Serendipitous Love
Bacanya sambil dengerin ini ya 🙏
https://sptfy.com/6gg4
Setelah makan malam yang cukup romantis tadi, kini keduanya sedang duduk di pinggir pantai beralaskan sebuah karpet tipis sambil menghadap kelautan lepas yang ada dihadapan mereka. Ditemani dengan api unggun yang berada tidak jauh dari keduanya. Meja yang tadi mereka gunakan sudah disingkirkan dan berganti dengan api unggun yang menyala untuk membantu menghangatkan mereka. Selimut besar juga membalut tubuh kedua insan berbeda ukuran itu guna menghalau dinginnya udara malam di pinggir pantai.
Ini adalah saat yang di tunggu-tunggu oleh Jungwoo. Kegiatan inti pada hari ini yaitu stargazing. Melihat hamparan bintang di pinggir pantai sambil mendengar suara ombak yang begitu menenangkan. Beruntung cuaca hari ini cukup cerah sehingga bintang-bintang dapat terlihat dengan jelas dari tempat Jungwoo duduk. Ditemani cahaya bulan sabit yang sangat cantik ditengah taburan bintang di langit.
Sebetulnya acara stargazing mereka sudah dimulai sejak tadi, mereka berdua telah banyak mengobrol hal-hal random, menikmati marshmallow bakar atau bernyanyi banyak lagu. Kini keduanya memilih untuk diam dan menikmati suasana malam ini yang terasa sangat menenangkan. Semilir angin malam pinggir pantai sesekali menerpa tubuh mereka berdua.
Suasana tengah malam itu cukup sunyi, baik Lucas ataupun Jungwoo tidak ada yang membuka suaranya. Mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing-masing sambil memperhatikan langit malam ditemani deburan ombak yang terasa cukup dekat dengan keduanya.
Jungwoo kini sedang merebahkan tubuhnya dengan paha Lucas yang ia jadikan sebagai bantalan kepalanya. Sebelah tangannya yang berada di atas dada sedang di genggam erat oleh Lucas. Lelaki manis itu menatap lurus kearah langit, melihat langsung bagaimana indahnya cahaya bintang yang malam ini terlihat lebih banyak dari malam-malam biasanya. Sesekali Jungwoo juga melihat wajah Lucas yang terlihat sangat mempesona jika di lihat dari bawah seperti yang saat ini ia lakukan.
Merasa diperhatikan, Lucas menundukkan kepalanya kebawah dan mendapati Jungwoo sedang menatapnya penuh kagum.
“Kenapa? Kok liatinnya kaya gitu?” Tanya Lucas sambil melihat Jungwoo tepat di mata indah milik lelaki kesayangannya itu.
“Gpp, aku baru sadar kalo ternyata kamu kalo diliat dari posisi kaya gini tuh lebih ganteng, ditambah bintang-bintang diatas bikin kamu jadi keliatan lebih.... Aku gak tau sebutan yang pas buat ngungkapinnya gimana, tapi dari posisi aku sekarang, kamu sama bintang itu perpaduan yang sangat sempurna.” Ujar Jungwoo jujur. Baru pertama kali berbicara hal seperti ini pada Lucas. Membuat lelaki tinggi itu sedikit tersipu dan salah tingkah.
“Bisa banget gombalnya?” Lucas menoel hidung mancung Jungwoo yang berhasil memancing tawa Jungwoo keluar.
“Huuu padahal aku serius.” Cebik Jungwoo sebal membuat Lucas terkekeh pelan.
“Iya percaya kok. Kamu juga kalo di liat dari posisi aku sekarang jadi keliatan makin cantik, pantulan api unggun sama bulan bikin kamu jadi makin cantik dari biasanya.” Kali ini giliran Lucas yang menggombal, tapi sebetulnya itu bukan gombalan.
