aleanorkim

  1. Jealous

Naya menangis tersedu-sedu saat membalas chat Taehyung. Taehyung akan ke Amerika, meninggalkannya. Jungkook yang ada disamping Naya menarik gadisnya untuk ditenangkan— dielus rambut nya dan sesekali mencium pucuk kepala. Jungkook sadar bahwa Taehyung berpengaruh penting bagi gadisnya.

“Taehyung pergi koo, Naya sendirian, gaada yang nemenin naya di kelas, gaada yang gangguin Naya lagii,” ucap Naya yang semakin membuat hati Jungkook berdesir. Dia cemburu. Taehyung terlalu berarti.

“Ada koo disini, Naya ga sendirian. Naya ga boleh egois, Taehyung butuh waktu juga, let him go ya princess,” Berusaha untuk mengontrol rasa cemburunya sekuat tenaga.

“Iyaa, Naya gaakan egois lagi. Taehyung minta maaf ke koo karena waktu itu mukul koo, maafin ya koo.” Naya berusaha menghapus air matanya. Benar, dia tidak boleh egois. Harus melepas Taehyung dan berjuang bersama Jungkook.

“Koo maafin,udah ya jangan nangis, hidungnya udah kayak rudolph tau,gemes,jadi pingin koo gigit.” goda Jungkook

Naya tertawa, memeluk Jungkook erat. Dia amat menyayangi Jungkook. Berakhir dengan Naya tertidur di pelukan Jungkook.

Jungkook mengangkat gadisnya untuk ditidurkan di kasur kamarnya. Mencuri ciuman diselingi bisikan “aku mencintaimu”.

Sebenarnya Jungkook penasaran, berapa lama kekasihnya bersahabat dengan Taehyung. Dia benar tidak tahu apa-apa. Mencoba membuka ruang obrolan Taehyung dan Naya dengan merapalkan kata maaf karena menganggu privasi Naya.

Ketika membaca chat dengan Taehyung, hatinya panas. Terbakar cemburu tapi segera padam saat sang kekasih mengakui bahwa mencintai Jungkook. Sudah tidak ada yang di khawatirkan lagi— pikir Jungkook. Dengan itu juga dia menyalin nomor Taehyung, mau mengucap terimakasih dan salam perpisahan mungkin?

  1. Ruin

30 menit tepat Taehyung sampai di kediaman Dilla. Dia berusaha untuk menghilangkan Naya di otaknya, bukan hanya otaknya— seluruh tubuhnya. Semua membekas.

Rambutnya yang selalu mengingatkan tangan halus Naya saat sedang mengelus manja.

Mata yang hanya bisa melihat Naya, Naya, dan Naya setiap harinya. Pagi hingga malam.

Hidungnya membawa wangi parfum Naya, aroma Baccarat. Elegan dan memancarkan kemandirian, sifat Naya sekali.

Bibirnya, selalu terasa manis. Mengecup singkat bibir Naya adalah hobi yang paling digemari Taehyung.

Setiap inci tubuhnya, akan membawa kenangan manis bersama Naya. Harus segera dihilangkan agar bisa sembuh.

Buyarnya lamunan Taehyung bertepatan dengan Dilla yang sudah duduk di kursi penumpang— samping Taehyung, tempat Naya biasanya.

“Hhh,” Taehyung menghela nafas. Naya akan selalu muncul dimana saja. “Taehyung sakit?” Dilla khawatir mendengar dengusan nafas berat Taehyung. Yang ditanya hanya menggeleng, berbohong. Benar dia sedang sakit— hatinya.

Suasana di mobil sangat canggung, tidak ada yang memulai topik pembicaraan, hanya diisi lagu-lagu kelewat menyedihkan. Setelah memecah keheningan, dengan sampainya mereka di Restaurant.

Taehyung membuka pintu untuk Dilla, tetap menjadi laki-laki gentle— diajari Naya harus begitu.

