ymkissed

It’s your goals!


Tautan kedua tangan itu tidak terlepas sejak mereka memasuki lift hingga kini sudah berada di depan pintu ballroom yang sangat besar.

“Exhale, inhale Chef Min.” Ucap Jimin

Yoongi yang hanya meliriknya lalu berusaha tersenyum, dia tidak ingin memberikan energi negatif pada Jiminnya.

“Hu—h” Saat Yoongi hendak menghembuskan nafasnya dan sedikit terkejut karena Jungkook yang tiba-tiba berada di belakang mereka berdua.

“Masuk aja kali chef, eh Owner baru JW Marriott.” Goda Jungkook

Yoongi hanya mendengus dan menarik Jimin dengan lembut dan membawanya masuk kedalam ballroom.


“Selamat siang semuanya.” Sapa Yoongi setelah duduk tepat di sebelah ayahnya.

Tatapan itu, tatapan penuh hormat yang membuatnya merasa sedikit tidak nyaman.

Mereka memulai rapat tersebut dengan beberapa obrolan-obrolan penting seperti bagaimana kedepannya hotel ini akan berjalan.

Apakah tuan Min bisa menjamin bahwa Jw Marriott akan semakin maju nantinya.

Saat Yoongi melakukan presentasi di depan orang-orang penting itu termasuk Ayah dan Ibunya.

Jimin malah terpesona dengan pembawaan Yoongi yang terlihat lebih berwibawa, seperti saat ia lihat pertama kali Yoongi akan terlihat sangat berbeda pakaian tertentu.

Dan terlebih lagi Jimin adalah seorang designer yang sudah pasti memahi tentang perpaduan yang cocok pada pakaian.

Yoongi yang terlihat sangat menawan dengan setelan hitam dan kemeja putih di dalamnya, belum lagi rambut yang di styling menambahkan kesan maskulin yang begitu kuat pada lelaki itu.

Jimin tidak bisa berhenti menatapnya.

Bukan hanya dirinya sendiri yang jatuh cinta dengan Yoongi, bahkan bayi di dalam perutnya pun ikut aktif dan terus bergerak tenang.

Tidak pula tendangannya sedikit keras membuat Jimin terkejut dan meringis.

“Hei are you okay?” Gumam Yoongi pelan saat selesai berpresentasi dan menghampiri Jimin.

“Gapapa, ini cuma dia aktif banget dari kamu presentasi di depan.” Jawab Jimin kemudian tertawa

Yoongi yang mendengarnya sedikit merasa begitu haru, bahwa bukan hanya orang terdekatnya saja merasa bahagia tapi bayinya yang masih di dalam kandungan pun ikut merayakan hal ini.

“Calm down okay? i know you’re so happy because born being a rich baby little bean.” Bisik Yoongi kearah perut Jimin yang semakin membesar itu.


“Dengan ini, saya sebagai pemilik Jw Marriot Hotel Seoul menyerahkan hotel ini sepenuhnya pada anak saya Min Yoongi.”

“Saya bisa menjamin bahwa Jw Marriot akan lebih maju dan berkembang lagi di bawah pimpinannya.”

Ucap lelaki itu dengan bangga.

Yoongi bahkan ia tidak bisa menjelaskan perasaannya sekarang, bagaimana impiannya menjadi pemilik Jw Marriot menjadi nyata.

Satu tahun ini benar-benar penuh dengan kejutan di dalam hidupnya.

Sebut saja dulu Yoongi benar-benar brengsek bahkan niatnya menerima perjodohan dengan Jimin hanya untuk menjadi pemilik Jw Marriot.

Tapi ia bahkan berani bersumpah sekarang, bahwa mencintai Jimin adalah keputusan yang tidak akan pernah ia sesali sampai kapanpun itu.

Jika ditanya seberapa besar rasa cinta dan sayangnya sudah pasti tidak akan pernah bisa di jelaskan dengan kata-kata.

“Selamat, you achieved your goal Chef Min!” Ucap Jimin yang membuat lamunannya terpecah.

Yoongi hanya tersenyum, mengarahkan kedua tangannya lalu mengecup kening Jimin dengan lembut dan berakhir lelaki kecil itu berada di dalam pelukannya.

“Thank you so much Designer Park.” Gumam Yoongi

His goals and finally.

And that’s right, Yoongi is so grateful that Jimin is by his side right now.

After a year, what’s the decision between the two of them, keeping this up or letting of it go?

Hi (Those finger)


Seperti biasa mereka berdua sedang menunggu dokter Yoo Jeong di ruangan VIP nya.

Pelayanan terbaik dari rumah sakit ini benar-benar memuaskan, membuat siapapun yang datang kesini untuk berkonsultasi tidak akan merasa takut seperti yang Jimin bayangkan dulu.

Suara pintu terbuka, keduanga di persilahkan masuk oleh sang perawat.

“Halo! Apa kabar?” Sapa sang dokter dengan penuh antusias

Ya itulah yang di sukai oleh Jimin dan Yoongi, dokter Yoo Jeong selalu berergi positif untuk setip pasiennya dan berhasil membuatnya merasa nyaman.

“Halo dok, kabar baik.” Jawabnya

Yoongi dengan cepat menarik kursi untuk membantu Jimin duduk dengan nyaman.

“Dokter, ada hadiah.” Yoongi memberikan satu buah paperbag berisi banyak coklat untuk sang dokter.

Karena permintaan Jimin, sudah terlalu banyak coklat yang bahkan belum ia buka dari kemasannya.

Semua coklat itu adalah pemberian ibunya, sudah terlalu menumpuk sejak hampir lima bulan lalu.

Dan ya sekarang kandungannya bahkan sudah menginjak umur lima bulan.

“Oke, reveal gender ya hari ini.” Ucap sang dokter

Sementara Jimin terbaring diatas ranjang itu, menaikan sedikit bajunya agar dokter lebih mudah untuk melakukan usg.

Gel dingin itu mulai di oleskan pada kulitnya, rasa dingin yang sudah mulai familiar untuknya dan semakin mendebarkan pada saat dokter melakukan pemeriksaan.

Yoongi? oh tentu saja pria itu berdiri di samping Jimin menggenggam tangannya dan menyaksikan layar monitor besar di depannya.

“Detak jantung?” Gumam Jimin

Yoo Jeong hanya tersenyum dan menjawabnya dengan pelan.

“Iya, ini suara detak jantungnya.”

Genggaman keduanya semakin mengerat, tatapan netra itu berkaca-kaca seakan air mata itu siap untuk tumpah kapan saja.

