aleanorkim

—last🥀

Naya sudah sampai di rumah Jimin. Si pemilik rumah sengaja meninggalkan mereka berdua— untuk memiliki waktu membicarakan semuanya. Naya langsung menuju dapur karena mendengar suara berisik dari arah sana.

“Selamat pagi koo.” ucap Naya dengan senyuman manisnya

“Hm”

“Udah enakan? Mau minum obat ga?”

“Gak”

“Koo please jangan lakuin itu lagi ya”

Jungkook hanya diam

“Jungkook, Naya minta maaf untuk semuanya. Maaf sudah merusak hidup Jungkook. Ayo berpisah koo.”

Jungkook membulatkan matanya. Nafasnya sesak. Tangannya mengepal erat. Badannya sudah ingin ambruk.

“Ternyata emang dasarnya cewe sama aja ya, matre. They just need money. Gue kira lo beda sama yang lain ternyata sama aja ck. Gue udah ga punya apa-apa sekarang dan lo pergi, keren lo Nay.”

Amarah Jungkook menguasai. Berpikir bagaimana bisa di keadaan seperti ini seseorang yang menjadi alasan utama dia bertahan meninggalkannya.

“Cox Automotive ga pernah membatalkan kerja sama, berita itu hoax. Untuk ayah kamu, dia sama sekali ga kecewa. Dia bangga sama kamu, bangga punya seorang anak bernama Jeon Jungkook. Ga ada yang ninggalin kamu koo.”

Jungkook terkejut dengan fakta yang diucapkan Naya. Berharap itu benar terjadi dan ingin segera keluar dari lingkaran permasalahan ini. Tapi ada satu fakta yang tidak bisa diterima Jungkook. Naya meminta untum berpisah. Hal konyol apalagi yang terjadi.

“Kamu ninggalin aku Nay! Aku udah ngasih semua nya ke kamu. Aku berjuang, bertahan,bahkan semua yang ada di tubuhku udah ku kasih ke kamu. Disini aku yang tersakiti Nay!”

“Itu berlaku untuk aku juga, kita saling memberi semuanya. Bukan kamu doang yang tersakiti di hubungan ini. Kita berdua ngerasain itu. Kasih kita ruang untuk bernafas koo, ruang untuk mencari kebahagian kita masing-masing.”

Ruang untuk mereka. Benar. Mereka tidak punya ruang untuk mencari kebahagian masing-masing. Hanya bergantung satu sama lain. Mereka saling menyakiti dan menyayangi dalam waktu bersamaan.

“Then go! Just go! Kamu gaada bedanya sama cewe murahan diluar sana! Go ahead! I'll deserve better.”

Jungkook berteriak. Urat-urat di leher nya terlihat sangat jelas. Tapi tanpa disadari air mata Jungkook tumpah.

“Thanks koo, you're right. You deserve better. Be happy forever Jeon Jungkook.”

Naya tidak akan menangis atau bahkan menampar Jungkook karena ucapan kasarnya. Memilih untuk pergi tanpa melihat kembali sang pemilik hatinya.

Jungkook akan selalu menjadi segalanya bagi Shin Naya.

Melihat Naya pergi meninggalkannya tanpa melihat nya sama sekali semakin menyakiti Jungkook. Apa dia bisa meminta tuhan untuk merubah takdirnya? Apa dia pantas memohon seperti itu?

Berharap saviornya datang, dan membawa dia jauh dari semua kejadian ini. Jungkook marah dengan dirinya. Jungkook marah dengan takdirnya. Jungkook lelah. Dia lelah dengan permainan tuhan.

  1. Keburu diambil orang

Naya gelisah acara sudah mau dimulai tapi Jungkook belum saja datang. Tadi sih bilang kalau ada kecelakaan jadi macet tapi katanya mau sampai.

Mata Naya mencoba mencari lagi sosok yang di rindukan,siapa tau saja menyelip di kerumanan atau direbut cewek-cewek kampus.

Matanya tertuju pada satu laki-laki memakai jas merah maroon, mirip sekali dengan Jungkook. Tapi apa iya Jungkook tidak jadi memakai jas yang sudah ia berikan?

Menepuk bahunya pelan dan ternyata itu Kim Seokjin, kakak Jungkook. Pantas saja mirip. Naya tau Seokjin hanya dari berita jadi ya gitu— lupa-lupa ingat. Baru tau juga bahwa Seokjin itu kakak kelas nya, itupun dari teman-teman yang daritadi membahas Seokjin datang keacara wisuda.

