeon beralih dari telinga menuju pipi, menangkup pipi tembam wanita tersebut lalu mempertemukan bibir mereka dalam ciuman menuntut. Hyunjae mengerang tertahan, membuka mulut menerima lesakkan lidah di rongga.
“Fuck..” umpat Younghoon saat mendapati Hyunjae sudah basah di bawah sana, jari-jemari bergerilya di balik labia, menyebabkan badan si Manis menggeliat ke sana kemari. “so wet, Mommy..”
Panggilan berintonasi rendah, with hint of lust in there seperti menyiramkan bensin kepada api. Kalau bisa ada petasan meledak di kepala Hyunjae. Digit panjang nan tebal mengusap-ngusap sesekali menepuk perlahan, melumuri permukaan menggunakan pelumas alami, so juicy and sticky.
“Mommy loves that?” Juyeon tak kalah mengompori setelah tautan bibir mereka terlepas tapi tak menjauhkan jarak, melihat betapa terangsangnya Hyunjae ketika mereka bergantian menggoda zona erotis yang dimilikinya. “Does Mommy like when her boys touched her all over?”
“Please please..” pinta Hyunjae menggerakkan pinggul supaya tangan Younghoon tetap menempel di organ, sementara bibir tipisnya menghembuskan napas ingin dicium kembali. “Boys please give Mommy what she wanted,”
“Then what do you want, Mommy?” tanya Younghoon menjilat si leher, tega mengitari pintu liang becek dengan dua jari.
“Fuck Mommy.. mmh..”
“Eum? Cuman itu?”
“&Eat me, like you starve for it, fuck me till I can't feel my pussy*,” erang wanita cantik tersebut tidak kuat berlama-lama menahan desiran nafsu di dada, “Hoon.. ngh.. Hoon fuckk– mau keluar..” hanya kekuatan jemari yang sedari tadi mengelus klitoris maupun liang, menghantarkan Hyunjae pada pencapaian pertama. Memancur tinggi bak air terjun, membasahi meja tamu beserta gelas-gelas. Dua berondong terkesiap, sebelum meluncurkan tawa, Younghoon mengusap kasar lubang kemih yang masih memancur deras, hingga belepotan kemana-mana.
“Ohh poor Mommy she's gushing already,” Hyunjae tersengal-sengal mengambil napas, punggung tersandar lemas sampai dia punya kekuatan untuk bangun lalu duduk bertumpu lutut menghadap mereka.
“Buka celana kalian sekarang!”
Juyeon dan Younghoon tergesa-gesa melorotkan jeans beserta boxer ketat, mulut Hyunjae mendadak berliur lantaran menangkap dua kejantanan tegak membebaskan diri dari balutan. “Nghh..” ia mengapitkan kaki demi menggesekkan kelamin. “fuck so bigg..”
Tanpa banyak cincong, Hyunjae menggenggam kedua batang, membuahkan desisan serta jengitan pinggul. Juyeon menyisipkan kaki panjang di antara paha montok supaya bebas menggrayangi organ tembam dengan jempol kakinya.
Damn, it's too wet, Juyeon can see the creamy substance landed on his toe. “Bang lihat Bang,” Hyunjae terhentak ke atas begitu Juyeon menyusupkan jari kakinya, tubuh macam diterpa gempa lalu bergerak menunggangi digit tebal tersebut. “Mommy kita nggak tahan lagi, Bang,”
“Kalau gitu mending hisap punya kita sekarang, Mommy Jae, daripada dikocokin mulu,” Younghoon mengambil helaian rambut cokelat tersebut dan mengarahkan wajah keenakan Ibu Kosnya agar segera mengulum milik mereka. Setegak tiang, berat di indra peraba, menguarkan hawa panas saat Hyunjae menaik-turunkan genggaman seirama bagian bawah.
Hyunjae menerima tantangan, menjilat bibir bawah lalu menghampiri penis Younghoon dulu, mungkin karena lebih tebal kali ya? Panjangnya sama aja sih kayak punya Juyeon.
