Wanna know a secret? I really like you.

Sedari dulu Mingyu selalu mengagumi hal-hal yang menurutnya indah. Waktu kecil ia menyukai tetesan embun di kebun teh milik oma dan opanya, menyukai sinar matahari yang baru terbit, atau pun pemandangan lampu-lampu kota dari lantai 20 apartemennya. Waktu remaja, perasaannya tergelitik saat melihat tangan teman sebangkunya yang nampak ramping dan mulus. Tentu saja ada keinginan untuk menyentuh tangan tersebut, namun Mingyu tidak mau dicap orang aneh. Lagipula mana wajar kalau Mingyu bilang mau menyentuh tangan temannya yang sesama laki-laki? Dalam benaknya, Mingyu selalu ingin mengabadikan moment indah tersebut, agar tidak hilang dari memorinya, agar dirinya bisa terus teringat perasaan bahagia saat melihat objek yang menurutnya indah. Dan solusinya ternyata lebih mudah dari yang dibayangkan.
Mingyu selalu membawa kamera mirrorlessnya yang berwarna hitam itu ke kampus. Kamera itulah yang kebanyakan menemani hari-harinya di sekolah selain dua sahabatnya yang lain, Joy dan Seokmin. Mingyu termasuk pribadi yang cukup tertutup, dari dulu ia merasa cukup kesulitan bila harus berinteraksi dengan orang baru, ataupun bergabung dalam kelompok yang ramai. Tapi Joy, teman perempuannya dari SMP yang cerewet itu tidak menyerah untuk mendekati Mingyu yang pemalu dan justru ialah yang yang memberikan Mingyu solusi atas problemnya yang kesulitan menatap mata lawan bicaranya. Joy bilang, Mingyu cukup membayangkan orang yang ia ajak bicara seperti di dalam sebuah lensa kamera. Dan begitulah bagaimana Mingyu akhirnya sedikit demi sedikit lebih terbuka ketika memasukki bangku perkuliahan, berkat adanya Joy, Seokmin, dan kameranya.

Di usianya yang ke-20 ini Mingyu menemukan objek indahnya yang baru. Senior satu tingkat di atasnya, Jeon Wonwoo. Laki-laki itu selalu berhasil menyihir Mingyu, membuat lensa kamera dan mata Mingyu otomatis selalu memandang ke arahnya. Pernah satu waktu Joy hendak melihat isi kameranya, tapi mana mungkin Mingyu bisa menunjukkan isinya? Tak terhitung ada berapa ratus foto Wonwoo yang tersimpan didalam situ. Ratusan foto yang diambil Mingyu diam-diam, semua karena ia hanya berani memandangi kakak tingkatnya itu dari jauh.
Jeon Wonwoo, kakak tingkat yang satu jurusan dengan Mingyu. Termasuk golongan senior yang populer karena pintar dan baik. Dan terutama sebenarnya karena untuk Mingyu, he looks... pretty. Wonwoo selalu dikelilingi oleh banyak orang, berbanding terbalik dengan Mingyu yang tak nyaman dengan keramaian. Tapi bagaimana pun juga, rasa tertarik ini untuk Mingyu hanya bersifat one-sided. Seorang Jeon Wonwoo, mana mungkin tertarik dengan dirinya ? Lagipula dengan wajah yang begitu rupawan, mana mungkin belum punya kekasih? Walau begitu, Mingyu lumayan merasa senang tiap Wonwoo menyapanya terlebih dahulu. Sekedar memanggil namanya atau tersenyum sambil mengangguk ke arah Mingyu saat mereka mengambil satu kelas yang sama. Ya, hanya hubungan hoobae-sunbae pada umumnya.