“Maaf kak, aku kira Jungkook” ucap Naya sopan.

“Jungkook belum datang ya? Maaf ya pasti menunggu Jungkook lama. Emang anak satu itu lelet jadi harus di obrak-obrak dulu.”

” Hahaha iya kalo udah gitu mirip bayi apa-apa harus diurusin”

” S2 mau ambil mana? Atau langsung kerja?”

Seokjin ramah juga pikir Naya

” S2 sambil bantu papa di kantor sih kak, kakak sendiri sibuk apa?” Naya berusahi mengimbangi percakapan

“Ngurus perusahaan aja sih sama nyari-nyari pendamping. Udah di paksa ayah terus soalnya.”

Sedikit canggung karena tiba-tiba saja topik nya berubah.

“Semoga dapet yang cocok ya kak,aku doain”

“Udah ada yang cocok sebenernya, dari dulu banget malahan. Cuman ga berani ngungkapinnya”

“Kalo ga ngungkapin nanti keburu diambil orang kak. Semangat semangat!”

Naya berkata itu sebagai candaan karena merasa Seokjin juga hanya bercanda. Nada bicara Seokjin tidak ada unsur keseriusan. Naya pikir mungkin biar tidak canggung mengobrolnya.

Seokjin hanya mengangguk dan tersenyum kecil.

“Kak, Naya mau kesana dulu ya. Acaranya udah di mulai. Permisi.” Naya menunduk sopan dan pergi meninggalkan Seokjin

  1. Past

Jimin terdiam. Mungkin sedang mencerna apa yang aku ceritakan. Rahasia yang sudah dia simpan dalam-dalam sekarang terkuak. Bahkan sebelum itu menjadi rahasia aku sudah mengetahuinya.

Langkah kaki Jimin mendekat ke arahku. Tiba-tiba dia menarikku untuk didekap. Memelukku sangat erat. Menyembunyikan wajah nya di leherku. Leherku basah, Jimin menangis semakin kencang.

Berusaha merapalkan beribu maaf ditengah suara sesakan nangisnya.

“I'm fine Jim, aku rasa aku sudah sembuh. Ayo cari kebahagian kita masing-masing. Kamu orang baik.” Ucapanku diiringi dengan mengelus pelan punggung Jimin.

“Nay maaf, sayang maaf, maafin Jimin. Itu diluar kendali. Tolong dengerin penjelasanku dulu. Jangan pergi.” Jimin masih memelukku erat.

Aku tidak tahu alasan mereka melakukan itu dibelakangku dan aku sudah tidak peduli. Menggali sesuatu yang menyakitkan akan sia-sia. Singkatnya aku tidak mau mendengerkan apapun penjelasan dari mulut mereka.

“I don't need your explanation. Itu masa lalu kita. Jangan diungkit lagi. Udah berakhir. Tolong Jim.” Aku berusaha menarik diri dari Jimin, walaupun aku tahu itu tidak mungkin. Tenaga Jimin jauh lebih besar.

“Dengerin aku dulu Nayy, please. Waktu itu aku kalut kamu gaada kabar di hari ulang tahunku. Aku minum banyak, yang aku inget aku mau nelfon kamu tapi aku gatau kalau aku malah nelfon Sherin. Itu diluar kendali. Kita mabuk.” jelas Jimin

“Apa hanya sekali Jimin? APA HANYA SEKALI? JAWAB AKU!” Aku berteriak. Muak. Dia membuat seolah-olah itu hanya ketidak sengajaan.

“Itu bukan pertama kalian, mungkin sudah berpuluh-puluh kali. Apa tidak cukup Jim? Kalian meninggalkanku sendiri disini ditambah dengan kelakuan bejat kalian! APA BELUM PUAS?” Nafasku tidak terkontrol. Dadaku naik turun.

“Berhenti Jimin. Cukup. Sudah cukup dengan kedatanganmu waktu itu. Semuanya berakhir sebelum kau mengawali Jim. Kamu yang menghancurkan semuanya. Semuanya hancur.”

Semua tentangku dengan Jimin sudah selesai. Benar-benar selesai.

“Apa karena Jungkook?”

Aku diam. Tentu bukan, Jungkook tidak ada hubungannya dengan ini.

“Jadi Jungkook yang membuat Shin Nayaku begini? Apa aku harus menghilangkan Jungkook Nay? Aku tidak pernah bermain-main dengan ucapanku Nay!”

Aku gemetar. Ini bukan Jimin. Aku berusaha keluar dari ruangan ini. Aku harus keluar dari rumah ini.

