- Lying isn't better than silence
Naya terbangun karena badannya terasa sakit, kemarin malam mereka benar-benar gila. Seperti tidak akan ada hari esok, tidak mau berhenti.
Melihat lengan Jungkook yang memeluk pinggganya dan wajah yang menempel ke punggung polosnya, Naya tersenyum. Membalikkan badan untuk berhadapan dengan Jungkook, manis. Jungkook yang seperti ini terlihat seperti bayi kelinci. Wajahnya tenang, bibirnya sedikit maju, gemas sekali. Naya mencium Jungkook, berharap akan selalu begini— pasti akan bahagia.
Setelah memperhatikan wajah kekasih cukup lama, Naya mencari ponselnya. Notifikasi yang membludak. Puluhan atau bahkan ratusan telfon dari Taehyung serta ada selipan chat Sherin. Pertama yang Naya buka adalah chat Sherin, disitu juga waktunya berhenti. Badan Naya kaku, nafasnya berhenti sebentar. Taehyung sudah tahu.
Melonjak dari kasur, hingga membuat Jungkook terkejut. Jungkook menarik lengan Naya berusaha untuk bertanya kenapa bangun terburu-buru serta berusaha mencuri kecupan manis di bibir, tapi tangan Jungkook segera ditepis oleh Naya.
“Jungkook,lepaskan! Taehyung sudah tahu!” teriak Naya. Naya frustasi,tidak tahu harus apa. Tidak tahu siapa yang salah.
Jungkook menelan ludah, Siapa Taehyung? Memang ada apa jika Taehyung tau? pertanyaan-pertanyaan itu keluar seraya melihat kekasihnya berlari seperti orang gila sambil mengusak rambutnya kasar.
“Sayang ada apa? Siapa Taehyung? Nay, aku disini. Ayo cerita sama aku,” Jungkook mengelus pundak sang kekasih,berusaha memberi ketenangan sementara walaupun dirinya sendiri tidak tenang. Tiba-tiba Naya menangis, memeluk Jungkook dengan erat.
“Koo, aku takut. Jangan tinggalin aku, jangan pernah, jangan.” Naya menangis sambil memohon, tidak mau kehilangan Jungkook.
Di depan kamar mereka, sudah ada Taehyung yang menunggu. Mendengar semua percakapan kelewat keras mereka. Begini rasanya di campakkan. Taehyung meringis, mengepalkan tangan hingga bisa melukai dirinya sendiri. Apa dia tidak berarti bagi Shin Naya?
Yang di dalam kamar, masih berusaha menenangkan diri. Naya berusaha menjelaskan kepada Jungkook. Jungkook mengerti, bukan salah Naya sepenuhnya. Mencoba menjelaskan kepada sang kekasih bahwa tidak akan ada apa-apa. Jungkook juga tidak akan meninggalkan.
Naya sudah tenang sekarang, lebih ke sedikit tenang. Dia harus bertemu Taehyung, tidak bisa lari. Semua jalan buntu. Jalan yang dipilih dari awal sudah salah, jadi harus bertanggung jawab, menuntaskan semua.
Membuka pintu, dan dihadiahi tatapan kecewa,amarah,kesedihan oleh Taehyung. Naya terkejut, ingin pingsan saja. Bagaimana bisa Taehyung disini, Sejak kapan? Apa dia tidak tidur dan menunggu disini?
“T-taehyung.” Naya terbata-bata, ketakutan, tidak pernah melihat Taehyung seperti ini.
Mendengar suara Naya memanggil namanya membuat amarah Taehyung semakin terbakar, Naya adalah minyak sekarang dan dia apinya sudah siap menyulut. Tangan yang daritadi mengepal dilayangkan ke arah Jungkook yang berada di samping Naya, secara tiba-tiba tentunya.
Kata-kata kelewat kasar menjadi imbuhan dari pergelutan mereka. Untuk diawal Jungkook menerima, mencoba untuk memahami. Ketika kata yang umpatan keluar dari mulut sahabat sang kekasih yang tentu ditunjukkan untuk dirinya, Jungkook bangun. Dia tidak pantas mendapat umpatan.
Saling memukul, saling menunjukkan sisi paling menakutkan mereka. Hingga tidak peduli kepada gadis yang sudah menangis amat keras, memohon mereka untuk berhenti.
Pukulan amat keras dilayangkan Taehyung, yang menimbulkan darah keluar dari mulut Jungkook. Naya yang menyadari itu, langsung menarik Jungkook dan membentak Taehyung dengan suara yang terdengar sangat lirih.
“Taehyung berhenti! Dia kekasihku! Aku membencimu!” final Naya dan mengambil tangan Jungkook untuk digenggam. Sangat erat.
Taehyung tertawa mendengar perkataan Naya. Dia benar-benar dibuang sekarang.
” Disini aku yang bodoh atau dirimu, Shin Naya? Apa aku terlihat lucu di depan matamu sekarang? Apa aku berhak mendapatkan ini? Apa aku melakukan kesalahan?” Taehyung menarik nafas, melihat genggaman Naya yang semakin erat kepada laki-laki disampingnya.
“APA AKU TIDAK BERARTI APA-APA UNTUKMU!?” Taehyung berteriak. Taehyung sakit.
“Apa kau benar-benar Shin Naya yang aku kenal?” Taehyung menangis. Melepas semua laranya dengan air yang terjatuh dari matanya.
Hening sekaligus menegangkan. Semua diam. Berbicara dengan diri sendiri.
Kediaman mereka membawa kesesakan yang amat bagi Taehyung. Naya bahkan tidak menjawab apapun pertanyaanya. Hanya menunduk dan sesekali terdengar suara tangisan.
Dengan begitu Taehyung menyimpulkan memang disini dia yang bodoh, dia tidak sebegitu penting untuk kehidupan Naya.
Taehyung pergi, meninggalkan kedua orang yang masih terdiam.