Mereka diantar waiter, untuk ke kursi yang sudah di reservasi Taehyung sebelumnya. Masuk ke ruang vip, mata Taehyung terasa panas. Disitu, ada Shin Naya— yang tentunya bersama sang kekasih. Sudah tidak kuat, mau berpura-pura tidak kenal pun tidak tahan. Taehyung memutuskan untuk keluar, membuka pintu vip yang menghadiahkan semua mata tersorot kepada Taehyung.

“Taehyung?” Naya menyadari kehadirannya. Naya bangkit untuk mengejar Taehyung, meninggalkan Jungkook yang sudah mengepalkan tangannya. Berpikir waktunya bersama Naya selalu diganggu.

Dilla yang memahami itu semua ikut mengejar Taehyung. Dipikir-pikir ini seperti romansa bollywood, bermain kejar-kejaran, terdengar sangat childish. Taehyung menarik tangan Dilla untuk segera masuk kedalam mobil, dia harus pergi. Sudah tidak mau menangis didepan Naya, memalukan.

Taehyung dan Dilla berhasil meninggalkan Naya yang masih berusaha mengerjar mereka. Taehyung melihat kaca belakang,hampir saja dia berhenti untuk sekedar bilang ke Naya “Berhenti,jangan mengejarku,” tapi tidak bisa. Sekalinya berhenti akan semakin dalam.

Dilla tidak bertanya apapun selama perjalanan, tau perasaan lelaki di sampingnya sedang kalang kabut.

  1. Bestfriend

Akan menjadi narasi terpendekku,lagi buntu banget tapi mau ngejar target sebelum bener2 ku tinggal :(

Sesampainya di apartment Sherin, Naya meluapkan semuanya. Menangis sambil bercerita. Mau menyesal tapi sudah tidak bisa disesali.

“Udah nangisnya, lo nangis sekenceng apapun gaakan ngerubah itu Nay. Just give Taehyung times, likes Jeon ngasih lo waktu buar berdamai sama diri lo sendiri.” Sherin akan selalu punya jawaban dari semua masalah Naya. Beruntung sekali memiliki Sherin di hidup Naya.

“Atau kalau emang lo udah rela, chat Taehyung. Ajak ketemuan,cerita semuanya. Resikonya ditinggal, lo gabisa nahan dia disamping lo dengan embel-embel sahabat. Its hurt him. Jangan egois lagi,” Sherin menghela nafas. Hubungan yang rumit, jadi berpikir ulang untuk memiliki kekasih.

Naya memeluk Sherin, berterimakasih sudsh selalu ada di saat seperti ini.

  1. Lying isn't better than silence

Naya terbangun karena badannya terasa sakit, kemarin malam mereka benar-benar gila. Seperti tidak akan ada hari esok, tidak mau berhenti.

Melihat lengan Jungkook yang memeluk pinggganya dan wajah yang menempel ke punggung polosnya, Naya tersenyum. Membalikkan badan untuk berhadapan dengan Jungkook, manis. Jungkook yang seperti ini terlihat seperti bayi kelinci. Wajahnya tenang, bibirnya sedikit maju, gemas sekali. Naya mencium Jungkook, berharap akan selalu begini— pasti akan bahagia.

Setelah memperhatikan wajah kekasih cukup lama, Naya mencari ponselnya. Notifikasi yang membludak. Puluhan atau bahkan ratusan telfon dari Taehyung serta ada selipan chat Sherin. Pertama yang Naya buka adalah chat Sherin, disitu juga waktunya berhenti. Badan Naya kaku, nafasnya berhenti sebentar. Taehyung sudah tahu.

Melonjak dari kasur, hingga membuat Jungkook terkejut. Jungkook menarik lengan Naya berusaha untuk bertanya kenapa bangun terburu-buru serta berusaha mencuri kecupan manis di bibir, tapi tangan Jungkook segera ditepis oleh Naya.

“Jungkook,lepaskan! Taehyung sudah tahu!” teriak Naya. Naya frustasi,tidak tahu harus apa. Tidak tahu siapa yang salah.

