woomysunflowxxx

Hello this is Summer :) Welcome to my universe~


I told the stars about you....


Ada untungnya juga gue punya apart di lantai 17, kalau gue lagi galau, bisa langsung duduk-duduk di balkon luar muter spotify berasa lagi shooting music video hahaha. Kayak hari ini, gue duduk sendirian disini, belom mandi habis pulang kerja, sambil nyebat sebatang Marlboro yang gue beli di supermarket lantai bawah.

“Mingyu jangan banyak ngerokok ih, gak sehat tau nggak”

Gue cuma bisa senyum kalo inget pemilik suara yang sekarang mendadak bergema di kepala gue. Nggak bisa Won, gue butuh ngerokok hari ini. Maaf gue ngerokok lagi, padahal gue udah janji sama lo gue gak akan ngerokok lagi. I guess it's just another promise that i broke ya Won...

Gue rasa hari ini juga semesta lagi ngejek kebodohan gue. Hari ini langit malam cantik banget, tipikal pemandangan kesukaan Wonwoo. Dulu, gue sama Wonwoo bakalan bikin mini camping di balkon gue, sight seeing the stars, talking about constellation, about life, about us.... Wonwoonya gue, yang selalu cerewet kalau udah menyangkut soal bintang, yang dengan keras kepalanya juga bakal nyuruh gue ikutan make a wish kalau ada bintang jatuh. Padahal gue gak percaya, gue udah bilang kalau bintang jatuh itu asteroid yang kebakar di lapisan atmosfer bumi.

“It's a sign of good luck,Gyu. Now go ahead and make a wish”

Gue cuma bisa ketawa waktu itu, ngalah dan akhirnya nurut buat ikutan berharap dalam hati gue. Lo tau gak Won wish gue waktu itu apa? Gue berharap, gue bisa sama-sama lo terus. Gue gak mau ngabisin waktu di dunia ini sama orang lain, gue maunya Wonwoo. Wonwoonya gue yang cuma ada satu di dunia, yang lebih limited dari meteor jatuh manapun. Cowok yang nggak pernah sadar kalau dia lebih indah dari bintang manapun. Cowok yang selalu menatap langit dengan mata penuh harapan.

“Gyu, bintangnya tuh di atas, bukan di muka aku. Kok malah ngeliatin aku sih?”

“Karena duniaku tuh kamu sayang. Kalau buat kamu bintang ada di atas sana. Buat aku, bintang tuh adanya di mata kamu”

“Ih, gombal terus..”

Dan gue inget Wonwoo cuma senyum-senyum sambil nundukkin mukanya waktu gue bilang gitu. Padahal gak gitu, gue gak gombal. I meant what i said. Wonwoo beneran dunia gue, pusat semesta gue. Dan sekarang gue kehilangan dunia gue, matahari, bulan, dan bintangnya gue.

~God, I just need to hear the sound of you. Please, calm me down. And I know that it's selfish, but you are the only thing that's ever made sense to me~

Bahkan spotify gue sekarang beneran ngejek gue. Out of all the songs that could be randomly played, it played me Less of You by Keshi. Bisa pas gitu ya...

Temen-temen ngetawain gue, bilang gue tolol banget, bahkan setelah tiga tahun lo pergi dari sisi gue, nama lo tetep jadi raja di hati gue Won. Gue selalu nyari lo dari setiap orang baru yang berusaha masuk dan menggeser posisi lo di hati gue. Gue liat Wonwoonya gue yang makan suka celemotan di Minghao, temen kantor yang gue ajak ngedate makan siang, gue liat Wonwoonya gue yang selalu kedinginan di bioskop di Jeonghan, blind date gue bulan kemaren, dan gue liat Wonwoonya gue yang selalu suka cuddling di Joshua, one night stand gue seminggu lalu. Gue selalu nemu bagian dari lo, Won. Tapi itu bukan lo, dan gue lagi-lagi gak berhasil menggeser nama lo dari hati gue Won...

“Gyu, tell me how's your day today?”

Itu pertanyaan favorit lo ya Won. You always made sure that everything's gonna be okay at the end of the day. You always know how to open up my heart. Gue tiga tahun yang lalu, bakalan tiduran di paha lo, menikmati usapan-usapan lembut tangan lo di rambut gue sembari gue ceritain semua aktivitas gue seharian, dan sesekali lo bakal kasih kecupan-kecupan kecil di wajah gue to ease my problems away kata lo. Wonwoonya gue yang selalu jadi pendengar terbaik gue, always there at my bad and good ones...

“If it's too hard to tell me, you could always tell the stars..”

“Buat apa sayang? Kamu tuh semestaku. Rumahku. Tempat aku pulang dan mengadu. Bahkan kalau seluruh dunia nentang aku, aku tau ada kamu yang bakalan jalan di sisiku sama-sama”

Dan gue ngedekap lo erat banget waktu itu ngedekap lo dalam sweater kebesaran warna putih lo yang bikin lo kayak teddy bear, gue beneran takut kehilangan lo, takut kehilangan poros kehidupan gue. For fuck's sake, hidung gue bahkan masih bisa nyium aroma lo di kamar apart ini sampai sekarang Won.

~Tell me how your day was. No, I'm not okay. I don't know, I don't know, I don't know..~

Gue dulu boleh sombong sok-sokan bilang gak mau cerita sama bintang. Tapi ini gue sekarang, alone in the middle of the night, clinging to the memories of you, looking pathetic and talking to the stars above there.

Wonwoo, lo literally ada di setiap sudut ruangan ini. Di dapur lagi eksperimen sama resep yang lo temuin di youtube, di ruang tamu lagi baca buku, di kamar tempat lo dan gue memadu kasih. As if you were just left me yesterday..

“Gyuu bangun, aku dah siapin sarapan”

“Tumben banget pacar aku bangun pagi, hm? What's the occasion?”

“Just trying to be a good your husband-to-be”

Anjing, hari Minggu pagi-pagi lo dah bikin gue jantungan Won. Wonwoo lo tau gak waktu itu gue udah pengen langsung nyeret lo ke Gereja minta pastor buat langsung ngadain pemberkatan di altar saat itu juga. Won, gue waktu itu beneran mikir that i'll spend my forever with you.

Wonwoo..

Wonwoo..

Wonwoo gue tau dari dulu hidup gue gak pernah mudah, gue udah biasa dikecewain, udah banyak orang datang dan pergi dalam hidup gue. Tapi please jangan lo Won... gue gak sanggup kalo lo yang harus beneran pergi dari gue...

Dunia jahat banget ya sama gue Won? Gue tuh gak pernah minta banyak. Gue tuh maunya sama lo doang Won, sama Wonwoonya gue aja cukup. Tapi bahkan sesimple itu aja gak bisa terkabul Won.

Fuck

“Mingyu, Mingyunya aku yang paling aku sayang sedunia!”

“Mingyu punyanya Jeon Wonwoo selamanya!”

Gue juga Won, gue sayang banget sama lo Won, gue gatau lagi harus ngomong apa...

“Wonwoo kalau disuruh pilih, dikasih kesempatan buat terbang ngeliat bintang langsung atau nikah sama aku pilih mana?”

“Ih.. kok susah sih pilihannya? Milih nikah dibawah bintang gimana?”

“Wonwoo sayang, kok kamu licik banget bikin jawaban sendiri dasar”

“Aku pilih nikah sama Mingyu lah.. kayak gitu kok perlu ditanyain sih. Mingyu juga tau jawabannya pasti itu”

“Bohong ya lo Won..”, jebol juga pertahanan gue malem ini, akhirnya gue nangis lagi. Gue ngomel sekarang pun percuma ya Won? Lo dah gak disini buat dengerin omelan gue, buat meluk gue dan nenangin gue kalau semuanya bakal baik-baik aja.

~Time never moved so slow. Bed time, hit your phone up. Tell me where to go, where to go~

“Mingyu, lo tenang ya, Wonwoo di rumah sakit..”

Gue gak pernah lupa telfon dari Soonyoung hari itu Won. Satu panggilan yang bikin dunia gue runtuh dalam satu hari.

”..Wonwoo.. Wonwoo kecelakaan Gyu, ditabrak lari sama orang mabuk waktu Wonwoo nyebrang jalan..”

Lo tau Won? Gue berdoa sama Tuhan buat ngambil nyawa gue aja waktu itu. Jangan Wonwoonya gue. Wonwoonya gue harus bahagia di dunia ini, dengan atau tanpa gue. Banyak yang sayang sama Wonwoo, banyak wishlistnya yang belum berhasil gue kabulin. Tuhan, gue rela nuker semua yang gue punya di dunia ini, termasuk nyawa gue sendiri kalau gue bisa liat Wonwoo lagi. Kembali di kerajaan kecil kita disini with the stars above our heads talking about our futures, the dreams and hopes that we have.., kembali ke dekapan gue Won.

“Mingyu, aku mau tanya deh, kalau misal nih, misal aja, kita harus kepisah.. terus gak bisa bareng, Mingyu bisa gak bahagia tanpa aku?”

Dear bintang di sana, lo tau gak di bawah sini dulunya ada seseorang yang segitu cintanya buat mandangin lo tiap malam? He was enchanted by your lights, dan dulu dia cuma bisa mandangin lo dari bawah sini.. Dan maksa gue juga buat ikutan mandangin lo.

Gue membuang sisa puntung rokok gue. Menghembuskan kepulan asap terakhir, berharap sedikit beban di dada gue juga terhembus keluar. Dear bintang, gue tau Wonwoonya gue sekarang udah bahagia di atas sana. Tolong bisikkin dia, kasih tau dia jawaban gue pertanyaan dia yang belum sempat gue jawab hari itu..

“Gue gak bisa Won... di kehidupan selanjutnya pun, gue pastikan sumber kebahagiaan gue cuma lo. Wonwoonya gue, yang lebih indah dari bintang mana pun di dunia ini.. Happy 8th Anniversary my love, i love you


Wanna know a secret? I really like you.


Sedari dulu Mingyu selalu mengagumi hal-hal yang menurutnya indah. Waktu kecil ia menyukai tetesan embun di kebun teh milik oma dan opanya, menyukai sinar matahari yang baru terbit, atau pun pemandangan lampu-lampu kota dari lantai 20 apartemennya. Waktu remaja, perasaannya tergelitik saat melihat tangan teman sebangkunya yang nampak ramping dan mulus. Tentu saja ada keinginan untuk menyentuh tangan tersebut, namun Mingyu tidak mau dicap orang aneh. Lagipula mana wajar kalau Mingyu bilang mau menyentuh tangan temannya yang sesama laki-laki? Dalam benaknya, Mingyu selalu ingin mengabadikan moment indah tersebut, agar tidak hilang dari memorinya, agar dirinya bisa terus teringat perasaan bahagia saat melihat objek yang menurutnya indah. Dan solusinya ternyata lebih mudah dari yang dibayangkan.

Mingyu selalu membawa kamera mirrorlessnya yang berwarna hitam itu ke kampus. Kamera itulah yang kebanyakan menemani hari-harinya di sekolah selain dua sahabatnya yang lain, Joy dan Seokmin. Mingyu termasuk pribadi yang cukup tertutup, dari dulu ia merasa cukup kesulitan bila harus berinteraksi dengan orang baru, ataupun bergabung dalam kelompok yang ramai. Tapi Joy, teman perempuannya dari SMP yang cerewet itu tidak menyerah untuk mendekati Mingyu yang pemalu dan justru ialah yang yang memberikan Mingyu solusi atas problemnya yang kesulitan menatap mata lawan bicaranya. Joy bilang, Mingyu cukup membayangkan orang yang ia ajak bicara seperti di dalam sebuah lensa kamera. Dan begitulah bagaimana Mingyu akhirnya sedikit demi sedikit lebih terbuka ketika memasukki bangku perkuliahan, berkat adanya Joy, Seokmin, dan kameranya.

Di usianya yang ke-20 ini Mingyu menemukan objek indahnya yang baru. Senior satu tingkat di atasnya, Jeon Wonwoo. Laki-laki itu selalu berhasil menyihir Mingyu, membuat lensa kamera dan mata Mingyu otomatis selalu memandang ke arahnya. Pernah satu waktu Joy hendak melihat isi kameranya, tapi mana mungkin Mingyu bisa menunjukkan isinya? Tak terhitung ada berapa ratus foto Wonwoo yang tersimpan didalam situ. Ratusan foto yang diambil Mingyu diam-diam, semua karena ia hanya berani memandangi kakak tingkatnya itu dari jauh.

Jeon Wonwoo, kakak tingkat yang satu jurusan dengan Mingyu. Termasuk golongan senior yang populer karena pintar dan baik. Dan terutama sebenarnya karena untuk Mingyu, he looks... pretty. Wonwoo selalu dikelilingi oleh banyak orang, berbanding terbalik dengan Mingyu yang tak nyaman dengan keramaian. Tapi bagaimana pun juga, rasa tertarik ini untuk Mingyu hanya bersifat one-sided. Seorang Jeon Wonwoo, mana mungkin tertarik dengan dirinya ? Lagipula dengan wajah yang begitu rupawan, mana mungkin belum punya kekasih? Walau begitu, Mingyu lumayan merasa senang tiap Wonwoo menyapanya terlebih dahulu. Sekedar memanggil namanya atau tersenyum sambil mengangguk ke arah Mingyu saat mereka mengambil satu kelas yang sama. Ya, hanya hubungan hoobae-sunbae pada umumnya.

Matanya yang mengingatkan Mingyu akan mata kucing peliharaan mamanya dulu, hidungnya yang berkerut lucu ketika ia tertawa, pipinya yang akan memerah ketika terkena sinar matahari, rambut hitamnya yang tebal dan halus membingkai sempurna wajahnya yang kecil, perpaduan kontras yang sempurna dengan kulitnya yang putih. Belum lagi pinggangnya yang kecil dan ramping, juga bibir pinknya yang nampak begitu menggoda untuk diicipi. Semua tentang Jeon Wonwoo sempurna untuk Mingyu. Kalau Mingyu diberikan kesempatan untuk mengamati Jeon Wonwoo seharian, Mingyu tentu tak akan menolak. Dan sihir memikat dari Jeon Wonwoo lagi-lagi memberikan efeknya pada Mingyu siang ini. Cowok dengan blazer hitam itu nampak sedang serius memaparkan materi presentasinya siang ini di depan kelas, sesekali melemparkan senyumnya ke arah audiens, membuat Mingyu secara tak sadar menggambar sosok cantik itu di atas kertas buku tulisnya, berhubung ia tak dapat menggunakan kameranya yang ia letakkan di atas mejanya untuk mengambil fotonya.

Tak terasa 2 jam berlalu, akhirnya kelas siang itu selesai. Ada rasa puas di hati Wonwoo karena berhasil membawakan presentasinya dengan baik. Terlebih tadi dosen mereka, Leeteuk-ssaem terang-terangan mengatakan akan memberikan nilai A untuk presentasinya. “Nice work sunbae”, puji Wendy, cewek cantik blasteran teman sekelompok Wonwoo dalam presentasi kali ini sambil mengacungkan kedua jempolnya di hadapan wajah Wonwoo.

Thankyou to you too Wendy, design ppt kamu bagus, temen-temen jadi gak bosen waktu aku nerangin penjelasannya tadi”, jawab Wonwoo sambil tetap membereskan kertas-kertas yang tadi digunakannya untuk presentasi.

“Sunbae terlalu merendah, semua juga tau kalau kelas pada merhatiin karena yang presentasi Wonwoo sunbae, blasteran surga-koreanya Pledis Univ”, balas Wendy sambil tertawa yang hanya ditanggapi dengan senyum oleh Wonwoo.

