Chanthusiast

Chan x Changbin x Minho x Hyunjin


Ibarat bentuk segitiga dan aku berada di dalamnya. Mereka mengukungku dari segala sisi dan menjagaku dengan segenap nyawa yang mereka punya.

Rated, mention of violence, a little dirty talk, kotor tapi gak kotor banget (bersihin otak setelah baca nanti, kalau mau dilanjutin itu terserah kepada pembaca)


“apakah tuan butuh sesuatu?”

Ketika hyunjin mendengar suara pantofel yang sudah tidak asing lagi ditelinganya, saat itu dia harus mengeluarkan kalimat andalan, “pekerjaanmu tidak harus selalu melayaniku, Chan. Banyak pekerjaan lain yang bisa kamu lakukan.” Hyunjin menutup buku tebal yang sudah ia baca sejak satu jam yang lalu, mengusap matanya yang berair karena membaca rentetan kalimat bertinta hitam. Hela napas kemudian.

Lelaki dengan rambut hitam seleher itu tersenyum, “kemana changbin dan minho?” tanyanya, tidak ingin membuat chan merasa bingung akan kalimat yang sebelumnya ia lontarkan. Berdiri untuk letakkan buku pada tempatnya lantas menghampiri Chan dan merapikan dasi lelaki itu.

“anda seharusnya tidak perlu melakukan itu, tuan”

“hm, benarkah?” lirik hyunjin. “kamu tau, chan. karena tidak ada yang bisa kulakukan di sangkar emas ini, menurutku melakukan hal ini tidak ada salahnya”

Hyunjin kecup pipi pengawalnya itu dan tersenyum, “sekarang dimana mereka?”

Pertanyaan dibiarkan mengambang di udara. Jika hyunjin masih setia menunggu jawaban dari chan, maka lelaki itu sebaliknya. Dengan tangan yang tertata apik tertaut satu sama lain sebagai bentuk kesopanan, chan malah enggan untuk mengeluarkan suaranya untuk menjawab pertanyaan singkat dari hyunjin.

Ia paham bahwa hyunjin bersikeras mencari jawaban baik melewati sorot mata atau menunggu chan hingga setidaknya terbuka sedikit. Setelah beberapa saat, hyunjin baru sadar ada sesuatu yang salah.

“chan, kamu menyembunyikan sesuatu?” seringainya tak percaya, “astaga, apa yang kalian bertiga ini inginkan!”


Hyunjin keluar dari lift dengan perasaan khawatir bercampur marah. Mengingat ayahnya yang sangat tempramental sudah membuat perutnya mual tak karuan. apalagi yang changbin dan minho lakukan untuk melindunginya?!, apakah perjanjian mereka kemarin hanya sekedar angin lalu? ia bagai berbicara kepada anak kecil yang belum bisa membaca namun sok paham karena takut.

Dan pemandangan yang sudah menjadi makanan hyunjin sehari-hari tersaji di hadapannya. Chan sekuat tenaga menahan pergerakan hyunjin yang bebal ingin menghampiri minho dan changbin yang tengah berlutut.

“Papa!”

Si anak satu-satunya menjadi bintang utama diantara keributan yang tengah berlangsung. Pecut hampir melayang mengenai punggung kedua pengawalnya yang anehnya tidak menampilkan wajah kesakitan padahal jelas-jelas lantai marmer rumah itu sudah terlukis oleh tetesan darah. Gigi hyunjin berderit tak suka. Menahan amarah, namun ia tidak boleh lepas di depan papanya, atau segalanya akan menjadi lebih buruk.

Mengabaikan tatapan dari maid dan beberapa penghuni Mansion, hyunjin berjalan penuh percaya diri. Bermodalkan nekat dan keberanian diri, kini ia berhadapan dengan lelaki besar tinggi dengan tampang bengisnya.

“alasan apalagi yang akan kamu keluarkan kali ini, anak manisku?”

Hyunjin menunduk dalam, “aku rela mati asal mereka selamat, karena semua ini merupakan salah paham”

“salah paham atau tidak, mereka lalai dalam menjagamu.”

“bukan,” Hyunjin menggeleg, “bukan perihal lalai dan apa pun itu. Sebenarnya memang aku yang tidak pernah mengikuti aturan yang ada.”

“mereka,” hyunjin melirik ketiga pengawalnya, “mereka sudah melakukan kerja yang baik. Tolong ampuni mereka, pa. sebagai gantinya, hukumlah aku”

wajah lelaki itu dengan cepat berubah. Berusaha meredam sampai akhirnya lelaki itu menyuruh hyunjin untuk membuka atasannya dan berlutut seperti apa yang changbin dan minho lakukan. Di hadapan para maid yang memandangnya iba, di hadapan ketiga pengawal yang sudah ia anggap sebagai teman dekatnya.

Hyunjin menyeringai tanpa tersirat rasa takut sedikit pun. Changbin hendak bergerak seketika ditahan oleh minho. Lelaki berambut gelap itu mengisyaratkan changbin untuk tetap diam ditempat

CTAS!

Darah lain kembali terlukis di lantai marmer tersebut.


“bodoh”

“ah! ssh- pelan..” rintih hyunjin, tubuhnya melengkung akibat reaksi nyeri yang berada di punggungnya. Selimut yang menutupi tubuh depannya ia remat pelan setiap permukaan jari minho menyentuh kulitnya yang lecet.

“Minho, berhati-hatilah. Hyunjin tidak memiliki fisik sekuat kita”

“apa aku terlihat peduli?” minho membalas, jarinya masih mengusap punggung hyunjin. Sementara changbin membersihkan lukanya, dan chan membersihkan luka di punggung chagbin. “anak ini bodoh, dengan tampang sok beraninya berhadapan dengan si raja hutan”

“yang bodoh itu kalian! kita sudah melakukan perjanjian untuk tidak melakukan sesuatu untuk melindungiku. Tapi kalian keras kepala!”

“sudah konsekuensi, hyunjin” Changbin menimpali, mengoles salep dengan telaten pada punggung keras minho, “mau ada perjanjian seperti apa pun, itu tidak mutlak. Dari awal kami sudah menerima pekerjaan ini, ada peraturan tidak tertulis namun wajib dijalankan adalah melindungimu mau bagaimana pun”

hiks, ini tidak adil”

Suara tangis yang teredam oleh kain yang ia pegang spontan membuat ketiganya saling bertatapan. Panik melanda tak lama kemudian, namun chan selaku yang paling dewasa mengisyaratkan untuk tenang.

Lelaki itu mendekat kepada hyunjin dan memeluk tubuh kurusnya tanpa menyentuh punggung. “kamu harus lebih banyak makan, hyunjin”

“jangan bilang kalau dirimu juga-”

“Chan lebih banyak menanggung, hyunjin.” Changbin menimpali, “sorry, chan” senyumnya mengembang, padahal chan sudah menatap tajam kepada changbin karena sudah menyebabkan hyunjin kembali terisak. Lain mereka berdua, minho mengerlingkan mata malas dan merebut hyunjin dari pelukan chan guna menghapus air mata si manis.

“udah, jangan cengeng”

“bukan gitu cara nenangin orang” giliran changbin yang merebut hyunjin juga selimut yang berada di tangan minho dan mengusap wajah hyunjin yang sembab. Ia menyisir rambut lembut hyunjin menggunakan jemarinya, “jangan nangis lagi, hm? pinternya”

“apa sih, bin! aku bukan anak kecil lagi!”

“kamu masih seperti bayi di mata kami.” Chan menyampirkan rambut hyunjin, “cantik”

Pipinya memerah hingga ke telinga karena perlakuan ketiga pengawal yang sudah bersamanya sejak kecil. Setelah dipikir, mereka sangat banyak berkorban untuk hyunjin. Baik mengorbankan waktu atau pun tenaga hanya demi hyunjin.

Hyunjin menarik ketiganya untuk duduk melingkarinya. Sempat bingung ada apa, namun mereka kaget saat hyunjin membubuhkan satu kecupan di masing-masing. Tanpa angin, tanpa hujan- hyunjin memberi ketiganya sebuah kecupan di bibir

Bibir

Chan, Changbin, dan Minho saling tatap satu sama lain. Kalau ingin membongkar sebuah rahasia besar, ketiganya sudah pernah mencicipi ceri merah anak majikan mereka. Bukan karena pelampiasan nafsu, melainkan hyunjin yang selalu memulai duluan.

-dan kini hyunjin terang-terangan melakukannya.

Hyunjin pasti sudah kehilangan akal pikir mereka bertiga. Namun tak munafik kalau mereka menikmati. Ayolah, mereka masih lelaki dan lelaki yang menyukai keindahan.

“mmh-” nyaris mengeluarkan lenguhan yang nyaring saat bahunya dicium lembut oleh changbin. Sesegera mungkin minho membungkam delima hyunjin menggunakan bibirnya. Hening, namun rasa panas mengintari ketinganya. Ketiga dua lelaki yang memiliki warna rambut hampir sama itu tak melepas sentuhan dari hyunjin, kini chan memberanikan diri untuk menjilat dan gigit hyunjin tepat di leher.

Posisi mereka berhimpitan, dengan kulit menyentuh kulit. Hyunjin mabuk kepayang ketika napas bersaut-sautan di indra pendengarannya. Suara yang selalu berjalan di imajinasi kotornya.

Bingung harus bertumpu kepada siapa. Ia hanya bisa diam menahan desah yang memaksa keluar melewati tenggorokan. Gigitan kecil yang membuatnya terpekik sebelum akhirnya pinggangnya ditahan oleh salah satu dari mereka.

Hyunjin menitikkan air mata akibat nafsunya yang berada di ujung tanduk, “apa yang akan kalian lakukan?”

“apakah kurang jelas?” minho menggigit daun telinga si manis, “tidak tau atau berpura-pura tidak tau?”

Changbin terkikik geli, “astaga, jangan terlalu keras padanya. Lihat wajahnya yang memerah dan hampir menangis itu” lantas changbin mengusapnya dengan sangat lembut, buat jantung hyunjin berdegup tak karuan.

Jemari chan bergerak, sentuh dagu hyunjin guna menatap matanya. Tatapan yang terkesan lembut, namun menuntut. Ia mengunci hyunjin di dalam samudera miliknya yang dalam, beri usapan lembut di pipi merah muda si manis.

“easy, sugar”

ibu jari menekan-nekan bawah bibir hyunjin yang lebih berisi, “let your imagination soar high. Very high as you want us to fuck you.”

“We will drive you crazy”


Find me on: @Chanthusiast_ and Blueishby (wattpad)

Chan x Changbin x Minho x Hyunjin


Ibarat bentuk segitiga dan aku berada di dalamnya. Mereka mengukungku dari segala sisi dan menjagaku dengan segenap nyawa yang mereka punya.

Rated on some parts, a little dirty talk, kotor tapi gak kotor (nanti dibersihin aja otaknya habis baca) mention of violence


“apakah tuan butuh sesuatu?”

