woomysunflowxxx

Hello this is Summer :) Welcome to my universe~


Semakin jauh aku berlari, semakin sigap rindu menangkap


“Buat lo, Kim Mingyu.

We almost loved once. Gue masih inget banget pertama kalinya gue liat lo waktu MOS hari pertama. Gue masih inget debar-debar yang selalu berhasil lo timbulin tiap kita papasan, tiap lo sengaja ngisengin gue demi liat muka gue yang jadi merah kayak tomat.

Gue inget gue sering banget modusin lo, yang sok-sok lewat kelas lo, yang sengaja nyembunyiin buku pelajaran lo yang ketinggalan di kelas karena kelas olimpiade inggris gue make ruang kelas lo, cuma supaya besok gue punya alesan buat ketemu sama lo, dan gue yang selalu berusaha nyamain waktu berangkat gue ke sekolah supaya bisa papasan sama lo di gerbang. Dan gue masih inget juga, ciuman pertama kita di perpus waktu itu. pertama kalinya kita sedekat itu, pertama kalinya gue bisa natap mata lo seintens itu.

Gue inget lo sebagai patah hati terhebat gue, ketika gue nangis karena tau lo jadian, karena gue liat lo main basket berdua di lapangan belakang sekolah mesra banget, karena gue liat dia posting sebuket bunga gede pas valentine dari lo, ketika lo surprisein dia pas sweet seventeenth dia sebagai secret back dancer dia, dan terutama karena gue gak pernah bener-bener jadi prioritas lo, kak. Bahkan ketika gue udah kasih kesempatan kedua, bukan gue yang lo pilih.

Lo tau kak, almost lover is the worst. it is full of 'what-ifs' and 'i-wishes'. Dan ketika gue kepikiran gimana kita bisa aja berbeda sekarang kalau aja waktu dan situasi berpihak ke kita waktu itu. It fucking tears me apart.

Almost love hurts. But if anyone could be my almost-lover. I'm glad it was you kak.

I think a lot about how timing is really everything. Gue sama lo punya chemistry yang oke banget kak, we had the love, we had the universe in our hands. Except for that little detail, we weren't ready for each other.

But, just because we didn't work out, doesn't mean you weren't the best thing that ever happened to me. Because you were.

Happy Birthday kak, gue harap lo bahagia dengan siapapun lo sekarang. I hope he or she treats you right. Even after all of these years, i still think about you a lot”,

Benar kata Seokmin, hatinya terasa lebih ringan sekarang.

“Oke dah gue send yak”, kata Seokmin sambil memberikan hp Wonwoo kembali ke pemiliknya

“Send apa anjing?”

“Voice note lo barusan”

“Hah? Ke siapa?”

“Ke Mingyu lah, biar doi mikir dikit”, jawab Seokmin enteng. Wonwoo membatu di tempat. Wajahnya pias, berusaha mencerna omongan Seokmin barusan.

Dan lima belas menit setelah Wonwoo yang berusaha menghajar Seokmin, hpnya berbunyi, dengan caller id Mingyu tertampang nyata di hpnya. Seokmin berlari dari cengkeraman Wonwoo kemudian mengangkat panggilan dari Mingyu dan mengaktifkan mode loudspeaker.

“Halo, Wonwoo?”


Yang tak dipilih biasanya mencintai lebih banyak


“Gak ah, gue mau goler-goler di kamar aja, males. Bye Seok jangan ganggu me time gue sama film-film Gibhli gue hari ini, lo welcome kalo mau join di apart gue” “Hadeh lo bener-bener ya, lengket banget di apart tiap weekend. Yaudah tar siangan gue mampir deh, sekarang masih pagi, gue berenang dulu baru mampir kesana. Bye Won!” “Bye Seok”, dan sambungan telepon terputus.

Jam dinding baru menunjukkan pukul tujuh pagi, namun sosok berkacamata itu sudah bangun dan duduk di atas sofa beludru berwarna red wine yang barusan dibelinya bulan lalu karena diskon akhir bulan besar-besaran di IKEA, cowok itu menyesap pelan teh darjeling yang diseduhnya barusan. Nampak asap tipis masih mengepul dari cangkir mungil berwarna putih tersebut. Netranya menatap ke arah luar, dari jendelanya dapat terlihat langit yang berwarna kelabu, dan awan-awan tebal yang menggumpal menimbulkan gumpalan kapas gelap di langit pertanda sebentar lagi nampaknya turun hujan yang cukup lebat. Dan betul saja, tak lama kemudian,tetesan air hujan terlukis di jendela kacanya membasahi Jakarta pagi itu. Sempurna pikirnya, ini weekend dan hujan, saatnya bergumul seharian di dalam selimut sambil marathon film-film lawas Ghibli studios.

Namun alisnya mendadak mengerut, menatap ke arah kalender yang tergantung di dinding apartemennya yang berwarna coklat muda. Ah, hari ini 11 Januari?, batinnya dalam hati. Tangan mulus berkulit pucat itu meremat pelan ujung sweater Gucci berwarna hitam yang dikenakannya. Sebuncah emosi merayap pelan dari dasar hatinya, memaksa otaknya merewind memori beberapa tahun silam, membawanya kembali kepada satu nama yang sampai saat ini masih menduduki tempat spesial di hatinya.

Happy Birthday Kim Mingyu...“, gumam Wonwoo lirih. Gulungan memori berputar di kepala Wonwoo, bibirnya membentuk senyum tipis. Kim Mingyu, nama yang selalu membuat Wonwoo cukup salah tingkah. Selalu ada gelenyar aneh yang menjalar di hatinya ketika telinganya mendengar nama itu. Kata orang, yang tak pernah dimiliki memang biasanya akan lebih membekas. Mingyu memang bukan mantan pacarnya, bukan pula sekedar teman biasa. Kalau Wonwoo disuruh mendeskripsikan apa statusnya Mingyu dalam hatinya, Wonwoo sendiri juga bingung, an ex-maybe? ex-almost? ex-something? .


I knew i was playing with fire when we met, so i couldn't blame you when i got burnedBridget Devoue


Wonwoo ingat, 7 tahun lalu, hari itu hari pertamanya masuk SMA, seminggu setelah ia officialy menjadi anak rantau di kota yang dijuluki kota bunga tersebut. Sebenarnya, Wonwoo cukup khawatir takut kalau-kalau hari pertamanya tidak berjalan dengan lancar, namun pikiran itu ditepisnya, ditutupi dengan semangatnya yang semakin membuncah, seiring dengan langkah kakinya yang semakin dekat menuju ruang kelasnya di pojokkan lantai dua dengan pintu berwarna hijau muda.

“Won, Pak Peter lama banget ceramahnya. Aku kebelet pipis tapi takut mau izin sama kakak-kakaknya”, cowok bermata sipit itu berbisik di telinga Wonwoo. Wonwoo menoleh ke arah Soonyoung yang berdiri di belakangnya, cowok itu baru saja dikenalnya pagi ini saat tadi pagi sebelum kelas dimulai ketika Wonwoo baru kembali dari toilet, Soonyoung sudah mengisi kursi di sebelahnya. Dan sekarang mereka sedang upacara penyambutan siswa baru, berjejer per barisan sesuai kelas, Wonwoo dan Soonyoung berada di barisan kelas X-L. Beruntungnya matahari di kota ini tidak seganas di kota asal Wonwoo, bahkan ketika Wonwoo bangun jam 5 pagi tadi, nafasnya mengepul membentuk uap saking dinginnya kota ini.

“Sabar ya Nyong, tahan dulu, ketimbang ntar dimarahin sama kakak OSISnya”, balas Wonwoo yang dibalas dengan anggukan pelan oleh Soonyoung, takut terciduk ngobrol saat upacara oleh kakak kelas yang berjaga di sekitar barisannya. Wonwoo sendiri bosan, bosan mendengarkan ceramah yang disampaikan kepala sekolahnya yang berdiri di podium lapangan sekolahnya. Kakinya bergerak-gerak gelisah, menhilangkan penat akibat berdiri terlalu lama. Udah satu setengah jam nih, batin Wonwoo. Matanya melirik jam tangan berstrap warna cokelat di tangan kirinya. Ketika matanya mengedarkan pandangannya lebih luas, matanya mendadak terhenti pada sesosok jangkung yang sedang berdiri di bawah pohon dengan beberapa cewek yang berdiri di sekitarnya. Wonwoo mengernyit, berusaha memfokuskan pandangannya untuk mendapat gambaran wajah yang lebih jelas, namun sia-sia, yang bisa ditangkap Wonwoo hanya kulit tan dan tubuh jangkung dari cowok itu.


Should've known that you'd bring me heartache..


Wonwoo bisa bersumpah lagi-lagi dia melihat senior jangkung itu disekitaran kelompok MOS (Masa Orientasi Siswa)nya. Bukan sekali-dua kali Wonwoo memergoki cowok itu melirik ke arahnya, dengan tatapan yang sulit diartikan. Mau kenalan? pikir Wonwoo, namun segera ditepisnya pikiran tersebut, takut kegeeran. Dan ketika sesi untuk meminta tanda tangan kembali di buka, Wonwoo menggerutu.

