callanooia

“Ayo bicara” suara pun teredam saat dua insan tersebut memasuki sebuah ruangan dengan interior klasik.

Kedua insan tersebut beradu pandang serasa kelu untuk melontarkan kata barang hanya pertanyaan yang kelewat pendek.

Dentingan jarum jam yang begitu tajam, suara keingintahuan pun memecah keheningan yang tercipta diantara mereka.

“Lantas bagaimana?” singkat dari Sunoo.

Pemuda bersetelan casual didepannya hanya diam tak tahu harus menjawab apa, Sunghoon terdiam tak berkutik padahal dirinya dipenuhi keluhan yang tertahan dalam sepi.

'Sangat menyesakkan namun ini lebih baik untuk menjaga mulutku tetap diam' batin Sunghoon.

Hubungan keduanya kian mengeras, juga pertengakaran yang belum terpecahkan namun keduanya tetap diam lebih tepatnya pemuda Park yang enggan menjawab pertanyaan Kim Sunoo.

Keduanya tetap terduduk di ruangan tersebut dengan keheningan dan ribuan jeritan tertahan, sampai atensi Sunoo beralih ke pintu yang terbuka diikuti oleh Sunghoon yang memutar kepalanya.

“Ayo bicara lain kali” ujar Sunoo kemudian beranjak meninggalkan Sunghoon dengan keadaan yang sulit diartikan.


—sunghoon's

Disini, ditempat yang sama kita berkeliaran lagi namun begitu segalanya terasa asing... akankah ini menjadi akhir kita?

Aku sungguh tidak tahu, entah rasanya sulit sekali hingga air mataku turun lagi dan lagi seperti hari-hari sebelumnya air mataku selalu jatuh jika mengingat kita merindukan masa lalu kita apakah aku harus mengakhiri hubungan kita sekarang juga? aku tidak tahu... aku hanya tidak bisa.

—sunghoon's end


Melamun ditengah malam ditempat yang berbeda, kedua insan tersebut saling mengganggu pikiran dan menyapu tidur hingga terjaga hingga pagi.

Saat-saat seperti ini yang keduanya lakukan hanyalah menangis merindukan semua waktu kebersamaan mereka.

Mereka tak butuh saling merindu ego keduanya saling menolak tapi hatinya ingin, akan banyak waktu untuk saling mengoreksi diri kemudian bertemu untuk menjelaskan titik kejelasan hubungan mereka.

'Bagaimanapun juga kita akan saling merindu' —sunoo.

'Aku rindu, namun sangat menyakitkan jika menghadapi dirimu' —sunghoon.


—sunoo's

Aku tahu betapa bosannya bahkan diriku sendiri menyebut lagi tapi bagaimana memang seperti ini keadaannya, aku yang merindukannya atau bahkan dirinya juga? aku tidak tahu.

Aku tahu Hoon, kamu ingin mengatakan sesuatu juga ingin mendengarku mengatakan sesuatu tapi emosiku membuatnya semakin kacau juga luka dan rasa bersalah berputar lagi—

dinding kehancuran ini meremukkan kita.

Aku hanya bisa menangis ingin mengakhiri ini namun hatiku sungguh menolak, aku mencintaimu tapi aku juga yang menorehkan luka padamu.

Bolehkah aku merindukanmu? merindukan saat dimana kita dihiasi tawa bahagia tidak seperti sekarang yang hanya ada air mata.

Aku melontarkan pertanyaan yang sama “Akankah kita harus mengakhiri semua ini?”

Aku.. Kim Sunoo, bukannya tidak tahu serta tidak ingin berfikir namun hatiku lantang berujar bahwa aku tidak mau tidak mau mengakhiri kita.

—sunoo's end


Pertemuan keduanya kembali terjadi lebih tepatnya pada persimpangan jalan kecil, dengan Sunoo berada di sisi kanan serta Sunghoon di sisi kiri memberi jarak pada tubuh namun tidak dengan hati.

Sunghoon lebih dulu melontarkan pertanyaan kepada Sunoo yang dengan hampa berdiri di sisi lain, “Tak bisakah kita kembali?”.

Sunoo termenung menatap Sunghoon dengan tatapan kosong, lidahnya kelu enggan menjawab pertanyaan yang sungguh ingin sekali ia jawab BISA dengan lantang.