Ketika hyunjin mendengar suara pantofel yang sudah tidak asing lagi ditelinganya, saat itu dia harus mengeluarkan kalimat andalan, “pekerjaanmu tidak harus selalu melayaniku, Chan. Banyak pekerjaan lain yang bisa kamu lakukan.” Hyunjin menutup buku tebal yang sudah ia baca sejak satu jam yang lalu, mengusap matanya yang berair karena membaca rentetan kalimat bertinta hitam. Hela napas kemudian.

Lelaki dengan rambut hitam seleher itu tersenyum, “kemana changbin dan minho?” tanyanya, tidak ingin membuat chan merasa bingung akan kalimat yang sebelumnya ia lontarkan. Berdiri untuk letakkan buku pada tempatnya lantas menghampiri Chan dan merapikan dasi lelaki itu.

“anda seharusnya tidak perlu melakukan itu, tuan”

“hm, benarkah?” lirik hyunjin. “kamu tau, chan. karena tidak ada yang bisa kulakukan di sangkar emas ini, menurutku melakukan hal ini tidak ada salahnya”

Hyunjin kecup pipi pengawalnya itu dan tersenyum, “sekarang dimana mereka?”

Pertanyaan dibiarkan mengambang di udara. Jika hyunjin masih setia menunggu jawaban dari chan, maka lelaki itu sebaliknya. Dengan tangan yang tertata apik tertaut satu sama lain sebagai bentuk kesopanan, chan malah enggan untuk mengeluarkan suaranya untuk menjawab pertanyaan singkat dari hyunjin.

Ia paham bahwa hyunjin bersikeras mencari jawaban baik melewati sorot mata atau menunggu chan hingga setidaknya terbuka sedikit. Setelah beberapa saat, hyunjin baru sadar ada sesuatu yang salah.

“chan, kamu menyembunyikan sesuatu?” seringainya tak percaya, “astaga, apa yang kalian bertiga ini inginkan!”


Hyunjin keluar dari lift dengan perasaan khawatir bercampur marah. Mengingat ayahnya yang sangat tempramental sudah membuat perutnya mual tak karuan. apalagi yang changbin dan minho lakukan untuk melindunginya?!, apakah perjanjian mereka kemarin hanya sekedar angin lalu? ia bagai berbicara kepada anak kecil yang belum bisa membaca namun sok paham karena takut.

Dan pemandangan yang sudah menjadi makanan hyunjin sehari-hari tersaji di hadapannya. Chan sekuat tenaga menahan pergerakan hyunjin yang bebal ingin menghampiri minho dan changbin yang tengah berlutut.

“Papa!”

Si anak satu-satunya menjadi bintang utama diantara keributan yang tengah berlangsung. Pecut hampir melayang mengenai punggung kedua pengawalnya yang anehnya tidak menampilkan wajah kesakitan padahal jelas-jelas lantai marmer rumah itu sudah terlukis oleh tetesan darah. Gigi hyunjin berderit tak suka. Menahan amarah, namun ia tidak boleh lepas di depan papanya, atau segalanya akan menjadi lebih buruk.

Mengabaikan tatapan dari maid dan beberapa penghuni Mansion, hyunjin berjalan penuh percaya diri. Bermodalkan nekat dan keberanian diri, kini ia berhadapan dengan lelaki besar tinggi dengan tampang bengisnya.

“alasan apalagi yang akan kamu keluarkan kali ini, anak manisku?”

Hyunjin menunduk dalam, “aku rela mati asal mereka selamat, karena semua ini merupakan salah paham”

“salah paham atau tidak, mereka lalai dalam menjagamu.”

“bukan,” Hyunjin menggeleg, “bukan perihal lalai dan apa pun itu. Sebenarnya memang aku yang tidak pernah mengikuti aturan yang ada.”

“mereka,” hyunjin melirik ketiga pengawalnya, “mereka sudah melakukan kerja yang baik. Tolong ampuni mereka, pa. sebagai gantinya, hukumlah aku”

wajah lelaki itu dengan cepat berubah. Berusaha meredam sampai akhirnya lelaki itu menyuruh hyunjin untuk membuka atasannya dan berlutut seperti apa yang changbin dan minho lakukan. Di hadapan para maid yang memandangnya iba, di hadapan ketiga pengawal yang sudah ia anggap sebagai teman dekatnya.

Hyunjin menyeringai tanpa tersirat rasa takut sedikit pun. Changbin hendak bergerak seketika ditahan oleh minho. Lelaki berambut gelap itu mengisyaratkan changbin untuk tetap diam ditempat

CTAS!

Darah lain kembali terlukis di lantai marmer tersebut.


“bodoh”

“ah! ssh- pelan..” rintih hyunjin, tubuhnya melengkung akibat reaksi nyeri yang berada di punggungnya. Selimut yang menutupi tubuh depannya ia remat pelan setiap permukaan jari minho menyentuh kulitnya yang lecet.

“Minho, berhati-hatilah. Hyunjin tidak memiliki fisik sekuat kita”

“apa aku terlihat peduli?” minho membalas, jarinya masih mengusap punggung hyunjin. Sementara changbin membersihkan lukanya, dan chan membersihkan luka di punggung chagbin. “anak ini bodoh, dengan tampang sok beraninya berhadapan dengan si raja hutan”

“yang bodoh itu kalian! kita sudah melakukan perjanjian untuk tidak melakukan sesuatu untuk melindungiku. Tapi kalian keras kepala!”

“sudah konsekuensi, hyunjin” Changbin menimpali, mengoles salep dengan telaten pada punggung keras minho, “mau ada perjanjian seperti apa pun, itu tidak mutlak. Dari awal kami sudah menerima pekerjaan ini, ada peraturan tidak tertulis namun wajib dijalankan adalah melindungimu mau bagaimana pun”

hiks, ini tidak adil”

Suara tangis yang teredam oleh kain yang ia pegang spontan membuat ketiganya saling bertatapan. Panik melanda tak lama kemudian, namun chan selaku yang paling dewasa mengisyaratkan untuk tenang.

Lelaki itu mendekat kepada hyunjin dan memeluk tubuh kurusnya tanpa menyentuh punggung. “kamu harus lebih banyak makan, hyunjin”

“jangan bilang kalau dirimu juga-”

“Chan lebih banyak menanggung, hyunjin.” Changbin menimpali, “sorry, chan” senyumnya mengembang, padahal chan sudah menatap tajam kepada changbin karena sudah menyebabkan hyunjin kembali terisak. Lain mereka berdua, minho mengerlingkan mata malas dan merebut hyunjin dari pelukan chan guna menghapus air mata si manis.

“udah, jangan cengeng”

“bukan gitu cara nenangin orang” giliran changbin yang merebut hyunjin juga selimut yang berada di tangan minho dan mengusap wajah hyunjin yang sembab. Ia menyisir rambut lembut hyunjin menggunakan jemarinya, “jangan nangis lagi, hm? pinternya”

“apa sih, bin! aku bukan anak kecil lagi!”

“kamu masih seperti bayi di mata kami.” Chan menyampirkan rambut hyunjin, “cantik”

Pipinya memerah hingga ke telinga karena perlakuan ketiga pengawal yang sudah bersamanya sejak kecil. Setelah dipikir, mereka sangat banyak berkorban untuk hyunjin. Baik mengorbankan waktu atau pun tenaga hanya demi hyunjin.

Hyunjin menarik ketiganya untuk duduk melingkarinya. Sempat bingung ada apa, namun mereka kaget saat hyunjin membubuhkan satu kecupan di masing-masing. Tanpa angin, tanpa hujan- hyunjin memberi ketiganya sebuah kecupan di bibir

Bibir

Chan, Changbin, dan Minho saling tatap satu sama lain. Kalau ingin membongkar sebuah rahasia besar, ketiganya sudah pernah mencicipi ceri merah anak majikan mereka. Bukan karena pelampiasan nafsu, melainkan hyunjin yang selalu memulai duluan.

-dan kini hyunjin terang-terangan melakukannya.

Hyunjin pasti sudah kehilangan akal pikir mereka bertiga. Namun tak munafik kalau mereka menikmati. Ayolah, mereka masih lelaki dan lelaki yang menyukai keindahan.

“mmh-” nyaris mengeluarkan lenguhan yang nyaring saat bahunya dicium lembut oleh changbin. Sesegera mungkin minho membungkam delima hyunjin menggunakan bibirnya. Hening, namun rasa panas mengintari ketinganya. Ketiga dua lelaki yang memiliki warna rambut hampir sama itu tak melepas sentuhan dari hyunjin, kini chan memberanikan diri untuk menjilat dan gigit hyunjin tepat di leher.

Posisi mereka berhimpitan, dengan kulit menyentuh kulit. Hyunjin mabuk kepayang ketika napas bersaut-sautan di indra pendengarannya. Suara yang selalu berjalan di imajinasi kotornya.

Bingung harus bertumpu kepada siapa. Ia hanya bisa diam menahan desah yang memaksa keluar melewati tenggorokan. Gigitan kecil yang membuatnya terpekik sebelum akhirnya pinggangnya ditahan oleh salah satu dari mereka.

Hyunjin menitikkan air mata akibat nafsunya yang berada di ujung tanduk, “apa yang akan kalian lakukan?”

“apakah kurang jelas?” minho menggigit daun telinga si manis, “tidak tau atau berpura-pura tidak tau?”

Changbin terkikik geli, “astaga, jangan terlalu keras padanya. Lihat wajahnya yang memerah dan hampir menangis itu” lantas changbin mengusapnya dengan sangat lembut, buat jantung hyunjin berdegup tak karuan.

Jemari chan bergerak, sentuh dagu hyunjin guna menatap matanya. Tatapan yang terkesan lembut, namun menuntut. Ia mengunci hyunjin di dalam samudera miliknya yang dalam, beri usapan lembut di pipi merah muda si manis.

“easy, sugar”

ibu jari menekan-nekan bawah bibir hyunjin yang lebih berisi, “let your imagination soar high. Very high as you want us to fuck you.”

“We will drive you crazy”


Find me on: @Chanthusiast_ and Blueishby (wattpad)

Chan x Changbin x Minho x Hyunjin


Ibarat bentuk segitiga dan aku berada di dalamnya. Mereka mengukungku dari segala sisi dan menjagaku dengan segenap nyawa yang mereka punya.


“apakah tuan butuh sesuatu?”

Ketika hyunjin mendengar suara pantofel yang sudah tidak asing lagi ditelinganya, saat itu dia harus mengeluarkan kalimat andalan, “pekerjaanmu tidak harus selalu melayaniku, Chan. Banyak pekerjaan lain yang bisa kamu lakukan.” Hyunjin menutup buku tebal yang sudah ia baca sejak satu jam yang lalu, mengusap matanya yang berair karena membaca rentetan kalimat bertinta hitam. Hela napas kemudian.

Lelaki dengan rambut hitam seleher itu tersenyum, “kemana changbin dan minho?” tanyanya, tidak ingin membuat chan merasa bingung akan kalimat yang sebelumnya ia lontarkan. Berdiri untuk letakkan buku pada tempatnya lantas menghampiri Chan dan merapikan dasi lelaki itu.

