aquarieblack

Serendipitous Love

Bel apart Jungwoo berbunyi, lelaki manis yang sedang memainkan hpnya segera melempar benda pipih itu kesembarang arah, dan segera berlari menuju pintu.

Begitu membuka pintu Jungwoo mendapati Lucas yang sudah berganti pakaian menjadi pakaian rumahan yang lebih santai. Lelaki manis. Itu mempersilahkan Lucas untuk masuk. Begitu selesai menutup pintu, tanpa aba-aba, Jungwoo segera menabrakkan badannya pada Lucas. Yang jelas saja membuat Lucas kaget dan segera menangkap dan menahan tubuh Jungwoo agar keduanya tidak jatuh.

“Hei, pelan-pelan dong. Ada yang sakit gak?” Tanya Lucas khawatir karena tadi bunyi kedua tubuh mereka saat bertabrakan cukup kencang.

Jungwoo tidak membalas, justru semakin mengeratkan pelukkannya pada Lucas.

“Pindah dulu boleh gak? Masa berdiri kaya gini? Lepas dulu sebentar ya?” Lucas berusaha membujuk Jungwoo untuk pindah karena keduanya masih berada tidak jauh dari pintu masuk.

Sebetulnya tidak masalah, hanya saja Lucas tidak ingin Jungwoo pegal karena terlalu lama berdiri seperti ini.

“Adek.” Lucas sedikit menundukkan kepalanya, mengintip Jungwoo yang masih mendusalkan kepalanya di dada Lucas. Lucas mengusap pipi Jungwoo pelan dan merasa pipi lelaki manis itu sedikit hangat.

Lucas sebetulnya bisa saja menggendong Jungwoo untuk pindah ke sofa namun lelaki tinggi itu kembali teringat pembicaraan mereka tempo hari jika keduanya tidak boleh melewati batas-batas normal orang yang sedang melakukan pendekatan dan menurut Lucas, menggendong Jungwoo termasuk sesuatu yang cukup krusial jadi Lucas benar-benar menahan diri untuk tidak menggendong Jungwoo saat ini juga.

Dengan sangat terpaksa, Lucas membawa memindahkan Jungwoo secara perlahan dengan menggeser tubuhnya, untung saja Jungwoo mengikuti Lucas untuk bergerak.

Lucas segera mendudukkan diri dengan Jungwoo yang tetap berada di pelukannya tidak melepaskan pelukannya sama sekali.

“Gak mau ngobrol?” Mulai Lucas setelah keterdiaman yang cukup lama. Lucas merasa jika kepala Jungwoo bergerak pelan.

“Terus adek maunya apa?” Hening. Tidak ada jawaban dari Jungwoo. Lelaki manis itu masih betah menyembunyikan wajahnya di dada bidang Lucas tanpa berniat menjawab ataupun memisahkan tubuhnya.

“Ngobrol yuk? Kasih tau aku apa yang kamu rasain, apa yang kamu pikirin. Jangan diem kaya gini. Kamu boleh sharing sama aku. Yuk?” Lucas dengan sabar dan lembut kembali mengajak Jungwoo berbicara, berusaha membuat lelaki manis itu mengeluarkan apa yang ia rasa dan ia pikirkan.

Berhasil. Jungwoo mengangkat tubuhnya, menjauhkan tubuhnya dari Lucas dan menatap lelaki tinggi itu dengan tatapan yang sedikit sulit di artikan. Lucas sebetulnya paham, jika lebih baik membiarkan Jungwoo melakukan apa yang ia mau dan tidak memaksa, tetapi Lucas punya cara tersendiri untuk membuat Jungwoo pada akhirnya mau berbagi dengannya.

“Can i get a kiss?” Tanya Jungwoo pelan tapi Lucas jelas bisa mendengarnya. Lelaki itu jelas mengangguk dan segera mendekatkan diri kearah Jungwoo, menangkup kedua sisi pipi Jungwoo dengan lembut kemudian mengecup kedua pipi Jungwoo bergantian lalu berpindah ke kening Jungwoo. Lucas mengecup kening Jungwoo cukup lama setelahnya menatap mata indah Jungwoo lekat.

“Cerita sama aku, kamu mikir apa?” Ulang Lucas dengan lembut sambil mengusap pipi Jungwoo dengan ibu jarinya. Perlakuan Lucas barusan berhasil memancing Jungwoo untuk bercerita karena selanjutnya keresahan lelaki manis itu keluar dengan mudah dari bibir pinknya.

“Aku takut mas, mama sama papa tiba-tiba banget gak ada apa apa terus minta aku pulang dan bilang soal masa depan. Aku takut.” Jungwoo menundukkan kepalanya, suara lelaki manis itu sedikit bergetar.

“Takut apa?”

“Gimana kalo misalnya mama atau papa ada yang sakit parah? Aku gak siap denger hal kaya gitu. Satu-satunya yang kepikiran sama aku soal masa depan ya itu, masa depan keluarga kalau salah satu dari mereka harus pergi. Aku gak sanggup.” Pecah sudah tangis Jungwoo.

Lucas dengan segera menarik Jungwoo kembali masuk kedalam pelukannya. Berusaha menenangkan lelaki manis itu dengan usapan lembut di kepala dan juga punggungnya. Lucas membiarkan Jungwoo untuk menangis terlebih dahulu, tidak berniat bertanya lebih jauh.

“Adek lihat aku. Percaya sama aku, mama papa kamu gak akan ngomong soal itu sama kamu. Aku yakin mereka cuma mau nanya tentang kuliah kamu dan rencana kamu kedepannya, mengingat sebentar lagi kamu selesai. Mereka mau mempersiapkan masa depan yang bagus buat kamu.” Lucas mengusap sisa air mata di pipi Jungwoo. Lelaki manis itu masih sedikit terisak.

“Tapi kemungkinan itu ada kan mas, kemungkinan mama atau papaku gak baik-baik aja.” Satu air mata kembali lolos dari mata indah Jungwoo. Lucas dengan segera menghapusnya menggunakan ibu jarinya dengan lembut.

“Ssssstttt. Iya kemungkinan itu memang ada. Tapi kemungkinannya hanya 1 banding 1000. Apalagi mengingat kamu yang selalu bawel sama pola makan dan pola hidup aku yang gak sehat. Aku yakin itu semua turun dari mama papa kamu yang juga suka hidup sehat. Iya kan?”

Lucas benar, mama papanya termasuk orang yang selalu menjaga pola hidupnya dengan baik makanya Jungwoo juga mengikuti jejak mereka dengan selalu mengomeli Lucas jika lelaki itu melakukan hal-hal yang aneh.

“Tenang ya? Aku yakin mereka gak akan bahas itu. Mereka pasti cuma mau nanya rencana kamu kedepannya setelah nanti kamu lulus kuliah dan mempersiapkannya dari sekarang. Everythings will be ok. Trust me.” Ucap Lucas dengan tenang, berhasil membuat Jungwoo sedikit merasa lebih tenang, terlihat dari tubuhnya yang mulai sedikit rilex.

“Kalaupun kemungkinan terburuk itu yang mereka sampein ke kamu, kamu harus ingat. Ada aku disini yang siap untuk temani kamu. Kamu gak boleh nangis atau overthinking sendirian. Mulai sekarang kamu harus berbagi sama aku, jangan dipendam sendiri semuanya. Ya?” Lucas kembali mengusap pipi Jungwoo dengan lembut.

Jungwoo mengangguk pelan lalu memegang tangan Lucas yang berada di pipinya. “Makasih ya mas? Aku jadi gak ngerasa sendiri lagi sekarang.” Ucap Jungwoo tulus. Entah mengapa ia merasa hatinya penuh? Entahlah Jungwoo bingung bagaimana harus mendeskripsikan apa yang ia rasa saat ini. Dan lagi rasanya sangat berbeda ketika ia bercerita dengan Kai dan Lucas. Jika dengan Kai ia jadi merasa terhibur karna Kai akan memberi lelucon atau tanggapan lucu tentang ceritanya. Berbeda dengan ketika ia bercerita dengan Lucas. Lelaki manis itu merasa sangat di hargai, di dengarkan dan di sayang sehingga hatinya terasa penuh, belum lagi perlakuan Lucas yang sangat lembut membuat Jungwoo merasa semakin jatuh pada pesona Lucas.

Satu kata yang dapat merangkum itu semua.

Jungwoo sudah benar-benar jatuh cinta pada sosok Lucas. Semua yang ada di diri lelaki tinggi itu Jungwoo suka.

Serendipitous Love

Begitu mendapat pesan dari Jungwoo, Lucas segera beranjak keluar dari unit apartnya untuk menuju lantai 19 dimana unit Jungwoo berada.

Lelaki tinggi itu sudah sejak tadi menunggu hingga waktunya untuk bertemu dengan sang pujaan hati tiba.

Sepanjang jalan lelaki tinggi itu memikirkan banyak sekali kemungkinan yang akan terjadi pada keduanya. Namun yang Lucas pikirkan hanya yang baik-baik saja. Jantung lelaki tinggi itu juga tidak berhenti berdetak dengan cepat sejak ia mendapat pesan dari Jungwoo.

Lucas telah tiba didepan unit apart Jungwoo. Daripada langsung masuk, lelaki itu memilih untuk menekan bel dan menunggu sang pemilik apart membukakan pintu untuknya.

Jantung Lucas tiba-tiba saja berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Entah mengapa tiba-tiba ia merasa gugup.

Tak lama kemudian pintu terbuka dan menampilkan sosok yang sudah hampir 2 minggu terakhir tidak pernah ia lihat. Jungwoo terlihat sangat segar dengan pakaian rumahan yang selalu ia kenakan. Sebuah celana training panjang berwarna abu-abu dengan kaos lengan pendek berwarna hitam.

Lucas jelas terpana dengan penampilan Jungwoo saat ini. Lelaki tinggi itu kini benar-benar sedang menahan dirinya untuk tidak menghambur dan memeluk Jungwoo secara tiba-tiba. Lucas sedang mencoba mengontrol dirinya untuk bergerak lebih hati-hati dan harus mendapatkan izin dari Jungwoo terlebih dahulu. Ulangnya dalam hati.

“Mas?” Suara Jungwoo berhasil membuyarkan lamunan Lucas. Lelaki tinggi itu tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Kok bengong? Gak mau masuk?” Tanya Jungwoo lagi. Sedikit aneh karena melihat Lucas hanya diam di depan pintu tanpa berniat untuk masuk.

Jungwoo segera menggeser tubuhnya kesamping begitu melihat pergerakan Lucas. Lelaki tinggi itu masuk terlebih dahulu kedalam apart Jungwoo disusul dengan Jungwoo dibelakangnya setelah menutup pintu.

“Mau minum apa mas?” Tanya Jungwoo yang kini sudah berada di balik kitchen bar.

“Apa aja.”

Jungwoo segera mebuka kulkas dan mengambil 2 minuman kaleng dingin dari dalam kulkas dan membawa beberapa cemilan dipelukannya menuju Lucas yang sudah duduk di sofa.

Lelaki tinggi itu sedang memperhatikan ruang tamu apart Jungwoo seolah Lucas baru pertama kali menginjakkan kaki di unit Jungwoo. 'Tidak ada yang berubah' batin Lucas.

“Di minum mas.” Ujar Jungwoo setelah meletakkan semua bawaannya di meja dan mendudukkan diri di samping Lucas.

Setelahnya tidak ada yang membuka pembicaraan. Atmosfir ruang tamu apart Jungwoo tiba-tiba saja terasa dingin. Kecanggungan besar melingkupi kedua manusia berbeda tinggi itu.

Jungwoo sibuk menunduk menatap kaleng soda di tangannya sedangkan Lucas sibuk mencuri pandang pada Jungwoo yang juga sedang bingung untuk membuka percakapan.

“Ehem.” Lucas berdeham sekali untuk sedikit mencairkan suasana. Jungwoo sudah meletakkan kaleng sodanya dan mengubah posisinya menjadi bersandar pada lengan sofa dengan sebuah bantal sofa berada diatas pangkuannya.

“Mas? Cuma mau diem?” Tanya Jungwoo setelah memberanikan diri untuk memulai pembicaraan karena keduanya sudah saling terdiam dalam waktu yang cukup lama.

Lucas kembali berdeham untuk menormalkan suaranya yang mungkin saja serak karena terlalu lama diam.

“Saya mau minta maaf sama kamu.” Mulai Lucas.

