Well, I Don't Know
“Ayo bicara” suara pun teredam saat dua insan tersebut memasuki sebuah ruangan dengan interior klasik.
Kedua insan tersebut beradu pandang serasa kelu untuk melontarkan kata barang hanya pertanyaan yang kelewat pendek.
Dentingan jarum jam yang begitu tajam, suara keingintahuan pun memecah keheningan yang tercipta diantara mereka.
“Lantas bagaimana?” singkat dari Sunoo.
Pemuda bersetelan casual didepannya hanya diam tak tahu harus menjawab apa, Sunghoon terdiam tak berkutik padahal dirinya dipenuhi keluhan yang tertahan dalam sepi.
'Sangat menyesakkan namun ini lebih baik untuk menjaga mulutku tetap diam' batin Sunghoon.
Hubungan keduanya kian mengeras, juga pertengakaran yang belum terpecahkan namun keduanya tetap diam lebih tepatnya pemuda Park yang enggan menjawab pertanyaan Kim Sunoo.
Keduanya tetap terduduk di ruangan tersebut dengan keheningan dan ribuan jeritan tertahan, sampai atensi Sunoo beralih ke pintu yang terbuka diikuti oleh Sunghoon yang memutar kepalanya.
“Ayo bicara lain kali” ujar Sunoo kemudian beranjak meninggalkan Sunghoon dengan keadaan yang sulit diartikan.
—sunghoon's
Disini, ditempat yang sama kita berkeliaran lagi namun begitu segalanya terasa asing... akankah ini menjadi akhir kita?
Aku sungguh tidak tahu, entah rasanya sulit sekali hingga air mataku turun lagi dan lagi seperti hari-hari sebelumnya air mataku selalu jatuh jika mengingat kita merindukan masa lalu kita apakah aku harus mengakhiri hubungan kita sekarang juga? aku tidak tahu... aku hanya tidak bisa.
—sunghoon's end
Melamun ditengah malam ditempat yang berbeda, kedua insan tersebut saling mengganggu pikiran dan menyapu tidur hingga terjaga hingga pagi.
Saat-saat seperti ini yang keduanya lakukan hanyalah menangis merindukan semua waktu kebersamaan mereka.
Mereka tak butuh saling merindu ego keduanya saling menolak tapi hatinya ingin, akan banyak waktu untuk saling mengoreksi diri kemudian bertemu untuk menjelaskan titik kejelasan hubungan mereka.
'Bagaimanapun juga kita akan saling merindu' —sunoo.
'Aku rindu, namun sangat menyakitkan jika menghadapi dirimu' —sunghoon.
—sunoo's
Aku tahu betapa bosannya bahkan diriku sendiri menyebut lagi tapi bagaimana memang seperti ini keadaannya, aku yang merindukannya atau bahkan dirinya juga? aku tidak tahu.
Aku tahu Hoon, kamu ingin mengatakan sesuatu juga ingin mendengarku mengatakan sesuatu tapi emosiku membuatnya semakin kacau juga luka dan rasa bersalah berputar lagi—
dinding kehancuran ini meremukkan kita.
Aku hanya bisa menangis ingin mengakhiri ini namun hatiku sungguh menolak, aku mencintaimu tapi aku juga yang menorehkan luka padamu.
Bolehkah aku merindukanmu? merindukan saat dimana kita dihiasi tawa bahagia tidak seperti sekarang yang hanya ada air mata.
Aku melontarkan pertanyaan yang sama “Akankah kita harus mengakhiri semua ini?”
Aku.. Kim Sunoo, bukannya tidak tahu serta tidak ingin berfikir namun hatiku lantang berujar bahwa aku tidak mau tidak mau mengakhiri kita.
—sunoo's end
Pertemuan keduanya kembali terjadi lebih tepatnya pada persimpangan jalan kecil, dengan Sunoo berada di sisi kanan serta Sunghoon di sisi kiri memberi jarak pada tubuh namun tidak dengan hati.
Sunghoon lebih dulu melontarkan pertanyaan kepada Sunoo yang dengan hampa berdiri di sisi lain, “Tak bisakah kita kembali?”.
Sunoo termenung menatap Sunghoon dengan tatapan kosong, lidahnya kelu enggan menjawab pertanyaan yang sungguh ingin sekali ia jawab BISA dengan lantang.