“anda seharusnya tidak perlu melakukan itu, tuan”

“hm, benarkah?” lirik hyunjin. “kamu tau, chan. karena tidak ada yang bisa kulakukan di sangkar emas ini, menurutku melakukan hal ini tidak ada salahnya”

Hyunjin kecup pipi pengawalnya itu dan tersenyum, “sekarang dimana mereka?”

Pertanyaan dibiarkan mengambang di udara. Jika hyunjin masih setia menunggu jawaban dari chan, maka lelaki itu sebaliknya. Dengan tangan yang tertata apik tertaut satu sama lain sebagai bentuk kesopanan, chan malah enggan untuk mengeluarkan suaranya untuk menjawab pertanyaan singkat dari hyunjin.

Ia paham bahwa hyunjin bersikeras mencari jawaban baik melewati sorot mata atau menunggu chan hingga setidaknya terbuka sedikit. Setelah beberapa saat, hyunjin baru sadar ada sesuatu yang salah.

“chan, kamu menyembunyikan sesuatu?” seringainya tak percaya, “astaga, apa yang kalian bertiga ini inginkan!”


Hyunjin keluar dari lift dengan perasaan khawatir bercampur marah. Mengingat ayahnya yang sangat tempramental sudah membuat perutnya mual tak karuan. apalagi yang changbin dan minho lakukan untuk melindunginya?!, apakah perjanjian mereka kemarin hanya sekedar angin lalu? ia bagai berbicara kepada anak kecil yang belum bisa membaca namun sok paham karena takut.

Dan pemandangan yang sudah menjadi makanan hyunjin sehari-hari tersaji di hadapannya. Chan sekuat tenaga menahan pergerakan hyunjin yang bebal ingin menghampiri minho dan changbin yang tengah berlutut.

“Papa!”

.


Pukul enam sore, jeongin lirik jam yang melingkar di pergelangan tangan sebelah kiri. Satu tangan mengetuk-ngetuk paha kerasnya yang berbalut jeans sambil menunggu hyunjin di depan halaman rumah.

Entah karena tidak tega atau memang murni dia ingin membantu pemuda tersebut, sejujurnya hati jeongin berat seiring dengan pedal gas yang diinjak hingga sampai kepada kediaman hyunjin.

Padahal ia sudah bersumpah kepada dirinya sendiri untuk menarik kembali perasaan yang selama ini ia titipkan di ruang hati milik hyunjin.

Berat, bingung, namun tak tau harus berbuat apa

Tok! Tok!

Jeongin terperanjat saat melihat hyunjin yang mengetuk kaca hitam mobilnya dan menggumam “bukain pintunya”

Jeongin pun membuka kunci mobilnya dan hyunjin masuk sambil membawa tas dan ponsel dengan griptok lucu yang sangat ia inginkan sejak lama, “yuk?” Ajaknya dengan senyuman lebar

Yang lebih muda tarik persneling untuk kemudian jalankan mobilnya. Membelah jalanan yang mulai gelap akibat cahaya matahari yang perlahan hilang

“Jeje mau kerumah felix?”

“Hm”

“Ngapain?” Tanya hyunjin lagi. Namun sudah ia tunggu beberapa detik sampai jeongin membuka mulutnya, lelaki itu tak kunjung menjawab, “maaf, kayaknya jeje lagi badmood”

Pandangannya teralih ke depan, ditemani dengan suara radio. Isi kepala jeongin bergemuruhㅡberadu, lebih baik mengabaikan hyunjin demi kepentingan hatinya atau meladeni hyunjin namun beresiko hatinya kembali nyeri akibat teringat bahwa hyunjin tidak akan menatapnya penuh cinta sampai kapan pun.

Bodohnya jeongin memilih opsi kedua.

“Lo sekalian nginep kan? Kalo seungmin aneh-aneh bilang ke gue”

Cukup membuat kaget hyunjin, spontan ia menatap jeongin dengan mata kucingnya, “je-”

“Kita teman dekat kan?” Jeongin tersenyum lebar, lirik hyunjin dari sudut matanya, “gue selalu ada disisi lo”

hiks, kirain jeje marah”

“Udah ah, jangan nangis. Jelek.”

“Kalo jelek, jeje mana mau temenan!”

Keduanya terkekeh jenaka diantara padatnya jalanan kota

Sebenarnya yang jeje takutkan bukanlah untuk melepas hyunjin, melainkan ia takut kalau ia tidak akan menemukan orang lain seperti hyunjin

Namun dengan melihat senyuman lelaki yang lebih tua setahun darinya itu cukup membuktikan, kalau bahagia memang tidak selalu berakhir dengan memiliki


Pukul enam sore, jeongin lirik jam yang melingkar di pergelangan tangan sebelah kiri. Satu tangan mengetuk-ngetuk paha kerasnya yang berbalut jeans sambil menunggu hyunjin di depan halaman rumah.

Entah karena tidak tega atau memang murni dia ingin membantu pemuda tersebut, sejujurnya hati jeongin berat seiring dengan pedal gas yang diinjak hingga sampai kepada kediaman hyunjin.

Padahal ia sudah bersumpah kepada dirinya sendiri untuk menarik kembali perasaan yang selama ini ia titipkan di ruang hati milik hyunjin.

Berat, bingung, namun tak tau harus berbuat apa

Tok! Tok!

Jeongin terperanjat saat melihat hyunjin yang mengetuk kaca hitam mobilnya dan menggumam “bukain pintunya”

Jeongin pun membuka kunci mobilnya dan hyunjin masuk sambil membawa tas dan ponsel dengan griptok lucu yang sangat ia inginkan sejak lama, “yuk?” Ajaknya dengan senyuman lebar

Yang lebih muda tarik persneling untuk kemudian jalankan mobilnya. Membelah jalanan yang mulai gelap akibat cahaya matahari yang perlahan hilang

“Jeje mau kerumah felix?”

“Hm”

“Ngapain?” Tanya hyunjin lagi. Namun sudah ia tunggu beberapa detik sampai jeongin membuka mulutnya, lelaki itu tak kunjung menjawab, “maaf, kayaknya jeje lagi badmood”

Pandangannya teralih ke depan, ditemani dengan suara radio. Isi kepala jeongin bergemuruhㅡberadu, lebih baik mengabaikan hyunjin demi kepentingan hatinya atau meladeni hyunjin namun beresiko hatinya kembali nyeri akibat teringat bahwa hyunjin tidak akan menatapnya penuh cinta sampai kapan pun.

Bodohnya jeongin memilih opsi kedua.

“Lo sekalian nginep kan? Kalo seungmin aneh-aneh bilang ke gue”

Cukup membuat kaget hyunjin, spontan ia menatap jeongin dengan mata kucingnya, “je-”

“Kita teman dekat kan?” Jeongin tersenyum lebar, lirik hyunjin dari sudut matanya, “gue selalu ada disisi lo”

hiks, kirain jeje marah”

“Udah ah, jangan nangis. Jelek.”

“Kalo jelek, jeje mana mau temenan!”

Sebenarnya yang jeje takutkan bukanlah untuk melepas hyunjin, melainkan ia takut kalau ia tidak akan menemukan orang lain seperti hyunjin

Namun dengan melihat senyuman lelaki yang lebih tua setahun darinya itu cukup membuktikan, kalau bahagia memang tidak selalu berakhir dengan memiliki

#Perjalanan


Pukul enam sore, jeongin lirik jam yang melingkar di pergelangan tangan sebelah kiri. Satu tangan mengetuk-ngetuk paha kerasnya yang berbalut jeans sambil menunggu hyunjin di depan halaman rumah.

Entah karena tidak tega atau memang murni dia ingin membantu pemuda tersebut, sejujurnya hati jeongin berat seiring dengan pedal gas yang diinjak hingga sampai kepada kediaman hyunjin.

Padahal ia sudah bersumpah kepada dirinya sendiri untuk menarik kembali perasaan yang selama ini ia titipkan di ruang hati milik hyunjin.

Berat, bingung, namun tak tau harus berbuat apa

Tok! Tok!

Jeongin terperanjat saat melihat hyunjin yang mengetuk kaca hitam mobilnya dan menggumam “bukain pintunya”

Jeongin pun membuka kunci mobilnya dan hyunjin masuk sambil membawa tas dan ponsel dengan griptok lucu yang sangat ia inginkan sejak lama, “yuk?” Ajaknya dengan senyuman lebar

Yang lebih muda tarik persneling untuk kemudian jalankan mobilnya. Membelah jalanan yang mulai gelap akibat cahaya matahari yang perlahan hilang

“Jeje mau kerumah felix?”

“Hm”

“Ngapain?” Tanya hyunjin lagi. Namun sudah ia tunggu beberapa detik sampai jeongin membuka mulutnya, lelaki itu tak kunjung menjawab, “maaf, kayaknya jeje lagi badmood”

Pandangannya teralih ke depan, ditemani dengan suara radio. Isi kepala jeongin bergemuruhㅡberadu, lebih baik mengabaikan hyunjin demi kepentingan hatinya atau meladeni hyunjin namun beresiko hatinya kembali nyeri akibat teringat bahwa hyunjin tidak akan menatapnya penuh cinta sampai kapan pun.

Bodohnya jeongin memilih opsi kedua.

“Lo sekalian nginep kan? Kalo seungmin aneh-aneh bilang ke gue”

Cukup membuat kaget hyunjin, spontan ia menatap jeongin dengan mata kucingnya, “je-”

“Kita teman dekat kan?” Jeongin tersenyum lebar, lirik hyunjin dari sudut matanya, “gue selalu ada disisi lo”

hiks, kirain jeje marah”

“Udah ah, jangan nangis. Jelek.”

“Kalo jelek, jeje mana mau temenan!”

