[(n.) Sugar]
One-shot Soobjun AU
Tag(s): NSFW 🔞, mention of; drinking (idk what should i write for this but agak seperti 'menjual diri')
Old!Soob Young!Jun
-0-
“Kalau kamu nggak bayar tunggakan kosannya minggu depan, saya terpaksa usir kamu dari sini.”
Seorang wanita paruh baya yang baru saja mengancamnya itu melenggang pergi meninggalkan si pemuda yang menyewa kamar itu sendirian.
Mendesah berat, si pemuda pun menutup pintu dan menguncinya.
“Bayar semesteran, biaya hidup, dipecat dari part-time, tunggakan kosan. Bagus, Yeonjun.”
Ya, si pemuda, Choi Yeonjun, sedang mengalami krisis keuangan. Kedua orang tuanya sedang banyak terlilit hutang akibat ditipu bisnis oleh kawan ayahnya, sehingga ia tidak mendapat uang bekal untuk merantau demi mengenyam pendidikan tinggi sejak enam bulan lalu.
Ditambah sekarang adalah tahun terakhirnya kuliah (jika ia sanggup membayar semester depan). Ia pasti butuh dana yang cukup banyak untuk skripsinya.
Ah, membingungkan!
Yeonjun mengunci pintu kamarnya dan berjalan menuju kasur yang hanya muat untuk satu orang. Bersandar pada dinding, matanya menatap kosong ke depan, mendesah berat ke sekian kali.
Lalu ia mengangkat kedua lututnya, menunduk dan bertumpu di sana sambil sedikit menangis. Berat, kenapa cobaan datang bersamaan begini? Yeonjun bingung harus apa sekarang.
Tangannya bergerak menuju ke ponsel yang ada di sebelahnya. Mencari kontak seseorang beberapa saat, lalu memencet tanda telepon, membawa benda pipih itu ke telinga kanannya.
Nada tunggu mulai terdengar di rungunya, hingga bunyi telepon tersambung memutus nada tersebut.
“Yeonjun, ada apaan?”
Si pemuda terdiam sesaat, sesenggukan sedikit sebelum menjawab. “Gyu, gue bingung,” jawabnya lirih, tangisnya begitu pelan.
“Lo nggak papa? Lo kenapa?”
“Masalah uang, Gyu,” jawabnya lagi. “Barusan gue udah ditagih kosan, kalo nggak bayar sampe minggu depan, gue diusir.”
Terdengar suara desahan pelan di ujung sana. “Ah, Yeonjun ... sorry gue nggak bisa bantu lo.”
“Nggak apa-apa, gue bukan mau minta bantuan, kok. Gue cuma butuh cerita aja.”
Keduanya sempat terdiam sebentar. Yeonjun pun akhirnya membuka suara lebih dulu.
“Kalo gue ikutin saran Kai, gimana?”
“Hah? Maksud lo ... jual diri? Nggak! Yeonjun, lo bisa cari duit selain pake cara itu!”
“Tapi nggak ada yang bisa bikin gue dapet uang gede secepet itu, Gyu,” ucap Yeonjun dengan nada lelah. “Satu malem doang, lagian gue udah pernah 'dimasukin'.”
“Aish, frontal banget sih lo. Tapi kan lo nggak tau, kalo ntar yang nyewa lo kakek-kakek, lo mau? Atau punya penyakit kelamin? Iiiihhh!!! Nggak, nggak boleh!”
“Ya gue bisa pilih-pilih, kali. Gue kepepet banget, Gyu ....” Si pemuda terdengar memelas sekarang.
“Ah, terserah lo deh!”
Telepon pun terputus setelah itu. Mendesah lagi, Yeonjun merasa kepalanya pusing.
Ia berniat menjual diri, membiarkan para lelaki hidung belang menghabiskan uang mereka untuk menyewanya selama satu malam.
Satu malam saja, jika satu malam cukup untuk membayar biaya sewa kamar kosnya dan biaya semesteran kuliahnya, Yeonjun rela.
Setelah memantapkan diri (karena ditambah tak ada banyak waktu yang ia miliki), akhirnya ia menghubungi salah satu teman yang pernah memberi saran itu padanya, menanyakan alamat dan apa yang harus ia lakukan.
Yah, bagaimanapun juga, waktu terus berjalan. Dan Yeonjun tak punya pilihan lain.