Ukuran bongsor jadinya burung pun menyesuaikan.
“Oh shit,” Younghoon tak melepaskan helaian di tangan, menarik lebih saat Hyunjae mendaratkan jilatan coba-coba di sekujur permukaan. Si adik menggeliat, terutama di puncak. “cepetin Mom, tunggu apa lagi hm?”
Seandainya Hyunjae nggak suka diperintah kayak gini, bakal habis kepala Younghoon jadi pajangan di ruang tamu. Wanita cantik itu mengadu tatap, makin memusingkan isi pikiran kedua lelaki di sofa. Yang satu nggak sabar buat dikulum, yang satu setia menusukkan jempol di liang senggama sampai menitik terus-terusan bagai kran bocor.
“J-Juyo nghh.. deeper..” erang Hyunjae sebelum melesakkan puncak jamur ke dalam rongga makan. Mata sontak terbelalak pada peregangan, menambah lendir di bibir lain membaluri digit yang menyumpal. Di mulut aja terasa lebar, apa kabar di meki hah?! Because her husband's girth also thick like this one. “mmhh!”
“Now Mommy take mine deeper too..” Younghoon melempar cengiran tanpa dosa, mendorong kepala Hyunjae supaya melahap sampai pangkal, hidung mancung si perempuan menabrak rambut kemaluan, menghirup aroma khasnya di sana. “fuck.. Ju mulutnya enak banget,”
“Gue malah nggak sabar genjot yang ini,” Juyeon ikut menyeringai, mempercepat gerakan jempol kaki, terkadang memutar pergelangannya, Hyunjae tertandak-tandak sambil menikmati santapan di mulut, perut mendadak menguat pertanda ingin keluar lagi. Jadilah ia melepaskan genggaman demi menampar-nampar paha Juyeon. “hmm? what is it Mommy?”
“Kkhh-ookkhh- ohok!”
Cowok yang diberi peringatan menghentikan tusukan, menggeser ke atas sedikit buat menyapa labia, ya sekalian godain klitorisnya juga, alhasil Hyunjae kembali mengucur deras di lantai, tak sadar mengunci jalan udara dengan penis Younghoon yang sedang dihisap. “Okhh!!”
“Woah, dia sensitif, Bang!”
“Biarin, kita bikin dia nangis malam ini,” Younghoon menarik keluar kejantanan dari secara paksa lantaran melihat air mata, Hyunjae menarik ingus perlahan, bibir tipis memerah terbuka langsung saja Younghoon melumatnya ganas, menyebabkan wanita itu tidak berdaya padahal belum masuk ke permainan inti. Saliva belepotan kemana-mana, Younghoon sangat menyukai raut keenakan sang Ibu Kos.
Fuck, he can do this all day and he won't regret it at all.
“Give it to mee..” walaupun pita suara tersiksa akan tingkahnya mengulum punya Younghoon dalam-dalam, Hyunjae masih dapat merengek meminta. Giliran Juyeon mengarahkan penisnya, agak nggak terima kalau Younghoon doang yang dihisap.
“Punya Juyo jangan lupa, Mom!”
Hyunjae mengangguk cepat, tentu saja tidak mengabaikan eksistensi burung lain di ruangan. Sama seperti yang diterima Younghoon, ia memberi jilatan kucing di sekujur urat-urat berseliweran kemudian mengulum di puncak sebentar.
“Ohh Mom..” ini tetangga kalau dengar nggak bakal syok kan? Dimana ada dua mahasiswa sedang dioral pemilik kos-kosan hingga melontarkan sebutan 'Mommy' setiap listrik nafsu menyetrum persendian. Bola kembar dimainkan begitupula si gunung yang menggantung bebas. Younghoon daritadi gemes mengunyel-ngunyel kelenjar, sampai putingnya dipelintir-pelintir gregetan.
“Keluar susu nggak, Mom?”
Kurang ajar. Hyunjae mendesah mendengar pertanyaannya, menggelinjang kegelian pada bayangan bila seandainya Younghoon beneran ada kesempatan menyusu sampai keluar cairan. Untuk saat ini sih belum ada, Hoon. Kecuali dia lagi hamil.