Sebenarnya yang jeje takutkan bukanlah untuk melepas hyunjin, melainkan ia takut kalau ia tidak akan menemukan orang lain seperti hyunjin

Namun dengan melihat senyuman lelaki yang lebih tua setahun darinya itu cukup membuktikan, kalau bahagia memang tidak selalu berakhir dengan memiliki

Chanthusiast Chanjin Oneshoot

  • Christopher Bahng as Christopher Arion Abhicandra
  • Hwang Hyunjin as Nathan Dirga

  • NSFW and Explicit content

  • 4k+ words


suara gemelatuk hak sepatu yang dikenakan menggema di sudut-sudut ruangan. Nathan Dirga, dengan kacamata yang masih bertengger apik di tulang hidung mancungnya tampak tak senang kala itu, kentara dari raut wajahnya. Para penghuni rumah yang termasuk pembantu dan pengawal hanya bisa menunduk diam saat menyaksikan sang majikan membanting vas bunga yang suaminya beli saat keduanya pergi ke venesia untuk berlibur dulu

mereka semua kaget dengan kejadian tiba-tiba itu. Nathan bukan tipikal orang yang akan melampiaskan emosinya dengan barang. Malahan, lelaki itu selalu menampilkan image elegan hingga mampu membuat seluruh dunia kagum dengan ketenagannya

salah satu pembantu menatap pengawal pribadi Nathan, berdiri gagah di belakang majikannya saat Nathan berusaha meraup napas karena dada yang mendadak sesak

Seo pasti tau sesuatu, bisik para maid sambil melirik takut-takut ke pemuda yang tidak terlalu tinggi tersebut. Walaupun dengan tinggi badan yang terbatas, ia yang ditunjuk hyunjin langsung untuk menjaganya

namun atensi mereka teralih saat mendengar Nathan menangis dan membuka kacamata hitam yang bertengger sedari tadi. Tidak ada yang berani melontarkan tanya ada apa?, memangnya mereka siapa? mereka hanya orang yang berkerja untuk sepasang suami kaya raya ini. Jika mereka ikut campur, barang hanya menguping satu kata, mungkin mereka akan ditembak mati kemudian diberi kepada anjing lapar hingga tubuh mereka hancur

kembali lagi kepada Nathan, lelaki itu mengusap lagi matanya dan berputar guna melihat orang-orangnya. Senyumnya tampil, “tolong rahasiakan ini dari tuan Johnny. Aku akan menaikkan gaji kalian semua”

“baik tuan”

“kalian boleh pergi”

hanya begitu saja, tutup mulut- maka semua terkendali. Maka tidak ada gunanya mengusik kehidupan mereka. Lebih seperti hubungan mutualisme, bukan?


“sejak kapan?”

“belum lama, tuan. Saya tidak sengaja bertemu dengan tuan Johnny saat baru pulang dari rumah orang tua anda. Niat awal saya ingin menyapa, namun saya kembali mundur saat seorang wanita menghampirinya”

tanpa melihat kepada Seo, Nathan meminum anggurnya sedikit demi sedikit. “wanita, huh. Jadi tujuannya menikahiku tak lain tak bukan adalah karena sebuah rencana?”

“cinta apanya” Nathan tertawa kemudian, berbalik menghadap Seo yang figurnya masih tegak berdiri, pandang lurus ke depan. “aku ingin memberimu sebuah misi”

“misi apa, tuan?”

Nathan mendekat, mendekatkan bibirnya pada Seo, “cari siapa wanita yang beruntung itu, karena aku harus mengurus hal lain” diakhiri sebuah kecupan di rahang tegas lelaki itu. Nathan tersenyum dan kembali meminum anggurnya

“bisa? aku mengandalkanmu, Seo”

Seo membungkuk hormat lantas pergi dari hadapan Nathan. Lelaki itu kembali menikmati minumannya, bersandar pada bingkai jendela kaca yang dipasang sangat besar pada salah satu sisi dinding. Ia mampu melihat gemerlap ibukota dengan segala kemisteriusannya dari atas sini

minum lagi, kemudian letakkan di meja kecil sampingnya. Pintu kamar mereka terdengar sebuah decitan kecil, yang mana ada seseorang masuk ke dalam

“sayang?”

itu Johnny. Maka Nathan harus memainkan perannya sebagai suami baik yang menunggunya pulang, berharap suaminya merindukan sentuhannya, walaupun realita mengatakan bahwa Nathan baru saja memergoki suami terkasihnya itu berselingkuh

“sayang, akhirnya dirimu pulang” Nathan memberikan sebuah kecupan serta pelukan hangat kepada suaminya yang setia “aku merindukanmu” bisik Nathan tanpa satu senti senyuman


“mau sampai kapan ayah memberi waktu?!”

Nathan memejamkan matanya erat saat suara keras itu seperti mendobrak gendang telinga. Ketika ayahnya lagi-lagi meremehkan keahlian anaknya. Sebentar lagi, pasti ayahnya akan-

“jangan mau kalah dari kembaranmu, Nathan! Kamu dengar?”

“iya, ayah. Nathan dengar”

“bagus. Ayah sudah memberikan jodoh yang sangat bagus dan setimpal untukmu dan keluarga kita, jadi jangan menyia-nyiakan apa yang sudah ayah beri”

bagaimana ayah tau kalau dia bagus, bahkan dia berani mengkhianatiku dengan berselingkuh “baik, ayah”

lelaki yang berumur hampir menginjak enam puluh tersebut mengangguk dan memberi kode bahwa Nathan boleh pergi dari hadapannya. Namun, Nathan masih diam di tempat hingga membuat ayahnya menatap heran

“jika aku mendapatkan investor yang bersedia menginvestasikan dalam jumlah banyak, lebih banyak dari para investor yang kembaranku dapatkan, aku ingin meminta satu hal”

lelaki itu makin pandang anaknya penasaran, “apa itu?”

“aku ingin mengelola tanahku sendiri”

“kamu gila?” decihnya “kamu sudah menikah, Nathan Dirga. Semua asetmu akan dikelola oleh suamimu, kerjamu hanya sebagai bawahan ayah, apa itu kurang?”

“aku ingin tanahku, ayah” Nathan menekankan kalimatnya, “dan aku akan membuat perusahaan gabungan disana. Berdiri atas namaku sendiri. Bukankah tanah itu ayah yang memberikannya padaku? kenapa ayah mempercayai orang selain keluarga kita untuk mengelolanya?”

“jika ayah mengabulkan permintaanku, aku akan mencari investor yang terbaik di dunia ini”

lelaki tua itu menautkan kesepuluh jarinya di atas meja, masih menatap anaknya yang seolah meyakinkan dirinya lewat sorot tak gentar tersebut. Hela napas, “sebaiknya kamu menemukan orang itu, Nath”

“percaya padaku, ayah” Nathan memasang kacamata hitam andalan sambil menjilat bibir bawahnya, memasukkan kedua tangan di saku coat mahal yang ia kenakan, “aku tidak akan mengecewakan ayah kali ini”

dengan segala janji yang ia tinggalkan kepada sang ayah, Nathan pergi dengan membawa harga dirinya untuk diperjuangkan


“bagaimana?”

Seo memberikan sebuah berkas berwarna hitam kepada Nathan. Berkas tersebut berisikan banyak kertas berupa foto suaminya dengan wanita lain di sana. Tengah tersenyum gembira dan tanpa malu merangkul pinggangnya sama seperti yang biasa ia lakukan kepada Nathan

untuk pertama kalinya nathan merasa jijik kepada suaminya sendiri

“ada info lain, Seo?”

“ia merupakan istri dari pengusaha terkenal Christopher Arion Abhicandra”

pergerakan tangan Nathan yang tengah melihat foto-foto berhenti seketika saat sang pengawal pribadi memberitaukannya nama itu. Christopher Arion? Nathan tidak salah dengar kan? orang berpengaruh yang mendirikan sebuah perusahaan yang terjun di bidang mebel, pemilik label rekaman, dan beberapa bisnis yang melibatkan dunia kesehatanㅡ

berarti istrinya adalah seorang yang mempunyai produk kosmetik terkenal itu?

“haha, bisa-bisanya dia meninggalkan pendiri A&A Company

“lantas, apa yang akan anda lakukan, tuan?”

lagi, Nathan terkekeh geli karena pertanyaan Seo yang sama sekali tidak lucu. Bukan, ia hanya masih kaget dengan hal-hal yang baru saja terkuak. Seolah-olah semua itu tengah mengajaknya untuk bermain siapa cepat, ia yang menang

dipandangnya lagi foto-foto tersebut, “kamu bilang dia merupakan istri tuan Arion, kan?”

“iya, tuan”

“Seo-” Nathan menoleh ke pengawal pribadinya, dengan satu telunjuk menyentuh bibir bawah seolah tengah berpikir, “menurutmu, apakah si tampan Arion itu tau bahwa istrinya selingkuh sama seperti aku?”

“entahlah, tuan. Beredar kabar kalau tuan Arion merupakan orang yang sangat sibuk dan sangat sulit untuk ditemui”

“bahkan setelah membuat janji temu?” tanya Nathan

“dia tidak akan menyetujui janji temu jikalau dia tidak ada waktu, tuan. Tuan Arion merupakan orang yang bertanggung jawab atas apa yang telah ia mulai”

“kamu tau banyak daripada aku, Seo” si cantik tersenyum lebar. Ia menemukan jackpot terbesarnya dan ia merupakan orang yang paling beruntung saat ini. Ia berdiri dari duduknya, kemudian memasang kacamata favorit yang buat dirinya tampak misterius namun tetap ada kesan elegan yang melekat indah padanya

hela napas, “hal buruk harus dibalas hal yang lebih buruk, apakah aku benar Seo?”

“saya tidak berhak untuk mengatur anda, tuan. Saya hanya orang yang ditugaskan untuk menjaga anda”

tawa kecil menggema di ruangan pribadi milik Nathan. Berawal dari tawa kecil hingga tawa seperti orang yang baru saja menemukan rencana menjebak mangsa yang sudah di depan mata. Kini melihat nathan, tidaklah sama lagi seperti nathan sebelumya. Lelaki yang penuh dengan kecantikan tersebut seperti iblis yang tengah menyamar sebagai malaikat suci

dia pikir seorang Nathan Dirga akan jatuh dan menangis di kakinya demi sebuah cinta? cih, jangan harap. Dia menyandang nama keluarga besar di belakang nama utamanya, ia tidak akan mudah goyah

“Seo, jadwalkan pertemuanku dengan si tampan Arion”


Nathan menggeram kesal saat mengetahui Arion menolak untuk bertemu dengannya karena alasan sibuk. Wah, ternyata kabar itu benar adanya, bahwa Christopher Arion adalah orang yang paling susah diajak bertatap muka

“Seo, proposal yang kemarin sudah sampai di A&A Company, kan?”

“sudah tuan” Seo menunduk dalam

“lantas kenapa dia menolak untuk bertemu!” ponsel di tangannya ia banting kasar ke sofa. Bisa-bisanya ada orang yang mampu menolak undangannya. Ia Nathan Dirga, semua orang memujanya, dan Arion seenaknya menolak hanya karena alasan sibuk? setelah Seo selidiki, perusahaannya juga tidak memiliki proyek baru belakangan ini, apa salahnya bertemu barang beberapa menit?

“jika dia menolak untuk bergabung, maka aku tidak akan mendapat tanahku”

tenang, Nathan. Emosi tidak akan menyelesaikan semuanya. Bersikaplah dengan hati-hati jika ingin membalas dendam yang tengah menancap di hatimu.

setelah menenangkan diri, si cantik meminum teh dingin yang tersedia di hadapannya. Ia memiliki sebuah rencana, dan ia pastikan rencana ini akan berjalan lancar

kenapa ia sungguh percaya diri? sekali lagi, ia adalah Nathan Dirga, dan seorang Nathan tidak akan menyerah begitu saja

“jika ia menolak undanganku,” ia berdiri kemudian, “maka aku akan menemuinya langsung. Tolong antar aku, Seo”

“dan pastikan tuan Johnny tidak tau apa-apa soal ini. Oh, mungkin dia sibuk dengan wanitanya itu”

Seo membungkuk pelan dan membawa Nathan masuk ke dalam mobil untuk pulang, karena malam nanti ia harus mengantarkan majikannya ke gedung dimana arion berada. Seo tidak percaya bahwa Nathan berani mengambil keputusan senekat ini, namun memang ini lah yang terjadi dan tidak dapat diganggu gugat


“anda sudah membuat janji temu, tuan?”