“Jun, sumpah aku males banget gontok-gontokkan demi minta tanda tangan, cari yang gak terlalu hits aja yuk, yang semacam Kak Jeonghan sama Kak Seungcheol gitu skip dulu aja, biar ga buang-buang waktu. Aku masih kurang 10 nih ttdnya”, Wonwoo menyikut Jun, teman yang dikenalnya bukan karena sekelas tapi karena sekelompok saat pembagian kelompok MOS, sambil menyiapkan buku tanda tangan khusus yang sudah disiapkan oleh panitia MOS OSIS selama masa orientasi. Buku itu bersampul kuning dengan cover yang wajib digambar oleh para siswa baru dengan wajah kakak OSIS favorit selama masa orientasi, dan selama seminggu mereka akan diberikan jam-jam tertentu untuk hunting tanda tangan senior OSIS yang bertugas selama masa orientasi. Tentu saja tidak gratis, biasanya para senior akan balas mengerjai junior-juniornya sebagai harga yang harus dibayar untuk mendapat tanda tangan mereka.

Wonwoo pernah melihat Soonyoung harus menggombali pohon demi mendapat tanda tangan Kak Jihoon, senior yang dibilang Soonyoung galaksi, galak tapi seksi. Wonwoo tertawa saat itu, karena kata Kak Jihoon, Soonyoung harus gombal sampai pohonnya balik membalas gombalan dari Soonyoung. Di waktu yang lain, Jun pernah harus memimpin jingle MOS lima kali dengan tempo super lambat di tengah lapangan demi mendapat tanda tangan dari Kak Minghao. Wonwoo sendiri, pernah disuruh keliling gedung serbaguna sekolah dengan kaki kirinya diikat dengan kaki kiri Joy lalu dengan tangan tergandeng disuruh meneriakkan “KITA BARU JADIAN LOH”, sampai 10x demi mendapat tanda tangan dari Kak Irene dan Kak Suho.

Jun mengangguk menyetujui ide dari Wonwoo, “Oke, aku juga gak mau disuruh aneh-aneh lagi. Ampun dah, kapok banget dikerjain Kak Minghao kemarin. Minta ke Kak Rowoon aja yuk, mana tau lagi baik dia, lagi sepi tuh dia di sana”. Mata Wonwoo mengikuti arah telunjuk Jun, Kak Rowoon yang wajahnya ia gambar di cover buku tanda tangannya terlihat duduk santai di pelataran depan kelas XI dengan tas medis tersampir di pundaknya. Ya, alasan Wonwoo menggambar wajah Rowoon di bukunya adalah karena Rowoon terlihat keren saat menolong Seulgi, teman sekelasnya yang pingsan saat latihan baris berbaris di hari pertama orientasi mereka.

“Karena kamu gambar kakak jadi senior favoritmu di cover depan, tanda tangannya gratis deh. Semangat ya MOSnya, hari terakhir nih. Jangan sakit”, Rowoon tersenyum sembari menyerahkan buku tanda tangannya kembali ke Wonwoo. Poni lepeknya hari itu tidak menutupi ketampanan cowok jangkung itu, Wonwoo setuju kalau Rowoon disebut-sebut sebagai calon pemenang Senior Terganteng di acara awards MOS malam ini. Setelah membetulkan rompi cokelat dengan tanda medis di dada kirinya itu, Rowoon kemudian berjalan pergi ke arah temannya yang memanggilnya untuk mengecek persediaan obat di UKS.

“Wah hogi lah kita, untung kamu gambar muka dia di cover bukumu Won. Hahahaha, ayo cari lagi, mau cari siapa?”, Jun menyeringai puas melihat tanda tangan Rowoon yang juga terbubuh di buku miliknya.

“Ke situ aja apa? banyak kakak kelas ngumpul”, tunjuk Jun ke arah pojokkan taman kecil di dekat gerbang masuk sekolah.

“Permisi Kak, mau minta tanda tangan”, Wonwoo menyerahkan bukunya ke tangan salah satu dari segerombolan senior yang duduk mengelilingi taman kecil tersebut. Sebenarnya Wonwoo dan Jun cukup merasa terintimidasi.

“Boleh, nanti dapet tanda tangan kita berenam kalau kamu mau nyanyiin jingle MOS sama salam kakak lima kali terus huruf vokalnya diganti a semua, i semua, trus u, e, o, berurutan”, seorang senior berwajah bule dengan nama Vernon tertera di badge dada kanannya. Wonwoo takjub, mendengar pelafalan Vernon yang fasih, ia sempat berpikir nada bicara Vernon akan terdengar seperti Cinta Laura.

“Gampang kan? Kita kasihan soalnya, uda mau deket deadline pengumpulan buku tandatangan nih. Jadi yang bagus ya, lumayan loh langsung dapet enam tanda tangan”, tiba-tiba terdengar suara berat yang berhasil mengalihkan perhatian Wonwoo dan Jun. Wonwoo mengerjap, cowok jangkung itu. Dan kali ini Wonwo bisa melihat dengan jelas pahatan di wajah senior itu, beserta badge namanya yang bertuliskan Mingyu. Dan cowok itu lagi-lagi menatap Wonwoo dengan tatapan yang sulit diartikan.


The saddest part of us is that my heart is yours from the beginning, but yours has never been mine


“Hyunjae, kamu tau gak itu siapa sih senior yang selalu ngikutin kelompok kita?”, Wonwoo berbisik ke cowok berambut coklat di sebelahnya. Cowok itu meletakkan botol minumnya kemudian menoleh ke arah senior yang dimaksud Wonwoo, “itu Mingyu, kakak gue Won. Kenapa? Suka?”, Wonwoo sontak menggeleng yang hanya dibalas dengan tawa tertahan dari Hyunjae. Oh, ya mungkin dia ngikutin kelompok aku gara-gara Hyunjae kali ya, batin Wonwoo. Hatinya berusaha mengenyahkan asumsi-asumsi lain yang Wonwoo sendiri tidak paham, kenapa juga dia harus punya asumsi Mingyu memberi perhatian lebih?

Tapi ternyata setelah masa orientasi berakhir pun. Mingyu masih muncul di hari-hari Wonwoo setelahnya. Satu hari, Mingyu muncul dengan Seungkwan, senior yang terkenal sebagai penyiar radio terbaik di sekolahan, untuk mempromosikan kegiatan osis di kelas Wonwoo. Wonwoo yang mengantuk, sontak terbangun setelah disenggol oleh Joshua, cowok blasteran teman sebangkunya yang baru setelah diatur ulang oleh wali kelas mereka. Dan saat matanya mengarah ke depan, Mingyu sudah melemparkan tatapan lurus-lurus ke arah Wonwoo yang duduk di bangku paling belakang.

Di satu waktu yang lain, ternyata Mingyu yang bertugas mengedarkan kantong duka di kelas Wonwoo. Wonwoo sempat bercerita mengenai Mingyu kepada Joshua, sontak Joshua menggoda Wonwoo hingga pipinya bersemu merah saat cowok jangkung itu mendekat ke meja Wonwoo untuk menagih uang duka. Yang digoda hanya menunduk malu, tak berani menatap Mingyu yang sekarang jelas sekali sedang melemparkan senyumnya untuk Wonwoo.

Wonwoo : Hai kak, salam kenal. Mingyu : Hai, salam kenal juga. Intro? Wonwoo : Halo Kak Mingyu, aku Wonwoo, anak kelas X-L Mingyu : Oh, aku inget kamu. Kamu Jeon kan? Yang duduk di pojok belakang sebelah kanan?

Wonwoo terdiam, sebaris pesan yang diterimanya barusan berhasil membuat hatinya melonjak-lonjak kegirangan. Dia inget aku?, batin Wonwoo. Tak salah kemarin ia sempat meminta kontak Mingyu dari Hyunjae yang langsung menggodanya habis-habisan, walaupun Wonwoo berdalih hanya untuk menambah kenalan senior untuk ditanya-tanya. Pesan demi pesan, pertemuan demi pertemuan yang ntah disengaja ntah tidak berhasil menumbuhkan rasa di hati Wonwoo kala itu.

Wonwoo yang rela memutar jalan lebih jauh menuju kantin atau toilet asalkan lewat di depan kelas Mingyu. Wonwoo yang merasa jantungnya selalu menabuh genderang perang tiap kali sosok Mingyu berpapasan dengannya, di kantin, di gerbang masuk sekolah, di kapel sekolah, di laboratorium bio saat pergantian jam, dan sosok Mingyu yang selalu berhasil Wonwoo temukan saat semua siswa berbaris di lapangan untuk upacara bendera. Wonwoo tahu, matanya selalu otomatis mencari-cari Mingyu dimanapun ia berada.


We can deny it as much as you want, but in time, our feelings will show


Mingyu : Lagi ngapain Won? Wonwoo : Lagi baca komik, kakak lagi apa? Mingyu : Lagi chat adek kelas cakep Wonwoo : Siapa tuh? Mingyu : Sok-sok gatau deh. Padahal uda jelas banget nih, perlu dicapture biar lebih jelas? Wonwoo : Gak mau geer ah. Mana tau banyak yang dichat. Mingyu : Kamu doang Woonnn Wonwoo : Kak, aku kemarin dikasih tau katanya kakak lagi deket sama Kak Eunwoo? Beneran? Mingyu : Enggak lah, denger darimana kamu? Gosip aja Nuu, gausa didengerin. Kamu doang nih yang dekeeet Wonwoo : Iyain aja deh

Wonwoo menutup wajahnya dengan komiknya, berusaha menahan dirinya supaya tidak menjerit setelah membaca chat Mingyu. Bohong kalau Wonwoo tidak kepikiran soal Eunwoo, tapi toh Mingyu sudah bilang kalau itu cuma gosip?