Berhasil membuat Jungwoo kaget. Lucas kembali menggunakan 'saya' saat berbicara. Sejujurnya membuat Jungwoo merasa sedikit jauh(?) dari Lucas. Tiba-tiba saja pemikiran buruk menghampiri Jungwoo. Bagaimana jika hari ini semuanya berakhir dengan buruk. Pada akhirnya mereka tidak akan bisa bersama? Jungwoo tidak berharap Lucas menyatakan perasaannya sekarang hanya saja ia ingin sebuah kejelasan akan hubungan mereka berdua. Tapi mendengar Lucas yang kembali memanggil dirinya dengan 'saya' membuat Jungwoo menjadi sedikit takut dengan akhir dari pembicaraan mereka hari ini.

“Kamu gak perlu minta maaf mas. Disini kita sama-sama salah.”

“Maaf kalo saya selama ini terkesan egois dan cemburuan padahal saya tidak punya hak untuk itu. Tapi kalau boleh jujur, saya tidak suka melihat kamu dekat dengan yang lain. Apalagi Mingyu karna lelaki itu memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi rival saya dalam mendapatkan hati kamu.”

Jungwoo diam, mendengarkan semua penjelasan Lucas dengan seksama tanpa mau memotong sama sekali.

“Saya juga sadar kalau selama ini saya tidak pernah memberi kejelasan sama kamu, tetapi kita sudah terlalu melewati batas wajar. My bad. Karna saya kira kamu paham maksud saya selama ini mendekati kamu. Tapi ternyata kamu justru tidak paham dengan maksud saya. Jadi saya minta maaf kalau selama ini bertindak terlalu jauh sama kamu.”

Lucas menundukkan kepalanya, benar-benar merasa bersalah. Jungwoo bisa melihat dari kedua binar mata Lucas ketika tadi lelaki itu menjelaskan semuanya. Tidak ada kebohongan, hanya ketulusan yang dapat Jungwoo lihat.

“Kamu mau denger dari sisi aku?” Tanya Jungwoo. Lucas hanya mengangguk pelan. Lelaki manis itu kemudian mengambil nafas dan menghembuskannya dengan perlahan.

“Awalnya aku emang gak tau kalo kamu lagi berusaha untuk deketin aku apalagi chat kamu awal-awal aku gak bales. Sejujurnya dulu aku takut sama kamu. Apalagi pertemuan pertama kita bisa dibilang gak bagus. Kamu yang terlalu dingin. Aku gak suka. Makanya pas kamu chat aku beneran kaget dan gak menanggapi, sampe kemudian aku cerita sama mama dan beberapa temenku, mereka ngasih satu kesimpulan yang sama yaitu kamu suka sama aku. Setelah itu aku sempet denial kalo kamu gak mungkin suka sama aku. Buat apa juga ya kan kamu suka sama aku? Aku mikir gak mungkin. Sampe kemudian-.” Jungwoo menjeda ucapannya melihat reaksi Lucas yang masih diam mendengarkan dengan seksama.

“Kita ketemu lagi pas mobil aku mogok. Dari situ aku jadi mikir kalo ucapan mama sama temen-temenku bener. Kamu suka sama aku. Lagi-lagi aku denial. Tapi, lama kelamaan aku jadi sadar kalo kehadiran kamu tuh penting. Pas kamu gak ngabarin aku nyariin tapi masih gengsi untuk chat duluan dan seneng banget pas kamu chat tapi aku berusaha untuk chill balesnya. Makin kesini ya kamu tau lah ya lajutannya.”

“Tapi aku bingung pas kamu gak bales chat aku sama sekali, dan kaget pas tau ternyata kamu salah paham sama mingyu. Aku akuin itu emang salah aku memancing kamu untuk salah paham. Tapi yang kemarin, aku gak habis pikir kamu lagi-lagi diemin aku cuma karna aku terlalu deket sama mingyu padahal aku deket sama mingyu tuh gak salah karna kita gak ada hubungan apa-apa. Kita cuma sekedar temen yang kebetulan sering bertukar afeksi aja.” Jungwoo lagi-lagi diam. Lelaki manis itu mengambil jeda cukup lama. Memikirkan satu pertanyaan yang sejak kemarin belum dijawab oleh Lucas. Jungwoo sedang menimbang-nimbang haruskah ia menanyakan pertanyaan ini pada Lucas atau tidak.

“Makanya sekarang aku mau nanya lagi sama kamu, sebenarnya kita ini apa?” Tanya Jungwoo pada akhirnya.

Jungwoo melihat Lucas menghela nafasnya berat. Lelaki tinggi itu sudah yakin jika pertanyaan ini akan kembali Jungwoo layangkan padanya. Lucas terlihat sedang berpikir, ia takut salah bicara dan akan kembali membuat Jungwoo menjauh.

“Kita ini 2 orang yang sedang berada di masa pendekatan untuk nantinya melangkah ke step selanjutnya yang lebih tinggi. Memangnya kamu selama ini gak paham sama semua perhatian dan afeksi yang saya kasih?” Kali ini gantian Lucas yang menatap Jungwoo, tiba-tiba saja suasana apart Jungwoo berubah menjadi sedikit memanas.

“Aku tau, aku sadar dan aku paham kalo kamu itu lagi ngedeketin aku. Cuma aku gak tau niat kamu tuh apa. Dari awal kamu gak pernah bilang secara gamblang niat kamu, aku jadi cuma ngeraba-raba aja dari semua perlakuan kamu ke aku. Ditambah kamu yan suka tiba-tiba ngilang setelah salah paham buat aku semakin mikir, beneran gak sih kamu lagi ngedeketin aku? Kita udah sejauh ini tapi kamu gak pernah jelasin sama sekali. Aku gak berharap kamu nyatain perasaan kamu, aku cuma mau tau maksud kamu dari awal itu apa tapi gak pernah kamu singgung sama sekali. Jadinya aku bingung sendiri sama semuanya. Makanya kemarin aku minta space, minta kita berjarak biar semuanya jelas. Kamu maunya apa, aku maunya apa. Ayo kita jelasin semuanya sekarang,” Tegas Jungwoo. Setelah berbicara lelaki manis itu jadi sedikit emosional namun tetap berusaha untuk mengontrol emosinya.

“Pertama saya minta maaf kalau saya terkesan gak jelas sama kamu. Tapi kamu harus tau, sejak pertama saya lihat kamu di NeoV.” Lucas menggeleng pelan kemudian membetulkan ucapannya, “Dari pertama kali saya lihat kamu di kantor saya, itu saya sudah tertarik sama kamu. Semakin tertarik lagi setelah kamu briefing saya di backstage dan bertambah terus sampai sekarang. Mungkin dulu saya belum bilang, tapi sekarang saya yakin kalau saya mau kamu nantinya bisa jadi pendamping saya. Mungkin ini sangat terlambat, tapi izinkan saya untuk dekat dengan kamu ya? Kita gak tau kedepannya akan seperti apa, tapi yang jelas niat saya mendekati kamu itu untuk menjadikan kamu nantinya sebagai pendamping saya.” Jelas Lucas tegas tanpa ragu.

Jungwoo yang tadinya menatap Lucas kini sudah menundukkan kepalanya, jantung Jungwoo berdetak dengan cepat mendengar pengakuan Lucas barusan. Harusnya ia sudah bisa menebak tetapi begitu mendengar langsung dari Lucas entah mengapa membuatnya sedikit gugup dan senang disaat yang bersamaan.

Lucas meraih tangan Jungwoo lalu merematnya pelan, “Boleh lihat saya?” Pinta Lucas dengan suaranya yang tiba-tiba saja menjadi lebih dalam dari sebelumnya.

Jungwoo mengangkat kepalanya, menatap Lucas takut-takut sambil menunggu lelaki tinggi itu berbicara.

“Mungkin ini terlalu terlambat setelah semua yang terjadi tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Saya minta izin sama kamu, saya mau mendekatkan diri sama kamu, kalau memang nanti bisa dan tuhan menyetujui, saya ingin kamu yang menjadi pendamping hidup saya. Tapi bagaimana nanti itu urusan nanti yang penting sekarang saya minta izin untuk dekat dengan kamu. Boleh?”

Jungwoo benar-benar takjub begitu mendengar ucapan Lucas. Jantungnya benar-benar berdetak lebih cepat dari biasanya. Jungwoo dapat merasakan kupu-kupu berterbangan diperutnya. Membuat Jungwoo menyadari satu hal, dirinya sudah benar-benar jatuh sejatuh-jatuhnya pada pesona seorang Huang Lucas.

“Boleh?” Ulang Lucas sambil memiringkan kepalanya menatap Jungwoo dengan tatapan yang sulit diartikan oleh lelaki manis yang sedang ditatap itu. Untuk keduanya sedang duduk, jika berdiri sudah dipastikan Jungwoo tidak akan sanggup menopang berat tubuhnya setelah di tatap penuh cinta oleh Lucas seperti sekarang.

Akhirnya Jungwoo hanya mengangguk pelan sebagai jawaban. Lelaki manis itu bahkan tidak sanggup untuk sekedar berkata-kata. Semua kalimat yang sudah ia rangkai dan akan ia tanyakan mendadak hilang, kepalanya mendadak kosong dan tidak bisa memikirkan apapun.

“Jadi sekarang udah clear kan?” Tanya Lucas lagi memastikan. Jungwoo lagi-lagi hanya mengangguk, masih belum bisa mengontrol dirinya dari semua yang Lucas berikan.

“Can i hug you?” Tanya Lucas. Lelaki tinggi itu sedikit terkekeh melihat wajah dan tubuh Jungwoo yang menengang, lelaki manis itu sepertinya belum sepenuhnya sadar dari keterkagetannya dan lagi-lagi kembali mengangguk pelan sebagai jawaban.

Lucas segera meraih bahu Jungwoo dan membawa tubuh Jungwoo untuk masuk kedalam pelukannya. Mengusap sayang kepala Jungwoo sambil mengecupi pucuk kepala Jungwoo beberapa kali sebelum akhirnya meletakkan dagunya di pucuk kepala Jungwoo. Menikmati momen yang sangat ia tunggu kurang lebih 2 minggu ini. Cukup lama sampa akhirnya Jungwoo sepertinya sudah sadar dan melingkarkan tangannya di pinggang Lucas, membalas pelukan lelaki tinggi itu erat membuat tubuh keduanya semakin menempel.

Jungwoo menghela nafas lega, semua kemungkinan buruk yang ada di kepalanya tidak terjadi, justru ia mendapat sedikit kepastian. Walaupun Lucas tidak menyatakan perasaannya dan meminta Jungwoo untuk menjadi kekasih lelaki tinggi itu, tapi setidaknya kini semua sudah jelas, tujuan mereka sama. Sama-sama ingin menjadi pendamping masing-masing di masa mendatang.

Masalah terjadi atau tidaknya nanti, itu semua mereka serahkan pada tuhan. Yang bisa mereka lakukan adalah berusaha dan menjalani semuanya dengan pelan tanpa tergesa-gesa.

-Fin-

Keduanya sudah sampai di apartment mewah milik Raja. Eran sedang menunggu Raja membersihkan diri. Sebetulnya Raja tadi memintanya untuk mandi berdua dengan dalih agar lebih menghemat waktu, namun Eran terlalu paham Raja. Keduanya tidak mungkin hanya mandi saja kalau mereka mandi bersama, pasti ada kegiatan lain yang mereka lakukan dan Eran sedang tidak ingin bercinta di dalam kamar mandi.

Lelaki manis itu sedang berdiri di depan jendela kamar apart Raja, melihat pemandangan jalanan dari atas dan juga city light yang terlihat sangat indah dari sana sambil menunggu Raja selesai mandi.

Eran dapat mendengar suara pintu yang terbuka, tanpa dirinya melihat pun lelaki manis itu tahu jika Raja baru saja keluar dari kamar mandi. Namun Eran masih mau menikmati pemandangan malam dari jendela kamar Raja.

Eran dapat merasakan sebuah tangan besar melingkar di pinggang rampingnya ditambah wangi segar sabun yang menguar di sekitarnya.

Eran mengelus tangan Raja yang melingkar di pinggangnya sambil tetap memperhatikan jalanan.

Raja merasa diabaikan kemudian mulai menjalankan aksinya, Raja mengecupi bahu Eran yang masih tertutup oleh kaos beberapa kali sebelum kemudian berpindah ke leher mulus tunangannya itu.