Semoga saja yang menyewanya nanti bukan kakek-kakek tua bau tanah, apalagi punya penyakit kelamin. Hiiiiihh!!!! Mengerikan!
“Ah, kamu Yeonjun, ya?”
Seseorang menyapa dirinya saat ia baru memasuki ruangan yang remang-remang. Penampilan orang itu sedikit mencolok, bajunya dipenuhi serbuk glitter dan memakai syal berbulu.
Agak aneh, tapi orangnya cukup manis, sih.
Yeonjun pun mengangguk mengiyakan. “Iya. Apa ... Kai udah kasih tau?”
Si pria berpenampilan aneh itu mengangguk dengan senyum cerah. “Waahh~ Bener kata Kai, kamu manis bangeeett. Barang mahal.” Ia berseru kegirangan sambil meraba wajah dan tubuh Yeonjun yang terbalut crop top dengan skinny jeans.
Memang manis, Yeonjun manis sekali dengan rambut gulali yang diikat setengah dan memakai jepit rambut.
Yeonjun merasa sedikit risih, namun dia hanya diam. Toh, nanti dia akan diraba begini, bahkan lebih parah oleh orang asing yang menyewanya.
Diseret lebih jauh ke dalam sana, terdengar musik dengan tempo cepat yang memekakan telinga. Di dalam sana terlihat ruangan lebih besar dengan meja bar dan lantai dansa serta tiang tinggi dengan para penari yang menggerakkan badannya dengan binal, mencoba menarik perhatian para mangsa mereka di seluruh penjuru ruangan.
Dan semuanya, laki-laki.
Sudah jelas, itu gay bar.
Yeonjun memang dikenal sebagai penyuka sesama jenis, sudah sejak lama. Namun itu bukan hal tabu, beberapa temannnya juga begitu. Termasuk yang memberikan saran untuk ke tempat itu.
Dia seperti sedang masuk lubang buaya.
Beberapa mata langsung menatapnya saat masuk. Melihat siapa yang menyeretnya ke dalam, mereka tersenyum mengerikan seperti hendak memangsanya.
“Wow, siapa ini? Anak baru?”
Namun si pria yang menyeret Yeonjun hanya tersenyum dan mengangguk sambil lalu. Tak memedulikan mereka yang melihatnya dengan tatapan 'lapar'.
“Jangan layanin itu, udah tua, miskin lagi. Kamu kebagusan.”
Mendengar itu, Yeonjun sedikitnya merasa lega entah kenapa. Yah, setidaknya ia tidak diberikan pada sembarang orang.
Mendekat ke meja bar, terdapat beberapa tempat VIP tersedia di pinggir kanan dan kiri, tertutup tirai yang agak menerawang namun cukup memberi privasi.
Yeonjun dibawa masuk ke salah satu meja khusus tamu VIP tersebut. Dibukalah tirainya, menampakkan dua orang yang (menurut Yeonjun) sepertinya masih cukup muda. Setelan kantor, yang satu terlihat masih memakai pakaian cukup rapi dengan minuman di genggaman, tangan yang lain sedang memegang ponsel di telinga.
Sedangkan yang satunya cukup berantakan. Dasi longgar, jas yang sudah disampirkan di sofa yang tersedia dengan lengan kemeja dilinting hingga bawah siku. Tangan satunya ia tumpu pada atas sofa sembari memegang gelas berisi minuman beralkohol, dan tangan lain disimpan di atas pahanya. Kedua kakinya menyilang bak raja.
Wah, yang kedua tampan sekali. Untung saja tempat itu pencahayaannya kurang, sehingga pipinya yang memerah tidak terlihat.
Pria yang membawa Yeonjun tadi segera menyapanya ramah. “Tuan Soobin, apakah Anda butuh seseorang buat 'menemani' Anda malam ini? Saya membawa orang yang saya pikir Anda akan suka,” katanya dengan ceria, tidak seperti tadi pada kakek-kakek di depan sana.
Sepertinya orang ini penting sekali.
Tanpa berbicara apapun, si pria yang disebut 'Soobin' tadi mengangkat tangan yang tidak memegang minuman, memberi gestur untuk Yeonjun mendekat padanya menitahnya masuk.
