aquarieblack

Raja berjalan dengan pelan masuk kedalam apartnya dan segera menjatuhkan diri pada sofa besar di apartnya. Lelaki tinggi itu merasa sangat lelah. Lelah dengan semua yang terjadi sebulan kebelakang ini. Belum lagi rasa bersalah dan menyesal yang sampai sekarang masih berada di dalam hatinya.

Raja membuka jaketnya lalu berjalan masuk kedalam kamar mandi. Lelaki tinggi itu berdiri di depan wastafel, menatap pantulan dirinya di kaca. Keadaan Raja sangat berantakan, kantung mata yang semakin terlihat sangat jelas, beberapa rambut halus di berbagai tempat, rambut yang semakin panjang dan tidak terurus. Raja benar-benar terlihat sangat menyedihkan.

Raja menyalahkan keran dan mulai membasuh wajahnya, sedikit rasa segar dapat ia rasakan. Lelaki tinggi itu kembali menegakkan tubuhnya dan berpegangan pada pinggir wastafel dengan pikirannya yang berkelana jauh.

Pada akhirnya Raja benar-benar kehilangan Pangeran dan itu semua karna sikap impulsifnya meminta lelaki manisnya itu untuk pergi. Seharusnya Raja tau jika saja lelakinya itu akan dengan mudah mengabulkan permintaan Raja. Kini sudah genap sebulan Pangeran menghilang. Benar-benar menghilang dan tidak bisa di temukan dimanapun seolah Pangeran hilang di telan bumi.

Semua anak buah miliknya dan juga milik anak-anak Neos yang lain sudah membantu untuk mencari keberadaan Pangeran, namun tidak satupun dari mereka menemukan dimana Pangeran berada. Ada dua kemungkinan, orang-orangnya yang payah atau Pangeran yang terlalu pandai menghilang tanpa jejak. Entahlah. Raja tidak tahu.

Sampai kemudian Joshua memberikan sebuah laporan jika Pangeran terakhir terlihat di bandara namun lelaki tinggi itu tidak bisa mendapatkan data tujuan kepergian Pangeran.

Hal itu membuat Raja semakin frustasi dibuatnya. Dirinya terlalu merindukan Pangeran. Tidak ada satu haripun dari sebulan ini Raja tidak merindukan Pangeran. Raja bahkan tidak bisa tidur dengan nyenyak ketika malam datang, memikirkan keberadaan kekasih hatinya. Apakah lelaki manis kesayangannya itu baik-baik saja? Apakah lelaki manis itu makan dengan teratur? Apakah lelaki manisnya itu berada di tempat yang aman? Dan masih banyak apakah yang lain yang selalu berputar di kepala Raja.

Prang

Tanpa sadar Raja meninju kaca yang berada tepat didepannya. Pecahan kaca menyebar ke sekitar wastafel dan beberapa masih menempel di tempatnya dengan bercak merah ditengahnya. Lelaki tinggi itu melihat tangannya yang berdarah akibat kelakuannya sendiri. Merasa tidak peduli, Raja kembali meninjukan tangannya pada kaca yang sudah pecah itu, membuat beberapa serpihan kaca menusuk jari-jarinya dan membuat darahnya semakin banyak bahkan sampai menetes keatas wastafel.

Visualisasi

Merasa cukup puas dengan hasil karyanya, Raja dengan cepat Raja keluar dari kamar mandi dan segera meraih hpnya lalu mendial sebuah nomor. Masih dengan keadaan tangannya yang berdarah. Bahkan darahnya menetes ke lantai dan juga karpet di apart Raja.

Menunggu sebentar hingga di dering ketiga panggilannya tersambung. “Tiger cari tau kemana Pangeran pergi di bandara. Jo tadi laporan Pangeran terakhir keliatan di bandara. Bayar berapapun yang mereka minta asal kita bisa tau kemana Pangeran pergi. Gue gak mau tau pokoknya harus dapet infonya. Gue tunggu sampe nanti malem laporannya.”

Raja dengan cepat mematikan panggilannya dan melempar hpnya sembarangan lalu memijit kepalanya yang sedikit berdenyut dengan tangan yang bebas dari luka. Lagi dan lagi. Raja bersikap impulsif. Padahal tadi dirinya sudah diingatkan oleh Hesa untuk tidak bertindak gegabah namun bukan Raja namanya kalo dirinya hanya berdiam diri dan menunggu ketika sebuah titik terang tentang keberadaan Pangeran mulai di ketahui.

Seberapa banyak pun nantinya uang yang akan ia keluarkan untuk mendapat informasi tujuan Pangeran sebulan lalu itu sama sekali bukan masalah. Lagipula Raja hanya ingin tahu kemana lelaki manisnya itu pergi dan cukup mengawasi dari jauh. Raja tidak akan menemui, menghampiri ataupun memaksa Pangeran untuk kembali. Dirinya hanya akan mengirimkan beberapa anak buahnya untuk menjaga Pangeran dari jauh dan memastikan lelaki manis kesayangannya itu baik-baik saja.

Teman-temannya benar, mereka butuh waktu dan space untuk saling mengintrospeksi sebelum nanti pada akhirnya mereka harus kembali bertemu dan menyelesaikan masalah mereka ini. Sampai saat itu tiba, Raja benar-benar harus memperbaiki dirinya dan meminta maaf setelahnya karena sudah menyakiti Pangeran.

Lelaki tinggi itu menyandarkan tubuhnya pada sofa dan mulai menejamkan matanya. Raja butuh istirahat, kepalanya mulai kembali berdenyut keras tanda minta di istirahatkan. Tak butuh waktu lama, lelaki tinggi itu sudah masuk kealam mimpi dengan keadaan tangan yang masih dipenuhi oleh darah dan sudah mulai meninggalkan bekas di atas sofa abu-abu milik Raja.

Visualisasi

Raja menarik kopernya dengan malas kearah lift, lelaki tinggi pemimpin Neos itu baru saja kembali menginjakkan kakinya di loby apart miliknya. Dengan segera menekan tombol lantai dimana unitnya berada. Dengan langkah gontai, lelaki tinggi itu menyeret kopernya keluar dari lift untuk mencapai unit miliknya.

Tit...

Sebuah suara familiar yang akan terdengar jika dirinya selesai memasukkan pin apartnya. Dengan mudah Raja segera membuka pintu dan memasukkan kopernya terlebih dahulu tanpa memperhatikan sekitarnya. Bahkan Raja tidak sadar adanya eksistensi lain didalam apart miliknya.

Sesosok laki-laki yang sepertinya sedang asik sarapan itu dengan cepat menoleh kearah pintu begitu mendengar suara pintu terbuka dan sedikit terkejut melihat sang pemilik apart lah yang memasuki ruangan.

Dengan segera Pangeran bangkit meninggalkan sarapannya yang masih setengah dan segera memeluk Raja yang terdiam di dekat kitchen bar. Ya sosok itu adalah Pangeran.

“Kangen.” Rengek Pangeran sambil mengeratkan pelukannya. Namun bukannya mendapat balasan, Pangeran justru merasa sebuah gerak penolakan dari Raja, dimana lelaki tinggi itu dengan sedikit kasar menjauhkan tubuh Pangeran dari tubuhnya. Dan dengan acuh berjalan meninggalkan Pangeran begitu saja menuju kamarnya.

Pangeran di tolak.

Baru kali ini Raja menolak pelukan yang di berikan oleh Pangeran. Entah mengapa Pangeran merasa sedikit hati dengan penolakan Raja barusan. Pangeran sangat ingin menangis saat itu juga, namun menangis dihadapan Raja bukan lah ide yang bagus.

Maka dari itu, Pangeran berusaha mengontrol emosinya dan segera menyusul Raja untuk masuk kedalam kamarnya. Begitu membuka pintu, Pangeran dapat melihat Raja sedang mendudukkan dirinya di pinggir kasur sambil sibuk memainkan hp-nya. Pangeran mendekat dan duduk tepat di samping Raja, tidak ada pergerakan dari Raja, lelaki itu tetap sibuk dengan hp-nya dan benar-benar mengabaikan keberadaan Pangeran.

“Bisa kita ngomong? Aku gak-”

Belum Pangeran sempat menyelesaikan kalimatnya, Raja sudah kembali beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamar mandi. Lagi-lagi Pangeran di tolak oleh Raja.

“Minggir.” Ujar Raja dingin begitu Pangeran menghalangi langkahnya untuk masuk kedalam kamar mandi karena kini Pangeran berdiri tepat di depan pintu kamar mandi.

“Gak mau. Ayo kita ngomong, jangan diemin aku kaya gini. Aku jadi kaya gak dianggep tau gak?” Pangeran mengeluarkan konfrontasinya karena sikap Raja barusan.

“Minggir gue bilang.” Ulang Raja lagi kali ini dengan deep voicenya, membuat Pangeran jelas menjadi sedikit menciut namun tidak gentar dan tetap di tempatnya.

“Minggir. Sebelum gue usir dengan kasar. Minggir.” Pangeran menggeleng, lelaki manis itu merasa jika mereka harus segera menyelesaikan masalah yang ada karena Pangeran sudah tidak sanggup mendapat silent treatment dari Raja.

“Batu banget. Gue bilang minggir!” Habis sudah kesabaran Raja, lelaki tinggi itu menarik tubuh Pangeran dengan kasar kearah samping lalu segera masuk kedalam kamar mandi. Meninggalkan Pangeran yang terdiam kaku karena mendapat perlakuan kasar dari Raja.

Satu kesimpulan yang di dapatkan oleh Pangeran.

Raja benar-benar marah padanya.


Di dalam kamar mandi, Raja seperti menyesali sikapnya yang menurutnya sudah sedikit keterlaluan pada Pangeran. Lelaki itu hanya sedang merasa lelah ditambah emosinya yang masih belum stabil dan ingatan yang masih melekat tentang kabar yang ia dapat jika Pangeran kecelakaan beberapa hari lalu. Semuanya terjadi diluar kendali Raja membuat fisik dan mentalnya sedikit terguncang.

Raja belum tidur sejak semalam, begitu tiba dari Perth Raja segera pergi ke arena mengecek beberapa hal dan juga bermain 5 lap sendirian demi mendistraksi segala pikiran yang mengganggunya. Setelah selesai dengan 5 lap, bukannya pulang Raja memilih untuk tetap tinggal di arena mengobrol dengan beberapa anak buahnya. Barulah saat pagi hari akhirnya Raja memutuskan untuk kembali ke apartnya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sangat-sangat lelah.

Keberadaan Pangeran di apartnya juga bukan suatu hal yang mengangetkan. Karena Chwe kembali memberikan laporan bahwa ternyata Pangeran pergi ke apartnya. Ada sedikit rasa senang begitu mendengar Pangeran datang ke apartnya namun rasa kecewa Raja lebih besar, menyebabkan Raja yang masih memberikan silent treatment pada lelaki manis kesayangannya itu.

Raja mendengar pintu kamar mandi terbuka, tanpa menoleh pun lelaki itu tau jika Pangeran lah yang masuk kedalam kamar mandinya. Raja memang sengaja tidak mengunci pintu kamar mandinya dan itu sudah menjadi hal biasa yang terjadi setiap hari dan jelas Pangeran mengetahui itu makanya lelaki manis itu kini berada di belakang Raja.

Raja mengabaikan keberadaan Pangeran, lelaki itu tetap sibuk menyelesaikan kegiatan mandinya dengan tenang seperti tidak ada siapapun selain dirinya disana. Sampai kemudian, Raja dapat merasakan sebuah tangan melingkar di kedua sisi pinggangnya yang berhasil membuat Raja menahan nafasnya. Raja yakin 100% jika Pangeran kini tidak mengenakan sehelai pakaian pun. Raja jelas dapat merasakan kulit mulus Pangeran menyentuh langsung ke punggungnya.

Jika saja dalam keadaan normal, Raja mungkin akan segera menarik tangan Pangeran untuk berpindah posisinya menjadi berada di hadapannya tetapi karena keduanya sedang tidak dalam kondisi yang baik, Raja sekuat tenaga harus menahan agar tidak melakukan yang biasanya ia lakukan ketika berada di posisi seperti ini.

Merasa di abaikan, Pangeran tidak tinggal diam, tangan lelaki manis itu bergerak turun dengan perlahan dan kemudian menyentuh benda panjang milik Raja yang sedikit mengeras. Memberikan sedikit pijatan dengan sangat lembut seperti biasa. Pangeran juga dapat merasakan jika tubuh Raja sedikit menegang. Sepertinya metodenya sedikit berhasil kali ini.

“Bisa diem gak?” Tanya Raja datar sambil menjauhkan tangan nakal Pangeran dari juniornya.

“Kenapa? Udah tegang tuh. Aku bisa bantuin kalo kamu mau, seharian juga aku siap.” Tantang Pangeran berani sambil kembali mencoba untuk menyentuh milik Raja, tapi lagi-lagi tangannya di tahan oleh Raja kali ini dengan cengkraman yang cukup kuat.

“Gue capek dan gue mau tidur, gue juga gak ada niatan buat nyentuh atau main sama lo. Jadi mending sekarang lo keluar dari sini biar gue bisa cepet selesai mandinya.”

“Gak mau. Aku gak bakal keluar sebelum kamu mau ngomong sama aku.” Habis sudah kesabaran Raja. Lelaki itu mematikan showernya lalu meraih handuknya dan segera memakainya lalu segera menjauh dari Pangeran dan memilih duduk di pinggir bathup.

“Lo duluan aja yang mandi.” Lanjut Raja begitu melihat wajah Pangeran yang bingung melihatnya malah duduk di pinggir bathup.

Bukannya mengikuti perintah Raja, Pangeran justru berjalan mendekat kearah Raja. Melihat itu, Raja segera memasang posisi siaga, tubuhnya beralih ke mode defensif sambil matanya menatap setiap pergerakan Pangeran yang semakin mendekat kearahnya.

Seperti yang sudah di perkirakan oleh Raja, Pangeran mendudukkan dirinya diatas pangkuan Raja lalu mengalungkan lengannya di leher Raja. Dengan sigap Raja meletakkan kedua tangannya di pinggang Pangeran, memastikan jika lelaki manis itu aman dan tidak akan terjatuh. Hal itu membuat Pangeran merasa senang karena Raja masih sedikit peduli padanya.

Pangeran memajukan kepalanya, mencoba untuk meraih bibir Raja, bukannya ikut mendekat, Raja justru menjauhkan kepalanya dari Pangeran.

Lagi-lagi penolakan Raja yang Pangeran dapatkan.

Mata Pangeran berubah menjadi sendu dan hal itu tertangkap dengan jelas oleh mata Raja namun lelaki itu tetap memasang wajah datarnya.

“Bisa minggir gak? Gue beneran capek mau istirahat.” Raja terlihat sedikit jengah dengan sikap batu Pangeran.

“Gak bisa. Aku gak akan minggir sebelum kamu mau ngomong sama aku.” Pangeran masih berusaha membujuk Raja untuk mau berbicara dengannya.

“Gue gak mau ngomong sama lo. Gue cape dan butuh tidur bukan butuh ngomong sama lo. Jadi selama gue masih minta baik-baik sama lo, mending sekarang lo cepetan mandi terus keluar. Jangan ganggu gue.”

“Semarah itu ya sama aku? Kamu bahkan gak bales pelukan aku dan gak mau aku cium.”

“Lo masih ngerti omongan gue kan? Gue capek dan gue butuh tidur. Minggir.” Kesabaran yang di miliki Raja semakin menipis, wajah lelaki tinggi itu tiba-tiba saja mengeras. Raja siap meledak kapan saja.