Isn't it exciting if she got knocked up by one of his boys?
The thought itself bringing Hyunjae to another orgasm, beruntung hanya berujung pinggul menggigil diiringi liang berkedut parah tanpa mengucur seperti dua orgasme sebelumnya.
“Sensitif banget Mommy malam ini,” goda Juyeon menyengir ketika Hyunjae mulai menaik-turunkan kepala, pipi tembam menirus menandakan hisapan bak vakum cleaner, bibir tipis bergetar saking menikmati sensasi menggelitik di bagian liang. “don't make come early, Mom, I still have a hole to go,”
Younghoon akhirnya beranjak bangun, “Kita ke kamarnya aja, let us ruin the bed tonight,” Juyeon menyelesaikan kuluman dengan beberapa kali sodokan sebagai bantuan lalu mengeluarkan kejantanan. Lelaki surai gondrong mengangkat Hyunjae dari posisi berlutut dan melangkahkan kaki menuju kamar utama, meninggalkan tempat kejadian perkara.
“Uwah!” pekik wanita cantik setelah memantul pelan di atas kasur king size, pikiran dia sudah tidak terbentuk lagi lantaran terlalu banyak aroma Younghoon dan Juyeon mengelilingi panca indra. Yang dia inginkan saat ini adalah dua organ panjang tadi memenuhi seluruh lubang di dirinya.
That's why she opened her legs, presented her fully to her boys. Dripping with juice, white and creamy.
“C'mon...” lenguhnya memegangi paha dalam. Juyeon dan Younghoon tidak ada pemanasan, sigap meloloskan badan dari pakaian santai. Ketiganya berakhir telanjang dan dua lelaki itu berebutan hendak memakan. “aahh! aaahh!”
Tolong jangan tanya Hyunjae atau menyuruh dia menjelaskan bagaimana lidah-lidah lihai menggrayangi selangkangan. Dia tidak tahu siapa-siapa selain mereka mengecupi, menggigiti, menjilat atau menghisap nyawanya dari sana.
“Aah! Fuckk! Your tongue.. aahh Hoonie!”
“Ih itu lidah Juyo, Mom!” protes Juyeon karena salah sangka. Hyunjae mencengkram seprai di tangan, buru-buru meminta maaf.
“Ma-maaf Sayang, it feels good Mommy nggak tau siapa yang- aahhnn!” Kini bunyi hisapan nyaring mendesing sebagai bentuk hukuman Juyeon, Younghoon sebenarnya ada aja menjamah bagian lain, membuat bercak kemerahan di sekitar vulva.
“Punya Mommy enak banget,” puji Juyeon selesai menyantap, mengusap bibir sendiri menggunakan punggung tangan sehabis disemai lendir berlebihan, “Juyo bisa makan Mommy tiap hari,”
Hyunjae meleleh mendengarnya, menarik Juyeon untuk menautkan bibir mereka seraya mencicipi rasanya seorang. Karena Juyeon udah ke atas, berarti giliran Younghoon sekarang. Kedua tangan mencengkram paha montok sembari menekukkan lutut, Si Ibu Kos terkejut nyaris menggigit bibir Juyeon.
“And her pussy is very chubby,” gumam pria itu menyunggingkan senyum, telah menenggelamkan separuh wajah bagaikan hidupnya bergantung pada organ di depan. Bibir menapaki belahan, menyapa daging rentan, menemukan tubuh menggelinjang dan liang berdenyut hampa. “just how I like it,” lanjut Younghoon akhirnya menyantap seperti Juyeon tadi.
Hyunjae mengerang di mulut Juyeon, memegangi lengan kekar demi menompa diri sebentar sementara Younghoon memakannya. Klimaks kembali terbentuk di rongga perut, ia melepaskan tautan sebentar buat memberitahu.
“Juyo.. nghh Juyoo Mommy..”