Mata si pria berpenampilan aneh tadi terlihat berbinar senang. “Selamat menikmati malam Anda, Tuan.” Lalu ia mendekat ke arah Yeonjun, berbisik di telinganya. “Layanin, dia nggak aneh-aneh.” Itu yang dikatakannya pada Yeonjun sebelum pergi meninggalkannya bersama dua orang itu.
Yeonjun meneguk ludahnya gugup. Ia berjalan perlahan menuju ke sofa, duduk di samping pria tinggi yang menitahnya masuk tadi. Tangannya ia simpan di atas pangkuan, kepala menunduk.
“Baru?”
“Huh?” Yeonjun mengangkat kepalanya saat suara si pria terdengar di telinganya.
“Kamu baru di sini?”
Ia menatap pria bernama Soobin itu, memperhatikan wajahnya. “I-Iya.”
“Kenapa kamu jual diri gini?”
Seperti tertampar, pertanyaan itu sukses membuat Yeonjun terdiam seketika. Tubuhnya menegang, nada si pria itu terdengar agak menusuk.
“S-Saya butuh uang b-buat bayar kuliah dan sewa k-kos. Udah nunggak dua bulan,” jawab si lelaki manis itu, suaranya mengecil di akhir kata.
Malu. Yeonjun merasa malu.
Namun jawaban dari si pria tadi tidak seperti yang Yeonjun bayangkan. Pria tinggi dan gagah itu menggerakkan tangannya menuju wajahnya, mengusap pipinya pelan dan membenarkan poninya ke samping.
“Sini, duduk di pangkuan saya.”
Beberapa detik meragu, Yeonjun pun berdiri lalu berjalan, mendudukkan dirinya di pangkuan si pria tinggi menghadap ke samping. Kedua tangannya ia simpan di atas pundak pria itu. Ia menunduk lagi.
“Soobin, tumben 'nyewa'. Biasanya lo tolak mulu. Udah lupa sama istri?”
Oh, jadi Yeonjun agak istimewa?
“Mantan istri. Gue udah cerai kalo lo lupa.”
Wah, percakapan macam apa yang sedang Yeonjun dengarkan ini?
Si pria yang berpenampilan rapi tadi berdiri dari kursinya. “Gue harus balik kantor kayanya, tadi di telepon ada yang nggak beres masalah merger.”
“Taehyun memang sekretaris andalan.”
“Bacot. Punya bos kaya lo ya gue harus bisa diandalin,” ucap si pria rapi yang disebut 'Taehyun' itu. “Kalo gitu gue cabut. Lagian lo udah ada yang nemenin. Jangan kasar-kasar.” Pria itu berjalan menjauhi mereka.
“Kapan, sih, gue kasar?”
Hanya dijawab gumaman, pria itu pun keluar meninggalkan Yeonjun dengan si pria tinggi yang memangkunya.
Menyesap minumannya, si bos itu menatap wajah Yeonjun lamat-lamat. Setelah beberapa saat, ia menyimpan gelasnya di meja, lalu menghirup harum tubuh si lelaki manis di pangkuan, menempelkan hidungnya di ceruk leher dengan sensual.
“Kamu wangi, ya. Saya suka wanginya. Kaya wangi bayi.”
Yeonjun menahan diri agar tidak mengeluarkan suara aneh. Gesekan hidung dengan kulit lehernya itu membuatnya geli. Pegangannya pada pundak si pria itu menguat, kepalanya menengadah sedikit memberi akses lebih.
“Nama kamu siapa?”
Sial. Pertanyaan itu mau tak mau harus ia jawab. Ia harus membuka mulutnya.
“Y- hmm~ Yeonjun, T-Tuan.”
Yah, lolos juga ternyata desahannya.
“Panggil saya Soobin aja, ya.”
Yeonjun mengangguk patah-patah sebagai jawaban. Kecupan kupu-kupu diberikan Soobin pada ceruk leher hingga pundak Yeonjun, mulai menyingkapnya sedikit memperlihatkan kulit seputih susunya itu.
Tak berhenti disitu, Soobin mencium kembali lehernya, naik ke atas, mencium dagu lalu ke pipi, mata, hidung, seluruh wajahnya kecuali bibirnya yang merah menggoda.
Yang paling enak disimpan paling terakhir, kan?
“Mmhh ... T-Tuan Soobin.”
“Iya, manis?”