“Kamu bahkan gak manggil nama aku. Segitunya Ja?” Raja memejamkan matanya, benar-benar berusaha menarik turun segala emosinya. Terlalu bahaya jika dirinya sampai meledak dalam kondisi hanya berdua dengan Pangeran seperti sekarang.

“Gue udah bilang waktu dirumah sakit. Gak usah cari gue. Itu artinya ya jangan cari gue. Gue gak pengen liat muka lo di sekitar gue.” Pangeran diam, dadanya terasa sangat sakit mendengar ucapan Raja barusan. Sebegitu salahkah dirinya sampai Raja tega mengucapkan kalimat seperti itu pada Pangeran. Entahlah. Yang Pangeran tahu, ia sudah sangat ingin menangis sekarang.

“Jadi sekarang mending lo pergi, sebelum gue emosi sama lo. Minggir.” Lanjut Raja lagi karena tidak mendapat tanggapan dari Pangeran. Tidak seperti sebelumnya, kini Pangeran dengan cepat bangkit dari pangkuan Raja dan berjalan menuju pintu.

Tepat sebelum mencapai pintu, Pangeran membalikkan tubuhnya dan menatap Raja. Raja jelas dapat melihat mata Pangeran yang berkaca-kaca. Ada rasa keinginan yang sangat kuat untuk menarik Pangeran kedalam pelukannya dan meminta maaf karna sudah berbicara sesuatu yang sepertinya sudah terlalu kelewatan tapi lagi-lagi, egonya menang. Dengan wajah datarnya Raja menatap Pangeran dengan tatapan tidak perduli.

“Kamu gak suka liat aku di sekitar kamu kan? Kamu mau aku pergi kan? Aku beneran pergi King. Setelah aku pergi nanti, tolong jangan cari aku, jangan suruh lagi anak buah kamu buat ngawasin atau ngikutin aku kaya yang kamu lakuin beberapa hari ini. Semoga dengan perginya aku buat kamu bahagia ya. I love you King. Aku pergi.” Pangeran membuka pintu kamar mandi dan segera berlalu dari sana meninggalkan Raja yang diam berusaha mencerna semua ucapan Pangeran barusan.

Entah sudah berapa lama Raja terdiam di kamar mandi sampai tiba-tiba dirinya sadar dan paham dengan semua ucapan Pangeran. Raja dengan cepat berjalan keluar dari kamar mandi dan tidak menemukan keberadaan Pangeran di kamarnya. Tidak juga diseluruh ruangan yang ada di apart Raja.

Lelaki manis kesayangannya itu benar-benar pergi. Ditengah kalutnya Raja, tatapannya tertuju pada sebuah piring berisi nasi goreng diatas meja. Raja mendekat dan mendapati sebuah note yang berada tidak jauh dari piring nasi goreng itu.

Raja meremat note tersebut dan segera kembali ke kamarnya untuk mengambil hp-nya dan menyuruh seluruh anak buahnya untuk mencari keberadaan Pangeran.

Lagi-lagi karna keegoisannya, Raja membuat orang yang paling ia sayangi, paling penting dan paling berharga memilih untuk benar-benar pergi dari hidupnya. Lagi-lagi Raja kembali merasakan rasanya kehilangan.

Isi Note Pangeran

Suasana kamar vvip tempat Pangeran di rawat sangat hening namun atmosfir didalamnya sangat mencekam. Setelah ketiga lelaki dominan Neos masuk ke dalam kamar rawat pangeran, tidak ada yang membuka pembicaraan.

Pangeran dapat melihat dengan jelas sebuah luka di ujung bibir Jo yang masih terdapat darah di sana. Jelas pangeran tahu itu luka apa. Sama halnya dengan Hesa yang di ujung bibirnya juga terdapat luka yang hampir mirip dengan Jo tapi sepertinya agak lebih besar. Sepertinya kekasihnya itu tidak mendengarkan permintaannya untuk tidak melampiaskan kekesalan pada anak-anak Neos disaat sebetulnya semua ini adalah salah dirinya. Namun bukan saatnya Pangeran basa-basi soal luka di bibir kedua pembalap Neos itu. Ada yang lebih penting dari sekedar luka Jo dan juga Hesa.

Yang lebih penting adalah ada Raja di dalam kamar rawatnya, melihatnya dengan tatapan tajam namun wajah datar yang tidak sama sekali bisa Pangeran tebak. Tidak lupa kedua tangannya yang terkepal sangat kuat di samping tubuhnya sehingga Pangeran dapat melihat buku-buku jari Raja memutih karena sang pemilik terlalu kuat mengepal tangannya.

“Jelasin.” Ucapnya singkat, padat namun penuh dengan emosi yang tertahan sambil membalikkan tubuhnya menghadap Jo dan Hesa yang baru saja mendudukkan diri di sofa.

“Mereka gak salah, aku yan-”

“DIEM! GUE GAK NYURUH LO BUAT NGOMONG!” bentak Raja pada Pangeran yang baru saja membuka suaranya. Lelaki manis itu sedikit tersentak karna kaget mendapat bentakan dari Raja. Membuat Pangeran seketika menjadi diam, karena sejujurnya ini pertama kalinya Pangeran mendapat bentakan dari Raja.

Pangeran bertukar pandangan pada Jo dan juga Hesa yang masih diam menunggu perintah Raja karena takut salah jika membuka suara.

“Jo, Sa mending kalian keluar. Gue mau ngomong berdua sama Raja.” Pinta Pangeran tiba-tiba dengan sangat berani yang tentu saja segera mendapat tatapan mematikan dari Raja. Kedua alis tebal Raja menukik sempurna membuat siapa saja yang melihat mungkin akan pingsan di tempat karna Raja saat ini sangat menyeramkan.

Keduanya sudah akan beranjak pergi ketika sebuah ucapan Raja membuat keduanya kembali diam di tempat mereka semula.

“Lo berdua diem! Gak ada yang boleh ninggalin ruangan ini. Disini gue yang pegang kendali. Kalian cuma boleh nurut sama perintah gue, bukan sama perintah dia.” Tunjuk Raja tepat diwajah Pangeran.

Pangeran masih terlihat sangat santai menghadapi kemarahan Raja, ia malah sempat bertukar tatap dengan Jo dan kemudian tersenyum samar. Ada alasan mengapa Raja tidak membiarkan Jo dan Hesa meninggalkan mereka berdua di dalam ruangan. Karna jika nanti Raja lepas kendali ada dua orang terdekatnya yang akan membantunya mengembalikan kesadarannya. Raja juga tidak mau menyesal karna lepas kendali dan melakukan sesuatu kepada Pangeran, maka menahan Jo dan Hesa di kamar rawat Pangeran adalah pilihan terbaik yang dapat Raja pilih di setengah kewarasan yang kini masih ia punya.

“Ngomong sama aku, tanya semua yang mau kamu tanya sama aku. Jangan libatin Jo sama Hesa.” Mulai Pangeran dengan sangat berani seolah dirinya siap mati di tangan Raja hari ini. Mendengar itu jelas membuat emosi Raja yang sejak tadi ditahan semakin naik dan terlihat dengan sangat jelas. Wajah Raja sedikit menjadi memerah tanda jika dirinya sedang berusaha agar tidak meledak saat itu juga, Pangeran juga dapat melihat tangan Raja yang kembali mengepal dengan kuat.

Mereka semua diam, baik Raja ataupun Pangeran tidak ada yang berniat membuka suaranya. Pangeran mengamati situasi, diam-diam melirik Raja yang sedang berdiri tidak jauh dari ranjang-nya sambil memperhatikan Pangeran dengan lekat.

Raja sangat terlihat sangat marah. Itu pikir Pangeran.

VISUALISASI

Merasa hening, akhirnya Pangeran memberanikan diri untuk membuka suaranya, “Raja maaf, sumpah aku minta maaf karna udah gak jujur dan bohongin kam-”

“Segitu bosen hidup lo sampe menantang maut?” tanya Raja dengan nada yang terdengar sangat sangat dingin. Lelaki tinggi itu dengan cepat memotong ucapan Pangeran.

“Raja aku gpp, besok kata dokter juga udah boleh pulang.” Entah berapa banyak nyawa yang dipunya Pangeran sampai lelaki itu berani menimpali ucapan Raja barusan.

Ucapan Pangeran barusan jelas saja memancing kembali emosi Raja untuk naik ke permukaan. Lelaki tinggi itu bersedekap sambil memberikan tatapan mengintimidasi pada Pangeran, “Kalo lo gak kenapa-kenapa, lo gak akan ada di sini dan gue bisa dengan tenang masih meeting di perth pagi ini. Kalo lo gak kenapa-kenapa gue gak akan dapet laporan kalo lo tiba-tiba pergi sama marka dan tau-tau di bawa pergi sama ambulan”

“Kamu tau dari mana?” Alih-ali menjawab pernyataan Raja, Pangeran justru mengajukan pertanyaan agak tidak penting seperti barusan. Lelaki itu benar-benar penasaran karena Pangeran yakin bukan anak-anak Neos yang membocorkan masalah ini pada Raja.

“Bodyguard lo yang ngasih tau ke gue. Gue udah ngerasa ada yang gak beres sama lo dan anak-anak. Sampe akhirnya bodyguard lo ngasih tau gue kalo lo pergi sama Marka ke arena. Gue kira lo cuma mau nonton atau main ke arena karna bosen, terus bodyguard lo bilang lagi kalo lo yang turun balapan, gue masih tenang karna gue kira lo balapan sama anak-anak soalnya bodyguard lo gak tau siapa yang ngelawan lo. Sampe akhirnya dia bilang lagi kalo lo kecelakaan dan langsung di bawa ke rumah sakit. Ini gue ingetin sama lo, kalo aja lo lupa punya bodyguard yang bakal laporan sama gue 24 jam.”

SHIT.

Pangeran benar-benar lupa kalau saja dirinya kini memiliki 2 orang bodyguard yang memang selalu mengawasinya dari jauh. Bodyguard yang di maksud Raja adalah orang suruhan yang memang sengaja Raja berikan untuk menjaga Pangeran kemanapun lelaki itu pergi. Bahkan mereka akan berjaga-jaga di sekitaran Pangeran 24 jam penuh.

“Pangeran lo pernah mikir gak? Gimana kalo semalem lo lewat? Disaat gue lagi jauh dari lo, disaat gue lagi gak bisa jagain lo. Lo mikir sampe kesana gak?!” Lamunan Pangeran buyar ketika kembali mendengar suara dingin Raja kembali menyapanya. Emosi Raja yang tadi sudah sempat hilang kini perlahan dapat kembali Pangeran rasakan.

“Kalo emang lo bosen hidup gue juga bisa kok bikin lo lebih parah dari ini, gak perlu repot-repot segala nantangin musuh gue.” Lanjut Raja lagi begitu melihat Pangeran hanya diam dan tidak berniat mengeluarkan pembelaan. Pangeran benar-benar di buat diam. Entah mengapa Pangeran menjadi sedikit takut pada Raja.

Bukankah memang sudah seharusnya Pangeran takut pada Raja karna kesalahannya ini?

“Gue gak pernah ngelarang lo buat ngelakuin hal yang lo suka. Lo mau balapan pun gue izinin asal sama anak-anak. Lo mau jadi model gue kasih, lo mau apa aja gue turutin. Gue bahkan cuma minta satu permintaan dari lo, permintaan paling krusial dari gue buat lo. Susah banget ya nurutin permintaan gue buat tetep stay di samping gue untuk waktu yang lama dan jauh-jauh dari bahaya?!” Pangeran menundukkan kepalanya sambil memainkan jari-jarinya, tidak berani hanya untuk sekedar melihat Raja yang entah mengapa semakin mendekat kearahnya.

Sejujurnya, Pangeran tidak suka dengan mode Raja yang sedang emosi seperti ini. Aura dingin yang terpancar dari ketua Neos itu membuat Pangeran benar-benar ketakutan. Ya tapi mau bagaimana lagi? Pangeran salah kali ini.

Hening kembali menyelimuti kamar vvip Pangeran hingga suara AC dapat terdengar dengan jelas diantara mereka. Hingga kemudian, Raja kembali membuka suaranya, tapi kali ini lebih parah dari sebelumnya.

“SESUSAH ITU SAMPE LO LEBIH MILIH UNTUK MEMPERTARUHKAN HIDUP LO KAYA GINI?!” Pangeran tersentak kaget dengan ledakan emosi Raja yang tiba-tiba. Membuat Pangeran semakin menundukkan kepalanya dalam.

“SEGITU PENGENNYA LO MATI?! HAH? GUE TUH GAK ADA ARTINYA YA DI MATA LO?! JAWAB GUE JANGAN DIEM AJA! BANGSAT!”

Prang

Pangeran lagi-lagi dibuat tersentak kaget begitu mendengar suara gelas pecah. Gelas bekas minum Pangeran tadi kini sudah jatuh hancur berantakan ketika menabrak lantai dingin. Bukan hanya Pangeran, Jo dan Hesa yang masih berada disana juga kaget karena Raja yang tiba-tiba secara sengaja menyenggol gelas hingga pecah. Raja melakukan itu sebagai bentuk pengalihan emosinya agar tidak menyakiti Pangeran.

Raja mendekatkan dirinya pada Pangeran, menggunakan kedua tangannya untuk menjadi tumpuan selama dirinya mendekatkan tubuhnya kearah Pangeran yang sedikit mundur ke arah belakang karena merasa terintimidasi dengan posisi mereka seperti ini. Raja sedang berusaha menekan seluruh emosinya kembali masuk kedalam dan menatap lekat-lekat mata Pangeran dari jarak yang cukup dekat namun tetap dengan tatapan dingin dan mematikan mikiknya.

“Lo pernah gak sih sebelum ngelakuin yang aneh-aneh tuh mikirin gue? Apa gue se-gak penting itu buat lo?” suara Raja mulai memelan namun masih tetap datar dan terasa dingin. Pangeran tertegun dengan pertanyaan yang baru saja di ajukan oleh Raja. Lelaki manis itu dapat melihat pancaran kekecewaan dari tatapan dingin nan mematikan Raja, dan hal itu berhasil membuat hati Pangeran sakit dan Pangeran merasakan sesak di dadanya.

Bohong kalau Pangeran tidak memikirkan Raja. Di dalam setiap keputusan yang Pangeran buat, nama Raja selalu berada di urutan teratas setelah kedua orang tuanya dalam setiap pertimbangan yang Pangeran buat. Begitu juga dengan keputusannya kemarin untuk melawan Sandi secara diam-diam. Pangeran memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi jika saja nanti ia ketahuan oleh Raja, tapi yang tidak pernah di pikirkan oleh Pangeran malah yang kini menjadi reaksi Raja ketika mendapat kabar jika Pangeran berada di rumah sakit. Karna Pangeran berpikir jika dirinya akan baik-baik saja namun ternyata semua perkiraannya salah dan menyebabkan kekacauan seperti sekarang.

Hening. Pangeran sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan Raja, lelaki manis itu hanya mampu terdiam sambil mengamati raut wajah Raja yang benar-benar tidak bisa ia baca sama sekali.

“Lo tau gimana lemesnya gue pas di kabarin kalo lo masuk rumah sakit karna diem-diem balapan sama Sandi? Lo tau gimana kalutnya gue, panik kaya orang gila langsung nyari penerbangan terdekat supaya gue bisa memastikan kalo lo baik-baik aja dan kabar yang gue denger itu bohong? Semua kemungkinan terburuk muter di kepala gue, lo yang kritis, lo yang mungkin bisa lewat kapan aja. Kalo sampe semua kemungkinan terburuk itu terjadi gue bakal jadi satu-satunya orang yang paling nyesel karna gak bisa jaga lo dengan benar sesuai janji gue sama diri gue sendiri dan mama papa lo.” Ada jeda yang sengaja di ciptakan oleh Raja. Pembalap kebanggaan Neos itu menjauhkan tubuhnya dari Pangeran kembali ke posisinya semula, sengaja mengambil jarak namun tetap menatap lekat pada Pangeran yang kini kembali menundukkan kepalanya.