“Dok, boy or girl?” Tanya Yoongi

Sang dokter terus mengarahkan alat ultrasound itu diatas perut Jimin, tapi sang bayi hanya diam sedari tadi hingga cukup susah untuk mengetahui jenis kelaminnya.

“Oh, posisinya tidak berubah sedari tadi.” Jawabnya

Lima menit berlalu, sang dokter masih berusaha untuk mengetahui jenis kelamin bayi itu tapi posisinya bahkan tetap tidak berubah.

Jimin yang mulai gugup, ia membawa tangan Yoongi yang berada di dalam genggamannya semakin dekat.

Dan Yoongi yang memiliki tingkat kepekaan lebih tajam semenjak Jimin hamil, ia mengetahui bahwa Jimin sedikit sedih karena tidak bisa mengetahui jenis kelamin bayi mereka hari ini.

“It’s okay.” Yoongi mengecup tangan Jimin dengan lembut.

Lelaki itu mendekat kearah bump yang semakin hari semakin terlihat membesar dan bulat itu, dan ia membisikan sesuatu.

“Halo, kamu mau ketemu hari ini atau di check up selanjutnya?”

“Kita mau tau kamu perempuan atau laki-laki.”

“Ayah kamu Exchef dan sebentar lagi jadi Ceo hotel besar di seoul, papa kamu designer hebat dari paris.”

“Kalo kamu ubah posisi nanti ayah beliin kamu ice cream.”

“Our baby rainbow.”

Ucap Yoongi begitu pelan seperti berbisik, sementara Jimin hanya mengelus belakang kepala suaminya itu saat sedang berbicara dengan bayi mereka.

Itu lucu dan menggemaskan saat ketika Yoongi membujuk sang bayi.

Memutuskan untuk menyerah, tapi sang bayi benar-benar mengubah posisinya.

“Oh my god.” Gumam Dokter Yoo Jeong.

“Dok?” Jimin reflek menahan nafasnya

“The baby’s moving.” Ucapnya

Benar-benar menampilkan posisi yang terbilang cukup jelas untuk mereka mengetahui jenis kelaminnya.

“Yoongi… dia dengerin kamu.”

“I can’t believe this, oh gosh.”

“Jangan lupa janjinya, beliin dia ice cream.”

Keduanya tertawa, dan Jimin tentu saja merasakan sensai gerakan sang bayi yang semakin terasa.

“Look at the hands, those finger say hi to us!” Ucap Yoongi dengan begitu bersemangat dan tentu saja tidak lupa ponselnya yang merekam moment ini.

Moment yang benar-benar mereka tunggu.

“Your baby is a…” Ucap Sang dokter

Ya, mereka tentu saja sangat bahagia setelah mengetahui jenis kelamin bayinya yang tentu saja itu akan lebih memudahkannya untuk membeli perlengkapan bayi.

Dan lagi-lagi yang menjadi bahan argumentasi, bayi itu akan mirip siapa.

Yoongi atau Jimin?

Ketika jari-jari mungil itu bergerak seakan menyapa semua orang yang berada di dalam ruangan, moment itu tidak akan pernah bisa mereka lupakan sampai kapanpun.

Oh the rainbow baby, everyone can’t wait to see you.

I’m sorry, Yoongi.


Jimin hanya berada di dalam kamarnya seharian ini lau merenungi semua kesalahannya.

Ia tau seharusnya ia tidak boleh bertingkah seperti itu pada Yoongi

Tapi entah mengapa pagi itu Jimin sangat sensitif hingga ia secara tidak langsung mengusir Yoongi.

Hanya di temani max yang terus menempeli dirinya

Jimin mengelus pelan perutnya yang kini mulai membesar, benar apa yang Yoongi bilang ternyata bayinya semakin tumbuh besar sekarang.

Jadi wajar saja jika Yoongi merasa sedikit khawatir dan gelisah.

Punggungnya terasa sakit dan sedikit panas, hingga ia harus mencari posisi yang pas untuk tubuhnya.

Menatap botol yang berisikan tablet obat tidur dan ia berfikir apakah ia harus meminumnya lagi atau tidak.

Akan kah obat itu berpengaruh pada bayinya nanti?

Tapi ia cukup takut diapartemen besar ini sendirian

Menit demi menit, detik demi detik berlalu tapi matanya tidak kunjung mengantuk sementara Max sudah tertidur pulas di sampingnya.


Jimin memutuskan untuk mengambil air mineral di lantai bawah, menuruni anak tangga dengan hati-hati ia tidak ingin membuat bayinya terluka lagi kali ini.

Ia berdiri di depan meja marmer itu, dingin, hening dan hanya suara detik jam yang dapat ia dengar.

“Oke, setengahnya gapapa kali ya?” Jimin bergumam lalu menatap satu obat tidur di telapak tangannya.

“Tapi gimana cara bagi duanya…”

Ia mengambil satu sendok lalu menghancurkan pil tersebut hingga membuatnya hancur lalu bertaburan dimana-mana.

“Ah shit.” Umpatnya

Mengambil tisu untuk membersihkn kekacauan itu.

Lalu Jimin mengambil kembali satu buah pil tersebut, ada satu hal yang menghentikan gerakannya lalu tubuhnya membeku seakan memproses apa yang sedang terjadi

Mendengar sebuah kode akses pintunya yang di masukan tetapi gagal dalam satu kali percobaan.

Tidak, tidak mungkin ada suatu hal yang jahat mendatanginya kan?

Oh tolong, Yoongi sedang tidak berada disini sekarang Jimin hanya sendirian.

Betapa terkejutnya saat ketika pintu berhasil terbuka lalu menampilkan sosok Yoongi yang nampak terengah-engah lalu menghampirinya.

“Yoongi…” Lirih Jimin

“Babe.” Yoongi berajalan semakin dekat dengannya lalu memeluknya saat itu juga.

“Sorry.” Bisik Yoongi

Jimin hampir menangis, Yoongi benar-benar pulang dan memeluknya sekarang.

“Kamu pulang Yoongi jelek.” Bisik Jimin

“Iya pulang, kangen hahaha.” Jawabnya

Ia mengambil obat yang berada di tangan Jimin, lelaki itu nafasnya memburu kencang dan jantungnya berdegup lebih cepat

Karena ia tahu bahwa Yoongi pasti akan memarahinya saat itu juga, pada saat kepalan tangan itu terbuka dengan perlahan dan telapak tangan pucat yang sedikit berkeringat menampilkan dua buah obat tidur yang ingin ia minum tadi.

