Part 2.
_
The Devil's Club, 2017
Wonwoo melangkahkan kakinya tergesa setelah selesai membayar taksi yang membawanya menuju sebuah club di area Gangnam yang cukup ternama. Setelah berhasil melewati pintu masuk club tersebut, Wonwoo disambut dengan pemandangan banyaknya orang yang hanya mengenakan pakaian dalam sedang asik berjoget diiringi dentuman musik dari DJ yang sedang beraksi di panggung.
“YOOO WONUUUU!!!”
Wonwoo menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Tampak seorang lelaki dengan celana pendek bermotif loreng harimau melambai dengan sebelah tangannya nampak menenteng sebotol dry gin berwarna biru. Wonwoo tersenyum kemudian melangkah mendekat ke arah orang yang memanggilnya tersebut.
“Soons, lo bilang pajamas party. Ini apaan”, Wonwoo membetulkan letak kacamatanya sambil melihat ke arah sekeliling.
“Won, gak beneran pajamas party. Lo beneran kesini pake baju ini??”, Soonyoung membuka mantel yang menutupi tubuh Wonwoo dan menemukan tubuh Wonwoo terbalut satu stel piyama lengan panjang berwarna merah wine. “Won, gue kasi tau ya, pajamas party doesn't literally meaning pajamas party, especially when i told you it's located in the devil's club. What kind of boring outfit is this??”
Soonyoung kemudian berlari kecil menaiki podium mini yang berada di tengah lantai dansa, “WON LIAT GUE YA”, Soonyoung berteriak agar suaranya tidak hilang tertelan bingarnya musik yang diputar oleh sang DJ malam itu. Soonyoung menenggak dry gin yang sedari tadi sudah ia genggam kemudian mengambil mic yang tergantung dekat podium tempat ia berdiri, “EVERYONEEE LET'S HAVE SOME FUN TONIGHT!!!” yang disambut dengan teriakan riuh dari massa yang sedang asik berjoget di lantai dansa. Wonwoo terkekeh kemudian menggelengkan kepalanya, memaklumi kelakuan temannya yang memang kadang-kadang bisa ajaib.
“Gyu, lo tau gak nama yang lagi heboh di tengah podium itu siapa?”, Seokmin berbicara tepat di telinga Mingyu agar suaranya terdengar jelas.
“Hah? Yang mana?”, mata Mingyu cepat mengikuti arah telunjuk Seokmin yang mengarah ke tengah podium. Namun matanya malah terfokus ke sosok lain yang sedang tertawa di samping podium.
Jeon Wonwoo...
“Seok, gue tinggal bentar ya, gue mau mastiin sesuatu”, Mingyu menepuk pelan pundak Seokmin kemudian bergegas membelah kerumunan orang yang memadat di lantai dansa untuk mencapai area podium.
“Wonwoo, Jeon Wonwoo”
Wonwoo menoleh ke arah suara berat yang terdengar tepat di samping telinganya. Matanya menelusuri wajah tampan yang kini berada tepat di depan wajahnya, mencoba mengais memori di dalam otaknya sambil berusaha memperjelas penglihatannya dalam remangnya lampu di dalam club.
“Mingyu, Kim Mingyu dari Winter Camp?”, Wonwoo tersenyum lebar dengan telunjuk yang mengarah ke wajah Mingyu.
“Hi Wonwoo, how's life?”, Mingyu menyeringai sambil menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal sama sekali. Wonwoo menggandeng tangan Mingyu menuju area bar yang lebih tenang.
“You are still as charming as when i met you at seventeen Won”, Mingyu memulai percakapan setelah memesan dua draft beer untuk dirinya dan Wonwoo.
“Lo juga Mingyu, tambah tinggi banget, gue cukup yakin lo anak populer di kampus lo hahaha”, Mingyu menahan dirinya untuk tidak menangkup wajah Wonwoo dan memperhatikan dengan lebih dekat bagaimana hidung Wonwoo berkerut dengan imutnya ketika tertawa. Pada akhirnya Mingyu hanya menatap Wonwoo, seakan wajah Wonwoo sudah memberikannya seluruh pemandangan indah yang ditawarkan dunia.
“Mingyu? Lo kenapa? Kok bengong gitu ngeliatin gue. Ada yang aneh di muka gue?”, Wonwoo membuyarkan lamunan Mingyu dengan satu sentuhan di punggung tangan Mingyu yang tersampir di meja bar. Mingyu menenggak beernya kemudian menatap Wonwoo dengan pandangan yang ntah Wonwoo sendiri tidak bisa artikan. “Won, gue suka sama lo”, dan kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Mingyu. Wonwoo tersenyum, kemudian mendekatkan tubuhnya ke arah Mingyu, “Me too Gyu, me too”, bisiknya.
“So, i have this stupid thing i should attend tomorrow, lo kosong gak besok siang?” tanya Wonwoo. Mingyu mengangguk. Wonwoo bersumpah ia bisa melihat sosok puppy with ears perked up and its tail wagging happily dari sosok tampan yang berada di hadapannya sekarang.
“Good, jemput gue disini ya, jam 11 siang, gue tunggu”, Wonwoo menyerahkan notes berisikan alamat yang barusan dibuatnya dengan meminjam pulpen dan secarik kertas dari barista bar. “See ya soon”, Wonwoo mengecup ringan pipi Mingyu kemudian berjalan keluar meninggalkan Mingyu yang masih berusaha mencerna apa yang barusan ia alami.
Suasana pemakaman terasa datar dengan sekumpulan orang yang tidak terlalu banyak mengenakan baju hitam mengelilingi liang kubur yang masih basah. Mingyu berdiri di antaranya dengan sweater kuning, merasa salah kostum karena ia sama sekali tidak tahu menahu stupid thing yang dimaksud Jeon Wonwoo adalah pemakaman ayahnya sendiri. Selesai pastor membacakan doa penutup. Mingyu menghampiri Wonwoo yang berdiri bersama kakak perempuannya dan ibunya.
“Tante, saya turut berduka cita”, Mingyu berusaha bersikap sesopan mungkin meskipun ia cukup salah tingkah dengan warna baju yang ia kenakan sekarang. “Terimakasih, kamu teman Wonwoo?”, Mingyu mengangguk kemudian Wonwoo yang berada di sebelah ibunya segera berpindah ke sebelah Mingyu.
“Ma, aku pulang sama Mingyu ya”, yang hanya dibalas dengan anggukan pelan dan pesan untuk berhati-hati dari ibu Wonwoo.
“Are you okay?”, pertanyaan yang dilontarkan Mingyu sukses mengulas senyum tipis di bibir Wonwoo. “I am. My dad has cheated from my mom for God knows how long, and i dont even feel anything right now. Jahat gak sih gue?”.
“No Wonwoo, lo gak jahat. I'm sorry for asking”, Mingyu mengelus punggung tangan Wonwoo pelan dan kemudian sisa perjalanan menuju rumah Wonwoo hanya ditemani dengan musik yang mengalun dari radio mobil Mingyu.
“Thankyou for coming Gyu, i really appreciated it”, Wonwoo melepaskan seatbelt yang dipakainya setelah Mingyu menghentikan mobilnya tepat di depan pagar rumah Wonwoo.
“Can i see you again Won?”, Mingyu bertanya sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di setir kemudi gelisah.
“Enggak Mingyu, sebaiknya enggak. Gue suka sama lo, lo orang baik. And if you're lucky enough you won't ever have to see me again. Goodbye”, Wonwoo tersenyum kemudian lagi-lagi meninggalkan Mingyu yang masih terdiam mematung di mobilnya.