“PERNAH GAK SIH LO MIKIR?! BERAPA BANYAK ORANG YANG BAKAL SEDIH KALO SAMPE LO PERGI?! GIMANA REAKSI MAMA PAPA LO PAS TAU ANAK SATU-SATUNYA GAK ADA? GIMANA JADINYA GUE KALO LO GAK ADA?! PERNAH GAK LO MIKIR?! JAWAB GUE! JANGAN CUMA DIEM! INI KAN YANG LO MAU?! MANCING GUE BUAT MARAH SAMA LO? JAWAB!” ucap Raja sedikit frustasi, lelaki tinggi itu menatap mata Pangeran lekat berusaha menyalurkan rasa takutnya yang sejak semalam menghinggapi hatinya. Pangeran lagi-lagi dibuat tersentak karena Raja yang kembali meninggikan suaranya.

Pangeran diam. Benar-benar diam sambil menundukkan kepalanya lebih dalam lagi, memainkan jari-jarinya sebagai bentuk penghilang kegugupannya. Dari suara Raja barusan Pangeran jelas sadar dan tahu jika lelaki itu benar-benar ketakutan dan juga marah dalam satu waktu yang bersamaan dan itu jelas membuat Pangeran merasa semakin bersalah karena tindakan bodohnya ini.

Setelah meyakinkan dirinya sendiri, Pangeran kemudian mengangkat kepalanya dan memberanikan diri untuk membalas tatapan sendu Raja sampai kemudian ada satu momen yang membuat Pangeran diam membeku, menatap kearah Raja dengan tidak percaya. Setetes air mata jatuh membasahi pipi tirus Raja.

Kesayangannya menangis.

RAJA MENANGIS.

Dan itu semua karna kebodohan Pangeran yang tidak berpikir matang dan justru malah menyakiti lelaki kesayangannya itu dan juga banyak orang yang telah ia libatkan.

“Lo tau kan kalo sekarang seluruh hidup gue itu berporos sama lo? Lo udah jadi pusat dunia gue sekarang, gue gak pernah bisa bayangin gimana jadinya kalo lo beneran pergi ninggalin gue duluan. Gimana hancurnya gue saat dunia gue pergi secara tiba-tiba. Raja yang kuat bakal jadi rapuh kalo dunianya tiba-tiba hilang.” Raja diam, dengan air mata yang masih sesekali membasahi pipinya. Lelaki itu menatap Pangeran dengan tatapan sendunya sangat berbeda dengan tatapannya beberapa menit yang lalu.

“Sesusah itu ya nurutin permintaan gue buat hidup baik-baik dan tetep di samping gue, temenin gue untuk waktu yang lama? Atau emang lu udah gak mau ada disamping gue lagi sekarang makanya lo menantang maut kaya gini?” Suara bergetar Raja dapat terdengar keseluruh penjuru ruangan, bahkan Jo dan Hesa terdiam kaku di pojok ruangan begitu mendengar suara bergetar Raja. Hanya mendengar dari suara saja mereka tahu jika bos-nya itu sedang menangis.

“Aku minta maaf, demi tuhan aku gak ada maksud untuk bikin kamu kaya gini. Maaf King.” Pangeran menatap lekat Raja untuk membuktikan jika dirinya benar-benar tulus meminta maaf atas kesalahannya kali ini.

“Satu yang harus kamu tau, selalu ada kamu disemua pertimbangan yang aku buat, aku selalu mikirin gimana reaksi kamu nanti kalo tau aku begini, bahkan semalem pun aku kepikiran sama kamu sampe sebelum akhirnya aku beneran turun, tapi aku gak pernah tau kalo ternyata kamu bakal sampe segininya. I'm really sorry.” Pangeran memberanikan diri untuk menarik Raja mendekat dan mengulurkan tangannya dan mencoba menghapus bekas air mata Raja. Tidak ada penolakkan tapi juga tidak ada balasan sama sekali seperti biasa.

“Lo beruntung masih bisa dikasih kesempatan buat hidup sama tuhan. Kalo aja-” suara tercekat Raja terdengar, lelaki itu bahkan tidak sanggup melanjutkan ucapannya.

“Kalo aja semalem lo lebih parah dari ini dan lo lewat gimana? Segitu gak sayangnya lo sama nyawa lo? Sampe harus kaya gini?!” Air mata Raja kembali membasahi pipinya. Pangeran benar-benar diam dan kini sepenuhnya sadar jika dirinya sangat-sangat salah kali ini. Bahkan seluruh pembelaan yang sudah ia siapkan sebelumnya mendadak hilang dari otaknya begitu saja. Pangeran bahkan tidak sanggup hanya untuk sekedar menjawab semua pertanyaan Raja.

Raja menjauhkan tubuhnya, melepaskan tautan tangan Pangeran dengan cukup keras lalu menghapus sisa air matanya dengan kasar, tatapannya kembali menjadi tajam dan tubuhnya kembali ke dalam mode defensif, “Sorry prince buat kali ini gue gak bisa maafin lo. Gue masih butuh waktu buat mendinginkan kepala. Gue cuma mau lo tau dan gue udah jelasin semuanya. Gue harap lo bisa ngerti gimana pentingnya posisi dan keberadaan lo di sekitar gue. Gue harap juga setelah ini lo berhenti buat bikin gue khawatir. Kalo emang lo mau mengakhiri hidup, bilang sama gue dan gue akan dengan suka rela bantuin lo buat mengakhiri hidup.”

“Dan lagi, lo pasti tau gue gak suka dibohongin. Jadi gue harap lo bener-bener mikir setelah ini untuk gak bohongin gue lagi. Satu yang harus banget lo tau, gue bener-bener kecewa sama lo sekarang. Gak pernah gue se-kecewa ini sama orang dan ternyata malah lo orang pertama yang bikin gue bener-bener kecewa banget. Gue gak tau dari mana lo belajar buat bohongin gue kaya gini. Karna yang gue tau Pangeran gue tuh gak akan pernah bohongin Raja-nya.”

“King i'm-”

“Abis ini gak usah cari gue. Gue pergi.” Raja memotong kalimatnya Pangeran begitu saja. Lalu tanpa menunggu persetujuan dari Pangeran, Raja dengan cepat melangkah menjauh dan dengan kasar membuka pintu kamar Pangeran lalu menghilang setelahnya.

Pangeran kaget namun segera memberi kode pada Hesa dan Jo untuk segera menyusul Raja karna ia takut sesuatu yang buruk terjadi ketika Raja sedang dalam keadaan tidak stabil seperti sekarang.

Setelah kedua temannya itu pergi, Pangeran baru mendapatkan rasa sesaknya yang teramat sangat seperti ada sesuatu yang meremat jantungnya sehingga dirinya tidak bisa bernafas dengan normal.
Raja pergi begitu saja bahkan tanpa memberikan sebuah ciuman seperti yang biasa lelaki itu lakukan ketika akan pergi. Lagipula apa yang di harapkan ketika lo pada akhirnya menjadi sumber kekecewaan seseorang yang sangat lo sayang? Gak ada yang bisa di harapkan selain silent treatment yang mungkin setelah ini akan Pangeran dapatkan dari Raja.

Melihat Raja menangis, menjadi sebuah pukulan yang sangat besar untuk Pangeran. Selama bersama dengan Raja, lelaki tinggi itu selalu menunjukkan sisi kuatnya, sisi pemimpin dan sisi dominan yang tidak pernah bisa terbantahkan. Tapi barusan, Raja justru menunjukkan titik lemahnya di hadapan Pangeran dan itu semua terjadi karna keputusan bodoh yang Pangeran buat tanpa memikirkan hal-hal yang mungkin sebetulnya memang membahayakan.

Raja benar. Seharusnya Pangeran bersyukur karna masih di beri kesempatan untuk bernafas, dirinya hanya mengalami luka ringan di bagian pelipis dan juga kedua tangannya yang penuh dengan luka baret. Mungkin setelah ini, Pangeran akan menuruti semua keinginan Raja. Itu juga kalau ketua geng Neos itu masih ingin bersama dengan dirinya. Kalau tidak, Pangeran tidak akan bisa membayangkan akan seperti apa hari-harinya tanpa Raja. Tapi untuk sekarang Pangeran akan membiarkan Raja untuk mendinginkan kepalanya dan menenangkan dirinya terlebih dahulu sebelum nantinya Pangeran akan mengajak Raja untuk berbicara dari hati ke hati.

Air mata yang sejak tadi Pangeran tahan akhirnya keluar juga. Lelaki manis itu menangis dalam diam sambil menyalahkan dirinya karena membuat Raja menangis seperti tadi. Pangeran terlalu sibuk dengan pemikirannya sampai tidak sadar jika Tera dan Dion sedang mengamati dirinya dari pintu yang entah sejak kapan terbuka lebar. Kedua sahabat Pangeran itu memilih untuk tidak menghampiri dan membiarkan Pangeran memiliki waktunya sendiri untuk memikirkan dan merenungkan semua yang terjadi hari ini.

Serendipitous Love

Lucas segera mematikan hpnya begitu melihat Jongin berjalan kearahnya. Lelaki tinggi itu sudah menyiapkan diri dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Terlebih sejak semalam saat semua keluarga mereka tahu Lucas memiliki hubungan, Jongin tidak pernah berhenti menatapnya sinis.

Lucas jelas sadar, jika kesalahannya pada Jungwoo selama ini cukup banyak sehingga ia sudah siap dengan segala amarah Jongin karena dirinya yang sudah membuat keponakan kesayangan Jongin itu terluka.

“Udah lama?” Tanya Jongin berbasa-basi begitu duduk tepat di hadapan Lucas.

“Gak kok gue juga baru sampe. Jadi ada apa?” Tanya Lucas to the point karena ia tidak mau membuang banyak waktu hanya untuk sekedar basa-basi. Lucas juga tahu jika Jongin sosok yang suka to the point juga sama sepertinya.

“Gue yakin lu pasti tau lah maksud dan tujuan gue ngajak ketemu.” Kai mengetukkan jari telunjuknya ke meja. Sambil berpikir untuk memulai obrolan dengan kekasih keponakannya ini dari mana.

“Paham kok gue, jadi lu mau marahin gue?” Tanya Lucas sangat tenang, seperti sudah mempersiapkan diri atas segala yang akan Kai katakan padanya.

“Pertama, gue marah sama lu karna udah bikin adek galau, kerjaan lu salah paham terus sama dia, lu bahkan gak nanya sama adek dan buat kesimpulan sendiri. Mana posesif lagi, padahal belum ada status.” Kai berdecak sebal ketika harus kembali mengingat bagaimana Jungwoo yang selalu sedih ketika menceritakan tentang lelaki yang sedang dekat dengan kesayangannya itu tanpa pernah tahu namanya.

Suasana diantara mereka sudah cukup menegang sekarang, Kai dengan tatapan mengintimidasinya menatap Lucas tajam.

“Untuk itu gue minta maaf. Gue beneran gak suka liat adek deket sama orang lain, tapi gue juga gak sadar kalo gue sebetulnya gak punya hak buat marah, cemburu atau ngelarang dia buat deket sama siapapun. Gue juga minta maaf karna terlalu sering bikin adek galau. Gue juga udah minta maaf secara langsung sama adek dan kita udah sama-sama saling memaafkan. Jadi gue juga mau minta maaf sama lu. Gue beneran minta maaf.”

Kai diam, memperhatikan wajah Lucas yang berubah menjadi murung dan terlihat sangat merasa bersalah karena semua hal yang sudah dilakukannya dahulu pada Jungwoo. Kai juga bisa melihat binar tulus ketika Lucas mengucapkan permintaan maafnya kepada Kai.

Kai jelas tahu dan sangat paham jika Lucas benar-benar sangat mencintai keponakannya. Tanpa perlu mengamati terlalu lama pun Kai bisa tahu jika kini pusat dunia Lucas berada pada Jungwoo sang keponakan kesayangannya.

Semuanya terlihat jelas dimata Kai, bagaimana semalam Lucas tak berhenti memandang Jungwoo dengan tatapan lembut dan penuh cinta padahal Jungwoo sibuk menundukkan kepalanya. Bagaimana perlakuan kecil Lucas untuk sekedar menenangkan Jungwoo, genggaman tangan , gusakkan dikepala bahkan pelukan yang diberikan oleh Lucas ketika Jungwoo merasa malu setelah di puji oleh Yoona semalam. Kai disini hanya ingin sekali lagi memastikan jika sosok tinggi adik kelasnya ini benar-benar layak untuk satu-satunya kesayangannya di keluarga Kim. Memastikan jika Lucas memang orang yang tepat untuk ia titipkan Jungwoo sebelum nanti ia akan sibuk dengan kehidupannya bersama dengan Kyungsoo.

“Sejujurnya gue masih kesel, cuma karna adek udah maafin lu dan nerima lu. Jadi gue bakal ikutin adek dan maafin lu.” Lucas menghela nafas lega karna setidaknya Kai tidak marah padanya dan justru memaafkan lelaki tinggi itu.

“Thanks bang.” Ucap Lucas dengan tulus. Kai hanya mengangguk sambil berusaha menyusun kalimat untuk kembali melanjutkan pembicaraan mereka.

Hening melingkupi mereka berdua, kedua lelaki tinggi itu tidak ada yang membuka suaranya dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai kemudian-

“Gue titip adek ya? Gue percayain adek sama lu. Lu tau kan? Dia satu-satunya cucu keluarga Kim, satu-satunya keponakan gue, dari kecil dia di jaga banget sama semua orang termasuk gue dan juga opanya. Kita selalu ngasih dia kasih sayang yang banyak dan kebahagiaan. Jadi gue mohon lu juga harus lakuin apa yang gue, papanya dan opanya lakuin.” Kai menjeda ucapannya, memperhatikan wajah Lucas yang sedang mendengarkan ucapannya dengan seksama tanpa berniat untu memotong.

Kai berdeham pela sebelum kembali melanjutkan ucapannya, “Tapi kalo lu macem-macem atau buat adek sedih lagi, lu bakal berurusan sama gue. Gue gak akan segan-segan bikin lu jauh dari adek. Jadi, kalo lu gak mau gue jauhin sama adek, tolong jaga adek bener-bener. Karna sekali lu nyakitin adek, bukan cuma gue yang bakal bikin perhitungan sama lu. Tapi papa dan opanya juga bakal ikut campur kalo sampe lu berani nyakitin adek. Gue harap lu paham maksud gue.” Kai membuka suaranya dan menitipkan satu amanat besar sekaligus sedikit ancaman pada Lucas yang kini terdiam kaku, seolah takut namun dengan cepat lelaki tinggi itu mengubah raut wajahnya dan mengangguk dengan tegas.

“Lu bisa pegang janji gue, gue gak akan pernah nyakitin adek. Karna sekarang adek udah jadi pusat dunia gue. Kalo gue nyakitin adek itu sama aja kaya gue nyakitin diri gue sendiri. Gue janji gak akan pernah buat adek nangis, kalo sampe adek nangis dan itu karna gue, gue bisa pastiin kalo cuma tangis bahagia yang bakal keluar dari mata adek.” Ucap Lucas sungguh-sungguh berusaha meyakinkan Kai jika dirinya tidak akan pernah bermain-main dengan Jungwoo.

