I'm getting mine, mine is mine, your is mine

Galih dan Olsen

Di sepanjang perjalanan banyak obrolan yang mereka beri, Galih hanya tersenyum mendengarkan semua cerita Olsen pada hari ini, dari mulai ia datang ke sekolah sampai pulang sekolah. Lucu dari dulu itu yang di pikiran Galih sekarang.

Galih sudah menyukai Olsen dari bangku dasar saat Olsen pindah dari bogor ke sekolahannya. Galih selalu pulang bareng, main bareng, bahkan Galih siap jagain Olsen, tapi Galih tidak berani buat ungkapin perasaannya pada Olsen karna ia cuma takut bertepuk sebelah tangan.

Saat Olsen menyadari bahwa mobil yang di kendarai oleh Galih memasuki area Swalayan, mobil Galih terpakir dengan Apik dan rapih di garis pembatas parkiran.

“Olsen, kita ke swalayan dulu gapapa, soalnya di suruh mama buat beli kepentingan dapur, gapapa ya?” Tanya Galih dengan lembut

“Gapapa banget, Galih” Saut Olsen dengan senyuman manisnya.

Mereka memasuki swalayan dan mengambil troler untuk menaruh barangnya nanti. Galih mendorong trolernya ke arah bumbu dapur dan di bantu memilih oleh Olsen karna Galih ga bisa bedain mena jahe dan kunyit.

“Galih itu Lengkuas bukan kencur”

“Galih ini kecap asin bukan kecap manis”

“Jangan yang itu Galih, itu bayem bukan Kangung”

Omelan Olsen kepada Galih bak seperti Istrinya memarahi suaminya ketika salah membeli bahan dapur.

“Galih” sapa Olsen dengan senyuman.

Merasa namanya di panggil tanpa ragu Galih membalik kan tubuhnya, Galih membalas senyuman yang dilemparkan oleh Olsen kepada dirinya.

Olsen ternyata tidak sendiri ia di dampingi oleh kedua temennya yaitu Ichan dan Vernal, tak lupa Olsen memperkenalkan kedua temennya kepada Galih dan si sambut ramah Galih.

“Kalian mau ikut gua sama Olsen bareng?” Tanya Galih pada kedua temennya Olsen

“Oh engga, gua di jemput kok” Saut Vernal dan Ichan mengangguk setuju dengan pernyataan dari Vernal.

Sudah menghabiskan waktu sekitar kurang lebih 15 menit mereka ber-4 berbincang saling melontarkan pertanyaan yang mungkin terbilang random, Galih yang anaknya memang humble kepada siapapun dan nyambung di ajak bicaranya bikin siapapub betah untuk berbincang dengannya.

Jemputan kedua temennya Olsen sudah tiba dan berpamitan untuk pulang terlebih dahulu kepada Galih dan Olsen.

“Yuk pulang, parkir motor dimana?” Tanya Olsen.

“Ga bawa motor hari ini” Jawab Galih dengan jail.

“Lha.. terus?” tanya Olsen dengan penasaran.

“Bawa ufo, lu naik ufo biar jadi alien” Canda Galih pada Olsen

“Iya, Lu ketua aliennya, pala gepeng” Balas Olsen.

“Jadii mr. gepeng nanti, ih serem, Mama aku takut” Galih dengan menirukan wajah ketika merasa takut.

“Mimi iki tikit, nyenyenye” Ledek Olsen.

“Yuk ah, nanti keburu sore” Ucap Galih.

Galih bangkit dari tempat duduknya dan merangkul Olsen, Tak lupa Galih berpamitan kepada Pak Satpam yang sudah mengajak ia mengobrol selama dirinya menunggu jam pulang sekolah Olsen.

“Pak duluan ya, kopinya udah saya bayar kok, Terimakasih pak” pamit Galih kepada pak satpam.

“Mangga a, terimakasih juga, hati-hati dijalan” timbal pak satpam.

Mereka melangkah-kan kakinya menuju parkiran mobil, tanpa memakan waktu yang lama mereka telah tiba di tempat mobil Galih terpakir.

“Tumben pake mobil?” tanya Karan

“Motornya dipake, jadi cuma ada ini yaudah pake ini” jawab Galih dengan santai.

Olsen hanya mengangguk mengerti, keduanya kini telah mendudukan bokongnya di kursi mobil dan tidak lupa untuk mengunakan seat belt, ketika Olsen sudah siap tanpa ragu Galih melajukan mobilnya dengan pelan dan apik.

“Galih” sapa Olsen dengan senyuman.

Merasa namanya di panggil tanpa ragu Galih membalik kan tubuhnya, Galih membalas senyuman yang dilemparkan oleh Olsen kepada dirinya.

Olsen ternyata tidak sendiri ia di dampingi oleh kedua temennya yaitu Ichan dan Vernal, tak lupa Olsen memperkenalkan kedua temennya kepada Galih dan si sambut ramah Galih.

