aquarieblack

Serendipitous Love

“Dek lu gak mau belanja?” Tanya Taeyong yang sedang sibuk memilih baju. Jungwoo hanya mengenggeleng pelan. Dirinya tidak sedang berniat atau tertarik untuk belanja. Lebih senang melihat-lihat.

“Abis ini mau ngapain lagi?” Tanya Doyoung yang juga sama sedang sibuk memilih baju.

“Makan aja yuk kak, gue laper.” Rengek Jungwoo sambil memegang perutnya yang sudah sedikit berdemo minta di isi makanan.

Doyoung mengangguk setuju begitu juga dengan Taeyong. Keduanya mempercepat kegiatan belanja mereka supaya lelaki paling kecil diantara mereka itu bisa segera makan.

Ketiga sekawan itu baru saja keluar dari salah satu toko baju dengan 2 diantara menenteng paperbag dengan logo toko tersebut. Satu lainnya hanya sibuk dengan hpnya.

“Kita mau makan dimana nih?” Tanya Taeyong sambil berjalan disamping Jungwoo yang masih sibuk dengan hpnya.

“Dek” panggil Doyoung dengan sedikit senggolan di lengannya membuat Jungwoo kaget dan menoleh kearah Doyoung.

“Eh? Kenapa kak?” Tanya Jungwoo karena tidak mendengar pertanyaan Taeyong.

“Lu nih main hp mulu deh, ngapain sih?” Tanya Doyoung sedikit jengah.

“Ini mingyu ngechat katanya mau nyusul tadi. Tapi kayaknya gak jadi. Bentar-bentar gue bales dulu.” Jelas Jungwoo lalu kembali sibuk dengan ponselnya.

Mereka melanjutkan langkah mereka untuk menuju tempat makan di lantai 4, namun belum mereka sampai lift tiba-tiba saja sebuah suara mengintrupsi langkah mereka.

“Loh sayang?” Seru sebuah suara membuat Taeyong dan Doyoung menoleh kearah samping sedangkan Jungwoo masih sibuk dengan hp-nya. Bahkan tidak sadar dengan adanya keberadaan orang lain disana.

“Loh Mas? Kamu ngapain?” Tanya Taeyong begitu melihat Jaehyun ada dihadapannya.

Jungwoo yang sudah selesai dengan hpnya segera memasukkan hp-nya kedalam saku celana dan mengangkat kepalanya sambil berucap, “Ayo kak kita mau-” ucapannya terhenti begitu saja ketika sadar ada sosok lain didepannya. Sosok lelaki tinggi, memakai sebuah kemeja berwarna perpaduan coklat dan hitam dari brand mahal kenamaan dunia dengan airpod yang terpasang di salah satu telinganya. Tidak lupa dengan piercing yang Jungwoo rasa bertambah dari terakhir kali Jungwoo melihatnya.

Sosok tinggi dengan raut wajah dingin itu sedang melihat kearah lain. Walaupun tidak sedang melihatnya, Jungwoo jelas tahu siapa sosok yang berada di hadapannya itu. Jantung Jungwoo tiba-tiba saja berdetak tidak karuan, rasa ingin menangis semakin kuat ia rasakan ketika sadar jika sosok itu enggan untuk melihatnya. Ia merasa takut terlebih raut wajah Lucas yang terlihat datar. Ya. Sosok dihadapannya itu adalah Lucas bersama dengan Jaehyun yang Jungwoo tau sebagai pacar Taeyong dan satu lainnya yang Jungwoo tidak tahu.

Visualisasi

“Woo kita makan bareng sama Mas Jaehyun dan temen-temennya ya” beri tahu Taeyong sambil berjalan meninggalkan Jungwoo yang masih terdiam ditempat.

Apa kata Taeyong? Makan bersama? Berarti ia juga akan makan bersama dengan Lucas? No. Jungwoo tidak siap.

“Dek? Ayo kok malah bengong sih lu.” Ujar Doyoung membuat kesadaran Jungwoo kembali dan segera menyusul yang lain dengan jantung yang tetap berdetak tidak karuan karna takut.


Entah kesialan atau malah keberuntungan, Lucas jelas saja memaki dalam hati. Merutuki keputusannya untuk ikut dengan Jaehyun dan Jeno untuk makan siang bersama di luar kantor.

Dirinya Justru bertemu dengan sosok yang paling ia hindari. Ya. Dirinya bertemu dengan Jungwoo yang sedang bersama dengan kekasih Jaehyun.

Lucas juga merutuki Jaehyun dalam hati karena mengusulkan untuk makan bersama dengan Taeyong dan temannya yang berarti ia harus satu meja dengan Jungwoo. Rasanya Lucas ingin kabur saja tapi tidak enak dengan Jaehyun.

Mereka memutuskan untuk makan disebuah restoran sushi yang menjadi favorit mereka semua. Mereka ber6 sengaja mengambil meja pojok agar obrolannya tidak terlalu menganggu pengunjung lain.

Suasana cukup canggung menurut Lucas, selama menunggu pesanan hanya Taeyong dan Doyoung yang membuka suara untuk bercerita apapun pada mereka. Berbeda dengan sosok yang duduk tepat di hadapannya, lelaki itu hanya diam dan menundukkan kepalanya, atau sesekali sibuk dengan hpnya.

“Dek you ok?” Lucas bisa mendengar Doyoung bertanya pada Jungwoo. Lelaki itu mengalihkan pandangannya dari Jungwoo untuk melihat hal lain.

“Gue gpp kak.” Suara Jungwoo terdengar sedikit sedih di telinga Lucas. Membuatnya entah mengapa merasa sakit hati? Entahlah Lucas juga tidak yakin.

Tak lama kemudian makanan mereka tiba, tetapi lagi-lagi Lucas memperhatikan Jungwoo secara diam-diam, lelaki manis itu bahkan sama sekali tidak menyentuh makanannya.

Sampai kemudian hp Lucas yang berada diatas meja bergetar. Lelaki tinggi itu melirik sekilas lalu mengernyitkan dahinya bingung, membiarkan hpnya begitu saja. Sampai kemudian sebuah pesan kembali masuk dan membuat Lucas membalas pesan tersebut dan segera keluar meninggalkan restoran sushi itu secara tiba-tiba. Meninggalkan banyak tanya di benak semua orang.

Serendipitous Love

Lucas membanting tubuhnya keatas ranjang besarnya di apartemen miliknya. Sudah semingguan lebih ini lelaki itu tidak memiliki istirahat yang cukup karena banyaknya pekerjaan yang harus ia selesaikan, rapat-rapat besar yang harus ia hadiri.

Seperti hari ini, ia ada meeting dengan papinya bersama teman sang papi membahas kerja sama masing-masing perusahaan yang memakan waktu hampir seharian.