“tidak”

“maaf sebelumnya, Tuan Arion tidak akan bertemu seseorang tanpa janji temu dahulu”

Nathan menggigit bibir dalamnya, “aku harus masuk, ini penting”

“tapi- sebentar” perempuan berambut pendek dengan nametag chelsea itu mengangkat telepon sebentar dan kelihatan mengangguk kilas. Sudah berapa menit Nathan berdiri disini, semoga perempuan itu berubah pikiran dan membiarkan kaki jenjang Nathan menginjak lantai marmer yang terhormat Christopher Arion

kalau bukan karena tanah yang ingin dia rebut kembali, Nathan tidak akan bertindak sejauh ini. Banyak investor yang sudi menginvestasikan uang mereka, namun disalah satu sisi ia ingin menghancurkan si Johnny sialan, itulah mengapa ia memilih Arion

pintu tebal terbuka dan Nathan dipersilahkan masuk oleh sekretaris Arion, meninggalkan mereka berdua setelah membungkuk. Nathan masih diam sambil melihat sekeliling. Desain ruangan yang sangat modern, perpaduan furnitur kaca dan dinding berwarna keabuan memberi kesan yang sangat elegan, dan Nathan baca dari tatanan ruangan ini bahwa Arion merupakan orang yang tidak terang-terangan menampilkan emosinya

sangat atraktif di mata Nathan sendiri

“Nathan Dirga”

“Christopher Arion”

singgasana lelaki itu berputar kembali ke tempatnya, kini berhadapan dengan Nathan yang tegap berdiri sambil membawa satu map dan kacamata hitamnya yang menjadi ciri khas

“saya akui keberanianmu datang kesini, tuan Nathan. Ada yang bisa saya bantu?” Arion berdiri dari tempat nyaman yang telah ia duduki sedari tadi, membawa langkah kaki menuju sofa terdekat sambil menggulung lengan kemeja miliknya

Nathan ikut duduk disana, membuka kacamata dan lanjut menyampirkan helaian rambut ke belakang telinga, sebagian lagi dibiarkan jatuh menutupi sedikit sisi wajah

kedua mata mereka bertemu. Belum ada satu ucapan yang keluar, namun Nathan tersenyum ketika Arion tidak berhenti memandangnya dengan sorot kagum. Tanpa basa-basi lebih lama, Nathan memberitahu niatnya datang kemari

“aku datang untuk tanda tangan kontrak” diberinya kertas kontrak tersebut dengan sopan kepada Arion, “aku yakin tuan melihat proposal yang telah kukirim”

well, Arion sendiri tidak menyangka bahwa kedatangan Nathan memberi kejutan yang luar biasa. Padahal ia belum mengatakan setuju, namun Nathan dengan berani menyuruhnya tanda tangan?

Arion melirik si cantik kemudian, “aku tidak tertarik” meletakkan kembali kertas kontrak tersebut

Nathan cuma bisa tersenyum atas perlakuan Arion terhadap penawarannya, kemudian tuang champagne ke dua gelas yang sudah tersaji, lantas mempersilahkan Arion minum. Tuan rumah yang harusnya menyediakan minuman, namun Nathan dengan senang hati melakukannya. Tentu saja kita semua paham, Nathan tengah mengambil hati seorang yang menduduki peringkat kedua orang paling kaya di negara ini

“dulu mungkin perusahaan itu pernah terkena skandal, namun setelah diselidiki, semua itu palsu” ucapnya, “Tuan Arion, maksudku- Rion. selain mendapatkan keuntungan yang tinggi nantinya, dirimu akan mendapatkan benefit yang sangat bagus”

Rion?, gelas tinggi tersebut digenggam oleh jemari Arion, masih pandang Nathan yang sangat mempesona di matanya. Oh, astaga, apakah dia merupakan senjata khusus perusahaan supaya Arion luluh?

apakah mereka tau bahwa Arion menyukai sesuatu yang indah?

“benarkah?” seringainya muncul, “apa benefit lain yang akan kudapatkan?”

Nathan menaruh gelasnya, “aku”

cairan di gelas tampak tenang, sama seperti wajah Nathan. Lembut, cantik, dan tenang seperti air tanpa arus. Menunjuk dirinya sendiri sebagai benefit ketika Arion bertanya, apakah ia bercanda?

habiskan cairan itu dalam satu tegukan, Arion menaikkan kedua alisnya tampak bingung dengan kalimat yang lebih terdengar seperti celotehan tak bermutu yang dikeluarkan oleh lawan bicara di depannya, “apakah aku tampak seperti pria yang akan mudah jatuh ke tangan seseorang?”

“tentu saja tidak, Rion” Nathan tersenyum entah keberapa kalinya. senyum khas yang akan menampilkan dimple di pipi jika ia melakukannya dengan semangat dan Nathan tengah bersemangat sekarang

ia melepaskan sepatu hak yang membalut kakinya hingga jemari hasil perawatan rutin yang ia lakukan dapat ditangkap sempurna oleh Arion. Ujung kaki yang kini beralih untuk bergesekan dengan fabrik yang membalut kaki Arion. naik, turun, naik, turun dengan sangat lama. Menjamah hingga paha keras milik lelaki yang sebentar lagi menjadi rekan kontraknya

Nathan itu sangat cantik. Cantik dengan apa pun yang ia lakukan. Bahkan bibirnya yang terkatup dengan kilatan pelembab bibir itu sangat cantik. maka Arion tidak tinggal diam. Jemari kasar akibat olahraga gila-gilaan menyentuh kulit kaki yang teramat lembut milik Nathan, telapak tangan yang berjalan dari ujung kaki hingga pangkal paha, Memberi Nathan kesan merinding ke seluruh tubuhnya

“dirimu mungkin tidak akan mudah jatuh ke tangan seseorang, Rion” Nathan mengusap rahang Arion yang mengukungnya dari atas, dengan tangan lelaki itu masih sibuk mengusap pangkal pahanya, “tapi aku akan mematahkan kalimat itu”

“bukankah tidak etis mendatangi calon partner kerjamu tanpa memakai dalaman?” bisiknya di telinga Nathan, remas dua bokong sintal yang sedari tadi minta dilecehi. erangan halus menyapa indra pendengaran yang tua seolah memintanya untuk melangkah lebih jauh

“karena aku mengetahui bahwa dirimu menyukai orang yang suka tantangan, untuk itu lah aku meninggalkannya di rumah”

Arion menggeleng heran kepada lelaki di bawahnya. Mereka hanya pernah bertemu dua kali, pertama dalam acara bisnis, kemudian ini. Arion tidak menyangka bahwa Nathan memiliki kejutan yang sangat unik dibanding orang kebanyakan

kejutan yang sangat menyenangkan, bukan?


“a- angh!”

Obsidiannya terpejam erat. Tubuh setengah telanjang dengan perut yang berhimpit pada kap mobil, sementara tangan yang sibuk mencari seusatu untuk dicengkram namun tak menemukannya. Alih-alih berusaha mencari, ia memilih untuk mengepal tangannya sendiri

semua itu karena ulah Arion dibelakang sana. Santai sambil pandang ekspresi Nathan yang berpantul dari kaca hitam mobil. Bokong tinggi diudara, tak lupa ditahan oleh paha keras Arion tepat di pertengahan

“louder, jika kamu tidak memiliki malu”

thrust!

“AH! sial-”

wow, pemandangan yang sungguh menakjubkan dimana ia bisa melihat ekspresi keenakan Nathan saat jemarinya bermain di lubang senggama yang muda. Menekan-nekan serta mengais sesuatu di dalam sana, berkali-kali dengar lenguhan permohonan dengan suara setengah serak dan seratus persen terangsang

keluar, kemudian masuk lagi

“ANGH!”

sampai untuk kedua kalinya. Nathan sampai dengan menggunakan dua jari brengsek Arion sudah membuktikan betapa hebatnya lelaki itu bukan?

kaki bergetar membiarkan sisa-sisa klimaks nya keluar, mengotori kap mobil mahal milik Arion. Tak lupa dengan suara melengking yang buat Arion ingin kembali memasukkan sesuatu ke anal merah muda yang masih berkedut milik si cantik

tetapi Rion tidak lakukan, karena mereka belum mencapai acara inti. dan dia tidak akan menyia-nyiakan waktunya untuk repot mengotori celana dan tubuh di tempat umum seperti ini

masih dengan Nathan yang terengah-engah akibat pelepasan, Rion bawa bibirnya untuk kecup leher Nathan yang lembab akibat keringat. Aroma alami yang dikeluarkan lelaki itu entah bagaimana membuat bagian bawahnya mengeras

Sialanㅡ

“you smell so good” bisiknya, tangan tak tinggal diam- bermain pada bongkahan pantat Nathan yang sama licinnya dengan dahi yang penuh peluh tersebut

“i feel so hard down there”

betapa bahagianya Nathan ketika mendengar suara berat menyapa indra pendengarannya. Suara bak musik terindah yang pernah ia dengar, membuatnya ingin melakukan permohonan untuk dihancurkan lebih dalam lagi

posisi masih membelakangi Arion, namun Nathan mengusap rahangnya, “i have two holes for a reason, baby”

“such a whore” bisik Arion lagi, gigit kecil telinga Nathan sebelum menjauh darinya

ia memutar tubuh nathan menjadi berhadapan dengannya. Penis yang setengah tegang ia lihat dengan santai, naik hingga wajah merah Nathan yang tengah menggigit bibir bawahnya. apa yang tengah bermain di kepala lelaki ini? membuat perut Rion tergelitik saat membayangkannya

jangan bilang Nathan membayangkan Arion tengah telanjang sekarang? Atau potongan potongan kejadian mereka tengah melakukan pergumulan

apa yang dilakukan Rion hanya berdiri dengan kedua kaki kokohnya. Memasukkan satu pergelangan ke dalam saku celana, terlihat sangat tampan di mata Nathan membuatnya ingin menggoda lelaki itu terus-menerus

“apa yang akan kamu lakukan?”

Arion tersenyum manis saat dilempar pertanyaan dari lelaki yang memuncaki peringkat teratas karena kecantikannya. Ia berjalan mendekat sambil membawa sebuah benda yang bentuknya panjang dan bergerigi. lebih seperti gantungan kunci di mata Nathan

“tunggu, are you kidding me?”