Jantung Yeonjun rasanya berdetak lebih kencang mendengar panggilan sarat pujian tersebut. Menatap sang dominan dengan mata sayu, ia mendesah berat sebelum akhirnya memberanikan diri mencium bibir pria di hadapannya.
Soobin menyeringai senang, tangannya ia gerakkan ke pinggul lelaki manis itu, mengusap kulitnya yang terbuka, masuk ke dalam kain yang menutupi tubuh bagian atasnya. Menyesap bibir Yeonjun dengan menggebu-gebu, rasanya ia tak ingin berhenti mencium, melumat, menghisap bibir itu.
Sudah lama Soobin tak merasa seperti ini.
Melepas ciuman keduanya, sang dominan menatap wajah Yeonjun yang sudah memerah. Mungkin karena kehabisan oksigen, mungkin juga karena terbawa suasana.
Matanya sarat akan nafsu.
“Kamu nggak apa-apa kalo nggak pulang malam ini, kan?”
Yeonjun tak menjawab, ia menggigit bibir bawahnya ragu.
“Saya lunasin tunggakan kos kamu, hm?”
Mendengar itu, Yeonjun seketika ingat apa tujuan utama ia melakukan semua ini.
Ya, untuk mencari uang.
Akhirnya, Yeonjun pun mengangguk pelan mengiyakan. Dengan itu, Soobin segera membawa Yeonjun keluar dari tempat tersebut, masuk ke dalam mobilnya sambil berpegangan tangan, sesekali mengecup pipi dan bibir.
Entah bagaimana caranya Soobin dan Yeonjun sudah sampai di salah satu hotel berbintang lima yang terlihat sangat bagus. Tak sempat lelaki manis itu mengagumi kamar yang mereka (atau lebih tepatnya Soobin) sewa untuk malam ini, si pria tinggi sudah menciuminya bagai serigala yang kelaparan, tak memberinya jeda barang sedetik saja.
Sesaat setelah mereka masuk kamar dan menutup pintu, Soobin langsung mengangkat kedua kaki si lelaki manis, membuatnya melingkarkan kedua kaki dan lengannya agar tidak terjatuh. Bibir keduanya menyatu kembali, dengan sang dominan yang membawa mereka masuk.
Kamar itu berada di lantai yang cukup tinggi, jendelanya menampakkan jalanan kota yang ramai serta langit gelap yang menyelimuti. Soobin menyandarkan badan Yeonjun pada jendela tersebut, sampai mereka melepas ciumannya dan Soobin menurunkan badan sang submissive, memutarnya agar menatap pemandangan indah di luar sana.
Yeonjun seketika menganga takjub. “Wah, bagus. Cantik banget.”
Soobin tersenyum senang, memeluk tubuh Yeonjun sambil menciumi kembali leher dan pundaknya. “Kamu suka?”
Terkekeh, Yeonjun mengangguk. “Hmm ... suka.”
Pria tinggi itu kembali memutar badan Yeonjun agar menghadapnya, lalu tersenyum.
Tampan dan seksi. Yeonjun rasa wajah pria yang menyewanya akan menghantuinya untuk waktu lama.
“Kamu tau,” ucapnya menggantungkan kalimat membuat Yeonjun penasaran, “kamu orang pertama yang saya sewa, yang saya bawa buat bermalam sama saya,” aku Soobin sambil mengusap pipi kemerahan miliknya.
Ibu jari sang dominan bergerak menuju bibir Yeonjun, mengusapnya, menarik bibir bawahnya.
“Kamu cantik, lebih cantik dari pada pemandangan di luar sana.”
Yeonjun tak tahu sudah kali ke berapa perutnya berasa seperti ada kupu-kupu beterbangan. Kata-kata manis seperti itu membuatnya lemah, apalagi dari pria setampan dan seseksi Soobin.
Soobin segera mencium kembali bibir ranum si lelaki manis. Melumat, menghisap, menikmatinya tanpa henti.
Begitupun Yeonjun yang membalas ciuman tersebut. Ia sama semangatnya dengan sang dominan. Mengalungkan kedua tangannya di leher pria di hadapan, ia meremas sedikit rambutnya karena terbawa nafsu.
Yeonjun ingin lebih dari ini.
Tangan Soobin yang sedang memegang pinggul Yeonjun pun mulai bergerak lagi, mengusap kulit di dalam crop top tersebut. Menciumnya tanpa ampun, mengusap dadanya, Yeonjun merasa terbang ke awan.