Sebetulnya teman papinya itu mengajak ia dan juga kedua orang tuanya untuk makan malam bersama dirumahnya. Namun Lucas menolak karena badannya sudah berontak minta di istirahatkan. Jadi disinilah dirinya berada sekarang.

Oh! Bahkan sang mami juga memaksanya untuk ikut makan malam bersamanya dan juga papinya. Namun lagi-lagi dengan sopan Lucas menolak dan mengatakan jika ia ingin istirahat saja di apartnya.

Sudah seminggu lebih pula Lucas tidak memberi kabar atau sekedar mengucapkan selamat pagi pada Jungwoo si pujaan hatinya itu. Rasa rindu memenuhi hati Lucas pada sosok manis yang sejak pertama kali itu sudah berhasil mencuri hatinya.

Niatnya ia ingin mengabari Jungwoo saat ini, namun tubuhnya mengambil alih lebih besar sehingga Lucas dengan cepat jatuh tertidur. Bahkan masih dengan menggunakan pakaian kantornya itu.

Chat Mami

-Fin-

Keadaan sekitar parkiran basement terlihat sangat sepi, karena memang jarang ada orang yang mau memarkirkan kendaraan mereka di basement dan lebih memilih memarkirkan kendaraan mereka diluar gedung.

Keadaan sepi itu dimanfaatkan oleh Haechan yang baru saja keluar dari dalam gedung untuk segera mencari keberadaan mobil kekasihnya.

Begitu melihat sebuah sedan yang cukup familiar, Haechan menoleh ke kanan dan kiri memastikan tidak ada orang lalu segera membuka pintu mobil dan mendudukkan diri di dalam mobil mark.

Membuat Mark kaget karena haechan membuka pintu secara tiba-tiba dan menutupnya dengan cukup kencang.

“Sayang pelan-pelan dong, aku kaget nih,” keluh Mark sambil mengusap dadanya pelan. Haechan hanya tersenyum sambil memamerkan gigi rapihnya pada Mark. Membuat mark gemas dan mengusap pipi gembil Haechan lalu diakhiri dengan mark mencubit pipi haechan.

“Kak! Sakit dong,” keluh Haechan sebal. Mark hanya tertawa mendengar keluhan sang pujaan hati.

Mark segera menancap gas mobilnya setelah memastikan Haechan telah menggunakan sabuk pengamannya dengan baik.

“Kita mau kemana sih kak?” Tanya Haechan sambil menoleh kearah Mark yang sedang fokus dengan jalanan.

“Ya mau pulang lah, gimana sihh.” Mark terkekeh pelan atas pertanyaan Haechan barusan.

Haechan mendengus sebal, lelaki mungil itu kemudian memutuskan untuk bermain game sambil melipat kedua kakinya keatas kursi membuat celana pendek yang ia kenakan semakin tersingkap membuat paha mulusnya terekspos dengan jelas.

Awalnya Mark tidak sadar dengan posisi duduk Haechan, hingga saat lampu merah Mark menoleh kearah Haechan karena kekasihnya itu tidak bersuara sejak terakhir iya bertanya tadi.

Mark meneguk ludahnya kasar begitu mendapati paha mulus Haechan terekspos dengan bebas tidak tertutup oleh apapun karena celana Haechan yang terlampau pendek.

Ada sesuatu dalam dirinya yang tiba-tiba menjadi tegang dan keras. Mark berusaha untuk fokus pada jalanan dan tidak melirik ke arah dimana paha Haechan terlihat dengan bebas. Namun sial, godaan tubuh Haechan sangat besar pada dirinya. Bukannya lebih tenang, Mark justru semakin tidak bisa menahan dirinya dan sesekali kembali melirik paha mulus Haechan membuat adiknya dibawah sana meminta untuk segera di bebaskan.

Merasa tidak akan sanggup untuk sampai ke dorm mereka dengan keadaan seperti ini, Mark dengan cepat membelokkan mobilnya ke arah pinggiran sungai han yang sangat sepi bahkan tidak ada seorang pun yang lewat.

Merasa mobil berhenti bergerak, Haechan mengalihkan pandangannya kearah luar mobil. Mendapati tempat asing, Haechan menoleh pada Mark yang kini sedang menghela nafas berat seperti sedang berusaha menenangkan dirinya ditambah bulir keringat yang terdapat di pelipis lelaki tampan itu.

“Kak are you okay?” Haechan memiringkan duduknya, mengulurkan tangannya untuk mengusap peluh di pelipis mark.

Mark dengan cepat menoleh kearah Haechan, namun bukannya menatap mata kekasihnya, pandangan Mark justru tertuju pada paha mulus Haechan yang semakin terlihat karena celana semakin tersingkap karena pergerakan Haechan.

“Gak, aku gpp.” Mark menggelengkan kepalanya, berusaha untuk fokus dan tidak melihat ataupun memikirkan paha mulus Haechan.

Haechan jelas sadar ada yang salah dengan Mark, Haechan juga sadar jika pandangan mata Mark tertuju pada bagian bawah tubuhnya. Haechan menunduk untuk melihat sesuatu yang salah, ternyata celananya yang menjadi masalah.

Haechan sedikit melirik ke bagian bawah tubuh Mark, Haechan dapat melihat sesuatu menggelembung dari balik celana yang Mark kenakan. Haechan jelas tahu apa itu, di tambah fakta bahwa Mark yang memang lemah hanya jika melihat tubuh Haechan terekspos seperti sekarang.

Mark masih diam, membuang muka kearah jendela, berusaha menenangkan dirinya.

Haechan tersenyum simpul sebelum kemudian mengulurkan tangannya menyentuh gundukan besar dibalik celana Mark. Haechan dapat merasakan tubuh Mark menegang kaku. Lelaki itu secara perlahan menggerakkan kepalanya untuk melihat apa yang sedang di lakukan oleh Haechan.

“Ka-kamu ngapain?” Tanya Mark sambil meneguk ludahnya kasar, entah mengapa ia merasa tenggorokannya sangat kering sekarang.

“Keliatannya ngapain?” Goda Haechan sambil menaikkan sebelah alisnya sambil memamerkan smirk ini kecilnya. Mark jelas speechless dengan tingkah Haechan barusan, namun tidak munafik jika ia menyukai sentuhan tangan Haechan di miliknya yang sedang menegang dan semakin menjadi karena sentuhan ringan haechan.

“Kamu mau?” Tanya Haechan dengan tangan tetap berada diatas gundukan milik Mark dan sedikit memijitnya pelan. Mark jelas berusaha menahan desahannya dan berusaha untuk tetap waras agar tidak menyerang Haechan sekarang, di tempat umum seperti ini. Terlalu beresiko.