Matanya yang mengingatkan Mingyu akan mata kucing peliharaan mamanya dulu, hidungnya yang berkerut lucu ketika ia tertawa, pipinya yang akan memerah ketika terkena sinar matahari, rambut hitamnya yang tebal dan halus membingkai sempurna wajahnya yang kecil, perpaduan kontras yang sempurna dengan kulitnya yang putih. Belum lagi pinggangnya yang kecil dan ramping, juga bibir pinknya yang nampak begitu menggoda untuk diicipi. Semua tentang Jeon Wonwoo sempurna untuk Mingyu. Kalau Mingyu diberikan kesempatan untuk mengamati Jeon Wonwoo seharian, Mingyu tentu tak akan menolak. Dan sihir memikat dari Jeon Wonwoo lagi-lagi memberikan efeknya pada Mingyu siang ini. Cowok dengan blazer hitam itu nampak sedang serius memaparkan materi presentasinya siang ini di depan kelas, sesekali melemparkan senyumnya ke arah audiens, membuat Mingyu secara tak sadar menggambar sosok cantik itu di atas kertas buku tulisnya, berhubung ia tak dapat menggunakan kameranya yang ia letakkan di atas mejanya untuk mengambil fotonya.

Tak terasa 2 jam berlalu, akhirnya kelas siang itu selesai. Ada rasa puas di hati Wonwoo karena berhasil membawakan presentasinya dengan baik. Terlebih tadi dosen mereka, Leeteuk-ssaem terang-terangan mengatakan akan memberikan nilai A untuk presentasinya. “Nice work sunbae”, puji Wendy, cewek cantik blasteran teman sekelompok Wonwoo dalam presentasi kali ini sambil mengacungkan kedua jempolnya di hadapan wajah Wonwoo.
“Thankyou to you too Wendy, design ppt kamu bagus, temen-temen jadi gak bosen waktu aku nerangin penjelasannya tadi”, jawab Wonwoo sambil tetap membereskan kertas-kertas yang tadi digunakannya untuk presentasi.
“Sunbae terlalu merendah, semua juga tau kalau kelas pada merhatiin karena yang presentasi Wonwoo sunbae, blasteran surga-koreanya Pledis Univ”, balas Wendy sambil tertawa yang hanya ditanggapi dengan senyum oleh Wonwoo.
“Eh, ada kamera ketinggalan punya siapa?”
Wonwoo dan Wendy menoleh ke arah Junhui, teman sekelompok mereka yang sekarang berdiri di deretan bangku belakang auditorium sedang memegang gulungan kabel LCD dan sebuah kamera berwarna hitam di tangan kanannya.
“Coba bawa kesini Jun, kameranya familiar”, ucap Wonwoo.
Junhui mengangguk kemudian berjalan menuju ke arah Wendy dan Wonwoo lalu menyerahkan kamera di tangannya kepada Wonwoo. Wonwoo membuka galeri kamera itu sekilas kemudian tersenyum simpul.
“Jun, Wendy, kalian pulang aja duluan, aku mau nunggu bentar lagi disini. Aku yakin pemilik kameranya pasti sadar kalau kameranya ketinggalan dan bakalan balik kesini”
“Baiklah kalau begitu sunbae, aku duluan yaa”, pamit Wendy sambil berdadah-ria meninggalkan auditorium.
“Won, gue duluan ya? Udah janjian sama Minghao mau nemenin dia di apart, lagi sakit anaknya. Beneran gapapa gue tinggal sendiri?”, tanya Jun. Ekspresi sahabat karib Wonwoo sedari kecil itu terlihat tak yakin.
“Santai Junnie, gue malah gak enak sama pacar lo kalo lo malah nemenin gue disini. Titip gws ya buat Hao”, jawab Wonwoo.
Junnie kemudian menepuk pundak Wonwoo ringan setelah itu berjalan meninggalkan auditorium. Wonwoo melirik ke arah kamera yang berada ditangannya kemudian mendudukkan dirinya di salah satu meja pojok dekat pintu masuk auditorium dan memutuskan untuk menginspeksi lebih banyak isi galeri kamera tersebut. Lima belas menit kemudian Wonwoo mendengar langkah tergesa menuju ruangan tempatnya berada, cowok itu tersenyum kemudian mematikan kamera yang dipegangnya lalu diletakkannya di samping tempatnya duduk.