“Mommy, mau keluar?” Hyunjae mengangguk cepat, “then come Mommy, soak him wet with your cum,” ucap Juyeon mengizinkan, Younghoon yang merasa Ibu Kosnya hendak sampai tidak menjauhkan muka, malah dia membuka ranum biar si air langsung menerobos masuk ke mulutnya.
“Ah! AHHH!” There, she's showering the other man with her water, nggak usah dihitung berapa kali Hyunjae keluar, ini bentuk dari pertahanan dia selama sang suami dinas luar, meninggalkannya seorang diri bersama cowok-cowok muda di atas sana, yang dapat memberikannya kenikmatan seperti Juyeon dan Younghoon sekarang. “Hooniee.. maaffff..”
“Tenang Mom, I won't waste a single drop,” sahut Si Jangkung cengengesan, jakun menelan sisa yang menempel sebelum bangkit mengatur posisi. “Ju, gue dulu atau lo?”
“Tanya Mommy.”
Hyunjae menimang-nimang sejenak, memandangi organ keras tersebut secara bergantian, “Hmm, kalau.. langsung dua, kalian keberatan nggak?”
Tentu saja tidak dong, Hyunjae. Lihatlah reaksi penis mereka yang menggeliat penuh semangat, pastinya sudah pernah terbayangkan oleh keduanya.
“Not at all,”
“With pleasure, Mom.”
Si Cantik tampak sumringah, meloncat-loncat kesenangan, “Okey, siapa yang mau di bawah atau di belakang?”
Juyeon memandang Younghoon berniat meminta pendapat tapi sang kakak tingkat malah mengulurkan tangan, “Gunting batu kertas,”
“Yang kalah di belakang,”
“Call. Gunting batu ker..tas,”
Sungguh sangat unfaedah sekali. Penulis pun geleng-geleng kepala sewaktu mendeskripsikan malam panas mereka bertiga. Juyeon berhasil memenangkan posisi di bawah dimana Hyunjae akan berada di atas sementara Younghoon di belakang perempuan itu.
No problem, as long as he has that thick cunt.
“Kondom, Juy.” peringat Younghoon mengacak lemari nakas, sementara dua orang di ranjang sudah sibuk tindih-tindihan saking menyerahkan urusan berpikir kepada kelamin. Bibir bertautan, geligi bertabrakan, organ digesek-gesek kayak besok nggak bakal ketemu lagi.
Lah iya bisa jadi sih.
Younghoon menarik dua bungkus, being a considerate man he is, walaupun sisi bejat meronta-ronta ingin memberikan creampie pada sang Mommy, tapi sisi baik berhasil mendiamkan.
Si Manis yang melihat pemuda bongsor memasangkan lateks persediaan di laci kasur mendadak merengek, “Noo take it offf I wanna feel you bare!!”
“Dan Mommy berakhir bunting? Better be safe than sorry, Sweetheart,” Hyunjae merona mendengarnya, menegakkan badan seraya mengawai Younghoon agar mendekat.
“I don't mind.. hamil anak kalian..”
Younghoon menaikkan satu alis sedangkan Juyeon ditemukan mengeras dirasa Hyunjae. Manik rusa mengerjap-ngerjap, ranum tipis merah muda menjulur ke bawah, “Hoonie pleaseee?”
Ah bodo! Ingat Younghoon, this is sex-talk only. Apapun bisa terjadi ketika pikiranmu dikabuti nafsu. Dan Ini permintaan Hyunjae sendiri ya.. Younghoon tidak jadi menjadi pemuda rasional lantaran menemukan raut menggemaskan si Ibu Kos saat memohon. Dia melepaskan bungkus karet tersebut lalu membuangnya ke tong sampah terdekat.
“Fine. Jangan protes kalau Mommy kita penuhin sampai gembung,”
“Nghh shitt pleasepleaseplease–”
Sungguh malam yang sangat liar. Permainan inti baru akan dimulai setelah melewati serangkaian pemanasan. Younghoon menaiki ranjang dan bertumpu lutut di antara kaki Juyeon maupun punggung Hyunjae. Menunggu si Cantik melesakkan penis di bawahnya dalam sekali hentakan.