“Lu tau kan, laki-laki itu yang di pegang omongannya. Gue juga udah rekam semua omongan lu, kalo sampe lu ingkar. Jangan harap lu bisa ketemu lagi sama adek.” Kai mengangkat hpnya yang tadi ia gunakan untuk merekam ucapan Lucas, walaupun Kai yakin jika Lucas tidak akan ingkar dan bersungguh-sungguh tetapi Kai tetap membutuhkan bukti yang nanti dapat ia gunakan sebagai senjata jika Lucas pada akhirnya memilih untuk menyakiti kesayangannya.

“Lu bisa pegang janji gue. Gue sesayang itu sama Jungwoo, jadi gue pastiin gue gak akan pernah nyakitin dia. Apalagi sekarang saat semua keluarga inti udah tau, gue yakin pasti gue dipantau sama banyak orang termasuk bokap nyokap gue sendiri. Jadi lu tenang aja. Gue bakal jagain Jungwoo dan akan selalu bikin dia bahagia. Jungwoo aman ditangan gue.” Yakin Lucas lagi membuat Kai tersenyum samar.

Kini Kai yakin untuk melepaskan dan menitipkan Jungwoo pada Lucas sepenuhnya karna sejak tadi Kai tidak menemukan sedikitpun keraguan dimata Lucas. Yang Kai lihat hanya sebuah kegigihan dan kejujuran di sorot mata lelaki yang lebih muda darinya itu. Membuat Kai dapat sedikit bernafas dengan lega. Namun dirinya tetap harus memantau Lucas dari jauh. Walaupun sepertinya Kakak laki-laki dan Papanya sudah percaya pada sosok tinggi di hadapannya ini, Kai-lah yang harus berjaga-jaga jika suatu hari terjadi hal yang tidak diinginkan pada Jungwoo.

“Satu lagi, jangan pernah ngelewatin batas wajar orang pacaran. Cium, peluk, cuddle masih ok. Tapi kalo sampe lu nyentuh adek lebih dari itu sebelum nanti waktunya kalian resmi di mata tuhan dan negara, siap-siap aja. Gue orang pertama yang bakal datengin lu. Jadi tolong bersikap bijak buat hal-hal yang menjurus kaya gitu.” Ucap Kai lagi ketika teringat jika Jungwoo dan Lucas bahkan sudah pernah tidur bersama walaupun kata Jungwoo mereka hanya benar-benar tidur tanpa melakukan apapun, tapi kemungkinan pasti ada. Maka dari itu Kai memberi peringatan terlebih dahulu pada Lucas untuk tidak bertindak terlalu jauh selama keduanya masih didalam tahap pacaran.

“Siap. Lu boleh pantau gue supaya lebih yakin kalo gue beneran sayang sama Jungwoo tulus bukan semata-mata karna nafsu. Gue juga cukup paham sama batasan yang tadi lu maksud. Mungkin adek sering cerita gimana kita selama pdkt, tapi gue gak pernah bergerak untuk melewati batas wajar dan gue selalu meminta consent adek setiap mau melakukan apapun. Jadi lu tenang aja, gue gak akan nyentuh adek lebih dari yang seharusnya sebelum waktunya nanti tiba.” Lagi-lagi Lucas menjawab pertanyaan atau pernyataan Kai dengan lugas tanpa ada keraguan sama sekali.

Lucas ingin membuat Kai paham dan tahu jika dirinya benar-benar serius dengan Jungwoo, ia ingin membuat Kai tahu jika dirinya tidak pernah main-main dengan Jungwoo. Karna bagi Lucas, Jungwoo kini sudah menjadi satu bagian penting dihidupnya setelah kedua orang tuanya. Bagian penting yang harus benar-benar ia jaga sekuat dan semampunya. Selama ia masih bernafas maka ia kana selalu memastikan jika Jungwoo-nya merasa aman dan nyaman selama berada disampingnya. Memastikan Jungwoo-nya untuk selalu mendapatkan kasih sayang yang melimpah darinya. Agar Jungwoo tahu betapa sayang Lucas pada Jungwoo, belahan jiwanya yang datang tanpa pernah ia duga ataupun cari sebelumnya.

“Oke. Itu aja yang mau gue omongin. Ayo ke hotel.” Ajak Kai tiba-tiba berubah menjadi santai. Lucas yang masih sedikit bingung dengan perubahan Kai hanya terdiam.

“Lu mau ke hotel kan? Adek bawel banget dari tad katanya gue gak boleh lama-lama soalnya dia mau pacaran sama lu. Yuk. Kebetulan gue gak bawa mobil, sekalian nebeng balik ke hotel.” Jelas Kai pada akhirnya.

Kedua lelaki tampan itu sudah beranjak meninggalkan cafe untuk menuju hotel tempat dimana Jungwoo dan keluarganya menginap. Setelah obrolan yang cukup serius tadi, kini keduanya sudah lebih santai dari sebelumnya karna sebelum Lucas dengan Jungwoo pun, ia sudah kenal dan cukup dekat dengan Kai yang merupakan seniornya di NeoV dulu.

Pada akhirnya, Lucas berhasil mengambil hati bungsu keluarga Kim yang Lucas tahu sangat menyayangi keponakan satu-satunya itu. Lucas bisa sedikit bernafas lega untuk sekarang. Karna setelah ini, ia yakin akan ada sesi lainnya untuk bertemu dengan Taemin dan juga Kangta yang cepat atau lambat akan menanyakan hal serupa dengan yang Kai bicarakan tadi. Tapi Lucas sudah siap jika kedua tetua Kim itu ingin bertemu dengannya karena ia benar-benar ingin mendapatkan restu dari seluruh keluarga inti Kim untuk bersama dengan Jungwoo.

-Fin-

Serendipitous Love

Setelah acara selesai, begitu para tamu sudah pulang, kini hanya tersisa keluarga Kim dan Huang yang menatap sosok yang lebih muda duduk di tengah-tengah mereka dengan tatapan bingung. Banyak pertanyaan yang sepertinya akan di tanyakan oleh semua yang ada disini. Suasana hening melingkupi ruang vvip hotel Neo yang sengaja di sewa oleh Taemin untuk meminta penjelasan tentang yang sebetulnya terjadi antara Jungwoo dan juga Lucas.

“Jelasin.” Mulai Minho

“Apa yang mau dijelasin?” Tanya Lucas bingung. Karna sejujurnya ia juga masih tidak mengerti mengapa bisa menemukan Jungwoo berada di acara ulang tahun salah satu perusahaan koleganya terlebih kekasihnya itu berada diantara Taemin dan juga Seulgi.

“Kamu kenal sama Jungwoo?” Tanya Minho yang mulai tidak sabar.

“Adek? Ya kenal lah. Dia pacar aku.” Jawab Lucas santai membuat Jungwoo segera menatap Lucas.

“Kamu ngarang ya? Gimana ceritanya gak mau di kenalin tapi udah pacaran?” Tanya Yoona masih tidak percaya dengan ucapan Lucas. Terlebih karena anaknya itu selalu menolak untuk dikenalkan dengan anak Taemin atau Jungwoo.

“Aku gak ngarang. Sayang ayo ngomong. Kita pacaran kan?” Lucas segera meminta validasi pada Jungwoo yang sejak tadi diam, masih berusaha mencerna semuanya. Lelaki manis itu masih blank dan tidak bisa berpikir dengan benar.

Sebagai jawaban atas pertanyaan Lucas, lelaki manis itu hanya mengangguk pelan. Membuat semua orang yang ada disana kaget dengan kenyataan yang sedang terjadi pada anggota termuda keluarga masing-masing.

“Tunggu deh. Jadi yang dulu bikin kamu galau tuh dia dek?” Tanya Kai tiba-tiba.

“Uncle.” Jungwoo memberi peringatan pada Kai untuk tidak sembarangan berbicara. Boa segera menepuk paha Kai, menyuruh anak bungsunya itu untuk diam.

“Kamu belum jawab pertanyaan aku, kenapa kamu disini? Kok bisa sama om Taemin?” Tanya Lucas pada Jungwoo.

“Kamu nih gimana sih? Ya ini anaknya Taemin. Kim Jungwoo, yang selalu pengen mama kenalin sama kamu tapi kamu gak pernah mau. Tapi sekarang kamu malah ngaku-ngaku pacarnya dia.” Ujar Yoona akhirnya menjelaskan karena sebal melihat wajah bingung Lucas.

“Hah gimana?” Lucas jelas sangat kaget. Tiba-tiba saja otak Lucas tidak bisa mencerna semua informasi yang masuk.

“Ya ini Kim Jungwoo anaknya Kim Taemin Mas, kamu nih lemot banget sih.” Omel Minho yang sejak tadi diam.

Wajah Lucas tidak bisa terbaca, lelaki tinggi itu menatap Jungwoo sambil mengaitkan semua kepingan-kepingan puzzle yang ada di kepalanya. Kini semuanya semakin jelas. Mengapa ia dulu merasa jika Taemin saat di Dubai mirip dengan seseorang , yang ternyata setelah ia sadari kini Taemin mirip dengan Jungwoo, kenapa Lucas merasa familiar dengan panggilan adek dari Taemin dulu saat ia di Dubai, kenapa Jungwoo memiliki apartment yang sama dengan miliknya dan mengapa Jungwoo dapat memiliki mobil BMW keluaran terbaru, dan juga kenapa data Jungwoo juga tidak berhasil ia temukan.

Kini semuanya semakin jelas. Alasannya karna Jungwoo adalah anak satu-satunya Kim Taemin yang selama ini memang tidak pernah diexpose oleh media dan juga sosok yang ternyata sama dengan yang selama ini maminya maksud. Lucas kini bertanya takdir apa yang sedang berjalan pada keduanya. Disaat ternyata ada jalan yang lebih mudah ia malah memilih jalan yang cukup sulit walaupun pada akhirnya akhirnya tetap bersama.

“Adek kok diem aja?” Tanya Seulgi yang sejak tadi memperhatikan Jungwoo. Lucas juga ikut menoleh menatap Jungwoo ia melihat lelaki manis itu mendongakkan kepalanya lalu menggeleng pelan.

“Ini kok lucu banget? Disuruh kenalan pada gak mau, taunya malah udah pada pacaran.” Ucap Kangta yang sejak tadi diam.

“Emang udah jodohnya kali om, makanya ada aja jalannya. Jadi kalian udah pacaran berapa lama?” Tanya Minho sambil memperhatikan Jungwoo dan juga Lucas.

“Hei. Ngomong dong, di tanya sama papi aku loh itu.” Lucas menyentuh tangan Jungwoo, lelaki tinggi itu dapat merasakan jika tangan Jungwoo sangat dingin di genggamannya. Lelaki manis itu mengangkat kepalanya dan menggeleng pelan sebagai jawaban. Lucas terkekeh melihat wajah lucu Jungwoo dan segera menggusak kepala Jungwoo lembut.

“Udah 5 bulan pi.”

“Terus gimana awal ketemunya? Papi tuh beneran masih bingung, kamu gak mau di kenalin tapi taunya jalur mandiri kenalnya, malah udah pacaran.” Minho menggelengkan kepalanya pelan dengan wajah yang masih tidak bisa percaya dengan semua yang terjadi malam itu.

“Salah kalian, gak pernah nyebut nama adek kalo ngobrol sama aku. Kalian cuma bilang anak om Taemin. Ya mana aku tau, pernah ketemu aja engga. Aku nyari di internet juga gak ketemu. Jadi mana aku tau kalo anak om Taemin itu ternyata gebetan aku.” Omel Lucas, merasa sebal karna kedua orangtuanya malah memojokkannya.

“Jadi gimana ketemunya? Duh kamu nih bertele-tele deh.” Protes Yoona tidak sabaran.

“Aku pernah jadi pembicara di kampusnya adek, ya mulai dari situ kenalnya. Terus lama-lama ya deket terus pacaran.” Jelas Lucas tanpa repot menjabarkan detail ceritanya.

“Oh jadi dia yang bikin kamu galau pas di norway dek?” Tanya Taemin tiba-tiba.

“Papa.” Jungwoo menggeleng pelan, lelaki manis itu tidak ingin membuat Lucas kembali merasa bersalah.

“Kalo tau Lucas yang bikin galau mah langsung papa omelin aja dulu.” Semua yang ada di ruangan itu tertawa sedangkan Lucas menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Merasa tidak enak dengan Taemin karena sudah membuat anak tunggal keluarga kim itu sedih. Jungwoo mengulurkan tangannya keatas tangan Lucas dan mengusapnya sekali. Berusaha menenangkan lelaki tinggi itu dan kembali mengingatkan jika itu bukan sepenuhnya salah Lucas.

“Jadi selanjutnya gimana?” Tanya Kangta tiba-tiba memecah keheningan.

“Langsung tentuin tanggal aja kali ya.” Itu Boa yang sejak tadi diam kini membuka suaranya.

“Oma?! Tanggal apa? Aku gak mau ah kalo aneh-aneh.” Protes Jungwoo pada Boa.

“Tanggal tunangan dek, kan kalian udah pacaran ya sekalian aja tunangan.” Ujar Boa santai jelas membuat Jungwoo kaget.

“Gak mau. Pacaran aja belum lama masa udah mau tunangan. Lagian prinsip aku masih sama, aku gak mau nikah muda. Pacaran aja dulu. Ya kan mas?” Jungwoo pada akhirnya menoleh pada Lucas seolah meminta bantuan pada Lucas yang sejak tadi memperhatikannya.

“Tapi oma kamu bener dek, kita tunangan aja ya?” Lucas tersenyum miring sambil menatap Jungwoo dengan lembut.

“Mas?” Jungwoo menatap Lucas kaget, lelaki tinggi itu kemudian tertawa dan menggusak kepala Jungwoo lembut.

“Bercanda. Iya kita pacaran aja dulu, nanti kalo kamu udah siap baru kita nikah ya?” Jungwoo mengangguk

“Kok kalian gemes banget sih. Bener kan mas mami bilang. Kamu pasti gak bisa nolak pesonanya adek deh. Ternyata udah nyolong start duluan.” Ledek Yoona membuat semua orang tertawa.

“Selera kita sama berarti mi, Mami bener, adek tuh paket lengkap. Udah cantik, manis, bisa ganteng juga, mana baik, masakannya enak terus perhatian lagi. Gak salah emang pilihan Mami. Walaupun aku ketemunya bukan karna mami.” Ujar Lucas sambil menatap Jungwoo yang sudah memerah.

Jungwoo yang di puji sedemikian rupa di hadapan banyak orang jelas malu dan segera menubrukkan badannya pada Lucas dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang Lucas sambil bergumam pelan, “Ih apaan sih ah. Suka kaya gitu deh kamu tuh.” Rengek Jungwoo membuat Seulgi dan Yoona memekik tertahan melihat tingkah gemas Jungwoo.

“Kok modus sih dek? Masa peluk-peluk didepan oma opa.” Ledek Kai berhasil mendapat hadiah lemparan bantal dari Jungwoo tepat di wajahnya. Lagi-lagi membuat yang lain tertawa pelan.

Kalau saja Lucas tau, jika Jungwoo adalah sosok yang dimaksud oleh Yoona, lelaki tinggi itu sejak awal sudah pasti tidak akan menolak. Ia pasti akan dengan cepat bisa memiliki Jungwoo. Tapi sepertinya Tuhan ingin melihat perjuangan Lucas untuk mengambil hati Jungwoo secara natural sampai lelaki manis yang kini berada di pelukannya itu membuka hatinya dengan sendirinya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Lucas juga bersyukur karena pada akhirnya Yoona dapat menerima Jungwoo sebagai kekasihnya karena Jungwoo merupakan sosok yang selama ini dimaksud oleh Yoona. Sepertinya jalan keduanya untuk sampai di titik tertinggi sebuah hubungan akan berjalan dengan lancar karena dukungan dari kedua keluarga besar mereka.