Jimin tidak mengejarku yang aku tahu sebelum aku meninggalkan Jimin di ruangan itu sendiri, dia bersimpuh; memukul-mukul kepalanya.

Ketika aku sudah membuka pagar, tiba-tiba muncul seorang pria yang sangat aku kenali.

Taehyung.

Dia langsung menarikku ke dalam mobil. Membawa mobilnya menjauh dari rumah Jimin

Di dalam mobil aku menangis merapalkan nama Jungkook. Aku takut. Perkataan Jimin membuatku takut.

Taehyung mencoba menenangkanku. Berusaha meyakinkan bahwa Jungkook tidak apa-apa.

Aku dibawa ke kamar, digendong layaknya anak kecil. Taehyung selalu menjadi pria manis.

“Aku tau kamu butuh waktu sendiri Nay, jadi aku keluar ya. Kalau ada apa-apa langsung teriak aja, aku dibawah.” Ucap Taehyung sambil menutup pintu kamarku.

  1. Waiting

Naya sudah berada di apartment Jungkook. Hari ini terasa hari yang indah bagi Naya. Sebentar lagi akan bertemu dengan sang pujaan hati.

Memasak makanan kesukaan Jungkook adalah hal pertama yang dilakukan Naya. Benar-benar tidak sabar bertemu. Rindunya sudah meluap.

Selesai memasak, Naya duduk di sofa ruang tamu dan menyalakan tv sekedar menemaninya sambil menunggu Jungkook.

1 jam berlalu

3 jam berlalu

10 jam berlalu

Waktu menunjukan jam 02.55 dan Jungkook belum pulang. Naya sudah berusaha menghubungi Jungkook tapi nihil. Tidak ada respon.

Tiba-tiba hujan mengguyur kota Seoul. Naya tertawa dengan airmata yang menetes. Lucu sekali bagi Naya. Seakan bumi tahu bahwa dia sedang sedih. Kenapa harus menangis bersama?

Naya memutuskan untuk pulang. Menuggu Jungkook hanya membuatnya dadanya sesak. Sebelum itu Naya mengirim voice note kepada Jungkook

“Naya sayang Jungkook. Sayang sekali. Jangan kerja terlalu berat ya. Cepat pulang. Naya rindu. Maaf kalau bawel hihi'

Kalimat itu diucapkan dengan sesengukkan. Sakit.

Naya membawa mobilnya, membelah jalanan Seoul yang sudah sepi dengan hujan yang mengguyur deras.

Tiinnnnn

Brakkk

  1. Press Conference

11:30

Jungkook sudah berada di Grand Hyatt bersama sang kakak dan ayah. Mereka turun dari mobil masing-masing. Balutan jas hitam membuat aura mereka terpancar bak pangeran yunani. Disertai dengan jam tangan super mewah yang membuat mata silau dengan kerlap kerlip emas nya.

Mereka sudah disambut puluhan wartawan sejak menapakkan kaki di tempat. Sorotan kamera dan cahaya flash menjadi pengisi jalan mereka.

Puluhan bodyguard juga sudah siap sedia menjaga keamanan. Tidak diragukan lagi. Kim Corp.

Jam sudah menunjukkan bahwa acara akan dimulai. Jungkook duduk disebelah kiri sang ayah. Sedangkan sang kakak di sebelah kanan. Mic di depan mereka sudah siap menghantarkan sejumlah pernyataan yang akan memuaskan media.

Suasana ini sangat asing bagi Jungkook. Dia jauh dari sorotan kamera. Mungkin hanya sesekali melihat ketika mengantar sang bunda. Dada nya berdegup kencang. Pertanyaan media menurutnya sangat menakutkan.

...

Satu jam berlalu, press conference Kim Corp resmi selesai. Berakhir dengan pengumuman besar bahwa Kim Jungkook adalah anak kandung Kim Seok Jung— yang berarti akan menjadi penerus Kim Corp.

Kim Seok Jung menjelaskan bahwa sengaja tidak memperkenalkan Jungkook ke media karena alasan saat sang istri masih ada dan sedang sakit meminta untuk tidak membawa semuanya untuk konsumsi publik. Keluarganya adalah privasi. Alasan klasik untuk menutupi kebohongan di belakangnya.

Matahari sudah datang menunjukkan bahwa hari dimana Jungkook juga sudah tiba. Sejujurnya, dia tidak bisa tidur. Berusaha menutup mata agar tertidur dan tidak berhasil. Otaknya tetap berjalan.

Di perjalanan menuju Cox Automotive, Jungkook mengecek kembali semuanya— harus sempurna. Sesuai rencana awal.