Cinta pertama mungkin definisi yang tepat untuk Mingyu bagi Wonwoo. Mingyu yang selalu tersenyum setiap mereka berpapasan, Mingyu yang selalu bisa mencari-cari topik untuk chat dengan Wonwoo, Mingyu yang keren saat bermain badminton, Mingyu dan 1001 jurusnya yang bisa membuat Wonwoo salah tingkah. Wonwoo menyukai Mingyu. Debaran di dadanya tak bohong, Wonwoo tahu ia menginginkan Mingyu lebih dari sekedar teman.

“Won, kamu lagi deket sama Mingyu?”

Dan harapan itu pupus, saat Wendy, senior cantik vokalis band sekolah yang dekat dengan Wonwoo sore hari itu mengunjungi Wonwoo di ruang ekskul dance.

“Iya kak, ya chattingan gitu sih, beloman ada pernah pergi bareng”, iya juga, kak Mingyu belom pernah ngajak pergi bareng sih selama sebulanan ini, suara kecil di hati Wonwoo mendadak protes.

“Kamu gak tau Mingyu kemarin nembak Eunwoo?”, dan Wonwoo mendadak merasa dunianya berhenti.

“Gimana kak?”

“Iya, Mingyu jadian sama Eunwoo, Won. Makanya aku bingung juga kenapa dia masih deketin kamu. Eunwoo sendiri yang cerita di kelas sama aku”, Wendy menatap Wonwoo khawatir, this isn't good batin Wendy, melihat perubahan ekspresi di wajah Wonwoo.

“Nanti, aku coba tanyain deh kak, makasih udah dikasih tau”, Wonwoo tersenyum lemah, mencoba menahan berbagai pikiran buruk dan hatinya yang sekarang terasa mencelos hingga ke dasar laut.

Wonwoo : Kak, aku mau nanya boleh? Mingyu : Boleh lah, Wonnie mau tanya apa? Wonwoo : Kakak, jadian sama kak eunwoo? Mingyu : Kamu dapet gosip darimana lagi? Kan kemarin kakak udah bilang Eunwoo cuma temen. Wonwoo : Bukan gosip kak. Yang ngasih tahu aku gak mungkin bohong sama aku. Kakak jadian? Mingyu : Wonnie, itu cuma gosip ya? Gak usah didengerin. Wonwoo : Kakak gak bohong? Beneran gak jadian sama kak Eunwoo? Jujur sama aku kak. Aku gapapa.

Lies, Wonwoo tahu Mingyu bohong. Ia tidak tahu kenapa, tapi ia tahu Mingyu bohong. Mata Wonwoo berkaca-kaca, belum ada notifikasi dari Mingyu lagi setelah chat terakhirnya tadi. Cuma mainan kah selama ini?, suara kecil dari hati Wonwoo mencicit.

Mingyu : Sorry Wonnie, tapi iya, kemarin aku nembak Eunwoo.. Wonwoo : Oh.. Congrats ya kak? Longlast sama kak Eunwoo :) Mingyu : Kita bisa tetep kayak sekarang kan Won? Wonwoo : Hm? Enggak deh kak, hehe. Kasih aku waktu ya? Lagian gak enak juga sama kak Eunwoo kalo aku masih sering chatan sama pacarnya. Mingyu : Won, kok gitu sih ngomongnya? Ini loh yang aku takutin kalo aku ngomong sama kamu. Kamu bakal ngejauh. Aku pengennya kamu tetep kayak gini Wonnie, yang selalu chat aku lucu-lucu, yang selalu nyapa aku di sekolah, yang selalu gemes banget mukanya tiap aku gangguin, yang selalu dengerin cerita-cerita aku. Jangan ngejauh ya Won? Tetep kayak gini please Wonwoo : Gak bisa kak. Sorry. Longlast ya sama Kak Eunwoo Mingyu : Wonnie, besok kalo udah gak marah chat aku ya? Please jangan ngejauh... Tetep jadi adek kesayangan aku..

Sesak, dadanya terasa sesak. Malam itu Wonwoo menangis, menumpahkan semua perasaannya, tentang cerita cintanya yang bahkan belum dimulai, tentang perasaannya yang belum tersampaikan, tentang Mingyunya yang tidak memilihnya. Adek? Adek katanya.. lucu, Wonwoo menertawakan pikirannya sendiri. Wonwoo kehilangan Mingyunya, dan tidak ada yang bisa dilakukannya.


Our 'almost' will always haunt me


Bahkan ketika akhirnya Wonwoo memutuskan untuk berpacaran dengan Jung Jaehyun, ketua OSIS sekaligus teman sebangkunya di tahun keduanya di SMA ini, sosok Mingyu tidak pernah benar-benar hilang dari hatinya.

“Longlast Wonnie, kakak denger kamu pacaran sama Jaehyun ya?”, hati Wonwoo mencelos, ia hapal betul siapa pemilik suara ini. Wonwoo mengangkat kepalanya dari novel yang dibacanya. Mingyu! suara hati Wonwoo terasa sedikit terlalu terdengar senang. Cowok itu masih menggunakan seragam basketnya yang berwarna merah, rambutnya terlihat sedikit lepek oleh keringat. Mingyu duduk di samping Wonwoo.

“Kak Mingyu? Eh, iya makasih kak. Kakak juga ya sama Kak Eunwoo”, Wonwoo sedikit salah tingkah dengan Mingyu yang duduk berdempetan dengannya di lantai sekarang. Oke, bahu kita sentuhan batin Wonwoo panik. Lantai dua perpustakaan sore itu sepi, hanya ada beberapa anak di section buku bahasa asing di sisi yang berlawanan dengan tempat Wonwoo dan Mingyu duduk sekarang.

“Jaehyun kemana? Kok kamu sendirian?”

“Rapat OSIS kak..”

Hening menyeruak lagi.

“Kakak tau kamu suka nongkrong disini Won, makanya kakak iseng-iseng liat kesini. Hehe”, Mingyu menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal untuk menutupi dirinya yang cukup salah tingkah di depan Wonwoo.

“Won, sorry ya”, Mingyu menjeda kalimatnya “buat waktu itu”. Matanya berusaha mencari mata Wonwoo. Namun yang diajak bicara hanya menunduk melihat lantai.

“Bohong kalau aku bilang aku gak ngerasa ada apa-apa di antara kita waktu itu, bohong kalau aku bilang aku gak tertarik sama kamu. Bohong juga kalau selama satu tahun ini aku gak nyesel ngelepasin kamu. Aku-”

“Terus kenapa waktu itu gak milih aku kak?”, tanya Wonwoo, kalo aja kakak milih aku hari itu, kali ini suara hatinya yang bicara. Kecewa karena waktu yang tidak tepat, kecewa karena Mingyu yang baru terus terang sekarang, kecewa karena ternyata Mingyu masih menduduki porsi paling besar di hatinya dan berhasil meruntuhkan benteng yang susah-susah dibangunnya setahun ini dengan satu pertemuan hari ini.

“Karena aku, terlanjur kenal Eunwoo duluan Won. Aku sayang sama Eunwoo. Tapi kamu, kamu datang dan bikin aku bingung. Wonnieku yang cantik, Wonnieku yang malu-malu tiap aku sapa, Wonnieku yang selalu kasih aku tanda di setipa quotes-quotes yang kasih, Wonnieku yang sengaja selalu lewat depan kelasku, Wonnieku yang selalu nyenengin diajak chat. Aku kehilangan Wonnieku dalam semalam. Dan ketika aku denger kamu jadian sama Jaehyun, aku, aku ngerasa gak rela Won..”, Mingyu meremas tangan Wonwoo pelan. Ini pertama kalinya mereka sedekat ini, pertama kalinya Mingyu merasakan tangan Wonwoo yang terasa begitu pas di genggamannya.

“Won, selama setahun aku gak berhenti mikirin kamu, selama setahun aku selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang ada kalau aja waktu itu aku milih kamu...”

“Tapi kamu gak milih aku kak, trus untuk apa kamu ngomong kayak gini sekarang? Ketika aku juga udah punya Jaehyun?”, suara Wonwoo terdengar lemah. Wonwoo sejujurnya hendak melepaskan genggaman tangan Mingyu, namun ntah kenapa sebagian besar dari dirinya juga menolak untuk melepaskan.

“Setahun ini aku selalu muter-muter lagu yang kamu kasih ke aku Won, aku sedih kamu sempet block Line aku, bahkan berkali-kali ngereject telponku. Kamu selalu buang muka ketika aku berusaha nyapa kamu di sekolahan, kita kayak orang asing Won. Hatiku gak bisa terima ketika aku liat kamu boncengan sama Jaehyun pulang sekolah, ketika kamu nemenin dia latihan basket, aku liat kamu ketawa-ketiwi sama dia pas malming di depan kostmu”, Mingyu menghela nafasnya berat, “Won, aku tau waktu itu, apa yang kamu rasain ke aku. Aku tau, meskipun kamu gak bilang apa-apa.. masih ada gak Won, sedikit aja sedikit aja perasaan yang tersisa?”, Mingyu mencondongkan wajahnya tepat ke depan wajah Wonwoo. Nafas Wonwoo tercekat, ia berusaha merapalkan nama Jaehyun dalam hatinya, tapi gagal. Wajah Mingyu didepannya benar-benar meluluhlantakkan hatinya. Banyak kak, banyak banget sisa perasaan yang ada buat kamu, jawab Wonwoo dalam hatinya.