Hyunjae memegangi pangkal kemaluan begitu dia menurunkan pinggul, mendesis nikmat padahal baru ujung kepala yang menggesek liang, perlahan-lahan ia memasukkan si batang, mengerang tertahan pada diameter yang meregangkan lubang. Bergerak turun.. turun.. diselingi napas berat, akhirnya mendaratkan pantat di paha kokoh lelaki termuda di kamar.
“Ngh punya Juyo..”
“Apa? Punya Juyo kenapa Mommy?”
“E-enaakk, mmhh..” Juyeon berkesempatan menampar bantalan empuk di belakang, mendapati Hyunjae terjengit ke atas hampir melepaskan penyatuan. “ngh!”
“Tunggu sampai Bang Younghoon penuhin Mommy juga, bet your pussy will be shape of our dicks,” erangan nyaring kembali terdengar sambil menunggang kecil-kecilan, Younghoon musti menahan gerakan halus itu supaya dirinya dapat menyusupkan kejantanan.
“Woah, she's tight..”
“Right? Padahal perawan juga enggak,” timpal lelaki termuda setia memainkan pipi pantatnya, Hyunjae mengerucutkan bibir, nggak terima bila disangka lober.
“Selalu ada cara buat rapet tiap hari, Juyo.”
Juyeon tersenyum miring, “Yaiya dong, always be the best pussy supaya kami nggak jera kan Mom?” balasnya kini merayapkan tangan ke perut gembul di hadapan, mencubit salah satu kulit karena gemas. “fuck Bang Younghoon cepetin woy gue nggak sabar nih,”
Kalau saja Younghoon mikir pake akal dipastikan burung Juyeon kena sunat dua kali. Dikira masukkan lubang sempit yang sudah disumpal benda semudah menggoyang apa? Susah anjir! Belum lagi daritadi kepala penisnya meleset terus akibat licin.
“Hoonie ngh Hoonie..”
“Behave, Mom.” Tuhkan, pasalnya setiap dia menegur atau memerintah Hyunjae, wanita cantik itu menggigil keenakan, dan liangnya sigap membasahi organ milik adik tingkatnya. Juyeon tentu saja sudah menggeram terhadap sensasi basah tercampur lengket tersebut.
Pada akhirnya, usaha tidak mengkhianati hasil, asalkan si puncak gendut berhasil menyelinap, Younghoon tinggal menggenjot ke atas. Setuju sama apa yang dikatakan Juyeon kalau punya Hyunjae sempit melebihi cewek perawan.
He had fucked virgins before but no ones tight like her. It feels like.. he's thrusting into a butthole, a natural wet one.
Oh fuck gimana kalau seandainya Hyunjae mau dianal? Hahaha. He's so up for it.
Tapi nggak apa buat malam pertama, kasihan nanti ditemukan lemas tak berdaya apabila Younghoon mewujudkan. Juyeon juga kelihatan nggak sabar lagi mau menggoyang, even though the place right now is hard to move freely.
“Gantian apa bareng-bareng?”
“Ya Allah Bang, gue genjot sendiri nih ya,”
Heran. Younghoon ngajak berantem di saat pelepasan udah di ujung kencing. Hyunjae seorang gemetaran luar biasa, nikmat dipenuhi dua benda.
“Mommy, you good?” tanya si Jangkung di belakang, menempelkan dada bidang pada punggung berpeluh, mendapati anggukan tanpa kata yang terucap, Younghoon menghirup aroma vanila di ceruk leher Hyunjae, menggenjot perlahan sebagai uji coba.
“Mmh..” lenguh Hyunjae terengah-engah, ingin sekali limbung meski lelaki bongsor tengah menahani dirinya. Juyeon langsung saja bergabung mengikuti irama, memantul-lah desahan binal ke penjuru ruangan.
“Oh godd! Aaahh godd! Fuck yess yesss– cepetcepetcepetcepet- aah!” wanita tertua ikut meloncat-loncat menyelingi pergerakan dia pemida yang menghujam bersamaan. Juyeon merayapkan tangan di kemaluan sekalian memainkan si klitoris. “uwaaahh!”
