Pulang🔞
pandangan wooyoung tak pernah lepas dari cermin yang mempertontonkan pantulan dirinya dalam balutan kostum pinjaman dari seonghwa saat ini.
pipinya merona malu. maid dress berwarna hitam dengan renda putih yang melekat pada tubuhnya ini sedikit kekecilan. memang tak sampai menyesakkan tubuhnya, tapi bagian roknya benar-benar terlalu pendek, membuat pahanya terekspos. dari bagian setengah paha sampai ujung kaki, stocking putih membalut sepasang kaki pendeknya, bahannya cukup lembut, hanya saja terasa sedikit menimbulkan sensasi geli saat wooyoung mengenakannya.
selain dress yang melekat pada tubuhnya, sebuah maid headdress berwarna putih juga terpasang apik di kepalanya, menambah kesan manis yang melekat pada penampilan si jung.
wooyoung menghela napas, entah ini sudah yang ke berapa kali. pikirannya masih berkecamuk tentang pertengkaran bersana san sore tadi. wajah penuh amarah itu membuatnya merasa amat bersalah.
cklek!
tubuh wooyoung berjengit lantas berbalik ketika telinganya mendengar suara pintu kamar yang terbuka.
di sana, berdiri seorang choi san dengan raut dingin dan sorot tajam, berjalan menghampiri wooyoung yang mematung di depan meja rias.
si pria choi berhenti di hadapan si manis, matanya memicing, menelisik penampilan wooyoung dari atas sampai ke bawah. hal yang dilakukannya tentu membuat wooyoung menunduk malu hingga meremat ujung roknya karena terlalu gugup.
“maksud kamu kaya gini apa, hm, kitten?”
wooyoung menggigit bibir bawahnya, ia juga tak tahu maksudnya begini apa. ia hanya menuruti ide tiga sahabat menyebalkannya itu dengan berpenampilan seperti ini untuk san.
sret!
san menarik dagu wooyoung, mengangkatnya untuk bertemu pandang dengan sepasang netra yang menatapnya sayu.
“aku lagi bicara sama kamu, kitten.”
wooyoung semakin mengeratkan genggamannya pada rok pendeknya sebelum membuka suara.
“aku.. minta maaf.”
setelahnya, hembusan napas lelah memecah hening sebagai balasan ucapan yang baru saja wooyoung lontarkan.
tungkai san berjalan semakin ke depan, terus melangkah hingga wooyoung terpaksa harus memundur, terus memundur hingga pinggangnya terkantuk meja rias di belakangnya.
“kitten, you made two big mistake.”
san mendekatkan wajahnya, menyatukan kedua kening mereka untuk mengunci pandangan mata si manis yang tak pernah berhenti bergerak gusar. sebelah tangannya bergerak, memeluk pinggang itu dengan mesra.
“pertama, kamu pergi sama mantan kamu dan gak izin aku dulu. kedua―”
“a-ahh..”
wooyoung mendesah lirih ketika sebelah tangan sang dominan yang bebas menelusup ke dalam rok pendeknya, mengelus kejantanannya dengan sensual.
“you're teasing me, kitten.”
setelahnya, san menyambar bibir itu dengan rakus, melampiaskan hasrat yang sudah mendidih akibat penampilan menggoda sang kasih. tangannya bergerak menyingkirkan apapun yang ada di atas meja rias, setelahnya mulai bergerak untuk mengangkat tubuh ringan wooyoung dan mendudukkannya di sana.
kedua tangan wooyoung terulur untuk melingkar di area leher san, meremat surai legam itu dengan erat, melampiaskan perasaan membuncah atas apa yang san lakukan dengan memporak-poranda kan bibirnya tak ada ampun.
tangannya yang tak dapat tinggal diam, bergerak menelusup ke dalam rok wooyoung, mengelus dan meremat bongkahan pantat wooyoung di bawah sana.
wooyoung lelah, napasnya sesak, meski begitu ia sama sekali tak meminta untuk berhenti barang memberi sedikit isyarat. san marah, dan woooyung tak ingin membuatnya lebih marah dari ini. lagi pula semuanya ia lakukan atas dasar permintaan maaf untuk sosok yang sangat ia cintai ini.
ciuman terlepas, wooyoung terengah-engah. san tak membiarkannya mengimbangi untuk membalas gerakan bibir liar itu sedikitpun.
“i'll punish you.”
wooyoung tak peduli apa yang akan san lakukan, lagi pun ia tak akan bisa menolak afeksi yang mampu menaikkan birahi dari seorang choi san yang sering kali membuatnya mabuk kepayang pada tiap sentuhan yang ia terima.
sementara wooyoung sibuk mengatur deru napasnya, san mulai melepaskan dasi yang seakan mencekik lehernya, disusul dengan dua kancing teratas yang ia lepas kaitannya.
“kitten..”
san menangkup sebelah pipi wooyoung, mengelusnya sementara matanya menatap wajah manis itu penuh puja.
“dress ini.. how beautiful you are.”
tangan san bergerak menyelipkan rambut wooyoung ke belakang telinganya.