Mengendus leher Eran dengan pelan, sesekali menjilat dan terakhir memberikan tanda kepemilikan di leher mulus itu membuat sang pemilik leher mendesah pelan.

“sshhhhh..”

Mendengar desahan Eran membuat Raja semakin bersemangat memberi banyak tanda kepemilikan di leher Eran.

Begitu puas memberi tanda, Raja segera membalik badan Eran agar lelaki manis itu menghadap kearahnya.

Raja segera menyatukan bibir mereka, melumat bibir atas dan bawah Eran bergantian. Raja juga menggigit bibir bawah Eran pelan, meminta akses untuk masuk lebih dalam.

Begitu Eran membuka sedikit bibirnya, Raja segera melesakkan lidahnya menyapa lidah Eran dan menjelajahi rongga mulut Eran mengabsen satu persatu tanpa ada yang tertinggal.

“Ahh..”

Tangan Raja tidak tinggal diam, lelaki tinggi itu memasukkan tangannya kedalam kaos Eran, menelusuri tubuh ramping dan mulus Eran dari bawah menuju atas.

Tubuh Eran menegang ketika merasakan tangan Raja menyentuh nipplenya. Raja dengan lembut bergerak memilin nipple Eran perlahan berhasil membuat Eran semakin menegang.

“Ahhh.. Raja nooo.. ahhh” desah Eran tertahan menikmati perlakuan Raja pada nipplenya.

“Hmmm?” Gumam Raja pelan sambil melepaskan tautan mereka dan menatap Eran dengan senyum miring andalannya yang berhasil membuat Eran tersipu malu.

“Jangan kaya gitu liatinnya,” rengek Eran sambil meletakkan kepalanya di dada bidang Raja.

“Hahaha, kenapa sih sayang? Prince kenapa? Malu?” Raja justru menggoda Eran membuat lelaki manis itu semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Raja.

“Jangan kaya gitu King. Gak jadi ya kalo kamu godain aku kaya gitu.” Ancam Eran kembali membuat Raja tertawa pelan.

“Beneran gak jadi? Padahal yang disini kayaknya udah minta disentuh.” Raja menyentuh selangkangan Eran yang sudah mengeras dengan sempurna.

“Rajaaaaa,” rengek Eran lagi tanpa mau bersusah payah mengangkat kepalanya untuk melihat lawan bicaranya.

Tanpa menunggu lama, Raja segera mengangkat tubuh ramping Eran ke gendongannya dan segera membawa Eran kearah kasur. Raja meletakkan tubuh Eran dengan sangat lembut keatas kasur, takut jika ia kasar sedikit saja akan membuat kekasih hatinya itu tersakiti.

Raja sedikit menindih tubuh Eran yang terlentang di bawahnya dengan satu tangan sebagai tumpuan agar tidak membuat belahan jiwanya itu sesak. Raja menikmati wajah indah Eran dari dekat. Raja mengabsen seluruh fitur wajah Eran dengan jari telunjuknya bergerak pelan dari dahi hingga ke bibir sexy Eran.

Mengusap lembut bibir bawah Eran yang sudah sedikit membengkak akibat ulahnya tadi, sedikit membuka bibir Eran dan memasukkan jari telunjuknya ke dalam mulut Eran. Dengan reflek Eran segera menghisap secara perlahan jari telunjuk panjang Raja dengan gerakan sensual yang berhasil membuat Raja menggeram tertahan.

Raja sudah ingin membuka baju Eran ketika lelaki manis itu menahan pergerakkannya, Raja menaikkan sebelah alisnya seolah meminta penjelasan.

“Jangan. Malem ini biar aku aja yang kerja. Kamu tinggal diem dan nikmatin aja, oke?” Ujar Eran sambil mengusap rahang tegas Raja dengan lembut.

Karena Raja yang tak kunjung menjawab, Eran bergerak mengambil alih. Lelaki manis itu segera mengubah posisi mereka. Eran dengan cepat sudah berada di atas tubuh Raja. Tanpa basa-basi, Eran segera meloloskan kaos Raja dan membuangnya kesembarang arah.

Eran merundukkan tubuhnya lalu mulai menciumi seluruh bagian wajah Raja dengan cukup telaten, berakhir di bibir tebal milik Raja yang sudah sejak dulu menjadi candunya. Eran menyesap bibir tebal itu secara bergantian, tidak lupa menelusupkan lidahnya kedalam mulut Raja untuk menyapa lidah Raja.

Setelah puas dengan bibir, Eran kini berpindah turun menuju leher Raja yang mulai sedikit berkeringat. Eran menjilati beberapa bagian leher Raja acak dan sesekali menyedot leher Raja dengan kuat sehingga meninggalkan bercak kemerahan di leher lelaki kesayangannya itu.

Eran beralih ke telinga Raja, membisikkan sesuatu yang membuat tubuh Raja menegang. Lalu dengan tidak sopan Eran mejilat telinga Raja lalu menggigit daun telinga Raja pelan.

“Ssshhhh” satu desahan berhasil lolos dari mulut Raja.

Eran meneruskan ciumannya, kini beralih turun secara perlahan, menuju dada bidang Raja. Melihat nipple Raja yang sudah menegang membuat Eran semakin bersemangat dan segera menjilati nipple Raja secara bergantian.

“Ssshh...Fuck!”

“Ahhhh..” desah Raja tertahan. Eran benar-benar sangat tahu dimana saja letak titik sensitifnya.

“Prince bisa gak kita langsung ke intinya aja?” Tanya Raja frustasi. Eran dapat melihat sorot mata Raja menggelap penuh nafsu.

“No no. Be patient ok? Sabar sebentar.” Eran kemudian turun dari atas tubuh Raja dan segera duduk diantara kedua kaki Raja yang sudah ia rentangkan lebar.

Membuka celana Raja tanpa menyisakan apapun yang menutupi kejantanan besar milik Raja. Setelah berhasil melepas celana Raja dan membuangnya kesembarang arah, Eran segera merundukkan kepalanya untuk mengecupi kepala penis Raja yang sudah menegang.

“Shhhhh...” Desahan tertahan Raja kembali terdengar ketika dengan tidak sopan Eran menjilat ujung penisnya.

“Fuckk... Princee ...ahhh..” Raja terus mendesah begitu merasakan penisnya masuk kedalam rongga mulut Eran, menciptakan sensasi hangat yang tak pernah terduga.

Tangan Eran juga tidak tinggal diam, sambil mulutnya bekerja memanjakan batang penis Raja, tangannya juga memainkan twin ball milik Raja. Lagi-lagi membuat tubuh Raja menegang hebat.

“Prince...oouuuhhh shiitttthhhh..!” Racau Raja tidak jelas ketika Eran menaikkan tempo permainannya.

Setelah puas memompa penis Raja dengan mulutnya, Eran juga menjilati batang penis Raja dengan sangat telaten, bahkan tak jarang Eran memainkan lidahnya tepat diatas lubang pipis Raja.

Merasa tidak kuat dengan permainan Eran yang terlalu lama, Raja akhirnya menarik tangan Eran lembut dan segera menidurkan tubuh Eran di bawahnya.

Kini gantian Raja yang akan bekerja untuk Eran dan memulai permainan inti mereka. Raja mulai mengecupi wajah Eran sambil tangannya bergerak turun menyentuk adik kecil Eran yang sudah sangat menengang minta untuk di bebaskan.

Raja membuka baju dan celana milik Eran dan membuangnya kesembarang arah. Kini keduanya sudah tidak mengenakan sehelai pakaian sama sekali.

Raja melihat kearah nipple Eran yang sudah menengang, dengan segera merunduk dan menghisap lalu menjilat kedua nipple Eran secara bergantian.

Dibawah Raja, tubuh Eran bergerak hebat, masih berusaha menahan agar desahannya tidak keluar.

Saat bibirnya sibuk menyusu, tangan Raja sibuk memijat adik kecil Eran dengan lembut.

“Ahhh... Noo.. aahhhh shhhhh.”

“Kok makin tegang? Udah gak sabar ya?” Goda Raja begitu merasakan penis Eran yang semakin mengeras di genggamannya.

Dengan mata sayu, Eran mengangguk pelan membuat Raja menyeringai senang.

Raja kemudian beralih ke bagian bawah Eran, melebarkan kedua kaki kekasih hatinya itu hingga dirinya dapat melihat lubang kenikmatan milik Eran yang berwarna pink, sangat menggoda untuk disentuh.

“Ahhhh.. pelan-pelan,” ringis Eran begitu satu jari panjang Raja mencoba masuk kedalam lubang analnya.

“Ahhhhhh” desah Eran ketika satu jari Raja berhasil masuk dan bergerak secara tidak beraturan.

“Babe.. nooo... Please masukinnhhhhh.” Racau Eran semakin menggila begitu Raja mempercepat tempo gerakannya.

“Apa? Minta yang bener.” Titah Raja.

Eran dengan mata sayunya menatap Raja lekat , “King, aku mau di masukin pake penis kamu, aku gak mau cuma jari kamu, please,” pinta Eran dengan memasang puppy eyes andalannya.

“Shit!” Rutuk Raja. Runtuh sudah pertahanannya, Raja paling tidak bisa melihat Eran menggunakan puppy eyesnya, apalagi ketika lelaki manis itu sedang h word. Eran terlihat makin seksi di mata Raja.

“Mau kemana?” Tahan Eran begitu melihat Raja yang sepertinya ingin turun dari kasur.

“Ambil kondom sebentar.” Eran segera menggeleng pelan.

“Gak mau pake?” Eran kembali menggeleng.

“Aku gak mau pake kondom, kamu mau keluarin di dalem atau di muka ku nanti bebas. Tapi aku gak mau pake kondom King.” Kalau sudah begini apa Raja bisa menolak? Tentu tidak. Raja kembali ke posisinya lalu merentangkan kedua kaki Eran dan mulai mengarahkan kepala penisnya tepat di depan anal Eran.

Dengan perlahan Raja mendorong masuk penis besar itu kedalam anal sempit milik Eran.

“Ahhh..! Babe sakit,” rengek Eran pelan dengan air mata yang sudah mengumpul di pelupuk matanya.

“Maaf ya? Tahan sebentar ok?” Raja kembali bergerak dengan perlahan dan lembut agar tidak menyakiti Eran.

“Shiit! Kamu sempit banget babe,” racau Raja ketika berusaha memasukkan penisnya kedalam anal Eran.

“Ahhhhh!” Pekik Eran kaget begitu merasakan analnya sudah dipenuhi oleh penis besar Raja.

“You can move now.” Titah Eran membuat Raja segera menggerakkan penisnya, memompa anal Eran yang terasa sangat sempit.

“Shit! Prince ahhhhh...”

“Babe, ahhhh faster..mhhhh.”

Eran meracau tidak karuan ketika penis Raja beberapa kali mengenai sweet spotnya.

“Ahhh iyaahhh disituhh babe ahh. Shit! Babe fasterrr...”

Mendengar racauan sexy Eran membuat Raja semakin semangat memompa anal Eran. Lelaki tinggi itu juga menggeram tertahan karena demi tuhan Raja tidak bohong jika anal Eran sangat nikmat memijit penis besar Raja didalam sana.

“Nooo nooo jangan disitu nooohhhhh..”

“Babe akuhhh mau keluarrr! Aaahhhhhh.” Eran akhirnya mendapatkan pelepasan pertamanya tapi tidak dengan Raja.

Lelaki tampan itu masih sibuk memompa anal Eran demi mendapatkan pelepasannya.

Sambil memompa, Raja merundukkan tubuhnya, lalu melumat bibir sexy Eran lalu beralih ke leher jenjang Eran yang sudah banyak sekali terdapat tanda kepemilikan darinya.

Kepala Raja turun menuju dada Eran, mendapati kedua nipple Eran yang menegang Raja tidak tinggal diam dan segera menghisap dan menjilat nipple pink milik Eran.

Membuat lelaki manis itu bergerak tidak karuan dibawah kungkungan Raja.

“Ahhhh...shhhhh. aahhh shitttt. Princee Fuck! fuck! fuck!” Racau Raja begitu akhirnya ia mendapatkan pelepasannya. Raja semakin mendorong penisnya masuk kedalam anal Eran hingga mentok. Eran dapat merasakan rasa hangat dari dalam analnya.

Eran sudah lemas tidak berdaya dibuat oleh Raja sedangkan si pembalap handal itu sepertinya masih ingin lagi. Buktinya penisnya tidak segera dikeluarkan dari anal Eran.