“Kalian mau ikut gua sama Olsen bareng?” Tanya Galih pada kedua temennya Olsen

“Oh engga, gua di jemput kok” Saut Vernal dan Ichan mengangguk setuju dengan pernyataan dari Vernal.

Sudah menghabiskan waktu sekitar kurang lebih 15 menit mereka ber-4 berbincang saling melontarkan pertanyaan yang mungkin terbilang random, Galih yang anaknya memang humble kepada siapapun dan nyambung di ajak bicaranya bikin siapapub betah untuk berbincang dengannya.

Jemputan kedua temennya Olsen sudah tiba dan berpamitan untuk pulang terlebih dahulu kepada Galih dan Olsen.

“Yuk pulang, parkir motor dimana?” Tanya Olsen.

“Ga bawa motor hari ini” Jawab Galih dengan jail.

“Lha.. terus?” tanya Olsen dengan penasaran.

“Bawa ufo, lu naik ufo biar jadi alien” Canda Galih pada Olsen

“Iya, Lu ketua aliennya, pala gepeng” Balas Olsen.

“Jadii mr. gepeng nanti, ih serem, Mama aku takut” Galih dengan menirukan wajah ketika merasa takut.

“Mimi iki tikit, nyenyenye” Ledek Olsen.

“Yuk ah, nanti keburu sore” Ucap Galih.

Galih bangkit dari tempat duduknya dan merangkul Olsen, Tak lupa Galih berpamitan kepada Pak Satpam yang sudah mengajak ia mengobrol selama dirinya menunggu jam pulang sekolah Olsen.

“Pak duluan ya, kopinya udah saya bayar kok, Terimakasih pak” pamit Galih kepada pak satpam.

“Mangga a, terimakasih juga, hati-hati dijalan” timbal pak satpam.

Mereka melangkah-kan kakinya menuju parkiran mobil, tanpa memakan waktu yang lama mereka telah tiba di tempat mobil Galih terpakir.

“Tumben pake mobil?” tanya Karan

“Motornya dipake, jadi cuma ada ini yaudah pake ini” jawab Galih dengan santai.

Olsen hanya mengangguk mengerti, keduanya kini telah mendudukan bokongnya di kursi mobil dan tidak lupa untuk mengunakan seat belt, ketika Olsen sudah siap tanpa ragu Galih melajukan mobilnya dengan pelan dan apik.

Saat mendapatkan notifikasi terakhir dari Olsen, Galih langsung menyibak kunci motor yang ada di nakas kamarnya dan bergegas pergi untuk mejemput Olsen.

Tanpa memakan waktu yang lama Galih sudah tiba di depan gerbang sekolah Olsen dan di sambut dengan senyuman manis dari Olsen, banyak yang terpesona oleh ke tampanan Galih, siapa yang tidak terpesona dengan hidungnya yang mancung bak seperti perosotan TK, rahang yang tegas, kulit bersih, mata tajam dan senyum yang manis.

Olsen menghampiri Galih yang sudah memberhentikan motornya tepat di hadapannya, Galih memberikan helm sebagai pelindung kepalanya Olsen.

“Terimakasih, maaf ya ngerepotin” Ucap Olsen sambil mengambil helm yang di berikan oleh Galih untuk dirinya dan ia pun langsung memaikanya.

“Santai aja, kaya kesiapa aja lu ah, maaf juga lama tadi mandi dulu terus ganti baju, udah ayo naik” ucap Galih dengan lembut dan menyuruh Olsen untuk bergegas naik ke atas motornya.

Olsen kini sudah menaiki motor Galih dan mendudukkan bokongnya dengan nyaman, Galih memberikan aba-aba untuk melajukan motornya dan di iyakan oleh Olsen, motornya kini telah melaju dengan santai.

“Anyways, lu mau kemana rapih amat?” tanya Olen dengan nada sedikit keras karna bisingnya dijalan raya.

“Mau nongkrong, biasalah” jawab Galih yang di “oh” kan oleh Olsen.

Motor Galih kini sudah tiba di depan komplek perumahnya, Galih berniat untuk mengantarkan Olsen hingga depan rumahnya tapi di larang oleh Olsen, Galih menurut saja dengan keinginan Olsen.

Olsen menurunin motor Galih dan memberikan helmnya kepada Galih tapi di tolak oleh Galih.

“Taro dulu aja dirumah lu, nanti gua ambil ke si Maza” Ucap Galih yang di iyakan oleh Olsen.

“Makasih ya, Lih, maaf ngerepotin” kata Olsen dengan tulus

“My pleasure, Olsen, yaudah gua langsung cabut ya” Ucap Galih berpamitan kepada Olsen, Galih kini telah melajukan motornya menjauh dari penglihatan Olsen.