“Eh, ada kamera ketinggalan punya siapa?”

Wonwoo dan Wendy menoleh ke arah Junhui, teman sekelompok mereka yang sekarang berdiri di deretan bangku belakang auditorium sedang memegang gulungan kabel LCD dan sebuah kamera berwarna hitam di tangan kanannya.

“Coba bawa kesini Jun, kameranya familiar”, ucap Wonwoo.

Junhui mengangguk kemudian berjalan menuju ke arah Wendy dan Wonwoo lalu menyerahkan kamera di tangannya kepada Wonwoo. Wonwoo membuka galeri kamera itu sekilas kemudian tersenyum simpul.

“Jun, Wendy, kalian pulang aja duluan, aku mau nunggu bentar lagi disini. Aku yakin pemilik kameranya pasti sadar kalau kameranya ketinggalan dan bakalan balik kesini”

“Baiklah kalau begitu sunbae, aku duluan yaa”, pamit Wendy sambil berdadah-ria meninggalkan auditorium.

“Won, gue duluan ya? Udah janjian sama Minghao mau nemenin dia di apart, lagi sakit anaknya. Beneran gapapa gue tinggal sendiri?”, tanya Jun. Ekspresi sahabat karib Wonwoo sedari kecil itu terlihat tak yakin.

“Santai Junnie, gue malah gak enak sama pacar lo kalo lo malah nemenin gue disini. Titip gws ya buat Hao”, jawab Wonwoo.

Junnie kemudian menepuk pundak Wonwoo ringan setelah itu berjalan meninggalkan auditorium. Wonwoo melirik ke arah kamera yang berada ditangannya kemudian mendudukkan dirinya di salah satu meja pojok dekat pintu masuk auditorium dan memutuskan untuk menginspeksi lebih banyak isi galeri kamera tersebut. Lima belas menit kemudian Wonwoo mendengar langkah tergesa menuju ruangan tempatnya berada, cowok itu tersenyum kemudian mematikan kamera yang dipegangnya lalu diletakkannya di samping tempatnya duduk.

BRAK!

Pintu auditorium terbuka kasar, menampilkan sosok panik Mingyu yang sekarang nampak berusaha untuk mengatur nafasnya. Jelas terlihat ia barusan berlari. Wonwoo tersenyum, ada horror yang terlihat jelas di mata Mingyu.

“Won-Wonwoo sunbae..?”

You have an interesting hobby, Mingyu-ssi..

Mingyu mengusak rambutnya gelisah, perkataan Wonwoo saat mengembalikan kameranya yang tertinggal di kelas terus terngiang di kepala Mingyu. Pasti ketahuan, batin Mingyu. Ia tahu, meskipun saat itu Wonwoo kemudian hanya tersenyum dan mengingatkan dirinya untuk lebih berhati-hati dalam menjaga barangnya, senior yang ia taksir setengah mati itu pasti melihat isi kameranya. Dan selama seminggu ini, Mingyu dihantui rasa bersalah, ia mati-matian menghindari Wonwoo, bersiap kalau-kalau Wonwoo sudah menceritakan isi kameranya kepada teman-temannya dan Mingyu akan dicap orang aneh, bersiap-siap kalau Wonwoo akan berbalik memandangnya jijik. Tapi hal yang Mingyu takutkan justru tidak terjadi, seminggu ia lalui tanpa ada hal yang aneh. Ia tetap dapat makan siang dengan tenang bersama Joy dan Seokmin, tak ada pula bisik-bisik aneh yang menyangkut namanya terdengar. Wonwoo juga tetap menyapanya seperti biasa, membuat Mingyu merasa semakin gelisah.

“Mingyu?”

Suara berat itu menyadarkan Mingyu dari lamunannya. Di hadapannya kini berdiri orang yang telah dihindarinya selama seminggu ini. Mingyu meneguk ludahnya, hari ini Wonwoo tampak manis seperti biasanya dengan kaos putih polos dan cardigan kuning. Ada kacamata bertengger di hidung mancungnya, menambah manis penampilannya hari ini. Namun hari ini pancaran mata sunbae kesayangannya itu nampak berbeda, diluar penampilannya yang hari ini tampak polos, ada aura berbahaya yang bisa Mingyu rasakan. Sesuatu yang membuat Mingyu tertarik seperti magnet ke dalam tatapan Wonwoo, berhasil membuat Mingyu membatu di tempat.

“Wonwoo sunbae..”, jawab Mingyu pelan, nyaris tak terdengar.

“Mingyu-ya, aku tau kau menghindariku akhir-akhir ini. Kenapa?”, tanya Wonwoo gamblang, tersirat nada kecewa dalam suaranya.

Mingyu menunduk, menghindari tatapan mata tajam yang diberikan oleh Wonwoo. Cowok itu bahkan tak lebih tinggi daripada Mingyu, tapi sekarang Mingyu merasa kecil di hadapan cowok itu.

“Sunbae, aku minta maaf, soal kamera itu. Aku telah menghapus semua isinya..”

Hening. Tak terdengar jawaban dari Wonwoo. Namun Mingyu tahu cowok itu masih berada di hadapannya dengan dua buku tebal berada di pelukannya. Mati gue kalo dia mukul pake itu buku, pikir Mingyu.

“Kenapa dihapus? Semua kerja kerasmu jadi sia-sia dong?”

Mingyu terkejut kemudian menatap wajah sunbaenya itu. Bukan ini yang Mingyu pikir akan terlontar dari mulut sunbae kesayangannya itu.

“Maksud sunbae?”

“Aku tidak keberatan kau mengambil fotoku Mingyu. Justru aku mau menawarkan hal yang menarik untukmu”

Wonwoo melangkah mendekat, kemudian menjinjitkan sedikit kakinya untuk berbisik di telinga hoobae tampannya itu.

I want you to keep taking pictures of me”, deru nafas Wonwoo terasa hangat menyapu leher Mingyu, “I'll be your model”.

Mingyu mematung di tempat. Tak tahu harus bereaksi seperti apa atas satu kalimat yang barusan terlontar dari mulut Wonwoo.

“Perpustakaan sudah mau tutup, ayo semuanya yang masih di dalam segera keluar”, seru Soonyoung, mahasiswa bermata sipit dengan kaos bermotif harimau yang bertugas sebagai asisten perpustakaan sore itu.

“Tawaranku masih berlaku Mingyu, datanglah ke apartku malam ini. Di Sommerset Apart unit Ocean 717. Pikirkan baik-baik”, kata Wonwoo sambil tersenyum, meninggalkan Mingyu yang masih mematung di tempatnya berdiri.

Mingyu memutar otaknya, berusaha mencari-cari jawaban yang sedari tadi berputar di kepalanya. Apa yang sunbae pikirkan? Cuma mau main-main sama gue? Being an indecisive person? But that's so not like Wonwoo sunbae though..”. Mingyu juga bingung kenapa sekarang ia sudah berada di dalam apartemen mewah dengan dominasi warna abu milik Wonwoo, ada harum menenangkan yang tercium menguar dari room diffuser yang diletakkan di ruang tamu tempat Mingyu duduk sekarang. It's not like Mingyu can't refuse his invitation, but yet here he is.

“Sunbae tinggal sendiri?”, tanya Mingyu. Berusaha memulai percakapan dengan Wonwoo yang barusan menyodorkan sepotong kue red velvet di hadapannya.

“Iya”

“Sebesar ini sendirian?”, kata Mingyu kagum.

Well yeah, it's a little bit too big for just me right? I'll just be honest, my family's rich”, jawab Wonwoo dengan senyum polos terukir di wajahnya yang sukses membuat mulut Mingyu melongo.

“Jadi sejak kapan?”

“Sejak kapan apa?”

When did you start taking photos of me? I mean if it's just a hobby you wouldn't keep it a secret. So i'm thinking it's more than just a mere hobby”, tanya Wonwoo sambil menyesap teh chamomilenya.

Mingyu terdiam, melirik ke arah kameranya gelisah.

I.. like pretty things. Aku yakin semua orang juga sama, it's just i'm a little bit more sensitive when it comes to that kinda stuff..”

More sensitive?”, Wonwoo mengernyitkan alisnya, menatap hoobae didepannya lekat-lekat. Namun Mingyu tampak cukup serius dengan perkataannya barusan, tak ada ekspresi bercanda tergambar di wajahnya.

Everyone has a standard for judging the value of something, right sunbae? and they have some kind of fantasy of their own based on that standard. Dan fantasi itu cuma berlangsung selama aku bisa melihat sesuatu yang menurutku indah. Dan ketika aku memikirkannya lagi nanti, aku menyadari kalau it was all nothing. And I would feel empty”, ada jeda yang diberikan Mingyu untuk menatap Wonwoo.

So i want to capture the feelings that i get in those moments, so i can always remember it. Objeknya gak terbatas pada manusia, it applies ke semua yang bisa terlihat oleh mata. Seperti kata sunbae, it's not just a mere hobby, it's more like an embodiment of my feelings”, jelas Mingyu.

Mingyu terdiam. Takut kalau-kalau penjelasan yang barusan ia berikan malah membuat Wonwoo berpikir kalau ia hanya ingin menjustifikasi perbuatannya.

“Jujur aku gak terlalu paham maksudmu. Tapi ada satu hal yang harus kukoreksi disini. Aku nyata Mingyu, bukan fantasimu semata”

Wonwoo berjalan mendekat, memindahkan posisi duduknya yang tadi berada di sofa seberang Mingyu menjadi di sebelah Mingyu.

“Jadi sebenarnya apa tujuan sunbae membawaku kesini?”

“Keluargaku konservatif Mingyu. Dan sebenarnya salah satu impianku adalah menjadi model. But, of course my family won't allow it”, jawab Wonwoo sambil memainkan anak rambut yang berada di tengkuk Mingyu.

So tell me, what do you like best from me?”, goda Wonwoo.

Wonwoo menatap Mingyu yang kini memalingkan pandangannya dari wajah Wonwoo. Dilihatnya ada semburat merah merambat di telinga Mingyu. Wonwoo terkekeh kecil, meletakkan cangkir tehnya kemudian meletakkan dagunya di perpotongan pundak hoobaenya itu. Ada aroma rokok tercium dari jaket jeans yang dikenakan Mingyu malam itu. Sexy, batin Wonwoo.

Won't you look at me Gyu?

Ada hening sebelum akhirnya Mingyu menjawab pertanyaan Wonwoo.

Your face... is the prettiest, sunbae

“Pfftt-”, Wonwoo memundurkan wajahnya, tertawa kecil mendengar jawaban dari Mingyu yang kini wajahnya sudah semerah tomat.

You're cute Gyu. Can i call you that?

Mingyu mengangguk, menutup kedua wajahnya dengan telapak tangannya. Ingin rasanya ia ditelan bumi saat itu juga. Bisa-bisanya ia terang-terangan secara tak langsung mengungkapkan perasaannya terhadap Wonwoo.

“Gyu, kamu belum cerita ke aku. Apa yang kamu bayangin dalam fantasimu ketika kamu ngambil fotoku?”

Wow. Mingyu sama sekali tak mengira ia akan mendapat pertanyaan itu malam ini. Kalau ia menjawab pertanyaan ini, sama saja dengan bunuh diri. Bagaimana ia mau menjawab kalau foto-foto yang diambilnya membuat ia membayangkan hal-hal erotis dengan Wonwoo. Bagaimana ia menyentuh dan mencium tangan Wonwoo, memeluk pinggang rampingnya, membuai tubuh Wonwoo hingga tak berdaya dibawah kungkungannya, membayangkan bagaimana wajah Wonwoo ketika ia memasuki Wonwoo. I'd rather fall off from a cliff right now.

Wonwoo menghela nafasnya menatap Mingyu yang kini kembali memalingkan wajahnya dari Wonwoo, obviously not gonna be able to answer his question. Fine, if that's how you gonna play. I'm in., rutuk Wonwoo.

“Yaudah kalau gak mau jawab, gapapa. Coba deh Gyu, foto aku sekarang”

Mingyu menoleh, dan mendapati sunbae favoritnya disana. Dengan dua kancing piyama satin birunya yang terbuka. Memperlihatkan tulang selangka paling indah yang pernah Mingyu lihat. Mingyu tergugu, mati kutu di tempat. Setengah mati berusaha menahan aliran darah yang kini terasa mengetat di balik celana jeansnya.

“Su-sunbae...”

Don't be nervous Gyu

Wonwoo kini mendudukkan tubuhnya di pangkuan Mingyu, menelusuri garis wajah hoobaenya yang tampan itu dengan jari jemarinya.

Play with me”, bisik Wonwoo sambil mengecup tengkuk Mingyu lembut, menambah kesengsaraan milik Mingyu di bawah sana.

“Su-sunbae... tunggu, aku tak datang kesini untuk melakukan ini..”, Mingyu mati-matian berusaha mempertahankan rasionalitasnya.

Am i being rejected?

Sungguh, siapa yang sangka seniornya yang nampak seperti anak domba di luar ternyata adalah serigala licik yang punya banyak akal dalam menangkap mangsanya. Dan dalam kasus ini, Mingyu lah yang tertangkap.

“N-no....”

Then kiss me

Bohong kalau Mingyu bilang sekarang dirinya juga tak menginginkan Wonwoo. Wonwoo sunbae-nya yang begitu memikat, membuat Mingyu kehilangan semua rasionalitasnya. Apalagi sekarang jari-jari lentik cowok itu tengah menari dengan lincahnya menelusuri rahang, leher, dan dada Mingyu, mengusap otot perutnya yang masih terbalut kaos putih tipis, lalu turun ke tonjolan di bawah sana, yang sedari tadi sudah protes meminta untuk dibebaskan.

Are you sure sunbae?

Yang ditanya hanya mengangguk, tersenyum miring seakan menantang Mingyu. Mingyu melepas jaketnya kasar, lalu lumatan yang hanya ada di fantasi Mingyu kini terjadi, dirinya sungguh-sungguh mencicipi bibir milik Wonwoo yang selama ini hanya ada di bayangannya dan galeri foto kameranya, mengadu lidahnya dengan lidah Wonwoo di mulut sunbae favoritnya itu.

What do you want me to do Gyu?

Mingyu tak menjawab, namun menarik telapak tangan Wonwoo dan meletakkannya di atas miliknya yang ntah sejak kapan berhasil bebas dari celana jeans milik Mingyu.

Suck it sunbae

Aren't you just pretending earlier?

It wouldn't be fun if i keep playing naive”, jawab Mingyu sambil mengelus rambut Wonwoo yang kini tengah berjongkok di antara kedua paha Mingyu.

You talk like it wasn't your nature. You couldn't even look me in the eye everytime we talk at school”, sungut Wonwoo.

Nah-hnggh

Kalimat Mingyu terpotong saat dirinya merasakan miliknya kini memasuki rongga mulut Wonwoo yang terasa hangat. Hanya ada erangan tertahan dari Mingyu setelahnya, merasakan setiap inci miliknya disapu hangat oleh nafas dan lidah Wonwoo.

Nggak cukup. Jadi Mingyu memutuskan untuk menghentikan kegiatan Wonwoo di bawah sana. Menggendong tubuh ramping sunbaenya itu lalu melemparkannya ke atas ranjang berukuran king size di kamar Wonwoo.

Di ranjang, Mingyu kembali memagut bibir Wonwoo dengan rakus, membuat Wonwoo berusaha keras mengikuti tempo yang diciptakan oleh Mingyu. I'm so fucked, batin Wonwoo. Mana ada yang mengira, Mingyu, hoobaenya yang tampak polos selama ini ternyata sebegini liarnya di ranjang? Membuat Wonwoo pasrah, membiarkan mulutnya didominasi sepenuhnya oleh Mingyu, belum lagi rahangnya masih terasa pegal setelah memberikan servis tadi.