Atau belum? Karena sejak mereka tiba di ruang vvip ini ada Kai yang terus memperhatikan Lucas dengan tatapan tajam. Pada akhirnya ia bisa tahu sosok yang berhasil membuat keponakannya itu galau dan tidak diberi kepastian tetapi sudah sangat posesif dan gampang cemburuan. Setelah ini, Lucas harus berhadapan dengan sosok pelindung Jungwoo itu dan sepertinya tidak akan mudah? Atau Lucas dapat dengan mudah meluluhkan Kai? Kita lihat saja nanti.

-Fin-

Serendipitous Love

Jungwoo sudah tiba di bagian makanan, lelaki manis itu melihat-lihat dan mengambil beberapa dessert lalu mulai memakannya tanpa kembali kemejanya. Setelah menghabiskan dessertnya lelaki manis itu kembali berkeliling dan meyicipi berbagai makanan yang memang disediakan oleh Opanya malam ini. Setelah merasa cukup kenyang barulah lelaki manis itu kembali ke mejanya. Berniat untuk pamit pada opa dan omanya untuk kembali ke kamar.

“Loh, uncle kemana oma?” Tanya Jungwoo pada Boa begitu melihat hanya Boa dan Kangta yang berada di meja.

“Nyusulin kamu tadi katanya. Gak ketemu?” Jungwoo hanya menggeleng pelan sambil mengedarkan pandangannya kearah sekitarnya berusaha mencari keberadaan unclenya.

“Opa aku balik ke kamar ya. Capek.” Keluh Jungwoo begitu tidak menemukan Kai disekumpulan manusia yang berada di sekitarnya.

“Bilang mama papa dulu sana. Nanti mereka nyariin” Jungwoo mengangguk setuju lalu kembali mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Taemin ataupun Seulgi.

“Mana mereka? Aku gak ketemu tadi.” Tanya Jungwoo sedikit menyerah setelah berusaha melihat dengan cepat ke arah sekitarnya.

“Gak tau, mungkin lagi ngobrol sama koleganya kali. Sana gih cari dulu, abis itu kamu boleh balik ke kamar.” Kangta menggusap lengan Jungwoo sambil tersenyum.

“Yaudah aku cari papa dulu ya opa, oma. Nanti kalo udah pamit aku kesini lagi. Babay.” Pamitnya sambil berlalu meninggalkan oma dan opanya menembus kerumunan manusia untuk mencari keberadaan papa atau mamanya.

Jungwoo hampir mengelilingi seluruh sudut ballroom karena tak kunjung menemukan keberadaan orangtuanya. Lelaki manis itu sudah bersiap untuk menelfon salah satu orang tuanya ketika akhirnya matanya melihat kedua orang tuanya bersama dengan Kai sedang mengobrol dengan mungkin salah satu kolega mereka. Jungwoo tidak tahu karena kedua sosok yang sedang berbicara dengan orang tua dan juga unclenya itu sedang membelakanginya sekarang.

“Papa.” Panggil Jungwoo mengintrupsi dan membuat kedua sosok yang tadi membelakanginya menoleh kearahnya.

Shit! Batin Jungwoo begitu melihat siapa yang sedang mengobrol dengan orang tua serta pamannya.

Ternyata yang sedang mengobrol dengan mereka adalah Minho dan juga Yoona. Saat ini Jungwoo seperti sedang menyerahkan diri kedalam kandang singa. Ia melihat Kai yang kini sudah menahan tawanya dan Jungwoo balas dengan tatapan tajam.

“Hai Jungwoo.” Sapa Yoona ramah. Membuat Jungwoo mau tidak mau tersenyum dan membalas sapaan Yoona.

“Hai tante, hai om.” Sapanya sambil bergantian melihat Minho dan juga Yoona.

“Kamu manis banget malem ini.” Puji Yoona sedangkan Jungwoo hanya tersipu malu sambil dalam hati berdoa agar siapapun tidak mengeluarkan ide untuk mempertemukannya dengan anak sahabat papanya itu.

“Mam aku mau pamit balik ke kamar ya? Ngantuk.” Bual Jungwoo, padahal ia hanya malas berlama-lama di tempat ramai dan tidak ada sama sekali yang ia kenal.

“Nanti dulu dong, ngobrol dulu sama om minho, tante yoona. Gak enak dek.” Bisik Seulgi membuat Jungwoo semakin menyesali keputusannya untuk mencari kedua orangtuanya. Tahu begitu ia langsung naik saja ke kamarnya tanpa perlu mencari orang tuanya.

“Mam, kan udah janji gak di kenal-kenalin.” Tolak Jungwoo dengan wajah memelasnya pada Seulgi.

“Ya kan ini gak sengaja. Sekalian aja. Lagian anaknya juga gak ada. Disini dulu sebentar. Ya?” Bujuk Seulgi lagi dengan senyum manisnya membuat Jungwoo jelas tidak bisa menolak permintaan wanita cantik yang melahirkannya itu.

Jungwoo diam, mendengarkan obrolan ke-5 orang dewasa di hadapannya tanpa minat, ia akan menjawab ketika minho atau yoona mengajaknya berbicara. Selebihnya ia memilih untuk diam sambil berdoa dalam hati agar anak sahabat papanya itu tidak datang karena Jungwoo sedang malas untuk berbasa-basi dengan orang baru.

“Mana Luke? Dateng kan dia bang?” Tanya Kai seolah sengaja memancing. Jungwoo dengan cepat menolehkan kepalanya kearah Kai dan menatap pamannya itu tajam. Kai menahan tawanya begitu melihat muka panik Jungwoo.

“Gak tau nih, dari tadi gak keliatan. Udah di chat sih. Mungkin dia lagi nyari kita.” Jawab Minho sambil mengedarkan pandangannya mencari keberadaan anak lelakinya itu.

“Mam aku balik aja ya?” Pamit Jungwoo lagi pada Seulgi. Tetapi wanita cantik keluarga Kim itu kembali menggeleng, kali ini diikuti dengan wajah tegasnya. Membuat Jungwoo sedikit badmood.

“Nah itu dia. Mas sini.” Seru Yoona ke arah belakang Jungwoo. Saat kedua orang tuanya dan juga Kai menoleh, Jungwoo lebih memilih untuk menundukkan kepalanya sambil berdoa agar semua ini segera selesai dan ia bisa kembali dengan tenang ke kamarnya.

“Hai om, tante, bang.” Seru sebuah suara dari arah belakang membuat tubuh Jungwoo menegang.

Pasalnya suara barusan terdengar sangat familiar ditelinganya belum lagi wangi musk dan citrus yang membuatnya teringat akan satu sosok yang memiliki wangi yang sama. Wangi yang menjadi candunya beberapa bulan kebelakang. Tapi tidak mungkin kan?

“Mas kenalin, ini loh anaknya om Taemin yang suka mami ceritain.” Ujar Yoona kepada anaknya. Sosok tinggi itu tidak terlalu mendengarkan ucapan Yoona, ia justru sedang fokus mengamati lelaki kecil yang berada diantara Taemin dan Seulgi dengan seksama. Ia tidak bisa melihat wajah lelaki kecil itu karena kini sedang menunduk, tapi ia seperti kenal dengan bentuk tubuh sosok kecil didepannya ini.

Jungwoo yang enggan untuk mengangkat kepalanya kemudian mendapatkan senggolan dari Seulgi dan segera mengangkat kepalanya. Menatap Seulgi sekilas sebelum kemudian menatap sosok lain yang baru saja bergabung dengan mereka.

“Mas Lucas?” Betapa kagetnya Jungwoo begitu melihat Lucas kini berada di hadapannya. Ternyata suara dan wangi yang tadi masuk ke indra penciumannya benar milik Lucas.

“Adek?” Sama halnya Jungwoo, Lucas juga sama kagetnya begitu melihat ternyata sosok kecil itu adalah Jungwoo. Pantas saja bentuk tubuhnya terlihat familiar ternyata itu memang benar kekasihnya.

“Kamu ngapain disini? Katanya ada acara keluarga?” Tanya Lucas masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi sekarang. Bagaimana bisa Jungwoo berada di pesta ulang tahun yang sangat private ini terlebih kini lelaki manis itu ada diantara pemilik acara malam ini.

Jungwoo tidak segera menjawab, lelaki manis itu sedikit gugup karena merasa tertangkap basah oleh Lucas berada disini. Keheningan melingkupi mereka. Mereka semua sibuk dengan pikiran masing-masing. Yoona, Seulgi, Taemin, Minho dan Kai memperhatikan keduanya secara bergantian lalu menatap satu sama lain berusaha mencari jawaban dalam keterdiaman mereka.

Sampai kemudian Yoona memecah keheningan, “Kalian kenal?” Tanya Yoona sambil menatap bingung pada Jungwoo dan Lucas bergantian.

-TBC-

Serendipitous Love

Setelah acara menyatakan perasaan yang terjadi secara tiba-tiba itu, kini pasangan yang baru naik level itu sudah berpindah tempat kedalam mobil yang bagian belakangnya sudah dimodif menjadi terdapat kasur lengkap dengan bantal dan juga lampu. Sesuai dengan permintaan Jungwoo tempo hari.

Mobil🤍

“Aku punya sesuatu yang lain buat kamu.” Ujar Lucas yang sedang menyandarkan tubuhnya ke sisi samping mobil.

“Apa?” Tanya jungwoo yang kini duduk dihadapannya menatapnya penasaran.

Lelaki tinggi itu lantas bergerak dan mengambil sesuatu dari kursi depan, Jungwoo memperhatikan pergerakan Lucas dan segera menutup mulutnya kaget begitu melihat barang yang di bawa oleh Lucas.

Sebuah buket bunga, namun menurut Jungwoo bukan buket bunga biasa. Warna wrap buket dan isi buket tersebut yang membuat Jungwoo terpana. Lagi-lagi Lucas selalu memperhatikan tiap detail semua yang berhubungan dengan dirinya.

“Mas gimana bisa?” Tanya Jungwoo masih takjub sambil memperhatikan buket bunga yang masih berada di tangan Lucas.

“Ya bisa aja, aku minta tolong floristnya buat bikinin buket yang serupa. Aku kasih fotonya, floristnya bilang gak bisa sama persis jadi ya gini jadinya. Nih buat kamu.” Lucas menyodorkan buket itu pada Jungwoo yang segera di terima oleh Jungwoo dengan tatapan yang masih tidak percaya.

Buket🤍

Buket bunga yang diberikan Lucas mirip dengan buket bunga yang pernah ia berikan dulu ketika Lucas mengisi seminar, yang sampai saat ini juga masih ada di apart Lucas, terpajang dengan rapi disudut ruangan apartment lelaki tinggi itu.

“Thank youu.” Jungwoo memasang puppy eyes-nya ketika tidak tahu harus berekspresi seperti apa, lelaki manis itu menatap Lucas dan buket bunga secara bergantian. Lucas yang gemas segera mencubit pipi Jungwoo pelan lalu mengusapnya dengan lembut dan kemudian tersenyum.

“Sama-sama. Udah ya? Hari ini kamu terlalu banyak bilang terima kasih sama aku.” Protes Lucas tidak suka.

“Ya abis gimana? Kamu ngasih aku banyak banget begini huhuhu. I don't deserve all of this tau mas.” Jungwoo memperhatikan sekitarnya. Hari ini terlalu banyak yang sudah Lucas berikan untuknya sementara dirinya tidak menyiapkan apapun untuk lelaki tinggi yang kini sudah resmi menjadi pacarnya itu.

“No no, kamu berhak untuk semua ini. Jangan kan ini, kamu minta duniaku juga aku kasih sekarang juga.” Lucas berbicara sambil menatap mata Jungwoo dalam, mengusap pipi kemerahan Jungwoo dengan perlahan.

“Alah males, gombal mulu.” Jungwoo merotasikan matanya sebal.

“Aku serius adek, kalo kamu minta dunia ku, aku bakal kasih ke kamu. Karna sekarang dunia ku kan kamu.” Lucas menggambil tangan Jungwoo dan membawanya untuk kemudian ia cium punggung tangan Jungwoo dengan perlahan.

“Ihhhh! Males-males. Aku gak denger aku gak denger.” Jungwoo dengan cepat menutup kedua telinganya seolah tidak mendengar ucapan Lucas barusan.

Jungwoo salting. Lucas jelas sadar, selain karna tingkahnya, wajah Jungwoo kini semakin memerah tanda jika Jungwoo sedang malu. Tawa Lucas pecah begitu saja melihat Jungwoo yang salah tingkah.


Keduanya kini sudah mengambil posisi masing-masing bersiap untuk tidur. Tadinya mereka ingin tidur dengan pintu yang terbuka agar dapat melihat pemandangan laut saat malam dan mendengar deburan ombak, tapi sayang tiba-tiba saja hujan deras membuat mereka mau tidak mau harus menutup pintu mobil jika tidak ingin kebasahan.

“Dingin.” Seru Jungwoo sambil menggeser tubuhnya menjadi semakin dekat kearah Lucas. Menjadikan dada Lucas sebagai bantalan kepalanya.

“Ini beneran dingin apa modus nih?” Goda Lucas membuatnya mendapat pukulan pelan di dadanya.

“Ih! Beneran tau.” Kesal Jungwoo sambil sedikit menjauhkan tubuhnya dari Lucas. Lucas terkekeh lalu kembali menarik Jungwoo agar kembali mendekat kemudian mengambil selimut dari pojokan dan memakaikanya pada Jungwoo dan juga dirinya. Menyelimuti lelaki manis itu hingga sebatas lehernya.

Jungwoo dengan segera melingkarkan tangannya pada perut Lucas dan Lucas menempatkan satu tanganya di bahu Jungwoo mengusapnya dengan perlahan.

Suara deras hujan menjadi teman mereka malam ini, Jungwoo sedikit memundurkan kepalanya lalu mendongakkan kepalanya. Jungwoo melihat Lucas yang sudah memejamkan matanya, sepertinya Lucas sudah mengantuk karena membawa mobil cukup lama tadi siang.

“Mas.” Panggil Jungwoo pelan.

“Hmm?” Gumam Lucas sebagai jawaban.

“Makasih ya?” Ucap Jungwoo tulus. .

“Are you happy?” Lelaki tinggi itu membuka matanya dan menundukkan kepalanya untuk menatap Jungwoo yang masih menatapnya.

“Aku happy, aku gak nyangka kalo kamu bakal confess hari ini. Aku pikir cuma biar aku gak burnout aja ternyata ada maksud terselubung.” Dengus Jungwoo pada akhir kalimatnya.

Tubuh Lucas bergetar pelan, lelaki itu sedang tertawa. Jungwoo yang sebal karna merasa di tertawakan lantas mencubit perut Lucas pelan.

“Ahh, sakit dong dek, masa aku di cubit?” Protes Lucas tidak terima sambil mengusap perutnya perlahan karna cubitan Jungwoo terasa cukup sakit.

“Lagian kamu ngetawain aku.” Rajuk Jungwoo sebal.

“Ya abis kamu lucu tau, masa gak sadar sih kalo mau di tembak?” Tanya Lucas, lelaki itu sudah mengganti posisinya miring kearah Jungwoo dengan sebelah tangannya yang sedang dijadikan Jungwoo bantalan sebagai tumpuan kepalanya.