Lucas tidak bohong ketika mengatakan pantulan api unggun dan cahaya bulan yang mengenai Jungwoo membuat lelaki manis itu terlihat semakin cantik, karna memang itu faktanya. Lucas merasa malam ini Jungwoo terlihat sangat-sangat cantik dan terlihat lebih atraktif di matanya. Jika pada hari-hari biasa saja Jungwoo sudah cantik maka malam ini cantik Jungwoo naik sampai 1000% di mata Lucas.
“Ah males, kamu bohong.” Jungwoo mencebikkan bibirnya pelan kemudian bangun dari posisi tidurnya dan duduk mengambil tempat tepat disebelah Lucas.
Lucas dengan segera kembali menyampirkan selimut ke bahu Jungwoo agar lelaki manis kesayangannya itu tidak merasa kedinginan.
Tiba-tiba saja Jungwoo menyandarkan kepalanya ke bahu lebar Lucas. Lelaki manis itu kemudian memejamkan mata, menikmati angin dingin pantai dan suara ombak yang membuat hatinya menjadi sedikit lebih tenang.
Jungwoo mengambil nafas dalam kemudian menghembuskan dengan perlahan, terus begitu hingga merasa hatinya sedikit lega. Jungwoo lupa akan semua tugas yang menantinya begitu nanti ia dan Lucas kembali ke rutinitas masing-masing. Untuk sekarang, Jungwoo hanya akan menikmati pemandangan yang ada didepan matanya ini. Bersama lelaki tinggi yang sudah sejak sangat lama mencuri hatinya.
“Mas makasih ya?” Ucap Jungwoo sambil mengangkat kepalanya. Namun tidak melihat kearah Lucas melainkan menatap lurus kearah kegelapan hamparan laut lepas di depannya.
“My pleasure, kamu gak perlu bilang makasih sama aku berkali-kali.”
“Tapi aku merasa harus, karna kamu udah ngasih sesuatu yang gak akan pernah bisa aku lupain seumur hidup aku di hari ini.” Jungwoo kemudian menoleh kearah Lucas dan menatap lelaki tinggi itu tepat di manik matanya.
“Jadi makasih ya mas, bukan cuma untuk hari ini aja, tapi untuk semua yang udah kamu kasih dari pertama kali kita deket. Perjuangan kamu deketin aku, makanan-makanan yang kamu kirimin ke aku, kamu yang suka dengerin ke randoman aku, kamu yang nemenin aku kalo aku lagi gimana-gimana, yang selalu dengerin curhat aku, ngasih aku afeksi yang gak pernah abis-abis, kamu yang selalu bisa buat aku nyaman. Makasih ya mas. Aku gak tau, tapi aku ngerasa hari ini harus berterima kasih sama kamu atas semua yang kamu kasih buat aku. Thank you.” Jungwoo memajukan wajahnya dan memberikan sebuah kecupan ringan di pipi Lucas lalu tersenyum setelahnya dan kembali menyandarkan kepalanya di bahu lebar Lucas lalu menatap hamparan bintang bersinar diatas kepalanya.
Lucas terdiam, lelaki tinggi itu tidak membalas ucapan Jungwoo. Bukan karna Lucas tidak ingin menjawab, Lucas justru sibuk memikirkan rencananya yang lain. Apakah ia harus melakukan itu sekarang? Apakah ini waktu yang tepat? Terlebih Jungwoo baru saja memulai obrolan yang hampir mirip dengan yang ingin ia ungkapkan malam ini.
Lucas mengambil nafas dalam dan mengeluarkannya dengan perlahan, berusaha menenangkan hatinya sebelum mengajak Jungwoo untuk bebicara hal yang menurutnya sangat serius.
Lantas setelah mengambil nafas panjangnya, dengan segenap keberanian yang ia miliki, Lucas memiringkan tubuhnya menghadap Jungwoo membuat selimut yang membalut bagian belakang tubuhnya terlepas.
“Adek.” Panggil Lucas pelan. Lelaki tinggi itu masih berusaha menetralkan debar jantungnya yang tiba-tiba saja menggila.