Kak Seokjin sudah sampai duluan. Jungkook segera turun dari mobilnya dan mendatangi sang kakak. Tinggal 20 menit lagi sebelum pertemuan. Mereka mengecek sekali lagi. Gelisah bukan main. Seokjin jadi ikut gelisah juga.

20 menit berlalu dengan cepat, Seokjin dan Jungkook sudah masuk ke dalam ruang meeting. Baru saja dipersilahkan duduk, pintu dibuka. Park Jimin.

Park Jimin datang dengan sekretarisnya. Jungkook tau bahwa saingannya adalah Park Group tapi sapa kira bahwa Owner nya yang akan turun tangan langsung. Seokjin juga sama terkejutnya. Merasa ada yang janggal.

Berusaha tetap profesional dengan berjabat tangan. Setelah itu rapat dimulai. Suasana menjadi tegang dan panas. Seperti ada peperangan di dalam ruang meeting. Saling menunjukkan kekuatannya. Berakhir ditutup dengan tepuk tangan saat Jungkook selesai mempresentasikan.

Jungkook lega. Sangat lega. Sudah berusaha semaksimal mungkin.

Team Investor masih berdiskusi. Ditengah-tengah itu ada dua orang yang adu tatap. Jeon Jungkook dan Park Jimin. Memancarkan api di kedua bola mata mereka.

  1. Busy

Sudah satu bulan Jungkook menggeluti pekerjaanya — sebagai CEO. Pusing juga. Mengatur waktu antara kuliah dan bekerja, belum juga kalau sedang rindu Naya. Ingin segera menghabiskan waktu berdua.

Mereka sudah sama-sama sibuk. Naya sibuk dengan ujian akhir. Sebentar lagi wisuda.

Benar-benar tidak ada waktu berdua.

Jungkook jadi sering uring-uringan. Katanya rindu. Rindu sekali. Mau peluk si pacar. Tapi dia sendiri tidak bisa melakukan. Pekerjaannya terlampau menumpuk.

Untuk masalah investor, Jungkook masih berusaha. Benar-benar serius. Sudah sering mengadakan pertemuan. Progressnya bisa dibilang lumayan— karena tidak langsung di tolak. Masih di pertimbangkan.

Kak Seokjin sampai bangga, katanya tidak di tolak saat pertama itu sudah luar biasa. Yang berarti Hyundai Com bisa bersaing dengan Audi AG.

Besok adalah hari yang sangat ditunggu Jungkook. Pertemuan ketiganya— Hyundai Com, Audi AG, dan sang Investor; Cox Automotive.

Jungkook sudah mempersiapkan segalanya. Harus sempurna. Sebelum tidur sudah dipastikan semua, di cek ulang.

Sudah siap untuk tidur malah tidak bisa. Memikirkan pertemuan sekaligus rindu dengan sang kekasih. Sudah lama sekali tidak mengobrol.

  1. Dinner

Jungkook sudah sampai di rumah Naya. Kemarin malam sampai tidak bisa tidur. Takut melakukan kesalahan katanya. Sebelum turun dari mobil, Jungkook memberi tahu Naya bahwa dia sudah sampai.

“Hai koo, tampan sekali pacarku.” ucapan pertama Naya saat bertemu Jungkook. Jungkook itu suka pujian. Di puji tampan saja sudah bisa menenangkan hati Jungkook. Naya tau Jungkook sedang gelisah setengah mati.

“Ayo masuk, mamom papom sudah di meja makan.” menyatukan jemari-jemari mereka, Naya membawa Jungkook ke ruang makan. Sebelum itu Jungkook memastikan tampilannya kepada Naya. Harus rapi saat bertemu calon mertua. Gemas sekali.

Suasana di ruang makan sedikit canggung, untung saja mama paham. “Nak Jungkook ayo dimakan. Kata Naya nak Jungkook suka seafood. Ini buatan Naya loh,” jelas mamom berusaha mencairkan suasana.

“Terimakasih tante,” jawab Jungkook dengan senyum canggungnya. Terlalu gugup. Padahal kalau sudah ada seafood gini langsung di lahap habis. Tapi kalo sekarang harus punya wibawa.

Makan malam sudah selesai, Naya dan mama nya membawa piring kotor kedalam dapur. Kebiasaan dari dulu, walaupun sudah ada yang membantu, bekas makanan mereka harus tetap dicuci sendiri.

Jungkook diajak papa Naya untuk ke ruang keluarga. Katanya ingin mengobrol dan diajak main FIFA.