“Mommy why so noisy, hm? Does it feel good?” geram Younghoon juga tak mau kalah menangkup susu sebelah kanan. Merematnya acak sangat pas di telapak. Menghasilkan jeritan tertahan lantaran tidak boleh sampai kucing tetangga dengar ditakutkan malah saling bersahut-sahutan.
Hyunjae tidak kuat menopang badan, ambruk di atas badan Juyeon seraya merengek manja. Lelaki surai cepak tertawa kecil, mengelus punggungnya sayang tanpa menghentikan genjotan.
“Aww, Mommy capek yaa..”
“Penuh.. banget.. nggh.. Ah! Hoonie!” Tubuh montok tertandak-tandak akibat hujaman dua kejantanan, erangan menjadi patah-patah serta mata merem melek pertanda keenakan. Juyeon mendesah jua, agak susah payah menggoyang akan kesempitan ruang.
“Fuck.. Mommy..”
“Boys.. mmh wanna come wanna come!” Mohon ampun kepada seluruh jajaran anak kosan di tingkat dua kalau kalian sayup-sayup menangkap teriakan high-pitched di bawah lantai. Dinding beton ditabrak terus-terusan oleh kasur yang ikut bergoyang sesuai tempo Younghoon. Pemuda jangkung itu mencengkram pinggang wanita di hadapan, membiarkan ia gemetar meluncurkan cairan.
“Now it's our turn.”
Hyunjae tidak ingat lagi bagaimana dia bisa melewati malam sambil digagahi dalam berbagai macam posisi. Benar kata mereka tadi kalau mereka akan menyemai benih sampai perutnya menggembung atau bahkan sampai ia lupa sama kenyataan di pagi hari.
Younghoon dan Juyeon pun melepaskan hasrat sebanyak mungkin, berhasil membuat Ibu Kos mereka menangis kecapean dan keluar berkali-kali membasahi tubuh mereka sendiri. And the creampie that his evil side wanted, granted perfectly ketika Hyunjae memancur sperma tertampung bersama klimaks terakhir.
Hanya Tuhan yang tahu sampai kapan ketiga insan tersebut berhenti memuaskan nafsu satu sama lain yang terpendam selama dua pekan terakhir.
.
.
.
KLIK
KRIEEEEEKKKK
Seorang wanita terkesiap dari tidur nyenyak, kepala menoleh ke sana kemari sesudah gendang telinga menangkap kuncian pintu rumah terbuka diseling decitan benda penghubung.
“Sayaangg?”
Anjing.
Suaminya pulang.
Hyunjae tergesa-gesa bangkit dengan jantung berdetak kencang, mata mendelik ke dua pemuda di samping, sama pulasnya sehabis bermain.
“Heh! Younghoon! Juyeon!”
“Hmmm..”
Dia mulai memukul-mukul bagian tubuh yang bisa dijangkau sambil terus memanggil setengah berbisik, “Woy! Suami Ibu pulang!” tepat setelahnya, Juyeon yang pertama kali refleks membuka mata lalu bergulir ke sebelah kanan, alhasil dia jatuh terjerembab seraya menahan ringisan. “sssshh! Kamu sembunyi dulu di kolong!”
Younghoon masih cengok beberapa detik, sebelum Hyunjae mengguncang-guncang badan bongsornya, “Cepat sembunyi, Younghoon! Bapak bentar lagi ke sini!!” Dengan sisa tenaga yang ada, si Jangkung menyeret diri ke tempat sang adik tingkat berada. Meringkuk bersama sampai mereka dapat kembali ke habitat tanpa sepengetahuan suami wanita di ranjang.
“Bang! Baju kita!” tunjuk Juyeon ke pakaian yang berserakan, langsung saja Younghoon merampas bertepatan pintu kamar utama dibuka keras.
“Hai Babe!”
Sangyeon menyeringitkan dahi, mendapati kasur yang ditempati bini sangat berantakan bagi seorang yang ditinggal pergi. “Kamu baru bangun?”