“T-Tuan ... ahh~”
Ciuman terlepas, membuat Soobin dapat dengan jelas melihat wajah sang submissive yang menikmati sentuhannya. Wajahnya memerah, matanya terpejam, bibirnya terbuka melantunkan desahan indah.
Sempurna. Yeonjun begitu sempurna di matanya.
Soobin melepas baju yang Yeonjun kenakan, menampakkan kulit putih susu yang tadi hanya samar-samar dapat ia lihat. Sekarang tubuh itu terpampang di hadapannya.
Tak mau tertinggal, Yeonjun pun menggerakkan tangannya membuka tiap kancing kemeja yang Soobin kenakan, melepas dasinya, membuangnya ke sembarang arah.
Ah, badan milik Soobin membuat Yeonjun semakin menginginkannya.
Dengan berani, Yeonjun menggerakkan tangannya menuju bawah sana, memegang kancing dan resleting celana sang dominan, lalu menatapnya meminta izin dengan bibir bawahnya yang digigit, mencoba menggodanya.
Oh, itu membuat Soobin semakin keras di bawah sana.
“Buka, sayang.”
Suara rendah milik si pria tinggi itu sukses membuat Yeonjun merinding. Seksi sekali. Tak mungkin Yeonjun menolak untuk digagahi oleh pria seperti Soobin.
Yeonjun pun membuka kancing dan resleting celananya, menurunkannya bersamaan dengan celana dalam yang dikenakan si pria itu, membuatnya dapat melihat sesuatu yang sudah menegang, mengacung tinggi minta dimanjakan.
Tanpa berucap, Yeonjun bergerak sendiri. Ia berjongkok di hadapan benda itu, lalu menatap ke atas melihat wajah sang dominan. Matanya sudah gelap akan kabut nafsu, sama seperti Yeonjun saat ini.
Ia mulai memajukan wajahnya, mendekatkan bibirnya pada kejantanan milik Soobin. Mencium kecil, lalu menjilat ujungnya, membuat si pemilik mendesis.
“Sshh ... Yeonjun, don't test me.”
Menatap ke atas, Yeonjun tersenyum kecil sebelum akhirnya melahap benda itu, mengemutnya seperti permen, hingga menggerakkan kepalanya naik turun membuatnya sedikit tersedak.
Tangan Soobin meraih kepala sang submissive yang asik dengan kejantanannya di bawah sana, mendorong kepalanya, memasukkan miliknya semakin dalam, menikmati mulut basah itu.
“Ahh ... ah! Dikit lagi, sayang. Aah~”
Cairan itu menyembur di dalam mulut Yeonjun begitu banyak, mengalir ke tenggorokannya begitu cepat tanpa aba-aba. Si lelaki manis itu terbatuk sebentar setelah menelan semua cairan yang disemburkan di dalam mulutnya.
Soobin mengangkat tubuh Yeonjun untuk berdiri lagi menghadapnya. “Sakit?”
“Sedikit,” jawabnya dengan serak, membuat Soobin terkekeh.
Cairan tadi sedikit keluar dari mulutnya, membuat sang dominan menggerakkan ibu jarinya mengusap sisa cairan tersebut, lalu menjilatnya.
Yeonjun cemberut melihat itu, dengan segera mencium dan melumat bibir serta lidah si pria tinggi.
“That's mine.“
Tak kuasa menahan gejolak nafsu akibat kejadian kecil tersebut, Soobin membuka celana sang submissive dengan tergesa, memutar badannya menghadap ke jendela, lalu menarik pinggulnya sedikit ke belakang.
“You really wanna test me, do you?“
Yeonjun terkekeh, kali ini terdengar menggoda dan menantang.
“Nggak, cuma pengen Tuan Soobin. Wanna feel you so bad, daddy.“
Soobin memegang kejantanannya, menggesekkannya pada sekitar lubang milik Yeonjun.
“Kemana Yeonjun yang malu-malu tadi, hm?”
Sang submissive merasa tak sabar, ia menggeram tertahan. “Hhhh ... t-tadi belum siap, T-Tuan. Hmm~ Masukiin ....”
“Ini bukan kali pertama kamu, kan?”
Yeonjun menggeleng, masih menggeram menahan gatal di lubangnya.