“Kok gak dijawab?” Ulang Haechan dengan tangan yang semakin aktif meremas gundukan Mark yang semakin mengeras, minta untuk segera di keluarkan.

“Shhhh” desah Mark tertahan membuat Haechan tersenyum menang.

Haechan dengan cepat menurunkan restleting celana yang dipakai oleh Mark, namun tangannya mendapat cekalan dari Mark, Haechan menatap Mark dengan puppy eyes andalannya jika ingin meminta sesuatu pada Mark.

“Shit!” Umpat Mark sambil melepas cengkramannya pada tangan Haechan.

Lelaki mungil itu kembali menjalankan aksinya. Menurunkan restleting Mark, menyusupkan tangannya kebalik celana sempit Mark dan menyentuh langsung junior Mark yang sudah tidak sabar untuk dilepaskan.

Haechan mengusap penis Mark dengan lembut, lalu memijatnya dengan pelan, Haechan sedikit bermain-main dengan benda favoritnya itu.

“Shhhh” Kepala Mark mendongak sempurna hanya karna pijatan dan usapan lembut yang diberikan oleh Haechan.

https://twitter.com/_8266_/status/1224002671788613634?s=19

“Aku keluarin boleh gak?” Tanya Haechan dengan suara serak yang sangat kentara menahan nafsunya. Mark tidak bisa berkata-kata hanya mengangguk. Masih berusaha menahan kewarasannya yang sudah sangat tipis.

Haechan kemudian menurunkan celana dan celana dalam Mark lalu mengeluarkan ke kejantanan Mark yang sudah mengeras dengan sempurna.

“Boleh?” Izin Haechan sebelum mulai bermain-main dengan kejantanan Mark. Kewarasan lelaki itu sudah hilang dan hanya mampu mengangguk sambil menikmati sentuhan yang Haechan berikan.

Haechan dengan cepat menggerakkan kedua tangannya, bergerak naik turun mengurut penis Mark.

“Sshhhh ahhhh haechaahhh” Mark berusaha menahan desahannya agar tidak ada yang curiga. Bagaimana pun keduanya masih berada di tempat umum. Walaupun di dalam mobil, tapi tetap saja tempat umum.

“Ahhhh shit! Lee haechannaahhh” desahan Mark kembali menggila begitu Haechan menundukkan tubuhnya mendekat kearah penis Mark lalu mulai mengulum kepala penis Mark sambil memainkan lidahnya di sekitar kepala penis Mark.

“Ahhhh sayangahhh nghhhh” Mark menggigit bibirnya agar desahan nakal tidak keluar begitu saja dari bibirnya. .

Setelah puas bermain dengan kepala penis Mark, Haechan segera memasukkan seluruh penis mark masuk kedalam mulut kecilnya. Mark menggeram tertahan, mulut haechan terasa nikmat untuk penisnya yang besar dan juga panjang.

Merasa gerak Haechan lambat, Mark memegang kepala Haechan lalu menaik turunkan kepalanya lebih cepat, rasa hangat mulut Haechan membuat Mark semakin menggila.

“Shhhh ahhhhh ahhhh ngghhhhh”

“Ahhhh haechaahhhh akuh mau keluarr nghhhhh” Mark menahan kepala Haechan agar tidak bergerak.

Haechan dapat merasakan semburan sperma didalam mulutnya sampai ke tenggorokannya untung saja dirinya tidak tersedak. Haechan masih dapat merasakan penis mark berkedut didalam mulutnya, mengeluarkan seluruh isinya didalam mulut Haechan.

Haechan menjauhkan kepalanya dari penis Mark, berusaha mengambil nafas banyak-banyak.

Kegiatan mereka tidak hanya sampai disitu, Haechan dengan cepat kembali menunduk menjilati penis Mark yang masih diselimuti oleh sperma yang tidak tertampung di mulut Haechan.

Haechan memulai dari kedua bola kembar Mark, lalu bergerak keatas dengan lidahnya yang bermain lihai di penis Mark yang masih sedikit tegang.

Haechan juga menjilati kepala penis Mark dan sesekali mengulum kepala penis itu dengan gemas. Sentuhan terakhir yang Haechan berikan yaitu memainkan lubang pipis Mark dengan lidahnya. Berhasil membuat Mark kembali mendesah pelan.

Setelah puas bermain dengan lubang pipis dan kepala penis Mark, Haechan mengecup ujung penis Mark lembut sebelum menjauhkan kepalanya dari penis Mark.

Haechan menatap Mark yang sedang bersandar sambil menatapnya dengan lemah. Peluh membasahi pelipis Mark. Padahal ac mobil tidak mereka matikan sama sekali, tetapi Mark banjir oleh keringat.

Mark meraih wajah Haechan, mengusap pipi gembil Haechan lembut dan menghapus sisa spermanya yang masih tersisa di ujung bibir Haechan.

Mark mendekatkan kepalanya ke kepala Haechan kemudian mengecup bibir manis Haechan dengan lembut. Tanda terima kasihnya karena sudah dibantu melepaskan sesuatu yang sudah sejak tadi ia tahan.

Visual

“Makasih ya sayang,” ucap Mark begitu melepaskan ciumannya. Menatap lembut Haechan sambil memperhatikan wajah kekasihnya itu dan menyentuh seluruh fitur wajah Haechan bergantian.

“I love you sunshine” Mark kembali mendekat dan mencuri sebuah kecupan singkat. Setelahnya menarik Haechan kedalam pelukannya. Haechan segera mendusalkan wajahnya di leher Mark yang masih berkeringat, sambil sesekali mengecupi leher putih Mark. Lalu membalas pelukan Mark dengan sama eratnya.

Visual

Serendipitous Love

“Adek uwu gimana ujianya,” itu Ten begitu melihat Jungwoo datang kemudian duduk disampingnya. Jungwoo menghela nafas pelan lalu mengambil cemilan keripik kentang yang entah milik siapa yang ada di hadapannya itu.

“Susahh,” rengek Jungwoo dengan mulut sibuk mengunyah kripik kentang.

“Makanya lama keluarnya,” lanjutnya lagi.

“Uuuuuu kasian dek uwu,” Ten menggusak kepala Jungwoo gemas, membuat lelaki manis itu berusaha menjauhkan kepalanya karena sebal. Sedangkan yang lain hanya tertawa melihat tingkah ten dan penolakan dari Jungwoo yang sudah sering mereka liat sehari-hari.

Jungwoo masih sibuk memakan kripik kentang yang ada di meja ketika hpnya bergetar menampilkan sebuah notifikasi chat. Jungwoo melirik hpnya sebentar lalu meraih benda gepeng itu dan dengan santai membuka dan membalas chatnya.