“Won? Kok diem? Kalo diem kuanggap iya loh..”, Mingyu semakin mendekatkan wajahnya. Matanya kini terfokus pada bibir Wonwoo.

“Kak, Kak Eunwoo gima-”, kata-kata Wonwoo terputus oleh lumatan lembut dari bibir Mingyu. Wonwoo memejamkan matanya, hingga ia merasakan wajah Mingyu telah menjauh dari wajahnya.

“Jalanin dulu ya Won?”


So do right people with wrong timing ever get a second try?


“Kak, aku putus sama Jaehyun” “...”, suara di seberang sambungan telepon hening “Kak?” “Kenapa diputusin Won?”, suara itu malah menampakkan rasa tidak nyaman, seakan tidak setuju dengan pilihan Wonwoo. Wonwoo terhenyak, cukup terkejut dengan reaksi Mingyu barusan, cowok berkacamata itu merebahkan kepalanya di bantal, menarik napas berusaha menenangkan pikirannya untuk menyusun kata membalas perkataan Mingyu. “Kak, aku gak bisa bohongin Jaehyun terus-terusan. Aku capek 3 bulan ini selalu banyak kasih alesan ke dia demi ketemu sama kamu, telponan sama kamu, chatting sama kamu. Dia cowok baik kak, dia berhak dapetin orang yang gak terus-terusan meragu dan mempertanyakan perasaannya kayak aku. Yang gak main api di belakangnya”, balas Wonwoo. “Won..”, suara di seberang telepon terdengar lemah. “Kak, aku dah nentuin prioritasku, aku milih kakak. Jadi aku harap, kakak bisa ngelakuin hal yang sama” “Won, kamu lagi emosi.. kita ngomong ketika kamu udah tenang ya? Sekarang kamu istirahat aja. Good Night Wonnie”, dan sambungan telepon terputus, tanpa memberi jeda supaya Wonwoo bisa membalas.

Dan sekali lagi hati Wonwoo patah, sekali lagi Mingyu tidak memilihnya. Bahkan tanpa Mingyu harus memberitahunya secara gamblang, Wonwoo tahu, bukan dia yang dipilihnya.


You were a chapter in my book and i was merely a line in yours


“Kenapa sih lo masih kepikiran si Mingyu-Mingyu itu? Lo bedua bahkan gabisa dibilang officialy jadian?“, Seokmin bertanya dengan mulut penuh biskuit Roma yang dicomotnya dari kotak snack milik Wonwoo. Seokmin datang lebih cepat dari perkiraan Wonwoo karena kolam renang yang hendak didatanginya ternyata sedang mengalami maintenance jadi ia memutuskan banting setir langsung ke apartemen Wonwoo. Dan setelah mengomel-ngomel tentang betapa inginnya ia berenang hari itu, barulah ia sekarang kepo tentang akun bodong instagram Wonwoo yang masih memfollow akun instagram Mingyu.

“Lo jorok banget sih anjir, abisin dulu kenapa itu yang lo kunyah?”, Wonwoo mengernyit menatap temannya yang berambut blonde itu dengan pandangan kesal.

“Ya lo tau sendiri kan, yang gak pernah dimilikkin itu malah jauh lebih susah dilupain?”,

for fuck's sake Jeon Wonwoo, it's been years now! Meskipun dia sekarang single juga gue ga yakin dia juga mikirin lo?“, maki Seokmin. Dalam hatinya tidak rela sahabatnya yang satu itu terus-menerus gagal moveon dari sosok Mingyu-Mingyu itu.

“Dia tuh definisi cinta pertama gue banget Seok, kayak gak lekang oleh waktu banget dia. Gue sampe sekarang aja, meskipun gak kontakkan sama dia lagi, masih kepikiran aja time to time. Gue ngerasa gak dapet closure aja Seok”

“Tadi lo bilang doi ulang tahun kan? Lo gak ngucapin?”

“Buat apa?”, Wonwoo mengernyit menatap Seokmin yang sekarang merubah posisi duduknya, merapatkan jarak di antara dirinya dan Wonwoo.

“Gakpapa, cepetan, lo ungkapin ke gue coba, apa yang lo rasain, tujuh tahun diempet terus apa gak gila lo?”, Seokmin mengambil hp Wonwoo kemudian menaruhnya di pangkuannya. Wonwoo masih menatap Seokmin dengan tatapan curiga, namun daripada dicecar terus-menerus dengan omelan Seokmin, akhirnya Wonwoo mengalah

“Jadi.....”

Tentang Wonwoo, Mingyu tak pernah sedikit pun berhenti memikirkan sosok berkacamata itu. Tubuhnya yang pas di pelukan Mingyu, bibirnya yang selalu menjadi candu tersendiri untuk Mingyu, aroma tubuhnya yang mengingatkan Mingyu akan wangi vanilla, dan tawanya yang Mingyu bersumpah akan selalu teringat di otaknya, bagaimana hidung mancungnya akan ikut berkerut dengan lucunya setiap Wonwoo tertawa. Semua tentang Wonwoo, Mingyu ingat. Kecintaan Wonwoo akan pizza meat lover yang selalu menjadi cemilan tengah malam favorit Wonwoo setelah mereka bercinta. Wonwoo dan kesukaannya mengelus-elus lengan Mingyu, Wonwoo dan suara seduktifnya yang selalu berhasil membangkitkan gejolak nafsu Mingyu, tidak peduli di kamar Mingyu, di mobil, di kamar, di bioskop, di kamar tidur darurat rumah sakit tempat Wonwoo bekerja sekali pun. Wonwoo, hanya Wonwoo yang membuat Mingyu pusing setengah mati, memikirkan kemungkinan-kemungkinan kalau saja Wonwoo mau membuka hatinya untuk Mingyu. Dan sosok yang membuat hatinya terombang-ambing itu sekarang berada di depannya, dengan jas putih dokter yang mungkin tidak sempat dilepasnya karena terburu-buru dan rambut yang sedikit acak-acakkan.

“Stop Won, stop disitu”

“Mingyu gue kangen sama lo”, suara Wonwoo bergetar, menahan segala emosi yang sekarang bergejolak di hatinya. Apakah Mingyu marah? Apakah akhirnya Mingyu akan meninggalkannya? Segala pikiran negatif terus berkecamuk di pikiran Wonwoo.

“Mingyu gue salah, gue minta maaf, gue yang selalu dorong lo jauh-jauh waktu lo kasih lihat ketulusan lo buat sayang sama gue, gue yang pengecut gamau buka hati gue buat lo, gue yang salah karena gue yang gak brani nunjukkin kalo gue juga sebenernya punya perasaan sama lo”, nafas Wonwoo tercekat, dadanya berdebar menantikan reaksi Mingyu. Wonwoo berjalan mendekat ke arah Mingyu, matanya menatap netra Mingyu lekat-lekat, mengamati Mingyu yang berdiri mematung.

“Wonwoo. kalo lo melangkah lebih dekat lagi, gue gak bakal lepasin lo. Lo tau kan? Lo gak bisa mundur kalo lo mutusin buat jatuh ke pelukan gue sekarang”

Dan Wonwoo memantapkan langkahnya, mengambil tiga langkah menuju sisi Mingyu dan mendarat di pelukan Mingyu.

“Gue gak bakalan mundur, gue bakalan jatuh sejatuh-jatuhnya, dan gue harap lo ada disitu buat nangkap gue-”, perkataan Wonwoo dibungkam dengan kecupan kilat dari Mingyu.

“Will do sayang, i will catch you. So a date tomorrow? In the daylight of course”, tanya Minyu dengan senyum lebar jelas terpatri di wajahnya, memamerkan kedua gigi taring favorit Wonwoo, gigi taring yang selalu membubuhkan bekas-bekas cinta di tubuhnya.

“Let's date Mingyu”

Wonwoo tak menyangka siang itu , moodnya akan hancur setelah melihat sebuah foto yang dikirimkan oleh Mingyu. Seminggu setelah foto Rowoon yang dikirimkannya via chat, mereka berhenti berkomunikasi, Mingyu tak lagi mengiriminya pesan singkat atau pun telpon random di tengah malam. Sebulan menjalani “no strings attached” kind of relationship dengan Mingyu, countless sex at midnight dengan berbagai posisi, berbagai sex toys baru, berbagai tempat untuk dicoba, late night phone sex, late night movies sambil nyobain cemilan-cemilan baru, jokes Mingyu yang sukanya garing tapi tetap berhasil mengusir penat pada Wonwoo, dan matanya yang selalu menatap Wonwoo dengan penuh afeksi. Wonwoo mengakui ada gelenyar nyeri yang aneh di dadanya setelah melihat foto tersebut. Membayangkan Mingyunya berada di pelukan orang lain, mencium bibir orang lain selain dirinya, menatap orang lain seperti tatapan Mingyu kepadanya. Sedetik kemudian Wonwoo rasanya hendak datang memaki Mingyu atas emosi yang sekarang menyala di hatinya, namun kemudian ia tersadar. Ia sendiri, ia sendiri yang memulai permainan ini. Ia sendiri yang mengacuhkan semua sinyal yang diberikan Mingyu, ia sendiri yang kukuh membentengi hatinya. Jadi sekarang apa yang akan dilakukannya setelah Mingyunya pergi?