“tapi―”
wajah san beringsut maju mendekatkan bibirnya ke hadapan telinga wooyoung, menempelkan ranumnya di sana.
“lebih indah lagi kalau kamu gak pakai apapun.”
kepala wooyoung menengadah sementara tangannya dengan erat mencengkram kemeja putih san kala merasakan sesuatu menancap di perpotongan lehernya.
san menggigit kulit lehernya, menghisapnya dengan kuat, untuk tak lama kemudian meninggalkan warna merah keunguan dengan bite mark yang indah.
sementara itu, tangan san yang menelusup ke belakang tubuh wooyoung mulai menarik resleting dress itu sampai ke bawah, lantas menurunkan kainnya sampai sebatas pinggang, mempertontonkan potret nyata tubuh atas wooyoung yang mulus tanpa cacat sedikitpun.
“akh!”
tubuh wooyoung berjengit hingga membuat kepala belakangnya membentur permukaan cermin meja rias. beruntung tak terlalu keras meski tetap terasa sakit. ini semua karena san yang tiba-tiba meraup putingnya, menggigitnya.
“kamu gak papa?” tanya san, tangannya terangkat untuk memeriksa area belakang kepala wooyoung. si manis sendiri menjawab dengan anggukkan sambil mengulas senyum lemah.
“it's okay.”
ah, semarah apapun san pada wooyoung, lelaki ini tetaplah kasihnya, tetaplah sosok yang ia puja akan indahnya, tetaplah sosok yang membuatnya rela membagi kasih sayang untuk orang selain keluarganya.
san menarik tengkuk wooyoung, kembali meraup ranum manis itu, kali ini dengan tempo yang sedikit lebih normal hingga wooyoung dapat mengikuti pergerakannya untuk membalas setiap pangutan yang san berikan.
selama bibir sibuk bertempur dan berbagi liur, tangan san kembali memainkan puting kecoklatan milik wooyoung, menggodanya dengan menekan tonjolan itu, menggerakkan jarinya dengan gerakan memutar kemudian mencubitnya sedikit keras, membuat wooyoung tak kuasa menahan lenguhannya dan kembali melemah untuk dikuasai choi san.
san menarik kursi yang ada di samping tubuhnya, mendudukkan diri karena kini ciuman mulai turun ke dada, menambah semakin banyak bite mark yang ditinggalkan di atas kulit bak kanvas itu, sebelum bibirnya berhenti untuk bermain-main dengan puting si manis.
“nghh.. s-san.. le-lebih kua―ngah!”
ini adalah sebuah hukuman untuk wooyoung tapi ia sungguh menikmatinya. sudah ia duga san tidak akan benar-benar menghukumnya untuk memberikan sesuatu yang terasa begitu menyiksa.
“kitten.”
tubuh wooyoung kembali menegang ketika san mulai menyentuh kemaluan di balik celana dalamnya, menekan-nekan tonjolan keras itu dengan jarinya.
san menengadah sambil tersenyum menatap wooyoung sementara yang ditatap hanya mampu membuang muka dengan pipi merona.
basah. ya, wooyoung sudah basah entah sejak kapan. suatu kebiasaan yang sangat san hafal dari sang kekasih yang tak kuasa menerima sentuhannya.
san menarik celana dalam wooyoung, melepasnya lantas membuangnya ke sembarang arah, kemudian mengangkat kedua kaki itu ke atas meja rias agar lebih melebar, mempertontonkan kejantanan dan lubang berkedut sang submisif.
“nikmatin, hm?”
si choi menggenggam kejantanan yang tak jauh lebih besar darinya itu, menyentuh ujung lubang penis wooyoung yang telah mengeluarkan pre-cumnya.
sebuah benangan cairan putih menjuntai saat san menarik jempolnya dari atas lubang penis wooyoung. sial, wooyoung benar-benar tak bisa menahannya, jelas sekali san terlihat sedang menggodanya.
“s-san..”
“yes, kitten?”
wooyoung menggigit bibir bawahnya sebentar sambil menatap gugup san yang masih sibuk memainkan pre-cum milik wooyoung, sesekali mengocok kejantanan kecil itu hingga beberapa kali wooyoung dibuat melenguh karenanya.
“b-bisa kita mulai k-ke―mhh! ke inti?”
san memberhentikan hand jobnya pada penis milik wooyoung untuk menengadah menatap si manis yang sudah terlihat berantakan dengan wajah frustasinya.
“ngga.”
“t-tapi―ahh! ch-choi s-san.. ukh!”
gila, dunia wooyoung terasa berputar-putar saat ini hanya karena sensasi mulut hangat san yang meraup dan menghisap penisnya, lantas memaju-mundurkan kepalanya di bawah sana. kegiatan itu diulang san berkali-kali, seolah sedang meledek wooyoung yang sedikit membenci kegiatan foreplay karena cukup menyiksa hasratnya yang dipaksa untuk bertahan sebelum dipuaskan pada inti permainan.
“s-san, please―euhh, p-please..”