Hingga kemudian sebuah balasan kembali datang berhasil membuat Jungwoo kaget bukan main. Dirinya sampai tersedak dan terbatuk-batuk melihat isi chat dari nomor tidak di ketahui barusan itu.

“Heh kenapa? Nih minum,” tanya Taeyong panik begitu melihat Jungwoo yang tiba-tiba terbatuk batuk. Jungwoo menerima sodoran minum Taeyong dan segera meminumnya sampai habis. Namun rasa kagetnya masih juga belum hilang.

“Kenapa sih lu?” Tanya Doyoung penasaran. Jungwoo hanya menggeleng pelan enggan untuk menjawab pertanyaan Doyoung padahal yang lain juga sepertinya sama penasaran dengan Doyoung karena mereka semua menatap Jungwoo lekat.

Jungwoo memilih untuk tidak membalas chat tersebut dan kembali meletakkan hpnya lalu kembali menikmati kripik kentang yang sejak tadi ia makan sambil menunggu makanan milikinya datang.

-Fin-

Isi Chatnya

MarkHyuck

Mark dengan segera keluar dari dormnya, menunggu lift dengan tidak sabar sambil menggetukkan kakinya ke lantai. Begitu lift tiba, mark segera masuk dan menekan tombol 5 tempat dimana kekasihnya itu berada. Mark merasa lift yang membawanya turun sangat lambat.

Ting.

Pintu terbuka.

Mark segera keluar lift dan berjalan dengan cepat kearah dorm Haechan. Mark segera memasukkan pin dan membuka pintu dengan tergesa.

“Loh? Mark? Kaget. Kirain siapa,” itu Taeyong yang sedang makan di dapur.

“Eh hyung,” sapa mark agak kikuk.

“Mau ke Haechan?” Mark hanya mengangguk malu-malu. Taeyong terkekeh pelan dan segera mengizinkan Mark untuk ke kamar Haechan. Sudah tidak aneh bagi Taeyong karena dirinya pun sama seperti mark yang suka mendatangi kamar Jaehyun.

Mark membuka pintu kamar haechan perlahan, lelaki leo itu dapat melihat kekasihnya berada di balik selimut yang menutupinya hingga kepala. Mark menutu pintu kamar Haechan dan tidak lupa menguncinya. Lalu lelaki leo itu berjalan mendekat kearah ranjag Haechan dan mendudukkan diri di hadapan Haechan.

“Sayang,” panggil Mark dengan deepvoicenya, Mark dapat melihat tubuh haechan yang tertutup selimut menegang tiba-tiba.

Setelah mendengar deepvoice Mark, Haecha segera menurunkan selimutnya sedkit hingga batas leher, menampilkan wajah imutnya yang membuat Mark gemas.

“Kamu beneran mau?” Tanya Mark serius sambil menatap kekasih hatinya itu lekat. Haechan mengangguk pelan. Tidak ada keraguan di mata Haechan.

“Kamu yakin?” Tanya Mark lagi. Haechan kembali mengangguk.

Merasa Mark terlalu banyak bertanya membuat Haechan sebal dan segera menarik baju Mark, membuat lelaki leo itu hampir menindih tubuh mungil Haechan. Untung saja reflek Mark bagus sehingga ia dapat menahan diri agar tidak meniban Haechan.

“Gak sabaran banget?” Mark menaikkan sebelah alisnya menggoda Haechan yang terlihat sudah tidak sabaran.

Haechan mengangguk pelan menatap mark dengan tatapan memohon. Melihat itu jelas Mark tidak dapat menahan diri, Mark segera meraup bibir mungil Haechan melumatnya dengan penuh nafsu jelas berhasil membuat Haechan mendesah pelan.

“Hhhh...”

Tangan Mark tidak tinggal diam, Mark membuka selimut yang sejak ia datang menutupi tubuh Haechan dengan sekali tarik dan membuangnya sembarangan.

Mark kaget dan menatap Haechan tidak percaya. Ternyata dibalik selimut yang menutupi tubuh Haechan lelaki mungil itu tidak mengenakan apapun lagi. Tubuh polos Haechan terpampang nyata di depan mata Mark.

Setelah memperhatikan bagian tubuh Haechan, Mark menatap kekasihnya itu lekat sambil bertanya, “jadi kamu beneran udah gak sabar?” Tanyanya seduktif sambil mencium leher Haechan sambil memberikan beberapa tanda di leher mulus Haechan.

“Hhhh.. kakkhhhh”

“Nakal banget sekarang? Siapa yang nyuruh buat ga pake baju? Hmm?” Tanya Mark kali ini sambil sebelah tanganya memainkan puting Haechan yang sudah menegang sempurna.

“Kakk... Ahhhh..Kakkkhhh” desahan Haehan terdengar sangat sexy di telinga Mark membuat libido lelaki itu tiba-tiba saja meningkat.

Mark kembali melumat bibir Haechan kali ini dengan lebih panas dari pada sebelumnya, Haechan agak kewalahan mengimbangi permainan bibir Mark namun tetap menikmatinya.

Haechan tersentak kaget begitu merasa tangan Mark menyentuh miliknya dan mulai mengurut penisnya secara perlahan.

“Ahhh.. kakk... No! Jangaahhh” tubuh Haechan bergerak tidak nyaman karena sentuhan yang diberikan oleh Mark.

“Mau langsung ata-

“Langsung aja please” pinta Haechan dengan sorot mata yang sudah di penuhi oleh nafsu. Mark dengan segera membuka seluruh pakaian yang menempel di tubuhnya dan mengungkung Haechan di bawahnya.

Mark menatap Haechan dengan lekat tepat di netranya, sambil sebelah tangannya bergerak menyentuh bibir mungil Haechan lalu turun ke leher, semakin turun ke dada Haechan. Mark kembali menyentuh puting Haechan sambil memainkan puting Haechan dengan pelan. Setelah puas, tangan Mark semakin turun kebagian bawah Haechan. Membuat pola abstark di perut Haechan sebelum kemudian kembali menyentuh penis Haechan dan memberi pijatan lembut pada penis mungil kesayangannya itu.

“Aahhh... Nooohhh...kakkkkhhhh. massukkin pleaseeaahhhh” pinta Haechan.

Mark dengan segera melebarkan kedua kaki Haechan sampai dirinya bisa melihat lubang pink milik Haechan.

“Akhh kak!” Teriak Haechan kaget begitu merasa satu jari mark berhasil masuk kedalam analnya.

Mark kembali menambahkan 1 jarinya untuk masuk kedalam anal Haechan, jelas membuat lelaki mungkil itu mendesah tidak karuan.

“Kak ahh.. ahhh... Lagi kakkhhhh...ahhh” racau Haechan.