“Hmm?” Jungwoo menoleh kearah Lucas dengan senyum manis yang masih melekat pada wajah cantik Jungwoo.
“Aku mau ngomong sesuatu, kamu mau denger?” Mulai Lucas, tangan lelaki manis itu terkepal cukup kuat sehingga membuat buku-buku jarinya memutih. Tiba-tiba saja lelaki itu menjadi gugup begitu ditatap oleh Jungwoo dengan lembut.
“Kamu mau ngomong apa?” Jungwoo mengubah posisinya, mereka kini berhadap-hadapan dengan Jungwoo yang sedikit memajukan tubuhnya sehingga kedua lutut mereka bertemu. Jungwoo sebetulnya sadar jika Lucas tiba-tiba saja gugup tetapi tidak tau mengapa lelaki tinggi nan tampan itu tiba-tiba saja menjadi gugup.
“Pertama, Adek kamu gak perlu berterima kasih sama aku, semua yang aku kasih sama kamu itu beneran tulus dari hati. Harusnya justru disini aku yang terima kasih sama kamu.” Lucas sudah sedikit tenang, lelaki tinggi itu menatap tepat ke manik hitam Jungwoo, berusaha membuat agar lelaki manis itu dapat merasakan ketulusan yang ia miliki.
“Terima kasih karna kamu pada akhirnya mau membuka jalan supaya aku bisa dekat sama kamu, terima kasih karna kamu membiarkan aku untuk masuk kedalam kehidupan kamu, terima kasih karna kamu mau membuka hati kamu untuk aku. Mungkin pertemuan pertama kita memang gak bagus, aku yang jutek dan kamu yang berakhir takut sama aku. Mungkin kalo kamu gak mau membuka jalan dan membiarkan aku masuk, kita gak akan ada disini sekarang. Atau mungkin bahkan kita gak saling kenal. Jadi aku terima kasih ya? Terima kasih untuk semuanya adek.” Lucas tersenyum tulus dan mengusap pipi Jungwoo secara perlahan. Lucas melihat mata Jungwoo yang sudah berkaca-kaca, kapanpun lelaki manis itu memejamkan matanya, air matanya sudah dipastikan akan mengalir membasahi pipi mulus Jungwoo.
“Mungkin ini pertama kalinya aku bilang sama kamu, tapi kamu harus tau kalo sejak pertama kali kita ketemu di NeoV, bukan, sejak pertama kali aku liat kamu dateng ke kantor aku dulu, aku udah mulai tertarik sama kamu. Dan semakin tertarik ketika aku liat kamu diruang tunggu. Walaupun waktu itu aku keliatan dingin, tapi kalo aja kamu tau jantung aku berisik banget cuma karna ada kamu di deket aku. Selama seminar waktu itu berlangsung, mata aku gak bisa lepas dari kamu. Dimana pun kamu, aku selalu bisa nemuin kamu dan memperhatikan kamu dalam diam. Aku cemburu pas liat kamu ternyata deket sama mingyu dulu pas seminar, tapi aku sadar kita bahkan cuma tau nama aja jadi aku ngerasa gak pantes untuk cemburu.” Lucas menatap Jungwoo yang masih terdiam mendengar semua cerita panjang Lucas. Seperti enggan untuk memotong dan ingin mendengarkan sampai habis.
“Setelah itu, aku usaha cari nomor kamu, aku minta sama Mark tapi gak dia kasih. Untungnya ada bang Jae yang kebetulan pacaran sama sahabat kamu. Akhirnya aku dapet nomor kamu, aku memberanikan diri untuk ngechat, tapi seminggu chat aku cuma kamu baca tanpa kamu bales. Kamu ingetkan?” Tanya Lucas dengan kekehan pelan. Jungwoo hanya mengangguk, lelaki manis itu jelas ingat bagaimana awal mula Lucas mulai mendekatinya.