“Sekali lagi ya babe?” Izin Raja sambil mengusap lembut rambut Eran. Lelaki manis itu hanya mengangguk sebagai jawaban.

Selanjutnya Raja kembali memompa Eran, kali ini dengan kecepatan yang lebih cepat dari sebelumnya. Desahan keduanya memenuhi seluruh penjuru apartment Raja. Mereka berdua seolah tidak perduli jika suaranya nanti akan terdengar oleh tetangga.

Hampir sejam, Raja akhirnya merasakan saatnya akan tiba, dengan cepat Raja menarik penisnya keluar, merangkak naik keatas tubuh lemas Eran dan segera mengarahkan penisnya kearah wajah Eran.

“Ahhhhhh” desahnya begitu spermnya menyembur keluar dan mengenai wajah Eran.

Walaupun sudah lemas, Eran tidak tinggal diam, lelaki manis itu menjulurkan lidahnya, berusaha menampung sperm Raja yang masih saja terus keluar. Setelah begitu dirasa tidak ada lagi yang keluar, Eran segera menjilat kepala penis Raja guna membersihkan sisa-sisa sperm yang masih ada. Eran juga sesekali mengemut kepala penis Raja sebelum akhirnya sang pemilik menjauhkan penisnya dari wajah Eran.

“I love you prince.”

Raja merundukkan tubuhnya, memberi kecupan pada dahi dan juga bibir Eran singkat. Mengusap surai coklat lelaki manis kesayangannya itu dengan lembut.

Sedangkan si lelaki manis itu kini sudah tidak memiliki tenaga hanya untuk sekedar menjawab kalimat cinta Raja ataupun membereskan sisa sperm Raja yang ada di wajahnya. Eran akhirnya memilih untuk tidur karena sangat lelah akibat kegiatan panas mereka malam ini.

Tidak lama kemudian, Raja datang dari arah kamar mandi dengan membawa sebuah bowl berisi air hangat dan juga washlap bersih di tangannya.

Raja menatap Eran yang sepertinya sudah tertidur pulas. Bagaimana bisa tunangannya ini tidur ketika masih banyak sisa sperm miliknya di wajah cantik Era. Raja hanya bisa menggelengkan kepala pelan.

Lelaki tinggi itu menarik beberapa lembar tissue dari nakas dan segers membersihkan spermnya yang ada di wajah Eran dengan pelan.

Setelah bersih, Raja mencelupkan washlap bersih yang tadi ia bawa kedalam air hangat di bowl, memerasnya hingga tidak ada air tersisa kemudian membersihkan wajah Eran, lalu turun ke leher, dada sampai seluruh tubuh Eran tidak ada yang terlewat oleh Raja sedikitpun.

Merasa kekasihnya sudah bersih, lelaki tinggi itu kemudian menyelimuti tubuh tertidur Eran sampai batas dada.

“Sleep tight my Prince. I love you.”

Raja Mengecup kening dan bibir Eran singkat sebelum akhirnya lelaki tinggi itu beranjak kembali ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan segera menyusul belahan jiwanya untuk tidur.

-Fin-

Bonus foto Eran bobo

Lucas meminggirkan mobilnya kearah halte tempat dimana ia melihat Jungwoo sedang duduk sendirian.

Lelaki tinggi itu kemudian menurunkan kaca mobilnya dan sedikit berteriak agar Jungwoo dapat mendengarnya.

“Jungwoo?” Panggilnya berhasil membuat lelaki manis yang sedang menunduk itu mendongakkan kepala menatap sumber suara. Sedikit kaget tapi dengan cepat berhasil merubah ekspresinya.

“Lu-lucas?” Seru Jungwoo terbata-bata. Tidak menyangka bertemu si pencetak gol sekolahnya disini.

“Lo ngapain disitu?” Tanya Lucas lagi sambil mencondongkan badannya kearah kursi penumpang agar suaranya dapat terdengar jelas oleh Jungwoo.

Jungwoo terlihat sedikit ragu, bingung harus menjawab jujur atau tidak, namun setelahnya ia berkata “Kejebak hujan. Aku gak bawa payung dan bis-nya gak dateng-dateng.” Jawab Jungwoo murung, membuat hati Lucas sedikit bergetar. Kasihan sekali gebetannya ini.

“Mau bareng gua? Ujan-nya lumayan deras. Takutnya semakin lama lo disitu malah basah baju lo, nanti lo kedinginan.”

Jungwoo menggeleng pelan, merasa tidak enak jika harus menumpang pada Lucas dan berakhir merepotkan lelaki tinggi pecinta sepak bola itu. Ditambah lagi fakta bahwa Jungwoo masih sedikit kecewa dengan Lucas karna menjadikannya bahan taruhan.

“Gakpapa. Cepetan, nanti keburu malem malah makin dingin. Kalo sama gua kan lebih hemat waktu, lo bisa cepet sampe rumah dan ganti baju. Yuk?” Ajak Lucas lagi.

Lucas benar, sebentar lagi malam akan datang, ia juga tidak tahu kapan hujan akan berhenti atau bis akan datang, tapi ia masih sedikit ragu.

Di dalam mobil, Lucas masih menunggu jawaban si manis yang terlihat sedang bimbang di atas kursi halte.

“Aku gak ngerepotin kalo ikut kamu?” Tanya Jungwoo pada akhirnya menyuarakan pemikirannya.

Lucas menggeleng pelan. “Yuk masuk, semakin lama nanti semakin dingin.” Ujar Lucas sambil memasang senyum manisnya. Sangat berbeda dengan perlakuan ketusnya kemarin.

“Mau dianter kemana?” Tanya Lucas begitu Jungwoo sudah duduk nyaman di kursi penumpang.

“Rumahku.” Jawaban Jungwoo berhasil menimbulkan sebuah tawa di wajah Lucas. Merepotkan sekali Jungwoo, sudah manis lucu lagi. Buat hati Lucas berantakan saja.

“Maksud gua dimana rumahnya.” Tanya Lucas masih dengan sisa tawanya.

“Oo-oohh. Perumahan kencana.” Jungwoo menjawab dengan gugup, lelaki manis itu dalam hati merutuki kebodohannya. Malu sekali rasanya.

Sepanjang perjalanan tidak ada yang membuka suara, Lucas yang sibuk fokus dengan jalanan dan Jungwoo yang sibuk melihat ke arah luar jendela menikmati pemandangan jalanan yang sedang hujan.

“Yang mana rumahnya?” Tanya Lucas begitu memasuki komplek perumahan kencana.

“Lurus aja terus nanti mentok belok kiri, rumah pagar hitam.” Lucas segera memajukan mobilnya sesuai arahan Jungwoo dan berhenti tepat di depan rumah berpagar hitam seperti yang Jungwoo sebutkan tadi.

“Ini rumahnya bener?” Tanya Lucas. Jungwoo mengangguk kemudian membuka seat beltnya dan bersiap untuk turun.

“Kamu mau mampir?” Pertanyaan Jungwoo jelas membuat Lucas kaget, mimpi apa dirinya hingga bisa di tawari oleh Jungwoo untuk mampir kerumahnya.

Sebetulnya Lucas mau-mau saja berkunjung kerumah Jungwoo sayangnya ia sudah membuat janji dengan ibunya untuk menemani sang ibu belanja bulanan sehingga ia tidak bisa terlalu lama dan harus segera pulang.

“Maaf, tapi gua harus buru-buru balik. Udah di tungguin sama nyokap gua.” Lucas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Lucas dapat melihat sedikit sorot kecewa dimata Jungwoo. Apa maksudnya? Lelaki manis itu kecewa karna Lucas tidak bisa mampir? Ah tapi mana mungkin. Peka saja tidak bagaimana mungkin si manis mengharapkannya. Batin Lucas gusar.

“Oo-oh yaudah, kalo gitu aku turun. Makasih ya Lucas udah mau nganterin aku pulang. Kamu hati-hati ya pulangnya. Bye!” Setelah pamit Jungwoo segera turun tanpa menunggu Lucas menjawab.

“Manis banget sih woo? Kalo gak bisa di miliki jangan manis-manis dong. Gua susah move on-nya nanti” gumam Lucas lalu segera menancap gas mobilnya untuk pulang.


“Ternyata baik, aku kayaknya cuma belum kenal aja sama dia.” Jungwoo menatap kepergian mobil Lucas dari depan rumahnya dan segera masuk begitu mobil Lucas sudah menghilang di belokan ujung.

“Gue minta lo jauhin Jungwoo” ucap Lucas begitu keduanya tiba disebuah taman yang berada tidak jauh dari tempat les musik.

Jaehyun menatap aneh pada Lucas, “Maksudnya?”.

“Lo suka juga kan sama Jungwoo?” Tembak Lucas membuat Jaehyun kaget.

“Lo percaya?” Jaehyun terkekeh pelan melihat wajah bingung Lucas.

“Apa maksudnya?”

“Gue gak suka sama Jungwoo anjir, si Jackson cuma ngada-ngada” mata besar Lucas semakin membesar ketika mendengar ucapan Jaehyun barusan.

“Lo serius gak sih? Ini lo gak lagi ngalah demi gue kan?” Tanya Lucas masih tidak percaya.

“Ya gak lah anjir, kita emang temenan tapi kalo soal gebetan gue bakal berjuang sampe akhir. Dan gue gak suka sama Jungwoo. Lo tenang aja. Lo bebas buat memperjuangin dia. Nanti gue bantu kalo gue bisa bantu.” Jaehyun menepuk bahu Lucas pelan. Lelaki dengan dimple itu tersenyum samar begitu melihat wajah Lucas yang kembali cerah.

“Yuk ah balik, udah mau ujan. Gue duluan ya.” Jaehyun menepuk bahu Lucas sekali lagi sebelum berlalu meninggalkan Lucas sendirian.

Lucas bahkan lupa jika Jaehyun kesini bersamanya, lalu bagaimana sahabatnya itu pulang? Lucas ingin menyusul Jaehyun tapi lelaki dimple itu sudah tidak terlihat.

Keduanya sudah sampai di apartment mewah milik Raja. Eran sedang menunggu Raja membersihkan diri. Sebetulnya Raja tadi memintanya untuk mandi berdua dengan dalih agar lebih menghemat waktu, namun Eran terlalu paham Raja. Keduanya tidak mungkin hanya mandi saja kalau mereka mandi bersama, pasti ada kegiatan lain yang mereka lakukan dan Eran sedang tidak ingin bercinta di dalam kamar mandi.

Lelaki manis itu sedang berdiri di depan jendela kamar apart Raja, melihat pemandangan jalanan dari atas dan juga city light yang terlihat sangat indah dari sana sambil menunggu Raja selesai mandi.

Eran dapat mendengar suara pintu yang terbuka, tanpa dirinya melihat pun lelaki manis itu tahu jika Raja baru saja keluar dari kamar mandi. Namun Eran masih mau menikmati pemandangan malam dari jendela kamar Raja.

Eran dapat merasakan sebuah tangan besar melingkar dipinggang rampingnya ditambah wangi segar sabun yang menguar di sekitarnya.

Eran mengelus tangan Raja yang melingkar di pinggangnya sambil tetap memperhatikan jalanan.

Raja merasa diabaikan kemudian mulai menjalankan aksinya, Raja mengecupi bahu Eran yang masih tertutup oleh kaos beberapa kali sebelum kemudian berpindah keleher mulus tunangannya itu.

Mengendus leher Eran dengan pelan, sesekali menjilat dan terakhir memberikan tanda kepemilikan di leher mulus itu membuat sang pemilik leher mendesah pelan.

“sshhhhh..”

Mendengar desahan Eran membuat Raja semakin bersemangat memberi banyak tanda kepemilikan di leher Eran.

Begitu puas memberi tanda, Raja segera membalik badan Eran agar lelaki manis itu menghadap kearahnya.

Raja segera menyatukan bibir mereka, melumat bibir atas dan bawah Eran bergantian. Raja juga menggigit bibir bawah Eran pelan, meminta akses untuk masuk lebih dalam.

Begitu Eran membuka sedikit bibirnya, Raja segera melesakkan lidahnya menyapa lidah Eran dan menjelajahi rongga mulut Eran mengabsen satu persatu tanpa ada yang tertinggal.

“Ahh..”

Tangan Raja tidak tinggal diam, lelaki tinggi itu memasukkan tangannya kedalam kaos Eran, menelusuri tubuh ramping dan mulus Eran dari bawah menuju atas.

