Bayangan
Langkah Kageyama terhenti ketika melihat ada seorang anak lelaki sedang berjongkok di bawah lampu jalan. Ia menghampiri anak itu.
“Anu, kamu tersesat?” Tanya Kageyama.
Anak itu mendongakan kepalanya. Mata besarnya menatap tajam Kageyama.
“Kau pikir aku ini anak kecil?” Anak itu berdiri.
Kageyama menatap heran ke arah tanah. Ia menatap anak itu dan tanah secara bergantian. Ada yang aneh.
“Hei, kenapa kau tidak mempunyai bayangan?”
“Aku bukan manusia,” Ucap anak itu dengan polos.
Kageyama menundukan badannya lalu berbalik arah. Ia langsung berlari secepat mungkin. Bisa-bisanya ia mengajak bicara seorang hantu. Wah, apakah sekarang ia mempunyai indra keenam? Sungguh luar biasa.
“HEI, TUNGGU!”
Sialnya anak tadi malah mengejarnya. Habislah, ketenangan hidupnya berakhir malam ini.
“Hei,” Kageyama merasakan tangannya ditarik.
Kageyama berdoa di dalam hati. Mungkin ini karena dirinya mempunyai niat yang tidak baik sehingga diberi hukuman seperti ini.
“Sebentar, kenapa tanganmu bisa memegang tanganku?”
Kageyama baru menyadari bahwa hantu kecil di hadapannya ini cukup aneh. Bukannya hantu itu menembus badan ya? Atau aslinya memang bisa?
“Tentu, aku kan bukan hantu.”
“Lalu kenapa kau mengikutiku?”
“Selama ini tidak ada yang bisa melihatku. Aku selalu merasa kesepian,” Terdengar nada sedih di perkataannya.
Kesepian ya? Kata-kata itu cukup familiar untuk kageyama. Ia selalu kesepian. Ia tidak tinggal bersama keluarganya. Ayah ibunya selalu sibuk bekerja dan kakaknya tinggal di luar kota. Ia juga tidak mempunyai teman di sekolah. Hahaha, cukup menyedihkan.
“Aku boleh kan ikut denganmu?”
Yah, mungkin Kageyama pun butuh teman.
***
“Rumahmu bagus.”
Ya, benar. Kageyama membawa anak kecil tadi ke rumahnya. Ia masih belum tahu niat sebenarnya makhluk tidak diketahui ini apa.
“Oh! Namaku Nishinoya Yuu dan umurku 17 tahun,” Ucap anak— sebentar sepertinya ada yang salah.
“Jadi kau lebih tua dariku? Aku kira kau anak SD,” Ucap Kageyama sambil tersenyum miring.
Nishinoya langsung meledak-ledak mendengar perkataaannya. Di sisi lain Kageyama tertawa puas. Baru kali ini ia tertawa sebahagia itu setelah sekian lama.
“Kau mau makan?”
“Aku tidak makan.”
Kageyama lupa kalau makhluk ini bukanlah seorang manusia. Jadi dia itu apa? Siluman? Goblin? Atau sebenarnya ia ini pencuri yang pura-pura?
“Kau ini sebenarnya apa?” Rasa penasaran Kageyama sudah tidak bisa ditahan lagi.
“Aku juga tidak tahu. Begitu bangun aku sudah seperti ini,” Ucap Nishinoya acuh.
“Begitu bangun?”
“Aku juga manusia sepertimu. Malam itu aku sedang diperjalanan untuk pergi liburan. Mungkin karena sedang badai salju jadi kecelakaan itu terjadi. Yang terakhir aku ingat adalah semua orang di mobil berteriak, menangis dan panik. Setelah itu semuanya menjadi gelap.”
Ah, jadi dia korban kecelakaan. Kageyama melihat sorot kesedihan di mata Nishinoya. Semua orang pun pasti akan bersedih jika melalui hal seperti itu.
“Lalu?”
“Saat aku bangun, tempat itu sangat sepi. Hanya ada bekas darah yang sudah kering. Awalnya aku berpikir bahwa aku sudah mati, tapi aku melihat berita tentang kecelakaan itu. Di berita tidak disebutkan ada korban jiwa yang tewas. Jadi, sepertinya aku hanya koma.”
“Kau tidak mencoba mencari badanmu?” Tanya Kageyama hati-hati.
Nishinoya hanya menggelengkan kepalanya. Menurutnya, mencari keadaan dirinya hanya akan membuat hatinya sakit. Ia akan melihat kondisi dirinya yang mengenaskan. Ditambah ia akan melihat keluarganya yang menangisi kondisinya.
“Suasananya jadi tidak enak. Oh ya, Kau belum memperkenalkan dirimu,” Nishinoya mencoba mencairkan suasana.
“Kageyama tobio, 16 tahun.”
Nishinoya terlihat sedikit terkejut ketika Kageyama menyebutkan namanya.
“Kau kenal aku?”
“Tidak, tapi aku pernah mendengar tentangmu dari seseorang.”
Kageyama hanya menganggukkan kepalanya. Dia tidak ingin bertanya lebih lanjut. Ia tidak terlalu peduli dengan urusan seseorang.