BRAK!
Pintu auditorium terbuka kasar, menampilkan sosok panik Mingyu yang sekarang nampak berusaha untuk mengatur nafasnya. Jelas terlihat ia barusan berlari. Wonwoo tersenyum, ada horror yang terlihat jelas di mata Mingyu.
“Won-Wonwoo sunbae..?”

“You have an interesting hobby, Mingyu-ssi..“
Mingyu mengusak rambutnya gelisah, perkataan Wonwoo saat mengembalikan kameranya yang tertinggal di kelas terus terngiang di kepala Mingyu. Pasti ketahuan, batin Mingyu. Ia tahu, meskipun saat itu Wonwoo kemudian hanya tersenyum dan mengingatkan dirinya untuk lebih berhati-hati dalam menjaga barangnya, senior yang ia taksir setengah mati itu pasti melihat isi kameranya. Dan selama seminggu ini, Mingyu dihantui rasa bersalah, ia mati-matian menghindari Wonwoo, bersiap kalau-kalau Wonwoo sudah menceritakan isi kameranya kepada teman-temannya dan Mingyu akan dicap orang aneh, bersiap-siap kalau Wonwoo akan berbalik memandangnya jijik. Tapi hal yang Mingyu takutkan justru tidak terjadi, seminggu ia lalui tanpa ada hal yang aneh. Ia tetap dapat makan siang dengan tenang bersama Joy dan Seokmin, tak ada pula bisik-bisik aneh yang menyangkut namanya terdengar. Wonwoo juga tetap menyapanya seperti biasa, membuat Mingyu merasa semakin gelisah.
“Mingyu?”
Suara berat itu menyadarkan Mingyu dari lamunannya. Di hadapannya kini berdiri orang yang telah dihindarinya selama seminggu ini. Mingyu meneguk ludahnya, hari ini Wonwoo tampak manis seperti biasanya dengan kaos putih polos dan cardigan kuning. Ada kacamata bertengger di hidung mancungnya, menambah manis penampilannya hari ini. Namun hari ini pancaran mata sunbae kesayangannya itu nampak berbeda, diluar penampilannya yang hari ini tampak polos, ada aura berbahaya yang bisa Mingyu rasakan. Sesuatu yang membuat Mingyu tertarik seperti magnet ke dalam tatapan Wonwoo, berhasil membuat Mingyu membatu di tempat.
“Wonwoo sunbae..”, jawab Mingyu pelan, nyaris tak terdengar.
“Mingyu-ya, aku tau kau menghindariku akhir-akhir ini. Kenapa?”, tanya Wonwoo gamblang, tersirat nada kecewa dalam suaranya.
Mingyu menunduk, menghindari tatapan mata tajam yang diberikan oleh Wonwoo. Cowok itu bahkan tak lebih tinggi daripada Mingyu, tapi sekarang Mingyu merasa kecil di hadapan cowok itu.
“Sunbae, aku minta maaf, soal kamera itu. Aku telah menghapus semua isinya..”
Hening. Tak terdengar jawaban dari Wonwoo. Namun Mingyu tahu cowok itu masih berada di hadapannya dengan dua buku tebal berada di pelukannya. Mati gue kalo dia mukul pake itu buku, pikir Mingyu.
“Kenapa dihapus? Semua kerja kerasmu jadi sia-sia dong?”
Mingyu terkejut kemudian menatap wajah sunbaenya itu. Bukan ini yang Mingyu pikir akan terlontar dari mulut sunbae kesayangannya itu.
“Maksud sunbae?”