Yoongi mengambilnya tanpa mentap Jimin lalu melemparnya ke tempat sampah, kemudian ia tersenyum lembut menatap suami kecilnya itu.

“Tunggu sebentar disini.” Ucapnya kemudian mengecup kening Jimin

Yoongi pergi untuk mengambil beberapa selimut, kemudian menarik sofanya agar bisa dijadikan sebagai tempat tidur lalu ia juga menyusun beberapa bantal agar nantinya Jimin merasa lebih nyaman.

Ia kembali menghampiri Jimin membawanya ke sofa ruang tengah.

Aroma dan pelukan Yoongi selalu menjadi tempat paling nyaman untuk Jimin, apalagi sekarang ia sedang mengandung.

Ia bahkan menjadi dua kali lebih manja, dua kali lebih emosional, dan dua kali lebih menggemaskan dari biasanya.

Uap dari aroma terapi itu mengepul diudara, membuat suasana menjadi lebih rileks.

Cahaya redup Bahu Yoongi yang menjadi sandaran Elusan lembut diatas perutnya yang semakin membesar.

Yoongi adalah rumahnya sejak ia memutuskan untuk mencintai lelaki itu.

“Maaf.” Gumamnya dengan tatapan kosong pada jendela kaca apartemennya

“It’s okay.” Jawab Yoongi kemudian mengecup punggung tangan milik Jimin

“Harusnya a—”

“Sekarang kalo mau tidur gaperlu obat tidur lagi, kamu harus aware now you’re not alone there’s our baby…” Ucapnya lembut pada saat ia memotong ucapan Jimin

Jimin hanya menunduk menatap perutnya, benar juga apa yang di katakan Yoongi bahwa ia sekarang tidak bisa egois bahkan yang terbaik untuk dia belum tentu terbaik bagi bayinya.

“Iya Yoongi maaf.”

“Aku mau tidur disini boleh?” Jimin menujuk pada atas paha Yoongi

Yoongi hanya tertawa, Jimin benar-benar bisa menjadi sangat menggemaskan dan sangat menyebalkan dalam satu hari.

“Boleh sayang.” Yoongi membantu Jimin untuk menidurkan tubuhnya lalu sementara ia memberikan bantalan pada punggung belakang Jimin.

As far as you go, the house is would be your last purpose.

My little bean & Pretty one.


“Hello!” Seokjin menyapa pada saat ia memasuki apartemen milik Yoongi.

“Hai kak!” Balas Jimin kemudian terbangun dari sofa dan selimut yang menggulung tubuhnya.

Yoongi yang datang dari dapur dengan satu cangkir teh madu untuk Jimin kemudian menyapa Namjoon dan Seokjin yang telah tiba.

“Wah thank you.” Gumam Seokjin saat ia akan mengambil cangkir yang berada di tangan Yoongi.

“Eits, mau minum ambil sendiri ini buat Jimin.” Ucapnya lalu memberikan teh tersebut pada Jimin

Seketika netranya menangkap pada layar laptop Jimin yang berada di atas meja ruang tengah tersebut, menampilkan beberapa desain baju oleh Jimin yang terlihat begitu cantik menakjubkan.

“Woah Yoongi said that you’re very talented and that’s the truth.” Ucap Seokjin lalu bertepuk tangan dan ya itu membuat Jimin sedikit tersipu.

“Dek, strawberry chocolate. I hope you like it.” Namjoon menghampiri Jimin mengacak rambutnya dengan pelan lalu memberikan kotak berisi strawberry yang dibalut oleh coklat itu.

Sesungguhnya Jimin tidak nafsu makan tapi ia tentu saja bersemangat ketika melihat orang-orang disekitarnya bersemangat apalagi tentang bayinya yang bahkan belum lahir.

Tidak ingin membuat Namjoon dan Seokjin merasa kecewa, Jimin segera membuka kotak tersebut mengambil satu buah strawberry dan menggigitnya dengan harap-harap cemas ia tidak akan memuntahkannya.

Oh? rasa manis dan asam dari buah strawberry tersebut tampaknya dapat diterima oleh dirinya, bahkan ini sudah buah kedua yang ia makan.

“Suka?” Tanya Yoongi kemudian duduk di sebelah Jimin dan merangkul punggung lelaki kecil itu.

“Hahaha suka Yoongi, kak thank you udah repot-repot pake bawa ini segala.” Gumam Jimin

Ya karena Yoongi tidak ingin memasak dan aroma masakan itu nantinya membuat Jimin kembali mual, ia memutuskan untuk memesan makanan secara online.

Tidak terasa waktu yang terus berlalu hingga sekarang sudah hampir larut malam, mereka bertiga tampaknya sedikit mabuk karena wine yang Yoongi sajikan malam ini.

“Lo berdua mending tidur disini aja, di kamar bawah ga usah pulang udah kemaleman. Gue mau pindahin Jimin ke kamar dulu.” Ucap Yoongi kemudian menggendong Jimin yang sudah terlelap saat ketiga orang tersebut tengah asik minum.

Yoongi menidurkan tubuh Jimin dengan perlahan, menyelimutinya dan tidak lupa mengecup kening dan perutnya Jimin dengan lembut.

“Sleep well pretty one, and sleep well little bean.” Ucapnya sebelum meninggalkan Jimin dan kembali kebawah untuk menghampiri Namjoon dan Seokjin di ruang tengah.

First rubbing the baby bumps


Jimin tertidur sekitar dua puluh menit setelah berbicara dengan ibunya di ponsel.

Menunggu Yoongi ternyata terlalu lama membuatnya merasa sedikit mengantuk

Tubuhnya benar-benar hanya ingin berbaring kali ini setelah minggu-minggu lalu ia paksakan untuk bekerja terlalu keras.

Bahkan untuk memikirkan design pakaiannya pun ia mual.

Membukakan pintu untuk Yoongi, melihat lelaki itu sudah berganti pakaian dan tentu saja dia tidak bebrbau daging seperti yang Jimin bayangkan.

Ia dengan cepat memeluknya, menyembunyikan wajahnya di tengkuk leher Yoongi.

“Aduh, clingy nya bayi besar…” Bisik Yoongi bergumam kemudian membawa Jimin untuk masuk kembali ke dalam kamar.


“Kamu minta coklat sama mami?” Tanyanya dengan kedua tangan membuka bungkus coklat tersebut.