You're sweet sunbae, exactly like what i've been imagining all this time

Wonwoo tersipu. Aneh, biasanya ia kebal terhadap rayuan dan pujian semacam ini.

Tell me more Gyu, what things we did in your fantasy?”, goda Wonwoo.

I'm doing you like this Hyung..

Hyung, panggilan mendadak dari Mingyu berhasil membuat Wonwoo tertegun, ada desir aneh yang ia rasakan. Belum hilang rasa terkejutnya, tangan Mingyu tiba-tiba menarik rambutnya, membuat leher mulus Wonwoo terekspos. Mingyu segera menghujaminya dengan ciuman, hisapan dan gigitan yang Wonwoo yakin telah meninggalkan banyak tanda.

I'm marking my territorial here..

Possesive much?”, balas Wonwoo.

“Biar pada tau hyung punya siapa”

Wonwoo merengek saat Mingyu mencengkeram pahanya kuat, lalu menjerit tertahan saat tiba-tiba Mingyu memasukkan dua jarinya.

Look at you.. a mess. Hot mess”, goda Mingyu.

Enam bulan sudah ia mengagumi Wonwoo dari jauh, kata binal sama sekali tak pernah terlintas di kepalanya. Yang Mingyu tangkap, sunbaenya itu sosok yang baik, yang jauh dari hal-hal negatif. Bukan sosok penggoda yang kini tengah bertelanjang bulat di bawah kungkungannya dengan rambut acak-acakkan dan mata berair penuh kabut nafsu yang seakan memohon pada Mingyu untuk dipuaskan.

Wonwoo melingkarkan kakinya di pinggang Mingyu, menggoyang-goyangkan pantatnya gelisah, menginginkan yang lain. Namun Mingyu seakan belum mau memberikan apa yang diinginkan seniornya itu.

Not yet hyung..”, jawab Mingyu sambil tetap memainkan jari-jarinya di dalam Wonwoo. Mencari titik yang berhasil membuat badan Wonwoo bergeliat-geliat gelisah. Meneguk aroma tubuh Wonwoo dalam-dalam dari ceruk lehernya.

“Mingyu”, geram Wonwoo, “We done here, if you don't put it in now

Hening. Ada kilat berbahaya yang Wonwoo baca dari tatapan Mingyu barusan.

Hyung”, suaranya manis, namun ada peringatan tersembunyi di dalamnya “watch that prettly little mouth of yours,hm?”. Mingyu menampar pantat Wonwoo agak keras, membuat Wonwoo mengerang.

“Mingyu saki-hnngh!”, Milik Mingyu mengentak masuk dalam satu gerakan dan menumbuk titik nikmatnya, tanpa aba-aba. Wonwoo mengerang teredam, pinggangnya membusur. Punya Mingyu yang besar memenuhi lubangnya tanpa sisa. Penuh.

Hyung, i never knew you were this naughty” bisik Mingyu di telinga Wonwoo, gerakannya di dalam Wonwoo tak berhenti, “For the past six months i've been watching you, never once crossed in my mind you were this naughty

Mingyu membungkuk, menciumi kedua puncak di dada Wonwoo bergantian, memberi jilatan-jilatan kecil disana membuat sang empunya hanya mampu meremat selimutnya dan mendesah tak karuan, his mind went blank, pikirannya sudah terlalu kacau. Milik Mingyu yang masif membakar tubuhnya dalam nikmat secara sempurna.

His thrust becomes rougher and messier, Wonwoo merintih. Rasa-rasanya kali ini lebih tepat kalau dirinya yang terjebak dalam jebakannya sendiri. Bukan Mingyu. Kepunyaan Mingyu sudah membesar di bawah sana, bergesekan dengan dinding Wonwoo yang sudah becek tak karuan.

“Hyung, mau keluar?”, tanya Mingyu, sengaja memelankan gerakannya. Membuat Wonwoo frustasi karena pencapaiannya yang dirasa sebentar lagi datang terasa tertahan. Wonwoo menelan ludah sekaligus harga dirinya yang tersiksa, lalu mengangguk ribut sambil menekan-nekan pinggulnya untuk mencari friksi nikmat yang diberikan kepunyaan Mingyu.

“Mau apa hyung?”

Wonwoo mengurut kepunyaannya gelisah. Frustasi ingin segera mencapai puncaknya.

“Mingyu..”

Plak!, satu tamparan mendarat di pantat kiri Wonwoo.

“Yang jelas hyung”

You cock Gyu, fill me up with your cock, nggh- Mingyu sayang. Now please.. please..” Wonwoo meraih tengkuk Mingyu, mengecup sisi-sisi wajahnya kemudian berbisik pelan di telinganya “Cuma punya Mingyu..”

Bujuk rayu Wonwoo berhasil. Wonwoo menjerit nikmat saat Mingyu akhirnya kembali stabil menggempurnya. Pinggangnya dicengkram, digerak maju-mundur menciptakan friksi sempurna di titik nikmatnya yang membuat Wonwoo hanya bisa merapalkan nama Mingyu, Mingyu dan Mingyu dari mulutnya.

“Nggh Mingyu!”

Kemudian Wonwoo mencapai puncaknya. Tangannya yang sedari tadi mengalung di leher Mingyu terkulai lemas. Dadanya naik turun dengan nafas tak karuan.

Hyung, i'm not done yet

Mingyu mencium tepat di perpotongan leher dan bahu Wonwoo, kemudian kembali mendorong masuk kepunyaannya ke dalam lubang Wonwoo yang masih sensitif. Wonwoo whimpers, membuat Mingyu menyeringai senang melihat sunbaenya yang kini tampak berantakan oleh perbuatannya.

“Sakit hyung?”

Wonwoo menggeleng, kembali menghadiahi Mingyu ciuman di pipinya. Mingyu mempercepat laju dorongnya, fucks him senseless, menjadikan lubang Wonwoo sebagai ekstasinya.

“Hyung, you're so fucking tighthh-

“Dikit lagi, dikit lagi hyung..”

Paha Wonwoo ia angkat, kakinya ditaruh di bahu, kemudian dengan beberapa tumbukan yang keras dan dalam di titik nikmat Wonwoo, akhirnya Mingyu mencapai finalnya. Mengisi penuh lubang Wonwoo dengan cairannya.

“Hyunghh..”

Wonwoo merasakan cairan Mingyu yang kental meluber keluar saat perlahan ia menarik diri, turun membasahi paha putihnya. Mingyu tersenyum, mengusap surai rambut Wonwoo yang lepek akibat peluh, kemudian merendah untuk melumat bibir Wonwoo, lebih lembut dan penuh afeksi, hadiah karena Wonwoo menjadi anak penurut.


“Sunbae..”, panggil Mingyu sambil menciumi pundak Wonwoo yang kini berbaring dalam rangkulannya.

“Sekarang balik sunbae lagi?”, rajuk Wonwoo

Mingyu terkekeh, kemudian mengatur poni Wonwoo, membuka sedikit celah untuk mengekspos jidatnya.

“Hyung, kalau jidatnya keliatan sedikit gini lebih cakep...”, ada jeda menggantung disana “apalagi ada lovebites dari aku disana sini, muka lagi glowing post-fuck, mau foto sekarang gak? Nude pics

Wonwoo menganga, menatap Mingyu tak percaya.

BRING BACK MY INNOCENT MINGYU, YOU DEMON”, balas Wonwoo, memberi jitakan ringan di kepala Mingyu.

“Aww!”, lengan Mingyu semakin erat memeluk perut Wonwoo, memberikan ciuman-ciuman kecil di ceruk leher seniornya itu.

“Kamu yang nggak peka Mingyu, padahal dari awal aku duluan yang perhatiin kamu. Tapi kamu yang gak pernah liat ke arahku. Dan jujur aku tau kok kamu ngambil fotoku. I keep waiting when will you finally talk to me

“Kita wasting time banget ya hyung selama 6 bulan ini?“, tanyanya lirih, hidungnya mengendus telinga Wonwoo. Persis seperti anak anjing.

Ada senyuman kecil tercetak di wajah Mingyu, “I'll make it up to you hyung.. i'll be good hm?”, Wonwoo berusaha keras untuk tidak melunak melihat wajah tampan Mingyu yang sekarang memasang ekspresi memelas. Mingyu merapatkan tubuhnya, membuat Wonwoo bisa merasakan otot perut Mingyu yang mengeras menempel di perutnya.

Be mine?”, Mingyu mengecup lembut sekali lagi bibir Wonwoo, membuahkan rasa hangat yang menjalar di wajah Wonwoo.

All yours, all yours.


And then my soul saw you and it kind of went, “Oh there you are. I've been looking for you.”


Wonwoo menggoyang-goyangkan kakinya gelisah di tempat tidurnya, tangannya meremat-remat cemas selimut yang menutupi tubuhnya. Sedari tadi ia tak bisa menutup matanya, hatinya gelisah dan ia hanya bisa membolak-balikkan tubuhnya di atas ranjang empuknya.

Lima menit lagi grandfather clock yang ada di ruang tengahnya akan berdentang 12 kali, menandakan waktu tepat di pukul 12 malam yang juga menandai hari dimana Jeon Wonwoo akan memasukki usianya yang ke-18. Usia dimana dirinya akan mendengar suara soulmatenya untuk pertama kalinya. Wonwoo masih tak habis pikir, kenapa di dunia ini harus ada yang namanya soulmate? Kenapa orang-orang tak bisa mendapatkan kebebasan untuk jatuh cinta?

Wonwoo menghela nafasnya, tangannya kini mengusak-usak rambutnya frustasi, ada beban yang ia rasakan dalam hatinya. Bahkan wangi lilin aroma terapi beraroma Bahama breeze yang ia beli siang tadi masih tak mampu menghapus kekhawatiran dalam hatinya. Gimana kalau soulmate gue freak? kalau fisiknya gak sesuai sama tipe gue? gimana kalau dia ketuaan atau kemudaan? gimana kalo omongannya gak nyambung sama gue? dan sejuta what-ifs yang sudah beberapa bulan ini menghantui pikiran Wonwoo.

Sebelumnya, Wonwoo sendiri juga tidak pernah meributkan masalah soulmate. Wonwoo beranggapan bahwa soulmate yang ditakdirkan itu berarti mereka adalah pilihan terbaik untuk satu sama lain. Proses soulmate sendiri akan dimulai ketika seorang anak menginjak usia 18 tahun, dimana mulai dari saat ini ia dapat mendengar suara dari soulmatenya. Namun terdapat peraturan, satu sama lain tidak boleh bertukar informasi pribadi untuk bertemu sebelum waktunya seperti nama asli, foto wajah, lokasi dan juga tanggal lahir. Bila dilanggar, komunikasi antar soulmate akan terputus selamanya dan yang melanggar peraturan akan kehilangan fungsi tubuhnya perlahan-lahan. Tapi semua itu kembali lagi, apakah soulmate dari anak itu juga sudah berusia cukup untuk bisa berkomunikasi satu sama lain? Jadi belum tentu di usia 18 tahun itu juga lah seorang anak bisa berbicara dengan soulmatenya.

“Jadi gimana caranya aku bisa ketemu soulmateku ma?”

Tentu saja penjelasan di atas menimbulkan pertanyaan baru bagi Wonwoo kecil yang baru berusia 13 tahun saat itu. Dan Wonwoo ingat itu adalah pertanyaan yang dilontarkannya sore itu. Saat ia dan kedua orangtuanya sedang duduk santai di ruang makan menikmati cemilan sore yang disiapkan oleh mamanya.

Pada pergelangan tangan kiri seseorang yang telah menginjak usia 20 tahun, akan timbul timer yang berfungsi untuk menghitung mundur kapan ia akan bertemu soulmatenya. Dan ketika timer menunjukkan 00:00, salah satu dari soulmate akan secara otomatis mengalami zing, yaitu teleportasi untuk menemui pasangannya. Setelah itu timer akan menghilang, digantikan ukiran nama satu sama lain pada sisi dalam jari manis sebelah kiri. Dan mata Wonwoo kecil saat itu berbinar, menatap jemari manis di tangan kirinya, bertanya-tanya nama siapa yang kiranya nanti akan tertulis disana.

3 menit..

Tapi siapa sangka, sekarang Wonwoo malah menyukai orang lain? Sosok cantik bernama Saeron yang baru muncul di sekolahnya 3 bulan ini. Cewek itu cerdas dan punya caranya sendiri untuk mengambil hati Wonwoo yang terkenal cuek di angkatannya. Hanya dengan Saeron, Wonwoo bisa merasakan hari-harinya di sekolah kini tak lagi membosankan. Cewek itu selalu tau bagaimana caranya untuk membuat Wonwoo bahagia, simply just by her presence near Wonwoo.

2 menit..

Tak ada yang memberitahu Wonwoo, meskipun semua orang punya soulmate, bukan berarti hati jadi kebal dengan perasaan suka pada orang lain. Dan itulah yang Wonwoo rasakan sekarang, dirinya yang sekarang menyukai orang lain tapi di satu sisi ia terikat pada soulmatenya yang ntah dimana dan siapa orangnya.

1 menit..

Dan sekarang Wonwoo hanya merutuk pasrah, berusaha mengubur dalam-dalam perasannya terhadap Saeron. Mau melawan pun melawan pada siapa? Yang dilawannya bukan sesuatu yang berdaging dan bertulang. Jadi bagaimana cara untuk melawannya?

TENG,TENG,TENG....

Dan waktu yang ditakutkan Wonwoo terjadi, jam berdentang menunjukkan pukul 12. Walaupun hatinya masih berharap untuk dapat memutar balikkan waktu, tetap saja sekarang pada kenyataannya ia sekarang berusia 18 tahun, dan mulai sekarang, apapun yang ia pikirkan dalam kepalanya akan tersambung dengan pasangannya yang ntah berada dimana. Wonwoo memejamkan matanya, meresapi hening yang tiba-tiba menyergap sekelilingnya, menyiapkan hatinya kalau-kalau di malam ini juga lah ia akan mendengar suara soulmatenya.

//“I want you capt“ “So what's stopping you kitty?“ Wonu menyerahkan tubuhnya ke dalam buaian jari-jari Migu, membiarkan jari-jari Migu menelusuri setiap inci tubuhnya yang kini polos tanpa sehelai benang pun. Termasuk kepunyaannya yang kini basah oleh cairan precumnya sendiri//

Wonwoo mengernyit. Apa-apaan ini yang barusan didengarnya? Penggalan cerita erotis? Wonwoo berusaha memproses suara yang barusan masuk di kepalanya. Soulmatenya sekarang sedang membaca cerita erotis? Nice, soulmatenya adalah orang yang mesum, apalagi yang bisa lebih buruk daripada ini?

//Hmm.. halo?//

Hening. Tak ada jawaban dari seberang sana, Wonwoo mendengus kesal kemudian mencoba sekali lagi.

//Halo, ada orang disana?//

//H-hai? Lo orangnya?//, akhirnya terdengar jawaban dari seberang sana, ada nada ragu terdengar dalam suaranya.

//Lo....cowok?// tanya Wonwoo heran. Ini jebakan apalagi yang disiapkan semesta untuknya? Pasangannya mesum dan.. cowok??