Jungkook menelan ludah, Siapa Taehyung? Memang ada apa jika Taehyung tau? pertanyaan-pertanyaan itu keluar seraya melihat kekasihnya berlari seperti orang gila sambil mengusak rambutnya kasar.

“Sayang ada apa? Siapa Taehyung? Nay, aku disini. Ayo cerita sama aku,” Jungkook mengelus pundak sang kekasih,berusaha memberi ketenangan sementara walaupun dirinya sendiri tidak tenang. Tiba-tiba Naya menangis, memeluk Jungkook dengan erat.

“Koo, aku takut. Jangan tinggalin aku, jangan pernah, jangan.” Naya menangis sambil memohon, tidak mau kehilangan Jungkook.

Di depan kamar mereka, sudah ada Taehyung yang menunggu. Mendengar semua percakapan kelewat keras mereka. Begini rasanya di campakkan. Taehyung meringis, mengepalkan tangan hingga bisa melukai dirinya sendiri. Apa dia tidak berarti bagi Shin Naya?

Yang di dalam kamar, masih berusaha menenangkan diri. Naya berusaha menjelaskan kepada Jungkook. Jungkook mengerti, bukan salah Naya sepenuhnya. Mencoba menjelaskan kepada sang kekasih bahwa tidak akan ada apa-apa. Jungkook juga tidak akan meninggalkan.

Naya sudah tenang sekarang, lebih ke sedikit tenang. Dia harus bertemu Taehyung, tidak bisa lari. Semua jalan buntu. Jalan yang dipilih dari awal sudah salah, jadi harus bertanggung jawab, menuntaskan semua.

Membuka pintu, dan dihadiahi tatapan kecewa,amarah,kesedihan oleh Taehyung. Naya terkejut, ingin pingsan saja. Bagaimana bisa Taehyung disini, Sejak kapan? Apa dia tidak tidur dan menunggu disini?

“T-taehyung.” Naya terbata-bata, ketakutan, tidak pernah melihat Taehyung seperti ini.

Mendengar suara Naya memanggil namanya membuat amarah Taehyung semakin terbakar, Naya adalah minyak sekarang dan dia apinya sudah siap menyulut. Tangan yang daritadi mengepal dilayangkan ke arah Jungkook yang berada di samping Naya, secara tiba-tiba tentunya.

Kata-kata kelewat kasar menjadi imbuhan dari pergelutan mereka. Untuk diawal Jungkook menerima, mencoba untuk memahami. Ketika kata yang umpatan keluar dari mulut sahabat sang kekasih yang tentu ditunjukkan untuk dirinya, Jungkook bangun. Dia tidak pantas mendapat umpatan.

Saling memukul, saling menunjukkan sisi paling menakutkan mereka. Hingga tidak peduli kepada gadis yang sudah menangis amat keras, memohon mereka untuk berhenti.

Pukulan amat keras dilayangkan Taehyung, yang menimbulkan darah keluar dari mulut Jungkook. Naya yang menyadari itu, langsung menarik Jungkook dan membentak Taehyung dengan suara yang terdengar sangat lirih.

“Taehyung berhenti! Dia kekasihku! Aku membencimu!” final Naya dan mengambil tangan Jungkook untuk digenggam. Sangat erat.

Taehyung tertawa mendengar perkataan Naya. Dia benar-benar dibuang sekarang.

” Disini aku yang bodoh atau dirimu, Shin Naya? Apa aku terlihat lucu di depan matamu sekarang? Apa aku berhak mendapatkan ini? Apa aku melakukan kesalahan?” Taehyung menarik nafas, melihat genggaman Naya yang semakin erat kepada laki-laki disampingnya.

“APA AKU TIDAK BERARTI APA-APA UNTUKMU!?” Taehyung berteriak. Taehyung sakit.

“Apa kau benar-benar Shin Naya yang aku kenal?” Taehyung menangis. Melepas semua laranya dengan air yang terjatuh dari matanya.

Hening sekaligus menegangkan. Semua diam. Berbicara dengan diri sendiri.