Jimin mengambilnya lalu menggigit sedikit coklat tersebut.

“Enggak, mami yang kirimin tapi aku gak kepikiran sebanyak ini…” Gumamnya

“Mami udah tau?”

“Udah, mami seneng banget aku sedih.”

“Kenapa sedih sayang?” Yoongi bergeser agar posisi Jimin menjadi lebih nyaman dalam pelukannya

Kamar hotel milik Yoongi terbilang benar-benar mewah karena berada di tingkat paling atas, bahkan pemandangan yang di tawarkan pun tidak kalah cantik.

“Sedih, kalo aja aku bisa jagain bayi yang sebelumnya udah pasti mereka sebentar lagi lahir dan gak harus nunggu selama ini buat kasih cucu.” Gumam Jimin

Air matanya kembali menetes, ia kembali teringat bayi kembarnya harus menjadi korban keegoisannya.

“Udah ya, yang udah lewat biarin aja kita juga gabisa apa-apa lagi.”

“Kamu jangan mikirin itu terus, our baby twins in heaven right now.” Ucapnya kemudian menghapus air mata Jimin

Sungguh seperti yang orang bilang bahwa hormon diawal kehamilan memang benar-benar menguji kesabaran.

Yoongi kembali duduk lalu menatap perut Jimin yang masih terbilang rata karena bayinya bahkan baru berusia empat minggu.

“A— aw!” Rengeknya

Selang beberapa detik Jimin merasakan sakit di perutnya dengan rasa yang begitu melilit hingga ia meringis kesakitan.

“Babe what’s wrong?” Yoongi dengan cepat menggenggam tangan Jimin

“Sakit banget, perut aku sakit.” Jimin meremas pergelangan tangan Yoongi dengan begitu kuat

“A-ah sakit.” Ucapnya kala remasan Jimin semakin kuat.

Rasa sakit itu benar-benar membuatnya kewalahan dalam beberapa detik.

Tepat setelah Jimin berkata bahwa ia sedih memikirkan bayi kembarnya yang telah pergi.

“Exhale, inhale… kalo masih sakit ayo ke dokter.” Ucap Yoongi

Jimin pun menurutinya menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya, ia mengulangi itu dalam beberapa kali.

“Gamau ke dokter.” Ucapnya

“Feel better?” Yoongi kembali menciumi pergelangan tangan Jimin dengan lembut.

“Lumayan.” Jawab Jimin lalu kemudian ia mengelus perutnya dengan lembut.

“I’m sorry….”

Yoongi yang mendengar itu pun berinisiatif untuk membungkukan sedikit tubuhnya kearah perut Jimin.

“Kamu marah?” Bisiknya

“Jangan marah, kita semua sayang kamu kok tadi papa bilang sedih bukannya dia ga seneng ada kamu disini.” Yoongi meletakan tangannya diatas tangan Jimin yang masih mengelus lembut perut ratanya.

“Jadi anak baik yaaa, jangan bikin papa sakit kaya tadi.”

Jimin terdiam, benar kata Yoongi bukankah ia harusnya bersyukur bahwa bayi ini sekarang sudah ada dalam dirinya dan tentu saja dalam beberapa bulan lagi mereka akan bertemu.

Tidak seharusnya ia berlarut terus dengan kesedihan, itu tidak akan ada habisnya.

“Chef Min, how much you love me?”

“Gausah saya jawab, you know the answer Designer Park… i loves you more than i love myself.” Jawabnya

Yoongi terus mengelus perut itu dengan sayang.

Rupanya elusan itu dapat menenangkan sang bayi untuk berhenti membuat Jimin merasa sakit.

I’m sorry, i really loves you and i swear i will protect you even if my life is at stake.

Oh sweetheart (hugs)


Setelah satu gelas teh madu yang Yoongi buat akhirnya Jiminbisa tertidur dengan nyenyak dalam pelukan suaminya itu.

Dekapan hangat membuatnya merasa lebih nyaman di bandingan dua hari lalu hanya tidur sendirian di kamar yang terbilang cukup besar itu, sementara Jiyeon tidur di kamar sebelah.

Kabar kehamilannya pun hanya Yoongi, Jiyeon, dan Jw Team yang baru mengetahui.

Bukan maksud ingin menyembunyikan kabar bahagia ini tapi keduanya masih tidak ingin beranjak kemana-mana selain dalam pelukan satu sama lain.

Mengungkapkan rasa rindunya.

Dan Yoongi yakin bahwa seperti kehamilan pertama, Jimin pasti akan selalu menempel kepadanya.

Dan malam itu keduanya tertidur pulas, dengan Jimin dan posisinya nyamannya dalam pelukan Yoongi.


Pagi ini Jimin bangun lebih awal, membiarkan Yoongi beristirahat lebih lama

Menempelkan pipi kanannya diatas dada lelaki itu, menatap wajah Yoongi yang sedang tertidur pulas selama beberapa detik.

Dalam diamnya Jimin menatap dan kepalanya di penuhi oleh pikiran-pikiran acak seperti

Bagaimana jika ia tidak bertemu Yoongi?

Bagaimana hidupnya jika ia menolak perjodohan dengan Yoongi?

Bagaimana hidupnya di temani oleh trauma yang di tinggalkan oleh mantan suaminya itu?

Kedua matanya berkaca-kaca kembali mengingat hal itu dan bagaimana cara Yoongi mendekatinya, meyakinkannya, hingga membuatnya jatuh cinta.

Suara Max si kucing jantan itu mengeong pelan dari tempat tidurnya di bawah lalu kemudian naik ke kasur dan bergabung dengan Jimin yang tengah sibuk mentap sayang wajah Yoongi.

Suara erangan dari kucing itu kembali terdengar saat ia menyelinap masuk kedalam pelukan kedua orang tersebut.

“Hi, good morning Max did you sleep well?” Ucap Jimin lalu mencium wajah kucing tersebut

Max hanya mendengkur dan menyandarkan kepalanya tepat di dada Yoongi.

“Jangan kamu curi-curi kesempatan bobo sama suami aku, dasar jelek.” Gumam Jimin pada Max

Mendengar ocehan pagi Jimin membuat Yoongi terbangun lalu di hadapkan dengan dua bayinya yang tentu saja sedang bertengkar di dalam pelukannya.

“Good morning?” Gumam Yoongi dengan suaranya yang masih sedikit serak

“Good morning.” “Meow…”

Suara Jimin dan Max terdengar bersama, bukankah itu sangat lucu?