//Iya, gue cowok, tapi gue gak mesum ya. In case lo lupa gue bisa denger suara pikiran lo sekarang. Lo cuma dateng ke pikiran gue disaat yang gak tepat aja//

//Kok..bisa? Dan lo fine aja gitu sama gue?//

//Gue fine-fine aja. Menurut gue sih, yang di atas gak mungkin kasih soulmate sembarangan. Dan kalo emang soulmate gue ternyata juga cowok ya, it doesn't matter. Love is love tho'//

Wonwoo menggaruk rambutnya bingung. Ia akhirnya memilih merebahkan tubuhnya ke atas kasur, memijat ringan pelipisnya dengan harapan bisa menghilangkan rasa frustasi yang kini memenuhi kepalanya akibat kedatangan hal baru dalam hidupnya kini, a soulmate.

//Hey, don't stress it out.. we got plenty of times to know each other. It's your birthday anyway, you should be happy. Happy 18th birthday uhm-..?//

//Nyuu.. panggil aja gitu//, balas Wonwoo lemah.

//Okay, Happy Birthday Nyuu. Jangan terlalu pusing ya? Gue tau mungkin bukan gue yang lo harapin buat jadi soulmate lo. Tapi gue tau, we'll figure out a way to be the best companion for each other. Deal?//

Wonwoo menghela nafasnya lagi. Memang pilihan apalagi yang dia punya?

//Deal.. hmm gue harus panggil lo apa?//

//Panggil Min aja. Sekarang bobo aja Nyuu, udah malem. Besok kita ngobrol lagi ya? You seem like a nice person Nyuu, i'm glad it is you that i am fated with. Good night Nyuu//

//Thanks. You too.. good night Min//

Wonwoo sendiri tak menyangka, sudah 6 bulan berlalu dari malam pertama ia mengobrol dengan Min di malam ulang tahunnya. Dan ternyata punya soulmate tak seburuk yang Wonwoo bayangkan. Hadirnya Min membawa banyak warna baru dalam hidup Wonwoo. Dengan Min, Wonwoo mengakui hatinya beberapa kali berdebar, beberapa kali dirinya tersipu malu akibat kata-kata manis dari Min. Banyak hal baru yang Wonwoo dapatkan dari Min, berbagai sudut pandang berbeda yang kadang membuat mereka beradu argumen, namun meskipun begitu at the end of the day, Min tidak akan membiarkan Wonwoo tidur sebelum mereka berbaikan.

//Udah sampe di perpus Nyuu?//, sapa suara dari seberang sana.

//Udah Miin, aku lagi cari novel sih. Sepi banget tau perpus, tadi aku liat di daftar hadir baru ada 5 orang yang dateng//

//Kamu pagi banget sih berangkatnya. Jam 7 pagi di hari Minggu uda nangkring aja di perpus Nyuu, aku aja kalo gak demi mastiin kamu sampe dengan selamat di perpus masi ngorok kali Nyuu..// jawab Min dengan suaranya yang masih serak akibat baru bangun tidur.

Wonwoo tertawa, dirinya hanya bisa membayangkan bagaimana rupa asli dari Min yang jengkel harus bangun pagi, dengan bed hair dan mata yang setengah terpejam.

//Gak ada yang minta kamu buat ikutan bangun pagi Min, aku dah gede juga, gak usah dijagain sampe kayak gitu juga gapapa deh.. Pasti mukamu kusut banget ini bangun pagi-pagi hahaha//, padahal sebenarnya Wonwoo senang, ia merasa tak sendirian walau secara fisik hanya ada ia sendiri.

//Nyuu, cowok manis kayak kamu kalo gak ada yang jagain nanti diambil orang tau gak?//

//Tau darimana aku manis Min? Gimana kalo ternyata aku 11-12 manusia purba mukanya? Atau gak kayak karakter The Crooked Man yang kamu takutin itu?//

//Nyuu.. jangan ngaco deh. Dari suara kamu aja aku tau kamu tuh minta diunyel-unyel banget orangnya. Gak mungkin kayak The Crooked Man//

Wonwoo tertawa mendengar jawaban Min. Kemudian ia melangkahkan kakinya mengarah ke sudut perpustakaan, matanya awas mencari-cari judul novel yang diincarnya.

//Ketemu Min!//

//Uhuh, judulnya apaan Nyuu?//, Wonwoo diam tak berani menjawab pertanyaan Min barusan.

//Nyuu? Haloo?//

//Judulnya tuh...Tapi janji dulu jangan dibrowsing!//

//Ih, kamu ngomong gitu aku malah tambah penasaran tau Nyuu.. kenapa sih? Kamu pinjem novel plusplus?//

Hening. Wonwoo mendadak merasa kupingnya panas.

//Nyuu?Aku becanda doang.. Kok kamu diem? Beneran ya?//


Don't tease me unless you're going to please me


Seharusnya ini sama dengan penerbangan-penerbangan lainnya, toh ini bukan pertama kalinya Mingyu menerbangkan Hawkers-717, sebuah private jet milik Jeon Incorporation, perseroan terbatas paling terkenal seantero Seoul yang bergerak di bidang real estate milik keluarga Jeon. Tapi penerbangan Seoul-Jepang dengan durasi terbang 1 jam 58menit kali ini cukup istimewa untuk Mingyu karena ada sosok istimewa yang duduk di kabinnya kali ini, dan kondisi antara kokpit dan kabin yang tak memiliki sekat di private jet ini memudahkan Mingyu untuk terus mengamati sosok tersebut.

Mingyu, pilot berumur 26 tahun dengan pangkat Junior First Officer itu adalah teman baik dari Jeon Inyeop, putra sulung dari Jeon Incorporation. Jadi ketika posisi co-pilot Hawkers-717 sedang kosong diakibatkan co-pilot yang lama resign, Inyeop langsung merekomendasikan Mingyu kepada captain Seungcheol untuk menggantikan posisi co-pilotnya yang lama. Tentu saja tidak ada yang berani menolak permintaan langsung dari putra sulung Jeon Inc., dan begitulah akhirnya Mingyu sudah setahun ini selain bekerja di airlines komersil biasa , ia juga bekerja menjadi co-pilot di Hawkers-717.

Selama setahun bekerja menjadi co-pilot Hawkers-717 baru kali ini ia bertemu dengan adik bungsu dari Inyeop. Mingyu ingat Inyeop memang memiliki dua adik,adik pertamanya cewek bernama Jeon Seulgi, seorang aktris dan model cantik yang sedang naik daun di dunia entertainment. Mingyu juga sudah beberapa kali bertemu dengan Seulgi, model cantik berusia 24 tahun itu merupakan pribadi yang humble sekalipun sekarang ia tengah naik daun dengan berbagai iklan komersil dan webdrama yang tengah booming di youtube. Sedangkan untuk adik bungsunya ini, yang diingat Mingyu hanya cerita dari Inyeop sebulan lalu kalau ia baru saja menyelesaikan pendidikannya di luar negeri dan akan segera kembali ke Korea untuk membantu Inyeop menjalankan perusahaan.

Inyeop pernah bilang kalau adik bungsunya itu sosok yang bertolak belakang dengan dirinya yang suka nongkrong disana-sini dan mencari teman baru. Adiknya itu sosok yang mandiri, serius, detail, dan sulit berbasa-basi. Jadi sekalipun Mingyu belum pernah melihat wajahnya secara langsung, yang terbayang di kepala Mingyu adalah wajah Inyeop versi lebih serius, dengan kacamata, rambut klimis dan penampilan super rapi. Tapi Jeon Wonwoo, nama adik bungsu Inyeop yang sekarang tengah duduk manis di kabin pesawat dengan turtle neck berwarna bata dan celana jeans putih itu sama sekali berbeda dengan yang ada di bayangan Mingyu.

Sepasang mata milik Mingyu seakan enggan melepaskan pandangannya dari sosok di belakang kokpit yang sedang asyik membaca novel tebal dengan judul asing terpampang di covernya itu. Rambutnya tebal berwarna hitam dengan poni yang jatuh menutupi dahinya, kulitnya putih cukup kontras dengan kulit Mingyu yang lebih coklat. Mingyu ikut tersenyum ketika cowok yang menjadi objek perhatiannya mendadak tertawa sambil fokusnya tetap tertuju pada buku yang dibacanya. Cute, giliran hati Mingyu yang berbicara. Tatapan Mingyu kini jatuh ke bibir merah muda milik Wonwoo, tampak lembut, mengundang untuk di-.... Mingyu menggeleng-gelengkan kepalanya, menekan pikirannya barusan, berusaha mengumpulkan kembali fokusnya untuk mengecek persiapan pesawat sebelum take-off.

“Cakep ya?”

“Eh? Gimana capt?“, Mingyu menatap Seungcheol, Pilot in Command dalam penerbangannya bersama Hawkers-717 yang kini tengah tersenyum menggoda ke arah Mingyu.

“Wonwoo, cakep ya anaknya? Single tuh”, jawab Seungcheol.

“Oh...Iya terus kalau single kenapa capt? Mau dijodohin sama saya?“, balas Mingyu sambil tertawa.

“Kamu kira saya nggak tau kamu daritadi selain ngecekkin tombol-tombol sambil ngecekkin yang dibelakang juga?”, kata Seungcheol sambil memicingkan matanya ke arah Mingyu.

“Ahahaha, maaf capt, cuma heran aja, soalnya saya baru sekali ini ketemu dia, padahal udah setahun kerja disini”

Private jet ini tuh punya dia loh aslinya, Pak Yunho beliin ini buat ulang tahun dia yang ke 22 kemarin. Makanya namanya 717, sesuai tanggal lahir dia, 17 Juli”, jelas Seungcheol. Mingyu hanya manggut-manggut, memaklumi kalau orang kaya memang biasanya suka bikin elus dada kalau beli hadiah.

Setelah pesawat sukses take off dan masuk ke mode auto-pilot, Mingyu beranjak dari kursinya meminta izin dari Seungcheol untuk pergi ke toilet yang dibalas Seungcheol dengan acungan jempol. Untuk menuju toilet yang letaknya di belakang, otomatis Mingyu harus melewati kabin dimana Wonwoo duduk. Ketika Mingyu memasuki area kabin, ia melihat Wonwoo sedang berusaha menarik barangnya dari bagasi kabin yang terletak di atas sofa tempatnya duduk. Mingyu refleks berjalan ke arah Wonwoo berdiri, tepat di belakang punggung Wonwoo. Harum shampoo yang dipakai Wonwoo langsung memasuki indra penciuman Mingyu dengan jelas dari rambutnya yang tepat berada di bawah hidung Mingyu, Mingyu sedikit salah tingkat karena posisinya yang sekarang begitu dekat dengan Wonwoo.

“Saya bantu ya pak, ini yang mau diambil yang mana? Yang paling belakang tasnya?”, tanya Mingyu berusaha terdengar seprofesional mungkin.

“Oh, iya tolong ya, yang paling belakang. Hati-hati agak berat, isinya-”, Wonwoo membalikkan tubuhnya dan sisa ucapan Wonwoo tergantung di ujung lidahnya, karena kini sepasang matanya bertabrakan langsung dengan dada bidang yang terbungkus seragam pilot, “buku...”

“Nih, bener yah tasnya yang ini?”, kata cowok itu setelah berhasil menggapai tas yang dimaksud Wonwoo. Wonwoo menelan ludahnya, menatap sosok tampan di hadapannya. Begitu dekat, koreksi, terlalu dekat pikir Wonwoo. Saking dekatnya, Wonwoo samar-samar bisa mencium aroma parfum yang dipakai pilot muda dihadapannya itu.

“Iya bener. Repot ya nggak ada flight attendant, sampai pilotnya sendiri yang turun tangan. Makasih..kamu siapa ya? Co-pilot baru?” tanya Wonwoo.

“Iya pak, saya Kim Mingyu, co-pilot baru Hawkers-71. Sebenernya sudah setahunan pak disini, tapi memang saya belum pernah mengantarkan bapak”, jawab Mingyu sambil tersenyum.

“Ada lagi yang bisa saya bantu pak?”

“Hmm..”, Wonwoo membasahi bibirnya kilat , sambil menatap Mingyu “ada sih, tapi kayaknya kamu gak punya”. Mata Mingyu refleks sedikit melotot melihat gerakan Wonwoo barusan. “Lipbalm, aku butuh lipbalm, ada gak? Dingin banget soalnya, bibirku pecah-pecah”, ntah kenapa terasa ada penekanan saat Wonwoo mengatakan bibirnya pecah-pecah.

“O-oh.. saya kayaknya ada simpen satu pak di tas, sebentar nanti saya ambilkan di kokpit ya?”, kata Mingyu yang kemudian segera bergegas kembali ke kokpit untuk mengambil benda tersebut. Dan Wonwoo kembali duduk di sofa kulitnya dengan senyum terpatri di wajahnya. Gotcha Kim Mingyu

Wonwoo sengaja membuat Kim Mingyu duduk di sofa di hadapannya dengan alasan untuk menemaninya mengobrol sebentar. Walaupun tadinya Mingyu menolak, namun setelah Wonwoo berbicara langsung dengan Seungcheol, Mingyu akhirnya diizinkan untuk menemani Wonwoo di kabin. Wonwoo lamat-lamat mengusapkan lipbalm dengan rasa vanilla itu di bibirnya. Wonwoo tahu, mata pilot muda tampan itu sedari tadi terfokus pada bibirnya, ntah apa yang sekarang berkeliaran di pikiran pilot itu. Namun Wonwoo tahu, setidaknya rasa tertariknya tidak bertepuk sebelah tangan.

“Serius amat liatin bibir aku, jelek ya?”, tanya Wonwoo

“Nggak! Saya mau!”, jawab Mingyu cepat. Yang sedetik kemudian disesali Mingyu. Mingyu rasanya mau menghilang dari bumi detik in juga. Bagaimana bisa dirinya yang sedang dalam jam bertugas, tertangkap basah sedang memelototi bibir penumpangnya sendiri. Terlebih sekarang apa yang bakal dipikirkan Wonwoo tentangnya? Mesum? Mending loncat aja gak sih dari pesawat sekarang?

“Eh.. maksud saya, enggak kok. Maaf pak, saya ngelamun kayaknya hahaha”, Mingyu tertawa gugup sambil mengalihkan pandangannya ke arah jendela pesawat.

“Dari tadi manggil pak terus deh, padahal udah jelas kamu lebih tua daripada aku capt. Panggil aku Wonwoo aja okay?“, jawab Wonwoo sambil berdiri untuk menyerahkan lipbalm milik Mingyu. Wonwoo merendahkan badannya, menyejajarkan pandangannya dengan Mingyu, mengungkung tubuh pilot muda itu dengan kedua tangannya yang ia sandarkan pada lengan kursi.

Thanks for the lipbalm, capt. Tapi kayaknya gak cukup buat ngelembabin bibir aku...“, bisik Wonwoo di telinga Mingyu, nafas cowok itu terasa hangat di leher Mingyu. Mingyu bergidig, darahnya berdesir, Wonwoo terlalu dekat dan ini tidak baik untuk jantungnya, juga akal sehatnya. “I'll be at the lavatory, capt. You're free to join

Dan Mingyu kehilangan akal sehatnya. Semua pikiran kotor yang sedari tadi ditahannya kini tumpah ruah karena satu kalimat yang diucapkan Wonwoo. Wonwoo yang kini meninggalkannya dengan keadaan setengah ereksi. Ia jelas tak bisa kembali ke kokpit dengan keadaan seperti ini.

My, my, aren't you hard capt”, goda Wonwoo sambil mengelus gundukan pada celana Mingyu. Wonwoo merasa puas, pancingannya berhasil. Tak sampai semenit Wonwoo berada di dalam lavatory yang cukup sempit itu, Mingyu datang menyusulnya masuk ke dalam. Pilot tampan itu tanpa basa-basi langsung membuka jas pilotnya kemudian meraup wajah Wonwoo dan mendudukkan Wonwoo pada meja wastafel sambil melanjutkan sesi make-out mereka.