“Aku gak tau apa yang buat kamu pada akhirnya mau bales chat aku, tapi lagi-lagi aku mau ngucapin terima kasih karna waktu itu kamu mau bales chat aku. Aku juga masih inget gimana kakunya kita chat dulu masih pake saya dan kamu manggil aku pake pak. Terus jadi berubah tiba-tiba kamu manggil aku mas. Jujur waktu itu aku kaget banget dan gak nyangka kalo akhirnya kamu gak manggil aku pak lagi, dan itu jadi satu tanda kalo kamu membolehkan aku untuk bergerak lebih dekat sama kamu. Walaupun akunya masih pake saya waktu itu.” Lucas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sedangkan Jungwoo terkekeh pelan masih dengan air mata di pelupuk matanya.
“Makin kesini, aku ngerasa kalo aku makin jatuh sama pesona kamu, semua perilaku kamu, perlakuan kamu semuanya aku suka. Kamu yang ngambek, kamu yang bete, kamu yang ketawa, kamu yang pout, kamu yang lagi masak atau serius nugas, kamu yang selalu bawelin aku soal banyak hal. Semuanya terlihat menarik di mata aku. Aku ngerasa kalo kamu cuma boleh sama aku, kamu pasti inget kesalah pahaman aku dulu, itu karna aku kesel kenapa kamu dekat sama aku tapi malah pacaran sama yang lain. Salah aku bukannya nanya kamu malah aku menyimpulkan sendiri yang berujung buat kamu sakit hati. Untuk itu aku minta maaf ya?” Jungwoo dapat melihat binar tulus di mata besar Lucas.
Jungwoo hanya mengangguk. Lelaki manis itu benar-benar tidak sanggup mengeluarkan sepatah katapun.
“Sampe akhirnya aku makin gak jelas, cemburu cuma karna kamu terlalu dekat sama mingyu. Padahal kita emang gak ada hubungan apa-apa. Tapi belum apa-apa aku udah cemburu berlebihan dan ngeklaim kamu cuma boleh sama aku. Untuk yang itu aku juga minta maaf ya?” Lagi-lagi Jungwoo hanya mengangguk pelan.
“Setelah kamu minta jarak selama 2 minggu kemarin, aku banyak mikir. Gak seharusnya aku kaya gitu sama kamu, marah-marah bahkan nuduh kamu sembarangan. Tapi 2 minggu itu juga aku sadar akan sesuatu. Aku sadar kalo aku gak bisa kalo harus jauh dari kamu, aku gak bisa liat kamu sama yang lain, hari-hari aku kosong banget tanpa kamu, pola makan aku berantakan, habit buruk aku jadi balik lagi, suka ngopi, suka begadang, skip makan gak minum air putih. Hidup aku berantakan 2 minggu gak ada kamu. Aku gak bisa bayangin kalo setelah 2 minggu itu aku gak sama kamu lagi hidup aku bakal kaya apa. ” Ada jeda yang sengaja Lucas ciptakan untuk melihat wajah Jungwoo yang sudah memerah. Air mata Jungwoo sudah turun entah sejak kapan, Lucas juga tidak sadar.
Lelaki tinggi itu menghapus air mata Jungwoo dengan lembut, setelahnya Jungwoo menundukkan kepalanya dalam dan bahunya bergetar hebat.
“Dengerin aku, aku belum selesai. Kamu mau nunduk gpp, tapi dengerin aku ya?” Lucas melihat Jungwoo mengangguk kemudian melanjutkan ucapannya.
“Kamu udah jadi satu sosok yang paling penting buat aku, kamu yang pegang dunia aku sekarang. Dari 2 minggu itu gak ada sehari pun aku gak kangen sama kamu. Itu juga yang buat tekad aku semakin kuat kalo aku mau kamu. Apalagi kemarin liat kamu overthinking sampe gak bisa makan, aku juga sedih liat kamu kaya gitu, ngeliat itu sisi egois aku menang, dia mau aku selalu ada di samping kamu, jagain kamu dan selalu nemenin kamu. Gak mau biarin kamu ngelewatin apapun yang berat sendirian. Ada satu hal lagi yang buat aku yakin kalo aku mau kamu. Aku tau selama kamu minta jarak waktu itu, kamu diem-diem ngirimin aku makanan lewat Mark kan?”
