sekotak.apasaja

30 Day poetry challenge | Day 06

Prompt: write a poem on the bus about a train


Hidup Bersama Mimpi Buruk

Read more...

30 Day poetry challenge | Day 05

Prompt: write a rain poem


Kataku

Read more...

30 Day poetry challenge | Day 04

Prompt: write a poem about a scientific wonder


Memang Serumit Apa? Sampai Menjelang Pukul Tiga Pagi

Read more...

30 Day poetry challenge | Day 03

Prompt: write a poem about caffeine and or running when you are reading really groggy


Analogi Sebuah Permasalahan

Read more...

30 Day poetry challenge | Day 02

Prompt: write a short poem about nothing


Yang Kita Harusnya

Read more...

30 Day poetry challenge | Day 01

Prompt: write a poem about something bizarre that happens at writing conference


Sebuah Pertanyaan Tanpa Perlu Penjelasan

Read more...

Bagian Dari Kamu yang Tak Pernah Terlelap

“Kenapa kebanyakan tulisanmu membawa kata yang sama.” Lalu kau minta ada kata apa disana? Seharusnya ada perihal tentang aku

Tapi, apa itu memang harusnya demikian? Sebab bagian yang merasa ingin kubuang akan kubuang Dan perihal sesuatu yang ingin disimpan akan senantiasa ada

Aku rasa kau sudah tahu Meski kau tak ada dalam bagian diantara paragraf Kenangan itu akan senantiasa mengakar

Dibagian belahan mana saja Kalau dilihat kembali.... Rasanya kurang lebih seperti membaca ulang buku yang sama

-puisi oleh biru

Mara dan Kasim

“Saya suka kamu.” Ternyata kiranya benar Namun kita hanya terdiam saling menatap Lalu kembali beralih bertautnya bibir ranum Mara dengan Kasim

Terbelahnya sebagian perihal lainnya Kopi yang dibiarkannya mendingin Bersamaan dengan dibiarkannya aroma hujan yang membasahi tanah “Aku yang mana?”

-puisi oleh biru [now play: Joe Hisaishi — Merry-Go-Round of Life]

Di Laci Meja, Dalam Bab-bab Cerita

/01/ Kita bertuju pada hal yang kita mau Kau dapat mimpi, kau mau dapat perihal rasa, Kau mau dapat bahagia dan untukku hanya ingin mendapat sebuah tujuan

/02/ Semua berputar, dan tak sadar Beberapa dari mereka terjatuh Ada yang memilih kembali Ada yang memilih mengambil jeda Dan ada pula yang enggan melakukan apa-apa

/03/ Kita menatap sendu beberapa paragraf Lalu, beralih mengambil sepotong roti Disusul dengan seteguk susu Perbekalan secara fisik sudah matang tinggal pikiran dan perasaan Tak apa jika berujung menangis di jalan pulang

-puisi oleh Biru

Note : selamat datang tahun baru, semoga ada satu atau dua hal yang lekas memenuhi bagian yang rumpang.

Di Rumah, Mengapa Masih Saja?

Mengapa masih saja? Memaksa dua batu itu untuk tetap berdiri Memaksa salah satu dari keduanya untuk tetap melakukan hal yang pasti Memaksa salah satu dari keduanya untuk menahan ujaran

Mengapa masih saja? Masih berpikir untuk tidak melangkah lagi Masih berpikir untuk tidak mengambil alih Lantas bagaimana perihal perjalanan untuk bab selanjutnya

Mengapa masih saja? Membiarkan satu lilin itu menyala sendiri Membiarkan riuh ramainya di sekililing Dan berujung membiarkan semua noda merah memenuhi pada setelan biru yang kau kenakan

-puisi oleh Biru [now play: Nadin Amizah — cinta dan bentuk kalah lainnya : sebuah tarian yang tak kunjung selesai]