“Aku tidak keberatan kau mengambil fotoku Mingyu. Justru aku mau menawarkan hal yang menarik untukmu”
Wonwoo melangkah mendekat, kemudian menjinjitkan sedikit kakinya untuk berbisik di telinga hoobae tampannya itu.
“I want you to keep taking pictures of me”, deru nafas Wonwoo terasa hangat menyapu leher Mingyu, “I'll be your model”.
Mingyu mematung di tempat. Tak tahu harus bereaksi seperti apa atas satu kalimat yang barusan terlontar dari mulut Wonwoo.
“Perpustakaan sudah mau tutup, ayo semuanya yang masih di dalam segera keluar”, seru Soonyoung, mahasiswa bermata sipit dengan kaos bermotif harimau yang bertugas sebagai asisten perpustakaan sore itu.
“Tawaranku masih berlaku Mingyu, datanglah ke apartku malam ini. Di Sommerset Apart unit Ocean 717. Pikirkan baik-baik”, kata Wonwoo sambil tersenyum, meninggalkan Mingyu yang masih mematung di tempatnya berdiri.

Mingyu memutar otaknya, berusaha mencari-cari jawaban yang sedari tadi berputar di kepalanya. Apa yang sunbae pikirkan? Cuma mau main-main sama gue? Being an indecisive person? But that's so not like Wonwoo sunbae though..”. Mingyu juga bingung kenapa sekarang ia sudah berada di dalam apartemen mewah dengan dominasi warna abu milik Wonwoo, ada harum menenangkan yang tercium menguar dari room diffuser yang diletakkan di ruang tamu tempat Mingyu duduk sekarang. It's not like Mingyu can't refuse his invitation, but yet here he is.
“Sunbae tinggal sendiri?”, tanya Mingyu. Berusaha memulai percakapan dengan Wonwoo yang barusan menyodorkan sepotong kue red velvet di hadapannya.
“Iya”
“Sebesar ini sendirian?”, kata Mingyu kagum.
“Well yeah, it's a little bit too big for just me right? I'll just be honest, my family's rich”, jawab Wonwoo dengan senyum polos terukir di wajahnya yang sukses membuat mulut Mingyu melongo.
“Jadi sejak kapan?”
“Sejak kapan apa?”
“When did you start taking photos of me? I mean if it's just a hobby you wouldn't keep it a secret. So i'm thinking it's more than just a mere hobby”, tanya Wonwoo sambil menyesap teh chamomilenya.
Mingyu terdiam, melirik ke arah kameranya gelisah.
“I.. like pretty things. Aku yakin semua orang juga sama, it's just i'm a little bit more sensitive when it comes to that kinda stuff..”
“More sensitive?”, Wonwoo mengernyitkan alisnya, menatap hoobae didepannya lekat-lekat. Namun Mingyu tampak cukup serius dengan perkataannya barusan, tak ada ekspresi bercanda tergambar di wajahnya.
“Everyone has a standard for judging the value of something, right sunbae? and they have some kind of fantasy of their own based on that standard. Dan fantasi itu cuma berlangsung selama aku bisa melihat sesuatu yang menurutku indah. Dan ketika aku memikirkannya lagi nanti, aku menyadari kalau it was all nothing. And I would feel empty”, ada jeda yang diberikan Mingyu untuk menatap Wonwoo.
“So i want to capture the feelings that i get in those moments, so i can always remember it. Objeknya gak terbatas pada manusia, it applies ke semua yang bisa terlihat oleh mata. Seperti kata sunbae, it's not just a mere hobby, it's more like an embodiment of my feelings”, jelas Mingyu.
Mingyu terdiam. Takut kalau-kalau penjelasan yang barusan ia berikan malah membuat Wonwoo berpikir kalau ia hanya ingin menjustifikasi perbuatannya.
“Jujur aku gak terlalu paham maksudmu. Tapi ada satu hal yang harus kukoreksi disini. Aku nyata Mingyu, bukan fantasimu semata”
Wonwoo berjalan mendekat, memindahkan posisi duduknya yang tadi berada di sofa seberang Mingyu menjadi di sebelah Mingyu.