Jungwoo segera mengangkat kepalanya, lelaki manis itu jelas kaget, bagaimana bisa Lucas tahu rahasianya yang satu itu. Lucas tersenyum melihat wajah bingung Jungwoo.
“Aku tau, awalnya Mark emang gak mau ngaku, tapi lama kelamaan akhirnya dia jujur kalo itu emang dari kamu. Gimana aku bisa tau? Soalnya selama Mark kerja sama aku gak pernah sekalipun dia ada niat untuk langganan makanan sehat kaya gitu, terlebih ngingetin aku minum vitamin. Itu bukan Mark banget. Dari awal aku udah curiga kalo itu pasti kamu, tapi ya aku diem-diem aja, seolah-olah aku percaya itu dari Mark padahal sebetulnya dari kamu.” Jungwoo kembali menundukkan kepalanya dalam, malu karna ketahuan peduli ketika dirinyalah yang meminta Lucas untuk menjaga jarak saa itu.
“Adek liat aku,” perintah Lucas berhasil membuat Jungwoo mengangkat kepalanya dan menatap lelaki tinggi itu dengan tatapan sendu.
“Aku tau mungkin awalnya kita emang gak pernah mencari satu sama lain, kalo bisa di bilang kita ini ya kebetulan. Kebetulan aku ngisi seminar di NeoV dan kebetulan juga kamu PJ-nya. Tapi aku gak percaya sama yang namanya kebetulan, pertemuan kita itu udah dirancang sama tuhan walaupun mungkin ketemunya secara gak sengaja, tapi aku yakin banget kalo tuhan beneran punya alasan kenapa akhirnya kita di pertemukan di keadaan kaya gitu. Mungkin kita berdua emang gak lagi nyari pendamping saat itu, tapi aku yakin ada tangan tuhan yang main diantara kita berdua.” Lucas menatap Jungwoo tepat di manik matanya, tersenyum sangat manis sambil memperhatikan wajah Jungwoo yang memerah dengan sisa air mata yang masih ada di pipi mulusnya.
Sebelum melanjutkan ucapannya, Lucas mengambil nafas panjang dan menghembuskan nafasnya pelan. Berusaha menenangkan hatinya yang tiba-tiba saja kembali berdetak dengan sangat cepat.
“Jadi Kim Jungwoo, malam ini, dibawah taburan bintang yang indah, dihadapan hamparan laut luas, di sela-sela suara debur ombak. Aku, Huang Lucas, mau kamu untuk menemani hari-hari sepi aku, menemani semua masa sedih aku, menemani dan memberi support disaat aku butuh, aku mau kamu bawelin setiap hari. Aku mau selalu ada untuk kamu, melindungi kamu dan menjaga kamu. Menemani kamu, menjadi tempat berbagi kamu, menjadi orang yang selalu mendukung kamu, aku mau jadi your number one support system. Aku gak tau kedepannya nanti akan seperti apa, pasti banyak halang dan rintang yang akan kita berdua lewati, tapi sekarang aku mau kamu jadi milik aku. Jadi milik Huang Lucas seorang.”
Jantung Jungwoo berdetak dengan kencang begitu, Lucas memegang kedua tangannya dan menatapnya dengan sangat lembut. Jungwoo jelas tahu lanjutan kalimat yang akan Lucas lontarkan hanya saja entah mengapa lelaki manis itu menjadi sedikit gugup.
“Kim Jungwoo, jadi pacar aku ya? Jadi pacar Huang Lucas yang kata kamu auranya jelek, galak, jutek dan dingin ini. Ya?”