“Ikutan terus Max please jangan caper sama Yoongi jelek.” Marah Jimin

Sementara Yoongi hanya tersenyum melihat tingkah Jimin yang menjadi semakin posesif dan begitu menempel padanya.

“Selamat pagi bayi-bayi.” Ucap Yoongi kemudian memberikan satu kecupan pada kening Jimin dan Max

Ia harus berlaku adil bukan?

Dan ya bayangkan jika bayi mereka berdua lahir nanti, Yoongi akan memiliki tiga bayi dalam pelukannya.

“Kok udah bangun aja Yoongi? padahal aku mau biarin kamu tidur sampe siang.”

“Gimana ga kebangun kalo kalian berdua berantem gitu?” Ucapnya

Jimin hanya kembali menyamankan posisinya di samping Yoongi dengan jari-jarinya mengelus lembut tubuh Max.

“What do you want for breakfast?” Tanya Yoongi

Jimin memikirkan makanan apa untuk pagi ini yang kemungkinan bisa masuk kedalam perutnya.


Sandwich buatan Yoongi sebelumnya memang adalah makanan favorit Jimin, tapi hari ini ia benar-benar mual bahkan hanya dengan membayangkannya saja.

Dan pagi ini ia memutuskan hanya untuk memakan satu buah apel dan teh madu buatan Yoongi.

Walaupun dengan rasa sedikit mual tapi ia tetap memaksakannya

Vitaminnya pun tidak lupa ia minum, persetan dengan rasa mual semua itu akan ia lawan karena ia tidak ingin kehilangan sesuatu yang telah ia tunggu dengan lama.

Kalo ini ia harus benar-benar menjaganya.

Sial, tekatnya ternyata kalah dengan rasa mual yang begitu kuat

Ia berlari ke wastafel, oh morning sickness ini benar-benar menyiksanya. Jimin ingin menangis

“It’s okay kalo masih mual keluarin aja semuanya.” Yoongi membantu memijat bagian belakang leher Jimin.

Setelah membersihkan mulutnya dengan tisu lalu meminum satu teguk air, Tubuhnya merosot kebawah lalu memeluk kedua kakinya.

Perutnya benar-benar terasa begitu tidak nyaman

“Mual, Yoongi…” Gumamnya

Tidak tega melihat Jimin dalam keadan seperti ini, sepertinya Yoongi akan mengurungkan niatnya untuk pergi bekerja hari ini.

Ia membawa tubuh Jimin dalam gendongannya untuk ia letakan diatas sofa.

“Iya, ga nyaman ya perutnya? Terus maunya gimana sekarang let me know what should i do.” Ucap Yoongi

“Atau saya hari ini gausah ke Jw aja ya? temenin kamu disini.”

Jimin dengan cepat menepuk paha Yoongi dengan kuat.

“Gaboleh, kerjaan kamu di tinggal terus gimana deh katanya mau jadi CEO Jw Marriott tapi kerja aja males.” Gumam Jimin

“Bukan males, tapi kamu emang gapapa saya tinggal sendirian?” Ucapnya

“Hehe mau ikut, nanti aku di lounge aja kamu kerja.” Usulnya

Dan benar kata Jimin ia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya terus menerus, dan jika Jimin berada di Jw ia akan lebih mudah memantaunya bukan?

“Oke, saya ganti baju dulu.”

“Aku? masa pake piyama gini…”

“Saya ambilin kamu jaket.”

Menunggu Yoongi berganti pakaian, Jimin yang masih berada diatas sofa lalu Max kembali menghampirinya.

Kucing itu hanya menatap dan tubuhnya tepat berada di depan perut Jimin.

Ia kembali mengeong dan setelah itu, kedua tangan mungilnya lalu menyentuh dan menggerakannya seraya memijit lembut perut Jimin.

“Oh Max, there’s the baby… you will have a friend soon.” Gumam Jimin

Max hanya mendengkur pelan kala Jimin mengelus kepalanya.

“Look at him, being clingy with you.” Ucap Yoongi berjalan menghampirinya

Dan Jimin hanya tertawa.

“Ini susunya?” Tanya Yoongi lalu menunjukan satu kotak susu hamil milik Jimin

“Mau beli yang lain boleh? aku gasuka yang itu bikin mual.” Jawabnya

Dan tentu saja akan di iyakan oleh Yoongi.

Jika ia bisa, apapun itu yang Jimin inginkan Yoongi pasti akan memberikannya.

Hello, little bean.


Yoongi tidak melepaskan genggaman tangan Jimin padanya, sungguh perasaannya benar-benar tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata.

“Kok nangis…” Ucap Yoongi dan segera berlutut di hadapan Jimin.

Ibu jarinya mengusap lembut tetesan air mata itu diatas pipi yang memerah itu

“Sedih tapi seneng, Yoongi dua hari aku tahan ini buat gak bilang sama kamu.” Jawabnya

“Kenapa gabilang, siapa yang suruh sembunyiin kabar baik kaya gini?” Ucapnya

Yoongi berbicara dengan sangat amat lembut, tanpa ada emosi yang biasanya ia lakukan.

Sedikitnya ia merasa bersalah karena sudah memarahi Jimin pada saat itu, tapi ya seharusnya Jimin tidak terlalu memforsir dirinya sendiri.

“Mau kasih kejutan, kalo aku kasih tau hari itu juga pasti kamu pengen cepet pulang sementara kerjaannya pasti di tinggalin gitu aja.” Rengek Jimin

Yoongi hanya tersenyum mendengar jawaban Jimin, ia benar-benar menyanginya.

“Hello litte bean si bayi kecil, kamu disana? ini ayah…” Yoongi berbicara pada bayi itu di dalam perut Jimin yang masih rata.

Jimin yang kini mulai merasakan perubahan moodnya, emosinya yang sangat mudah berubah dari tertawa hingga menangis.

Melihat Yoongi bersikap seperti itu membuatnya kembali menitikan air matanya.

Yoonginya benar-benar mengharapkan bayi itu.

Jimin berjanji akan menjaganya dengan sepenuh hati, ia tidak ingin kehilangan untuk yang kedua kalinya.

“Maaf ya dua hari bikin kamu kesakitan sendirian, harusnya saya ga marahin kamu waktu itu.” Ucap Yoongi yang kini tangan hangatnya masih menyentuh perut Jimin

“It’s okay cause i’m enjoy it, dan makasih juga udah omelin aku waktu itu.”