Kediaman mereka membawa kesesakan yang amat bagi Taehyung. Naya bahkan tidak menjawab apapun pertanyaanya. Hanya menunduk dan sesekali terdengar suara tangisan.

Dengan begitu Taehyung menyimpulkan memang disini dia yang bodoh, dia tidak sebegitu penting untuk kehidupan Naya.

Taehyung pergi, meninggalkan kedua orang yang masih terdiam.

  1. Too good at goodbyes

Taehyung yang dulu sudah tidak tahu kemana. Rambut yang rapi dengan tatanan bak pangeran— berubah menjadi acak-acakan. Taehyung gelisah, hatinya menolak untuk percaya. Otaknya berusaha memastikan kalau ada yang salah. Shin Naya tidak mungkin membohonginya.

Setelah mendapat chat dari nomor yang tidak di kenal hatinya sudah memanas. Di foto itu sudah jelas, matanya menolak untuk menerima, seluruh tubuh Taehyung juga memberi respon yang sama.

Berusaha menenangkan diri dengan mendengarkan lantunan musik— yang semakin menyayat hati ketika terdengar sesuai dengan keadaanya. Tiba-tiba suara notif chat masuk, segera dibuka. Siapa tau Shin Naya mengabari bahwa dia ada di rumah, memasak bersama mamanya.

Ternyata bukan notifikasi dari sang pujaan hati, melainkan dari Dilla. Pertanyaan pertama sudah membuat fungsi otak Taehyung berjalan sangat cepat— berusaha mencari penghubung dari ini semua. Ketemu. Dia di bohongi.

Taehyung segera mengambil kunci mobil,bergegas ke tempat Naya berada. Harus memastikan dengan mata nya sendiri. Di perjalanan, terus meramalkan doa agar ini hanya kesalah pahaman. Naya mencintainya. Tidak mungkin tega seperti ini. Di perjalanan yang menyesakkan batin Taehyung, tubuh Taehyung bereaksi— kecewa. Air mata dari pelupuk mata Taehyung mulai jatuh, tetapi Taehyung berusaha meyakinkan dirinya sekali lagi. Naya nya tidak seperti ini.

Sesampainya di Conrad, Taehyung bergegas ke resepsionis, bertanya dimana kamar 2456. Balasan yang diterima cukup meyakinkan Taehyung. “Maaf bapak, ada urusan apa? Kamar 2456 adalah kamar suites bapak, jadi tidak bisa sembarangan untuk ditunjukan, mohon maaf.” Ternyata benar Naya ada disini.

“Saya temannya, sudah ada janji.” jawab Taehyung dengan nada tercekik.

“Saya coba hubungi dulu ya bapak,untuk memastikan,” Sepertinya sang resepsionis kurang percaya dengan Taehyung— melihat mimik wajah Taehyung akan sangat mungkin sang resepsionis berpikir bahwa Taehyung berniat jahat.

“Maaf bapak,tidak diangkat. Mungkin bisa besok pagi kesini lagi. Sekali lagi mohon maaf,” dijawab Taehyung dengan menghela nafas. Dia tidak bisa kembali, dia butuh jawabannya sekarang. “Kalo begitu saya pesan satu kamar yang sama,” keputusan Taehyung sudah bulat. Dia akan menunggu disini.

Taehyung memesan kamar di lantai atas kamar Naya Jungkook. Tidak bisa satu lantai, karena suites room memiliki akses serba mewah dan ketat. Satu lantai satu kamar. Setidaknya dia memiliki akses untuk ke atas, tidak peduli berapa yang harus dibayar.

Tetap berusaha menelfon Naya yang berujung kebisuan. Tidak ada jawaban. Taehyung pasrah, menundukkan diri, berusaha mengulang memori indah bersama Naya. Bertanya kepada diri sendiri— Apa aku kurang?

  1. Perjanjian

Taehyung benar-benar ke rumah Naya. Sempat bertemu kedua orang tua Naya, mengucap salam sekaligus meminta izin untuk bermain atau menginap. Taehyung langsung menuju kamar Naya.