“Ya mana kepikiran? Orang aku taunya mau refreshing yaudah, lagian aku gak mau ke geeran tau. Nanti udah ngarep di tembak tapi taunya enggak kan jadinya sakit hati. Jadi yaa biasa aja.”

“Cie.. jadi ngarep di tembak ya kamu tuh?” Goda Lucas sambil menggusap pipi Jungwoo dengan sebelah tangannya yang lain.

“Siapa yang gak ngarep? Udah di baperin, dibikin galau, deket udah lama, diposesifin, sering cuddle, sering cium-cium tapi gak di pacar-pacarin. Kan sebel.” Jungwoo mempoutkan bibirnya sebal.

“Kasian banget sih, tapi kan sekarang udah jelas ya kan?” Lucas merundukkan kepalanya, menyentuhkan hidungnya pada hidung Jungwoo dan menggesekkannya dengan pelan.

Jungwoo dengan segera menjauhkan kepala Lucas dari kepalanya, Lucas bingung karena mendapat penolakan dari Jungwoo, “Bisa pelan-pelan gak? Jantung aku berisik banget nih.” Jelas Jungwoo sambil memegang jantungnya yang berdetak tidak karuan karna perbuatan Lucas tersebut.

Lucas terkekeh pelan, lalu kembali mengusap pipi lembut Jungwoo sambil berkata, “Kamu harus terbiasa, aku bakal sering-sering kaya gini sama kamu.”

“Iya, tapi pelan-pelan ya. Jantung aku gak sehat deket-deket sama kamu kalo kamunya begini.” Rengek Jungwoo sambil mendusalkan kepalanya ke dada Lucas.

“I love you adek.” Bisik Lucas tepat di telinga Jungwoo berhasil membuat tubuh Jungwoo menegang sebelum kemudian kembali menenggelamkan kepalanya kedada Lucas sambil merengek pada Lucas agar lelaki tinggi itu berhenti menggodanya.

Pada akhirnya Jungwoo dapat mendengar L word keluar dari bibir tebal Lucas. Awalnya Jungwoo sangat menantikan saat ini tiba, tapi ternyata begitu ia mendengarnya ternyata jantungnya tidak siap. Ia sangat lemas sekarang, terlebih Lucas mengucapkannya tepat di telinga Jungwoo dengan deep voice milik lelaki tinggi itu yang selama ini sangat Jungwoo hindari karena dapat menyebabkan dirinya tidak berdaya. Sebut saja Jungwoo lemah, tapi damage dari deep voice Lucas bukan hal biasa baginya.

“Dengerin, aku mau janji sama kamu. Aku janji cuma kamu satu-satunya yang aku mau selama sisa hidup aku. Aku cuma mau kamu yang nantinya akan selalu menemani aku. Aku janji aku gak akan pernah berpaling dan ninggalin kamu sendirian. Selama aku masih ada di dunia, selama itu pula aku akan terus selalu ada sama kamu. Kamu boleh pegang janji aku. Janji aku untuk selalu mencintai kamu selama aku masih bisa bernafas dan bernyawa. Aku juga janji untuk gak akan pernah menyakiti kamu sama sekali. Kamu boleh nangis, tapi bisa aku pastikan cuma tangis bahagia yang nanti akan kamu keluarkan. I Love you.”

Lucas kembali mengecup kening Jungwoo, kini lebih dalam. Jungwoo hanya diam, mencerna semua ucapan Lucas dengan hati yang bergetar dan terasa menghangat. Jungwoo lantas mengeratkan pelukannya pada Lucas dan mendusalkan kepalanya di dada bidang Lucas. Tidak lupa mengucap syukur karena ia dapat merasakan di cintai begitu dalam oleh sosok laki-laki tinggi nan tampan yang kini sedang membalas pelukannya sambil mengecupi pucuk kepalanya berkali-kali.

Entah berapa lama sampai Lucas sadar jika Jungwoo sudah jatuh tertidur didalam pelukkannya. Lucas segera membetulkan letak selimut Jungwoo dan merebahkan dirinya sambil memeluk Jungwoo. Sebelum menyusul Jungwoo tidur, Lucas tidak lupa melakukan hal wajib yang harus ia lakukan jika tidur bersama Jungwoo, mengabsen semua bagian wajah Jungwoo satu persatu kecuali bibir. Untuk itu Lucas harus meminta consent Jungwoo terlebih dahulu.

Setelah merasa puas, Lucas menatap wajah terlelap Jungwoo, menikmati pemandangan indah yang hanya bisa di lihat olehnya seorang. Setelahnya barulah ia menyusul Jungwoo untuk masuk ke alam mimpi.

Hari ini, menjadi hari bersejarah bagi Lucas maupun Jungwoo. Perjalanan dan penantian mereka berdua akhirnya menemukan satu titik terang. Walaupun masih tahap awal, tapi ini merupakan awal yang bagus bagi keduanya untuk bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih serius lagi nantinya.

1 Juli – Lucas & Jungwoo Officially become a couple🤍🤍🤍

Serendipitous Love

Bacanya sambil dengerin ini ya 🙏

https://sptfy.com/6gg4

Setelah makan malam yang cukup romantis tadi, kini keduanya sedang duduk di pinggir pantai beralaskan sebuah karpet tipis sambil menghadap kelautan lepas yang ada dihadapan mereka. Ditemani dengan api unggun yang berada tidak jauh dari keduanya. Meja yang tadi mereka gunakan sudah disingkirkan dan berganti dengan api unggun yang menyala untuk membantu menghangatkan mereka. Selimut besar juga membalut tubuh kedua insan berbeda ukuran itu guna menghalau dinginnya udara malam di pinggir pantai.

Ini adalah saat yang di tunggu-tunggu oleh Jungwoo. Kegiatan inti pada hari ini yaitu stargazing. Melihat hamparan bintang di pinggir pantai sambil mendengar suara ombak yang begitu menenangkan. Beruntung cuaca hari ini cukup cerah sehingga bintang-bintang dapat terlihat dengan jelas dari tempat Jungwoo duduk. Ditemani cahaya bulan sabit yang sangat cantik ditengah taburan bintang di langit.

Sebetulnya acara stargazing mereka sudah dimulai sejak tadi, mereka berdua telah banyak mengobrol hal-hal random, menikmati marshmallow bakar atau bernyanyi banyak lagu. Kini keduanya memilih untuk diam dan menikmati suasana malam ini yang terasa sangat menenangkan. Semilir angin malam pinggir pantai sesekali menerpa tubuh mereka berdua.

Suasana tengah malam itu cukup sunyi, baik Lucas ataupun Jungwoo tidak ada yang membuka suaranya. Mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing-masing sambil memperhatikan langit malam ditemani deburan ombak yang terasa cukup dekat dengan keduanya.

Jungwoo kini sedang merebahkan tubuhnya dengan paha Lucas yang ia jadikan sebagai bantalan kepalanya. Sebelah tangannya yang berada di atas dada sedang di genggam erat oleh Lucas. Lelaki manis itu menatap lurus kearah langit, melihat langsung bagaimana indahnya cahaya bintang yang malam ini terlihat lebih banyak dari malam-malam biasanya. Sesekali Jungwoo juga melihat wajah Lucas yang terlihat sangat mempesona jika di lihat dari bawah seperti yang saat ini ia lakukan.

Merasa diperhatikan, Lucas menundukkan kepalanya kebawah dan mendapati Jungwoo sedang menatapnya penuh kagum.

“Kenapa? Kok liatinnya kaya gitu?” Tanya Lucas sambil melihat Jungwoo tepat di mata indah milik lelaki kesayangannya itu.

“Gpp, aku baru sadar kalo ternyata kamu kalo diliat dari posisi kaya gini tuh lebih ganteng, ditambah bintang-bintang diatas bikin kamu jadi keliatan lebih.... Aku gak tau sebutan yang pas buat ngungkapinnya gimana, tapi dari posisi aku sekarang, kamu sama bintang itu perpaduan yang sangat sempurna.” Ujar Jungwoo jujur. Baru pertama kali berbicara hal seperti ini pada Lucas. Membuat lelaki tinggi itu sedikit tersipu dan salah tingkah.

“Bisa banget gombalnya?” Lucas menoel hidung mancung Jungwoo yang berhasil memancing tawa Jungwoo keluar.

“Huuu padahal aku serius.” Cebik Jungwoo sebal membuat Lucas terkekeh pelan.

“Iya percaya kok. Kamu juga kalo di liat dari posisi aku sekarang jadi keliatan makin cantik, pantulan api unggun sama bulan bikin kamu jadi makin cantik dari biasanya.” Kali ini giliran Lucas yang menggombal, tapi sebetulnya itu bukan gombalan.

Lucas tidak bohong ketika mengatakan pantulan api unggun dan cahaya bulan yang mengenai Jungwoo membuat lelaki manis itu terlihat semakin cantik, karna memang itu faktanya. Lucas merasa malam ini Jungwoo terlihat sangat-sangat cantik dan terlihat lebih atraktif di matanya. Jika pada hari-hari biasa saja Jungwoo sudah cantik maka malam ini cantik Jungwoo naik sampai 1000% di mata Lucas.

“Ah males, kamu bohong.” Jungwoo mencebikkan bibirnya pelan kemudian bangun dari posisi tidurnya dan duduk mengambil tempat tepat disebelah Lucas.

Lucas dengan segera kembali menyampirkan selimut ke bahu Jungwoo agar lelaki manis kesayangannya itu tidak merasa kedinginan.

Tiba-tiba saja Jungwoo menyandarkan kepalanya ke bahu lebar Lucas. Lelaki manis itu kemudian memejamkan mata, menikmati angin dingin pantai dan suara ombak yang membuat hatinya menjadi sedikit lebih tenang.

Jungwoo mengambil nafas dalam kemudian menghembuskan dengan perlahan, terus begitu hingga merasa hatinya sedikit lega. Jungwoo lupa akan semua tugas yang menantinya begitu nanti ia dan Lucas kembali ke rutinitas masing-masing. Untuk sekarang, Jungwoo hanya akan menikmati pemandangan yang ada didepan matanya ini. Bersama lelaki tinggi yang sudah sejak sangat lama mencuri hatinya.

“Mas makasih ya?” Ucap Jungwoo sambil mengangkat kepalanya. Namun tidak melihat kearah Lucas melainkan menatap lurus kearah kegelapan hamparan laut lepas di depannya.

“My pleasure, kamu gak perlu bilang makasih sama aku berkali-kali.”

“Tapi aku merasa harus, karna kamu udah ngasih sesuatu yang gak akan pernah bisa aku lupain seumur hidup aku di hari ini.” Jungwoo kemudian menoleh kearah Lucas dan menatap lelaki tinggi itu tepat di manik matanya.

“Jadi makasih ya mas, bukan cuma untuk hari ini aja, tapi untuk semua yang udah kamu kasih dari pertama kali kita deket. Perjuangan kamu deketin aku, makanan-makanan yang kamu kirimin ke aku, kamu yang suka dengerin ke randoman aku, kamu yang nemenin aku kalo aku lagi gimana-gimana, yang selalu dengerin curhat aku, ngasih aku afeksi yang gak pernah abis-abis, kamu yang selalu bisa buat aku nyaman. Makasih ya mas. Aku gak tau, tapi aku ngerasa hari ini harus berterima kasih sama kamu atas semua yang kamu kasih buat aku. Thank you.” Jungwoo memajukan wajahnya dan memberikan sebuah kecupan ringan di pipi Lucas lalu tersenyum setelahnya dan kembali menyandarkan kepalanya di bahu lebar Lucas lalu menatap hamparan bintang bersinar diatas kepalanya.

Lucas terdiam, lelaki tinggi itu tidak membalas ucapan Jungwoo. Bukan karna Lucas tidak ingin menjawab, Lucas justru sibuk memikirkan rencananya yang lain. Apakah ia harus melakukan itu sekarang? Apakah ini waktu yang tepat? Terlebih Jungwoo baru saja memulai obrolan yang hampir mirip dengan yang ingin ia ungkapkan malam ini.

Lucas mengambil nafas dalam dan mengeluarkannya dengan perlahan, berusaha menenangkan hatinya sebelum mengajak Jungwoo untuk bebicara hal yang menurutnya sangat serius.

Lantas setelah mengambil nafas panjangnya, dengan segenap keberanian yang ia miliki, Lucas memiringkan tubuhnya menghadap Jungwoo membuat selimut yang membalut bagian belakang tubuhnya terlepas.

“Adek.” Panggil Lucas pelan. Lelaki tinggi itu masih berusaha menetralkan debar jantungnya yang tiba-tiba saja menggila.

“Hmm?” Jungwoo menoleh kearah Lucas dengan senyum manis yang masih melekat pada wajah cantik Jungwoo.

“Aku mau ngomong sesuatu, kamu mau denger?” Mulai Lucas, tangan lelaki manis itu terkepal cukup kuat sehingga membuat buku-buku jarinya memutih. Tiba-tiba saja lelaki itu menjadi gugup begitu ditatap oleh Jungwoo dengan lembut.

“Kamu mau ngomong apa?” Jungwoo mengubah posisinya, mereka kini berhadap-hadapan dengan Jungwoo yang sedikit memajukan tubuhnya sehingga kedua lutut mereka bertemu. Jungwoo sebetulnya sadar jika Lucas tiba-tiba saja gugup tetapi tidak tau mengapa lelaki tinggi nan tampan itu tiba-tiba saja menjadi gugup.

“Pertama, Adek kamu gak perlu berterima kasih sama aku, semua yang aku kasih sama kamu itu beneran tulus dari hati. Harusnya justru disini aku yang terima kasih sama kamu.” Lucas sudah sedikit tenang, lelaki tinggi itu menatap tepat ke manik hitam Jungwoo, berusaha membuat agar lelaki manis itu dapat merasakan ketulusan yang ia miliki.

“Terima kasih karna kamu pada akhirnya mau membuka jalan supaya aku bisa dekat sama kamu, terima kasih karna kamu membiarkan aku untuk masuk kedalam kehidupan kamu, terima kasih karna kamu mau membuka hati kamu untuk aku. Mungkin pertemuan pertama kita memang gak bagus, aku yang jutek dan kamu yang berakhir takut sama aku. Mungkin kalo kamu gak mau membuka jalan dan membiarkan aku masuk, kita gak akan ada disini sekarang. Atau mungkin bahkan kita gak saling kenal. Jadi aku terima kasih ya? Terima kasih untuk semuanya adek.” Lucas tersenyum tulus dan mengusap pipi Jungwoo secara perlahan. Lucas melihat mata Jungwoo yang sudah berkaca-kaca, kapanpun lelaki manis itu memejamkan matanya, air matanya sudah dipastikan akan mengalir membasahi pipi mulus Jungwoo.

“Mungkin ini pertama kalinya aku bilang sama kamu, tapi kamu harus tau kalo sejak pertama kali kita ketemu di NeoV, bukan, sejak pertama kali aku liat kamu dateng ke kantor aku dulu, aku udah mulai tertarik sama kamu. Dan semakin tertarik ketika aku liat kamu diruang tunggu. Walaupun waktu itu aku keliatan dingin, tapi kalo aja kamu tau jantung aku berisik banget cuma karna ada kamu di deket aku. Selama seminar waktu itu berlangsung, mata aku gak bisa lepas dari kamu. Dimana pun kamu, aku selalu bisa nemuin kamu dan memperhatikan kamu dalam diam. Aku cemburu pas liat kamu ternyata deket sama mingyu dulu pas seminar, tapi aku sadar kita bahkan cuma tau nama aja jadi aku ngerasa gak pantes untuk cemburu.” Lucas menatap Jungwoo yang masih terdiam mendengar semua cerita panjang Lucas. Seperti enggan untuk memotong dan ingin mendengarkan sampai habis.