“Jadi sebenarnya apa tujuan sunbae membawaku kesini?”
“Keluargaku konservatif Mingyu. Dan sebenarnya salah satu impianku adalah menjadi model. But, of course my family won't allow it”, jawab Wonwoo sambil memainkan anak rambut yang berada di tengkuk Mingyu.
“So tell me, what do you like best from me?”, goda Wonwoo.
Wonwoo menatap Mingyu yang kini memalingkan pandangannya dari wajah Wonwoo. Dilihatnya ada semburat merah merambat di telinga Mingyu. Wonwoo terkekeh kecil, meletakkan cangkir tehnya kemudian meletakkan dagunya di perpotongan pundak hoobaenya itu. Ada aroma rokok tercium dari jaket jeans yang dikenakan Mingyu malam itu. Sexy, batin Wonwoo.
“Won't you look at me Gyu?“

Ada hening sebelum akhirnya Mingyu menjawab pertanyaan Wonwoo.
“Your face... is the prettiest, sunbae“
“Pfftt-”, Wonwoo memundurkan wajahnya, tertawa kecil mendengar jawaban dari Mingyu yang kini wajahnya sudah semerah tomat.
“You're cute Gyu. Can i call you that?“
Mingyu mengangguk, menutup kedua wajahnya dengan telapak tangannya. Ingin rasanya ia ditelan bumi saat itu juga. Bisa-bisanya ia terang-terangan secara tak langsung mengungkapkan perasaannya terhadap Wonwoo.
“Gyu, kamu belum cerita ke aku. Apa yang kamu bayangin dalam fantasimu ketika kamu ngambil fotoku?”
Wow. Mingyu sama sekali tak mengira ia akan mendapat pertanyaan itu malam ini. Kalau ia menjawab pertanyaan ini, sama saja dengan bunuh diri. Bagaimana ia mau menjawab kalau foto-foto yang diambilnya membuat ia membayangkan hal-hal erotis dengan Wonwoo. Bagaimana ia menyentuh dan mencium tangan Wonwoo, memeluk pinggang rampingnya, membuai tubuh Wonwoo hingga tak berdaya dibawah kungkungannya, membayangkan bagaimana wajah Wonwoo ketika ia memasuki Wonwoo. I'd rather fall off from a cliff right now.

Wonwoo menghela nafasnya menatap Mingyu yang kini kembali memalingkan wajahnya dari Wonwoo, obviously not gonna be able to answer his question. Fine, if that's how you gonna play. I'm in., rutuk Wonwoo.
“Yaudah kalau gak mau jawab, gapapa. Coba deh Gyu, foto aku sekarang”
Mingyu menoleh, dan mendapati sunbae favoritnya disana. Dengan dua kancing piyama satin birunya yang terbuka. Memperlihatkan tulang selangka paling indah yang pernah Mingyu lihat. Mingyu tergugu, mati kutu di tempat. Setengah mati berusaha menahan aliran darah yang kini terasa mengetat di balik celana jeansnya.
“Su-sunbae...”
“Don't be nervous Gyu“
Wonwoo kini mendudukkan tubuhnya di pangkuan Mingyu, menelusuri garis wajah hoobaenya yang tampan itu dengan jari jemarinya.
“Play with me”, bisik Wonwoo sambil mengecup tengkuk Mingyu lembut, menambah kesengsaraan milik Mingyu di bawah sana.
“Su-sunbae... tunggu, aku tak datang kesini untuk melakukan ini..”, Mingyu mati-matian berusaha mempertahankan rasionalitasnya.
“Am i being rejected?“
Sungguh, siapa yang sangka seniornya yang nampak seperti anak domba di luar ternyata adalah serigala licik yang punya banyak akal dalam menangkap mangsanya. Dan dalam kasus ini, Mingyu lah yang tertangkap.