Ketika Naya melihat sosok Taehyung,ada sesuatu yang menggangu. Dia membawa satu kotak besar. Tidak biasanya dia membawa sesuatu ketika bermain.

“Bawa apa lo?” tanya Naya langsung. Taehyung hanya tersenyum lebar membalasnya, perlahan membuka kotak besar yang dibawa. Ternyata sebuah cake dengan lilin disana. “Gue mau ngerayain bareng lo,” ucap Taehyung dengan tindakan selanjutnya yaitu menarik lenganku untuk diajak duduk di sofa.

“Make a wish tae,” Naya memberi aba-aba untuk Taehyung segera berdoa dan meniup lilinnya.

Cukup lama Taehyung berdoa hingga harus membuat Naya mencubit lengannya— sebelum lilinya mati. Taehyung meniup lilinya dan segera mengecup pipiku. “Shin Naya adalah hadiah terbaikku,' bisikkan tersebut berhenti dengan Taehyung yang berusaha mendekatkan diri— berusaha mengecup Naya di bibir kalau bisa sih dilumat juga, pikir Taehyung.

Terjadi, mereka berciuman. Ciuman biasa, dan itu membuat Naya tersadar akan pertanyaannya selama ini— hatinya untuk siapa.

“Taehyung ayo buat perjanjian persahabatan!” Naya memutus ciuman keduanya. “Perjanjian apa?” tanya Taehyung dengan nada sedikit kecewa, kecewa karena ciuman mereka terputus begitu cepat.

  1. Tidak boleh melarang satu sama lain
  2. Tidak boleh berantem lebih dari 3 hari
  3. Berhenti melakukan skinship yang berlebihan
  4. Percaya satu sama lain

Isi perjanjian yang Naya buat.

“Ayo tanda tangan disini tae!” Naya semangat sekali terdengar dari suara dan raut wajahnya. Taehyung membacanya dengan teliti ketika melihat point pertama dia sudah curiga tapi tetap berusaha positive.

Point kedua menggemaskan bagi Taehyung, dia juga tidak tahan berjauhan dengan Naya. Point ketiga, Taehyung terkejut. Skinship yang berlebihan? Apanya yang berlebihan, yang ada malah kurang. Curiga yang tadi sudah dienyahkan muncul kembali. Point terakhir semakin membuat kecurigaanya membesar. Ada yang disembunyikan oleh sahabat kecilnya ini.

Tetapi Taehyung tetap menerima perjanjian itu,memilih mengalah agar bisa dekat-dekat terus dengan Naya.

  1. On my mind

⚠️13+⚠️

Sesampainya di apartment Jungkook, mereka melepas semua rindu yang ada dengan berpelukan. Sesekali kaki Naya terbang karena Jungkook mengangkat Naya terlalu tinggi. Gemas sekali. Seperti orang yang dimabuk cinta.

“Tidak usah kemana-mana ya, disini aja.” bisik Jungkook ditengah pelukan mereka. Mendengar itu Naya mendorong Jungkook pelan, dia kesal. Sudah dandan cantik untuk jalan-jalan bersama kekasih malah disuruh di apart saja.

“Aku sudah dandan cantik koo! Gamau disini! Mau jalan-jalan!” Naya meluapkan kekesalannya.

“Kenapa saat marah begini semakin lucu hm?” Jungkook berusaha mencubit kedua pipi gemas Naya. “Disini saja, aku tidak ingin kau dilihat orang lain. Hanya ingin berdua. Kau punyaku.” Jari telunjuk Jungkook menyentuh hidung bangir Naya, menunjukkan bahwa Naya punyanya — Posesif tapi manis.

Naya memerah, hatinya menghangat— kenapa semua ucapan Jungkook membuat dia berdebar, tidak baik untuk jantungnya. Melihat kekasihnya yang memerah Jungkook langsung membawa Naya untuk ke kamar. Berniat untuk 'Netflix and chill'

Ditengah-tengah film, Jungkook mulai nakal. Tangannya mulai bermain. Naya menyadari pergerakan tersebut mulai dibuat risih. Ketika ingin memarahi Jungkook, malah di balas Jungkook dengan ciuman penuh nafsu disertai dengan gigitan-gigitan kecil. Tidak seperti biasanya. Dimana Jungkook yang lembut?