Tubuh Eran menegang ketika merasakan tangan Raja menyentuh nipplenya. Raja dengan lembut bergerak memilin nipple Eran perlahan berhasil membuat Eran semakin menegang.

“Ahhh.. Raja nooo.. ahhh” desah Eran tertahan menikmati perlakuan Raja pada nipplenya.

“Hmmm?” Gumam Raja pelan sambil melepaskan tautan mereka dan menatap Eran dengan senyum miring andalannya yang berhasil membuat Eran tersipu malu.

“Jangan kaya gitu liatinnya,” rengek Eran sambil meletakkan kepalanya di dada bidang Raja.

“Hahaha, kenapa sih sayang? Prince kenapa? Malu?” Raja justru menggoda Eran membuat lelaki manis itu semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Raja.

“Jangan kaya gitu King. Gak jadi ya kalo kamu godain aku kaya gitu.” Ancam Eran kembali membuat Raja tertawa pelan.

“Beneran gak jadi? Padahal yang disini kayaknya udah minta disentuh.” Raja menyentuh selangkangan Eran yang sudah mengeras dengan sempurna.

“Rajaaaaa,” rengek Eran lagi tanpa mau bersusah payah mengangkat kepalanya untuk melihat lawan bicaranya.

Tanpa menunggu lama, Raja segera mengangkat tubuh ramping Eran ke gendongannya dan segera membawa Eran kearah kasur. Raja meletakkan tubuh Eran dengan sangat lembut keatas kasur, takut jika ia kasar sedikit saja akan membuat kekasih hatinya itu tersakiti.

Raja sedikit menindih tubuh Eran yang terlentang di bawahnya dengan satu tangan sebagai tumpuan agar tidak membuat belahan jiwanya itu sesak. Raja menikmati wajah indah Eran dari dekat. Raja mengabsen seluruh fitur wajah Eran dengan jari telunjuknya bergerak pelan dari dahi hingga ke bibir sexy Eran.

Mengusap lembut bibir bawah Eran yang sudah sedikit membengkak akibat ulahnya tadi, sedikit membuka bibir Eran dan memasukkan jari telunjuknya ke dalam mulut Eran. Dengan reflek Eran segera menghisap secara perlahan jari telunjuk panjang Raja dengan gerakan sensual yang berhasil membuat Raja menggeram tertahan.

Raja sudah ingin membuka baju Eran ketika lelaki manis itu menahan pergerakkannya, Raja menaikkan sebelah alisnya seolah meminta penjelasan.

“Jangan. Malem ini biar aku aja yang kerja. Kamu tinggal diem dan nikmatin aja, oke?” Ujar Eran sambil mengusap rahang tegas Raja dengan lembut.

Karena Raja yang tak kunjung menjawab, Eran bergerak mengambil alih. Lelaki manis itu segera mengubah posisi mereka. Eran dengan cepat sudah berada di atas tubuh Raja. Tanpa basa-basi, Eran segera meloloskan kaos Raja dan membuangnya kesembarangan arah.

Eran merundukkan tubuhnya lalu mulai menciumi seluruh bagian wajah Raja dengan cukup telaten, berakhir di bibir tebal milik Raja yang sudah sejak dulu menjadi candunya. Eran menyesap bibir tebal itu secara bergantian, tidak lupa menelusupkan lidahnya kedalam mulut Raja untuk menyapa lidah Raja.

Setelah puas dengan bibir, Eran kini berpindah turun menuju leher Raja yang mulai sedikit berkeringat. Eran menjilati beberapa bagian leher Raja acak dan sesekali menyedot leher Raja dengan kuat sehingga meninggalkan bercak kemerahan di leher lelaki kesayangannya itu.

Eran beralih ke telinga Raja, membisikkan sesuatu yang membuat tubuh Raja menegang. Lalu dengan tidak sopan Eran mejilat telinga Raja lalu menggigit daun telinga Raja pelan.

“Ssshhhh” satu desahan berhasil lolos dari mulut Raja.

Eran meneruskan ciumannya, kini beralih turun secara perlahan, menuju dada bidang Raja. Melihat nipple Raja yang sudah menegang membuat Eran semakin bersemangat dan segera menjilati nipple Raja secara bergantian.

“Ssshh...Fuck!”

“Ahhhh..” desah Raja tertahan. Eran benar-benar sangat tahu dimana saja letak titik sensitifnya.

“Prince bisa gak kita langsung ke intinya aja?” Tanya Raja frustasi. Eran dapat melihat sorot mata Raja menggelap penuh nafsu.

“No no. Be patient ok? Sabar sebentar.” Eran kemudian turun dari atas tubuh Raja dan segera duduk diantara kedua kaki Raja yang sudah ia rentangkan lebar.

Membuka celana Raja tanpa menyisakan apapun yang menutupi kejantanan besar milik Raja. Setelah berhasil melepas celana Raja dan membuangnya kesembarang arah, Eran segera merundukkan kepalanya untuk mengecupi kepala penis Raja yang sudah menegang.

“Shhhhh...” Desahan tertahan Raja kembali terdengar ketika dengan tidak sopan Eran menjilat ujung penisnya.

“Fuckk... Princee ...ahhh..” Raja terus mendesah begitu merasakan penisnya masuk kedalam rongga mulut Eran, menciptakan sensasi hangat yang tak pernah terduga.

Tangan Eran juga tidak tinggal diam, sambil mulutnya bekerja memanjakan batang penis Raja, tangannya juga memainkan twin ball milik Raja. Lagi-lagi membuat tubuh Raja menegang hebat.

“Prince...oouuuhhh shiitttthhhh..!” Racau Raja tidak jelas ketika Eran menaikkan tempo permainannya.

Setelah puas memompa penis Raja dengan mulutnya, Eran juga menjilati batang penis Raja dengan sangat telaten, bahkan tak jarang Eran memainkan lidahnya tepat diatas lubang pipis Raja.

Merasa tidak kuat dengan permainan Eran yang terlalu lama, Raja akhirnya menarik tangan Eran lembut dan segera menidurkan tubuh Eran di bawahnya.

Kini gantian Raja yang akan bekerja untuk Eran dan memulai permainan inti mereka. Raja mulai mengecupi wajah Eran sambil tangannya bergerak turun menyentuk adik kecil Eran yang sudah sangat menengang minta untuk di bebaskan.

Raja membuka baju dan celana milik Eran dan membuangnya kesembarang arah. Kini keduanya sudah tidak mengenakan sehelai pakaian sama sekali.

Raja melihat kearah nipple Eran yang sudah menengang, dengan segera merunduk dan menghisap lalu menjilat kedua nipple Eran secara bergantian.

Dibawah Raja, tubuh Eran bergerak hebat, masih berusaha menahan agar desahannya tidak keluar.

Saat bibirnya sibuk menyusu, tangan Raja sibuk memijat adik kecil Eran dengan lembut.

“Ahhh... Noo.. aahhhh shhhhh.”

“Kok makin tegang? Udah gak sabar ya?” Goda Raja begitu merasakan penis Eran yang semakin mengeras di genggamannya.

Dengan mata sayu, Eran mengangguk pelan membuat Raja menyeringai senang.

Raja kemudian beralih ke bagian bawah Eran, melebarkan kedua kaki kekasih hatinya itu hingga dirinya dapat melihat lubang kenikmatan milik Eran yang berwarna pink, sangat menggoda untuk disentuh.

“Ahhhh.. pelan-pelan,” ringis Eran begitu satu jari panjang Raja mencoba masuk kedalam lubang analnya.

“Ahhhhhh” desah Eran ketika satu jari Raja berhasil masuk dan bergerak secara tidak beraturan.

“Babe.. nooo... Please masukinnhhhhh.” Racau Eran semakin menggila begitu Raja mempercepat tempo gerakannya.

“Apa? Minta yang bener.” Titah Raja.

Eran dengan mata sayunya menatap Raja lekat , “King, aku mau di masukin pake penis kamu, aku gak mau cuma jari kamu, please,” pinta Eran dengan memasang puppy eyes andalannya.

“Shit!” Rutuk Raja. Runtuh sudah pertahanannya, Raja paling tidak bisa melihat Eran menggunakan puppy eyesnya, apalagi ketika lelaki manis itu sedang h word. Eran terlihat makin seksi di mata Raja.

“Mau kemana?” Tahan Eran begitu melihat Raja yang sepertinya ingin turun dari kasur.

“Ambil kondom sebentar.” Eran segera menggeleng pelan.

“Gak mau pake?” Eran kembali menggeleng.

“Aku gak mau pake kondom, kamu mau keluarin di dalem atau di muka ku nanti bebas. Tapi aku gak mau pake kondom King.” Kalau sudah begini apa Raja bisa menolak? Tentu tidak. Raja kembali ke posisinya lalu merentangkan kedua kaki Eran dan mulai mengarahkan kepala penisnya tepat di depan anal Eran.

Dengan perlahan Raja mendorong masuk penis besar itu kedalam anal sempit milik Eran.

“Ahhh..! Babe sakit,” rengek Eran pelan dengan air mata yang sudah mengumpul di pelupuk matanya.

“Maaf ya? Tahan sebentar ok?” Raja kembali bergerak dengan perlahan dan lembut agar tidak menyakiti Eran.

“Shiit! Kamu sempit banget babe,” racau Raja ketika berusaha memasukkan penisnya kedalam anal Eran.

“Ahhhhh!” Pekik Eran kaget begitu merasakan analnya sudah dipenuhi oleh penis besar Raja.

“You can move now.” Titah Eran membuat Raja segera menggerakkan penisnya, memompa anal Eran yang terasa sangat sempit.

“Shit! Prince ahhhhh...”

“Babe, ahhhh faster..mhhhh.”

Eran meracau tidak karuan ketika penis Raja beberapa kali mengenai sweet spotnya.

“Ahhh iyaahhh disituhh babe ahh. Shit! Babe fasterrr...”

Mendengar racauan sexy Eran membuat Raja semakin semangat memompa anal Eran. Lelaki tinggi itu juga menggeram tertahan karena demi tuhan Raja tidak bohong jika anal Eran sangat nikmat memijit penis besar Raja didalam sana.

“Nooo nooo jangan disitu nooohhhhh..”

“Babe akuhhh mau keluarrr! Aaahhhhhh.” Eran akhirnya mendapatkan pelepasan pertamanya tapi tidak dengan Raja.

Lelaki tampan itu masih sibuk memompa anal Eran demi mendapatkan pelepasannya.

Sambil memompa, Raja merundukkan tubuhnya, lalu melumat bibir sexy Eran lalu beralih ke leher jenjang Eran yang sudah banyak sekali terdapat tanda kepemilikan darinya.

Kepala Raja turun menuju dada Eran, mendapati kedua nipple Eran yang menegang Raja tidak tinggal diam dan segera menghisap dan menjilat nipple pink milik Eran.

Membuat lelaki manis itu bergerak tidak karuan dibawah kungkungan Raja.

“Ahhhh...shhhhh. aahhh shitttt. Princee Fuck! fuck! fuck!” Racau Raja begitu akhirnya ia mendapatkan pelepasannya. Raja semakin mendorong penisnya masuk kedalam anal Eran hingga mentok. Eran dapat merasakan rasa hangat dari dalam analnya.

Eran sudah lemas tidak berdaya dibuat oleh Raja sedangkan si pembalap handal itu sepertinya masih ingin lagi. Buktinya penisnya tidak segera dikeluarkan dari anal Eran.

“Sekali lagi ya babe?” Izin Raja sambil mengusap lembut rambut Eran. Lelaki manis itu hanya mengangguk sebagai jawaban.

Selanjutnya Raja kembali memompa Eran, kali ini dengan kecepatan yang lebih cepat dari sebelumnya. Desahan keduanya memenuhi seluruh penjuru apartment Raja. Mereka berdua seolah tidak perduli jika suaranya nanti akan terdengar oleh tetangga.

Hampir sejam, Raja akhirnya merasakan saatnya akan tiba, dengan cepat Raja menarik penisnya keluar, merangkak naik keatas tubuh lemas Eran dan segera mengarahkan penisnya kearah wajah Eran.

“Ahhhhhh” desahnya begitu spermnya menyembur keluar dan mengenai wajah Eran.