Mark menarik kedua jarinya dan mulai memposisikan penis besarnya di depan lubang anal Haehan. Mark sudah ingin menerobos anal Haechan saat ia sadar sesuatu.

“Gak ada kondom?”

Haechan menggeleng lemah, “gak usah pake gpp. Tapi keluar di luar ya? Aku mau kamu keluar disini,” tunjuk Haechan pada wajahnya.

Tanpa menunggu waktu lama, Mark segera memasukkan penis besarnya kedalam anal sempit Haechan.

“Ahhh! Kaahhk sakittthhh enggghhh,” rengek Haechan begitu rasa nyeri menyapa analnya.

“Sabar sebentar ya,”

Bless

“Akhh”

Seluruh penis Mark berhasil masuk ke anal Haechan. Mark tidak langsung bergerak, menunggu Haechan agar terbiasa dengan penis besarnya.

“Kamu bisa gerak sekarang kak”

Mark dengan segera menggerakkan tubuhnya, memompa Haechan dengan penuh semangat.

“Kakh! Ahhhh! Ahh!”

“Shit! Kamu sempit banget chan”

Mark melumat bibir Haechan, bergantian menyesap bibir atas dan bawah haechan secara bergantian. Setelah puas bermain dengan bibir Haechan, ciuman mark turun ke leher Haechan dan meninggalkan banyak bekas disana.

“Hhhh... Kakk!.. ahhhh.. iyaahhh disituhh kakk ahhhh” racau Haechan ketika mark berhasil masuk lebih dalam dan mengenai sweet spotnya.

“Disini?” Mark menambah kecepatan dalam memompa Haechan membuat semakin meracau tidak karuan.

“Ahhhh! Kakkkhhh... Iyaaahhhh shh ka-kak mark...”

“Shh... Kamu sempit banget chan shhhh ahhh” mark semakin mempercepat tempo permainanya ketika merasa jika penisnya dijepit oleh dinding anal Haechan.

“Shit! Ahhhh haechan kamu enak banget ahhhhh..” geraman Mark tertahan begitu merasa kenikmatan yang diberikan oleh anal Haechan. Mark hilang akal, lelaki leo itu semakin mempercepat tempo bermainnya. Haechan jelas kewalahan dibawah sana mengimbangi permainan Mark.

“Kak- akuuhhh maauu keluar kak ahhhh... Nggghhhh”

Tidak lama kemudian Haechan mendapatkan pelepasannya. Tubuh mungil Haechan mengelinjang, mark dapat merasakan jika penisnya dijepit semakin kuat oleh anal haechan ketika lelaki itu mendapatkan pelepasannya. Sperma Haechan mengotori perut mulus miliknya. Dengan segera mark membersihkan sisa sperma haechan di penis mungil lelaki itu dan juga membersihkan semua yang ada di perut Haechan hingga bersih dengan menggunakan lidahnya. Sedangkan Haechan hanya pasrah mengatur nafasnya yang tersenggal akibat pelepasannya barusan.

“Sekali lagi ya?” Pinta Mark sambil menatap lembut Haechan yang masih terengah dibawahnya.

Haechan mengangguk pasrah, sejujurnya ia juga masih ingin merasakan penis mark berada di analnya jadi yaa dia menyanggupi permintaan mark.

Kali ini mark membalik tubuh haechan membuat lelaki mungil itu tengkurap membelakanginya. Tanpa membuang waktu, Mark segera memposisikan kembali penisnya di depan lubang anal Haechan dan segera menerobos masuk. Membuat tubuh haechan tesentak kaget namun dengan cepat dapat beradaptasi.

Visual

Mark mulai bergerak, tempo kali ini dimulai dengan cepat. Mark tidak ingin membuang waktu dan membuat Haechan semakin kelelahan.

“Ngggg- kakkhhhh terusshh kakkhhh ahhhh”

Racauan Haechan semakin membuat mark bersemangat memompa tubuh mungil Haechan. Mark merundukkan tubuhnya dan mengecup punggung telanjang haechan tak lupa memberi tanda kepemilikan disana.

“Akhhh! Kakhhh noohh jangann ahhh jangan disituhh ahhhh nggghhh” racau Haechan ketika mark kembali mengenai sweet spotnya.

“Disininnhh? Shhhh. Shit! Lee haechan ahhhhh shhh uugghhhh”

“Nooohhhh kakhhhh jangan jangan ahhhh nooughhhh!”

“Fasterhhh daddyhh ahhhh faster emmhhh”

Mark semakin menpercepat tempo gerakannya, mengeram tertahan karena rasa nikmat yang diberikan haechan.

“Hhhhh kakkhhh akuhh mau sampehhh ahhhhh”

“Shhhh ahhhh akuhh jugaa ahhhh”

Merasa jika akan mencampai puncaknya, Mark dengan cepat membalikkan tubuh Haechan dan mendudukkan dirinya diatas perut haechan. Mengarahkan penisnya tepat didepan wajah haechan. Mark mengocok penisnya sebentar sampai cairan putih miliknya muncrat mengotori wajah Haechan.

Haechan dengan cepat membuka mulutnya menampung sperma mark didalam mulutnya. Menjulurkan lidahnya untuk menyentuh kepala penis mark yang masih mengeluarkan cairan, berhasil membuat mark seperti tersengat ribuan volt listrik.

Setelah dirasa sudah, Haechan meraih penis mark yang masih berada dihadapannya, mengocoknya sebentar kemudian membersihkan penis mark dengan lidahnya. Mengulum kepala penis itu dengan lembut, sambil memainkan lubang kencing mark dengan lidahnya.

“Shit lee haechan” geram mark tertahan.

Haechan sudah menyelesaikan pekerjaannya dengan penis mark. Mark segera turun dari atas tubuh haechan dan meraih tisu lalu membersihkan wajah haechan yang penuh dengan sperma miliknya.

Cup

“I love you” ucap mark setelahnya menggendong Haechan masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri.

https://twitter.com/_8266_/status/1223585376100659200?s=19

Daddy – Baby

Jungwoo melempar hpnya sembarangan ke atas kasur. Menghela nafas berat lalu menyandarkan tubuhnya ke kepala ranjang sambil memejamkan matanya.

Jika ada yang bertanya apakah Jungwoo menangis saat ini? Jawabannya adalah tidak. Jungwoo tidak menangis , lelaki manis itu kini bahkan tidak tahu bagaimana caranya untuk menangis. Jungwoo merasa seluruh air matanya telah habis karena ia gunakan beberapa hari yang lalu.