“Kalo kamu gak ngomel aku pasti gaakan pulang dari butik dan beneran kecapean lagi…” Lirihnya

Yoongi kini berdiri dan memeluk Jimin.

Alunan musik yang menenangkan membuat suasana begitu emosional.

Pelukan hangat begitu menenangkan, aroma parfum Yoongi yang membuatnya begitu candu.

Malam ini tentu saja ia akan tidur di dalam pelukan Yoongi sampai esok pagi

“Thank you for the best present for first our wedding anniversary pretty one.” Bisik Yoongi

Jimin hanya memeluknya dengan erat, sangat erat.

“You deserved it Yoongi jelek.” Jawabnya

Yoongi melepaskan pelukannya dan mencium kening Jimin dengan begitu lembut.

“Saya punya hadiah juga buat kamu.” Yoongi mengambil suatu map besar berwarna coklat dari dalam tasnya.

Jimin kembali duduk dan membuka sebuah map itu, ada beberapa document yang sudah Yoongi tanda tangani dan tentu saja ia tidak mengerti berkas apa ini.

“What is this?” Ucap Jimin

“Paris Marriott Champs Elysees Hotel… New owner Min Yoongi and Park Jimin.” Ia mengeja perkata tulisan pada dokumen tersebut.

Netranya melebar kala membaca namanya tertulis pada dokumen tersebut, apa ia sedang bermimpi sekarang?

Dan apa maksud dari semua ini?

“Yoongi, explain.” Ucapnya

“Kamu inget hotel dulu saya susulin kamu, When you tried to divorce me.” Ucap Yoong kemudian mengambil gelas wine lalu meneguknya

“Yoongi jelek…”

“Sekarang hotel itu udah jadi milik kita berdua, I spent a lot of money on it tapi semuanya gaada apa-apanya sama hadiah yang udah kamu kasih ke saya.” Ucap Yoongi kemudian kembali meraih tangan Jimin untuk ia genggam

Jimin hanya terdiam dan menahan tangisnya.

“Welcome to Marriott Family.” Ucap Yoongi kemudian kembali merentangkan kedua tangannya yang siap untuk memeluk Jimin

Kembali kedalam pelukan hangat itu dan Jimin meninggalkan kecupan singkat pada bibir Yoongi.

“Kenapa kamu suka banget buang uang Yoongi jelek.” Rengeknya dan tentu tidak di pungkiri Jimin benar-benar ingin menangis.

Membayangkan sejak ia menuruti perkataan kedua orang tuanya dan menikah dengan Yoongi

Di mulai dari memiliki butik, dan studio foto sendiri yang ia dapatkan support penuh dari seluruh orang terdekatnya.

Dan hal yang paling menakjubkan lainnya adalah, memiliki sebuah hotel di pusat kota paris dan memiliki bayi lagi sekarang.

Bayi yang sekarang tumbuh dalam dirinya, membayangkan ada kehidupan baru di dalam dirinya.

“Kamu lebih berharga daripada uang, sayang thank your for carrying my baby i will make sure you are always safe.”

Malam ini Yoongi benar-benar terlihat berbeda, ia bersikap sangat lembut sepuluh kali lipat bahkan dari cara ia memeluk Jimin dengan begitu hati-hati.

“Thank you Yoongi jelek, aku gabisa bilang apa-apa lagi selain terima kasih.”

“Thank you always loving me like this.”

“I will make sure our baby always safe and healthy…”

Setelah berbincang panjang dan berpelukan mereka kembali melanjutkan makan malam kali ini.

Oh itu di mulai ketika Jimin mengarahkan satu gulungan pasta di garpunya aroma menyengat dari sepiring steak yang berada di sisi kanannya membuat ia kembali mual dan teringat bau daging yang berada di dapur apartemenya hari itu.

Jimin benar-benar ingin muntah, dan Yoongi yang tidak tega pun langsung mengajaknya kembali ke apartemen untuk beristirahat.

“Dia gasuka steak?” Tanya Yoongi

“Aku punya trauma sama daging, aku mau pulang.” Jimin berdiri mengambil tasnya dan menutup mulutnya yang terasa begitu mual.

Yoongi dengan cepat menyusulnya, oh mereka akan melewati hal ini dalam sembilan bulan kedepan.

Sembilan bulan kedepan dengan mood Jimin yang akan siap menguji kesabaran Yoongi.


Even so they both have decided to enjoy the whole process until the baby is born, born into a loving little family.

We made it? please tell me it’s not just a dream.


Jimin hanya ingin menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat waktu, apakah itu salah?

Meeting hari berjalan lancar tapi tidak dengan moodnya.

Iya ia tahu bahwa ia juga salah karena mengabaikan Yoongi selama dua hari, tapi itu bukan kesengajaan.

Ia hanya lupa bahwa dirinya sudah terikat dengan seseorang sekarang.

Tidak seperti dulu bahwa ia hanya hidup sendiri tanpa ikatan orang lain.

Ia memutuskan untuk kembali ke apartmentnya setelah hampir dua hari ia tinggalkan.

Saat ia masuk ada bau yang begitu menyengat indra penciumannya dan sangat amat mengganggu.

Ha yang pertama kali ia rasakan adalah mual, ia benar-benar ingin sekali muntah pada saat itu.

“Oh shit.” Gumamnya

Dua hari, ternyata ia lupa memasukan kembali sebuah acar dan daging sapi yang belum ia masak.

Empat puluh delapan jam cukup untuk membuat bau busuk memenuhi seluruh ruang apartment itu, dan belum lagi beberapa piring kotor yang belum ia cuci di wastafel.

Jimin melempar kunci mobil, tas, dan jasnya ke sofa lalu mengambil sebuah masker di laci untuk ia gunakan.

Berjalan menuju dapurnya dengan sedikit perasaan kesal, Jimin segera memasukan daging yang sudah berbau busuk itu kedalam kantung plastik dan siap untuk di buang.

Jika Yoongi tiba-tiba pulang dan melihat apartemennya dalam seperti ini pasti ia akan lebih marah lagi.

Membuang sampah, membersihkan dapur, mengepel seluruh lantai, melipat selimut yang berserakan diatas sofa ia lakukan sambil menangis.

Mungkin satu botol pengharum ruangan habis ia semprotkan diarea dapur dan ruang tengah untuk menghilangkan bau busuk itu, bau yang benar-benar sangat menganggu dan ya iapun akhirnya berlari ke toilet untuk memuntahkan semua isi perutnya.