“Koo, aku gamau!” Naya berusaha melepas ciuman Jungkook. Sedangkan Jungkook menulikan diri. Dia rindu Naya.

Disaat mau melakukan hal yang lebih jauh, Jungkook mendengar kekasihnya menangis. Di detik itu juga, dia tersadar— dia menyakiti Naya.

“Nayy, maaff sumpah aku hanya rindu denganmu. Maaf. Maaf.” hanya kata maaf yang bisa dikeluarkan Jungkook.

Naya semakin menangis, dia juga tidak tahu mengapa begini. Naya marah dengan dirinya sendiri, kenapa disaat sudah bersama Jungkook otaknya hanya memikirikan Taehyung.

Jungkook mulai panik, mendengar Naya semakin menangis kencang. Berpikir apa dia sudah terlalu jauh menyakiti sang kekasih? Masih berusaha menenangkan Naya dengan mengelus pelan rambut Naya, menunjukkan bahwa Jungkooknyasudah kembali. Sekitar 45 menit, tangis Naya berhenti— lebih tepatnya sudah habis. Air matanya tidak bisa keluar lagi.

Naya bangun dan pergi begitu saja, meninggalkan Jungkook dengan perasaan bersalah.

  1. Surprise

Hari ini Taehyung genap berumur 22 tahun, tapi di ulang tahun hari ini tidak ada yang menyenangkan yang ada hanya kerinduan yang membuncah. Iya, Taehyung rindu Naya. Tapi bisa apa?

Dia tidak berniat untuk merayakan apapun, untuk apa pikir Taehyung. Yang ada malah akan merayakan kesedihannya, orang yang diinginkan, dirindukan saja hanya mengucap 'hbd' tanpa embel-embel yang lain.

Tapi ternyata rencananya untuk tidak merayakan batal. Dilla datang. Memberi selamat, diimbuhi hadiah-hadiah yang menurutnya sangat berlebihan. Kalau ditanya senang atau tidak, tentu senang. Tapi hampa. Bukan ini yang diinginkan.

“Ayo pergi! Jangan dirumah aja. Hari ini kan hari bahagia!” Dilla sangat semangat hari ini. “Males, di rumah aja,” jawab Taehyung tidak tertarik.

“GA BOLEH TAEHYUNG! AYO IKUT AKU!” Dilla tidak boleh gagal. “Serah,” berakhir dengan kepasrahan Taehyung.

Di tempat lain, ada yang sedang khawatir, cemas yang bercampur dengan keringat mengalir deras. Shin Naya. Sudah cukup hampir seminggu dia diam-diaman dengan Taehyung. Sangat kekanak-anakan,ego mereka sangat tinggi,tidak ada yang mau mengalah. Dan sudah cukup juga waktu seminggu untuk bersama Jungkook. Shin Naya harus meminta maaf dengan Taehyung. Dia juga sudah tidak kuat, sangat rindu.

*

“SURPRISE!!” teriak Naya saat tau Taehyung sudah tiba. Tentu, Taehyung terkejut bukan main. Dia bahkan belum berdoa apapun, tapi kenapa merasa doanya sudah dikabulkan. Hadiahnya sudah didepan mata, tanpa harus meminta. Naya berlari kecil,untuk memeluk Taehyung — melupakan Dilla yang daritadi terdiam berusaha memahami hawa aneh diantara mereka berdua, Taehyung dan Naya. Apa mereka benar-benar sahabat?

Taehyung membalas pelukan Naya, sudah tidak mau egois. Dia juga rindu.Sangat rindu. Tidak bisa terlalu lama menjauh. “Selamat ulang tahun bear, Naya rindu Taehyung,” bisik Naya tepat di telinga kanan Taehyung. Yang dibisikkan hanya tersenyum, hadiah yang indah. Setelah menyalurkan rasa rindu yang membuncah, mereka melepas pelukan sekaligus baru tersadar bahwa ada orang lain disini.