Setelah ini semua akan berubah, Jungwoo akan kembali sendirian, tidak ada tempatnya untuk pulang karena rumahnya kini sudah menemukan rumah yang lain. Sosok yang selalu menjanjikan untuk bersama dengannya dalam waktu yang lama kini memilih orang lain untuk ia berikan janji yang mungkin sama dengan janjinya pada Jungwoo. Sosok yang mengatakan tidak akan meninggalkan dirinya kini justru meninggalkan dirinya tanpa kabar dan tiba-tiba saja dirinya mendapat undangan ditengah ketidak jelasan hubungan keduanya.

Kini Jungwoo sangsi akan ia bisa menghadapi sidangnya sendirian. Selama ini ada Lucas yang selalu membantu dan memberi Jungwoo semangat, tetapi kini sosok itu sudah tidak ada lagi. Apakah ia bisa? Jungwoo harus bisa! Ia kembali mengingat ucapan mamanya beberapa hari lalu. Jungwoo tidak sendirian, ia masih memiliki mama dan juga papanya yang akan selalu berada dibelakangnya. Kini ia hanya harus fokus dengan sidang tugas akhirnya yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini. Ia harus membuktikan jika ia bisa ditengah perasaan dan hatinya yang sedang sangat hancur ini.

Tugasnya sekarang adalah move on. Bagaimana cara melupakan lelaki baik yang sudah setahun ini menemaninya. Banyak sekali memori dan kenangan yang tersimpan di otak Jungwoo. Yang Jungwoo sendiri tidak yakin apakah ia bisa melupakan semua kenangannya atau tidak. Jungwoo menghela nafas pelan, semua yang terjadi akhir-akhir ini membuatnya sedikit merasa lelah.

Jungwoo mengedarkan pandangannya dan berhenti tepat di meja belajarnya, di dinding depan meja belajarnya terdapat banyak foto polaroid menggantung, dengan berat hati Jungwoo beranjak dari tempat tidurnya dan melangkah mendekat ke arah meja belajar.

Jungwoo melihat banyak polaroid bergambar dirinya dan juga banyak fotonya bersama Lucas. Jungwoo lagi-lagi menghela nafas pelan, pekerjaan pertamanya untuk move on adalah menyingkirkan semua hal yang berhubungan dengan Lucas. Termasuk kumpulan polaroid di kamarnya itu.

-Fin-

Seulgi masih terus menatap Jungwoo lekat walaupun anaknya itu enggan untuk menatapnya balik. Seulgi semakin yakin ada yang salah dengan Jungwoo. Maka dari itu Seulgi mulai membuka obrolan pada Jungwoo.

“Are you oke?” Mulai Seulgi, dengan cepat Jungwoo menatap Seulgi sambil tersenyum lebar.

“Aku gpp kok mam. Tenang aja. Aman terkendali.” Jungwoo mengangkat tangannya membentuk tanda oke yang terlihat sangat meyakinkan.

Tapi yang dilihat Seulgi berbeda, anaknya benar-benar tidak baik. Ada sedikit sedih yang dapat Seulgi lihat dari sorot mata Jungwoo. Ralat. Bukan sedikit tapi banyak. Mungkin orang lain tidak akan sadar tapi tidak untuk Seulgi yang sudah sangat mengenal Jungwoo luar dan dalam.

Seulgi tersenyum tulus, kembali meraih tangan Jungwoo sambil mengusap punggung tangan Jungwoo lembut.

Jungwoo menundukkan kepalanya, melihat tangannya yang sedang diusap oleh Seulgi. Entah mengapa rasa sesak kembali menjalar di hati Jungwoo. Membuat lelaki manis itu mulai kembali berkaca-kaca. Namun denga cepat Jungwoo berusaha mengontrol emosinya. Ia tidak ingin kembali menangis di hadapan mamanya.

Jungwoo masih menundukkan kepalanya sambil menahan agar air matanya tidak keluar, sampai satu kalimat yang di lontarkan Seulgi berhasil membuat Jungwoo mengangkat kepalanya dan menatap Seulgi lekat.

“Mama tau adek lagi gak baik-baik aja.” Seulgi menatap Jungwoo tepat di matanya. Dapat Seulgi lihat pupil mata Jungwoo membesar menandakan lelaki manis kesayangannya itu kaget. Namun dengan cepat Jungwoo menormalkan raut wajahnya.

“Adek tuh punya mama, punya papa, adek gak sendirian. Adek tau itu kan?” Jungwoo hanya mengangguk masih mencerna kemana arah pembicaraan mamanya itu.

“Kalo adek punya masalah, atau lagi ada yang dipikirin, adek boleh loh bagi ke papa atau mama. Kalo adek gak mau ke papa bisa ke mama. Jangan dipendem sendiri, kasian adek nantinya.” Seulgi mengulurkan tangan kirinya untuk menyentuh pipi Jungwoo yang masih membekas sisa air matanya tadi.

Jungwoo hanya diam menatap Seulgi nanar, lelaki manis itu juga menggigit bibirnya dengan kuat berusaha menahan tangisnya yang sudah siap keluar kapan saja. Sampai kemudian-

“Jadi..” ada jeda sengaja diciptakan oleh Seulgi untuk melihat reaksi Jungwoo. Jungwoo hanya menatap Seulgi dengan tatapan penuh tanya tak lupa mata yang sudah sedikit berkaca-kaca.

“Adek kenapa?” Satu kalimat Seulgi berhasil membuat tangis Jungwoo pecah sejadi-jadinya. Lelaki manis itu segera menubrukkan tubuhnya kearah Seulgi, menangis sesenggukan dipeluka Seulgi.

Mendengar Jungwoo menangis membuat hati Seulgi juga ikut sakit.

'sebenarnya apa yang terjadi pada anaknya sehingga membuat Jungwoo menangis sesedih ini?' batin Seulgi.

Namun daripada bertanya, Seulgi memilih membalas pelukan Jungwoo mengusap punggung dan kepala Jungwoo dengan lembut dan bergantian. Sambil membisikkan kalimat penyemangat untuk kesayangannya itu. Seulgi membiarkan Jungwoo untuk menangis terlebih dahulu agar seluruh emosinya dapat tersalurkan dan Jungwoo akan lebih lega setelahnya.

Jungwoo melepaskan pelukannya dari Seulgi, menundukkan kepalanya dalam. Jungwoo menghela nafas berat sebelum kemudian mengangkat kepalanya, menatap Seulgi sambil tersenyum lebar. Lagi-lagi yang Seulgi lihat hanya kesedihan di mata anaknya itu.

“Feeling better?” Mulai Seulgi. Jungwoo mengangguk pelan.

“Mau cerita?”

Jungwoo menggeleng, Seulgi tersenyum maklum. Ia tidak akan memaksa Jungwoo untuk bercerita. Seulgi yakin jika nanti anaknya ingin cerita ia akan menceritakan semuanya pada Seulgi.

