callanooia

“IHHH GAK SABAR!!”

“Astaga, aku kaget loh” ucap Heeseung yang terkejut oleh Jake yang tiba-tiba berseru.

“GAK SABAARRRR KAK”

Jake mengguncang-guncangkan bahu Heeseung yang hanya pasrah atas kelakuan absurd kekasihnya jika sedang bahagia.

Heeseung melirik arlojinya. “Udah jam 8 nih aku pulang ya besok kan mau ke konser”

“No. No. No. Lee Heeseung menginap disini tidak boleh pulang nanti telat” larang Jake.

“Tapi baju ak—”

Ucapan Heeseung tertahan karena tangan Jake yang menutup mulutnya.

“Ssttt... Tidak menerima alasan ya! Aku udah bawa baju kamu kesini haha”

“Jakey...” suara Heeseung memelas.

“Tidak sayangku, no game for tonight so let's fall a sleep with me”

Jake menarik tangan Heeseung untuk menuju kamarnya, mengajak kekasihnya tidur agar tidak bermain game sehingga mereka lebih tepatnya Heeseung dapat bangun tepat waktu.

“Peluk...” pinta Heeseung tak lupa wajah memohonnya begitu lucu untuk ukuran pria tampan yang menjaga ekspresinya agar tetap terlihat keren.

“Come closer to me my big baby”

Heeseung memeluk Jake hingga membuat keduanya terbanting diatas ranjang, membuat Jake tertawa karena Heeseung clingy mode sangat menggemaskan.

“Gak sakit kan?” tanya Heeseung memastikan.

Jake tersenyum dan menggeleng sebagai jawaban, mengusap kepala Heeseung agar bayi besar yang menenggelamkan wajah di ceruk lehernya ini segera terlelap.

“Good night my big baby bambi, i love you”

Heeseung mencuri kecupan dibibir sang kekasih. “I love you the most wolfie mommy”

©callanooia

“Esok, kamu bisa gak kalo ngobrol sama aku jangan pake 'saya-kamu' gitu” tanya Elio kepada seseorang disebelahnya.

Esok mengerutkan keningnya menunjukkan raut wajah bertanya, “Kenapa Elio?”.

“Aku merasa terintimidasi tau” jawab jujur dari Elio.

Esok tersenyum maklum, “Saya bingung Elio” begitu ujarnya.

“Kamu kalo ngobrol sama temenmu gimana?” Elio amat penasaran apakah Esok memang seperti itu bahkan bersama teman dekatnya atau menunjukkan pribadi yang berbeda.

“Kalau dengan teman yang hanya sekedar kenal 'saya-kamu' tapi kalau dengan Giovi, Nuraga, dan Jagala itu situasional. Kalau sedang santai 'lo-gue' kalau sedang serius 'saya-kamu' tapi lebih banyak santainya” jelas Esok.

Elio menganggukkan kepalanya menandakan mengerti, “Nah, kalau gitu kamu bisa ngobrol sama aku kayak kamu ngobrol santai sama temanmu”

Esok menggelengkan kepalanya, “Saya tidak mau, Elio”

“Kok gitu?” sanggah Elio.

“Saya tidak mau menempatkan posisi yang sama antara kamu dan teman saya”

Elio terdiam mencerna perkataan Esok, “Kamu gamau temenan sama aku ya?” tanyanya.

Esok menolehkan wajahnya menatap Elio yang menekuk wajahnya, seketika bibirnya tersenyum tipis sebab Elio begitu indah dimatanya bahkan saat merajuk sekalipun.

Jemari Esok mengangkat dagu Elio, mengarahkan wajah sang empu untuk menatap dirinya. “Bukan begitu, saya mau lebih dari teman kalau dengan kamu” ucap Esok.

Degupan jantung Elio begitu kencang karena perlakuan Esok padanya, tetapi Elio harus tetap santai walau gugup dia bertanya, “Sahabat?”

Esok menggenggam tangan Elio, menyakinkan sesuatu didalam dirinya kemudian menatap pahatan sempurna pria yang teramat Ia puja.

“Tidak, Elio. Kekasih”.

Esok tersenyum manis mengecup punggung tangan Elio, “Terima kasih sudah lahir ke dunia, Aku mencintaimu”.