“buat?”
dengan susah payah sepasang tangan yang bergetar itu terulur meraih wajah san, menangkup kedua pipi itu dan mengusapnya dengan lembut.
“do anything to me, just let me shout your name tonight.”
senyum miring kembali terlukis di bibir sang dominan.
“yakin?”
telapak tangan yang bertengger di pipi san itu bergerak membelainya, mungkin wooyoung memang sengaja melakukannya dan ini berarti si manis serius dengan ucapannya.
“ck! as you wish, kitten.”
san lekas bangkit kemudian mengangkat tubuh wooyoung untuk dipindahkan ke atas kasur king size yang kerap kali menjadi bukti pergumulan panas ia dan sang kasih.
waktu sudah menunjukkan pukul tengah malam bahkan lebih, tapi tak sedikitpun menunjukkan tanda-tanda sepasang anak manusia itu berhenti dengan pergumulan panas yang dilakoni sejak beberapa waktu lalu.
keduanya bahkan tak ingat sudah berapa kali putih yang keluar, pun tak ingat pula sudah berapa posisi yang mereka gunakan dalam pergumulan penuh erang dan desah juga teriakan yang terus menggema memenuhi kamar temaram itu.
san menengadahkan kepalanya, mulutnya tak pernah berhenti terbuka dengan pandang mata tak pernah lepas dari sosok wooyoung yang berada di atasnya.
wooyoung riding him. dengan penampilan yang jauh dari kata baik dan terlalu sederhana untuk dikata kacau.
maid dress yang sebelumnya melekat pada tubuh wooyoung sudah san buang entah kemana, pun maid headdress yang terpasang apik di atas kepalanya juga sudah terjatuh, menyisakan wooyoung dengan surai berantakan, wajah memerah, dan stocking putih yang masih membungkus kakinya.
sial, benar-benar menggairahkan dalam pandangnya.
“arghh―yeah, that's great, kitten.”
san menggeram, meremat pinggang wooyoung sementara sang kekasih masih sibuk dengan kegiatannya, menumbuk dirinya sendiri dengan penis besar san yang teremat prostatnya.
sesekali wooyoung menjerit, menyerukan nama san tanpa henti, sesekali pula merengek, ketika san mencoba menggodanya, memainkan putingnya atau menahan orgasme yang hendak keluar dari ujung kejantanan kecilnya.
“s-san―ungh! t-touch me, pwease.”
wooyoung menatap san dengan raut memohon, mulutnya yang tak pernah berhenti tertutup untuk melantunkan frasa merdunya melontarkan permohonan yang dengan senang hati san kabulkan.
sebelah tangan besar yang bertengger di pinggul itu beralih menggenggam kejantanan wooyoung, lantas mengocoknya.
si choi bangkit dari posisi berbaringnya, beringsut untuk menyambar bibir si jung yang sudah terlihat membengkak, kembali mempertemukannya dalam pangutan penuh gairah.
bunyi kulit yang saling beradu semakin keras terdengar ketika keduanya merasakan sakit pada kejantanan masing-masing, pertanda mereka akan kembali sampai pada putih yang kesekian.
wooyoung melepas pangutan ranumnya dari belenggu bibir san.
“s-san.. i'm c-close.”
san mengangguk, semakin menaikkan tempo hand jobnya pada penis wooyoung sementara si manis makin mempercepat tumbukannya di atas pangkuan san.
“shh―kitten, sebentar―”
“d-di dalam, please?”
“are you sure?”
“pretty sure.”
satu kecupan singkat mendarat di atas ranum kembar wooyoung sebelum san mengembalikan posisi tangannya pada tiap sisi pinggang sang submisif untuk membantu si manis mempercepat tumbukannya.
“okay, take this.”
beberapa kali tumbukan diberikan sebelum akhirnya wooyoung mengeluarkan cairannya mengenai area perut san dan pahanya, disusul san yang memenuhi senggama hangat wooyoung dengan putih yang tak tertampung hingga sebagian mengalir keluar.
kepala wooyoung ambruk di atas pundak san, napasnya memburu, dadanya naik turun dengan cepat.
san tersenyum melihatnya, wooyoung kelelahan. tangan kekarnya bergerak untuk mendekap tubuh polos itu sementara bibirnya mulai mengecupi puncak kepala si manis penuh kasih sayang.
“tidur apa mandi?” tanya san.
“ung.. capek, tapi lengket, sannie.”
si choi terkekeh, tak dapat menahan rasa gemas ia cubit pipi itu.
“istirahat dulu abis itu kita mandi.”
wooyoung mengangguk lemah, kepalanya terangkat sedikit untuk mengecup rahang tegas san dengan singkat.
“i love you, i'm sorry.”
san tersenyum lembut, mengusak surai legam itu sebelum kembali untuk mengecupnya.
“don't be sorry. i love you too, so much.”
diraihnya tangan kiri wooyoung yang menjuntai lemah untuk ia daratkan bibirnya di atas benda berwarna perak yang melingkar di jari manis sang kasih.
“my fiance.”
−−−
fin
©woolilboy, 2020.