Hyunjae mengangguk, “Iya,” dia pura-pura menguap, menahani selimut untuk menutupi ketelanjangan semalam. “kok nggak ngasih kabar kalau pulang cepet?”
Suaminya masih sangsi, tapi melihat betapa cantiknya sang istri walau habis bangun tidur, malah membangkitkan birahi sendiri, hendak melayangkan sentuhan sekali, menyebabkan ia menjatuhkan tas di lantai kemudian berjalan menghampiri.
“Biar jadi kejutan.”
'Surprise indeed, Pak' celetuk kedua mahasiswa dalam hati sambil diam-diam mendengarkan. Hyunjae tertawa geli, menerima kecupan-kecupan mesra mendarat di pipi tembam termasuk ranum tipis.
“Kamu abis ngapain sih jadi kasur berantakan gini?”
“Main sendiri, nungguin Mas..” jawab Si Istri tanpa merasa berdosa, berlutut melepaskan cengkraman kain di badan, lalu melingkarkan lengan di leher jenjang, “*make it up to me, Massss..”
Sangyeon menggumam, kedua tangan menjalar ke bantalan empuk sembari meremas acak bokong kesayangan, “Of course, Baby Girl. Mas mandi dulu,”
“Mau sarapan nggak?”
“I rather eat you,” jawab pria surai cokelat melempar seringaian, Hyunjae tampak bersemangat terhadap penawaran, meloncat-loncat kesenangan di atas ranjang.
“Please please I can't wait no more,” Sangyeon mendaratkan kecupan di bibirnya berulang kali kemudian berlalu ke kamar mandi mereka. Begitu kuncian pintu terdengar, Younghoon dan Juyeon sontak berdiri berbarengan. Hyunjae yang menyadari masih ada anak-anaknya di ruangan, langsung menempelkan telunjuk di bibir, mengisyaratkan mereka berjingkit-jingkit keluar kamar utama.
“Dah dah pake baju di atas aja kelamaan kalian di sini,” sahutnya melihat kedua pemuda susah payah memasang celana jeans. “kalian nggak mau kan ketahuan Bapak terus dikebiri sama-sama?”
“Ibu duluan yang ngundang kita,”
“Ya kan Ibu nggak tau kalo dia pulang secepat ini,” Hyunjae sedikit mendorong badan-badan bongsor tersebut ke pintu keluar, tak lupa berjinjit melayangkan ciuman di bibir mereka masing-masing sebelum mereka benar-benar lenyap.
“Jangan khawatir! There will be next time. Bye Boyss~ Thanks for the treaf!” Sesudah figur-figur tinggi berhasil keluar, Hyunjae membanting pintu kayu tersebut lumayan keras sehingga Juyeon terjengit kaget.
“Payah.” keluhnya memandangi kondisi diri setengah telanjang dengan boxer menempel di selangkangan. Memamerkan gundukan kebanggaan yang terbiasa bangun di pagi hari.
Younghoon di sebelah sudah menghela napas, kepingin segera menenggelamkan muka di bantal untul melanjutkan mimpi ngenak yang tertunda, “Seenggaknya kita udah ngerasain dia, Juy,”
“Kalo hamil beneran gimana, Bang?”
“Urusan dia, kita pura-pura gak tahu aja,” akhirnya kedua lelaki hormonal itu berhenti mengambil pusing setelah mengalami kejadian nyeleneh di malam tadi. Beruntung saat menaiki tangga, tiada satupun makhluk hidup melihat kondisi mereka sekarang. Bisa-bisa dikira habis ngapain berdua, mana sama-sama masih pake celana dalam pula. Tsk, no homo ya!
*So that's a wrap from our boys?, eh salah maksudnya Mommy's boys. Apakah bakal ada kelanjutannya? Hah. Pikir aja ndiri, penulisnya sudah lelah didera writer block cuman buat threesome beginian.
Like.. how in the hell Finn can make till 5 people whilst I can't?????? Kalian bisa jawab?
Then Adios~
©️Noname