“Aku belum terima kamu tapi, I love you”

Senyuman Elio terbit begitu cerah, dirinya amat bahagia bahwa pria dihadapannya kini miliknya.

“Elio, boleh peluk” tanya Esok.

Elio mengangguk, “Selamanya pun boleh”.

©callanooia

“Esok, kamu bisa gak kalo ngobrol sama aku jangan pake 'saya-kamu' gitu” tanya Elio kepada seseorang disebelahnya.

Esok mengerutkan keningnya menunjukkan raut wajah bertanya, “Kenapa Elio?”.

“Aku merasa terintimidasi tau” jawab jujur dari Elio.

Esok tersenyum maklum, “Saya bingung Elio” begitu ujarnya.

“Kamu kalo ngobrol sama temenmu gimana?” Elio amat penasaran apakah Esok memang seperti itu bahkan bersama teman dekatnya atau menunjukkan pribadi yang berbeda.

“Kalau dengan teman yang hanya sekedar kenal 'saya-kamu' tapi kalau dengan Giovi, Nuraga, dan Jagala itu situasional. Kalau sedang santai 'lo-gue' kalau sedang serius 'saya-kamu' tapi lebih banyak santainya” jelas Esok.

Elio menganggukkan kepalanya menandakan mengerti, “Nah, kalau gitu kamu bisa ngobrol sama aku kayak kamu ngobrol santai sama temanmu”

Esok menggelengkan kepalanya, “Saya tidak mau, Elio”

“Kok gitu?” sanggah Elio.

“Saya tidak mau menempatkan posisi yang sama antara kamu dan teman saya”

Elio terdiam mencerna perkataan Esok, “Kamu gamau temenan sama aku ya?” tanyanya.

Esok menolehkan wajahnya menatap Elio yang menekuk wajahnya, seketika bibirnya tersenyum tipis sebab Elio begitu indah dimatanya bahkan saat merajuk sekalipun.

Jemari Esok mengangkat dagu Elio, mengarahkan wajah sang empu untuk menatap dirinya. “Bukan begitu, saya mau lebih dari teman kalau dengan kamu” ucap Esok.

Degupan jantung Elio begitu kencang karena perlakuan Esok padanya, tetapi Elio harus tetap santai walau gugup dia bertanya, “Sahabat?”

Esok menggenggam tangan Elio, menyakinkan sesuatu didalam dirinya kemudian menatap pahatan sempurna pria yang teramat Ia puja.

“Tidak, Elio. Kekasih”.

Esok tersenyum manis mengecup punggung tangan Elio, “Terima kasih sudah lahir ke dunia, Aku mencintaimu”.

“Aku belum terima kamu tapi, I love you”

Senyuman Elio terbit begitu cerah, dirinya amat bahagia bahwa pria dihadapannya kini miliknya.

“Elio, boleh peluk” tanya Esok.

Elio mengangguk, “Selamanya pun boleh”.

©callanooia

“hoonie” panggil sunoo.

“ya sayang” jawab sunghoon yang tengah asik memainkan surai sunoo yang tengah berbaring dipangkuannya.

“gapapa hehe”

sunoo kembali terdiam, pikirannya berkecamuk entahlah semua potongan kata yang hendak ia lontarkan tertahan begitu saja.

“sunoo sayang, my little one you're the most lovely person in the world and i'm so glad to have you in my life”

sunoo melihat itu, kekasihnya begitu hambar meluncurkan bait kata cinta dirinya begitu muak namun hanya bisa tersenyum.

“gasuka manis tapi ucapanmu kayak pabrik gula dih”

“aku serius loh”

“nah you're not hoon i know that”

“iya deh pacarku”

senyuman penuh kepalsuan antara keduanya, sang dominan tanpa rasa cinta begitu dengan submissive yang telah mati rasa.

“hoonie, do you love me?”

“sure baby i love you”

sunoo memberanikan diri mengakhiri apa yang harus berakhir.

“no, you lie”

“sun, what are talking about?”

kini keduanya tengah duduk berhadapan, kerutan didahi sunghoon juga air muka lelah sunoo membuat suasana dalam ruangan tersebut begitu dingin.

“hoon. ayo bohongi aku lagi, robek aku, hancurkan aku”

“sunoo..” ucap sunghoon tertahan.