Because of you”, balas Mingyu sambil terus memberikan ciuman-ciuman kecil di leher jenjang milik Wonwoo. Ada rasa menggebu dalam hatinya, sesuatu yang baru ia rasakan dengan Wonwoo. Mingyu bukan orang yang suka tergesa, ia penuh perhitungan, point yang selalu dipuji oleh mentornya ketika masih menempuh pendidikan pilot dulu. Tapi dengan Wonwoo, semua perhitungan itu jadi tidak berarti, ia ingin Wonwoo sekarang, detik ini juga menjadi miliknya. Miliknya seorang.

I want you capt

So what's stopping you kitty?

Wonwoo menyerahkan tubuhnya ke dalam buaian jari-jari Mingyu, membiarkan jari-jari Mingyu menelusuri setiap inci tubuhnya yang kini polos tanpa sehelai benang pun. Termasuk kepunyaannya yang kini basah oleh cairan precumnya sendiri.

Touch me kitty, make me feel good

Yang diperintah hanya menurut, menurunkan celana bahan milik Mingyu kemudian mengocoknya perlahan membuat sang empunya mengerang tertahan.

You're big, capt

Only for you kitty

Dan kecupan-kecupan di leher tadi mulai turun hingga ke bahu dan dada Wonwoo. Wonwoo menyenderkan punggungnya di kaca wastafel, merasakan sensasi dingin menyentuh kulit halusnya.

You're pretty Wonwoo, my beautiful little kitty”, mata Mingyu seakan tak bisa berhenti mengagumi indahnya tubuh polos Wonwoo yang kini tampak tak berdaya dibawah kungkungannya.

Sssh... just fuck me good, capt” erang Wonwoo, ruang lavatory yang sempit membuat posisi Mingyu terus menghimpit tubuh Wonwoo, membuat Wonwoo bisa meraup harum tubuh Mingyu sepuasnya, merasakan otot-otot yang tadinya tersembunyi di balik kemeja putihnya. Dan Wonwoo bisa merasakan kepunyaan Mingyu yang menusuk sebelah pantatnya. He can already feel how good his big dick is.

“Mau diemut dulu nggak?”

No. I just want your dick right here, right now capt. So please, wreck me. I'm all yours”, Wonwoo mengangkat kedua kakinya, melingkarkannya di pinggang Mingyu untuk menggoda sang kapten dengan menggesek-gesekkan belahan pantatnya dengan kepunyaan Mingyu.

So impatient my little kitty. Emut” perintah Mingyu, dan Wonwoo menuruti perkataan sang dominan, memasukkan kedua jari cowok itu ke dalam mulutnya membasahi jari-jari itu dengan air liurnya.

“Mingyu, hhh.. fuck-” , Wonwoo menutup mulutnya supaya desahannya tidak semakin kencang ketika dirasakannya jari ketiga Mingyu ikut masuk mengobrak-abrik lubangnya. Mingyu menyeringai puas melihat tubuh Wonwoo yang kini bergetar menahan nikmat akibat ulahnya.

Look at you, already came just from using my finger

“Tapi belum puas. Mau yang gede capt..” rengek Wonwoo

“Apa tuh?”, goda Mingyu sambil mulutnya kini sibuk menjilati tonjolan di dada Wonwoo.

Quit teasing me already!

Mingyu tertawa kemudian menghentikan aktivitasnya dengan memberikan gigitan kecil pada puting kanan Wonwoo sebagai sentuhan terakhirnya.

“Aku masukkin ya?”, dan Mingyu mendorong sedikit demi sedikit kepunyaannya masuk ke dalam lubang Wonwoo. Wonwoo yang frustasi langsung berinisiatif memajukan duduknya sehingga pinggulnya langsung mendorong memakan habis kepunyaan Mingyu ke dalam lubangnya.

So needy my pretty kitty

“Gerak capt..” pinta Wonwoo frustasi. Ia merasa penuh, penuh dengan milik Mingyu. Dan Mingyu mengabulkan permintaannya, hunjaman yang sedari tadi Wonwoo tunggu untuk meluluh lantakkan lubangnya.

Feeling good kitty?

“He-em.. hhh. You're amazing capt”, jawab Wonwoo.

Tangan Mingyu semakin keras mencengkram pinggang cowok yang menenggelamkan miliknya itu. Mempercepat temponya, memastikan miliknya masuk sedalam mungkin menghunjam sweet spot milik Wonwoo. Wonwoo adalah candu barunya, semua tentang Wonwoo akan ia ukir dalam-dalam di ingatannya. Suaranya, harum tubuhnya, lembut kulitnya, dan senyumannya yang sungguh memabukkan Mingyu.

Desahan Wonwoo semakin tak teratur seiring dengan hunjaman dari Mingyu yang semakin nikmat, Wonwoo menarik tengkuk Mingyu memberikan hadiah berupa love mark yang cukup kentara. Seakan ingin memberi tahu dunia kalau pilot tampan itu sekarang sudah ada yang punya.

Fuck kitty, your hole is clenching

Dan Mingyu lalu menekan dirinya sedalam-dalamnya ke dalam lubang milik Wonwoo, menghantamnya keras tak memperdulikan desahan mereka yang kini saling mengejar.

Capt, there-..

Mingyu menghunjamnya bertubi-tubi di titik itu. Titik yang membuatnya merasa terbang ke cloud 9.

“Capt, capt-.. ahh”

Say my name kitty, say it

“Mingh-... Mingyu.. ahh. Gak kuat!”, tangan Wonwoo kini mengocok pelan kepunyaannya sendiri. Menegang siap memuntahkan isinya.

Don't touch it! I wanna see you cum untouched

Shit capt- ahhh!

I'm close, baby, hold on.

“Capt...Oh my god, Mingyuhh!”

“Sayang— fuck, sebentar, kitty, sebentar lagii... ahh!”

Mingyu mengerang, dan ketika akhirnya cowok itu berhasil melepaskan muatannya, Wonwoo merasa melayang, kakinya yang sedari tadi menempel di pinggang Mingyu terlepas. Tubuhnya ambruk di pelukan Mingyu dengan cairan lengketnya membasahi perutnya sendiri. Lubangnya terasa penuh, dan hangat oleh Mingyu.

Mingyu mengecup dahi Wonwoo yang kini basah oleh keringat kemudian menyapukan ibu jarinya ke bibir Wonwoo.

This all because of this darned pretty little lips of yours”, kata Mingyu.

I know, i know you've been staring at it from the first time”, balas Wonwoo, mencuri kecupan kecil dari bibir Mingyu sambil memakai kembali pakaiannya.

“Mulai sekarang, kamu punyaku capt. Mine and mine only, so prepare yourself

Dan Mingyu membalas perkataan Wonwoo dengan lumatan lembut di bibir Wonwoo.

I'm all yours, kitty” bisik Mingyu.


Meanwhile on the other side

“Anak muda zaman sekarang.. hhh...” Seungcheol menggeleng-gelengkan kepalanya. “Jadi kangen masa muda... ntar pulang mau minta jatah sama Hannie pokoknya! Sialan, mreka kira itu lavatory soundproof apa gimana ya? Dikira yang di depan sini budeg apa gimana ya?”


On a scale of 1 to 10 : You are a 9, because i'm the 1 you need


Mingyu dan Wonwoo mungkin adalah kombinasi yang tak pernah dibayangkan oleh siapa pun di Chrympson High. Siapa yang tidak tahu Mingyu, werewolf tampan dari keluarga Kim dan Wonwoo, warlock jenius dari keluarga Jeon. Tidak, cerita ini bukan cerita tragis mengenai dua keluarga yang bermusuhan layaknya Romeo dan Juliette atau pun dua keluarga yang siap menghabisi satu sama lain layaknya film Twilight. Keluarga Kim dan Jeon malahan berhubungan baik, dan keduanya seringkali bekerja sama. Salah satu contohnya adalah Chrympson High ini, sekolah sihir ternama untuk semua kaum magis.

Berbeda dengan kedua orang tua mereka yang justru berteman dekat, Mingyu dan Wonwoo adalah kutub utara dan selatan. Tidak ada yang tahu, kenapa Wonwoo dan Mingyu tidak bisa akur. Wonwoo bahkan terang-terangan berkata kepada kembarannya, Seokmin, yang notabene adalah sahabat karib Mingyu bahwa ia lebih baik bertarung dengan seekor chimera ketimbang harus berbagi udara di satu ruangan yang sama dengan Kim Mingyu. Seokmin hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar jawaban dari kembarannya itu.

Di satu sisi, kalau Mingyu ditanya apa yang membuatnya tidak akur dengan Wonwoo, Mingyu juga tidak tahu, ia bahkan tak pernah merasa membuat kesalahan dimana Wonwoo sampai di titik memusuhinya seperti sekarang ini. Padahal Mingyu sendiri pernah bilang kepada Seokmin, kalau kembarannya itu manis. Meskipun penampakan luarnya dingin, kalau sedang tersenyum jadi manis sekali. Reaksi Seomin? Bergidig ngeri membayangkan bagaimana reaksi Wonwoo kalau ia sampai mendengar perkataan Mingyu. Bisa-bisa Mingyu diberikan ramuan ciptaan Wonwoo lagi, seperti waktu itu Wonwoo mencampurkan Spectura, ramuan pengubah warna yang diciptakan oleh Wonwoo ke dalam minuman milik Mingyu. Alhasil, full moon bulan itu, Mingyu berubah menjadi werewolf berwarna ungu. Bukan berarti Mingyu tidak pernah membalas keisengan Wonwoo. Mingyu tahu Wonwoo suka sekali mengantongi jelly beans mix fruit flavors untuk dicemil selama jam pelajaran. Dan ketika Wonwoo meninggalkan sekotak jelly beans kesayangannya itu di loker bajunya saat jam pelajaran olahraga, Mingyu mengganti isi jelly beans mix fruits milik Wonwoo dengan Bertie Botts, jelly beans dengan rasa muntah dan earwax. Alhasil Wonwoo pun muntah saat jelly beans dengan rasa yang menjijikkan itu ia kunyah di jam pelajaran ramuan herbal Profesor Kyuhyun.

“Ini gak bisa batal aja ya? Gue mending disuru latihan Quidditch panas-panas, but it's better than stuck in this fucking room with you”, Wonwoo memanyunkan bibir merah mudanya. Kedua matanya menatap sinis ke arah pria jangkung dengan rambut hitam yang duduk di hadapannya.

“Wow, wow, wow kalem dong Wonwoo sayang, try to see the bright side of this situation”, balas Mingyu santai, senyumnya tersungging memamerkan kedua taring kebanggaannya “you got to see me, exclusively 24/7”. Mingyu menatap cowok manis berkacamata di depannya dengan perasaan yang tidak bisa dideskripsikan, cowok itu jelas menatapnya dengan wajah kesal. Tapi kenapa Mingyu malah merasa ekspresi yang tergambar di wajah Wonwoo menggemaskan? Kalau tidak ingat Wonwoo memusuhinya setengah mati, mungkin Mingyu sekarang sudah menangkupkan telapak tangannya di kedua pipi gembul milik Wonwoo.

“Sayang-sayang pala lo peyang! Heh, lo pikirin dong gimana caranya ini kita keluar dari project ini. Kok lo fine-fine aja sih disuruh jadi model student sama gue? Lo gak sadar ya, jadi model student tuh brati selama setahun penuh kita bakal bareng, ntah dateng ke acara sekolah, pemotretan website sekolah, promosiin sekolah bareng ke luar kota, satu asrama bareng, basically you're fucking stuck with me Kim!”

Even if i stuck with you for a thousand years, i would tho', siapa yang bakal nyia-nyian kesempatan buat terjebak sama cowok cute kayak lo?“, jawab Mingyu santai, tak sadar jawabannya barusan seperti memberikan bensin ke dalam api.

“KIM MINGYU GILAAAAA, GUE KASI MAKAN LO KE KRAKEN LAUT UTARA YA SUMPAH”, teriak Wonwoo frustasi, cowok itu menyisir kasar rambut coklatnya ke arah belakang, menyembunyikan wajahnya di balik kedua tangannya. Mingyu tertawa tergelak, merasa puas dengan reaksi Wonwoo barusan.

Hari itu seakan tak bisa lebih buruk lagi untuk Wonwoo. Kepalanya pusing memikirkan kemungkinan-kemungkinan kalau dirinya harus terjebak dengan werewolf sok kegantengan Kim Mingyu selama setahun kedepan. Dan setelah itu Kyungsoo, senior mereka sekaligus asisten dari Prof Siwon, guru sihir pertahanan Chrympson High datang dan menyerahkan kunci asrama baru mereka.

“Nih ya kuncinya, gue tau lo berdua gak akur, tapi gue harap gue gak nyeret mayat pagi-pagi karena lo berdua bunuh-bunuhan di kamar malam ini”, kata Kyungsoo datar, sedatar ekspresi wajahnya sekarang.

“Kak ini kamarnya gak bisa pisah aja? Ayolah kak, sebagai sesama warlock lo gak bisa nolong gue?”, tanya Wonwoo memelas, matanya menatap penuh harap ke arah seniornya itu.

Sorry Won, lo tahu sendiri peraturan di sekolah kita turun temurun kayak apa. Guru-guru juga gak ada kuasa mau ngubah peraturannya”

“Udahlah Won, terima aja, gue gak gigit kok. Kamarnya di sebelah mana kak?”, tanya Mingyu, ada nada antusias terselip di suaranya dan Wonwoo membenci itu. Ia kesal kenapa Mingyu tidak mau bekerja sama dengannya.

“Kamarnya di paling ujung kastil Cerberus ya. Gede kok kamarnya, cuman lama gak dipake aja, harus dibersihin dulu. Good luck both of you, bisa kontek gue ntar kalo ada apa-apa, atau gak samperin aja di ruang Basilica, gue biasanya nongkrong disitu”, jawab Kyungsoo yang dijawab dengan anggukan Mingyu.

Mingyu dan Wonwoo pun berjalan menuju ke arah kamar sesuai dengan arahan Kyungsoo, Mingyu memainkan serincing kunci itu di jari telunjuknya, memutar-mutarnya menimbulkan suara berdenting antara logam kunci dan gantungannya yang terbuat dari perunggu.

“Lo bisa gak sih gak berisik Gyu?”

Mingyu menghentikan langkahnya di koridor luas berwarna abu milik kastil Cerberus yang sore itu sepi. Mingyu membalikkan tubuhnya, kemudian melangkah mendekat ke arah Wonwoo yang kini sudah membuang wajahnya ke arah laut Brimmingham, pemandangan di seberang kastil Cerberus sekaligus tempat para siren tinggal. Langkah sepatu pantofel milik Mingyu yang semakin mendekat cukup mengintimidasi warlock muda manis itu, sehingga tanpa ia sadari, ia melangkah mundur hingga punggungnya menyentuh pinggiran balkon kastil. Mingyu mencondongkan tubuhnya, hingga wajahnya berada kurang dari 5 cm dari wajah Wonwoo. Mingyu menatap lurus-lurus manik hitam dari mata Wonwoo yang selalu mengingatkannya akan Kitsune, fox spirit yang pernah dilihatnya saat pembelajaran berburu di sekolah.

“Jawab gue Jeon, gue nggak pernah ngerasa bikin salah sama lo. Tapi kenapa sikap lo borderline hostile banget sama gue?”

“Lo seriusan gak tau salah lo dimana?”, jawab Wonwoo.

“Nggak, you tell me Jeon, dengan begitu lo gak harus terus-terusan ngacungin tongkat sihir lo ke arah gue, kayak yang lo lakuin sekarang”, Mingyu menunjuk ke arah magic wand Wonwoo yang berwarna tembaga dengan uliran perak di bagian pegangannya yang kini teracung di samping wajahnya. Wonwoo mendecih kemudian mendorong tubuh Mingyu kasar dan berjalan mendahului Mingyu menuju kamar mereka yang terletak di paling ujung.