Sunghoon mengulang pertanyaan itu kedua kalinya, rautnya putus asa lalu meninggalkan Sunoo yang masih terdiam disana.

tes Air mata keduanya jatuh kembali jatuh tanpa henti perpisahan tanpa salam yang sungguh menyesakkan membuat seluruh pasokan udara mereka kian menipis, meremat dada yang terasa sesak.

Menangis meraung tak Sunghoon hiraukan pandangan massa yang melihatnya, dirinya terlalu hancur bahkan untuk mengatur nafasnya pun tak bisa, dirinya sungguh tidak bisa seperti ini dirinya tidak bisa jika tanpa Sunoo disisinya.

Sunoo melakukan hal yang sama, menyenderkan tubuhnya duduk beringsut memeluk lulut meredam tangisan pecah diantara kakinya yang tertutup, dirinya tak sanggup berpisah dengan Sunghoon namun keadaan yang memaksanya untuk berpisah dengan kekasihnya.

Hari-hari berlalu, baik Sunghoon maupun Sunoo keduanya belum bisa melupakan satu sama lain mungkin mereka memang tidak ingin melupakan dan membiarkan diri mereka semakin menyelam ke dasar palung kesedihan.

Ditempat yang berbeda pada perasaan yang masih sama dan akan selalu sama, keduanya masih menitikkan air mata menangisi hubungan yang kandas.

“Aku pikir aku tidak tahu, tidak aku tahu sekarang” suaranya tersenggal mengucapkan kalimat yang masih tertahan.

“Aku tidak bisa bertahan tanpamu—” Sunoo melanjutkan kalimatnya yang menggantung.

“Aku tak bisa melepaskanmu” suara parau Sunghoon mengisi ruang kosong tempat dirinya melamun memegang secarik potret Kim Sunoo yang sedang tertawa bahagia.

Hari yang cerah namun tak seperti hati Sunoo yang suram semenjak saat itu, Sunoo hendak membeli beberapa sup kaleng untuk mengganjal perutnya yanh sudah 5 hari tak diberi asupan.

Menyusuri jalanan, menyapa pejalan kaki yang dikenal, juga menyapa kucing dijalanan membuatnya merendahkan tubuhnya untuk mengusap anak kucing tersebut dan mengajaknya bermain hingga Sunoo sedikit melupakan tujuan awalnya karena asik dengan kucing.

Saat dirinya terlarut dengan dunianya dengan kucing kecil, sebuah kelereng menggelinding kearahnya membuat Sunoo mengangkat kepala hingga tubuhnya menengang.

Seorang anak kecil berlari kearah Sunoo, meminta kembali kelereng yang menggelinding kearahnya tadi, tapi bukan karena itu- tapi karena seseorang yang memandangnya dibelakang anak kecil yang sudah pergi.

Pria itu, Park Sunghoon memandang Sunoo dengan tatapan rumit seakan seluruh perasaannya ada pada pandangannya untuk Sunoo.

'Kenapa sekarang?' —Sunghoon.

'Kenapa aku melihatmu sekarang?' —Sunoo.

Sunoo berjalan mendekat begitu pula Sunghoon, keduanya semakin dekat hanya berjarak 3 langkah kaki untuk saling memeluk.

Keduanya masih saja terdiam bersama perasaan masing-masing, hingga pemuda yang lebih tinggi berujar.

“Bisakan kau memelukku meskipun aku jauh?”

Sunoo menggelengkan kepalanya lalu menjawab, “Aku tidak tahu” suaranya sangat terdengar lelah dan pasrah.

Sunghoon menatap Sunoo yang juga menatapnya entah dorongan dari mana, kini kedua bibir mereka saling bertemu menyalurkan rasa rindu yang sempat tertahan.

Ciuman mereka berlangsung dengan derai air mata keduanya, saling terisak namun enggan memutus peraduan hingga Sunoo mulai membutuhan pasokan udara barulah Sunghoon menghentikan ciuman pilu mereka.

“Sunoo... maaf” Sunghoon hendak memeluk Sunoo, namun pria kecil ini menahan pergerakan Sunghoon.

“Sunghoon, i love you but—” lidah Sunoo tercekat tak mampu melanjutkan kalimatnya tetapi Sunoo harus menuntaskan ini,

“Loving you is killing me, so this is goodbye even if i don't want it to be” Sunoo menatap Sunghoon kemudian mengecup bibir Sunghoon mungkin untuk yang terakhir kalinya.

“Sunoo don't go please... i love you so” Sunghoon menangis bersimpuh memandang nanar punggung Sunoo yang meninggalkannya dengan ciuman perpisahan yang menjadi akhir hubungan mereka.