“T-Tapi udah lama nggak, Tuan.”
Mendengar itu, Soobin pun mengarahkan tiga jarinya menuju ke mulut Yeonjun. Tahu apa yang dimaksud, sang submissive segera mengemut ketiga jari itu dengan semangat, wajahnya begitu menggoda.
“Tenang, Kamu udah emut penis saya tadi, nggak usah semangat gitu ngemut jari saya.”
Beberapa saat, Soobin melepas jarinya dari kuluman Yeonjun. Si lelaki manis hanya tersenyum senang. Tanpa aba-aba, Soobin langsung memasukkan satu jarinya ke lubang Yeonjun.
“Ahk! T-Tuan,” seru si lelaki manis sedikit terkejut.
“Jangan diketatin.”
Yeonjun pun mencoba menenangkan otot bawah sana, membiarkan rasa aneh dari jari Soobin, membiasakan.
“Tuan Soobin, l-lagi.”
Mengerti maksud sang submissive, Soobin menambahkan jarinya ke dalam lubang itu.
“O-Owh ....”
Soobin menggerakkan dua jarinya keluar masuk, membuat gerakan seperti gunting. Melihat wajah Yeonjun yang sudah tidak kesakitan, ia melanjutkan memasukkan jari terakhir.
“Ahh! Tu-tuan.”
Tak henti Soobin menggerakkan ketiga jarinya keluar masuk dari lubang sempit itu. Menyodok lebih dalam, lebih cepat, membuat lenguhan dan desahan nikmat keluar dari belah bibir sang submissive yang keenakan.
“Tuan S-Soobin. Ahh~ Enak, Tuan. Hmm~”
Dirasa lubangnya sudah cukup untuk diberi pemanasan, Soobin mengeluarkan jarinya, membuat Yeonjun melenguh sedih.
“Bentar, sayang. Mau ini?”
Soobin menggesekkan ujung penisnya pada lubang Yeonjun, membuat mata sang submissive terpejam kembali.
“Hhhh ... mau, Yeonjun mau dimasukin- ahh!”
Kejantanan Soobin akhirnya mulai masuk ke lubang itu. Menggeram tertahan, sang dominan menarik pinggulnya ke belakang, membuatnya menungging.
“Rileks, sayang.”
Yeonjun mengangguk, mengerutkan dahinya karena sedikit sakit dan perih. Lubangnya seperti dikoyak, ia tak menyangka bahwa kejantanan Soobin sebesar itu.
Sudah terasa lebih tenang, Soobin memajukan kejantanannya sedikit demi sedikit, masuk ke dalam lubang hangat milik Yeonjun.
“Ahh ... panjang, Tuan. Hmm~”
Sang dominan tersenyum bangga, lalu mengecup punggungnya. “Kamu suka? Sakit nggak?”
Yeonjun mengangguk dengan semangat. “Suka, ahh~ suka banget. Ohh ... s-sakit sedikit.”
“Kamu juga tau nanti enak, saya nggak akan kasar, kok.”
Memejamkan matanya dengan erat menikmati lubangnya yang terasa penuh, Yeonjun bertumpu pada jendela depan yang langsung memberikannya pemandangan kota malam yang cantik.
Untung saja di luar sana tidak ada gedung lain yang setinggi ini.
Tapi bayangan seseorang memergoki mereka sedang bercinta begini kedengarannya hot juga.
Soobin mulai menggerakkan pinggulnya, masuk, keluar, sedikit demi sedikit kejantanannya melesak semakin dalam. Ritmenya pun semakin lama semakin cepat, membuat suara desahan dan geraman nikmat menggema di kamar itu.
“Ahh ... lubang kamu anget, ketat sayang. Hmm~”
Geraman, desahan, lenguhan, hanya suara itu yang ada di ruangan tersebut. Panas, serendah apapun suhu pendingin ruangan di kamar itu tidak terasa sama sekali oleh keduanya yang tengah menikmati penyatuan mereka.
Yeonjun semakin menungging, membuka lubangnya lebih lagi memberikan akses untuk Soobin menghentak ke dalam lubangnya lebih lagi. Ia belum puas, ia ingin lebih.
“Ohh ... lagi, d-dalem lagiihh~”
Permintaan sang submissive langsung dituruti oleh Soobin. Ia menarik pinggul Yeonjun lebih dalam, mendorong kejantanannya lebih kuat lagi, membuat Yeonjun berteriak memanggil namanya dengan suara memelas.