“Setelah itu, aku usaha cari nomor kamu, aku minta sama Mark tapi gak dia kasih. Untungnya ada bang Jae yang kebetulan pacaran sama sahabat kamu. Akhirnya aku dapet nomor kamu, aku memberanikan diri untuk ngechat, tapi seminggu chat aku cuma kamu baca tanpa kamu bales. Kamu ingetkan?” Tanya Lucas dengan kekehan pelan. Jungwoo hanya mengangguk, lelaki manis itu jelas ingat bagaimana awal mula Lucas mulai mendekatinya.

“Aku gak tau apa yang buat kamu pada akhirnya mau bales chat aku, tapi lagi-lagi aku mau ngucapin terima kasih karna waktu itu kamu mau bales chat aku. Aku juga masih inget gimana kakunya kita chat dulu masih pake saya dan kamu manggil aku pake pak. Terus jadi berubah tiba-tiba kamu manggil aku mas. Jujur waktu itu aku kaget banget dan gak nyangka kalo akhirnya kamu gak manggil aku pak lagi, dan itu jadi satu tanda kalo kamu membolehkan aku untuk bergerak lebih dekat sama kamu. Walaupun akunya masih pake saya waktu itu.” Lucas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sedangkan Jungwoo terkekeh pelan masih dengan air mata di pelupuk matanya.

“Makin kesini, aku ngerasa kalo aku makin jatuh sama pesona kamu, semua perilaku kamu, perlakuan kamu semuanya aku suka. Kamu yang ngambek, kamu yang bete, kamu yang ketawa, kamu yang pout, kamu yang lagi masak atau serius nugas, kamu yang selalu bawelin aku soal banyak hal. Semuanya terlihat menarik di mata aku. Aku ngerasa kalo kamu cuma boleh sama aku, kamu pasti inget kesalah pahaman aku dulu, itu karna aku kesel kenapa kamu dekat sama aku tapi malah pacaran sama yang lain. Salah aku bukannya nanya kamu malah aku menyimpulkan sendiri yang berujung buat kamu sakit hati. Untuk itu aku minta maaf ya?” Jungwoo dapat melihat binar tulus di mata besar Lucas.

Jungwoo hanya mengangguk. Lelaki manis itu benar-benar tidak sanggup mengeluarkan sepatah katapun.

“Sampe akhirnya aku makin gak jelas, cemburu cuma karna kamu terlalu dekat sama mingyu. Padahal kita emang gak ada hubungan apa-apa. Tapi belum apa-apa aku udah cemburu berlebihan dan ngeklaim kamu cuma boleh sama aku. Untuk yang itu aku juga minta maaf ya?” Lagi-lagi Jungwoo hanya mengangguk pelan.

“Setelah kamu minta jarak selama 2 minggu kemarin, aku banyak mikir. Gak seharusnya aku kaya gitu sama kamu, marah-marah bahkan nuduh kamu sembarangan. Tapi 2 minggu itu juga aku sadar akan sesuatu. Aku sadar kalo aku gak bisa kalo harus jauh dari kamu, aku gak bisa liat kamu sama yang lain, hari-hari aku kosong banget tanpa kamu, pola makan aku berantakan, habit buruk aku jadi balik lagi, suka ngopi, suka begadang, skip makan gak minum air putih. Hidup aku berantakan 2 minggu gak ada kamu. Aku gak bisa bayangin kalo setelah 2 minggu itu aku gak sama kamu lagi hidup aku bakal kaya apa. ” Ada jeda yang sengaja Lucas ciptakan untuk melihat wajah Jungwoo yang sudah memerah. Air mata Jungwoo sudah turun entah sejak kapan, Lucas juga tidak sadar.

Lelaki tinggi itu menghapus air mata Jungwoo dengan lembut, setelahnya Jungwoo menundukkan kepalanya dalam dan bahunya bergetar hebat.

“Dengerin aku, aku belum selesai. Kamu mau nunduk gpp, tapi dengerin aku ya?” Lucas melihat Jungwoo mengangguk kemudian melanjutkan ucapannya.

“Kamu udah jadi satu sosok yang paling penting buat aku, kamu yang pegang dunia aku sekarang. Dari 2 minggu itu gak ada sehari pun aku gak kangen sama kamu. Itu juga yang buat tekad aku semakin kuat kalo aku mau kamu. Apalagi kemarin liat kamu overthinking sampe gak bisa makan, aku juga sedih liat kamu kaya gitu, ngeliat itu sisi egois aku menang, dia mau aku selalu ada di samping kamu, jagain kamu dan selalu nemenin kamu. Gak mau biarin kamu ngelewatin apapun yang berat sendirian. Ada satu hal lagi yang buat aku yakin kalo aku mau kamu. Aku tau selama kamu minta jarak waktu itu, kamu diem-diem ngirimin aku makanan lewat Mark kan?”

Jungwoo segera mengangkat kepalanya, lelaki manis itu jelas kaget, bagaimana bisa Lucas tahu rahasianya yang satu itu. Lucas tersenyum melihat wajah bingung Jungwoo.

“Aku tau, awalnya Mark emang gak mau ngaku, tapi lama kelamaan akhirnya dia jujur kalo itu emang dari kamu. Gimana aku bisa tau? Soalnya selama Mark kerja sama aku gak pernah sekalipun dia ada niat untuk langganan makanan sehat kaya gitu, terlebih ngingetin aku minum vitamin. Itu bukan Mark banget. Dari awal aku udah curiga kalo itu pasti kamu, tapi ya aku diem-diem aja, seolah-olah aku percaya itu dari Mark padahal sebetulnya dari kamu.” Jungwoo kembali menundukkan kepalanya dalam, malu karna ketahuan peduli ketika dirinyalah yang meminta Lucas untuk menjaga jarak saa itu.

“Adek liat aku,” perintah Lucas berhasil membuat Jungwoo mengangkat kepalanya dan menatap lelaki tinggi itu dengan tatapan sendu.

“Aku tau mungkin awalnya kita emang gak pernah mencari satu sama lain, kalo bisa di bilang kita ini ya kebetulan. Kebetulan aku ngisi seminar di NeoV dan kebetulan juga kamu PJ-nya. Tapi aku gak percaya sama yang namanya kebetulan, pertemuan kita itu udah dirancang sama tuhan walaupun mungkin ketemunya secara gak sengaja, tapi aku yakin banget kalo tuhan beneran punya alasan kenapa akhirnya kita di pertemukan di keadaan kaya gitu. Mungkin kita berdua emang gak lagi nyari pendamping saat itu, tapi aku yakin ada tangan tuhan yang main diantara kita berdua.” Lucas menatap Jungwoo tepat di manik matanya, tersenyum sangat manis sambil memperhatikan wajah Jungwoo yang memerah dengan sisa air mata yang masih ada di pipi mulusnya.

Sebelum melanjutkan ucapannya, Lucas mengambil nafas panjang dan menghembuskan nafasnya pelan. Berusaha menenangkan hatinya yang tiba-tiba saja kembali berdetak dengan sangat cepat.

“Jadi Kim Jungwoo, malam ini, dibawah taburan bintang yang indah, dihadapan hamparan laut luas, di sela-sela suara debur ombak. Aku, Huang Lucas, mau kamu untuk menemani hari-hari sepi aku, menemani semua masa sedih aku, menemani dan memberi support disaat aku butuh, aku mau kamu bawelin setiap hari. Aku mau selalu ada untuk kamu, melindungi kamu dan menjaga kamu. Menemani kamu, menjadi tempat berbagi kamu, menjadi orang yang selalu mendukung kamu, aku mau jadi your number one support system. Aku gak tau kedepannya nanti akan seperti apa, pasti banyak halang dan rintang yang akan kita berdua lewati, tapi sekarang aku mau kamu jadi milik aku. Jadi milik Huang Lucas seorang.”

Jantung Jungwoo berdetak dengan kencang begitu, Lucas memegang kedua tangannya dan menatapnya dengan sangat lembut. Jungwoo jelas tahu lanjutan kalimat yang akan Lucas lontarkan hanya saja entah mengapa lelaki manis itu menjadi sedikit gugup.

“Kim Jungwoo, jadi pacar aku ya? Jadi pacar Huang Lucas yang kata kamu auranya jelek, galak, jutek dan dingin ini. Ya?”

Jantung Jungwoo seperti merosot kebawah dengan kecepatan tinggi, ia tidak pernah menyangka jika Lucas pada akhirnya meminta dirinya untuk pendamping lelaki tinggi pemilik perusahaan mobil ternama itu. Lebih tidak menyangka jika Lucas sudah mempersiapkan semua ini ternyata bukan semata hanya untuk memberi refreshing pada Jungwoo tapi juga untuk menyatakan perasaannya pada Jungwoo.

Semua penantian Jungwoo akhirnya terbayar. Lelaki manis itu benar-benar tidak menyangka jika dirinya lah yang menjadi pilihan Lucas, ada rasa bahagia, haru, sedih dan banyak sekali rasa yang Jungwoo rasakan malam ini.

Alih-alih menjawab Jungwoo justru menubrukkan dirinya pada Lucas. Menangis tersedu-sedu, Jungwoo sendiri juga tidak tahu menangisi apa, tapi semenjak tadi Lucas menceritakan bagaimana awal mula mereka bertemu membuat hati Jungwoo menghangat dan terasa penuh. Jungwoo belum pernah merasa dicintai sedemikian dalam oleh orang lain. Pasalnya rasa yang Lucas miliki, Jungwoo yakin juga sama dalamnya dengan yang ia miliki. Keduanya seperti sudah saling jatuh dan terikat pada masing-masing sehingga tidak bisa melihat kearah lain lagi.

“Kok nangis sih? Aku di tolak ya?” Tanya Lucas.

Jungwoo dengan cepat menggeleng, “Enggak? Jadi beneran ditolak?” Tanya Lucas dengan nada sedih yang dibuat-buat.

“Ih huhuhu kamu mah hiks.” Tangis Jungwoo malah semakin kencang, tawa Lucas pecah begitu mendengar suara serak Jungwoo.

“Ini aku serius, kamu mau gak jadi pacar aku?” Ulang Lucas sambil menjauhkan tubuh Jungwoo.

“Kamu masih butuh jawaban? Setelah buat aku galau dan gak menikmati norway? Setelah kamu bikin aku kangen selama 2 minggu setelah aku minta space? Menurut kamu aku mau atau enggak? Hikss.”

“Hahaha, aku jahat ya? Maaf ya?” Lucas kembali menghapus air mata Jungwoo.

“Jadi? Sekarang kita pacaran?” Tanya Lucas kembali menegaskan karna Jungwoo yang tak kunjung memberi jawaban.

Jungwoo menganggukkan kepalanya malu-malu, entah mengapa lelaki manis yang tadi sempat kesal itu kini wajahnya malah memerah malu.

Lucas segera menangkup kedua sisi wajah Jungwoo, mendekatkan wajah Jungwoo kewajahnya, melihat mata Jungwoo lalu pandangannya turun ke bibir pink Jungwoo. Jungwoo yang sadar akan arah tatap Lucas segera mengepalkan kedua tangannya kencang, jantungnya lagi-lagi sangat berisik, wajah Lucas sudah semakin dekat dengan Jungwoo sehingga lelaki manis itu bisa merasakan deru nafas Lucas menerpa wajahnya.

Hanya tinggal satu senti lagi sampai bibir keduanya bertemu namun Jungwoo dengan cepat memalingkan wajahnya ke samping. Lucas jelas kaget dan bingung. Namun begitu melihat wajah Jungwoo yang merah padam membuat Lucas paham mungkin kekasih barunya ini belum siap.

Lucas kembali membawa wajah Jungwoo untuk melihatnya lalu kemudian mengecup kedua pipi Jungwoo bergantian, beralih ke hidung, dagu, kedua mata dan terakhir memberikan sebuah ciuman yang lama di kening Jungwoo.

Setelahnya Lucas menjauhkan wajah Jungwoo dan menatap mata indah lelaki manis yang kini sudah resmi menjadi kekasihnya itu.

“I love you Kim Jungwoo.”

-Fin-

Serendipitous Love

Setelah menikmati sunset sambil memakan beberapa makanan ringan, kini Jungwoo dan Lucas sedang berada di sebuah bangunan yang berada di pinggir pantai. Bangunan berbentuk rumah itu memiliki sebuah kamar mandi, ruang tamu dan juga kamar mandi yang bisa di sewa oleh siapapun yang ingin menghabiskan waktu bermalam di tempat itu.

Lucas, yang kebetulan telah membooking seluruh tempat ini hanya untuknya dan juga Jungwoo dapat dengan bebas menggunakan bangunan itu untuk mandi dan beristirahat sebelum nanti mereka akan dinner di pinggir pantai dan melakukan kegiatan lainnya yang sudah Lucas susun bersama pemilik tempat ini yang membantunya mempersiapkan seluruh acara hari ini.

Setelah tragedi makanan instan yang tidak enak dimasak oleh Jungwoo tadi siang, Lucas meminta pihak pengelola untuk sekalian menyiapkan makanan dinner untuk mereka.

Setelah tadi mereka sibuk masak-masak dan bermain dipinggir pantai lalu melihat sunset. Kini Jungwoo sedang menunggu Lucas yang sedang mandi. Dirinya sudah lebih dahulu selesai mandi tengah bersantai di ruang tamu bangunan itu sambil memainkan hpnya. Scrolling media sosial miliknya, atau membalas chat teman-temannya yang mengatakan jika mereka iri pada Jungwoo yang bisa pergi di tengah-tengah banyaknya tugas yang mereka miliki.

Untuk hal itu, Jungwoo benar-benar berterima kasih pada Lucas. Padahal ia hanya ingin menghabiskan waktu berdua bersama Lucas dengan camping bersama di tempat yang tidak terlalu jauh. Tapi ternyata lelaki tinggi itu justru menyiapkan ini semua, bahkan yang Jungwoo dengar Lucas sampai harus menyewa satu tempat ini hanya untuk menuruti keinginan Jungwoo. Alasannya adalah agar tidak ada yang mengganggu waktu healing Jungwoo, padahal lelaki manis itu tidak masalah. Tapi ya sudah terjadi, jadi lebih baik di nikmati saja bukan.

Suara pintu kamar mandi terbuka menandakan jika Lucas sudah selesai mandi. Lelaki tinggi itu segera menghampiri Jungwoo dan mengambil tempat di samping pujaan hatinya itu. Jungwoo dengan segera mendekatkan diri pada Lucas, menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Lucas, menghirup wangi sabun yang masih sangat tercium karna Lucas baru saja selesai mandi.

“Kenapa?” Tanya Lucas sambil mengusap kepala Jungwoo penuh sayang.

Jungwoo mendongakkan kepalanya berusaha melihat wajah Lucas tapi yang terlihat hanya rahang tajam milik lelaki tinggi kesayangannya itu.

“Gpp pengen ndusel aja.” Jawab Jungwoo sambil sebelah tangannya menyentuh rahang tajam Lucas perlahan.

“Mas makasih ya,” Jungwoo berhenti mengusap rahang Lucas dan menjauhkan diri dari Lucas lalu menyandarkan dagunya ke bahu Lucas sambil menatap sisi wajah Lucas yang terlihat sangat mempesona. Bulu mata yang lumayan lentik, mata besar yang sangat indah menurut Jungwoo. Hidung mancung Lucas dan juga bibir tebal lelaki itu tak lepas dari perhatian Jungwoo.