Jantung Jungwoo seperti merosot kebawah dengan kecepatan tinggi, ia tidak pernah menyangka jika Lucas pada akhirnya meminta dirinya untuk pendamping lelaki tinggi pemilik perusahaan mobil ternama itu. Lebih tidak menyangka jika Lucas sudah mempersiapkan semua ini ternyata bukan semata hanya untuk memberi refreshing pada Jungwoo tapi juga untuk menyatakan perasaannya pada Jungwoo.
Semua penantian Jungwoo akhirnya terbayar. Lelaki manis itu benar-benar tidak menyangka jika dirinya lah yang menjadi pilihan Lucas, ada rasa bahagia, haru, sedih dan banyak sekali rasa yang Jungwoo rasakan malam ini.
Alih-alih menjawab Jungwoo justru menubrukkan dirinya pada Lucas. Menangis tersedu-sedu, Jungwoo sendiri juga tidak tahu menangisi apa, tapi semenjak tadi Lucas menceritakan bagaimana awal mula mereka bertemu membuat hati Jungwoo menghangat dan terasa penuh. Jungwoo belum pernah merasa dicintai sedemikian dalam oleh orang lain. Pasalnya rasa yang Lucas miliki, Jungwoo yakin juga sama dalamnya dengan yang ia miliki. Keduanya seperti sudah saling jatuh dan terikat pada masing-masing sehingga tidak bisa melihat kearah lain lagi.
“Kok nangis sih? Aku di tolak ya?” Tanya Lucas.
Jungwoo dengan cepat menggeleng, “Enggak? Jadi beneran ditolak?” Tanya Lucas dengan nada sedih yang dibuat-buat.
“Ih huhuhu kamu mah hiks.” Tangis Jungwoo malah semakin kencang, tawa Lucas pecah begitu mendengar suara serak Jungwoo.
“Ini aku serius, kamu mau gak jadi pacar aku?” Ulang Lucas sambil menjauhkan tubuh Jungwoo.
“Kamu masih butuh jawaban? Setelah buat aku galau dan gak menikmati norway? Setelah kamu bikin aku kangen selama 2 minggu setelah aku minta space? Menurut kamu aku mau atau enggak? Hikss.”
“Hahaha, aku jahat ya? Maaf ya?” Lucas kembali menghapus air mata Jungwoo.
“Jadi? Sekarang kita pacaran?” Tanya Lucas kembali menegaskan karna Jungwoo yang tak kunjung memberi jawaban.
Jungwoo menganggukkan kepalanya malu-malu, entah mengapa lelaki manis yang tadi sempat kesal itu kini wajahnya malah memerah malu.
Lucas segera menangkup kedua sisi wajah Jungwoo, mendekatkan wajah Jungwoo kewajahnya, melihat mata Jungwoo lalu pandangannya turun ke bibir pink Jungwoo. Jungwoo yang sadar akan arah tatap Lucas segera mengepalkan kedua tangannya kencang, jantungnya lagi-lagi sangat berisik, wajah Lucas sudah semakin dekat dengan Jungwoo sehingga lelaki manis itu bisa merasakan deru nafas Lucas menerpa wajahnya.
Hanya tinggal satu senti lagi sampai bibir keduanya bertemu namun Jungwoo dengan cepat memalingkan wajahnya ke samping. Lucas jelas kaget dan bingung. Namun begitu melihat wajah Jungwoo yang merah padam membuat Lucas paham mungkin kekasih barunya ini belum siap.
Lucas kembali membawa wajah Jungwoo untuk melihatnya lalu kemudian mengecup kedua pipi Jungwoo bergantian, beralih ke hidung, dagu, kedua mata dan terakhir memberikan sebuah ciuman yang lama di kening Jungwoo.
Setelahnya Lucas menjauhkan wajah Jungwoo dan menatap mata indah lelaki manis yang kini sudah resmi menjadi kekasihnya itu.
“I love you Kim Jungwoo.”
-Fin-