“N-no....”
“Then kiss me“
Bohong kalau Mingyu bilang sekarang dirinya juga tak menginginkan Wonwoo. Wonwoo sunbae-nya yang begitu memikat, membuat Mingyu kehilangan semua rasionalitasnya. Apalagi sekarang jari-jari lentik cowok itu tengah menari dengan lincahnya menelusuri rahang, leher, dan dada Mingyu, mengusap otot perutnya yang masih terbalut kaos putih tipis, lalu turun ke tonjolan di bawah sana, yang sedari tadi sudah protes meminta untuk dibebaskan.
“Are you sure sunbae?“
Yang ditanya hanya mengangguk, tersenyum miring seakan menantang Mingyu. Mingyu melepas jaketnya kasar, lalu lumatan yang hanya ada di fantasi Mingyu kini terjadi, dirinya sungguh-sungguh mencicipi bibir milik Wonwoo yang selama ini hanya ada di bayangannya dan galeri foto kameranya, mengadu lidahnya dengan lidah Wonwoo di mulut sunbae favoritnya itu.
“What do you want me to do Gyu?“
Mingyu tak menjawab, namun menarik telapak tangan Wonwoo dan meletakkannya di atas miliknya yang ntah sejak kapan berhasil bebas dari celana jeans milik Mingyu.
“Suck it sunbae“
“Aren't you just pretending earlier?“
“It wouldn't be fun if i keep playing naive”, jawab Mingyu sambil mengelus rambut Wonwoo yang kini tengah berjongkok di antara kedua paha Mingyu.
“You talk like it wasn't your nature. You couldn't even look me in the eye everytime we talk at school”, sungut Wonwoo.
“Nah-hnggh“
Kalimat Mingyu terpotong saat dirinya merasakan miliknya kini memasuki rongga mulut Wonwoo yang terasa hangat. Hanya ada erangan tertahan dari Mingyu setelahnya, merasakan setiap inci miliknya disapu hangat oleh nafas dan lidah Wonwoo.
Nggak cukup. Jadi Mingyu memutuskan untuk menghentikan kegiatan Wonwoo di bawah sana. Menggendong tubuh ramping sunbaenya itu lalu melemparkannya ke atas ranjang berukuran king size di kamar Wonwoo.
Di ranjang, Mingyu kembali memagut bibir Wonwoo dengan rakus, membuat Wonwoo berusaha keras mengikuti tempo yang diciptakan oleh Mingyu. I'm so fucked, batin Wonwoo. Mana ada yang mengira, Mingyu, hoobaenya yang tampak polos selama ini ternyata sebegini liarnya di ranjang? Membuat Wonwoo pasrah, membiarkan mulutnya didominasi sepenuhnya oleh Mingyu, belum lagi rahangnya masih terasa pegal setelah memberikan servis tadi.
“You're sweet sunbae, exactly like what i've been imagining all this time“
Wonwoo tersipu. Aneh, biasanya ia kebal terhadap rayuan dan pujian semacam ini.
“Tell me more Gyu, what things we did in your fantasy?”, goda Wonwoo.
“I'm doing you like this Hyung..“
Hyung, panggilan mendadak dari Mingyu berhasil membuat Wonwoo tertegun, ada desir aneh yang ia rasakan. Belum hilang rasa terkejutnya, tangan Mingyu tiba-tiba menarik rambutnya, membuat leher mulus Wonwoo terekspos. Mingyu segera menghujaminya dengan ciuman, hisapan dan gigitan yang Wonwoo yakin telah meninggalkan banyak tanda.
“I'm marking my territorial here..“
“Possesive much?”, balas Wonwoo.
“Biar pada tau hyung punya siapa”
Wonwoo merengek saat Mingyu mencengkeram pahanya kuat, lalu menjerit tertahan saat tiba-tiba Mingyu memasukkan dua jarinya.