Taehyung dan Naya resmi kembali, ah maksudnya berbaikkan. Mereka bertiga menikmati makan malam disertai cerita-cerita yang membuat mereka tertawa. Mereka yang dimaksud hanya Naya dan Taehyung. Disaat seperti ini Dilla merasa dicampakan, atau telah salah masuk dunia. Ini bukan dunianya. Dunianya sudah hilang ketika melihat tatapan bahagia di mata lelaki di depannya, yang tidak didapatkan selama bersamanya. Taehyung hanya bahagia bersama Naya. Jawaban untuk semua pertanyaan Dilla sudah dijawab.

  1. Pemain baru

Pagi yang buruk, aku lupa bahwa aku ada janji dengan Jungkook tapi aku juga harus berada di samping Taehyung. Mode posesif dan manja Taehyung sedang kumat. Selain itu, aku juga harus membatu Dilla. Susah sekali sih untuk hidup tenang. Ada saja yang menggangu.

Sudah kuduga, Jungkook akan marah. Semakin buruk hari ini. Akhirnya, aku mendapat pesan dari Dilla bahwa dia sudah menunggu di depan. Aku beralibi untuk mengajak Taehyung ke kantin. Taehyung hanya meng-iyakan. Tiba-tiba Dilla menyodorkan bekal ke arah Taehyung. 'Bodoh, wanita bodoh' rutukku dalam hati. Siapa yang akan tertarik jika ada seseorang yang tidak dikenal memberikan makan secara tiba-tiba yang ada akan dicampakkan.

Benar kan, Taehyung hanya melengos, mengabaikan. Dasar Dilla bodoh, begitu saja tidak bisa. “Hei, Tae ga boleh gitu,setidaknya bilang makasih” berakhir aku lagi yang menangani. Karena pada dasarnya Taehyung sangat menurut denganku, akhirnya dia menerima bekal itu dengan ucapan yang kelewat malas “Thanks”.

“Sama-sama Tae” Dilla sangat semangat menjawabnya, dasar cewe aneh. “Ah, Dila anak psikologi kan? Temen Sherin,” sengaja pura-pura tidak kenal. “Iya aku teman Sherin,” untung saja Dilla langsung paham dengan kepura-puraanku. Berakhir berbincang-bincang sebentar, Taehyung rupanya tidak terlalu menolak ajakan ini, mungkin dia juga tertarik dengan Dilla? Mungkin.

Setelah itu kita bertukar kontak,alasan klasik untuk menambah teman. Dan sengaja tentunya, agar Taehyung Dilla bisa lebih dekat dan aku bisa bersama Jungkook.

  1. Acting

Akhirnya Naya bisa bernafas lega. Jungkook sudah pulang dan Taehyung sudah datang. Pertama bertemu, Taehyung langsung memelukku. Dia benar-benar sedang rindu. Jimin hanya diam memandangi kita berdua, tak berniat menggangu.

Di sela-sela pelukanku dengan Taehyung aku memberi isyarat kepada Jimin agar memulai bersandiwara. Untung Jimin langsung peka dengan isyaratku. “Nay,hari ini kita harus pulang. Nyokap nyuruh kita balik,” dengan kemampuan akting yang kupunya aku berpura-pura terkejut dengan perkataan Jimin. “Ha? Kok buru-buru, lagian Tae barusan dateng,” sengaja agar Taehyung tidak curiga.

Taehyung sendiri terkejut, apa-apaan barusan juga datang sudah ingin pulang saja. “Lo pulang aja, gue sama Naya bakal disini,” cetus Taehyung. “Gabisa, gue yang bertanggung jawab atas Naya saat ini. Lo tau itu Taehyung. Gue pulang Naya pulang” kemampuan akting Jimin memang tidak perlu diragukan lagi. “Iya tae, kita pulang aja yaa” nadaku mengayun agar Taehyung tidak tega. “Ok kita pulang,” jawab Taehyung dengan kesal.