©callanooia

“Ayo bicara” suara pun teredam saat dua insan tersebut memasuki sebuah ruangan dengan interior klasik.

Kedua insan tersebut beradu pandang serasa kelu untuk melontarkan kata barang hanya pertanyaan yang kelewat pendek.

Dentingan jarum jam yang begitu tajam, suara keingintahuan pun memecah keheningan yang tercipta diantara mereka.

“Lantas bagaimana?” singkat dari Sunoo.

Pemuda bersetelan casual didepannya hanya diam tak tahu harus menjawab apa, Sunghoon terdiam tak berkutik padahal dirinya dipenuhi keluhan yang tertahan dalam sepi.

'Sangat menyesakkan namun ini lebih baik untuk menjaga mulutku tetap diam' batin Sunghoon.

Hubungan keduanya kian mengeras, juga pertengakaran yang belum terpecahkan namun keduanya tetap diam lebih tepatnya pemuda Park yang enggan menjawab pertanyaan Kim Sunoo.

Keduanya tetap terduduk di ruangan tersebut dengan keheningan dan ribuan jeritan tertahan, sampai atensi Sunoo beralih ke pintu yang terbuka diikuti oleh Sunghoon yang memutar kepalanya.

“Ayo bicara lain kali” ujar Sunoo kemudian beranjak meninggalkan Sunghoon dengan keadaan yang sulit diartikan.


—sunghoon's Disini, ditempat yang sama kita berkeliaran lagi namun begitu segalanya terasa asing... akankah ini menjadi akhir kita?

Aku sungguh tidak tahu, entah rasanya sulit sekali hingga air mataku turun lagi dan lagi seperti hari-hari sebelumnya air mataku selalu jatuh jika mengingat kita merindukan masa lalu kita apakah aku harus mengakhiri hubungan kita sekarang juga? aku tidak tahu... aku hanya tidak bisa.

—sunghoon's end


Melamun ditengah malam ditempat yang berbeda, kedua insan tersebut saling mengganggu pikiran dan menyapu tidur hingga terjaga hingga pagi.

Saat-saat seperti ini yang keduanya lakukan hanyalah menangis merindukan semua waktu kebersamaan mereka.

Mereka tak butuh saling merindu ego keduanya saling menolak tapi hatinya ingin, akan banyak waktu untuk saling mengoreksi diri kemudian bertemu untuk menjelaskan titik kejelasan hubungan mereka.

'Bagaimanapun juga kita akan saling merindu' —sunoo.

'Aku rindu, namun sangat menyakitkan jika menghadapi dirimu' —sunghoon.


—sunoo's

Aku tahu betapa bosannya bahkan diriku sendiri menyebut lagi tapi bagaimana memang seperti ini keadaannya, aku yang merindukannya atau bahkan dirinya juga? aku tidak tahu.

Aku tahu Hoon, kamu ingin mengatakan sesuatu juga ingin mendengarku mengatakan sesuatu tapi emosiku membuatnya semakin kacau juga luka dan rasa bersalah berputar lagi—

dinding kehancuran ini meremukkan kita.

Aku hanya bisa menangis ingin mengakhiri ini namun hatiku sungguh menolak, aku mencintaimu tapi aku juga yang menorehkan luka padamu.

Bolehkah aku merindukanmu? merindukan saat dimana kita dihiasi tawa bahagia tidak seperti sekarang yang hanya ada air mata.

Aku melontarkan pertanyaan yang sama “Akankah kita harus mengakhiri semua ini?”

Aku.. Kim Sunoo, bukannya tidak tahu serta tidak ingin berfikir namun hatiku lantang berujar bahwa aku tidak mau tidak mau mengakhiri kita.

—sunoo's end


Pertemuan keduanya kembali terjadi lebih tepatnya pada persimpangan jalan kecil, dengan Sunoo berada di sisi kanan serta Sunghoon di sisi kiri memberi jarak pada tubuh namun tidak dengan hati.

Sunghoon lebih dulu melontarkan pertanyaan kepada Sunoo yang dengan hampa berdiri di sisi lain, “Tak bisakah kita kembali?”.

Sunoo termenung menatap Sunghoon dengan tatapan kosong, lidahnya kelu enggan menjawab pertanyaan yang sungguh ingin sekali ia jawab BISA dengan lantang.