“Lately, you're kinda depressing to be around with Won”, Soonyoung berbisik pelan saat mereka melakukan visite pasien bersama. Wonwoo menghela nafas. “Ntahlah Nyong, gue gatau harus gimana. Gue yang gamau pacaran sama Mingyu, tapi sakit hati juga gue ngeliat dia sama yang lain”.

“Lo baper gak sih ini namanya?”

“I am, probably”, Wonwoo menjawab sekenanya sambil tetap mencatat poin-poin penting dari penjelasan profesornya mengenai kondisi pasiennya.

“Lo bakal kehilangan dia Won kalo lo begini terus. Terus aja pentingin itu gengsi lo. Lo kenapa sih anjir? Won, meskipun bapak lo modelannya begitu, gak semua bakalan begitu Won. You just need to give him a chance. Lo tuh selalu aja ada alesan buat nolak-nolakkin mereka yang suka sama lo, yang terlalu happy lah, yang ketinggian lah, yang ngomongnya ga nyambung lah, padahal gue liat-liat ya so far yang deketin lo mah beres-beres aja. Mingyu, Rowoon, trus jaman kita kuliah dulu si Jisoo sama Jaehyun. Lo nya aja anjir yang gamau kasi kesempatan”, omel Soonyoung.

“Gue gakmau patah hati Nyong, gak mau nangis tengah malam ditemenin sama kaos-kaos lama dia yang bakalan ada di lemari gue dengan aroma badan dia, ditemenin sama playlist lagu galau”, jawab Wonwoo. Matanya menerawang membayangkan dirinya meringkuk di sudut kamar dengan sekotak ice cream dan gumpalan tissue berserakan di lantai kamarnya.

“Lo sih, apa-apa uda dibayangin negatifnya duluan deh. Coba ya lo tuh jangan generalisasi semua orang. Lo tuh bersyukur anjir dapet cowok kayak Mingyu, orangnya gak neko-neko. Lah gue? Mantan gue nyopet credit card gue terus gue yang disalahin. Bangsat gak tuh?”, Wonwoo terkekeh, ia ingat betul mantan mana yang dimaksud oleh Soonyoung.

“Go get your man, Won. Jangan nyesel. Sekarang lo hubungin dia, bilang apa yang lo rasain sejujurnya. Jangan lepasin dia”, Wonwoo menatap Soonyoung, cukup heran karena sahabatnya yang satu ini tidak biasanya memberikan masukan yang bisa terbilang bijak. 'do it', Wonwoo akhirnya memutuskan untuk mendengarkan suara hatinya kali ini.

Wonwoo mendorong Mingyu kasar ke atas spring bed milik Mingyu. Mencium bibir Mingyu dengan rakus, mengabsen setiap inci mulut Mingyu, menarikan lidahnya dengan lidah Mingyu tanpa lelah.

“Horny much babe?”, Mingyu tersenyum di tengah kegiatannya dengan Wonwoo.

“Oh shut up”, Wonwoo memutar matanya kemudian melanjutkan ciumannya ke sisi-sisi leher jenjang Mingyu, tangannya tergesa membuka kancing kemeja milik Mingyu, memperlihatkan dada bidang dan perut kotak-kotak milik Mingyu. Nafas Wonwoo terasa menderu hangat di leher Mingyu, kini tangan Wonwoo menggerayangi area lengan Mingyu, merasakan otot-otot yang ada disana, Wonwoo menyukai bentuk tubuh Mingyu, tidak terlalu berotot secara berlebihan, its just fits his preference. Dirasakannya tangan Mingyu mulai menelusup masuk ke balik kemejanya, menggerayangi perut datarnya dan perlahan naik ke area dadanya.

“Nggh, Gyu!”, Wonwoo sedikit tersentak ketika Mingyu memilin pelan kedua tonjolan di dadanya secara bergantian. Tidak mau kalah, Wonwoo menggesekkan belahan pantatnya tepat di atas penis Mingyu yang sudah terasa menegang, menimbulkan gundukan pada celana jeansnya yang belum terbuka.

“Wonhh ahh.. lepas Won, lepasin celanaku”

“I wanna blow you Gyu”

“Go ahead”, setelah mendapat lampu hijau dari Mingyu, Wonwoo turun dari pangkuan Mingyu, membebaskan penis Mingyu dari kungkungan celana kemudian mulai mengocoknya perlahan, menimbulkan desahan dari Mingyu, Wonwoo menekan ujung kepala penis milik Mingyu, kemudian menjilati ujungnya dengan lidahnya secara sensual, membuat Mingyu menggeram rendah.

“Put it in Won, i wanna feel your mouth”, perintah Mingyu.

Wonwoo menurut, dimasukkannya kepunyaan Mingyu ke dalam mulutnya, diemutnya perlahan, dari pangkal hingga kepalanya, sambil tangannya sesekali meremas dua bola kembar milik Mingyu, memberikan pijatan sensual disana.

“Faster Won”

Wonwoo menggerakkan kepalanya lebih cepat, Mingyu memegangi rambut Wonwoo kemudian mengerang sebelum akhirnya menyemburkan cairannya ke dalam mulut Wonwoo. Wonwoo tersedak, namun berusaha menelan semua cairan milik Mingyu. Nafasnya tak beraturan, rahangnya terasa pegal, namun lubangnya pun terasa semakin berkedut, mendambakan sesuatu untuk mengisinya, milik Mingyu.

“Wreck me Gyu”, bisik Wonwoo seduktif di telinga Mingyu, Wonwoo membuka kancing bajunya perlahan, dengan gerakan menggoda sambil menggesekkan kepunyaannya yang menegang diatas kepunyaan Mingyu. Mata Mingyu berkilat, memancarkan kobaran nafsu yang ditimbulkan perkataan Wonwoo barusan. Diangkatnya pinggang Wonwoo kemudian bibirnya menciumi tulang selangka dan dada Wonwoo yang kini telah terekspos tanpa sehelai kain pun yang menghalanginya. Mingyu mengolesi jari-jarinya dengan pelumas kemudian memasukkan dua jarinya langsung ke dalam lubang Wonwoo, merasakan bagaimana dinding Wonwoo berusaha menekan kedua jarinya

“Mingyu..ahh..deeper Gyu”

Mingyu melesakkan kedua jarinya lebih dalam, berusaha mencari-cari titik nikmat milik Wonwoo, punggung Wonwoo melenting ketika jari-jari Mingyu berhasil menemukan titiknya, Mingyu menarik keluar jari-jarinya, yang disambut dengan rengutan dari Wonwoo, yang merasa kenikmatannya diambil tiba-tiba.

“I'm giving you the real deal now Won”, Mingyu mengocok penisnya pelan kemudian mengambil kondom yang sudah disiapkannya di laci samping tempat tidurnya.

“No Gyu, let's do it raw tonight”, Wonwoo mengambil kondom dari tangan Mingyu kemudian membuangnya ke sembarang arah, lalu menarik tengkuk Mingyu dan melumat bibirnya.

“You're pretty aggresive today Won..”, Mingyu menatap keadaan Wonwoo sekarang, sekujur tubuhnya penuh dengan kissmark dari Mingyu, matanya sayu dengan semburat merah di pipinya, keringat nampak membasahi pelipis Wonwoo dengan rambut yang berantakan. Damn sexy batin Mingyu, “and that's good”.

Mingyu melesakkan penisnya masuk ke dalam Wonwoo dalam satu dorongan, membuat Wonwoo meringis dan mendesah sekaligus. Wonwoo merasa penuh, tangannya dirangkulkannya ke leher Mingyu, isi kepalanya hanya penuh dengan Mingyu, Mingyu dan Mingyu, badan Wonwoo bergoncang seirama dengan setiap dorongan dari Mingyu, merasakan setiap inci kepunyaan milik Mingyu didalam dirinya.

Dorongan dari Mingyu terasa semakin cepat dan dalam, dan beberapa saat kemudian Mingyu merasakan lubang Wonwoo yang mengetat akibat Wonwoo yang terlebih dahulu mencapai puncaknya, menjepit penisnya di dalam sana, memberikan kenikmatan lebih bagi Mingyu yang akhirnya membawa Mingyu pada pelepasannya. . . Mingyu berusaha memeluk Wonwoo setelah aktivitas mereka barusan, namun Wonwoo mengelak, menyisakan Mingyu dengan posisi awkward.

“We shouldn't snuggle”, kata Wonwoo datar kemudian turun dari ranjang dan berusaha mencari-cari pakaiannya yang tercerai berai di lantai kamar Mingyu.

“Kenapa buru-buru Won? Lo gakmau nginep sini aja?”, tawar Mingyu.

“Enggak Gyu, gue harus balik rumah sakit, ada shift”

“Won, lo gamau hangout sama gue gitu siang-siang besok?”, pertanyaan Mingyu berhasil mendapatkan perhatian dari Wonwoo. Dalam hatinya, Wonwoo merasa bersalah melihat Mingyu yang menyiraminya dengan tatapan khas orang jatuh cinta. Ia tidak ingin mempermainkan Mingyu, tapi hatinya belum siap, bukan ini yang ia inginkan sekarang. Ia belum mau bertanggung jawab atas perasaan orang lain sekarang.