“Look at you.. a mess. Hot mess”, goda Mingyu.
Enam bulan sudah ia mengagumi Wonwoo dari jauh, kata binal sama sekali tak pernah terlintas di kepalanya. Yang Mingyu tangkap, sunbaenya itu sosok yang baik, yang jauh dari hal-hal negatif. Bukan sosok penggoda yang kini tengah bertelanjang bulat di bawah kungkungannya dengan rambut acak-acakkan dan mata berair penuh kabut nafsu yang seakan memohon pada Mingyu untuk dipuaskan.
Wonwoo melingkarkan kakinya di pinggang Mingyu, menggoyang-goyangkan pantatnya gelisah, menginginkan yang lain. Namun Mingyu seakan belum mau memberikan apa yang diinginkan seniornya itu.
“Not yet hyung..”, jawab Mingyu sambil tetap memainkan jari-jarinya di dalam Wonwoo. Mencari titik yang berhasil membuat badan Wonwoo bergeliat-geliat gelisah. Meneguk aroma tubuh Wonwoo dalam-dalam dari ceruk lehernya.
“Mingyu”, geram Wonwoo, “We done here, if you don't put it in now“
Hening. Ada kilat berbahaya yang Wonwoo baca dari tatapan Mingyu barusan.
“Hyung”, suaranya manis, namun ada peringatan tersembunyi di dalamnya “watch that prettly little mouth of yours,hm?”. Mingyu menampar pantat Wonwoo agak keras, membuat Wonwoo mengerang.
“Mingyu saki-hnngh!”, Milik Mingyu mengentak masuk dalam satu gerakan dan menumbuk titik nikmatnya, tanpa aba-aba. Wonwoo mengerang teredam, pinggangnya membusur. Punya Mingyu yang besar memenuhi lubangnya tanpa sisa. Penuh.
“Hyung, i never knew you were this naughty” bisik Mingyu di telinga Wonwoo, gerakannya di dalam Wonwoo tak berhenti, “For the past six months i've been watching you, never once crossed in my mind you were this naughty“
Mingyu membungkuk, menciumi kedua puncak di dada Wonwoo bergantian, memberi jilatan-jilatan kecil disana membuat sang empunya hanya mampu meremat selimutnya dan mendesah tak karuan, his mind went blank, pikirannya sudah terlalu kacau. Milik Mingyu yang masif membakar tubuhnya dalam nikmat secara sempurna.
His thrust becomes rougher and messier, Wonwoo merintih. Rasa-rasanya kali ini lebih tepat kalau dirinya yang terjebak dalam jebakannya sendiri. Bukan Mingyu. Kepunyaan Mingyu sudah membesar di bawah sana, bergesekan dengan dinding Wonwoo yang sudah becek tak karuan.
“Hyung, mau keluar?”, tanya Mingyu, sengaja memelankan gerakannya. Membuat Wonwoo frustasi karena pencapaiannya yang dirasa sebentar lagi datang terasa tertahan. Wonwoo menelan ludah sekaligus harga dirinya yang tersiksa, lalu mengangguk ribut sambil menekan-nekan pinggulnya untuk mencari friksi nikmat yang diberikan kepunyaan Mingyu.
“Mau apa hyung?”
Wonwoo mengurut kepunyaannya gelisah. Frustasi ingin segera mencapai puncaknya.
“Mingyu..”
Plak!, satu tamparan mendarat di pantat kiri Wonwoo.
“Yang jelas hyung”
“You cock Gyu, fill me up with your cock, nggh- Mingyu sayang. Now please.. please..” Wonwoo meraih tengkuk Mingyu, mengecup sisi-sisi wajahnya kemudian berbisik pelan di telinganya “Cuma punya Mingyu..”
