Hyunjin berlari mengejar Chan yang jaraknya agak jauh. Dan Chan tau itu. Hyunjin pasti akan tak akan bisa lepas dari dirinya.
“K-kak tunggu.”
Chan berhenti dari langkahnya. Melihat Hyunjin yang sedang ngos-ngosan dikarenakan mengejarnya.
“Apa?”
“M-maaf.” Hyunjin menunduk. Merematkan hoodie yang ia kenakan.
“Untuk?” Chan mempertahankan sifat dinginya. Sebenarnya ia tak tega, tetapi demi menjaga image dan agar Hyunjin tak mengulangi sifat kekanak-kanakannya...
“Semuanya?”
“Untuk sifat childishku?”
“Oh oke. Kumaafkan.”
Chan dengan entengnya berkata seperti itu, lalu membuka pintu mobilnya.
Pluk.
Hyunjin memeluk tubuh Chan dari belakang. Menahannya, agar Chan tak dapat masuk ke dalam mobilnya.
“Lepaskan Hyunjin.”
“Tak mau!”
“Mau jadi pembakang lagi hm?”
Hyunjin menggeleng di punggung Chan sebagai balasan.
“Lepaskan.”
“Tidak akan!”
Chan menghela nafas. “Lepaskan Hyunjin, ayo pulang.”
Dirinya membalikkan badannya. Sekarang mereka sedang berpelukkan saling berhadapan.
“M-maaf kak.”
Hyunjin menangis di dada bidang Chan. Sungguh, Chan tak suka melihat Hyunjin menangis seperti ini. Chan mengelus surai coklat Hyunjin dengan lembut.
“Jangan menguji kesabaran kakak lagi ya.”
Hyunjin menangguk. “H-hiksddd, maaf. H-hyunjin janji ga- bakal jadi b-bocahh lagi, h-hiksdd.”
“Iya sayang, ayo pulang.”
“Gak mau.”
“Hm? Terus maunya apa?”
“Kakak.”
Hyunjin mengeratkan pelukannya.
“Kamu mau kakak, hm?”
“Heem.”
“Tapi sekarang lagi di luar Hyunjin.”
“Biarin!”
“Hyunjin...”
Chan mengangkat Hyunjin, lalu memasuki mobilnya.
Hyunjin kini duduk di pangkuan Chan, di kursi kemudi.
“K-kak Chan?”
“Hm?”
“K-keras.”
“Apanya?”
“B-bawah kakak.”
“Kerasa ya?”
Hyunjin menangguk lucu.
Hening.
“H-heunghhh.”
“K-kakhhhh st-stopphhh.”
Mereka sedang asik bercumbu di mobil. Chan yang sedang mengemut puting milik Hyunjin. Seperti bayi yang mengharapkan susu yang keluar dari sana.
“Kakkhhhh.”
“Kenapa hm? Katanya mau kakak?”
“Heunghhhhh.”
Chan melanjutkan aksinya. Menggigit gigit leher jenjang Hyunjin. Tangannya dibuat untuk mengelus sensual perut Hyunjin.
“K-kakhhhh ahhh.”
“Ah-ah ahh heunghh.”
“Pelankan suaramu babe, atau tetangga akan mendengar.”
“A-aku engga bis-aahhhhh heunghh.”
Kini jari Chan telah masuk ke dalam lubang Hyunjin.
“Ahhh en-enakkhh kakhh.”
“Enak hm?”
“I-iyahhhh.”
Saat Hyunjin ingi keluar, Chan memberhentikan aksinya.
“Yah kak, kok berhenti?”
Hyunjin cemburut. Gemas sekali.
“Ayo lakuiin yang lebih enak Hyunjin.”
Chan mengatur senderan kursi kemudinya menjadi kebelakang. Menyuruh Hyunjin untuk pindah posisi. Sekarang mereka berdua sudah berada di kursi belakang.
“Ngapaiin pindah sih kak?!”
“Biar lebih lega Hyunjin.”
“Buka celana kamu.”
“Males. Kakak aja.”
“Dasar.”
Chan membuka celana Hyunjin serta dalamannya. Begitupun Chan, ia melepaskan miliknya juga.
“Kenapa?”
“E-engga.”
“Kenapa hm?”
Ia mendekatkan dirinya ke arah Hyunjin. Menempelkan penisnya di bibir lubang Hyunjin.
“Ahh-”
“Kenapa kamu ngeliatin kakak kaya gitu hm?”
Chan menjahili Hyunjin dengan hanya menempelkan ujung penisnya ke ujung lubang Hyunjin.
“H-heungg engga papa kok.”
Hyunjin mengalihkan pandangannya agar ia tak melihat Chan. Tangan Chan ia gunakkan untuk mengangkat wajah cantik Hyunjin.
“Buka matamu Hyunjin.”
“Apa heungh?”
“Kamu gamau jujur sama kakak?”
“Akh-”
Chan memasukkan ¾ penisnya ke dalam lubang Hyunjin. Menjilat serta menggigit telinga Hyunjin.
“Heunghh.”
“Katakan Hyunjin.” Chan meniup telinga Hyunjin.
“B-besar.”
“Apa?”
“P-punya kakak. Be-besar.”
“Penisku?”