Walaupun sudah lemas, Eran tidak tinggal diam, lelaki manis itu menjulurkan lidahnya, berusaha menampung sperm Raja yang masih saja terus keluar. Setelah begitu dirasa tidak ada lagi yang keluar, Eran segera menjilat kepala penis Raja guna membersihkan sisa-sisa sperm yang masih ada. Eran juga sesekali mengemut kepala penis Raja sebelum akhirnya sang pemilik menjauhkan penisnya dari wajah Eran.

Lelaki manis itu kini sudah tidak memiliki tenaga hanya untuk sekedar membereskan sisa sperm Raja yang ada di wajahnya. Eran akhirnya memilih untuk tidur karena sangat lelah akibat kegiatan panas mereka malam ini.

Raja datang dari arah kamar mandi dengan membawa sebuah bowl berisi air hangat dan juga washlap bersih di tangannya.

Raja menatap Eran yang sepertinya sudah tertidur pulas. Bagaimana bisa tunangannya ini tidur ketika masih banyak sisa sperm miliknya di wajah cantik Era. Raja hanya bisa menggelengkan kepala pelan.

Lelaki tinggi itu menarik beberapa lembar tissue dari nakas dan segers membersihkan spermnya yang ada di wajah Eran dengan pelan.

Setelah bersih, Raja mencelupkan washlap bersih yang tadi ia bawa kedalam air hangat di bowl, memerasnya hingga tidak ada air tersisa kemudian membersihkan wajah Eran, lalu turun ke leher, dada sampai seluruh tubuh Eran tidak ada yang terlewat oleh Raja sedikitpun.

Merasa kekasihnya sudah bersih, lelaki tinggi itu kemudian menyelimuti tubuh tertidur Eran sampai batas dada. Mengecup kening dan bibir Eran singkat sebelum akhirnya lelaki tinggi itu beranjak kembali ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan segera menyusul belahan jiwanya untuk tidur.

-Fin-

Pinggir arena barat terlihat sangat penuh, banyak orang yang menunggu pertandingan selanjutnya. Pertandingan yang sepertinya akan menjadi pertandingan tersengit pada hari ini.

Pasalnya 2 pembalap hebat milik Neos yang akan bertanding secara tiba-tiba sebentar lagi. Membuat semua orang pensaran, siapa yang akan memenangkan pertandingan malam ini.

Motor kedua pembalap hebat itu telah siap di garis start. Hanya tinggal menunggu pengendaranya saja yang sepertinya masih bersiap di basecamp Neos.

“Lu beneran mau tanding sama Raja?” tanya Tera entah sudah keberapa kalinya lelaki bermata bulat itu bertanya padanya.

“Iya Tera, kenapa sih? Tenang gue gak akan kenapa-kenapa, lagian lawannya Raja doang Ter, tenang.” ucap Eran santai sambil menyesap cola miliknya.

“Lu gak liat? Noh calon laki lu serem begitu mukanya.” timpal Dion sambil menunjuk kearah dimana Raja bersama teman-temannya yang lain berada.

Pangeran bisa melihat tatapan mengintimidasi Raja dari kejauhan. Namun lelaki manis itu tidak merasa takut sama sekali, Eran justru tersenyum remeh sambil mengangkat kaleng sodanya kearah Raja seolah mengejek tunangannya itu.

“Ayo, arena udah siap.” seru Adit dari arah pintu. Eran segera menandaskan colanya, lalu mencari keberadaan jaketnya. Sampai kemudian Raja datang membawa jaket milik Eran dan segera memakaikan jaket itu ketubuh ramping Eran dengan telaten.

Eran sedikit kaget, namun dengan cepat merubah ekspresinya dan tersenyum lebar.

Begitu selesai menarik restleting jaket Eran sampai atas, Raja menangkup wajah Eran dan menatap tepat ke dalam mata Eran lekat.

“Hati-hati ya? Aku gak mau kamu luka sedikitpun. Ya?” ucap Raja lembut. Eran dapat melihat sorot khawatir di mata Raja.

Lelaki manis itu hanya mengangguk pelan sebagai jawaban. “Kamu juga ya?”.

Raja hanya mengangguk pelan, lalu memberikan kecupan singkat pada dahi dan juga bibir merah Eran.

“Sampe ketemu di arena ya sayang, aku keluar duluan.” Raja menggusak kepala Eran dengan penuh sayang, lalu segera mengambil helmnya dan berjalan keluar basecamp.

Mereka berdua memiliki sebuah peraturan sebelum bertanding. Jika masih berada di basecamp keduanya adalah sepasang kekasih namun jika keduanya sudah berada di arena dengan atribut lengkap berarti mereka adalah rival. Tadi, Raja berbicara sebagai tunangan Eran, berbeda cerita jika nanti Eran keluar dan bertemu dengan Raja sudah dapat dipastikan Raja memasang mode siaganya ketika melihat lawan.


Kedua pembalap andalan Neos itu sudah berada diatas motor masing-masing, adit ditengah-tengah mereka sudah siap dengan benderanya dan mulai menghitung mundur.

3

2

1

Begitu Adit selesai menghitung, baik Raja maupun Pangeran segera menancap gasnya mungkin sampai batas full karena keduanya sudah melesat menjauhi garis start.

Riuh sorak penonton memenuhi arena barat, nama keduanya diteriaki dengan sama kencangnya, pertandingan malam ini cukup sengit karna beberapa kali baik Raja maupun Eran saling susul menyusul.

Namun begitu hampir mendekati garis finish Raja dengan cepat menambah laju motornya sehingga berhasil melewati Eran dan mencapai garis finish terlebih dahulu.

Sorak riuh kembali terdengar begitu Raja dinyatakan sebagai pemenang, mengalahkan tunangannya sendiri Eran.

Raja segera meminggirkan motornya, memberikan kunci motor beserta helm dan jaketnya kepada Adit yang sudah menunggu di pinggir arena.

Raja menunggu Eran yang baru saja tiba dan memarkirkan motornya. Lelaki manis itu sedang sibuk membuka helm dan jaketnya.

Eran berjalan kearah Raja yang sudah menunggunya dengan kedua tangan yang berada di depan dada dan menatapnya dengan tatapan remeh. Eran benci itu.

“Aku menang.” ucap Raja bangga. Eran mendengus sebal melihat tingkah sombong Raja barusan namun tetap mendekatkan dirinya pada Raja dan mendusalkan wajahnya di dada Raja.

“Sama tunangannya sendiri aja gak mau ngalah,” rengek Eran sebal. Raja tertawa lalu menjauhkan tubuh mereka dan menatap Eran.

“Kamu tau kan aku paling gak suka ngalah sama siapapun, walaupun status kamu tunangan aku, tapi disini,” Raja mengederkan pandangannya kesekitar arena lalu kembali menatap Eran.

“Aku gak akan ngalah sama siapapun. Harusnya kamu tau sayang.” Raja mengecup bibir Eran sekilas dan menggusak kepala lelaki manis itu lembut.

“Ayo pergi, aku mau nagih hadiahku,” Raja segera menarik tangan Eran meninggalkan arena dan berjalan menuju parkiran dimana mobil Raja berada.

-Fin-

Suasana arena balapan timur sangat ramai, dari jauh terdengar riuh penonton menyemangati jagoan mereka yang sedang bertanding di sana.

Di bangku tribun terdapat sekumpulan laki-laki berbeda ukuran yang sangat disegani oleh semua orang yang ada disini.

Mereka adalah anak geng Neos. Geng paling terkenal seantero Neocity.

Yang menarik, disaat semua orang sibuk memperhatikan jalannya pertandingan, ada satu sosok manis yang justru sedang sibuk dengan ponselnya. Dari wajahnya lelaki manis itu terlihat kesal entah karna apa.

Sebuah senggolan lelaki manis itu dapatkan dari temannya yang duduk tepat disebelahnya. “Lu kenapa sih? Jelek banget itu muka.” seru Tera menatap salah satu sahabatnya bingung.

“Gue sebel! Gue mau turun tapi gak di bolehin sama Raja. Dia bilang gak bakal turun taunya turun juga. Kan kurang ajar. Penipu!” misuh Pangeran atau yang biasa disapa Eran.

“Yaudah sih, kan bisa besok kalo lu mau turun. Lagian besok anak-anak juga mau latihan kok.”

“Gue tuh maunya balapan ra, bukan mau latihan.”

“Yaudah nanti ajalah. Mending turun yuk. Mereka udah lap terakhir tuh.” Tera segera menarik tangan Pangeran untuk turun ke pinggir arena diikuti dengan 2 anak buah Raja yang sengaja di perintahkan untuk menjaga pujaan hatinya itu.

Berbicara soal Pangeran, lelaki manis itu merupakan tunangan Raja, ketua Neos yang paling disegani karena merupakan satu-satunya orang yang tidak dapat di kalahkan. Kecuali oleh Pangeran sendiri.

Raja adalah seorang pembalap profesional sekaligus pemilik arena balap yang malam ini sangat ramai ini. Raja pertama kali bertemu Pangeran ketika lelaki manis itu tiba-tiba saja mengajukan diri untuk melawan Raja.

Raja yang memang pada dasarnya tidak suka di tantang akhirnya menerima tantangan Pangeran. Hasil akhirnya membuat semua orang yang menonton kaget. Raja, yang selama ini tidak pernah dapat dikalahkan oleh siapapun tiba-tiba kalah oleh seorang lelaki manis yang bahkan badannya saja lebih kecil dari dirinya.

Sejak saat itu, Raja mengklaim Pangeran sebagai kekasihnya. Awalnya Pangeran menolak karna ia tidak berniat memiliki hubungan percintaan. Namun lama kelamaan, percikan cinta muncul di antara Raja dan Pangeran membuat keduanya semakin dekat dan sekarang sudah berada di satu jenjang yang lebih serius.

Sejak saat itu pula, Raja dan Pangeran menjadi pasangan yang paling di segani di arena barat itu. Namun sayang semenjak bertunangan dengan Raja, Pangeran sudah tidak diizinkan lagi untuk turun ke arena karena Raja yang terlalu overprotektif.

Seperti malam ini, alasan yang membuat Pangeran kesal adalah larangan Raja padanya untuk tidak turun balapan.

Kembali ke arena, Tera dan Pangeran sudah tiba di pinggir arena. Menanti dua pembalap yang sedang memperebutkan kemenangan.

Tanpa melihat pun Pangeran sudah dapat menebak jika tunangannya lah yang akan memenangkan pertandingan malam ini.

Dugaannya benar, sedetik kemudian motor Raja sudah berhasil melewati garis finish. Sorakan dan teriakan semua orang yang memanggil nama Raja terdengar sangar riuh. Pangeran tersenyum samar, merasa bangga karna tunangannya itu dapat kembali menang.

Pangeran dengan segera menghampiri Raja yang sedang dikerumuni oleh para pendukungnya. Begitu melihat Pangeran, para kerumunan itu menyingkir seolah memberi jalan untuk Pangeran.

“Good job King.” Pangeran memasang senyum manisnya untuk Raja.

Lelaki tinggi itu kemudian segera membuka helm-nya dan mengibaskan rambutnya pelan, membuat pekikan-pekikan tertahan para wanita dan para uke yang ada disana. Membuat Pangeran merotasikan matanya sebal.

“Udah gak ngambek?” tanya Raja sambil turun dari motornya dan menarik Eran untuk mendekat kearahnya.

“Masih,” jawab Eran singkat.

“Cium aku dulu, abis itu kamu mau ngambek lagi gpp,” Raja memajukan bibirnya gemas, seolah tidak takut image garangnya rusak. Eran jelas terkekeh melihat Raja seperti itu. Tiba-tiba saja rasa kesalnya pada Raja menghilang begitu saja.

Dengan cepat lelaki manis itu mengalungkan tangannya dileher Raja, meraih bibir tebal milik Raja yang terlihat menggoda. Melumat bibir atas dan bawah Raja secara bergantian. Raja juga tidak tinggal diam, Lelaki itu menelusupkan lidahnya menjelajahi rongga mulut Pangeran dengan sedikit nafsu.

Ciuman panas keduanya terhenti ketika pasokan oksigen mereka menipis. Eran segera menjauhkan tubuhnya dari Raja sambil berusaha mengatur nafasnya agar kembalii normal.

“Aku mau yang lebih,” bisik Raja penuh penekanan sambil mengusap bokong Eran pelan. Pangeran jelas tahu apa maksud ucapan Raja barusan.