Bujuk rayu Wonwoo berhasil. Wonwoo menjerit nikmat saat Mingyu akhirnya kembali stabil menggempurnya. Pinggangnya dicengkram, digerak maju-mundur menciptakan friksi sempurna di titik nikmatnya yang membuat Wonwoo hanya bisa merapalkan nama Mingyu, Mingyu dan Mingyu dari mulutnya.
“Nggh Mingyu!”
Kemudian Wonwoo mencapai puncaknya. Tangannya yang sedari tadi mengalung di leher Mingyu terkulai lemas. Dadanya naik turun dengan nafas tak karuan.
“Hyung, i'm not done yet“
Mingyu mencium tepat di perpotongan leher dan bahu Wonwoo, kemudian kembali mendorong masuk kepunyaannya ke dalam lubang Wonwoo yang masih sensitif. Wonwoo whimpers, membuat Mingyu menyeringai senang melihat sunbaenya yang kini tampak berantakan oleh perbuatannya.
“Sakit hyung?”
Wonwoo menggeleng, kembali menghadiahi Mingyu ciuman di pipinya. Mingyu mempercepat laju dorongnya, fucks him senseless, menjadikan lubang Wonwoo sebagai ekstasinya.
“Hyung, you're so fucking tighthh-“
“Dikit lagi, dikit lagi hyung..”
Paha Wonwoo ia angkat, kakinya ditaruh di bahu, kemudian dengan beberapa tumbukan yang keras dan dalam di titik nikmat Wonwoo, akhirnya Mingyu mencapai finalnya. Mengisi penuh lubang Wonwoo dengan cairannya.
“Hyunghh..”
Wonwoo merasakan cairan Mingyu yang kental meluber keluar saat perlahan ia menarik diri, turun membasahi paha putihnya. Mingyu tersenyum, mengusap surai rambut Wonwoo yang lepek akibat peluh, kemudian merendah untuk melumat bibir Wonwoo, lebih lembut dan penuh afeksi, hadiah karena Wonwoo menjadi anak penurut.
“Sunbae..”, panggil Mingyu sambil menciumi pundak Wonwoo yang kini berbaring dalam rangkulannya.
“Sekarang balik sunbae lagi?”, rajuk Wonwoo
Mingyu terkekeh, kemudian mengatur poni Wonwoo, membuka sedikit celah untuk mengekspos jidatnya.
“Hyung, kalau jidatnya keliatan sedikit gini lebih cakep...”, ada jeda menggantung disana “apalagi ada lovebites dari aku disana sini, muka lagi glowing post-fuck, mau foto sekarang gak? Nude pics“
Wonwoo menganga, menatap Mingyu tak percaya.
“BRING BACK MY INNOCENT MINGYU, YOU DEMON”, balas Wonwoo, memberi jitakan ringan di kepala Mingyu.
“Aww!”, lengan Mingyu semakin erat memeluk perut Wonwoo, memberikan ciuman-ciuman kecil di ceruk leher seniornya itu.
“Kamu yang nggak peka Mingyu, padahal dari awal aku duluan yang perhatiin kamu. Tapi kamu yang gak pernah liat ke arahku. Dan jujur aku tau kok kamu ngambil fotoku. I keep waiting when will you finally talk to me“
“Kita wasting time banget ya hyung selama 6 bulan ini?“, tanyanya lirih, hidungnya mengendus telinga Wonwoo. Persis seperti anak anjing.
Ada senyuman kecil tercetak di wajah Mingyu, “I'll make it up to you hyung.. i'll be good hm?”, Wonwoo berusaha keras untuk tidak melunak melihat wajah tampan Mingyu yang sekarang memasang ekspresi memelas. Mingyu merapatkan tubuhnya, membuat Wonwoo bisa merasakan otot perut Mingyu yang mengeras menempel di perutnya.
“Be mine?”, Mingyu mengecup lembut sekali lagi bibir Wonwoo, membuahkan rasa hangat yang menjalar di wajah Wonwoo.
“All yours, all yours.“