Rasa kesal yang begitu mendominasinya saat ini mungkin akan reda Jika ia merendam dirinya di dalam bathup dengan begitu banyak busa dan aroma dari bathbomb yang menenangkan.


Memutuskan untuk langsung tidur setelah mandi tadi malam, Jimin kini terbangun di jam enam pagi bahkan mataharipun belum bersinar begitu terang.

Ia terbangun dengan rasa mual yang begitu kuat dan terbayang aroma busuk dari daging yang ia buang kemarin.

Mengambil satu gelas air di samping tempat tidurnya, bagun dengan keadaan tubuhnya terasanya begitu nyeri di beberapa bagian.

Ia menarik nafasnya saat ingin meneguk air tersebut, oh belum sempat air itu tertelan ia kembali merasa mual dan sangat ingin muntah.

Jimin segera berlari ke wastafel dan untuk muntah, dan ya tidak ada apapun yang keluar kecuali air yang belum sempat ia minum tadi.

Tapi perutnya begitu terasa menyebalkan.

Dan sudah hampir satu minggu Jimin tidak melakukan tes kehamilan karena ia pikir Yoongi sedang tidak ada disini dengannya.

Tapi…

Sejak terakhir mereka berhubungan Jimin juga belum melakukan tes lagi, sumpah ia tidak ingin berharap karena akan merasa muak dan sedih jika melihat hasil dari alat tes kehamilan itu.

Tapi apa salahnya jika ia mencoba sekali lagi bukan?

Karena kelalaiannya dulu ia kehilangan bayinya, ia tidak mau terulang untuk yang kedua kalinya.

Ia memutuskan untuk membuka storage box miliknya yang berada di toilet, mencari beberapa alat tes kehamilan disana tapi tidak ada satupun disana.

Jimin kembali ke kamar untuk mengambil ponselnya dan membuka sebuah aplikasi untuk memesan alat tersebut secara online dan hanya tinggal menunggunya di apartment.

Selagi menunggu pesanannya tiba, Jimin memutuskan untuk membuat teh madu.

Hanya itu yang melintas dalam kepalanya, teh madu mungkin akan meredakan rasa mualnya.

Tapi Jimin terlalu gugup untuk meminum teh tersebut hingga dingin karena terlalu lama ia diamkan.


Tiga puluh menit berlalu akhirnya alat itu pun tiba, tidak hanya satu tapi Jimin memesan sepuluh alat tes kehamilan dari berbagai merk.

Jantungnya kali ini berdebar begitu cepat sehingga membuatnya terasa sedikit sesak.

Satu alat yang ia ambil dengan harga paling mahal diantara semuanya, Jimin menunggu selama beberapa detik dan tanpa sadar ia menahan nafasnya.

“Please.”

“Please..”

“Please…”

“Kalo emang sekarang belum waktunya gapapa, walau nangis sedikit.”

Jimin terus merancu guna menenangkan dirinya.

“It’s okay Jimin, Yoongi juga gaakan marah kalo belum bisa punya anak sekarang.” Dengan perasaan gugup Jimin perlahan memberanikan diri untuk melihat hasil dari alat tersebut.

“I hope it will be the best result.”

Tidak berbohong bahwa Jimin juga benar-benar berharap saat ini.

“God…” Jimin menghela nafasnya dengan kedua matanya yang berair dan siap untuk meneteskan air mata.

“H—hasilnya…”

Ia tergagap di sela nafasnya yang memburu.

“Positif, dua garis… Yoongi.” Gumam Jimin

“Yoongi we made it!”

Ia membuka semua alat tersebut dan mencobanya, hasilnya semua sama menyatakan bahwa ia sedang mengandung saat ini.

Sungguh ia tidak tahu harus beraksi apalagi selain terdiam dan menangis.

Penantian yang mereka tunggu akhirnya…

“Yoongi…” Jimin terus menangis bahagia bahkan ia lupa bahwa mereka berdua sedang beradu perang dingin sejak tadi malam.

“This will be the best present on our anniversary.” Gumanya

“And ya, hello little bean.” Sapa Jimin kemudian menyentuh perutnya dengan begitu hati-hati.

Kali ini ia akan menjaganya dengan sangat baik, ia tidak akan membiarkan kejadian beberapa bulan lalu terulangan kembali.

There’s been too much sadness they’ve been through, Now there will be only happiness they’ll have.

It’s okay, let’s try again!


“Happy birthday anak nakal!” Ucap Jimin ketika ia membuka sebuah ikatan tali di mata Jiyeon

Terparkir sebuah mobil dari suatu brand mewah, dengan sebuah pita kecil yang menjadi hiasannya.

Sudah ada kedua orang tuanya dan juga Yoongi yang sudah berada disana.

Jiyeon hanya terdiam lalu kemudian menangis, Jimin dengan segera memeluknya.

“Haha kok nangis?” Ejeknya lalu tertawa

“Kalian semua hari ini kenapa si bikin nangis terus?” Rengek Jiyeon

Bukannya membujuk sesuatu mereka semua hanya tertawa karena Jiyeon melihat tingkah anak itu yang bisa menjadi sangat menyebalkan dan sangat menggemaskan seperti sekarang.

Setelah menangisi hadiah tersebut mereka semua kembali kedalam rumah untuk melanjutkan makan malam bersama.

Dengan Jimin dan Yoongi yang kembali menempel, tautan kedua tangannya tidak pernah terlepas.


Pagi ini Jimin kembali terbangun dengan perasaan gelisahnya

Ia mengambil satu buah alat tes kehamilan dan segera setelah ia bangun langsung menuju kamar mandi untuk mengecek suatu hal yang benar-benar ia harapkan untuk cepat hadir.

Mengikuti semua saran dari dokter spesialisnya mulai dari nutrisi dan gizi yang di butuhkan oleh tubuhnya, melakukan sex yang secara beratur, mencoba semua posisi dan lainnya.

Menarik nafasnya panjang sebelum ia melihat hasil dari alat tersebut

Rasanya seperti jantung Jimin benar-benar berdetak dua kali lebih cepat

Setelah beberapa detik ia memberanikan diri untuk melihat hasilnya, dan ya hanya ada satu garis disana.

Sama seperti hari-hari lalu saat ia mencobanya, entah ini sudah alat yang keberapa Jimin buang ke tempat sampah dengan perasaan bersalah dan kesal.

Ia selalu melakukan ini setiap pagi saat sebelum Yoongi bangun, ya benar tanpa sepengetahuan Yoongi.

Karena akhir-akhir ini mereka cukup sering berhubungan.