“sunghoon, aku tau semua tentang kamu dan noella”

begitu kentara raut cemas sunghoon mengetahui fakta bahwa kekasihnya mengetahui permainan ini.

“don't be panic, calm down aku belum selesai bicara”

menit berikutnya, lontaran kalimat sunoo memenuhi waktu mereka berdua.


sunoo's

“aku lelah hoon—”

“aku mau mengakhiri permainan ini, permainan dimana aku yang jadi pencundang padahal aku tau taktik permainan ini”

“sunoo aku—”

“untuk yang terakhir kalinya aku minta ke kamu tolong dengarkan aku”

jujur dadaku terasa sesak namun ini yang terbaik jadi akan aku tuntaskan permainan gila ini dan berhenti menjadi pecundang.

“walaupun aku udah terbiasa dengan tabiamu ini hoon tapi tetap aja ini menyesakkan”

“kalo kamu jujur saat kamu bilang kamu kangen aku, sama aja kamu mempermainkan harga diri aku. ngebuat aku merasa memiliki kamu padahal kamu tetap pergi dengan noella”

“pada akhirnya apa? aku yang bodoh disini karena merasa gapapa membuat kamu menetap”

aku tak bisa menahan lagi air mata ini, maaf jungwon sahabatmu tak sehebat itu untuk menahan air mata.

“aku gak mau ngerasa kayak gini, aku bosen memikirkan hal yang jawabannya tetap nyakitin aku”

“aku udah memainkan seluruh kartunya, dan aku mengaku kalah”

iya aku telah kalah untuk semuanya, memepertahankan sunghoon dan membiarkannya bersama kekasih barunya.

sunoo pov end


“hoon, apa yang kamu rasain sekarang saat ngeliat aku?” tanya sunoo dengan suara parau.

sunghoon tak bisa menjawabnya, “sunoo maaf” dan hanya maaf yang keluar dari mulutnya.

“meminta maaf? aku gak butuh maaf hoon cukup jawab dan semua selesai” cibir sunoo kesal namun hanya dibenaknya saja karena dia harus tenang disini walaupun air mata serta isakannya tak dapat ditahan.

“kamu gak bisa jawabkan? gak peduli apa yg aku ucapin sedari tadi kamu tetep memilih pergi, sia-sia aku buat kamu bertahan tapi nyatanya rumahmu memang bukan aku lagi”

sunoo menghujani sunghoon dengan ungkapan yang selama ini dia tahan membuat sunghoon kelu untuk menyangkal.


“sunoo aku minta maaf”

“aku minta maaf karena aku gak bisa memilih”

sunghoon menggenggam tangan sunoo, hendak menghapus air mata yang mengalir dipelupuk mata indah sunoo namun pergerakannya tertahan.

“sunghoon jangan gini, aku takut gak rela” suara serak sunoo terasa menyakitkan dipendengaran sunghoon.

“sunoo aku sayang kamu, please give me one more chance” ucap sunghoon memohon.

“kamu tau kan ujian tingkat akhir? apa ada kesempatan kedua?” pertanyaan terlontar dari bibir sunoo.

sunghoon menggeleng lemah.

“that's it. sama seperti hubungan kita, anggap aja ini akhir dari evaluasi kegiatan kamu selama 6 bulan terakhir yang mengkhianati aku”

“sunoo tolong...” sunghoon menitikkan air matanya.

karena sejujurnya sunghoon benci perpisahan apalagi dengan sunoo, namun ulahnya sendirilah yang membuatnya harus berpisah dengan pria manisnya.

“kalau begitu sunghoon, aku juga minta tolong untuk berhenti” ucap sunoo lirih.

“aku tau aku salah sunoo, tapi aku cintanya cuma sama kamu”

sunghoon terus memohon dan berjanji agar sunoo memberinya kesempatan.

“kamu gak cinta sama aku, kamu pertahanin aku untuk pelarian kalo kamu bertengkar sama noella”

ucapan sunoo seperti peluru yang ditembak tepat pada sasaran.

hingga pada finalnya, “oke sunoo, aku pergi”

sunghoon beranjak dari tempatnya, dengan arti ucapannya tadi tak berarti meninggalkan sunoo yang termenung melihat kepergian sang mantan kekasih tanpa pamit, tanpa salam perpisahan hanya pergi.