Visual

“Makasih buat apa?” Tanya Lucas sambil meraih sebelah tangan Jungwoo yang sedang berada di pipinya. Menggenggam jemari itu dengan erat.

“Kamu nyiapin ini semua buat aku. Padahal maksud aku kita camping yang deket-deket aja. Tapi ternyata kamu bawa aku kesini.”

“Kamu gak suka?” Tanya Lucas sambil merubah posisi duduknya menjadi menghadap Jungwoo. Membuat lelaki manis itu dengan terpaksa harus mengangkat kepalanya dari bahu Lucas.

“Aku suka, suka banget malah. Makanya aku mau bilang makasih sama kamu. Aku happy hari ini.” Senyum lebar terpasang indah di wajah manis Jungwoo. Terlihat binar senang di kedua mata indah Jungwoo.

Lucas mengulurkan tangannya yang bebas lalu mengusap pipi Jungwoo pelan. Menatap lelaki manis itu dengan lekat, “Sama-sama ya. Aku seneng kalo kamu happy. Apapun yang kamu mau, aku bakal terus usahain biar bisa terpenuhi. Biar senyum kaya gini ada di wajah cantik kamu terus.” Lucas ikut tersenyum dengan Jungwoo. Membawa tangan Jungwoo yang berada di genggamannya untuk ia kecup sekilas.

Pipi Jungwoo sudah memerah hanya karna perlakuan Lucas barusan. Semenjak mengenal lelaki tinggi dihadapannya ini, Jungwoo mengakui jika dirinya jadi mudah deg-degan dan wajahnya memerah hanya karna perlakuan-perlakuan kecil Lucas padanya. Entahlah, Jungwoo juga tidak mengerti dan ia lebih memilih untuk menikmati reaksi tubuhnya ketika berada di dekat Lucas.

Obrolan keduanya terhenti ketika pintu rumah di ketuk dan menampilkan salah seorang pekerja disana yang memberi tahu jika makan malam sudah siap.

Keduanya lantas beranjak dari sofa dan berjalan keluar rumah untuk makan malam di pinggir pantai.

“Omaigat!” Pekik Jungwoo kaget begitu melihat tempat dinnernya dengan Lucas malam ini.

Entah bagaimana ceritanya bisa ada seperti ini disini. Yang Jungwoo lihat adalah sebuah meja berisi banyak makanan dengan tiang berbentuk segitiga yang menggantung banyak sekali lampu yang Jungwoo yakini sebagai tambahan cahaya penerangan, banyak dekorasi seperti bunga dalam pot kecil disekitar meja, ditambah sebuah karpet yang diatasnya terdapat 2 buah bantal kecil dan satu selimut besar yang sepertinya bisa untuk di gunakan oleh 2 orang. Ditambah beberapa lilin yang berada diantara piring-piring makanan membuat kesan romantis semakin terasa di sana.

Jungwoo melihat Lucas yang sejak tadi diam disampingnya dengan mata berbinar, “Mas kamu gak harus kaya gini padahal.”

“Kamu gak suka?”

“SUKAA! AKU SUKA BANGETT! MAKASIH YA MAS!” lagi-lagi tanpa aba-aba, Jungwoo memeluk Lucas dengan tiba-tiba membuat tubuh besar Lucas sedikit terdorong ke belakang. Lelaki tinggi itu hanya terkekeh pelan.

“Yuk makan?” Ajaknya sambil menarik tangan Jungwoo untuk duduk di atas karpet yang sudah disiapkan.

Jungwoo tidak pernah membayangkan ini sebelumnya, dinner di pinggir pantai dengan semua dekorasi yang ada ditambah suara debur ombak yang semakin membuat suasana menjadi romantis. Oh! Jangan lupakan Lucas yang kini berada disampingnya sedang tersenyum karena senyum tidak pernah menghilang dari wajah Jungwoo sejak tadi.

-Fin-

Serendipitous Love

Jungwoo tiba dirumah bertepatan dengan Taemin yang juga sepertinya baru saja pulang dari kantor. Melihat papa-nya baru saja keluar dari mobilnya, lelaki manis itu segera menghampiri Taemin dan memeluk papanya itu sekilas dan masuk ke dalam rumah bersamaan.

“Loh? Kalian bareng?” Itu Seulgi yang sedang membereskan bekas makan siangnya dari arah ruang makan.

“Ketemu papa didepan tadi.” Jawab Jungwoo sambil memeluk Seulgi dan mencium pipi wanita cantik itu sekilas.

“Kamu udah makan belum?” Jungwoo hanya menggeleng pelan.

“Mau makan dulu?” Lelaki manis itu kembali menggeleng. Jungwoo masih tidak memiliki nafsu makan, terlebih kini kedua orang tuanya sudah berada di depannya.

“Aku mau langsung ngomong aja boleh gak ma?” Tanya Jungwoo menatap Seulgi dan Taemin bergantian. Seulgi menatap Taemin meminta persetujuan, keduanya saling menatap seolah bertukar pesan melalui pikiran mereka sebelum kemudian mereka saling mengangguk.

“Boleh, kamu tunggu di sofa aja dulu. Papa mau ganti baju dulu sebentar.” Ucap Taemin. Jungwoo segera meninggalkan ruang makan untuk menunggu di sofa.

Jungwoo menunggu Taemin dan Seulgi dengan gelisah, pikiran buruk lelaki manis itu masih betah berada di dalam otaknya. Sambil menunggu, lelaki manis itu masih sempat bertukar pesan dengan Lucas lalu beralih membuka media sosialnya berusaha mendistraksi pikiran-pikiran dan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang bisa saja menjadi inti obrolannya dengan orang tuanya hari ini.

Cukup lama Jungwoo menunggu sampai kedua orang tuanya akhirnya duduk dihadapan Jungwoo. Taemin sudah mengganti setelan kantornya menjadi pakaian rumahan yang terlihat lebih santai.

“Kalian tuh mau ngomong apa sih?” Mulai Jungwoo tanpa basa basi sambil memperhatikan kedua orang tuanya secara bergantian. Memastikan jika dirinya tidak melihat tanda-tanda jika salah satu dari kedua orang tuanya itu sedang sakit.

“Kuliah gimana dek?” Mulai Taemin membuat Jungwoo menaikkan sebelah alisnya bingung.

“Ya gitu-gitu aja, tugasnya banyak.”

“Oh iya mobil kamu udah dateng tuh, nanti papa kasih ya kuncinya.” Jungwoo mengernyitkan dahinya bingung. Kenapa Taemin bertele-tele sekali membahas semua hal padanya yang Jungwoo yakin bukan inti dari pembicaraan mereka hari ini. Tidakkah Taemin tahu jika jantung Jungwoo sekarang sedang berdetak tidak karuan menanti pembahasan Taemin yang sangat misterius ini.

“Iya gampang. Pa bisa gak usah bertele-tele gak? Aku yakin kalian nyuruh aku pulang bukan cuma sekedar mau nanya masalah kuliah atau bahas mobil baru aku aja.” Tembak Jungwoo sedikit kesal merasa di permainkan.

“Udah sih pa, langsung omongin aja. Anaknya udah tegang banget itu. Kasian.” Seulgi mengusap lengan Taemin pelan sambil terkekeh melihat wajah Jungwoo yang sedikit tegang.

“Tapi tunggu,” Jungwoo dengan cepat kembali menginterupsi sebelum Taemin mulai bicara.

“Salah satu dari kalian gak ada yang sakit kan?” Tanya Jungwoo hati-hati sambil memperhatikan kedua orangtuanya, mencari bukti jika orang tuanya baik-baik saja dan tidak sakit sama sekali. Baik Taemin maupun Seulgi menautkan alisnya bingung dan saling bertatapan.

“Mama sama papa gak sakit. Kita berdua baik-baik aja. Bukan masalah kesehatan yang mau kita omongin sama kamu.” Seulgi yang mulai paham dengan kegelisahan Jungwoo akhirnya angkat suara. Dapat wanita cantik itu lihat jika Jungwoo sedikit bernafas lega dan wajahnya sedikit lebih santai dari sebelumnya.

Setidaknya kemungkinan terburuk yang beberapa hari ini ia pikirkan tidak jadi kenyataan dan Jungwoo bersyukur atas hal itu.

“Gini loh dek,” mulai Taemin sambil sedikit membetulkan letak duduknya, menegakkan tubuhnya dan menatap Jungwoo lekat.

Ketika Taemin mulai berbicara, Jungwoo kembali merasa jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Walaupun bukan kemungkinan buruk yang selama ini ia pikirkan yang akan di beritahu oleh Taemin, tapi tetap saja membuat Jungwoo sedikit takut untuk mendengarnya. Apalagi kini Taemin berubah menjadi mode serius.

“Papa punya rencana mau ngejodohin kamu-”

“HAH? PA APA-APAAN?! GAK MAU! AKU GAK MAU!” Tolak Jungwoo dengan cepat memotong ucapan Taemin. Mata lelaki manis itu membulat sempurna begitu mendengar maksud Taemin menyuruhnya pulang hari ini.

“Papa belum selesai ngomong.” Tegas Taemin membuat Jungwoo menundukkan kepalanya sambil menggumamkan kata maaf.

“Papa punya rencana mau ngejodohin kamu sama anaknya om Minho.” Ulang Taemin kali ini dengan kalimat yang lengkap.

Jungwoo jelas membulatkan matanya lebar. Bisa-bisanya Taemin memiliki rencana seperti itu? Jungwoo tahu jika Taemin dan Minho merupakan teman dekat sejak mereka SMA. Tapi apa-apaan menjodohkan Jungwoo dengan anaknya? Jungwoo bahkan tidak kenal dengan anak Minho.

“Sekarang boleh aku ngomong?” Izin Jungwoo yang di jawab anggukan oleh Taemin.

“Pa aku gak mau. Lagian aku masih terlalu muda buat nikah. Aku masih kuliah baru aja naik semester 5. Masa udah mau nikah?” Tolak Jungwoo tegas. Kedua orangtuanya tidak ada yang membuka suara sama sekali.

“Iya aku tau kalian juga dulu nikah muda, tapi aku gak mau. Mungkin kalau 2 atau 3 tahun lagi aku mau. Tapi kalo sekarang, aku gak mau pa. Lagian aku gak kenal sama anaknya om Minho. Pernah ketemu juga engga, masa tau-tau mau di jodohin? Aku gak mau” Lanjut Jungwoo lagi.

“Sayang kenalan aja dulu gimana?” Kali ini Seulgi yang sejak tadi diam berusaha untuk mengambil peran.

Jungwoo dengan cepat menggeleng, “Gak mam. Aku gak mau.” Tolak Jungwoo dengan tegas.

“Kenapa?” Tanya Taemin dingin berhasil membuat nyali Jungwoo sedikit menciut.

“Aku masih terlalu muda pa untuk nikah. Aku gak mau.”

Suasana di ruang keluarga Kim itu sedikit memanas dengan perdebatan ayah dan anak yang kini tengah berlangsung itu. Seulgi hanya diam memperhatikan dan menunggu waktu yang tepat untuk berbicara.

“Tapi kan kamu gak punya pacar, gak ada salahnya kan kenalan sama anak Minho?”

Telak. Jungwoo tidak bisa menjawab pertanyaan Taemin barusan. Ia sebetulnya ingin menjawab tapi setelah di pikir lagi, dirinya dan Lucas belum memiliki status yang jelas keduanya masih berada di tahap pendekatan. Membuat Jungwoo juga sadar, ini sudah sebulan lebih sejak keduanya kembali baikan tapi belum ada tanda-tanda Lucas yang akan menyatakan perasaannya dan menjadikannya sebagai milik lelaki tinggi itu.

Jungwoo sedikit goyah, haruskah ia menerima saran Taemin untuk berkenalan dengan anak Minho karena Lucas yang tak kunjung menyatakan perasaanya atau dirinya harus bersabar menunggu sebentar lagi sampa batas waktu yang ia sediripun tidak tahu kapan.

“Aku emang gak punya pacar, tapi aku tetep gak mau di jodohin sama anak om minho atau kenalan sama anak om minho.” Tolak Jungwoo.

“Atau kamu mau liat dulu fotonya? Cakep dek.” Itu Seulgi yang kembali berbicara.

“Aku gak mau ma, mau cakep atau apapun aku gak mau. Boleh gak aku pilih sendiri siapa yang aku mau sebagai pendamping hidup aku nanti?” Pinta Jungwoo dengan sedikit memelas, karna demi tuhan ia benar-benar tidak ingin menikah muda apalagi jika harus di jodohkan.

“Kamu udah punya calon? Ada yang lagi dekat sama kamu?” Tanya Taemin kali ini dengan nada yang serius.

Jungwoo sedikit ragu, sebelum akhirnya mengangguk patah-patah.

“Kenalin sama papa. Papa mau tau.” Ujar Taemin membuat Jungwoo jelas kaget.

“Nanti ya pa, aku gak bisa bawa orangnya sekarang. Nanti kalo udah waktunya aku bakal bawa dia kesini untuk kenalan sama mama dan papa. Tapi gak sekarang. Maaf.”

Atmosfir di ruang keluarga Kim itu masih tegang karena Taemin yang sepertinya belum puas karena Jungwoo menolak mati-matian sarannya dan Jungwoo yang menjadi sedikit kesal karena Taemin memaksa dirinya.

“Jadi papa cuma mau ngomong masalah ini?” Kedua orang tuanya mengangguk kompak. Jungwoo yang melihat itu hanya menghela nafas pelan.

“Maaf, tanpa mengurangi rasa hormat aku sama kalian berdua tapi aku gak mau di jodohin ataupun kenalan sama anak om Minho atau anak siapapun yang ada di dalam list perjodohan papa dan mama. Aku mau memilih sendiri siapa yang mau aku jadiin pendamping hidup aku nanti, calonnya udah ada. Cuma aku gak bisa bawa dia ke kalian sekarang. Nanti tunggu waktu yang tepat sampe aku bawa dia ke hadapan kalian.” Jungwoo menatap kedua orang tuanya bergantian. Wajah keduanya tidak bisa terbaca oleh Jungwoo.

“Aku pamit ke kamar ya ma pa,” lanjut Jungwoo ketika Taemin dan Seulgi tidak mengeluarkan sepatah katapun. Setelahnya lelaki manis itu pergi meninggalkan ruang keluarga.

“Kan, aku bilang juga apa. Gak akan mau anaknya. Kamu ngeyel banget.” Ucap Seulgi begitu Jungwoo sudah menghilang di ujung tangga.

“Ya siapa tau dia mau. Kalo gak mau yaudah. Aku kan cuma iseng nanya aja. Abisnya dia kemarin pas liburan tiba-tiba jadi galau, apa aku gak jadi mikir yang aneh-aneh.” Jelas Taemin pada sang istri.

“Ya namanya juga anak muda, kamu nih kaya gak pernah muda aja deh.” Seulgi menepuk bahu Taemin lalu keduanya tertawa pelan.

“Ngomongin muda, kita pacaran yuk? Udah lama juga gak pacaran. Netflix n chill mau?” Ajak Taemin sambil menaikkan kedua alisnya naik turun membuat Seulgi tertawa namun tetap mengangguk.

Kedua tuan dan nyonya kim itu segera beranjak dari sofa untuk menuju kamar mereka tanpa kembali mengecek keadaan anak tunggal mereka yang kini masih sebal dengan kedua orang tuanya itu.

-Fin-

Kasian adek 😂😂😂 jadi korban jailnya Taemin. Bapaknya cuma iseng, anaknya bete beneran 😂😂