“Gue payah gyu” “Payah apa?” “I suck at relationship. When i date you, i'll become the scarier version of myself. I hate the roller coaster feelings i would have to deal with. Can we just stay like this?”, Wonwoo melangkah perlahan mendekati sisi ranjang tempat Mingyu masih berbaring dengan selimut yang menutupi bagian perut ke bawah. “Or do you want to do this?”, tanya Wonwoo “Do what?”, Mingyu mengernyitkan alisnya, tidak mengerti arah pembicaraan Wonwoo.

“Using each other for sex. At every hour, every where, every day. No strings attached”, Mingyu mengerjapkan matanya, otaknya berusaha mencerna apa yang barusan Wonwoo ucapkan. Maybe with this way, i can get him to fall in love with me, batin Mingyu.

“Deal. But i don't think this is gonna work”, balas Mingyu dengan seringai di wajahnya.

“Kenapa?”

“Karena lo bakal jatuh cinta sama gue”, balas Mingyu sambil melangkah mengambil jubah tidurnya, mengimbangi langkah Wonwoo keluar dari kamarnya. I wish you will, suara hati Mingyu mencicit dibalik nada percaya diri yang barusan dilontarkannya.

Wonwoo tertawa, berusaha meredakan debaran di dadanya, ia takut, ia takut yang dikatakan Mingyu akan terjadi. “Yaudah, kita bakal stop kalo salah satu dari kita mulai baper”.

Mingyu mencium bibir Wonwoo kilat, menimbulkan sejuta kupu-kupu barusan terbang menggelitik perut Wonwoo. Wonwoo tertegun, menatap Mingyu dengan panas yang terasa menjalar di pipinya.

“Good luck with that”, Mingyu menatap Wonwoo dengan senyuman lebar di wajahnya.

Mingyu mengernyit menatap pesan yang tiba-tiba masuk. Aneh pikir Mingyu, tidak biasanya Wonwoo mengiriminya pesan duluan.

“Siapa?”, tanya Minghao penasaran, menyandarkan punggungnya di sofa bar miliknya yang berwarna biru.

“Wonwoo..”, jawab Mingyu dengan nada yang menggantung.

“Bilang apa doi?”

“Nanya gue dimana gitu”, jawab Mingyu polos

“Uh-oh, someone wants the d”, Minghao menjawab dengan nada sedikit mengejek. “Jadi lo jawab apa?”

“Gak ah Hao, ngaco lo. Gue jawab why gitu doang”, Mingyu berusaha menjawab dengan sedatar mungkin, namun apa yang dikatakan Minghao diam-diam diaminkannya dalam hati.

“It's past 10 pm Gyu. Buat apa lagi nanya gituan kalo gak kepengen ngewe?”, Minghao memutar matanya, masih tidak menyangka kadang Mingyu masih se clueless itu di umurnya yang ke 25 ini

“Weh, lagi ngobrol apa?”, Seokmin bergabung dengan Minghao dan Mingyu sambil membawa baki berisi 3 botol soju dan kentang goreng.

“Wonwoo ngechat nanyain Mingyu dimana”, jawab Minghao dengan nada antusias.

“Wah, diajakkin ngewe lo. Jadi lo jawab apaan? Gue saranin lo jawabnya jual mahal gitu. Kayak 'why don't you guess where i am? perhaps you want to check under your pants' gitu aja Gyu”, Mingyu mengernyit menatap sahabatnya, telinganya tidak percaya Seokmin barusan mengatakan hal paling menjijikkan yang pernah didengarnya. Mingyu tahu Seokmin memang kadang-kadang kelakuannya agak susah dijelaskan dengan akal sehat, dan untuk jawabannya barusan, Mingyu rasa tidak ada salahnya Seokmin dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa kewarasannya.

“Yap, jangan bilang kayak gitu Gyu kecuali lo mau diblock Wonwoo seumur hidup”, potong Minghao sambil menghajar punggung Seokmin dan mengomelinya dengan lo masih sehat apa enggak dan hanya dibalas Seokmin dengan cengiran, masih merasa tidak ada yang salah dengan jawabannya barusan.

ting!

Satu pesan masuk dari Wonwoo dan sejurus kemudian Mingyu beranjak dari tempat duduknya, berpamitan pada kedua temannya.

“Jangan lupa kondom woi!”, teriak Seokmin dengan antusias sambil melambaikan tangannya ke arah Mingyu, dan dibalas Mingyu dengan acungan jari tengahnya.

Mingyu menatap layar ponselnya dengan tatapan lesu. Sudah seminggu semenjak kejadian itu berlangsung namun Wonwoo sama sekali tidak membalas text atau pun mengangkat telponnya.

“Lo kenapa si?”, Seokmin mencomot sepotong pizza yang terhidang di atas meja. “Gapapa”, Mingyu mengunci ponselnya kemudian menatap Seokmin yang memakan pizzanya dengan lahap. Tepat di saat itu lah mata Mingyu menangkap sosok Wonwoo dengan jaket yang menutupi baju OKnya yang berwarna hijau masuk ke dalam cafe tempat Mingyu dan Seokmin berada bersama dengan rekan kerjanya.

“Hai Wonwoo”, Mingyu berdiri menyapa Wonwoo dengan riang yang hanya dibalas dengan tatapan terkejut dari Wonwoo, “Mingyu, Seokmin, halo”.

“You look stunning”, balas Mingyu tanpa menghilangkan senyum di wajahnya. Wonwoo menatap Mingyu dengan tatapan 'apa-maksud-perkataanmu' kemudian berjalan menuju counter pembelian mengambil take away sekotak muffins dan 4 buah ice americano.

“Duluan ya Mingyu, Seokmin”, pamit Wonwoo melewati tempat Mingyu dan Seokmin duduk kemudian berjalan keluar dari cafe. Mingyu membalas dengan lambaian tangan dan senyum yang masih terukir di wajahnya.

“Did you have sex with him?”, tanya Seokmin, menatap curiga ke arah Mingyu.

“Nope”, Mingyu menyeruput milkshake coklat dihadapannya, berusaha menghindari tatapan mata Seokmin.

“Did.. You.. Have.. Sex.. With.. Wonwoo?”, Seokmin kembali bertanya dengan penekanan di setiap katanya.

“Okay. Yes. Okay, I wasnt supposed to tell anybody about this”, Mingyu melipat kedua tangannya menatap Seokmin.

“Woah anjir gila juga lo akhirnya ngewe sama Wonwoo. Terus sekarang gimana?”

“Gak tau juga, Wonwoo ga ada bales chat sama telpon gue”

“It's over man”, balas Seokmin santai kemudian kembali mencomot sepotong pizza. Pandangan Mingyu menerawang, sebagian dari dirinya tidak rela bila apa yang ia lalui dengan Wonwoo hanyalah sesaat. Ada koneksi lebih yang ia rasakan dari Wonwoo. Ada rasa 'klik' yang tidak bisa disampaikan dengan kata-kata. Dan Mingyu yakin, bukan hanya dia yang merasakan hal tersebut. Dan apabila semesta sampai harus mempertemukan mereka berkali-kali walau sudah terpisah bertahun-tahun, tentu ada maksud yang berusaha disampaikan oleh semesta bukan?

Wonwoo mengunyah muffin yang tadi siang dibelinya bersama Rowoon saat ia menyelesaikan shift malamnya di rumah sakit. Ia menikmati angin malam yang bertiup sepoi-sepoi di atap rumah sakit, tempat persembunyiannya ketika ia lelah setelah menghadapi berbagai jenis pasienyang harus ditangani, belum lagi bila profesornya sedang badmood dan menumpahkan kekesalannya pada residen-residen di rumah sakit. Hmm manis, batin Wonwoo, merasakan lelehan cokelat yang tersimpan dalam muffin yang dimakannya. Wonwoo mengambil ponselnya, melihat notifikasi missed calls dari Mingyu.

“What a stubborn little pup”, Wonwoo menggumam pada dirinya sendiri namun tidak mampu menahan senyum kecil yang tersungging di bibirnya. Wonwoo kemudian membuka aplikasi chatnya mengetikkan pesan singkat untuk Mingyu, lalu kembali mengunci handphonenya. Wonwoo memejamkan matanya, merasakan semilir angin yang menerpa wajahnya, Mingyu tidak tahu, Wonwoo juga menahan dirinya, menahan dirinya agar tidak terbuai rasa nyaman yang ditawarkan Mingyu, isi kepalanya masih mengingat dengan jelas luka yang ditorehkan papanya kepada keluarga kecilnya, mengingat dengan jelas bagaimana malam-malam setelah papanya pergi dari rumah, meninggalkan ia dan kakaknya yang masih kecil dalam tanda tanya, mamanya yang terus menangis di malam hari sambil menenggak alkohol, namun masih berusaha memasang topeng bahwa ia baik-baik saja di depan Wonwoo. Bagaimana bisa sepasang manusia yang tertawa bahagia dalam bingkai foto pernikahan yang terpampang di ruang tamu rumahnya dalam semalam hancur dan hanya menyisakan sepasang hati yang terluka. Wonwoo masih tidak bisa memahami konsep cinta, tidak setelah apa yang ia saksikan sendiri. Janji suci sehidup semati di depan altar hanyalah tinggal janji. Namun hati kecilnya masih membisikkan harapan akan cinta yang sejati, dan satu nama terlintas ketika harapan itu disebutkan, Kim Mingyu.