Eran tersenyum miring sambil mengangguk pelan. “Boleh, kamu boleh lakuin apapun yang kamu mau sama aku.” Eran membuat pola acak di dada Raja sebelum kemudian melanjutkan ucapannya, “Tapi aku mau kita balapan dulu. Kalo kamu menang kamu boleh lakuin apapun yang kamu mau sama aku. Tapi kalo aku yang menang, kamu harus izinin aku turun balapan besok lusa. Kalo kamu gak mau balapan sekarang sama aku ya berarti gak akan ada apa-apa. Kamu gak akan dapet aku malem ini. Gimana?” tantang Eran remeh.

Eran sedikit penasaran mana yang akan di pilih oleh Raja, pasalnya Eran jelas tahu betul jika kini tunangannya itu sudah sedikit H word.

“Jadi King, mana yang kamu pilih?” Eran menaik turunkan kedua alisnya sambil tersenyum remeh. Eran dapat melihat raut wajah Raja sedikit berubah menjadi gelap. Lelaki tinggi itu sedikit marah. Pikir Eran.

Raja memperhatikan Eran dengan lekat, mungkin siapapun yang di tatap oleh Raja akan takut dan tunduk, namun tidak berlaku untuk Eran. Lelaki manis itu justru semakin berani menantang sang tunangan.

“Kamu sengaja mancing aku marah ya?” tanya Raja dingin.

Eran menggeleng dan terlihat sangat tenang, “Aku cuma ngasih penawaran. Semua keputusan ada di kamu. Apapun yang kamu pilih ya aku gpp,” Eran mengendikkan bahunya seolah tidak peduli.

“Tapi penawaran kamu gak ada yang menguntungkan buat aku.” Raja merotasikan matanya sebal.

“Ada.” jawab Eran santai. “Kalo kamu menang, kamu bisa ngelakuin apa aja sama aku. Masalahnya emang kamu bakal menang lawan aku? Itukan yang kamu takutin. Kamu takut kalah dari aku.” pancing Eran seolah mencari mati.

Semua yang ada disekitar mereka sudah menahan nafas karena tiba-tiba saja suasana disana menjadi panas.

Eran dapat melihat rahang Raja mengeras, tanda jika Raja mulai terprovokasi oleh ucapannya barusan. Fyi saja, Raja paling tidak suka di tantang, ia akan menerima semua tantangan yang diajukan oleh siapapun termasuk tunangannya sendiri.

Raja membuang pandangannya kesamping sebelum kemudian berkata, “Ok. Ayo kita balapan. Tapi kalo misalnya kamu kalah sekarang, setelah ini kamu gak boleh lagi turun buat balapan. Deal?” Raja mengulurkan tangannya mengajak Eran untuk bersalaman.

Tiba-tiba saja rasa percaya diri Eran menghilang entah kemana. Pasalnya ia tidak yakin dapat mengalahkan Raja. Eran sudah cukup lama tidak turun dan kemampuan balapannya juga sepertinya sudah menurun.

“Gimana? Kok diem? Tiba-tiba ngerasa takut?” tanya Raja sambil tersenyum remeh seolah dapat membaca pikiran Eran.

Eran memejamkan matanya sekilas lalu membalas uluran tangan Raja dengan erat, “Deal.”

“Dit siapin arena sekalian keluarin motor Eran dari garasi, gue sama Eran mau balapan.” Teriak Raja pada salah satu anak buahnya. Berhasil membuat kaget seluruh orang yang ada disana. Terdengar bisik-bisik kecil yang bertanya-tanya mengapa tiba-tiba kedua pembalap hebat itu ingin bertanding.

“Sampe ketemu di arena ya sayang.” ucap Raja dingin lalu mengecup bibir Eran sekilas sebelum berlalu begitu saja meninggalkan sang Tunangan yang masih terdiam.

SHIT!

-Fin-

Serendipitous Love

FLASHBACK!

“Kim Jungwoo, jadi pacar aku ya?”

Jungwoo terdiam, lelaki manis itu jelas kaget dengan pertanyaan Mingyu yang tiba-tiba. Lebih kepada tidak menyangka jika selama ini ternyata Mingyu memiliki perasaan lebih untuk dirinya. Ia kira selama ini perlakuan Mingyu padanya hanya sebatas sebagai seorang teman tapi ternyata Mingyu memperlakukannha sebagai seorang yang disukai oleh lelaki tan itu.

Jungwoo bingung harus menjawab pertanyaan Mingyu dengan apa. Jika ditanya apakah Jungwoo sayang pada Mingyu? Jawabannya adalah jelas Jungwoo sayang pada Mingyu namun sayang Jungwoo pada Mingyu hanyalah sayang sebagai seorang sahabat atau bahkan kakak laki-laki. Itulah salah satu alasan mengapa dirinya tiba-tiba saja dulu memanggil Mingyu dengan sebutan abang bahkan hingga sekarang.

Jungwoo benar-benar tidak tega jika harus mematahkan harapan Mingyu pada dirinya. Ditambah lagi hari ini lelaki tan itu sudah dengan baik hati mengeluarkan banyak uang untuk membawa Jungwoo bersenang-senang ditambah dengan semua dekorasi yang sudah Mingyu siapkan untuk menyatakan perasaan pada dirinya. Tapi Jungwoo tidak bohong, perasaannya untuk Mingyu hanya sebagai sahabat dan kakak laki-laki, tidak bisa lebih.

“Abang,” ucap Jungwoo tercekat. Benar-benar tidak siap jika harus melihat wajah kecewa Mingyu nantinya.

“Kok diem? Kamu gak mau jawab?” Tanya Mingyu denga jantung yang berdetak tidak karuan menanti jawaban Jungwoo.

“Abang, i'm so sorry.” Ucap Jungwoo dengan nada penyesalan yang sangat dalam.

“Aku di tolak ya?” Tanya Mingyu sambil terkekeh pelan. Membuat hati Jungwoo semakin sakit melihatnya.

“Abang listen to me, ok?” Pinta Jungwoo dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya. Mingyu mengangguk pelan sambil menatap tepat ke bola mata Jungwoo.

“Abang terima kasih, aku gak tau kalo ternyata kamu punya rasa sedalam itu untuk aku. Selama ini aku pikir semua perlakuan kamu ke aku ya sewajarnya sahabat aja. Aku gak peka ya? Maaf.” Jungwoo dapat merasakan genggaman tangan Mingyu di tangannya mengerat. Membuat Jungwoo semakin ingin menangis. Tidak sanggup melanjutkan kalimatnya.

Lelaki manis itu menghela nafas pelan, berusaha menenangkan diri, “Tapi bang, aku gak bisa terima kamu karna rasa ku buat kamu itu gak bisa lebih dari sekedar sahabat. Aku pernah bilang kan dulu kalo kamu itu udah aku anggep kaya abangku sendiri. Kalo kamu tanya apa aku sayang sama kamu aku bisa jawab paling kenceng kalo aku sayang sama kamu. Sayang banget malah. Tapi maaf, maaf banget, rasa sayang ku ke kamu itu murni sebagai rasa sayang ku sebagai sahabat. Sama kaya rasa sayang aku ke kak Taeyong, kak Doyoung atau sahabat-sahabatku yang lain.” Jungwoo melepas sebelah tangannya lalu mengusap dada Mingyu pelan. Mingyu menatap tangan Jungwoo dan mengikuti pergerakannya.

“Kamu baik, baik banget. Aku yakin kamu nanti bisa dapet yang sayang balik sama kamu kaya kamu sayang sama dia nantinya. Yang bisa bales perasaan kamu dengan sama besarnya. Tapi aku minta maaf karna orang itu bukan aku.” Jungwoo mengakhiri ucapannya dengan menubrukkan kepalanya ke dada Mingyu, benar-benar merasa bersalah karena menyakiti orang sebaik Mingyu. Jungwoo sudaj tidak kuat menahan tangisnya, lelaki manis itu akhirnya menangis di pelukan Mingyu.

Mingyu jelas merasa tubuh bergetar Jungwoo, lelaki tan itu menggusap punggung Jungwoo lembut berusaha menenangkan sahabatnya itu.

“Kok kamu nangis? Yang di tolakkan aku. Kenapa jadi kamu yang nangis?” Tanya Mingyu dengan niat bercanda justru malah membuat Jungwoo semakin menangis kencang.

“Sttt... Udah ah. Aku gpp lagi. Sini deh liat aku.” Mingyu melepaskan pelukannya, menjauhkan tubuh Jungwoo darinya dan menatapa wajah merah Jungwoo. Menghapus sisa air mata yang ada di wajah Jungwoo dan tersenyum lebar seperti biasa.

Jungwoo yang masih menangis sesegukan justru semakin sedih ketika melihat senyum Mingyu.

“Kok malah makin nangis? Udah ah.” Mingyu kembali menghapus air mata Jungwoo dengan pelan.

“Mending naik bianglala aja, kita liat citylight dari atas. Mau?” Jungwoo hanya mengangguk pelan.

“Yaudah nih, diterima ya bunganya. Nanti mau dibuang juga gpp. Yuk.” Belum sempat Jungwoo menjawab Mingyu dengan segera menarik tangan Jungwoo menuju tempat bianglala berada.

Keduanya sudah berada di atas bianglala yang siap membawa mereka untuk melihat pemandangan dari atas. Ketika terasa pergerakan, Jungwoo segera merebahkan kepalanya di bahu lebar Mingyu. Masih sedikit merasa bersalah, lelaki manis itu kembali menangis. Mingyu jelas dapat merasakan bahunya basah. Mingyu tidak suka melihat Jungwoo menangis seperti itu.

“Hei kenapa sih? Kok nangis lagi?” Mingyu memegang wajah Jungwoo dan ia arahkan tepat ke matanya.

“Gak tau, aku sedih aja hiks”

“Stt..” Mingyu menggeleng pelan. “Gak boleh nangis. Nanti manisnya berkurang kalo kamu nangis terus. Aku gpp. I'm fine kok.” Mingyu memperhatikan wajah pujaan hatinya sejak dua tahun yang lalu itu dengan lekat. Menikmati wajah Jungwoo dari dekat, merekamnya dengan sangat baik sebagai sebua memori baru, sebelum nantinya tidak bisa ia lihat dari dekat.

“Listen, setelah ini. Gak akan ada yang berubah. Aku tetep sahabat kamu, aku tetep one call away kamu. Kamu gak usah khawatir, aku gak akan menjauh dari kamu. Semuanya akan biasa aja, kayak gak pernah terjadi apa-apa. Aku masih tetep ada disekitaran kamu. Kalo itu yang kamu takutin. Tenang. Kamu bisa pegang janji aku, gak akan ada yang berubah setelah ini.”

Mingyu kemudian memajukan wajahnya kearah Jungwoo. Lelaki manis itu dengan cepat menutup kedua matanya. Jungwoo menahan nafasnya ketika ia dapat merasakan nafas Mingyu menerpa wajahnya, ia sudah siap dengan segala yang terjadi, tapi justru ia merasa sebuah benda kenyal mengenai dahinya. Ternyata Mingyu mencium keningnya dengan cukup lama. Lalu ditutup dengan sebuah pelukan hingga bianglala itu berhenti dan mereka keluar dari wahana tersebut.

Flashback end.


“Gitu ceritanya.” Ucap Jungwoo menutup cerita tentang dirinya yang di tembak oleh Mingyu pada Lucas.

“Jadi kamu gak pacaran?” Jungwoo menggeleng pelan sebagai jawaban.

“Tapi kenapa kamu buat caption seolah kamu pacaran sama dia?” Tanya Lucas masih tidak terima dengan postingan Jungwoo.

“Because i love him,” Lucas menatap Jungwoo tajam yang justru membuat Jungwoo terkekeh.

“As a bestfriend.” Jungwoo tersenyum sambil mengusap dada Lucas yang berdiri didepannya.

Fyi, keduanya masih berada di depan pintu apartment Jungwoo saat ini. Tidak ada yang berniat untuk pindah dari sana.

“Kamu gak bohong kan?” Tanya Lucas lagi, masih sangsi dengan cerita Jungwoo.

“Aku keliatan bohong pas cerita sama kamu?” Jungwoo menaikkan sebelah alisnya, Lucas menggeleng pelan. Selama Jungwoo bercerita mata mereka tidak pernah lepas satu sama lain, Lucas juga tidak menemukan sedikit kebohongan pun di mata Jungwoo, itu artinya lelaki manis itu memang bercerita yang sejujurnya tidak berbohong atau mengada-ada.