©callanooia

“hoonie” panggil sunoo.

“ya sayang” jawab sunghoon yang tengah asik memainkan surai sunoo yang tengah berbaring dipangkuannya.

“gapapa hehe”

sunoo kembali terdiam, pikirannya berkecamuk entahlah semua potongan kata yang hendak ia lontarkan tertahan begitu saja.

“sunoo sayang, my little one you're the most lovely person in the world and i'm so glad to have you in my life”

sunoo melihat itu, kekasihnya begitu hambar meluncurkan bait kata cinta dirinya begitu muak namun hanya bisa tersenyum.

“gasuka manis tapi ucapanmu kayak pabrik gula dih”

“aku serius loh”

“nah you're not hoon i know that”

“iya deh pacarku”

senyuman penuh kepalsuan antara keduanya, sang dominan tanpa rasa cinta begitu dengan submissive yang telah mati rasa.

“hoonie, do you love me?”

“sure baby i love you”

sunoo memberanikan diri mengakhiri apa yang harus berakhir.

“no, you lie”

“sun, what are talking about?”

kini keduanya tengah duduk berhadapan, kerutan didahi sunghoon juga air muka lelah sunoo membuat suasana dalam ruangan tersebut begitu dingin.

“hoon. ayo bohongi aku lagi, robek aku, hancurkan aku”

“sunoo..” ucap sunghoon tertahan.

“sunghoon, aku tau semua tentang kamu dan noella”

begitu kentara raut cemas sunghoon mengetahui fakta bahwa kekasihnya mengetahui permainan ini.

“don't be panic, calm down aku belum selesai bicara”

menit berikutnya, lontaran kalimat sunoo memenuhi waktu mereka berdua.


sunoo's

“aku lelah hoon—”

“aku mau mengakhiri permainan ini, permainan dimana aku yang jadi pencundang padahal aku tau taktik permainan ini”

“sunoo aku—”

“untuk yang terakhir kalinya aku minta ke kamu tolong dengarkan aku”

jujur dadaku terasa sesak namun ini yang terbaik jadi akan aku tuntaskan permainan gila ini dan berhenti menjadi pecundang.

“walaupun aku udah terbiasa dengan tabiamu ini hoon tapi tetap aja ini menyesakkan”

“kalo kamu jujur saat kamu bilang kamu kangen aku, sama aja kamu mempermainkan harga diri aku. ngebuat aku merasa memiliki kamu padahal kamu tetap pergi dengan noella”

“pada akhirnya apa? aku yang bodoh disini karena merasa gapapa membuat kamu menetap”

aku tak bisa menahan lagi air mata ini, maaf jungwon sahabatmu tak sehebat itu untuk menahan air mata.

“aku gak mau ngerasa kayak gini, aku bosen memikirkan hal yang jawabannya tetap nyakitin aku”

“aku udah memainkan seluruh kartunya, dan aku mengaku kalah”

iya aku telah kalah untuk semuanya, memepertahankan sunghoon dan membiarkannya bersama kekasih barunya.

sunoo pov end


“hoon, apa yang kamu rasain sekarang saat ngeliat aku?” tanya sunoo dengan suara parau.

sunghoon tak bisa menjawabnya, “sunoo maaf” dan hanya maaf yang keluar dari mulutnya.

“meminta maaf? aku gak butuh maaf hoon cukup jawab dan semua selesai” cibir sunoo kesal namun hanya dibenaknya saja karena dia harus tenang disini walaupun air mata serta isakannya tak dapat ditahan.

“kamu gak bisa jawabkan? gak peduli apa yg aku ucapin sedari tadi kamu tetep memilih pergi, sia-sia aku buat kamu bertahan tapi nyatanya rumahmu memang bukan aku lagi”

sunoo menghujani sunghoon dengan ungkapan yang selama ini dia tahan membuat sunghoon kelu untuk menyangkal.


“sunoo aku minta maaf”

“aku minta maaf karena aku gak bisa memilih”

sunghoon menggenggam tangan sunoo, hendak menghapus air mata yang mengalir dipelupuk mata indah sunoo namun pergerakannya tertahan.

“sunghoon jangan gini, aku takut gak rela” suara serak sunoo terasa menyakitkan dipendengaran sunghoon.