“AHH! T-Tuan Soobin- ohh~ OH! Enak, Tuaaann~ Iya, di situ!”
Sedikit menyenggol titik nikmat di dalam lubangnya, Soobin dengan sengaja memperlambat geraknya, membuat ujung kejantanannya meleset dari titik tersebut.
Yeonjun melenguh sebal. “Hmm~ Tuaaann~ lagiii~” rengeknya sambil menggerakkan pantatnya maju mundur, membuat kejantanan Soobin keluar masuk menambah kenikmatannya.
Soobin terkekeh, ia suka melihat sang submissive memohon minta digagahi begini. Sepertinya pemandangan seperti ini setiap hari bisa membuatnya semangat.
Tak berapa lama, Soobin menggerakkan kembali pinggulnya, cepat dan kasar. Dirinya mulai mendesah keenakan juga, menengadah saking nikmatnya lubang Yeonjun menjepit kebanggaannya.
“Ohh ... Yeonjun, sayang. Ahh~”
“Hmm~ Soobin- ahh~ lagi, sodok lagi, enak. Awhh~”
Dinding itu mulai menjepit kejantanan Soobin, begitu erat, berkedut, membuatnya semakin nikmat dan bergerak tak beraturan.
“Ahh, sayang, kamu- hmm~ kamu mau keluarhh?”
Yeonjun mengangguk cepat, pinggulnya bergerak liar mencari kenikmatan lebih lagi dari sodokan di lubangnya.
Dan hanya beberapa hentakan dan desahan nikmat, sang submissive pun mencapai puncaknya. Menyembur hingga dadanya, kejantanannya bergerak bergelantungan karena hentakan Soobin yang masih begitu cepat dan kuat.
“T-Tuan, ahh! Ohh~”
Cairan hangat pun memenuhi lubangnya, Soobin mengeluarkan cairan nikmatnya di dalam lubang Yeonjun. Terus memompa mengeluarkan sisa dan menikmati puncaknya, Soobin bergerak perlahan sambil menggeram rendah, membuat Yeonjun merinding nikmat.
“Maaf, saya nggak bilang hmm~ dulu, saya bersih, tenang aja,” ucap Soobin dengan nafas yang terengah. Kejantanannya masih bergerak maju mundur perlahan di bawah sana.
Yeonjun mengangguk sambil menikmati gerakan Soobin. “Bayarannya aja, Tuan. Mmhh~” jawabnya ikut menggerakkan pinggulnya lagi berlawanan dengan gerakan sang dominan.
Soobin berhenti bergerak, lalu mencium pundak Yeonjun kembali.
“Kalo kamu jadi sugar baby saya, gimana? Saya penuhin semua kebutuhan kamu, semua saya yang bayar.”
Yeonjun terdiam, lebih tepatnya terkejut dengan tawaran tersebut.
“A-Apa itu ... nggak apa-apa? T-Tuan serius?”
“Saya serius, asal kamu penuhi kemauan saya seperti ini, kamu boleh minta apa saja sama saya.”
Seperti ditimpa rejeki nomplok, Yeonjun tanpa ragu mengangguk menyetujui.
“I-Iya, Tuan. Saya mau.”
Yah, mana mungkin Yeonjun ragu. Toh, dia menikmati bercinta dengan pria tinggi yang baru dia kenal beberapa jam lalu ini.
Dan dibayar? Tak ada yang lebih baik lagi untuk Yeonjun saat ini.
Tiba-tiba Soobin melepas penyatuan mereka, membalikkan tubuh Yeonjun lalu mengangkat tubuhnya menuju ranjang yang masih rapi, merebahkannya.
“Kalo gitu, ini pekerjaan pertama kamu sebagai sugar baby saya.”
Dan pergumulan mereka kembali terulang. Desahan kembali menggema. Suasana kembali memanas.
Seperti itu, Yeonjun sedikitnya tak menyesal telah menuruti saran temannya yang cukup laknat.
Menjadi sugar baby bos perusahaan besar yang tampan, seksi, dan jago bermain di ranjang? Siapa yang mau menolak?
Tentu saja, bukan Yeonjun.
-끝-
Lagi ketagihan halu soob as duda dan sugar daddy hhahaaayy~