Hyunjin menangguk. Chan bersmirk.
“Kok? Kau bahkan sudah hampir sering melihatnya.”
Chan melepaskan tautan penisnya. Menjauhkan dirinya dari tubuh Hyunjin.
“Kulum.”
Hyunjin bangkit dari tidurannya. Mengulum penis Chan yang, wow. Entah mengapa ia merasa penis milik pacarnya itu semakin hari semakin membesar.
Chan mendesis. Kuluman pacarnya ini memang enak. Hyunjin sangat mahir memuaskan Chan fyi.
“Uhkkk.”
Hyunjin keselek oleh sperma Chan yang keluar lumayan banyak.
“Enak hm?”
“Enakk.”
“Baiklah, karena kau sudah menjadi anak manis akan kuberi hadiah.”
Chan mendorong pelan tubuh Hyunjin agar kembali tiduran.
“Akhh-”
“Heunghh.”
Chan memasukkan dua jarinya ke dalam lubang Hyunjin. Mengeluar masukkan jari tersebut.
“Ah ah ah.”
“F-fasterhhhhh.”
“Enakkkhhngg”
Saat Hyunjin ingin keluar lagi-lagi Chan berhenti. “Kak apaan- AKHHHHHHH.”
Belum menyelesaikan protesnya, Chan sudah lebih dahulu memasuki penisnya dalam sekali hentakkan yang membuat Hyunji menjerit kesakitan.
Masuk dalam keadaan sedikit kering itu, agak...
“Akhhhh.”
“D-diemm kakkhh.”
“Akhh hikksddd.”
Hyunjin tak dapat menahan tangisannya. Sungguh ia merasa lubangnya seperti robek. Padahal ini bukan kali pertamanya melakukkan hubungan sekskual, tetapi Hyunjin tetap merasakan sakit. Chan juga tetap merasakan kesempitan dari lubang Hyunjin.
“Hikssddhh heunghh s-sakithh.”
“Maaf sayang sakit ya.”
Chan mengecup ngecup dahi serta mata kekasihnya. Berharap Hyunjin berhenti menangis. “Maaf sayang.” Tangannya digunakkan untuk mengelus lembut rambut Hyunjin.
“K-kakak kan tau Hyunjin gak bisa dimasukin pas kering! S-sakithhh.”
“Iya sayang maaf ya.”
“Akhhh- jan-jangannnhh gerakhh.”
“Iya sayang engga gerak aku.”
“G-gede banget sih punya kakak!”
“Lubang mu yang sempit Hyunjin.”
“Huh.”
“Kakak udah boleh gerak belum?”
“P-pelan pelan.” Dengan ragu-ragu Hyunjin membolehkan Chan.
Chan bergerak sedikit demi sedikit, untuk memasukki penisnya yang ukuran besar ke dalam lubang Hyunjin.
“Ah- ah- ah.”
“Kakhhhh.”
“Sabar sayang sedikit lagi.”
“Akhhh, stophhhh.”
Bukannya berhenti, Chan malah tetap memaksakan penisnya itu untuk masuk.
“K-KAK CHANNHHHH.”
Hyunjin menjabak rambut Chan. Chan tak mepermasalahkan itu.
Dengan susah Chan akhirnya berhasil memasuki utuh penisnya ke dalam lubang sempit itu.
“Ukhh, why so tight babe?”
“Yours so big.”
Chan terkekeh. Ia mengelap keringat Hyunjin yang keluar dari pelipis Hyunjin.
“Kakak gerak ya?”
“J-jangannhh.”
“Kenapa?”
“Sakit.”
“Nanti enak kok sayang.”
“Y-yaudah pelan pelan.”
Chan mulai bergerak pelan. “Hheunghh.”
“Ah-ahhh.”
“K-kakhh udahhngghhh.”
Awalnya pelan, lama lama barbar. Benar sih, sekarang sudah tidak terasa sakitnya dan malah jadi enak, tapi Hyunjin kan capek desah :<
“Ka-kakhhhhhh.”
Tak mau orang lain mendengar desahan merdu kekasihnya, Chan melumat bibir merah sehat Hyunjin yang tebal.
“Hmphhhhh.”
Bagian bawah ia tetap gerakkan sementara dirinya mencium Hyunjin.
“Hmpphh- hmphhh.”
Hyunjin memukul dada bidang Chan, menandakan ia butuh oksigen untuk bernafas.
Chan memang melepaskan ciumannya, tetapi ia melanjutkannya dengan mengiggit puting Hyunjin.
“Akhh- kakhh-”
“J-ja-jangannhh digigithhhhh.”
Hyunjin menjerit sakit sekaligus mendesah nikmat. Perlakuaan Chan tak pernah main-main dalam membuat Hyunjin keenakan.
Yah biarlah malam itu mereka habiskan dengan bercumbu di dalam mobil sampai membuat warga keganggu.
Chan sedang dalam perjalanan pulang, bersama Hyunjin tentunya. Hyunjin tertidur lelap di jok belakang. Chan sesekali memperhatikan Hyunjin lewat cermin. Ahh, gemas sekali Hyunjin ketika tidur. Ia tidak sabar untuk sampai rumah lalu menyantap kembali tubuh pacarnya itu.
𝙛𝙞𝙣.