“Pokoknya yang harus adek inget, adek tuh gak sendiri disini. Ada mama, papa. Kalo kamu mau ditemenin nangis kaya tadi jangan sungkan minta temenin mama ya? Biar ade ada yang peluk, biar mama juga bisa rasain apa yang adek rasain jadi adek gak ngerasain sakitnya adek sendirian.” Seulgi menghapus sisa-sisa air mata di pipi mulu Jungwoo.

“Iya mam, makasih ya? Udah mau peluk adek nenangin adek dan gak maksa adek untuk cerita sebenernya adek kenapa.” Jungwoo memegang tangan Seulgi yang masih berada di pipinya lalu membawa punggung tangan Seulgi untuk ia cium.

Jungwoo bersyukur memiliki mama seperti Seulgi yang tidak pernah memaksanya dengan apapun. Yang akan menemani, mendengarkan tanpa menjudge, membuat Jungwoo merasa diterima dengan baik. Jungwoo sangat bersyukur akan hal itu.

“Mam adek mau bobo sambil peluk boleh gak?” Tanya Jungwoo dengan suara paraunya. Lelaki manis itu tiba-tiba saja merasa mengantuk. Sepertinya karena terlalu banyak menangis hari ini.

“Boleh dong sayang, ayo sini bobo. Mama peluk sampe pagi, mama temenin adek disini.” Seulgi kemudia menidurkan tubuhnya dan menepuk kasur sampingnya. Membuat Jungwoo dengan cepat pula membaringkan tubuhnya di samping Seulgi dan segera membenamkan kepalanya di dada Seulgi, berusaha mencari posisi yang nyaman sebelum menutup matanya.

Seulgi membantu Jungwoo untuk tertidur dengan mengusap-usap kepala anak lelakinya itu penuh sayang, sambil menggumamkan lullaby yang dulu sering ia nyanyikan untuk Jungwoo. Membuat Seulgi bernostalgia ketika anaknya itu masih kecil.

Tanpa Jungwoo maupun Seulgi sadari ada sosok yang sejak tadi berada didepan pintu kamar Jungwoo yang terbuka lebar, mendengar semua tangis Jungwoo dan kalimat penenang Seulgi.

-Fin-

Daddy – Baby

Jungwoo mematikan hpnya, setelah sambat di akun gembokan miliknya lelaki manis itu kembali mengingat Lucas dan bagaimana kekasihnya atau kini bisa di katakan sebagai mantan kekasihnya itu meninggalkannya begitu saja tanpa kabar dan penjelasan apapun pada Jungwoo.

Jungwoo memandangi layar hpnya yang mati, masih berharap mendapat sebuah notifikasi pesan dengan nama lucas di sana. Namun sampai saat ini itu tidak pernah terjadi, semua hanya harapan Jungwoo semata.

Setetes air mata turun dari mata indah Jungwoo, yang dengan tidak sopannya mengotori pipi mulus Jungwoo. Lelaki manis itu segera menarik kakinya hingga lututnya menyentuh dada, menenggelamkan kepalanya diantara kaki dan dadanya dan mulai menangis dalam diam. Jungwoo menggigit bibirnya dengan keras agar tidak ada suara tangis yang keluar, hanya bahunya saja yang bergerak naik turun. Siapapun yang melihat pasti sadar jika Jungwoo sedang menangis.

Padahal ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menunjukkan kesedihan di rumah orang tuanya. Tapi ternyata hanya karna mentweet beberapa tulisan saja membuatnya kembali ingat dan kembali merasa sesak yang sangat hebat.

Tanpa Jungwoo sadari, ada Seulgi di depan pintu kamar Jungwoo, wanita itu membukanya secara perlahan dan diam-diam. Seulgi kaget menemukan anaknya menekuk tubuhnya dengan kepala yang menunduk. Seulgi jelas tahu ada yang tidak beres dengan anaknya itu sejak ia datang kerumahnya tadi pagi.

Ia enggan membahasnya tadi pagi, tapi tidak dengan sekarang. Ia rasa ini waktu yang tepat untuk bertanya pada Jungwoo tentang apa yang terjadi pada anak semata wayangnya itu dan apa yang membuatnya menangis hingga seperti ini.

Seulgi berjalan perlahan menuju ranjang Jungwoo, sedikit mengamati situasi lalu kemudian mendudukkan diri di ranjang Jungwoo dengan perlahan. Sepertinya anaknya itu bahkan tidak sadar jika Seulgi sudah duduk diatas kasurnya.

Seulgi hanya melihat bahu Jungwoo yang naik turun dan samar suara isakan, hal itu membuat Seulgi juga merasakan sakit yang sedang dirasakan oleh anaknya itu.

“Dek?” Panggil Seulgi sambil mengulurkan tangannya menyentuk lengan Jungwoo yang terlipat.

Mendengar ada suara orang lain di kamarnya, membuat Jungwoo dengan cepat mengangkat kepalanya. Dan kaget setengah mati begitu mendapati Seulgi berada dihadapannya.

Dengan cepat Jungwoo menghapus sisa air mata dengan kasar dikedua pipinya dan memasang senyum cerah sebelum bertanya pada Seulgi.

“Mam? Kenapaa?”

“Enggak, mama cuma mau ngecek kamu aja kok.” Seulgi meraih tangan Jungwoo dan menggenggamnya erat. Berusaha menyalurkan rasa sayangnyaa pada sang anak lelaki.

Jungwoo diam, jantung lelaki manis itu berdetak dengan cepat. Ia menyalahkan dirinya sendiri karena bisa-bisanya ia ingin menangis tetapi lupa mengunci pintu kamarnya.

Seulgi masih terus memeperhatikan Jungwoo, hal itu jelas membuat Jungwoo salah tingkah. Lelaki manis itu bahkan mengedarkan pandangannya kemanapun asal tidak bertatapan dengan sang mama. Jungwoo takut jika Seulgi tahu dirinya sedang tidak baik-baik saja. Jungwoo tidak mau membuat Seulgi ataupun Taemin khawatir dengan keadaannya sekarang.

-TBC-

Daddy – Baby

Mobil Jungwoo sudah masuk ke area perumahan orangtuanya. Jungwoo tersenyum samar begitu melihat pagar hitam tinggi rumah masa kecilnya dari jauh, Jungwoo membelokkan mobilnya kedepa pagar hitam rumah orangtuanya.

Tak lama, pagar hitam tinggi itu terbuka, Jungwoo segera memasukkan dan memarkirkan mobilnya di garasi rumah orang tuanya.

Jungwoo tidak langsung keluar dari mobil, lelaki manis itu terdiam sejenak. Lelaki itu berusaha untuk terlihat ceria seperti biasanya, ia tidak ingin papa ataupun mamanya tahu apa yang sedang ia pikirkan, alami dan rasakan saat ini.