“Saya megang team Barcelona, kamu apa?” kata sang papa Naya sesampainya di ruang keluarga.

“Real Madrid om,” Jungkook itu fans nomer satu Real Madrid. Madridista sampai mati.

“Pasti kalah dengan Barcelona. Kalau kamu bisa menang dari saya, saya kasih ijin untuk dekat dengan Naya.” tantang papa Naya.

Pada dasarnya Jungkook itu suka tantangan, anaknya kompetitif. Jadi langsung di iyakan apalagi diberi hadiah ijin dekat dengan Naya.

Poin mereka bersaing sengit. Pada menit-menit terakhir Jungkook mencetak poin, yang membuat kedudukan menjadi 3-2. Dimenangkan oleh Jungkook.

“Pegang satu perusahaan sendiri, tidak usah yang besar tapi harus jadi pemilik. Saya tidak mau Naya hidup susah. Sudah saya jaga agar tidak merasakan kesusahan jadi tidak mau diberikan kesembarangan orang. Kalau tidak sanggup menyerah. Masih banyak yang mau dan sanggup dengan syarat saya. Jika sudah bisa memenuhi syarat silahkan kembali kesini. Lamar anak saya.” kalimat panjang tersebut menjadi penutup permainan mereka.

Jungkook ditinggalkan sendirian. Masih mencerna kalimat panjang yang terlontarkan dari mulut calon mertua. Menjadi pengusaha? Itu musuh bebuyutannya sejak kecil.

Aksara Bramantya dan Alinea Arunika; sepasang kekasih yang hanya berjarak 12 langkah dari masing-masing rumah.

Orang tua yang bersahabat hingga berujung bertetangga. Cinta mereka bukan hasil perjodohan, sudah bukan zamannya. Murni keinginan mereka.

Cerita cinta mereka tidak terlalu menarik, begitu-begitu saja. Sudah 7 tahun juga. Jangan berharap ada si Romeo dan Juliet disini.

Disini hanya ada Aksara dan Alinea.

  1. Calon mertua

Jungkook sudah sampai di depan rumah Naya, tepatnya penthouse. Besar, megah, dengan dominasi warna putih yang memberi kesan mahal; ya walaupun harganya memang pasti mahal.

Pintu dibuka, sepertinya sudah tau bahwa akan ada tamu. Disambut dengan 2 orang maid yang membawa welcome drink; watermelon juice. Sudah seperti hotel saja. Jungkook dibawa ke ruang tengah, berusaha menutup mulut agar tidak keliatan sekali noraknya. Dia sudah lama tidak melihat rumah seperti ini, terakhir 5 tahun lalu. Apartmentnya memang bisa dibilang mewah tapi rumah ini diliuar nalar, 100x lebih mewah.

Baru saja duduk, tiba-tiba ada bunyi ketukan sepatu yang berasal dari arah tangga. Pasti kekasihku— batin Jungkook.

Jungkook menoleh ke arah suara, berharap di berikan sebuah kejutan dengan Naya yang akan tampil sangat cantik— setiap hari sudah cantik sih. Tapi ternyata harapannya pusnah, begitu melihat sosok pria tampan dan gagah.

“Pasti Jeon Jungkook,” tegas pria di depannya. Sifatnya sangat mirip Naya, to the point tidak suka mengulur waktu. Jungkook membungkuk 90°, harus menjadi anak baik saat di depan calon mertua.

“Iya, saya Jeon Jungkook. Kekasih Naya,” mengikuti gaya sang mertua— to the point, itu tujuannya kemari. Mengenalkan diri sebagai kekasih sang putri. “Ayahmu memiliki perusahaan apa? Ibumu dari kalangan apa? Jurusan apa kuliahmu?” rentetan pertanyaan tersebut membuat kuping Jungkook panas.

Belum menjawab, Naya sudah berlari mendatangi Jungkook. “Papom sudah ya, Aya ijin pergi bermain bersama Jungkook,” Naya berusaha memotong pembicaraan dari mereka berdua. Mencium pipi kiri sang ayah, harus segera dihentikan. Sedangkan, sang ayah hanya terdiam melihat sang putri menarik lengan pria didepannya. Berusaha tidak menunjukkan senyum saat melihat sang putri sematawayang terlihat sangat senang.

*

Di dalam mobil, Naya dan Jungkook berusaha bergurau. Tertawa karena candaan yang kelewat garing. Mau melupakan apa yang sudah terjadi. Mau senang-senang saja. Sudah lama tidak melakukan hal romantis bersama.