“Not at all, Pretty”

Bola mata Nathan menatap tak percaya kepada lelaki itu, “anggap saja bagian dari kontrak. Kamu menolak, then say goodbye” katanya dengan sorot mata yang super angkuh

benda panjang itu dimasukkan ke dalam lubang penis Nathan yang masih memerah, “ah-” rasa nyeri pun tidak bisa ia tahan walaupun hanya sebentar. hingga yang tersisa hanyalah gantungan yang berbentuk lingkaran di ujung

matanya pandang ngeri pada benda yang tengah menancap padanya sekarang, benda yang ia yakini sebagai penahan ejakulasi supaya ia tidak sampai hingga diperintahkan

“dilihat dari matamu, sepertinya kamu sudah paham fungsi benda itu” timpal Arion, “dan gunakan ini juga, kamu tampak imut dengan ini” satu buah choker hitam dipasangkan di leher jenjang Nathan

Nathan kira perlakuannya sudah cukup mengejutkan dimata lelaki itu, namun- Arion menyimpan lebih banyak kejutan yang membuat otaknya tidak dapat membaca jalan pikir lelaki ini

Nathan menyeringai, “aku menanti apa yang akan kamu lakukan-” bisiknya

“daddy”


apabila nafsu sudah diujung, akal manusia sudah tidak ada gunanya. Hanya menjadi pajangan dan tidak bisa dipergunakan. Hanya segelintir orang yang masih sadar walaupun tubuhnya sudah panas dari ujung kepala hingga kaki, bisa dibilang mereka orang yang beruntung

Arion dan Nathan bisa dibilang merupakan orang beruntung itu, karena mereka memiliki tujuan yang lebih penting dibanding menyatukan kedua tubuh mereka untuk berbagi peluh

yah, walaupun tidak dapat dipungkiri mereka sungguh menikmati, karena siapa yang tidak?

Nathan terus-terusan mengejar delima milik Rion di hadapannya, hingga tubuh dibawa duduk diatas paha keras Rion. Tangan kasar karena maniak olahraganya menggerayangi punggung polos milik Nathan, menghantarkan sensasi merinding di bulu kuduk Nathan

ia menggigit bibir Arion, menariknya pelan dan melesakkan kembali lidahnya ke dalam. memutar, menyentuh langit-langit, kemudian melepas hingga tercipta sebuah jembatan saliva di antara kedua bibir ranum mereka

Arion tidak menyangka bahwa sosok Nathan Dirga adalah sosok yang lumayan agresif dan cenderung tidak sabaran. Lihat saja bagaimana bokongnya bergerak gelisah di atas Rion, bibir yang mengkilap disertai napas tertahan-

demi tuhan, Nathan sangat indah dalam keadaan tanpa sehelai benang

pinggang kecil yang sangat pas di genggaman telapak tangannya, ia remat “sangat indah” ujarnya, dengan sorot terpesona

“aku pernah dengar kalau kamu adalah orang yang menyukai keindahan, daddy” kata yaag muda, mendadak bertingkah seperti bayi, buat Rion tersenyum kecil disela kegiatan mereka, “benarkah itu?”

lantas ia mengangguk, “iya, jadi kamu paham kan kenapa aku menerima tawaranmu?”

“karena aku indah” tawa Nathan memenuhi sudut-sudut ruangan dengan cermin yang terpasang di salah satu dinding, “aku menarik dan aku jauh lebih seksi dibanding istrimu, bukan?”

“ah, tidak. Kamu dan istriku adalah dua orang yang berbeda, jangan samakan hal itu”

Nathan menjilat bibir bawahnya lagi, usap rahang keras milik Arion dan mengecup bibirnya, kecup pipi, kemudian turun ke perpotongan leher lelaki tampan itu, tak lupa meninggalkan sebuah tanda disana

“sebentar lagi kamu akan berpaling darinya, daddy

“jangan terlalu percaya diri Nath”

ia menggeleng kecil kemudian tersenyum, “daddy, Nathan tidak bercanda”

benar, Nathan tidak bercanda dibalik suara yang terkesan main-main, ia memang berusaha untuk memberitahu Arion walau lelaki itu menganggapnya terlalu narsis

biarkan waktu yang berbicara, untuk sekarang- biarkan mereka menikmati malam berdua

Nathan merasa cengkraman tangan Rion di pinggangnya semakin kuat, hingga tubuh Nathan diangkat dan penis lelaki itu masuk mendobrak lubang senggama milik yang muda

“ngh- kenapa tiba-tiba”

tapi Arion masih diam, “move” itu merupakan perintah pertama yang keluar dari mulut lelaki yang menjadi sasaran Nathan belum lama ini

Nathan menggerakkan pinggangnya dengan tempo teratur, menjadikan pundak lebar milik lelaki itu sebagai tumpuan tangannya. Ia melenguh tiap kali penis Rion masuk dan keluar dari analnya, walaupun ia tidak mendapatkan kepuasan dari ekspresi wajah Arion sendiri

kenapa dia? ekspresi datar lelaki itu seperti mematikan api permainan yang tengah mereka hidupkan. Lantas Nathan memelankan pergerakan pinggulnya karena tak senang atas reaksi yang Arion berikan

“ada apa dengan wajahmu itu?” tanya Nathan, terbesit rasa tak suka

kini Arion menatapnya semakin dalam. Bibirnya mungkin diam, namun matanya makin menunjukkan ketidaksukaan kepada Nathan, “siapa yang menyuruhmu untuk berhenti?”

deg

Nathan memandangnya aneh, “ada apa denganmu?” jujur jantungnya berdegup tak karuan ketika Arion menatapnya tajam. Seolah Arion menampilkan sisi yang berbeda dibanding dengan semua yang Nathan lihat di masa lalu

“Nathan Dirga, sebaiknya kamu menuruti ucapanku”

“tapi-”

“perlu diingat bahwa dirimu lah yang menawarkan semua ini,” tungkas Rion, meremat pinggang Nathan hingga lelaki itu memekik, “aku tidak peduli kepadamu, Nath. Aku hanya menjalankan kontrak”

namun Nathan tak juga bergerak diatas Rion, mengernyit heran karena ia tak percaya atas apa yang Arion katakan. Benar, memang benar bahwa Nathan melakukan ini untuk sebuah kontrak, namun bukan ini maksudnya-

tapi pikirannya mendadak berhenti ketika arion membalikkan wajahnya menghadap cermin. Membawa pinggangnya tinggi ke udara sama seperti apa yang mereka lakukan di parkiran beberapa saat yang lalu. Kini, dengan ekspresi terkejutnya Nathan memandang lekuk tubuh yang terpantul di cermin, dua insan yang saling mengunci pandang di hadapan mereka

“ssh-” rasanya nyeri sekali, Nathan masih mengenakan benda yang kelihatannya sangat setia menancap di lubang uretra miliknya. Bergantung dalam keadaan penis sudah menegang sempurna, sungguh tidak nyaman

thrust!

namun tak lama kemudian ia merasa lubang analnya dibuka lebar oleh sesuatu yang besar. “AH!”, teriaknya bercampur rasa kaget. Helaian rambutnya jatuh ke depan akibat dorongan yang berasal dari belakang

“diam, sayang. Kamu mau tanda tangan kontrak itu kan?” dan penis Arion semakin terbenam diantara pipi memerah milik Nathan, “syaratnya hanya satu, dilarang klimaks sebelum aku yang menyuruhmu

“kenapa aku harus menurutimu hah?”

plak!

“beraninya kamu mengaturku?”

plak!

“kita sudah sepakat sebelumnya”

“anh- ah- angh!” mata si cantik terpejam erat karena dorongan yang semakin kuat dibelakang, hingga tubuhnya terhentak-hentak tak karuan sangking kuatnya. Lutut ia yakini akan lecet setelah mereka menyelesaikan semua ini, namun sekali lagi- Arion tidak peduli

argh, you're so tight-”

“nyah! Dad-”

rambut panjang lelaki itu ia tarik hingga Nathan pasrah mendongak, leher seperti mau patah namun hal itu tidak sebanding dengan wajahnya yang dikabuti oleh nafsu terpantul jelas di cermin

-bagaimana dengan perkasa ia menggagahi tubuh kurusnya, dimana ia merasa sangat kecil dibanding saat mereka berdua berdiri bersebelahan, bagaimana ia menjadi sangat keras hanya dengan melihat peluh lelaki itu yang bercucuran dan mengenai permukaan kulit bokongnya

keluar

masuk

keluar

masuk

desahan Nathan terus keluar

pekikan kecil karena penis yang memenuhi rektumnya

Nathan meminta untuk dihujam lebih dalam dan dihancurkan lebih dari ini lewat sorot matanya

“look at you, choker itu terlihat bagus di leher mu” bisiknya seduktif

“fu- fuck me-”

“i can't hear you” Arion menyeringai lewat pantulan cermin, “can you say it again?”

nghh, fuck me harder!

dan kode terang-terangan itu sudah menjadi bukti yang untuk Arion

waktu telah berlalu, bulan sudah berada di tengah pertanda tengah malam, namun dua insan yang masih asik bermadu kasih, berbagi peluh, dan berbagi desahan masih saja melakukan kegiatan mereka

-

entah untuk keberapa kali Nathan sampai pada klimaksnya. Untung dengan senang hati Arion memberinya dispensasi dengan tidak menggunakan barang menyakitkan itu untuk jangka waktu yang lama

“ANH! Daddy-”

“uh, huh- therehh”

“hahh, hahh, engh-”

desahan demi desahan bak alunan lagu indah di telinga Arion. Ia menggigit perpotongan leher yang muda ketika ia mencapai putihnya. Penuh, sebagian keluar diantara paha dalam Nathan yang sudah lengket

setelah beberapa ronde dan di berbagai sudut ruangan, ketika ia merasakan tubuh Nathan yang lemas dan jatuh ke dekapannya, Arion baru sadar kalau ia sudah melangkah terlalu jauh

Namun memang itu tujuannya

“lelah?”

“pikir aja sendiri” gerutu Nathan dipelukan Arion. Yang lebih tua tertawa sembari membawa Nathan ke dalam kamar mandi untuk membersihkan lelaki cantik itu

-

“sayang, aku menginap di kantor lagi. Apakah dirimu akan pulang ke rumah?”

“tidak, aku juga menginap di rumah temanku karena pekerjaanku belum selesai. Jangan lupa makan malam, suamiku”

“kalau sudah selesai, cepatlah pulang kerumah, hm?”

“iya, sayang”


“selamat atas kesuksesan proyek anda tuan Hwang!”