“sunoo aku sayang kamu, please give me one more chance” ucap sunghoon memohon.

“kamu tau kan ujian tingkat akhir? apa ada kesempatan kedua?” pertanyaan terlontar dari bibir sunoo.

sunghoon menggeleng lemah.

“that's it. sama seperti hubungan kita, anggap aja ini akhir dari evaluasi kegiatan kamu selama 6 bulan terakhir yang mengkhianati aku”

“sunoo tolong...” sunghoon menitikkan air matanya.

karena sejujurnya sunghoon benci perpisahan apalagi dengan sunoo, namun ulahnya sendirilah yang membuatnya harus berpisah dengan pria manisnya.

“kalau begitu sunghoon, aku juga minta tolong untuk berhenti”

“aku tau aku salah sunoo, tapi aku cintanya cuma sama kamu”

sunghoon terus memohon dan berjanji agar sunoo memberinya kesempatan.

“kamu gak cinta sama aku, kamu pertahanin aku untuk pelarian kalo kamu bertengkar sama noella”

ucapan sunoo seperti peluru yang ditembak tepat pada sasaran.

hingga pada finalnya, “oke sunoo, aku pergi”

sunghoon beranjak dari tempatnya, dengan arti ucapannya tadi tak berarti meninggalkan sunoo yang termenung melihat kepergian sang mantan kekasih tanpa pamit, tanpa salam perpisahan hanya pergi.

©callanooia

“sunoo!!”

jungwon memeluk erat tubuh sunoo, menyalurkan ketenangan yang tak mungkin sunghoon berikan untuknya.

“ayo pulang”

“sungh—”

“jangan mention nama si brengsek itu gue jijik demi aspal yang lagi kita injek ini, gue mau injek muka dia yang hina itu. bangsat”

“wonn...”

“diem dulu cengeng! belum sampe rumah”

“hiks... orang gue cuma mau bilang motor lo ada di selatan”

“oh iya lupa maaf lagi emosi”

jungwon membawa sunoo ke rumahnya karena rumah jungwon yang paling aman, nyaman, dan sepi.

©callanooia

“sunoo!!”

jungwon memeluk erat tubuh sunoo, menyalurkan ketenangan yang tak mungkin sunghoon berikan untuknya.

“ayo pulang”

“sungh—”

“jangan mention nama si brengsek itu gue jijik demi aspal yang lagi kita injek ini, gue mau injek muka dia yang hina itu. bangsat”

“wonn...”

“diem dulu cengeng! belum sampe rumah”

“hiks... orang gue cuma mau bilang motor lo ada di selatan”

“oh iya lupa maaf lagi emosi”

jungwon membawa sunoo ke rumahnya karena rumah jungwon yang paling aman, nyaman, dan sepi.

“sunoo!!”

jungwon memeluk erat tubuh sunoo, menyalurkan ketenangan yang tak mungkin sunghoon berikan untuknya.

“ayo pulang”

“sungh—”

“jangan mention nama si brengsek itu gue jijik demi aspal yang lagi kita injek ini, gue mau injek muka dia yang hina itu. bangsat”

“wonn...”

“diem dulu cengeng! belum sampe rumah”

“hiks... orang gue cuma mau bilang motor lo ada di selatan”

“oh iya lupa maaf lagi emosi”

jungwon membawa sunoo ke rumahnya karena rumah jungwon yang paling aman, nyaman, dan sepi.

Kini mereka sudah tiba di cafe begitu pula pengantin sehari alias Jay dan Jungwon namun tempat duduk mereka berbeda, JayWon memisah jauh agar tidak diganggu.

Di meja nomor 3 terdapat Heeseung, Jake, Sunghoon, dan Sunoo yang sedang memantau meja nomor 11 dipojok jendela.

“Gue bertaruh itu Jay bingung mau ngomong apa” celetuk Sunghoon.

“Ketara sih Hoon, liat deh mereka malah kayak mau putus” Heeseung ikut menimpali.

“Julid aja kakak berdua ini gak boleh gitu loh” ucap Sunoo.

“Sunoo, kamu lucu banget sih gemes jadi anak kakak yuk sama kak Hee” Jake sedari tadi memandangi Sunoo penuh binar gemas dimatanya, “Sunghoon pindah lo awas, mau sebelah Sunoo mau cubit pipinya” Jake mengusir Sunghoon dan jadilah dia duduk dihadapan Heeseung dan Jake dengan Sunoo ditengah-tengah mereka.