“Jadi gak masalah kan kalo saya deketin kamu?” Tanya Lucas. Jungwoo terkekeh pelan mendengar ucapan Lucas barusan.

“Ada.” .

Lucas menaikkan sebelah alisnya, menunggu ucapan lanjutan Jungwoo.

“Mama papaku.” Ucap Jungwoo lalu menjulurkan lidahnya seolah meledek Lucas.

“Dasar kamu!” Entah ide dari mana Lucas dengan berani menggelitik pinggang Jungwoo yang membuat lelaki manis itu kegelian dan bergerak tidak beraturan. Sampai kemudian tiba-tiba saja Lucas oleng dan menghimpit Jungwoo yang bersandar di pintu, tangan Lucas berada di pinggang Jungwoo menahan agar lelaki manis itu tidak jatuh. Suasana apart Jungwoo tiba-tiba saja menjadi hening. Keduanya tiba-tiba saja saling menatap dengan lekat. Tatapan Lucas turun ke bibir merah milik Jungwoo yang terlihat sangat menggoda untuk di sentuh.

Entah setan dari mana, Lucas tiba-tiba saja dengan berani memajukan wajahnya mendekat kearah Jungwoo. Melihat Lucas yang semakin mendekat Jungwoo dengan reflek menutup matanya erat, jantungnya sudah berdetak tidak karuan, tangannya dingin dan kakinya benar-benar melemas, jika saja Lucas tidak menahan pinggangnya mungkin Jungwoo tidak sanggup menopang tubuhnya sendiri.

Jungwoo dapat merasakan jika hidungnya bertabrakan dengan hidung Lucas, di tambah Jungwoo yang dapat merasakan nafas Lucas di wajahnya semakin mengeratkan mata dan mengepalkan kedua tangannya yang berada di samping tubuhnya. Tinggal sedikit lagi sampai keduanya bisa merasakan bibir masing-masing.

Namun tiba-tiba mereka di kagetkan dengan sebuah getaran yang cukup bisa terdengar dari hp Lucas. Menyadari itu Lucas segera menjauhkan tubuhnya dari Jungwoo dan meraih hpnya.

Mark.

Lucas segera mengangkat telfon dari asistennya itu dan sedikit merutuk karena Mark baru saja mengganggu kegiatan pentingnya dengan Jungwoo. Jungwoo sedikit menggeser tubuhnya, agar tidak menghalangi pintu.

Jungwoo dapat melihat Lucas kembali menyimpan hp-nya di saku, kembali menghampirinya kemudian berkata, “Saya harus balik ke kantor. Nanti saya hubungi ya?” Tanpa menunggu jawaban Jungwoo, Lucas dengan cepat mendaratkan sebuah kecupan di kening Jungwoo sebagai pengganti ciuman mereka yang terganggu karna mark dan segera berlalu meninggalkan Jungwoo yang masih berpegangan pada kitchen berusaha mengatur nafas dan juga kakinya yang sudah sangat lemas.

SHIT! HUANG LUCAS MEMANG TIDAK PERNAH BAIK UNTUK JANTUNG JUNGWOO.

Serendipitous Love.

Suasana di salah satu tempat Steak ternama disalah satu mall terbesar ibu kota terlihat sangat ramai, beberapa pengunjung terlihat berlalu lalang didalam sana, sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang berbincang-bincang, sibuk dengan hpnya masing-masing atau tidak berbicara sama sekali padahal mereka sedang berdua.

Seperti di salah satu meja pojok yang ditempati oleh Lucas dan juga Jungwoo. Di meja mereka hanya ada keheningan. Bahkan tidak ada yang menyentuh makanannya sama sekali padahal 2 steak medium well sudah tersedia dihadapan mereka dan sangat menggoda untuk di cicipi. Tapi sepertinya kedua orang itu lebih memilih untuk menikmati kediaman keduanya dalam waktu yang lama.

“Makan.” Ucap Lucas dengan deep voicenya pada akhirnya. Memecah keheningan yang terjadi sejak keduanya duduk disana.

Jungwoo semakin menundukkan kepalanya, ia tidak suka dengan Lucas yang mode dingin seperti ini. Disatu sisi ia takut disisi lain ia ingin menangis entah karna apa.

“Kalo kamu tidak ingin makan lebih baik kita pulang. Saya sibuk.” Ujar Lucas lagi kali ini dengan nada yang tidak kalah ketusnya. Bahkan sampai membuat Jungwoo terperenjat kaget.

Lucas jelas menyadari keterkagetan Jungwoo, lelaki itu sedikit merasa bersalah dan meminta maaf dalam hati namun wajahnya tetap memasang raut wajah datarnya.

“Saya pulang.” Ujar Lucas tegas dan segera berdiri, namun belum sempat Lucas melangkah tangan Lucas di tahan oleh Jungwoo.

“Bisa kita ngomong sebentar?” Tanya Jungwoo setelah memberanikan diri untuk memulai obrolan dengan Lucas.

“Tidak disini. Cepat bereskan barang-barang mu dan kita pulang.” Ujar Lucas sambil melepas tangan Jungwoo dengan kasar.

Mendengar itu Jungwoo segera membereskan barang bawaannya dan keduanya keluar dari restoran steak itu menuju parkiran.

Isi chatnya


Sushi resto.

“Sebenernya ada apaan sih? Kenapa Jungwoo cabut?” Tanya Doyoung begitu melihat salah satu temannya keluar tepat setelah salah satu teman Jaehyun yang paling tinggi pergi begitu saja.

“Biarin aja doy, mau ke toilet kali adek.” Ujar Taeyong berusaha memberikan alasan masuk akal untuk temannya itu. Tidak mungkin kan ia mengatakan yang sebenarnya pada Doyoung.

“Tapi bang Lucas juga aneh deh bang. Masa dari tadi diem aja, tumben banget.” Timpal Jeno yang sejak tadi diam dan memperhatikan Lucas yang tiba-tiba menjadi diam setelah bertemu dengan teman-teman pacar Jaehyun itu.

“Biarin aja, gak mood kali bocahnya. Mau meeting kan dia abis ini sama Mark.” Jeno hanya mengangguk-angguk paham padahal dalam hatinya ia masih merasakan kejanggalan pada Lucas.

Disisi lain ada Taeyong dan juga Jaehyun yang bertatapan penuh makna satu sama lain. Seperti keduanya memikirkan satu kesimpulan yang sama. Setelahnya saling tersenyum dan menganggukan kepalanya pelan.


Suasana apartment Jungwoo terasa dingin mencekam. Dua orang berbeda ukuran itu tidak ada yang membuka suaranya sama sekali. Baik Jungwoo maupun Lucas sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Lucas dengan gusar memperhatikan jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Setengah jam lagi bos Benz itu ada meeting penting bersama dengan sang papi di salah satu kantor cabang. Tapi sudah hampir 15 menit mereka sampai Jungwoo tidak juga memulai pembicaraan.

“Mau mau bicara atau tidak? Jika tidak saya harus pergi. Saya tidak punya waktu hanya untuk melihat kamu yang diam seperti ini.” Ujar Lucas dingin. Membuat Jungwoo semakin menundukkan kepalanya takut.

“Saya pergi.” Lucas menghela nafas kasar kemudian segera berdiri. Meninggalkan Jungwoo yang masih terdiam dengan rasa takutnya dan banyak pemikiran untuk memulai pembicaraan dengan Lucas.

Satu sisi Jungwoo akan membiarkan Lucas pergi begitu saja dengan kemungkinan entah kapan lagi lelaki manis itu bisa bertemu dengan Lucas. Satu sis lainnya menyuruh Jungwoo untuk menahan Lucas dan menjelaskan semuanya sekarang juga, jika tidak maka Jungwoo akan kehilangan kesempatannya selamanya.

“Mas Lucas.” panggil Jungwoo dengan cepat, segera menghampiri Lucas yang sudah sampai di depan pintu.

Lucas yang saat itu sudah siap untuk membuka pintu terdiam kemudian membalik tubuhnya dan melihat Jungwoo sudah berdiri di belakangnya.

Lucas menatap Jungwoo datar tidak ada ekspresi sama sekali di wajah tampan Lucas. Jelas membuat Jungwoo kembali takut dan menyesali keputusannya untuk memanggil Lucas.

Seperti dejavu, Jungwoo kembali diam, tiba-tiba saja semua rangkaian kata di otaknya menghilang entah kemana hanya karna tatapan datar yang diberikan oleh Lucas.

“Saya pergi.” Ucap Lucas jengah dengan kelakuan Jungwoo yang sepertinya mengulur waktunya.

Belum sempat Lucas membuka pintu dengan cepat Jungwoo segers bergerak menghalangi pintu agar Lucas tidak bisa keluar. Lucas menaikkan sebelah alisnya bingung.

“Kamu mau apa? Saya sudah bilang saya tidak punya waktu untuk memperhatikan-”

Ucapan Lucas terpotong ketika Jungwoo tiba-tiba saja memeluk dirinya dengan erat. Lucas jelas dapat mencium wangi tubuh Jungwoo yang selama ini ia rindukan. Hampir terbuai, Lucas kembali sadar dan menjauhkan tubuh Jungwoo dengan sedikit kasar. Membuat sebuah bunyi yang diakibatkan dari tubuh belakang Jungwoo yang menabrak pintu akibat dorongan Lucas. Lelaki tinggi itu juga dapat mendengar sedikit ringisan Jungwoo.

“Kamu mau apa sih sebenarnya?” Tanya Lucas mengabaikan rasa khawatirnya karna ringisan Jungwoo tadi.

Jungwoo mengepalkan kedua tangannya disamping tubuhnya. Meyakinkan diri jika ia harus menyelesaikan semuanya sekarang, apapun hasilnya nanti yang penting Jungwoo tahu alasan Lucas yang tiba-tiba menghilang dan berubah menjadi dingin dan sedikit kasar padanya seperti sekarang.

“Aku mau tau alasan kamu tiba-tiba menghilang dan bilang aku menganggu dan jadi jadi balik dingin kaya dulu. Aku kira selama ini kita udah cukup dekat, tapi kayaknya aku aja ya yang mikir kaya gitu?” Mulai Jungwoo dengan suara sedikit bergetar dan berusaha keras untuk menahan tangisnya.

“Bukannya harusnya saya yang tanya? Kamu sebenarnya menganggap saya apa selama ini?” Tanya balik Lucas membuat Jungwoo tidak mengerti.

“Apa maksudnya?”

“Kamu dekat dengan saya tapi kamu jadian dengan orang lain. Lalu maksud perhatian kamu selama ini terhadap saya itu apa?” Ucap Lucas tepat pada pointnya. Lelaki tinggi itu sudah tidak mau terlalu bertele-tele.

“Jadian? Aku jadian sama siapa?” Tanya Jungwoo dengan wajah bingung yang sangat kentara.

“Masih tidak mau jujur? Apa jangan-jangan kamu type player yang tidak cukup dengan hanya satu laki-laki?” Mulut tajam Lucas kembali. Jungwoo jelas kaget dengan ucapan Lucas barusan. Tidak pernah menyangka jika Lucas akan menuduhnya sebagai player.

“Tunggu! Tunggu! Kamu jangan sembarangan bilang aku player. Kamu bisa gak langsung straight to point aja gak? Karna aku gak merasa pacaran sama siapapun. Lelaki yang dekat sama akupun cuma kamu.”

Lucas berdecih kesal, sudah ketahuan masih tidak mau mengaku. Pikirnya.

“Masih juga nyangkal kalau kamu gak punya pacar? Terus apa maksud dari postingan twitter kamu? foto laki-laki dengan caption i love you?”

Otak Jungwoo bekerja lebih keras berusaha menangkap maksud ucapan Lucas. Sampai kemudian ia teringat sesuatu. Lelaki manis itu tertawa pelan.

“Kenapa kamu ketawa? Ada yang lucu?” Tanya Lucas tidak suka dengan tawa Jungwoo.

“Kamu lucu. Kamu salah paham sama postingan itu. Aku gak pacaran sama siapapun. Yang di foto itu He's my bestfriend.” Jungwoo tiba-tiba saja tersenyum cerah begitu melihat wajah Lucas yang kebingungan.

“Maksudnya?” Jawab Lucas tiba-tiba saja sedikit melunak begitu mendengar penjelasan Jungwoo. Merasa sedikit lega karena lelaki manis itu tidak memiliki pacar tapi masih bingung dengan penjelasan Jungwoo yang masih belum jelas.

-TBC-