Jungwoo melihat tampilan dirinya di kaca spion dan tersenyum lebar. Setelah dirasa cukup untuk membuat orang tuanya tidak sadar, lelaki manis itu membuka pintu mobil dan keluar dari mobil dengan membawa tas berisi pakaiannya.

Rencananya, Jungwoo akan tinggal di rumah orang tuanya sampai waktu sidangnya tiba. Setelah apa yang ia alami, lelaki manis itu tidak mau sendirian di apartemen.

“MAMA!” Teriak Jungwoo begitu melihat sang Mama sedang duduk di ruang keluarga dengan hp ditangannya.

Seulgi yang kaget mendengar teriakan tiba-tibapun segera menoleh kearah sumber suara. Begitu mendapati jika sang anak lah yang memanggilnya, Seulgi denga cepat mematikan hpnya dan menunggu Jungwoo untuk tiba di sampingnya.

“Mama adek kangennn!” Jungwoo segera melempar tasnya sembarangan dan dengan cepat memeluk Seulgi. Membuat ibu satu anak itu hampir terhempas kebelakang.

“Adek, mama juga kangen tau!” Balas Seulgi sambil melepaskan pelukannya. Menatap wajah anak lelaki kesayangannya itu dengan lekat. Mengecupi wajah Jungwoo tanpa terlewat satu bagian pun. Jungwoo hanya terkekeh mendapat perlakuan dari sang mama.

“Papa mana?” Tanya Jungwoo sambil melihat kearah sekitar rumah.

“Kerja lah sayang, ini kan masih hari kamis,” jawab Seulgi sambil menatap Jungwoo lekat. Seulgi melihat ada sesuatu yang aneh dari anak lelakinya itu, namun Seulgi tidak mau membahas itu sekarang karena Jungwoo baru saja tiba dan sudah pasti lelah karena membawa mobil selama kurang lebih 3 jam.

“Yaudah kamu keatas gih, kamar kamu udah mama beresin. Istirahat sana, pasti capek ka nyetir berjam-jam kesini.” Seulgi tersenyum tulus sambil mengusap sisi wajah Jungwoo.

Anak lelakinya kini sudah sangat dewasa, Seulgi merasa jika waktu sangat cepat berlalu. Masih segar dalam ingatannya ketika pertama kali Jungwoo hadir ke dunia. Kini, lihatlah anaknya sudah menjadi seorang lelaki dewasa yang sangat tampan dan juga manis. Seketika Seulgi merasa sedih namun juga senang.

“Yaudah aku ke atas dulu ya Mam, ngantuk aku tadi bangun pagi buat packing.” Setelah mendapat anggukan dari Seulgi, Jungwoo segera membawa tasnya dan meninggalkan ruang keluarga untuk ke kamarnya.

Dalam hati, Jungwoo bersyukur karena sepertinya akting Jungwoo berhasil membuat Seulgi percaya karena sang Mama tidak bertanya yang aneh-aneh padanya.

-Fin-

Daddy – Baby

Mobil Jungwoo sudah masuk ke area perumahan orangtuanya. Jungwoo tersenyum samar begitu melihat pagar hitam tinggi rumah masa kecilnya dari jauh, Jungwoo membelokkan mobilnya kedepa pagar hitam rumah orangtuanya.

Tak lama, pagar hitam tinggi itu terbuka, Jungwoo segera memasukkan dan memarkirkan mobilnya di garasi rumah orang tuanya.

Jungwoo tidak langsung keluar dari mobil, lelaki manis itu terdiam sejenak. Lelaki itu berusaha untuk terlihat ceria seperti biasanya, ia tidak ingin papa ataupun mamanya tahu apa yang sedang ia pikirkan, alami dan rasakan saat ini.

Jungwoo melihat tampilan dirinya di kaca spion dan tersenyum lebar. Setelah dirasa cukup untuk membuat orang tuanya tidak sadar, lelaki manis itu membuka pintu mobil dan keluar dari mobil dengan membawa tas berisi pakaiannya.

Rencananya, Jungwoo akan tinggal di rumah orang tuanya sampai waktu sidangnya tiba. Setelah apa yang ia alami, lelaki manis itu tidak mau sendirian di apartemen.

“MAMA!” Teriak Jungwoo begitu melihat sang Mama sedang duduk di ruang keluarga dengan hp ditangannya.

Seulgi yang kaget mendengar teriakan tiba-tibapun segera menoleh kearah sumber suara. Begitu mendapati jika sang anak lah yang memanggilnya, Seulgi denga cepat mematikan hpnya dan menunggu Jungwoo untuk tiba di sampingnya.

“Mama adek kangennn!” Jungwoo segera melempar tasnya sembarangan dan dengan cepat memeluk Seulgi. Membuat ibu satu anak itu hampir terhempas kebelakang.

“Adek, mama juga kangen tau!” Balas Seulgi sambil melepaskan pelukannya. Menatap wajah anak lelaki kesayangannya itu dengan lekat. Mengecupi wajah Jungwoo tanpa terlewat satu bagian pun. Jungwoo hanya terkekeh mendapat perlakuan dari sang mama.

“Papa mana?” Tanya Jungwoo sambil melihat kearah sekitar rumah.

“Kerja lah sayang, ini kan masih hari kamis,” jawab Seulgi sambil menatap Jungwoo lekat. Seulgi melihat ada sesuatu yang aneh dari anak lelakinya itu, namun Seulgi tidak mau membahas itu sekarang karena Jungwoo baru saja tiba dan sudah pasti lelah karena membawa mobil selama kurang lebih 3 jam.

“Yaudah kamu keatas gih, kamar kamu udah mama beresin. Istirahat sana, pasti capek ka nyetir berjam-jam kesini.” Seulgi tersenyum tulus sambil mengusap sisi wajah Jungwoo.

Anak lelakinya kini sudah sangat dewasa, Seulgi merasa jika waktu sangat cepat berlalu. Masih segar dalam ingatannya ketika pertama kali Jungwoo hadir ke dunia. Kini, lihatlah anaknya sudah menjadi seorang lelaki dewasa yang sangat tampan dan juga manis. Seketika Seulgi merasa sedih namun juga senang.

“Yaudah aku ke atas dulu ya Mam, ngantuk aku tadi bangun pagi buat packing.” Setelah mendapat anggukan dari Seulgi, Jungwoo segera membawa tasnya dan meninggalkan ruang keluarga untuk ke kamarnya.

Dalam hati, Jungwoo bersyukur karena sepertinya akting Jungwoo berhasil membuat Seulgi percaya karena sang Mama tidak bertanya yang aneh-aneh padanya.

-Fin-