Yoongi memang tidak mengatakan ia ingin cepat memiliki anak kembali, tapi Jimin tahu betul apa yang dirasakan lelaki itu.

Dan bukan hanya Yoongi tapi dirinya sendiripun ingin.

“It’s okay, lo masih bisa coba lain kali Jimin!” Gumamnya di depan cermin wastafel tersebut.

Pagi ini diawali dengan helaan nafas sungguh ia sangat amat tidak bersemangat tapi ia tidak ingin menunjukannya pada Yoongi.

“Babe, di dalem?” Suara Yoongi dari luar

Jimin menoleh lalu dengan cepat ia menutup lacinya menyembunyikan semua alat tes kehamilannya, dan menutup tempat sampah yang berada di bawah wastafel tersebut.

“Iya, sebentar.” Jawabnya kemudian membuka pintu kamar mandi tersebut.

Tanpa basa-basi Yoongi dengan cepat memeluknya, ya seakan ini adalah pelukan penghiburan untuk Jimin.

Anggap saja seperti itu.

“Kenapa masih pagi udah nempel aja kaya gini?” Gumam Jimin

“Kangen.” Jawab Yoongi

“Min clingy Yoongi, my big baby.” Ucap Jimin kemudian menyisipkan jari-jarinya pada kepala belakang Yoongi.

“I’m going to take a shower.” Ucap Yoongi kemudian bergerak memundurkan tubuhnya

“You sure to take a shower, while i’m doing this?” Bisik Jimin saat ia menggesakan dengkulnya tepat pada milik Yoongi

“Such a brat, designer park it’s still morning.” Ucapnya

“Saya harus ke JW ada rapat penting takut telat.”

“Lima menit saya tunggu di bathup, kalo kamu mau haha.” Gumamnya kemudian pergi meninggalkan Yoongi untuk mengisi bathupnya

Lelaki itu terdiam, oke kesempatan tidak datang dua kali bukan?

Jadi dengan cepat ia pergi mengejar Jimin, menarik lengan itu kemudian menciuminya dengan sedikit terburu-buru dan tak lupa juga menyingkirkan semua baju yang mereka kenakan pagi itu.

Wouldn’t effort never betray results?

Hello, Japan!


Ia bersemangat kala setiap bola basket itu memasuki ringnya, riuh teriakan dan tepuk tangan bergemuruh di ruangan itu.

Jimin tidak menyaksikan pertandingan itu, melainkan ia hanya memandangi bagaimana setiap ekspresi Yoongi saat itu.

Yoongi.

Orang yang selama ini selalu memastikan bahwa Jimin selalu merasa, aman, nyaman, dan bahagia.

Selalu menyetujui apapun itu permintaan Jimin walaupun dengan sikap posesifnya yang terkadang menyebalkan.

Melihatnya tersenyum, tertawa dan bersemangat membuat Jimin merasakan suatu kepuasan dalam dirinya.

Jimin menggeser dirinya agar duduk menempel dengan Yoongi lalu membisikan sesuatu pada telinga lelaki itu.

“Are you happy?” Bisik Jimin dan membuat netra Yoongi melebar saat itu.

Ia hanya tersenyum dan bertepuk tangan dengan pelan.

“Happy.” Jawabnya

“Glad to know that hehe.”

“Yoongi, saya bakalan terus temenin kamu kemanapun kamu mau pergi. Like you treat me so well and i wanna do the same too for you…” Ucap Jimin

Seakan keramaian itu teredam dengan kalimat yang baru saja di ucapkan oleh Jimin, lelaki itu tersenyum kemudian meraih tangan Jimin lalu ia berikan kecupan di pergelangan tangannya.

Oh ayolah, bukankah mereka sedang menonton acara basket sekarang mengapa adegan romantis ini harus terjadi di tengah-tengah pertandingan.


Menikmati sore menjelang malam di Jepang dengan suasana yang begitu hangat

Keduanya memutuskan untuk membeli dua mangkuk udon di sekitar jalan yang menajajakan makanan khas negara tersebut.

Aroma kaldu yang tercium begitu harum mengepul dari mangkuk panas yang tersaji diatas meja.

“Put the chilli powder!” Perintah Jimin pada Yoongi

“No, you have to try this mode.” Yoongi menyendok kuah udon tersebut meniupnya dan menyuapkan pada Jimin.

“Rasa asli tanpa tambahan apapun.” Ucapnya

Oh yang diucapkan oleh Yoongi itu benar, bahkan tanpa tambahan apapun kuah kaldu itu benar-benar terasa sangat enak.

Inilah sisi positif yang Jimin dapatkan setelah menjadi pasangan Yoongi, dia sudah tidak pernah sakit lagi ataupun merasakan telat makan karena malas.

Karena semenjak kejadian saat itu Yoongi melarangnya melakukan diet ketat.

Memutuskan untuk kembali ke hotel dimana tempat mereka menginap.

Oke, bukankah jika baru saja kembali dari luar harus membersihkan diri lebih dulu?

Tapi Jimin benar-benar merasa malas, ia hanya ingin berbaring diatas tempat tidur lalu terlelap hingga pagi.

“Mandi dulu, baru kita tidur.” Ucap Yoongi kemudian melirik jam yang sudah menunjukan pukul sepuluh malam.

“Males, males mandi Yoongi.” Gumamnya

“Harus mandi.” Yoongi memposisikan tubuhnya diatas Jimin lalu mengecup kening lelaki itu.

“Help me to take a shower.” Bisik Jimin kemudian mengalungkan tangannya dan menyilangkan kedua kakinya pada pinggul Yoongi.

“Hahaha babe you’re so clingy…” Bisik Yoongi kemudian menggendong tubuh Jimin menuju kamar mandi.

“Bantuin mandi aja, saya capek banget hari ini.”

“And you can fuck me another day.” Bisiknya

Introvert when they have fun outside the house, they lose all their energy haha

Yoongi hanya tertawa kemudian membasahi tubuh Jimin dengan air hangat.

“Oke, istirahat aja ya malem ini i know you’re so tired.” Ucap Yoongi

“Thank You chef Min, you’re the best.” Jimin mengecup bibir Yoongi dengan cepat.

Yoongi benar-benar menjadi tempat pulangnya saat ini, menjadi pendengar terbaik, memiliki pelukan terhangat, senyum termanis dan paling mengerti perasannya.


The man he thought would be a curse to him but in fact he was the most comfortable home for him.

Oh, what do they get from Japan, can you guess what it is?