Hard Love
“Kira, gue tunggu di lapangan aja ya? Takut di datengin Pak Pardi,” Gea langsung melangkah keluar kelas meninggalkan Kira yang masih sibuk mencari topi yang sepertinya ia lupa bawa untuk upacara hari ini.
Kira mencari seluruh kolong meja di kelasnya dengan harapan menemukan sebuah topi yang tidak terpakai, sudah tidak peduli topi itu kotor dengan debu apalagi bau. Hal yang terpenting sekarang adalah tidak berbaris di depan lapangan dengan siswa lain yang juga tidak mengikuti tata tertib sekolah.
“Akira, ngapain kamu masih di kelas?” Kira langsung membalikan badannya dan siap memberikan Pak Pardi alasan, yang sepertinya ia tak akan terima.
“Saya gak ada topi pak,” kata Kira dengan gugup.
“Ya turun dong, kamu kan sudah tahu peraturannya, ayo cepat.”
Kira sekarang sedang menahan panasnya matahari dan juga menahan malu karena ia ternyata satu-satunya siswi yang berbaris di depan lapangan. Muka gue mau ditaro mana ini.
“Makanya, hari minggu tuh gak usah ngumpul-ngumpul gak jelas sampe malem,” kata Janu setelah beberapa detik Kira duduk di kursinya, yaitu di depan Janu.
Kira menghiraukan omongan Janu seperti hari-hari biasanya, entah apa masalah Janu dengan Kira. Gea seperti biasa juga mencoba menahan emosi Kira yang sepertinya akan meledak.
“Udah, udah, gak usah di dengerin. Emang orang sirik, gak ikut kumpul-kumpul,” Nora menatap Janu dengan tatapan kesal, “udah kerjain pr fisika belum, Ra?”
Kira menepuk dahinya, “asli gue lupa banget.”
Gea membiarkan Kira melihat pekerjaan rumahnya, karena waktu pelajaran fisika sebentar lagi, Kira tidak akan selesai tepat waktu jika Gea tidak memberi lihat tugasnya. But today probably isn't Kira's day. Well, everyday isn't Kira's day if Janu was there.
“Semuanya aja lupa Kir, tapi temen lu yang gak jelas gak dilupain,” kata Janu dengan intonasi yang menyebalkan.
Ok that's it. Kira membalikan badannya dan berkata dengan kencang, “masalah lo tuh apa sih Nu? Gak suka banget gue punya banyak temen?”
“Temen lu tuh gak jelas semua Ra, mereka suka ngomongin lu di belakang, dan lu tau kan? Kenapa masih ditemenin sih?”
“None of your business, Januar. Now can you please just shut it? Gue capek banget setiap hari di komentarin terus sama lu and i don't even know what i did wrong to you,” mata Kira berkaca-kaca karena ia terlalu emosi.
Ia kembali menyalin tugasnya dengan cepat dan kembali berpikir tidak ada yang duduk di belakangnya. Bangkunya kosong, bangkunya kosong. Kira tries to ignore Janu for the rest of the period and try just to go on with the day. Until she found a note under her desk.
Kira, please wait for me after school, I have something to tell you, J.
Kira doesn't really have to guess who the sender was, Janu was never really seen talking to her in a nice intonation aka they were always fighting constantly. Janu was actually really nice the first time they met, always giving Kira gifts. Every day there would be food or snacks under her desk and she always knew it was Janu. They were actually really close like texting each other about their day and would rate it from 1 to 10, sudden calls in the middle of the night talking about a cartoon that Janu just watch or random trips that they took by bus after school. But all that just changes in one day.
At first, she didn't ask why cause she thought Janu just has something in his mind or he just needs space. When she started to ask a lot of questions, Janu's words started to change, it wasn't as sweet as they used to be. He started to say some unpleasant things. Kira was crushed. No more questions about Janu and they started living as if they were enemies from the start.
Kira waited for him after school, menghiraukan ajakan Gea untuk membeli lekker di depan sekolah. Kira sejujurnya bingung, saat bel pulang berbunyi, Janu segera meninggalkan kelas. But Kira thought he just needed a moment before saying whatever it is he wanted to say.
“Kira,” suara Janu yang halus membuat Kira meletakan hpnya ke meja dan segera memfokuskan dirinya ke Janu sepenuhnya.
Janu memberi seplastik lekker yang ia dulu suka berikan ke Kira. Kira mengambilnya dan mengucapkan terima kasih. Janu menarik kursi yang berseberangan dengan Kira dan mendekatkan dirinya dengan Kira. Janu menarik nafasnya dalam-dalam, mulutnya terbuka tetapi tidak ada kata-kata yang keluar untuk beberapa saat.
Suasana kelas yang sepi pada sore hari membuat suasana menjadi intim. Angin yang membuat gorden kelas jadi tertiup membuat Kira sedikit merinding. Dan, Janu membuat jantungnya berdegup kencang.
“Akira Lesmana,” Janu menatap Kira dengan matanya yang indah, “i like you so much.”
Harapan Kira rasanya langsung jatuh ke inti bumi. This is not the apology she's been waiting for or even an explanation. This just makes it worst.
“Hah?” Kira menatap Janu dengan tatapan yang susah diartikan, “Nu, kita sekarang udah kayak lagi perang, kenapa tiba-tiba jadi suka?”
“Okay, let me explain,” Kira menunggu lanjutan kalimat Janu, well at least this is something that I wanted to hear.
“Gue tau cara ekspresiin rasa suka gue salah banget, and it sometimes makes you cry. Gue tau gue salah banget but you know that wasn't what I mean right?”
Janu menunggu jawaban Kira dengan seksama, notifikasi yang muncul dari handphonenya pun tidak membuat fokusnya pada Kira buyar.
“Janu, maaf. If that's your way of showing love, then it's not my way of receiving love. For whatever reason, it's still wrong saying those things, apalagi disini lu suka sama gue. You're a nice person Janu, tapi cara yang lu lakuin itu salah.”
Kira menunggu reaksi dari wajah Janu, but he's not showing any. “Janu, kalo lu cuman mau bilang itu aja, gue pulang ya. But i appreciate your feelings, terima kasih Januar Samudra buat semuanya. I'll see you tomorrow.”
Kira menepuk bahu Janu sebelum akhirnya meninggalkan Janu sendiri di kelas. Truthfully, Kira has feelings for Janu, not sure if it's romantic or platonically, but regardless she really cares for him. She has lots of love to give to Janu, but if that's the way Janu going to convey, then Kira rather not have any fondness. Everyone has their own way of showing love, but if that's how Janu going to show his love, then Kira is not the one, or anyone indeed.