Sunghoon mengulang pertanyaan itu kedua kalinya, rautnya putus asa lalu meninggalkan Sunoo yang masih terdiam disana.
tes Air mata keduanya jatuh kembali jatuh tanpa henti perpisahan tanpa salam yang sungguh menyesakkan membuat seluruh pasokan udara mereka kian menipis, meremat dada yang terasa sesak.
Menangis meraung tak Sunghoon hiraukan pandangan massa yang melihatnya, dirinya terlalu hancur bahkan untuk mengatur nafasnya pun tak bisa, dirinya sungguh tidak bisa seperti ini dirinya tidak bisa jika tanpa Sunoo disisinya.
Sunoo melakukan hal yang sama, menyenderkan tubuhnya duduk beringsut memeluk lulut meredam tangisan pecah diantara kakinya yang tertutup, dirinya tak sanggup berpisah dengan Sunghoon namun keadaan yang memaksanya untuk berpisah dengan kekasihnya.
Hari-hari berlalu, baik Sunghoon maupun Sunoo keduanya belum bisa melupakan satu sama lain mungkin mereka memang tidak ingin melupakan dan membiarkan diri mereka semakin menyelam ke dasar palung kesedihan.
Ditempat yang berbeda pada perasaan yang masih sama dan akan selalu sama, keduanya masih menitikkan air mata menangisi hubungan yang kandas.
“Aku pikir aku tidak tahu, tidak aku tahu sekarang” suaranya tersenggal mengucapkan kalimat yang masih tertahan.
“Aku tidak bisa bertahan tanpamu—” Sunoo melanjutkan kalimatnya yang menggantung.
“Aku tak bisa melepaskanmu” suara parau Sunghoon mengisi ruang kosong tempat dirinya melamun memegang secarik potret Kim Sunoo yang sedang tertawa bahagia.
Hari yang cerah namun tak seperti hati Sunoo yang suram semenjak saat itu, Sunoo hendak membeli beberapa sup kaleng untuk mengganjal perutnya yanh sudah 5 hari tak diberi asupan.
Menyusuri jalanan, menyapa pejalan kaki yang dikenal, juga menyapa kucing dijalanan membuatnya merendahkan tubuhnya untuk mengusap anak kucing tersebut dan mengajaknya bermain hingga Sunoo sedikit melupakan tujuan awalnya karena asik dengan kucing.
Saat dirinya terlarut dengan dunianya dengan kucing kecil, sebuah kelereng menggelinding kearahnya membuat Sunoo mengangkat kepala hingga tubuhnya menengang.
Seorang anak kecil berlari kearah Sunoo, meminta kembali kelereng yang menggelinding kearahnya tadi, tapi bukan karena itu- tapi karena seseorang yang memandangnya dibelakang anak kecil yang sudah pergi.
Pria itu, Park Sunghoon memandang Sunoo dengan tatapan rumit seakan seluruh perasaannya ada pada pandangannya untuk Sunoo.
'Kenapa sekarang?' —Sunghoon.
'Kenapa aku melihatmu sekarang?' —Sunoo.
Sunoo berjalan mendekat begitu pula Sunghoon, keduanya semakin dekat hanya berjarak 3 langkah kaki untuk saling memeluk.
Keduanya masih saja terdiam bersama perasaan masing-masing, hingga pemuda yang lebih tinggi berujar.
“Bisakan kau memelukku meskipun aku jauh?”
Sunoo menggelengkan kepalanya lalu menjawab, “Aku tidak tahu” suaranya sangat terdengar lelah dan pasrah.
Sunghoon menatap Sunoo yang juga menatapnya entah dorongan dari mana, kini kedua bibir mereka saling bertemu menyalurkan rasa rindu yang sempat tertahan.
Ciuman mereka berlangsung dengan derai air mata keduanya, saling terisak namun enggan memutus peraduan hingga Sunoo mulai membutuhan pasokan udara barulah Sunghoon menghentikan ciuman pilu mereka.
“Sunoo... maaf” Sunghoon hendak memeluk Sunoo, namun pria kecil ini menahan pergerakan Sunghoon.
“Sunghoon, i love you but—” lidah Sunoo tercekat tak mampu melanjutkan kalimatnya tetapi Sunoo harus menuntaskan ini,
“Loving you is killing me, so this is goodbye even if i don't want it to be” Sunoo menatap Sunghoon kemudian mengecup bibir Sunghoon mungkin untuk yang terakhir kalinya.
“Sunoo don't go please... i love you so” Sunghoon menangis bersimpuh memandang nanar punggung Sunoo yang meninggalkannya dengan ciuman perpisahan yang menjadi akhir hubungan mereka.
©callanooia