“hahaha, terimakasih kepada anakku”

dentingan dari gelas-gelas berisikan anggur menggema di ballroom hotel bintang lima yang terletak di pusat kota. Tuan Hwang tampak bahagia dengan proyek yang sukses besar setahun kebelakang ini

tentu saja semua berkat Nathan. Walaupun kembarannya juga ikut campur tangan, namun Nathan memiliki peran besar dalam keberlangsungan semua ini, dan ia juga sukses mendapatkan tanahnya dan akan membangun perusahaan gabungan sebagai rencana

“ini juga berkat kerjasama tuan Arion juga,” Nathan yang tengah menggandeng Johnny bersulang kepada Arion yang tengah merangkul pinggang istrinya yang sangat cantik

“tapi semua juga tidak luput dari kerja kerasmu, sayang. Ayah bangga padamu”

Tuan Hwang menepuk pundak anak lelakinya dan Nathan senang hati memberikan senyum terbaiknya kepada sang ayah

namun mata tak bisa bohong, ia melihat Rion yang sedari tadi juga memandangnya dari atas kebawah. Tampak menawan dengan menggunakan jas hitam dan kemeja tanpa dasi. Diam-diam juga mereka bertukar senyuman walau tak sering

“sayang, aku kesana dulu ya? mau menemui kolega” bisik johnny dan diangguki oleh Nathan. Ia memberikan kecupan singkat di rahang johnny hingga menuai siulan menggoda dari orang yang melihat keromantisan mereka

dan sangat kebetulan, disaat yang bersamaan- istri dari Arion juga pergi setelah memberikan satu kecupan, yang mana hal itu membuat Nathan mengerling malas

“cemburu?” kata lelaki itu, meminum wine-nya, “selamat atas keberhasilan proyek ayahmu, cantik”

“jangan berlagak sok rendah, Arion. kita semua tau kalau kamulah yang paling banyak berinvestasi di perusahaan milik ayahku”

Arion tertawa jenaka, “jujur saja, untuk seukuran anak pemilik perusahaan, kamu sangat berani Nathan dirga” minum lagi anggurnya dan mengecap rasa nikmat di lidah

di hadapan, Nathan tersenyum manis, mendekat ke Rion dan berbisik di telinganya, “apakah kamu pernah melihatku ketakutan? aku tidak sepenakut itu Christopher Arion” dihadiahi tawa kecil, ia menyelipkan sesuatu di jas Arion setelah mengusap lengan keras pemuda itu

“lantai 70, Kamar nomor 85”

dengan elegan kakinya melangkah pergi dari hadapan Arion. Kini yang lebih tua penasaran mengenai apa yang Nathan selipkan di saku jas miliknya, ia putuskan untuk ambil

dan tawanya kembali tercipta

sebuah kondom, glow in the dark

Ada-ada saja bayinya itu

Chanthusiast Chanjin Oneshoot

  • Christopher Bahng as Christopher Arion Abhicandra
  • Hwang Hyunjin as Nathan Dirga

suara gemelatuk hak sepatu yang dikenakan menggema di sudut-sudut ruangan. Nathan Dirga, dengan kacamata yang masih bertengger apik di tulang hidung mancungnya tampak tak senang kala itu, kentara dari raut wajahnya. Para penghuni rumah yang termasuk pembantu dan pengawal hanya bisa menunduk diam saat menyaksikan sang majikan membanting vas bunga yang suaminya beli saat keduanya pergi ke venesia untuk berlibur dulu

mereka semua kaget dengan kejadian tiba-tiba itu. Nathan bukan tipikal orang yang akan melampiaskan emosinya dengan barang. Malahan, lelaki itu selalu menampilkan image elegan hingga mampu membuat seluruh dunia kagum dengan ketenagannya

salah satu pembantu menatap pengawal pribadi Nathan, berdiri gagah di belakang majikannya saat Nathan berusaha meraup napas karena dada yang mendadak sesak

Seo pasti tau sesuatu, bisik para maid sambil melirik takut-takut ke pemuda yang tidak terlalu tinggi tersebut. Walaupun dengan tinggi badan yang terbatas, ia yang ditunjuk hyunjin langsung untuk menjaganya

namun atensi mereka teralih saat mendengar Nathan menangis dan membuka kacamata hitam yang bertengger sedari tadi. Tidak ada yang berani melontarkan tanya ada apa?, memangnya mereka siapa? mereka hanya orang yang berkerja untuk sepasang suami kaya raya ini. Jika mereka ikut campur, barang hanya menguping satu kata, mungkin mereka akan ditembak mati kemudian diberi kepada anjing lapar hingga tubuh mereka hancur

kembali lagi kepada Nathan, lelaki itu mengusap lagi matanya dan berputar guna melihat orang-orangnya. Senyumnya tampil, “tolong rahasiakan ini dari tuan Johnny. Aku akan menaikkan gaji kalian semua”

“baik tuan”

“kalian boleh pergi”

hanya begitu saja, tutup mulut- maka semua terkendali. Maka tidak ada gunanya mengusik kehidupan mereka. Lebih seperti hubungan mutualisme, bukan?


“sejak kapan?”

“belum lama, tuan. Saya tidak sengaja bertemu dengan tuan Johnny saat baru pulang dari rumah orang tua anda. Niat awal saya ingin menyapa, namun saya kembali mundur saat seorang wanita menghampirinya”

tanpa melihat kepada Seo, Nathan meminum anggurnya sedikit demi sedikit. “wanita, huh. Jadi tujuannya menikahiku tak lain tak bukan adalah karena sebuah rencana?”

“cinta apanya” Nathan tertawa kemudian, berbalik menghadap Seo yang figurnya masih tegak berdiri, pandang lurus ke depan. “aku ingin memberimu sebuah misi”

“misi apa, tuan?”

Nathan mendekat, mendekatkan bibirnya pada Seo, “cari siapa wanita yang beruntung itu, karena aku harus mengurus hal lain” diakhiri sebuah kecupan di rahang tegas lelaki itu. Nathan tersenyum dan kembali meminum anggurnya

“bisa? aku mengandalkanmu, Seo”

Seo membungkuk hormat lantas pergi dari hadapan Nathan. Lelaki itu kembali menikmati minumannya, bersandar pada bingkai jendela kaca yang dipasang sangat besar pada salah satu sisi dinding. Ia mampu melihat gemerlap ibukota dengan segala kemisteriusannya dari atas sini

minum lagi, kemudian letakkan di meja kecil sampingnya. Pintu kamar mereka terdengar sebuah decitan kecil, yang mana ada seseorang masuk ke dalam

“sayang?”

itu Johnny. Maka Nathan harus memainkan perannya sebagai suami baik yang menunggunya pulang, berharap suaminya merindukan sentuhannya, walaupun realita mengatakan bahwa Nathan baru saja memergoki suami terkasihnya itu berselingkuh

“sayang, akhirnya dirimu pulang” Nathan memberikan sebuah kecupan serta pelukan kepada suaminya yang setia “aku merindukanmu” bisik Nathan tanpa satu senti senyuman


“mau sampai kapan ayah memberi waktu?!”

Nathan memejamkan matanya erat saat suara keras itu seperti mendobrak gendang telinga. Ketika ayahnya lagi-lagi meremehkan keahlian anaknya. Sebentar lagi, pasti ayahnya akan-

“jangan mau kalah dari kembaranmu, Nathan! Kamu dengar?”

“iya, ayah. Nathan dengar”

“bagus. Ayah sudah memberikan jodoh yang sangat bagus dan setimpal untukmu dan keluarga kita, jadi jangan menyia-nyiakan apa yang sudah ayah beri”

bagaimana ayah tau kalau dia bagus, bahkan dia berani mengkhianatiku dengan berselingkuh “baik, ayah”

lelaki yang berumur hampir menginjak enam puluh tersebut mengangguk dan memberi kode bahwa Nathan boleh pergi dari hadapannya. Namun, Nathan masih diam di tempat hingga membuat ayahnya menatap heran

“jika aku mendapatkan investor yang bersedia menginvestasikan dalam jumlah banyak, lebih banyak dari para investor yang kembaranku dapatkan, aku ingin meminta satu hal”

lelaki itu makin pandang anaknya penasaran, “apa itu?”

“aku ingin mengelola tanahku sendiri”

“kamu gila?” decihnya “kamu sudah menikah, Nathan Dirga. Semua asetmu akan dikelola oleh suamimu, kerjamu hanya sebagai bawahan ayah, apa itu kurang?”

“aku ingin tanahku, ayah” Nathan menekankan kalimatnya, “dan aku akan membuat perusahaan gabungan disana. Berdiri atas namaku sendiri. Bukankah tanah itu ayah yang memberikannya padaku? kenapa ayah mempercayai orang selain keluarga kita untuk mengelolanya?”

“jika ayah mengabulkan permintaanku, aku akan mencari investor yang terbaik di dunia ini”

lelaki tua itu menautkan kesepuluh jarinya di atas meja, masih menatap anaknya yang seolah meyakinkan dirinya lewat sorot tak gentar tersebut. Hela napas, “sebaiknya kamu menemukan orang itu, Nath”

“percaya padaku, ayah” Nathan memasang kacamata hitam andalan sambil menjilat bibir bawahnya, memasukkan kedua tangan di saku coat mahal yang ia kenakan, “aku tidak akan mengecewakan ayah kali ini”

dengan segala janji yang ia tinggalkan kepada sang ayah, Nathan pergi dengan membawa harga dirinya untuk diperjuangkan


“bagaimana?”

Seo memberikan sebuah berkas berwarna hitam kepada Nathan. Berkas tersebut berisikan banyak kertas berupa foto suaminya dengan wanita lain di sana. Tengah tersenyum gembira dan tanpa malu merangkul pinggangnya sama seperti yang biasa ia lakukan kepada Nathan

untuk pertama kalinya nathan merasa jijik kepada suaminya sendiri

“ada info lain, Seo?”

“ia merupakan istri dari pengusaha terkenal Christopher Arion Abhicandra”

pergerakan tangan Nathan yang tengah melihat foto-foto berhenti seketika saat sang pengawal pribadi memberitaukannya nama itu. Christopher Arion? Nathan tidak salah dengar kan? orang berpengaruh yang mendirikan sebuah perusahaan yang terjun di bidang mebel, pemilik label rekaman, dan bebrapa bisnis yang melibatkan dunia kesehatan-

berarti istrinya adalah seorang yang mempunyai produk kosmetik terkenal itu?

“haha, bisa-bisanya wanita itu meninggalkan pendiri A&A Company

“lantas, apa yang akan anda lakukan, tuan?”

lagi, Nathan terkekeh geli karena pertanyaan Seo yang sama sekali tidak lucu. Bukan, ia hanya masih kaget dengan hal-hal yang baru saja terkuak. Seolah-olah semua itu tengah mengajaknya untuk bermain siapa cepat, ia yang menang

dipandangnya lagi foto-foto tersebut, “kamu bilang dia merupakan istri taun Arion, kan?”

“iya, tuan”

“Seo-” Nathan menoleh ke pengawal pribadinya, dengan satu telunjuk menyentuh bibir bawah seolah tengah berpikir, “menurutmu, apakah si tampan Arion itu tau bahwa istrinya selingkuh sama seperti aku?”

“entahlah, tuan. Beredar kabar kalau tuan Arion merupakan orang yang sangat sibuk dan sangat sulit untuk ditemui”

“bahkan setelah membuat janji temu?” tanya Nathan

“dia tidak akan menyetujui janji temu jikalau dia tidak ada waktu, tuan. Tuan Arion merupakan orang yang bertanggung jawab atas apa yang telah ia mulai”

“kamu tau banyak daripada aku, Seo” si cantik tersenyum lebar. Ia menemukan jackpot terbesarnya dan ia merupakan orang yang paling beruntung saat ini. Ia berdiri dari duduknya, kemudian memasang kacamata favorit yang buat dirinya tampak misterius namun tetap ada kesan elegan yang melekat indah padanya

hela napas, “hal buruk harus dibalas hal yang lebih buruk, apakah aku benar Seo?”