Heeseung menyodorkan ponselnya ke Sunghoon, “Apa nih mungguhnya?” tanya Sunghoon.

Heeseung memberi isyarat untuk memotret, “Fotoin keluarga kecil lagi hangout gitu aja gak paham”.

“Yuk... adek Sunoo senyum ya dek, duh cantiknya pacar siapa sih”.

Setelah sesi foto berakhir, ketiganya tersenyum puas apalagi ortu dadakan ini.

“Hoon udahlah gue restuin jadi mantu terbaik pertahankan posisi lo ya, ini Jay belum ada hilal mau jadi mantu terbaik apa kaga” ucap Heeseung seraya menepuk pundak Sunghoon.


Lain hal di meja pasangan belum jadi alias JayWon.

“Aduh bingung mau ngomong apa” ucap Jay.

“Ya omongin yang kakak mau omongin lah” balas Jungwon.

Jay menarik nafasnya kemudian menggenggam tangan Jungwon, “Wonie, I think of you so often that I find myself wondering what’s real anymore. If I know one thing for certain, is that a reality that I want to live is one in which you’re by my side. Do you want to start a new journey with me?”.

Jungwon mengembangkan senyuman termanisnya, “There's no reason to reject you”.

Jay menolehkan kepalanya memberi sinyal, “Accepted!”.

“Yes! pesen aja kak temen gue yg bayarin” ucap Niki kepada kakaknya.

“Nik, lo baru dateng ya udah main samber aja” cibir Sunoo.

Heeseung dan Jake hanya terdiam, diam-diam terpesona dengan seseorang yang datang bersama Niki.

“Kak lo pergi aja deh kasian bucin dua ini tremor liat lo” usir Niki.

“Dih, dahlah mau ke Jihye aja gue”

“Jihye siapa?” tanya Jake.

“Itu tuh di meja 13 kakaknya Jungwon, Noze” ucap Niki menunjuk arah meja 13 dengan santai.

“HAH!?”

“Santai dong kagetnya barengan gitu kyk We Bare Bears” ucap Sunoo.


“Congratuliations”

Jay melotot sempurna melihat dua orang disampingnya yang mengucapkan selamat.

“Makasih kak Jiyye, kak Hoye” ucap Jungwon.

Jay melirik interaksi Jungwon dengan dua wanita tersebut terlihat santai dan akrab membuatnya bingung.

“Oh iya, kak Jay kenalin ini kakak aku Noze dan ini kak Hoyeon kakaknya Niki” Jungwon memperkenalkan kedua wanita tersebut.

“Hi Jay, glad to meet you as my bro's boyfriend”

“Hi kak, gausah jabat tangan ya lagi tremor ini” ucap Jay jujur.

“Jay cupu!” sahut Sunghoon.

“Gimana gak tremor ini bias gue ada di depan mata gue mana dia kakaknya pacar gue” sanggah Jay membela diri.

“Gak usah tremor Jay, santai aja Jihye juga manusia kok” Hoyeon menenangkan Jay.

“Kak, jujur suara kakak mengintimidasi saya banget sama kayak pas saya ngobrol sama Niki”

“Ya namanya juga adek kakak” sambar Niki.

“Engga tapi kakak lo elegan kalo lo slengean” koreksi Sunoo.

“Udah deh ayo pesen makan, laper” ucap Jungwon.

“Yes! emang sengaja dari rumah kaga makan padahal mama gue masak salmon mana ada caviar” ucap Sunghoon lalu mengajak Sunoo untuk memesan makanan.

“Sunghoon gak ada sopan santunnya eh pacaran sama Sunoo yang demen makan, cocok deh” celetuk Niki.

©callanooia

Kini mereka sudah tiba di cafe begitu pula pengantin sehari alias Jay dan Jungwon namun tempat duduk mereka berbeda, JayWon memisah jauh agar tidak diganggu.

Di meja nomor 3 terdapat Heeseung, Jake, Sunghoon, dan Sunoo yang sedang memantau meja nomor 11 dipojok jendela.

“Gue bertaruh itu Jay bingung mau ngomong apa” celetuk Sunghoon.