Mingyu membuka matanya dengan rasa berdenyut di kepala. Ia mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya, menyadari dirinya berada di tempat yang tak dikenal, dan.... telanjang. Hanya ada selembar handuk kecil yang menutupi area kemaluannya.

Fuck, Mingyu mengumpat dalam hati.

“Hi, good morning, coffee?”, Mingyu memusatkan padangannya pada sosok yang berjalan keluar dari arah dapur.

“Uh...Soonyoung?”, Mingyu mengusak-ngusak matanya yang masih berat.

“Yeap, nih kopi, biar cepet bangun”, Soonyoung menyerahkan gelas kopinya kepada Mingyu kemudian duduk merapat di sebelah Mingyu.

“Did we.. did we do it last night?”, Soonyoung mengangguk sambil menyesap kopinya.

“It was great Mingyu, gue gatau kalo gue kuat nahan rasa sakit sehebat itu kemaren, punya lo gede banget”, Mingyu tersenyum awkward, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Celana gue dimana?”, Mingyu mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. “Gue gatau celana lo dimana, tapi kaos kaki lo ada di kamar gue”, Jun muncul dengan muka malas menatap ke arah Mingyu.

“What..?”, Mingyu menatap Jun dengan wajah bingung.

“Hello Mingyu, you're up”, suara berat menyapa indra pendengaran Mingyu yang masih duduk dengan hanya selembar handuk kecil di kemaluannya. Wonwoo muncul hanya dengan kimono handuk khas orang baru mandi.

“Wonwoo..? Lo disini juga? What the fuck? Did i have sex with anybody in this room?”, Mingyu menyisir rambutnya ke belakang dengan frustasi.

“No Mingyu, you're not. Quit messing around with him guys. Celana lo ada di kamar gue, ayo ikut gue”, Wonwoo mengisyaratkan Mingyu untuk mengikutinya masuk ke kamar. Soonyoung tertawa melihat Mingyu yang kebingungan hendak berdiri namun malu karena bagian pantatnya terekspos.

“It's okay Mingyu, we're all doctors. Udah biasa liat penis sama pantat tiap hari”, Jun menyesap kopi paginya sambil melirik ke arah Mingyu.

“Okay then”, Mingyu berdiri dengan memegangi handuk kecil yang masih digunakannya untuk at least menutupi bagian penisnya. “Nice butt”, siul Soonyoung ketika Mingyu berjalan menuju kamar Wonwoo mengekspos seluruh bagian pantatnya.

“Won what happened last night?”, Mingyu memakai celananya kemudian duduk di sisi ranjang Wonwoo.

“You're drunk. Lo chat gue terus lo dateng kesini. You said it was an emergency. Mungkin lo mikir lo lagi di rumah kali ya, jadi lo langsung lepasin semua baju lo terus joget-joget di depan gue”, wajah Mingyu memutih dengan semua penuturan dari Wonwoo.

“Joget...? Gimana...?”

“You shook your dick at me?”, Wonwoo membetulkan ikatan kimono handuknya yang terlepas sambil tersenyum ke arah Mingyu.

“I what-?”, Mingyu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Hilang sudah harga dirinya di depan Wonwoo.

“Jadi lo liat?”,

“Liat apa? Penis lo? Iya gue liat”, Wonwoo mendudukkan dirinya di sebelah Mingyu dengan bagian kimononya yang sedikit terbuka di area dada.

“How was it?”, tanya Mingyu, tidak mampu melepaskan pandangannya dari dada mulus dan tulang selangka milik Wonwoo yang berada didepannya saat ini.

“It was great, you have a really nice penis”, “Nice..?”, Mingyu memberikan senyuman miringnya ke arah Wonwoo.

“Kemaren lo cerita soal mantan lo sama kakak lo. It's going to be okay Gyu”, Wonwoo mengelus rambut Mingyu.

“Thanks Won, i mean it”, Mingyu balas memberikan sentuhan halus di atas paha Wonwoo, menimbulkan desir aneh dalam diri Wonwoo.

“You know, i should probably get ready, kalo gak ntar gue telat ke rumah sakit”, Wonwoo menatap Mingyu lurus-lurus dengan dada yang berdebar akibat tangan Mingyu yang kini mulai menarik tali kimono handuknya.

“Yap, lo harus siap-siap, nanti lo telat”, namun perkataan Mingyu tidak sejalan dengan apa yang tangan Mingyu lakukan, menarik lepas kimono Wonwoo memperlihatkan tubuh mulus milik Wonwoo. Mingyu melumat kasar bibir Wonwoo kemudian melanjutkan ciumannya menuju leher jenjang milik Wonwoo. Wonwoo melenguh tertahan, tangannya meremas penis Mingyu yang masih terbungkus celana, menyebabkan Mingyu meloloskan desahan.

Mingyu merengkuh pinggang ramping Wonwoo kemudian merebahkannya di atas kasur dengan keras tanpa melepaskan lumatannya pada bibir Wonwoo.

“Kondom Gyu, kondom”, Wonwoo berusaha berbicara diantara nafasnya yang tersenggal akibat ciuman dari Mingyu. Wonwoo melepaskan pelukan Mingyu kemudian menarik laci di sebelah ranjangnya, mencari-cari stok pelumas dan kondom yang tersisa.

Mingyu merobek kondom yang diberikan Wonwoo kemudian dengan tergesa melepaskan celana dan memasang kondom tersebut di penisnya yang sudah berdiri tegak akibat sesi ciuman singkatnya dengan Wonwoo barusan.

Mingyu melumuri jarinya dengan pelumas yang diberikan Wonwoo lalu memposisikan dirinya di antara kedua paha milik Wonwoo. Mingyu mengelus paha dalam Wonwoo, kemudian memasukkan satu jarinya ke dalam lubang milik Wonwoo.

“Ngghh Gyuu..”, satu jari lagi berhasil masuk, menghujam lubang Wonwoo tanpa ampun, membuat Wonwoo harus menggigit pundak Mingyu agar desahannya tak terdengar sampai luar pintu kamar apartemennya. Akhirnya jari ketiga berhasil dimasukkan oleh Mingyu, Mingyu memaju mundurkan jarinya, mencari sweet spot milik Wonwoo yang akhirnya berhasil membuat Wonwoo keluar untuk pertama kalinya.

“Sorry Won, gue tau lo baru keluar, tapi gue ga tahan lagi, gue masukkin ya?”, Wonwoo hanya mengangguk lemah kemudian membenamkan kepalanya ke dalam ceruk leher Mingyu.

Mingyu memainkan ujung penisnya di depan lubang Wonwoo yang berkedut, membuat Wonwoo memukul punggung Mingyu dan memandangnya galak. “Masukkin gak? Kalo lo godain terus mending gak usah”, Mingyu tertawa kemudian memasukkan ujungnya ke dalam lubang Wonwoo.

“Sabar Wonwoo”, lalu dengan sekali hentakkan Mingyu membenamkan seluruh kepunyaannya ke dalam Wonwoo. Mingyu mengunci desahan Wonwoo dengan ciumannya, mengabsen tiap rongga mulut Wonwoo dengan lidahnya. Mingyu mulai menggerakkan pinggulnya mendorong masuk dalam-dalam kepunyaannya. Hunjaman dari Mingyu terasa semakin cepat, dan semakin dalam, membuat Wonwoo meremas seprai kasurnya supaya tidak meloloskan desahannya. Mingyu mengulum pelan tonjolan mungil di dada Wonwoo bergantian yang dibalas Wonwoo dengan cakaran di punggung Mingyu.

“Won gue mau keluar”, Mingyu mempercepat temponya, kemudian kembali mencium bibir Wonwoo. Wonwoo mendorong badan Mingyu, membalik posisinya sehingga kini Wonwoo berada di atas

“Gini aja biar lebih dalem”, Wonwoo membuka pahanya, memberikan Mingyu pemandangan penisnya yang bergerak keluar masuk dari lubang milik Wonwoo.Woah.. It's hot, batin Mingyu. “Gyu.. nggh.. aku juga mau keluar”, Mingyu memegang penis milik Wonwoo kemudian mengocoknya seirama dengan penisnya yang masih menghunjam lubang milik Wonwoo.

“Bareng Won..”, dan tak lama kemudian, keduanya ambruk dalam pelukan satu sama lain setelah bersama-sama mencapai klimaksnya.

tok!tok!tok!

“Wooon 10 menit lagi harus sampe rumah sakit”, teriakan Soonyoung terdengar dari luar pintu kamar Wonwoo.

“Okeee”, balas Wonwoo melepaskan dirinya dari pelukan Mingyu, kemudian menarik keluar penis Mingyu yang masih berada dalam lubangnya.

“Hati-hati ya pulangnya. Ntar kasi tau gue kalo dah sampe rumah”, Wonwoo mengecup singkat bibir Mingyu kemudian bergegas mengambil kimono mandinya dan masuk ke kamar mandi untuk membilas bagian tubuhnya yang lengket akibat cairannya sendiri.