“saya tidak berhak untuk mengatur anda, tuan. Saya hanya orang yang ditugaskan untuk menjaga anda”

tawa kecil menggema di ruangan pribadi milik Nathan. Berawal dari tawa kecil hingga tawa seperti orang yang baru saja menemukan rencana menjebak mangsa yang sudah di depan mata. Kini melihat nathan, tidaklah sama lagi seperti nathan sebelumya. Lelaki yang penuh dengan kecantikan tersebut seperti iblis yang tengah menyamar sebagai malaikat suci

dia pikir seorang Nathan Dirga akan jatuh dan menangis di kakinya demi sebuah cinta? cih, jangan harap. Dia menyandang nama keluarga besar di belakang nama utamanya, ia tidak akan mudah goyah

“Seo, jadwalkan pertemuanku dengan si tampan Arion”


Nathan menggeram kesal saat mengetahui Arion menolak untuk bertemu dengannya karena alasan sibuk. Wah, ternyata kabar itu benar adanya, bahwa Christopher Arion adalah orang yang paling susah diajak bertatap muka

“Seo, proposal yang kemarin sudah sampai di A&A Company, kan?”

“sudah tuan” Seo menunduk dalam

“lantas kenapa dia menolak untuk bertemu!” ponsel di tangannya ia banting kasar ke sofa. Bisa-bisanya ada orang yang mampu menolak undangannya. Ia Nathan Dirga, semua orang memujanya, dan Arion seenaknya menolak hanya karena alasan sibuk? setelah Seo selidiki, perusahaannya tidak memiliki proyek baru belakangan ini

“jika dia menolak untuk bergabung, maka aku tidak akan mendapat tanahku”

tenang, Nathan. Emosi tidak akan menyelesaikan semuanya. Bersikaplah dengan hati-hati jika ingin membalas dendam yang menancap di hatimu.

setelah menengkan dirinya, si cantik meminum teh dingin yang tersedia di hadapannya. Ia memiliki sebuah rencana, dan ia pastikan rencana ini akan berjalan lancar

kenapa ia sungguh percaya diri? sekali lagi, ia adalah Nathan Dirga, dan seorang Nathan tidak akan menyerah begitu saja

“jika ia menolak undanganku,” ia berdiri kemudian, “maka aku akan menemuinya langsung. Tolong antar aku, Seo”

“dan pastikan tuan Johnny tidak tau apa-apa soal ini. Oh, mungkin dia sibuk dengan wanitanya itu”

Seo membungkuk pelan dan membawa Nathan masuk ke dalam mobil untuk pulang, karena malam nanti ia harus mengantarkan majikannya ke gedung dimana arion berada. Seo tidak percaya bahwa Nathan berani mengambil keputusan senekat ini, namun memang ini lah yang terjadi dan tidak dapat diganggu gugat


“anda sudah membuat janji temu, tuan?”

“tidak”

“maaf sebelumnya, Tuan Arion tidak akan bertemu seseorang tanpa janji temu dahulu”

Nathan menggigit bibir dalamnya, “aku harus masuk, ini penting”

“tapi- sebentar” perempuan berambut pendek dengan nametag chelsea itu mengangkat telepon sebentar dan kelihatan mengangguk kilas. Sudah berapa menit Nathan berdiri disini, semoga perempuan itu berubah pikiran dan membiarkan kaki jenjang Nathan menginjak lantai marmer yang terhormat Christopher Arion

kalau bukan karena tanah yang ingin dia rebut kembali, Nathan tidak akan bertindak sejauh ini. Banyak investor yang sudi menginvestasikan uang mereka, namun disalah satu sisi ia ingin menghancurkan si Johnny sialan, itulah mengapa ia memilih Arion

pintu tebal terbuka dan Nathan dipersilahkan masuk oleh sekretaris Arion, meninggalkan mereka berdua setelah membungkuk. Nathan masih diam sambil melihat sekeliling. Desain ruangan yang sangat modern, perpaduan furnitur kaca dan dinding berwarna keabuan memberi kesan yang sangat elegan, dan Nathan baca dari tatanan ruangan ini bahwa Arion merupakan orang yang tidak terang-terangan menampilkan emosinya

sangat atraktif di mata Nathan sendiri

“Nathan Dirga”

“Christopher Arion”

singgasana lelaki itu berputar kembali ke tempatnya, kini berhadapan dengan Nathan yang tegap berdiri sambil membawa satu map dan kacamata hitamnya yang menjadi ciri khas

“saya akui keberanianmu datang kesini, tuan Nathan. Ada yang bisa saya bantu?” Arion berdiri dari tempat nyaman yang telah ia duduki sedari tadi, membawa langkah kaki menuju sofa terdekat sambil menggulung lengan kemeja miliknya

Nathan ikut duduk disana, membuka kacamata dan lanjut menyampirkan helaian rambut ke belakang telinga, sebagian lagi dibiarkan jatuh menutupi sedikit sisi wajah

kedua mata mereka bertemu. Belum ada satu ucapan yang keluar, namun Nathan tersenyum ketika Arion tidak berhenti memandangnya dengan sorot kagum

“aku datang untuk tanda tangan kontrak” diberinya kertas kontrak tersebut dengan sopan kepada Arion, “aku yakin tuan melihat proposal yang telah kukirim”

well, Arion sendiri tidak menyangka bahwa kedatangan Nathan memberi kejutan yang luar biasa. Padahal ia belum mengatakan setuju, namun Nathan dengan berani menyuruhnya tanda tangan?

Arion melirik si cantik kemudian, “aku tidak tertarik” meletakkan kembali kertas kontrak tersebut

Nathan hanya melirik perlakuan Arion terhadap penawarannya, kemudian tersenyum kecil. Tuang champagne ke dua gelas yang sudah tersaji lantas mempersilahkan Arion minum. Tuan rumah yang harusnya menyediakan minuman, namun Nathan dengan senang hati melakukannya

“dulu mungkin perusahaan itu pernah terkena skandal, namun setelah diselidiki, semua itu palsu” ucapnya, “Tuan Arion, maksudku- Rion. selain mendapatkan keuntungan yang tinggi nantinya, dirimu akan mendapatkan benefit yang sangat bagus”

Rion?, gelas tinggi tersebut digenggam oleh jemari Arion, masih pandang Nathan yang sangat mempesona di matanya. Oh, astaga, apakah dia merupakan senjata khusus perusahaan supaya Arion luluh?

apakah mereka tau bahwa Arion menyukai sesuatu yang indah?

“benarkah?” seringainya muncul, “apa benefit lain yang akan kudapatkan?”

Nathan menaruh gelasnya “aku”

Chanthusiast Chanjin Oneshoot

  • Christopher Bahng as Christopher Arion Abhicandra
  • Hwang Hyunjin as Nathan Dirga

suara gemelatuk hak sepatu yang dikenakan menggema di sudut-sudut ruangan. Nathan Dirga, dengan kacamata yang masih bertengger apik di tulang hidung mancungnya tampak tak senang kala itu, kentara dari raut wajahnya. Para penghuni rumah yang termasuk pembantu dan pengawal hanya bisa menunduk diam saat menyaksikan sang majikan membanting vas bunga yang suaminya beli saat keduanya pergi ke venesia untuk berlibur dulu

mereka semua kaget dengan kejadian tiba-tiba itu. Nathan bukan tipikal orang yang akan melampiaskan emosinya dengan barang. Malahan, lelaki itu selalu menampilkan image elegan hingga mampu membuat seluruh dunia kagum dengan ketenagannya

salah satu pembantu menatap pengawal pribadi Nathan, berdiri gagah di belakang majikannya saat Nathan berusaha meraup napas karena dada yang mendadak sesak

Seo pasti tau sesuatu bisik para maid sambil melirik takut-takut ke pemuda yang tidak terlalu tinggi tersebut. Walaupun dengan tinggi badan yang terbatas, ia yang ditunjuk hyunjin langsung untuk menjaganya

namun atensi mereka teralih saat mendengar Nathan menangis dan membuka kacamata hitam yang bertengger sedari tadi. Tidak ada yang berani melontarkan tanya ada apa?, memangnya mereka siapa? mereka hanya orang yang berkerja untuk sepasang suami kaya raya ini. Jika mereka ikut campur, barang hanya menguping satu kata, mungkin mereka akan ditembak mati kemudian diberi kepada anjing lapar hingga tubuh mereka hancur

kembali lagi kepada Nathan, lelaki itu mengusap lagi matanya dan berputar guna melihat orang-orangnya. Senyumnya tampil, “tolong rahasiakan ini dari tuan Johnny. Aku akan menaikkan gaji kalian semua”

“baik tuan”

“kalian boleh pergi”

hanya begitu saja, tutup mulut- maka semua terkendali. Maka tidak ada gunanya mengusik kehidupan mereka. Lebih seperti hubungan mutualisme, bukan?


“sejak kapan?”

“belum lama, tuan. Saya tidak sengaja bertemu dengan tuan Johnny saat baru pulang dari rumah orang tua anda. Niat awal saya ingin menyapa, namun saya kembali mundur saat seorang wanita menghampirinya”

tanpa melihat kepada Seo, Nathan meminum anggurnya sedikit demi sedikit. “wanita, huh. Jadi tujuannya menikahiku tak lain tak bukan adalah karena sebuah tujuan?”

“cinta apanya” Nathan tertawa kemudian, berbalik menghadap Seo yang figurnya masih tegak berdiri, pandang lurus ke depan. “aku ingin memberimu sebuah misi”

“misi apa, tuan?”

Nathan mendekat, mendekatkan bibirnya pada Seo, “cari siapa wanita yang beruntung itu, karena aku harus mengurus hal lain” diakhiri sebuah kecupan di rahang tegas lelaki itu. Nathan tersenyum dan kembali meminum anggurnya

“bisa? aku mengandalkanmu, Seo”

Seo membungkuk hormat lantas pergi dari hadapan Nathan. Lelaki itu kembali menikmati minumannya, bersandar pada bingkai jendela kaca yang dipasang sangat besar pada salah satu sisi dinding. Ia mampu melihat gemerlap ibukota dengan segala kemisteriusannya dari atas sini

minum lagi, kemudian letakkan di meja kecil sampingnya. Pintu kamar mereka terdengar sebuah decitan kecil, yang mana ada seseorang masuk ke dalam

“sayang?”

itu Johnny. Maka Nathan harus memainkan perannya sebagai suami baik yang menunggunya pulang, berharap suaminya merindukan sentuhannya, walaupun realita mengatakan bahwa Nathan baru saja memergoki suami terkasihnya itu berselingkuh

“sayang, akhirnya dirimu pulang” Nathan memberikan sebuah kecupan serta pelukan kepada suaminya yang setia “aku merindukanmu” bisik Nathan tanpa satu senti senyuman