“Cepetan jalan atau lo tidur luar hari ini”, ancam Wonwoo

“Kuncinya di gue kalo lo inget”

“Gue warlock Mingyu, gue ga butuh kunci buat buka pintu ini”

“Tapi lo dilarang menggunakan sihir di area sekolah Wonwoo. Lo tetep butuh kunci dari gue”, jawab Mingyu ke arah Wonwoo yang kini melipat tangannya kesal.

Dan setelah pintu dari batang kayu pohon Ek itu terbuka, kamar di dalamnya memang cukup luas, namun seperti kata Kyungsoo, kamar itu berdebu, perlu dibersihkan.

Fuck school rules, ini sebenernya gue tinggal baca Scourgify kelar anjir masalah beberes”

“Mending sekarang lo bantu gue Won, daripada ngomel terus di pojokkan kamar. Gak akan pindah debunya biarpun lo omelin sampe seharian”, kata Mingyu sambil menggulung jas sekolahnya yang berwarna teal.

“Ogah, lo kerjain aja sendiri. Werewolf kan kuat. Gue punya motto say no to work, say yes to boobies. Kalo tete lo gede baru boleh minta bantuan gue”, balas Wonwoo sambil menjulurkan lidahnya ke arah Mingyu yang tengah sibuk memindahkan karpet-karpet untuk menyapu lantai kamar. Wonwoo kemudian duduk di sofa dekat perapian kamar dan merebahkan kepalanya di sandaran sofa. Mingyu terdiam, kemudian melihat ke arah dadanya sendiri lalu menatap ke arah Wonwoo yang kini melihatnya dengan tatapan 'apa lo?'.

Fine, kalo lo mau bantuin gue, lo boleh pegang dada gue”

Sekarang giliran Wonwoo yang tak percaya dengan perkataan Mingyu barusan. “Ogah, lo minta tolong aja sama fans-fans lo tuh, kan bejibun. Pasti sukarela dijadiin babu buat bersihin kamar”.

“Sialan, emang dada gue kurang gede buat lo?”, tanya Mingyu. Wonwoo kira Mingyu bercanda, tapi tak ada tawa sama sekali di wajah Mingyu. Wonwoo tertawa melihat ekspresi Mingyu barusan, Mingyu benar-benar percaya dengan syarat bodoh dari Wonwoo.

“Oke, gimana kalo lo ceritain kenapa lo benci sama gue? Kalo lo ceritain, lo ga perlu bantuin gue beresin kamar”. Wonwoo terdiam, menimang-nimang persyaratan dari Mingyu yang lumayan menggoda. Sejujurnya ia malas sekali harus bersih-bersih, ia juga tak ingin jas magenta kesayangannya kotor.

Fine. Koreksi ya, gue tuh sebenernya gak benci? Gue kesel doang. Lo tuh nyosor gue pas lo mabuk kebanyakan minum Butterbeer waktu freshman party tahun lalu. Dan fakta kalo orang yang jadi first kiss gue adalah elo, yang bahkan ga inget kalo lo pernah nyium gue, fuckin pissed me off”, jawab Wonwoo. “Gue tuh maunya first kiss gue berkesan you asshole. Taunya malah sama lo hhmpph-”

Mingyu membungkam bibir Wonwoo dengan bibirnya sendiri, menahan tengkuk Wonwoo untuk memperdalam ciumannya. Mingyu menyesap pelan bibir bawah Wonwoo kemudian melesakkan lidahnya masuk untuk bertemu dengan lidah Wonwoo. Ciuman Mingyu terasa lembut, tidak menuntut. Wonwoo seharusnya mendorong Mingyu, namun tubuhnya tak mau menurut dengan pikirannya sendiri.

“Sorry Wonwoo, gue tau gue telat tapi gue mau ngaku dosa sama lo”, Mingyu menjeda kalimatnya setelah melepaskan ciumannya dengan Wonwoo, menatap Wonwoo yang masih tampak terkejut dengan rona merah di pipinya. “Gue gak mabuk waktu itu. Gue sengaja, pura-pura mabuk, supaya bisa deket sama lo. Gue pikir lo juga tertarik sama gue, soalnya kita lempar-lemparan senyum terus waktu freshman party itu, cuma gatau kenapa gue gak berani buat datengin lo langsung. Sumpah gue sebenernya cuma mau cium pipi, tapi lo noleh yang kena malah bibir lo. Otak gue udah ga bisa lagi diajak mikir mau kasih alesan apa. Akhirnya gue pura-pura pingsan trus pura-pura lupa. Gue suka Won sama lo, dari awal kita ketemu, bahkan sampe sekarang. Gue jahilin lo ya supaya bisa terus-terusan deket sama lo”

“Lo goblok apa gimana sih? Lo ngajak gue kenalan gak berani, nyium berani. Otak lo kebalik apa gimana? Kalo lo ngajak gue kenalan waktu itu kan bisa aja sekarang kita udah pacaran”, jawab Wonwoo yang sedetik kemudian menyesali perkataan yang keluar dari mulutnya sendiri. “Nggak, maksud gue-”

“Jadi lo gak nolak kalo gue minta lo jadi pacar gue sekarang?”, potong Mingyu sambil mengulum senyumnya.

“Diem Mingyu. Diem. Otak gue yang konslet tadi”

“Jangan buang-buang waktu lagi Wonu, udah setahun ilang kita pake buat berantem ga jelas.. jujur sama gue sekarang. Mau apa enggak?”, Mingyu merangkul pinggang ramping Wonwoo, kemudian menyenderkan dagunya di bahu Wonwoo.

“Gue itung sampe 5 kalo masi diem artinya mau..”, bisik Mingyu di telinga Wonwoo.

“1...

2...

3..

4..

5..”

Mingyu kemudian mengecup pipi Wonwoo singkat yang langsung mendapat hadiah tabokan di punggungnya. Mingyu meringis mendapati kekuatan penyihir tampan di pelukannya ini ternyata lumayan juga.

“Jeon Wonwoo punya gue. Punyanya Kim Mingyu!!”, teriak Kim Mingyu, berhasil membuat gema di kamar mereka. Wonwoo yang panik langsung menutup mulut Mingyu dengan telapak tangannya.

“Diem gak lo. Masih marah nih gue”

“Eit, hari pertama jadian kok udah marah-marah manisss..”, goda Mingyu. “Sorry ya, gue sering bikin lo kesel. Mulai sekarang, gue bakal bikin lo jadi orang paling bahagia di dunia pokoknya”

“Idih, manis bener tu mulut. Tapi sorry juga gue kadang ngatain lo asshole”, balas Wonwoo, menatap wajah cowok ganteng yang barusan jadi pacarnya sore ini. Mingyu terdiam, kemudian melirik ke arah dada Wonwoo. Wonwoo menuruti arah pandang Mingyu ke arah dadanya, kemudian kembali menatap Mingyu dengan wajah bingung.

“Jadi sekarang gue boleh grepe tete lo ya Won?”, tanya Mingyu dengan cengiran tanpa dosa. Wonwoo refleks menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.

“Tete-tete pala lo, now you're just back being an asshole again. Gue cuma becanda bego”, dengus Wonwoo kesal.

“Tapi gue serius”, kata Mingyu tanpa melepaskan tatapannya dari dada Wonwoo. Sekarang tangannya secara perlahan bergerak menuju ke area tersebut.

“Gyu stop...”, tangan Mingyu masih melayang menuju ke area dada Wonwoo, matanya terfokus menatap ke arah tujuannya.

“Kim Mingyu...”

“KIM MINGYU STOP BEGO”, Mingyu tersentak kaget setelah merasakan pukulan di belakang kepalanya.

“Aduh sakit Won!”, Mingyu mengusap bagian belakang kepalanya sambil meringis.

Damn you, kok gue bisa-bisanya kepincut sama werewolf dodol begini sih”, ujar Wonwoo tanpa memperdulikan kekasihnya yang masih meringis di pelukannya.

You love me anyways”, balas Mingyu kembali mencuri kecupan dari bibir pacar penyihirnya itu.

Yeah i do”, Penyihir tampan itu tertawa tergelak kemudian membalas kecupan di pipi Mingyu.

“Yaudah boleh pegang tete ya?”, tanya Mingyu

“Hhh... yaudah deh boleh....”

-Fin-


Eye contact : How souls catch on fire


Festival malam tahunan tahun ini cukup berbeda, ntah kenapa itu juga yang dirasakan Wonwoo malam ini. Ada sedikit sesal di hatinya telah mengiyakan ajakan Soonyoung dan Junhui untuk pergi ke hari terakhir festival hari ini. Kalau bukan karena Soonyoung dan Junhui yang terus merengek padanya seharian ini di sekolah, mungkin sekarang Wonwoo tengah bersembunyi di balik futon hangat di rumahnya sambil membaca novel-novel horror baru yang dibelinya saat midnight discount toko buku online favoritnya.

Hari ini cukup dingin, bahkan ketika Wonwoo sudah memakai sweater putih tebalnya, angin malam masih terasa menusuk tubuhnya. Cowok berkacamata itu melirik jam di tangan kirinya yang menunjukkan pukul 7:45 malam, dan belum ada tanda-tanda Soonyoung dan Junhui muncul di tempat janjian mereka, di dekat ferris wheel yang sebenarnya adalah alasan utama Soonyoung ngotot ingin datang ke festival ini. Berbeda dengan Junhui yang memanfaatkan festival sebagai ajang pesta kuliner. Wonwoo menggesek-gesekkan telapak tangannya, berusaha mencari sedikit sumber kehangatan sambil matanya awas mengamati keadaan sekitar. Dekorasi festival tahun ini cukup berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, dekorasinya mengambil tema kebarat-baratan, dan diadakan di musim gugur, dimana biasanya festival semacam ini diadakan saat malam musim panas. Mungkin karena dingin, dan area tempat Wonwoo menunggu masih sepi akibat wahana ferris wheel yang belum dibuka, ada sedikit perasaan horror yang terselip di benak cowok itu.

“Halo, apakah kamu tertarik untuk diramal?”

Wonwoo refleks menjerit kecil ketika tiba-tiba ada suara berat yang menyapa disertai dengan tepukan pelan di punggungnya. Wonwoo membalikkan badannya, membetulkan posisi kacamatanya yang sedikit melorot. Damn sir-, batinnya pelan. Cowok yang berada dihadapannya sekarang mungkin adalah cowok paling attractive yang pernah dilihatnya seumur hidupnya. Cowok itu memakai setelan hitam dengan rompi ungu yang cukup ketat untuk memamerkan dada bidangnya, sepatu kulit hitam yang dipakainya menambah kesan neat dari cowok itu. Kedua matanya yang segelap batu obsidian menatap Wonwoo tajam, ada kilatan berbahaya terpancar dari pandangannya. Namun senyumnya terasa manis, memamerkan gigi taringnya yang menambah poin seksi cowok itu.

“A-aku? Kamu ngomong sama aku?”, tanya Wonwoo

Cowok dengan kulit tan itu tertawa kecil, kemudian menyibak rambut coklatnya ke belakang, yang Wonwoo sendiri tak tahu kenapa gerakan sesimple itu terlihat sedemikian seksi di matanya.

“Iyalah, kamu. Ada orang lain di sekitar sini selain kamu?”, balasnya sambil tersenyum, ada nada menggoda dalam suaranya.

“Eh.. ramal apa ya? Kok aku baru tahu festival ada booth ramal sekarang?“, Wonwoo meneguk ludahnya menyadari kini jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya setiap cowok jangkung di hadapannya ini menatap tepat ke kedua matanya.

“Memang baru, dan barusan buka juga. Kamu mau jadi client pertamaku?“, cowok itu mendekat kemudian merendahkan tubuhnya supaya wajahnya sejajar dengan wajah Wonwoo. Tangannya diletakkannya di bahu mungil Wonwoo, kemudian bergeser menulusuri lengan sampai ke telapak tangan Wonwoo.

“Ini yang akan kuramal”, ujarnya sambil mengecup punggung tangan Wonwoo. Dan Wonwoo bersumpah ia bisa menghirup aroma musk dan sandalwood menguar dari tubuh cowok itu dari jarak sedekat ini. Wonwoo tidak tahu kenapa, tapi seluruh sel dalam tubuhnya mendadak waspada, cowok di hadapannya ini terasa berbahaya dalam artian yang Wonwoo sendiri tidak tahu apa. Dan ketika cowok itu mencium punggung tangannya, Wonwoo sudah tidak peduli lagi dengan semua firasat yang ada di hatinya. Yang ia tahu sekarang adalah rasa penasarannya yang lebih besar, yang mendorong dirinya untuk mengikuti punggung tegap cowok itu menuju salah satu tenda kecil yang lokasinya cukup tersembunyi di balik tenda besar sirkus yang sudah tak terpakai lagi.

“Aku Mingyu, makasih udah mau jadi client pertamaku malam ini”, katanya sambil menyibak pintu masuk ke tenda kecil itu.

Mingyu mempersilahkan Wonwoo duduk di sisi yang berseberangan dengan Mingyu. Meja bundar kecil dengan taplak merah adalah satu-satunya pemisah di antara Mingyu dan Wonwoo dalam tenda kecil yang sebenarnya cukup sempit untuk dua orang dewasa bertubuh tinggi seperti mereka berdua.

“Sama-sama Mingyu, aku Wonwoo. Jujur aku gak pernah buat coba ramal-ramal kayak gini. Ini caranya gimana? Cukup liat telapak tanganku aja?”, tanya Wonwoo pelan, suasana hening di tenda yang cukup jauh dari keramaian festival menimbulkan gelenyar aneh di perut Wonwoo. Terlebih karena sekarang di hadapannya ada cowok seksi nan tampan sedang fokus menatapnya. Hanya ia seorang.

“Iyep, aku cuma butuh tanganmu. Santai aja ya, gak lama kok. Dan karena kamu client pertamaku. Kamu boleh bayar berapa aja”, balas Mingyu. Wonwoo menurut kemudian mengulurkan tangannya, darahnya berdesir ketika merasakan sentuhan tangan Mingyu mengusap lembut permukaan tangannya dan menahan punggung tangan Wonwoo dengan sebelah tangannya yang lain.

“Mau tanya apa dulu? Kesehatan, karir, cinta, atau uang?”, kali ini giliran Mingyu yang bertanya.

“Hmm.. apa ya? Kesehatan dulu kali ya?”

Mingyu mengangguk kemudian memusatkan pandangannya ke telapak tangan Wonwoo, menyusuri garis-garis tangan di telapak Wonwoo dengan ujung telunjuknya.

“Geli..”

Mingyu mendongak mendengar suara lirih Wonwoo lalu terkekeh pelan.

Sorry-sorry, geli ya? Buat kesehatan sih, sebenernya ini cukup baik ya di tahun ini, cuma kamu sering begadang ya?”

“Eh, iya aku sering begadang main game atau baca novel gitu. Kok tau?“, mata Wonwoo membelalak, genuinely terkejut dengan pernyataan Mingyu barusan. Padahal tadinya Wonwoo sudah berpikir ini cuma scam semata.

“Iya, ini soalnya sih aku bacanya kamu sering kayak masuk angin ringan gitu, sama pegal-pegel kecapekan kurang tidur.”, sejurus kemudian Mingyu bangkit dari tempat duduknya, lalu menyentuh tengkuk Wonwoo yang terbalut sweater turtleneck putihnya.