“Ketara sih Hoon, liat deh mereka malah kayak mau putus” Heeseung ikut menimpali.

“Julid aja kakak berdua ini gak boleh gitu loh” ucap Sunoo.

“Sunoo, kamu lucu banget sih gemes jadi anak kakak yuk sama kak Hee” Jake sedari tadi memandangi Sunoo penuh binar gemas dimatanya, “Sunghoon pindah lo awas, mau sebelah Sunoo mau cubit pipinya” Jake mengusir Sunghoon dan jadilah dia duduk dihadapan Heeseung dan Jake dengan Sunoo ditengah-tengah mereka.

Heeseung menyodorkan ponselnya ke Sunghoon, “Apa nih mungguhnya?” tanya Sunghoon.

Heeseung memberi isyarat untuk memotret, “Fotoin keluarga kecil lagi hangout gitu aja gak paham”.

“Yuk... adek Sunoo senyum ya dek, duh cantiknya pacar siapa sih”.

Setelah sesi foto berakhir, ketiganya tersenyum puas apalagi ortu dadakan ini.

“Hoon udahlah gue restuin jadi mantu terbaik pertahankan posisi lo ya, ini Jay belum ada hilal mau jadi mantu terbaik apa kaga” ucap Heeseung seraya menepuk pundak Sunghoon.


Lain hal di meja pasangan belum jadi alias JayWon.

“Aduh bingung mau ngomong apa” ucap Jay.

“Ya omongin yang kakak mau omongin lah” balas Jungwon.

Jay menarik nafasnya kemudian menggenggam tangan Jungwon, “Wonie, I think of you so often that I find myself wondering what’s real anymore. If I know one thing for certain, is that a reality that I want to live is one in which you’re by my side. Do you want to start a new journey with me?”.

Jungwon mengembangkan senyuman termanisnya, “There's no reason to reject you”.

Jay menolehkan kepalanya memberi sinyal, “Accepted!”.

“Yes! pesen aja kak temen gue yg bayarin” ucap Niki kepada kakaknya.

“Nik, lo baru dateng ya udah main samber aja” cibir Sunoo.

Heeseung dan Jake hanya terdiam, diam-diam terpesona dengan seseorang yang datang bersama Niki.

“Kak lo pergi aja deh kasian bucin dua ini tremor liat lo” usir Niki.

“Dih, dahlah mau ke Jihye aja gue”

“Jihye siapa?” tanya Jake.

“Itu tuh di meja 13 kakaknya Jungwon, Noze” ucap Niki menunjuk arah meja 13 dengan santai.

“HAH!?”

“Santai dong kagetnya barengan gitu kyk We Bare Bears” ucap Sunoo.


“Congratuliations”

Jay melotot sempurna melihat dua orang disampingnya yang mengucapkan selamat.

“Makasih kak Jiyye, kak Hoye” ucap Jungwon.

Jay melirik interaksi Jungwon dengan dua wanita tersebut terlihat santai dan akrab membuatnya bingung.

“Oh iya, kak Jay kenalin ini kakak aku Noze dan ini kak Hoyeon kakaknya Niki” Jungwon memperkenalkan kedua wanita tersebut.

“Hi Jay, glad to meet you as my bro's boyfriend”

“Hi kak, gausah jabat tangan ya lagi tremor ini” ucap Jay jujur.

“Jay cupu!” sahut Sunghoon.

“Gimana gak tremor ini bias gue ada di depan mata gue mana dia kakaknya pacar gue” sanggah Jay membela diri.

“Gak usah tremor Jay, santai aja Jihye juga manusia kok” Hoyeon menenangkan Jay.

“Kak, jujur suara kakak mengintimidasi saya banget sama kayak pas saya ngobrol sama Niki”

“Ya namanya juga adek kakak” sambar Niki.

“Engga tapi kakak lo elegan kalo lo slengean” koreksi Sunoo.

“Udah deh ayo pesen makan, laper” ucap Jungwon.

“Yes! emang sengaja dari rumah kaga makan padahal mama gue masak salmon mana ada caviar” ucap Sunghoon lalu mengajak Sunoo untuk memesan makanan.

“Sunghoon gak ada sopan santunnya eh pacaran sama Sunoo yang demen makan, cocok deh” celetuk Niki.

©callanooia