“Promise me you won't tell anybody about this”, teriak Wonwoo dari kamar mandi.

are you really not gonna fall in love?

“Besok kita ada shoot lagi jam 7 pagi ya! Nice work everyone!”, Mingyu berteriak kemudian membereskan peralatan kameranya bersiap hendak pulang. Kim Mingyu kini telah sukses menjadi salah satu fotografer terkenal di Seoul, meskipun kebanyakan job yang ia dapat merupakan hasil tawaran yang dioper oleh ayahnya. Kadang Mingyu kesal dengan orang-orang yang selalu mengaitkan pekerjaannya dengan nama ayahnya, namun ia tidak mau membebani pikirannya dengan perasaaan kesal, ia masih berusia 25 tahun, jalannya masih panjang. Untuk sekarang, biarlah ia mensyukuri apa yang ia dapatkan sekarang.

Mingyu memarkirkan range rover putihnya di garasi samping rumahnya, kemudian mengecek notifikasi pada layar ponselnya, terlihat notifikasi dari Seokmin yang mengajaknya minum bir di bar milik Minghao. Mingyu mengetikkan jawabannya yang berisi ia akan menyusul setelah meletakkan perlengkapan kameranya di rumah.

“Coco jangan lari-lari!”, terdengar suara cempreng wanita yang cukup familiar di telinga Mingyu. Mingyu menoleh ke arah sumber suara dan sukses menyemburkan jus jeruk yang barusan diminumnya.

“Sana..?”, Mingyu mengelap mulutnya yang terkena bekas semburan jus jeruknya tadi. Sosok yang dipanggil namanya pun juga sama terkejutnya.

“Hai Gyu, kok lo ga bilang mau balik cepet?”, suara berat menyapa dari arah punggung Mingyu.

“Kak Seungcheol, lo..?”, Mingyu tidak mampu menyelesaikan kalimatnya, melihat dua sosok di depannya dengan pakaian renang yang masih basah. Seungcheol menyampirkan handuk yang dibawanya ke tubuh Sana yang hanya mengenakan bikini.

“Beb, kamu belum bilang ke Mingyu soal kita?”, Sana melirik lelaki di sampingnya. “Belum beb”, balas Seungcheol santai. “Damn it. Kelarin sendiri masalahmu sama Mingyu. Aku gak mau ikut-ikutan”, Sana mengangkat mini pomeranian putih yang tadi dipanggilnya dengan nama Coco kembali ke arah kolam renang dengan langkah merajuk.

“Kak, lo sama Sana? Pacaran?”, Mingyu meletakkan gelasnya yang berisi jus jeruk kemudian menatap kakaknya dengan pandangan tak percaya.

“Iya Gyu”

“Udah berapa lama?”

“Udah jalan tiga bulan”, Seungcheol berusaha mendekat ke arah adiknya. Namun Mingyu yang kepalang emosi akhirnya menghajar Seungcheol tepat di wajahnya.

“Makan tuh tiga bulan! Gue juga baru pegat sama Sana tiga bulan lalu kak! Tega banget lo nikung adik lo sendiri!”, Seungcheol mengaduh memegangin pipinya yang barusan kena bogem mentah dari Mingyu.

“Sorry Gyu...”, Mingyu memalingkan wajahnya kemudian mengambil kunci mobil dan membanting pintu rumahnya kasar.

“Gimana Gyu? Sekarang kakak lo malah jadian sama Sana? Kok anjing woy”, Seokmin mengumpat setelah mendengar penuturan dari Mingyu.

“Ya gue tau sih kakak lo dari dulu emang rada-rada buaya gitu, tapi ga nyangka juga akhirnya lo kena tikungnya dia”, Minghao mengantar satu baki berisi 2 gelas beer yang baru diisinya kemudian ikut duduk diantara Mingyu dan Seokmin.

“Pokoknya hari ini gue mau mabuk, gue bakalan ngewe sama siapapun yang mau ngewe sama gue!”, Mingyu menenggak habis botol beernya kemudian mengambil hp dari sakunya dan mulai mencari-cari kontak di daftar kontaknya untuk dihubungi satu persatu. Seokmin dan Minghao saling berpandangan kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.

Seoul Food Fest, 2022

Hari itu cukup panas, Wonwoo melepaskan topi yang bertengger di kepalanya lalu mengipas-ngipaskan topi tersebut ke wajahnya.

“Nyong uda jadi belum smoothiesnya? Gak kuat lagi gue, panas banget sumpah”, Wonwoo menyeka dahinya kemudian mengelapkan tangannya ke baju Soonyoung.

“Wonwoo anjing! Jorok bangsaat!”, Soonyoung mengomel sambil memukul tangan Wonwoo yang tadi dipakai untuk mengelapkan keringatnya ke baju Soonyoung. Wonwoo tergelak dengan tingkah laku sahabatnya itu.

“Jun mana deh? Kok ga kelihatan”, Wonwoo mengedarkan pandangannya mencari sosok sahabatnya yang tidak kelihatan setelah tadi berpisah untuk membeli crepes.

“Gak tahu, nyasar kali dia, chat aja di grup chat suruh ketemu di gazebo deket tempat kita beli smoothies. Panas soalnya kalo nunggu disini”, Soonyoung mengambil 3 smoothies yang sudah selesai dari tangan sang penjual kemudian memberikan satu gelas rasa strawberry kepada Wonwoo.

“Oke”, balas Wonwoo sambil mengambil ponselnya kemudian mencari-cari grup chat yang berisikan dirinya, Soonyoung dan Jun. Wonwoo berjalan mengikuti Soonyoung menuju gazebo sambil menyesap smoothies strawberry dengan pandangan yang tetap terfokus pada layar ponselnya.

BUG!

“Aduh! Smoothies gue!”, Wonwoo menatap ke arah smoothiesnya yang kini isinya sudah tertumpah di tanah.

“Yaampun sorry, sorry banget!”

Wonwoo menoleh ke arah orang yang barusan menabraknya tadi. “Gue gamau tau lo kudu ganti! Gue baru minum di-... Eh, Mingyu?”

“Wonwoo! Jeon Wonwoo dari Winter Camp?”, mata Mingyu berbinar menatap sosok berkacamata di depannya. Wonwoo mengangguk dibarengi dengan senyumnya yang mengembang.

“Sorry banget smoothies lo jadi jatoh gara-gara gue tabrak”, Wonwoo menggeleng “gapapa, gue juga tadi jalan gak fokus malah liatin hp”.

“Sayang! Aku nyariin kamu dari tadi ternyata disini. Eh ini siapa?”, seorang perempuan datang kemudian bergelayut manja di lengan Mingyu.

“Oh, Sana, kenalin ini Wonwoo, temen aku. Wonwoo, ini Sana, pacar gue”, Wonwoo tersenyum kikuk menatap Mingyu dan Sana yang masih setia menggandeng lengan Mingyu erat.

“Halo Sana, gue Wonwoo gue-”, belum sempat Wonwoo menyelesaikan kalimatnya, Sana melompat ke pelukan Wonwoo kemudian melakukan cipika-cipiki akrab khas geng rumpi ibu-ibu. Wonwoo menatap Mingyu yang kelihatan salah tingkah juga dengan perbuatan Sana.

“Halo gue Sana, pacarnya Mingyu”, Sana melompat ke arah Soonyoung dan Jun yang entah kapan sudah berada disana kemudian kembali melakukan cipika-cipiki seperti yang ia lakukan pada Wonwoo.

“E-Eh.. iya gue Soonyoung, ini Jun”, Soonyoung dan Jun hanya tersenyum awkward sambil berpandangan satu sama lain.

“Oiya ini Minghao”, Mingyu memperkenalkan sosok lelaki di sebelahnya. Yang diperkenalkan hanya mengangguk sambil tersenyum kemudian dibalas Wonwoo, Soonyoung dan Jun dengan senyuman juga.

Sana kemudian kembali ke sisi Mingyu menempelkan kepalanya di pundak Mingyu, “Beb ayo dong, nanti kita telat”, “Eh, oke deh. Wonwoo gue boleh minta nomer hp lo gak? Biar nanti gue bisa hubungin lagi buat ketemuan”, Mingyu tersenyum namun sesosok wanita di sebelahnya menatap dengan pandangan risih.

“Oke, mana hp lo, gue catet nomer gue aja di hp lo”, Mingyu kemudian menyerahkan hp berlambang apel digigit berwarna silver ke tangan Wonwoo. Wonwoo mengetik nomor hpnya dengan cepat kemudian mengembalikan hp tersebut ke tangan Mingyu.

“Oke, see ya around Wonwoo”, Mingyu melambai kemudian berjalan pergi setelah sedikit ditarik oleh Sana pergi menjauhi Wonwoo.

“Siapa Won? Gila ceweknya kayak ulet bulu, masa gue dicipika cipiki, emang gue cowok apaan?”, Jun bertanya dengan nada yang didramatisir. Wonwoo tertawa kemudian menoleh ke arah Jun dan mencuil crepes cokelat yang dibawahnya “Ada, temen gue dulu dari zaman masih bocah”.

“Yuk lah, panas nih, smoothies lo gimana?”, Soonyoung mengajak teman-temannya kembali mengarah ke gazebo, tujuan awal mereka. “Ntar minta punya lo sama Jun aja”, balas Wonwoo kembali mengikuti langkah Soonyoung dan Jun menuju gazebo.