“Sering sakit di area sini ya?”, tangan Mingyu menekan pelan area tengah tengkuk Wonwoo. Wonwoo mengangguk cepat, agar tangan Mingyu berhenti menyentuh tengkuknya, menutupi fakta daerah yang dipegang Mingyu terasa panas, padahal sentuhan barusan masih terhalang kain sweater milik Wonwoo.

“Kurang-kurangin begadangnya Wonwoo, perlu aku bantu ingetin? Ada yang marah nggak?”, ada cengiran jahil yang menyertai pertanyaan Mingyu barusan.

Are you like hitting on me right now?

Depends on your answer

Wonwoo tersenyum, kemudian menopangkan dagunya pada tangannya yang tidak ditahan oleh Mingyu.

I'll tell you later. Should we continue this.. uh-mr. fortune teller?”, Wonwoo mengedipkan sebelah matanya, tersenyum penuh kemenangan menangkap reaksi Mingyu yang cukup terkejut melihat responnya barusan. 1-1 sama, batin Wonwoo.

Wow, I'm pretty sure flirty-Wonwoo was absolutely not on my mind if you asked me about your first impression

Now you know..”, Wonwoo menyunggingkan senyum kecilnya penuh kemenangan.

“Soal karir dan keuangan bagus kok, no big problems buat tahun ini, kamu juga bukan tipikal yang boros. So, yeah, no worries...“, Mingyu menjeda kalimatnya kemudian menatap kedua manik hitam cowok berkulit seputih susu di depannya, “Tentang cinta.. you might meet someone very soon enough

Very soon... as in now?”, 2-1, batin Wonwoo lagi.

Mingyu memamerkan senyumnya lagi, matanya kini berkilat nakal menatap Wonwoo. Mingyu melepaskan tangannya dari tangan Wonwoo, kemudian berdiri mendekati Wonwoo, menopangkan satu tangannya di atas meja bundar kecil itu. Mingyu merendahkan tubuhnya, melepaskan kacamata cowok itu lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Wonwoo, membuat cowok itu refleks memejamkan matanya. Dan Wonwoo lagi-lagi merasakan darahnya berdesir, terlebih kini ia bisa merasakan nafas Mingyu menerpa bibirnya lembut, ada bau peppermint tercium disana.

Mingyu terkekeh kecil, lalu berbisik ke telinga Wonwoo, “I'm bad at choosing a nice pick-up lines, but i definitely know how to flirt with someone. And yes, you might meet your someone now”, dan setelah melirik sekilas dan melihat pipi Wonwoo yang kini bersemu kemerahan, Mingyu tersenyum puas kemudian kembali ke tempat duduknya.

I thought you were about to kiss me”, ada nada kecewa terdengar dalam suara Wonwoo.

Well i'd like to, but not now, i still haven't gotten your answer though, ada yang marah nggak?”

Wonwoo berdeham pelan, kemudian sibuk meraba kantong jeansnya, menacari-cari dompetnya untuk membayar Mingyu. Dan obviously menghindari tatapan Mingyu.

“Harusnya kamu bisa tangkap hint dari saya barusan. But, i guess you're not? Uh.. jadi berapa?“, tanya Wonwoo canggung, masih malu dengan kejadian barusan.

Mingyu mengulas senyum di wajah tampannya kemudian menjawab, “how about you pay me with your phone number? I'd like to make my prediction real

-Fin-


Shouldn't you be in bed with me right now?


Bahkan setelah drama yang harus dilalui Sora dan Wonwoo demi mendapatkan kamar lain mulai dari menunjukkan KTP yang ditolak oleh resepsionis karena alasan mereka sudah fully booked sampai meminta layanan extra bed yang pada akhirnya juga dijawab dengan wajah menyesal oleh sang resepsionis karena mereka kehabisan extra bed. Pada akhirnya, Sora dan Wonwoo harus menghabiskan malam ini sekamar dengan satu ranjang queen size.

“Jadi lo bobo di sebelah mana biasanya? Kiri apa kanan?”, tanya Wonwoo setelah mereka berdua masuk kembali ke kamar mereka. Sora sontak menaikkan alisnya dan menatap Wonwoo dengan pandangan tak percaya.

“Maksud lo kita tidur sekasur?Kenapa lo gak tidur di sofa?”

Me? Kenapa nggak lo aja?“, mata Wonwoo menyipit tajam ke arah Sora.

“Gue kan cewek...”

Yeah, dan gue cowok. Gender nggak ada relevansinya sama keharusan buat ngorbanin kebutuhan untuk tidur nyaman”, balas Wonwoo cepat disertai dengan cengiran nakal. Sora benar-benar kehabisan akal dengan jawaban Wonwoo barusan.

“Terserah lo dah, fyi aja, gue tidurnya gerak-gerak, awas aja ngomel kena tendang gue”, pancing Sora. Semoga ini cowok berubah pikiran suara hati Sora mencicit. Tapi Wonwoo justru hanya menjawab Sora dengan endikan bahunya dan beranjak masuk ke kamar mandi sambil menenteng handuk dan peralatan mandinya.

Sembari menunggu gilirannya untuk mandi, Sora memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di kasur. Sepuluh menit... lima belas menit... Sora merasa namanya dipanggil-panggil. Sora menguap, mengusap matanya dan- holy fuck, Sora menyumpah dalam hatinya. Mulutnya mendadak kerontang, kantuknya hilang seketika melihat pemandangan setengah telanjang so-called-'suami'-nya itu.

Mata Sora nyaris tak berkedip saat menatap pinggang langsing, di atas perut rata dengan six packs yang tercetak jelas. Sora membatu di kasur tempatnya duduk, Wonwoo tampak begitu gagah dan menakjubkan di bawah cahaya lampu hotel, rambutnya yang masih basah, dadanya bidang dengan tulang selangka yang menggoda, belum lagi ceruk V yang berujung di tempat rahasia di balik handuk. Belum selesai ternyata cobaan dari Tuhan untuk Sora, ketika Wonwoo membalikkan badanya, Sora bisa mendengar suaranya menelan ludah holy shit- punggung lebar milik Wonwoo dan sepasang bokong sempurna yang bahkan handuk tebal pun nggak bisa menyembunyikannya.

“Sora, gue mau ganti baju. Jangan ngintip. Well, kalo lo mau liat juga gue gak keberatan sih”, kata Wonwoo, matanya mengerling nakal melihat Sora yang salah tingkah di tempatnya duduk.

“Apaan sih lo? Ya kali, gue mau mandi-”

GUBRAK!

Sora malah tersandung kakinya sendiri dan ntah bagaimana ceritanya sekarang Wonwoo sudah berada di atas tubuhnya, menindihnya di atas kasur. Matanya menatap intens ke mata Sora yang masih terkejut dengan posisinya sekarang.

Hey, wanna fool around?”, suara seduktif Wonwoo di telinga Sora mengirim sinyal bahaya ke sekujur tubuh Sora.

“Jangan becanda Wonwoo”, jawab Sora berusaha setenang mungkin

“Konsensual sama sekali bukan perkara remeh buat gue, terlepas dari seberapa besar ketertarikan gue sama lo, dan sebesar apa keinginan gue buat makan lo sekarang”, Wonwoo menjauhkan badannya karena ada yang tengah mengeras dibalik handuknya-mengancam akan mengkhianati ucapannya.

Sora menatap Wonwoo dalam-dalam, cowok itu sama sekali nggak ada tanda-tanda lagi becanda sekarang. Dan setelah saling bertukar tatap cukup lama, Sora membasahi bibirnya yang terasa kering.

This still feels awkward, can we start from the easiest part?

Seakan bisa membaca pikiran Sora, Wonwoo menepuk pahanya, mengisyaratkan Sora untuk duduk di pangkuannya. Kemudian Sora menumpukan kedua tangannya di atas bahu cowok itu, perlahan tapi pasti, Sora merendahkan posisi tubuhnya sehingga kini bibirnya sejajar dengan bibir cowok bermata rubah itu.

Mulut Sora terasa manis, lembut, dan panas-kombinasi yang membakar Wonwoo, Wonwoo menekan tengkuk Sora, memperdalam ciumannya, meenyelipkan lidahnya di antara bibir cewek itu. Dan ketika ciuman Sora terasa semakin menuntut, sandaran ranjang hotel memang terasa tidak terlalu nyaman, namun memungkinkan Wonwoo untuk merasakan setiap jengkal lembut tubuh Sora. Kenyal, lembut, dengan puncak yang menegang tajam terasa menempel di tubuh Wonwoo.

“Lo gak pake bra?”, ucap Wonwoo di tengah-tengah ciuman panas mereka

“Tadi gue tidur, i hate wearing bra when i sleep

Aren't you a little too careless, princess? I'm a man you know”, Wonwoo menyeringai ke arah Sora, matanya memicing berkilat nakal. Tangannya menelusup ke balik rok pendek yang dipakai Sora, merasakan celana dalam berenda di baliknya. Cowok itu memukul pelan bokong Sora, kemudian meremasnya sampai Sora mengerang karenanya. Jemari Sora hanyut di antara riak-riak rambut Wonwoo, napas hangat yang terengah-engah dan desahan Sora terdengar merdu di telinga Wonwoo.

Sepasang payudara milik cewek itu membuat tangan Wonwoo sedikit gemetar karena gairah yang meluap-luap dari dirinya. Bibir cowok itu membentuk senyum miring ketika merasakan payudara milik Sora mengisi penuh tangkup kedua tangannya. Wonwoo menggesek-gesekkan ibu jarinya ke kedua puting yang telah mengeras itu, kepala Sora menyentak ke belakang lalu kembali menyembunyikan wajahnya, mendesah pelan di ceruk leher Wonwoo. Wonwoo tersenyum lalu mengecup puncak kepala Sora.

Sel-sel di tubuh Sora tersentak waspada ketika tangan Wonwoo meninggalkan dadanya dan berusaha menarik turun knitwear hitam yang dipakainya. Mata Wonwoo berkabut oleh gairah ketika melihat dada telanjangnya untuk kali pertama. Indah, dan seputih susu dengan puting berwarna merah jambu, untuk cowok itu seorang. Sambil menjilat bibirnya dengan ujung lidahnya, Wonwoo menjepit kedua puting di antara jempol dan telunjuknya lalu mencubitnya. Sejurus kemudian, Wonwoo memutuskan untuk menikmatinya langsung dengan mulutnya, mencucup dan memagutnya, membuat Sora mengerang nikmat.

Tak mau kalah, Sora mengusap halus gundukan yang kini terasa sangat mengeras dibalik handuk putih yang dipakai Wonwoo, menekan ujungnya pelan, dan mengurut batangnya perlahan. Batal sudah rencana Wonwoo untuk menahan diri, tak ada lagi niat untuk berlama-lama, tak ada lagi kesabaran. Wonwoo melepaskan rok dan celana dalam berenda yang dipakai Sora, mencari puncak gairah di antara kedua paha cewek itu. Daerah itu terasa hangat dan lembab, Sora mengangkat panggulnya sedikit, membantu Wonwoo mendapatkan akses untuk memasukkan kedua jarinya sekaligus ke liang femininnya. Sora mendesah pelan, tubuhnya bergerak-gerak gelisah karena jari-jari Wonwoo yang berhasil memberinya kenikmatan yang tak terkendali.

Damn you're tight baby”, Wonwoo menyesap leher Sora, memberikan bekas kemerahan yang besok pagi pasti berubah warna menjadi violet. Cewek itu terasa sempit, dan Wonwoo harus menggerakkan jarinya lebih jauh untuk mencapai pusat gairah di dalamnya. Sora tercekat, dan Wonwoo membungkamnya dengan ciumannya, menarikan lidah mereka di rongga mulut, menguarkan setiap gairah dari tubuhnya.

Sora menarik turun handuk Wonwoo, memberikan kode dirinya butuh lebih. Sekarang.

Needy, aren't you?”, suara berat Wonwoo berbisik di telinga Sora, menambah api gairah dalam diri Sora.

Speak for yourself”, balas Sora menatap ke arah ke kejantanan Wonwoo yang telah tegak sempurna, dengan cairan precum yang nampak menetes di ujungnya. Matanya kini tak lagi tampak sayu, melainkan berkilat nakal. Cewek itu mendorong Wonwoo hingga terduduk, kemudian mengambil alih permainan, mengocok penis cowok itu sambil sesekali mengulumnya.

Ketika Wonwoo merasa dirinya hampir di ujung pelepasannya. Wonwoo menahan gerakan tangan Sora, dengan tak sabaran mencari-cari kondom yang diselipkannya di dompetnya lalu menyobek bungkusnya dan memakainya dengan tergesa. Sora menatap Wonwoo lurus-lurus, memberi isyarat dengan gerakan kepala supaya datang mendekat.

I'm gonna put it to good use-you'll see” ujar Wonwoo, terdengar seperti sebuah janji.

Wonwoo menurunkan posisi tubuhnya hingga kejantanannya berada di antara pangkal paha Sora. Dan dalam satu kali hunjaman, Wonwoo memasukki inti Sora yang panas dan licin.

“Ahh.. W-Wonhh..”

Wonwoo melumat bibir Sora ganas, ia mulai menggerak-gerakkan tubuhnya, keluar masuk dari taman rahasia Sora. Sora semakin gelisah, erangannya disertai dengan cengkeraman posesif di punggung mulus Wonwoo

Faster Won...

Wonwoo tersenyum menanggapi perintah Sora, cowok itu bangkit kemudian bertumpu mantap di atas kedua lututnya. Kali ini Wonwoo menggempur Sora dengan lebih keras, lebih cepat, suara gesekan kulit mereka berdua memenuhi kamar hotel malam itu.

Fuck, you're tight Sora

“Suka?”

“Enak, damn it!”, dan dengan satu sentakan keras, Wonwoo merasakan aliran deras keluar dari tubuhnya, lalu runtuh di atas tubuh Sora.

Setelah beberapa saat, Wonwoo berhasil mengumpulkan kekuatannya untuk bergeser hingga akhirnya rebah di sisi Sora, mencium keningnya pelan. Sora sendiri hanya tersenyum lemah dan membiarkan cowok itu menggenggam tangannya hingga pagi menjelang.


This feeling's so alien Need to know if you're just a friend or are you a secret I'm holdin' in?


Sudah setengah jam berlalu semenjak lepas landas, sebagian besar penumpang pesawat Asia's Sky sudah tertidur di kursi masing-masing. Nampak tak terganggu dengan pesawat yang sempat terguncang pelan karena hujan deras di luar sana.

Pikiran Sora melayang kepada sosok yang ditemuinya kemarin. Sebenarnya Sora sadar, harapan yang ia tumbuhkan pada Mingyu harus segera ia pupuskan sampai ke akar-akarnya. Sora tau, Mingyu memang suka memberikan gestur yang kadang Sora sendiri mempertanyakan, apakah ada makna tertentu dibaliknya? Dan Sora lagi-lagi lengah. Lagi-lagi dirinya hanya diperalat demi Minyoung.

Baru saja Sora hendak menyumbat sebelah telinganya dengan earphone, matanya melirik ke arah cowok yang duduk di sebelahnya. Cowok itu sepenuhnya terfokus dengan novel tebal yang dipegang dengan kedua tangannya. Rambut cowok itu tebal, berwarna silver dengan tatanan slicked back, membingkai wajahnya yang tampan dengan sempurna. Kulitnya putih pucat, alisnya tebal tampak serasi dengan matanya yang mengingatkan Sora akan mata rubah. Gerakan mendadak lidah cowok itu untuk membasahi bibirnya membuat Sora nyaris nggak berkedip. Gerakan simple, tapi sukses membangkitkan gelenyar ganjil di perut Sora.

Can I help you?

Sora tersentak kaget dengan suara berat cowok di sampingnya, dan juga karena kini sepasang mata hitam yang tajam itu berkilat terang-terangan menunjukkan keberatan pemiliknya dimata-matai sejak tadi.

Sorry, i was just curious about the weather”, Sora berkilah berusaha menutupi kegugupannya tertangkap basah seperti orang tolol.

As you already expected. It's bad

Okay then, thankyou”, Sora buru-buru memakai kembali seatbeltnya dan buru-buru mengambil sebotol minum dari kotak makanan yang tadi diberikan oleh pramugari.

“Nngghhk-”, erangan Sora sontak membuat cowok di sebelahnya kembali menoleh kearahnya.

Let me help you

“Apa?Ups-I mean thankyou”, koreksi Sora sambil menyerahkan botol minumnya ke tangan cowok bermata rubah yang tampan itu. Lo kira lagi di transjakarta ngomongnya pake bahasa indonesia? batin Sora

“Nih, udah. Gue juga orang Indonesia kok”, sekarang giliran Sora yang terkejut. Tapi cowok itu malah melebarkan senyumnya dan sejurus kemudian mengulurkan tangannya, “Wonwoo”

Wonwoo, what a cute name, batin Sora. “Gue Sora”, tangannya terasa mungil dalam genggaman Wonwoo yang besar dan kokoh.

Ladies and gentlemen, this is your captain speaking. Due to foggy weather-”, setelah kapten selesai bicara, Sora langsung memijit kepalanya, ternyata dikarenakan cuaca yang bertambah buruk, pesawat akan dialihkan ke bandara internasional Malaysia, dan sebagai bentuk kompensasi atas ketidaknyamanan ini, akan dibagi-bagikan voucher untuk menginap semalam di hotel dekat bandara. Dan kalau cuaca mengizinkan, perjalanan akan di resechedule jadi pukul delapan pagi keesokan harinya.

Shit”, umpat Wonwoo dari tempat duduknya


Angel face, devil thoughts


Setelah mendapat instruksi dari staff Asia's Sky yang ikut mengantar mereka hingga ke hotel. Sora langsung ikut mengantri menuju resepsionis untuk mendapatkan kunci hotel. Dan setelah menyerahkan passport dan tiket pesawatnya, Sora menoleh ke arah Wonwoo yang berbaris tepat di belakangnya dengan tangan yang masih sibuk dengan ponselnya

“Ngapain lo?”

“Main game online”, cowok itu bahkan gak repot-repot untuk menatap ke arah Sora. Sora geleng-geleng kepala saja melihatnya.

Mrs.Jeon..

Yeah?”, Sora bahkan sudah terlalu lelah untuk mengoreksi panggilannya. Masi single begini harusnya miss lah...

I'm sorry but i need to see your husband's ticket too for confirmation. Beacause there's only one breakfast voucher per couple”, jelas sang resepsionis dengan tatapan polos. Sora tercengang dan menatap balik sang resepsionis dengan tatapan bingung, “What husband? I'm not married

But it says here, you fly together with your husband. You're even seated next to each other”, balas sang resepsionis semakin ngotot

Sora mengumpat dalam hati, ya kali gue married, pacar aja nggak ada, “I would've known if there's actually mr.Jeon-

Yes?”, sahut suara dari belakang Sora, “Kenapa manggil gue?”

Sora mengernyit bingung, “Lo, mr.Jeon?”

Wonwoo menekan tanda pause pada game di handphonenya kemudian menatap Sora dengan tatapan bingung, “Ada masalah?”

Bahkan dengan bahasa Indonesia sekali pun, Sora bersumpah kali ini ia bahkan tidak tau bagaimana harus menjelaskan situasi ini pada Wonwoo “A-actually... resepsionis tadi bilang, lo suami gue.”


I don't love you, but i'm also a liar


Setelah kejadian di lift tadi pagi, Sora bisa menyimpulkan satu hal. Kim Mingyu sampai hari ini tidak baik untuk kesehatan jantungnya. Dan setelah mereka sampai di ruang rapat pun, Sora langsung mencari tempat duduk jauh-jauh dari Mingyu, berusaha menetralisir jantung dan hatinya. Dan untunglah, sampai rapat berakhir pun tidak ada tanda-tanda Mingyu berusaha membuat jantungnya berulah lagi.

“Sora, ntar sore free gak?“, suara Mingyu mengagetkan Sora yang sedang membersihkan berkas-berkasnya yang masih berserakan di meja rapat.

“Eh? Kosong sih, kenapa?”, mata Sora terfokus pada cowok dengan tinggi 187cm di hadapannya. Sekian lama tidak bertemu, Kim Mingyu memang memancarkan aura ketampanan yang berbeda dari Mingyu versi SMA dulu. Mingyu tersenyum mendengar jawaban Sora, tarikan pada bibir tipis itu membuat Sora teringat, senyum itulah yang membuatnya dengan shamelessly naksir Mingyu saat sekolah dulu.

“Hmm, bantuin gue dong. Not as a boss, but as a friend

Sora menelan ludahnya, Mingyu semakin mendekat, tatapan Mingyu berhasil membuat sekujur tubuh Sora melemas. Apalagi mendapati fakta bahwa kini tatapan itu hanya tertuju pada satu-satunya objek di depannya sekarang : Sora.

Selama sekolah, sebenarnya tidak terhitung berapa kali Sora harus mengerjakan banyak hal karena Mingyu, dari yang remeh-temeh sekedar dititipin cemilan di kantin sampai bikinin paper biologi yang segunung. Dan semua itu dibalas dengan apa? bukan materi tentunya. SENYUMAN, ya senyuman seksi dari Mingyu yang memamerkan gigi taringnya dengan kata-kata terimakasih meluncur dari bibirnya adalah imbalan yang diterima Sora. Jadi tidak salah sekarang tubuh Sora bereaksi waspada, bayangan menjadi pesuruh Mingyu jaman sekolah dulu membuatnya deja vu.

Minta tolong apa? Cari hadiah buat lamaran? Nyariin rumah baru? APA?APA?


The more I think about it I want it more, babeRock Withchu (Pretty Much)


Dan disinilah Sora berada, di depan SanThai, salah satu cafe hits Jakarta di daerah PIK dengan menu Thailand sebagai andalan. Lagi-lagi Sora tidak bisa menolak permintaan Kim Mingyu. Karena terperdaya senyuman lagi. Senyuman yang sama yang sekarang dilemparkan Mingyu setelah memastikan Shylock Ruby miliknya, mobil mewah yang baru keluar awal tahun ini, dalam keadaan terkunci.

Pura-pura gak liat, pura-pura gak liat, gak baik buat jantung, gak baik buat jantung batin Sora sudah berteriak-teriak sedari tadi.

Sora langsung kehilangan sikap coolnya setelah Mingyu berdiri di dekatnya dan menyentuh punggungnya lembut. Thank God, Sora nggak sampai harus mencium permukaan kasar dan kotor pavement di depan kafe. Tapi rasa syukur itu harus segera berganti menjadi rasa panik setelah Sora mendapati dirinya berada di antara lengan kokoh dan tubuh tegap Mingyu. Tubuh yang harus Sora akui setelah tak sengaja tereksplor dengan telapak tangannya, maskulin banget. Dibalik kemeja putih yang dipakainya tersembunyi tonjolan-tonjolan otot yang, mmh.. Sora sendiri sampai tidak bisa mendeskripsikan karena pikirannya langsung melanglang buana jauh sekali.

“Aduh, sorry Gyu, gak fokus gue”, Sora dengan cepat menjauhkan tangannya dari dada bidang Mingyu. Saat kepalanya terangkat, Sora menangkap mata Mingyu kini balas menatapnya dengan kerjap dan cengiran nakal.

“Gak fokus gara-gara gue nih?”

Don't flatter yourself!”, kata Sora dengan nada pura-pura marah. Yang hanya dibalas oleh kekehan dari Mingyu. Suara kekehan yang berhasil melempar Sora kembali ke masa-masa sekolahnya dengan Mingyu. Dulu, Mingyu juga sering menggodanya dengan sikap sok gantengnya itu. Oke, koreksi, Mingyu memang ganteng, batin Sora. Dan Mingyu, sadar betul akan hal itu, sehingga dia menggunakan karunia Tuhan yang satu itu dengan semaksimal mungkin untuk memikat cewek-cewek cantik supaya mau jadi pacarnya, dan uh-Sora dengan mudahnya klepek-klepek dibawah pesonanya.

Setelah memesan pad thai dan es teh manis, Sora menutup buku menunya dan menatap Mingyu lurus-lurus, “jadi mau minta tolong apa?”

Mingyu kemudian menggenggam kedua tangan Sora, lalu menatap Sora dengan pandangan memelas. Sora sendiri cukup kaget dengan tangan besar yang tiba-tiba meraup tangannya.

“Gantiin gue besok buat dateng ke launch partynya Ghoul Pattiserie ya?”

“Hah? Kenapa?”, mata Sora membulat, seperti tidak percaya dengan apa yang barusan dikatakan Mingyu.

“Hmm... Soalnya besok ada hal penting yang harus gue lakuin sama Minyoung. Jadi nggak bisa, gue beneran lupa soal launch party itu. Kalo gue nggak dateng, nggak enak. Yang punya temen deketnya bokap”

“Oke, dimana pestanya?”, Sora mendadak kehilangan selera makan sekarang, namun ia berusaha mempertahankan ekspresi wajahnya sedatar mungkin. Ternyata lagi-lagi ia dijadikan pesuruh, demi urusan Mingyu dan Minyoung.

“Singapore”, jawab Mingyu.


I used to be in love with you You used to be the first thing on my mind I know I'm just a friend to you That I will never get to call you mine“ – Your Type (Carly Rae Jepsen)


Sampai detik ini cowok tampan yang berada 5 meter dari hadapan Sora masih tidak tahu, seberapa patah hatinya Sora setiap kali ia pergi berkencan dengan orang lain. Tidak, tidak, Sora bukannya hendak protes secara gamblang pada cowok itu. Karena buat apa juga? Masa iya Sora mau menyuruhnya untuk memutuskan Minyoung begitu saja demi dirinya? Cowok tampan dalam setelan suit dari Louis Vuitton dan sepatu kulit dari Hermes itu sekarang berjalan kearahnya dengan senyum yang oh shit, ganteng banget rutuk Sora dalam hati.

Sorry ya jadi nunggu lama, tadi Minyoung telpon, panik anaknya soalnya Bubu, anak anjing dia barusan muntah terus sekarang dibawa di klinik”

It's okay Gyu, aku juga barusan sampai kok”, Sora tersenyum berusaha menutupi jantungnya yang cukup berdebar akibat berdiri dalam posisi sedekat ini dengan Mingyu, dari jarak sedekat ini indra penciuman Sora bisa mendeteksi aroma parfum yang ditebaknya punya citruses, musk dan sandalwood dalam kandungan notesnya. Fresh, and classy sesuai dengan sosok Mingyu. Sora menyukai cowok-cowok yang wangi, and this is another point plus untuk Kim Mingyu. Sadar sora, pacar orang hey!, cicit suara hatinya.

“Yaudah yuk, langsung aja ke ruang meeting, Pak Charles udah otw kesini tadi katanya”, suara berat itu berhasil membuyarkan Sora dari lamunan kecilnya, lalu berjalan mengikuti Kim Mingyu menuju ruang rapat direksi di lantai 20.

Jagger adalah nama perusahaan tempat Sora dan Mingyu bekerja sekarang. Jagger merupakan salah satu perusahaan ternama di Jakarta yang terkenal dengan produk kopernya yang sudah merambah ke pasar internasional. Dengan gedung setinggi 30 lantai, bisa dibayangkan sebanyak apa karyawan yang bekerja disitu. Ternyata situasi dalam lift juga bukan situasi yang menguntungkan untuk Sora, terutama di hari kerja dan dalam jam-jam setelah makan siang, seluruh pegawai kantoran berebut masuk ke dalam lift untuk kembali ke kubikel mereka di lantai masing-masing, alhasil lift yang ditumpangi Sora dan Mingyu sekarang sesak dengan keadaan tubuh Mingyu yang bisa dibilang cukup menempel dengan tubuh Sora akibat didorong-dorong penumpang lift lainnya. Inilah alasannya, kenapa sekarang Sora bisa terjepit dalam kungkungan lengan kekar milik Mingyu di pojokkan lift. Sora tentu saja tidak berani mengangkat wajahnya ke atas, mau bilang apa ke Mingyu kalau dirinya tertangkap basah dengan wajah semerah kepiting rebus? Jantungnya saja daritadi sudah protes habis-habisan, sekencang ketika Sora ikut marathon di Car Free Day minggu lalu.

BRAK!

Tubuh Sora terhuyung, namun Sora merasakan ada lengan kokoh yang refleks meraih pinggangnya dan menarik Sora ke dalam pelukannya.

“Sora, kamu gapapa?”, suara Mingyu terasa begitu dekat di telinga Sora nyaris berbisik, membuat tengkuk Sora meremang. Sora meneguk ludahnya, berusaha mengenyahkan pikiran-pikiran kotor yang mendadak datang di kepalanya. Tentang bagaimana rasa bibir cowok tampan dihadapannya ini, tentang bagaimana kalau tangan-tangan kekar itu mengungkungnya di ranjang, bukan di lift?

Thanks Gyu, aku gapapa. I-ini liftnya kenapa ya? Kok berhenti?“, Sora membetulkan posisi berdirinya, melepaskan dirinya dari pelukan Mingyu. Belum sempat Mingyu menjawab, lampu lift tiba-tiba kembali menyala disertai dengan pemberitahuan bahwa lift akan segera kembali beroperasi dalam 10 menit. Mati gue, pikir Sora, sepuluh menit dalam jarak kurang dari 0.5 cm dengan Kim Mingyu?


Baby you're my favorite heartache


Sora bukannya gagal move on dari Mingyu, sahabat dekatnya semenjak SMA. Tapi memang sampai sejauh ini belum ada yang benar-benar mengusik hatinya seperti Kim Mingyu. Cewek itu sebenarnya juga tahu, sampai kapan pun Mingyu tidak akan melihatnya lebih dari sekedar sahabat. Cewek itu tahu seperti apa tipe cewek kesukaan Mingyu, terlebih dari dulu Mingyu juga termasuk cowok yang populer. Jadi sudah dipastikan sederetan mantannya juga termasuk cewek-cewek populer, mulai dari model sampai kapten cheers. Sora selalu jadi tempat curhat Mingyu, meskipun Sora sendiri juga harus menelan bulat-bulat rasa cemburu di hatinya. Bodoh? Mungkin juga. Tapi saat itu Sora hanya tidak mau kehilangan sosok Mingyu dalam hidupnya, terlepas bagaimana perasaannya terhadap cowok itu, untuk Sora, Mingyu adalah teman terbaiknya.

Setelah lulus SMA, Mingyu memutuskan untuk mengambil kuliah di Aussie. Sora pun sempat lost contact dengan cowok itu. Sampai tiga bulan lalu, saat rapat head manager berbagai divisi di Jagger, untuk memperkenalkan direktur utama yang baru. Cowok itu datang, dengan setelan abu merk Gucci dan jam tangan metallic milik Peugeot di tangan kirinya, looking ten times, no, one hundred times hotter than the last time she saw him. Tatapan mereka bersibobrok saat Sora memperkenalkan diri sebagai production manager di Jagger, dan Mingyu memberikan senyum khasnya, senyum yang memamerkan gigi taringnya. Senyum yang sekali lagi berhasil menimbulkan kupu-kupu di perut Sora. Sora pikir dirinya sudah selesai dengan Mingyu? Lalu perasaan apa ini?