Sunghoon mengulang pertanyaan itu kedua kalinya, rautnya putus asa lalu meninggalkan Sunoo yang masih terdiam disana.

tes Air mata keduanya jatuh kembali jatuh tanpa henti perpisahan tanpa salam yang sungguh menyesakkan membuat seluruh pasokan udara mereka kian menipis, meremat dada yang terasa sesak.

Menangis meraung tak Sunghoon hiraukan pandangan massa yang melihatnya, dirinya terlalu hancur bahkan untuk mengatur nafasnya pun tak bisa, dirinya sungguh tidak bisa seperti ini dirinya tidak bisa jika tanpa Sunoo disisinya.

Sunoo melakukan hal yang sama, menyenderkan tubuhnya duduk beringsut memeluk lulut meredam tangisan pecah diantara kakinya yang tertutup, dirinya tak sanggup berpisah dengan Sunghoon namun keadaan yang memaksanya untuk berpisah dengan kekasihnya.

Hari-hari berlalu, baik Sunghoon maupun Sunoo keduanya belum bisa melupakan satu sama lain mungkin mereka memang tidak ingin melupakan dan membiarkan diri mereka semakin menyelam ke dasar palung kesedihan.

Ditempat yang berbeda pada perasaan yang masih sama dan akan selalu sama, keduanya masih menitikkan air mata menangisi hubungan yang kandas.

“Aku pikir aku tidak tahu, tidak aku tahu sekarang” suaranya tersenggal mengucapkan kalimat yang masih tertahan.

“Aku tidak bisa bertahan tanpamu—” Sunoo melanjutkan kalimatnya yang menggantung.

“Aku tak bisa melepaskanmu” suara parau Sunghoon mengisi ruang kosong tempat dirinya melamun memegang secarik potret Kim Sunoo yang sedang tertawa bahagia.

Hari yang cerah namun tak seperti hati Sunoo yang suram semenjak saat itu, Sunoo hendak membeli beberapa sup kaleng untuk mengganjal perutnya yanh sudah 5 hari tak diberi asupan.

Menyusuri jalanan, menyapa pejalan kaki yang dikenal, juga menyapa kucing dijalanan membuatnya merendahkan tubuhnya untuk mengusap anak kucing tersebut dan mengajaknya bermain hingga Sunoo sedikit melupakan tujuan awalnya karena asik dengan kucing.

Saat dirinya terlarut dengan dunianya dengan kucing kecil, sebuah kelereng menggelinding kearahnya membuat Sunoo mengangkat kepala hingga tubuhnya menengang.

Seorang anak kecil berlari kearah Sunoo, meminta kembali kelereng yang menggelinding kearahnya tadi, tapi bukan karena itu- tapi karena seseorang yang memandangnya dibelakang anak kecil yang sudah pergi.

Pria itu, Park Sunghoon memandang Sunoo dengan tatapan rumit seakan seluruh perasaannya ada pada pandangannya untuk Sunoo.

'Kenapa sekarang?' —Sunghoon.

'Kenapa aku melihatmu sekarang?' —Sunoo.

Sunoo berjalan mendekat begitu pula Sunghoon, keduanya semakin dekat hanya berjarak 3 langkah kaki untuk saling memeluk.

Keduanya masih saja terdiam bersama perasaan masing-masing, hingga pemuda yang lebih tinggi berujar.

“Bisakan kau memelukku meskipun aku jauh?”

Sunoo menggelengkan kepalanya lalu menjawab, “Aku tidak tahu” suaranya sangat terdengar lelah dan pasrah.

Sunghoon menatap Sunoo yang juga menatapnya entah dorongan dari mana, kini kedua bibir mereka saling bertemu menyalurkan rasa rindu yang sempat tertahan.

Ciuman mereka berlangsung dengan derai air mata keduanya, saling terisak namun enggan memutus peraduan hingga Sunoo mulai membutuhan pasokan udara barulah Sunghoon menghentikan ciuman pilu mereka.

“Sunoo... maaf” Sunghoon hendak memeluk Sunoo, namun pria kecil ini menahan pergerakan Sunghoon.

“Sunghoon, i love you but—” lidah Sunoo tercekat tak mampu melanjutkan kalimatnya tetapi Sunoo harus menuntaskan ini,

“Loving you is killing me, so this is goodbye even if i don't want it to be” Sunoo menatap Sunghoon kemudian mengecup bibir Sunghoon mungkin untuk yang terakhir kalinya.

“Sunoo don't go please... i love you so” Sunghoon menangis bersimpuh memandang nanar punggung Sunoo yang meninggalkannya dengan ciuman perpisahan yang menjadi akhir hubungan mereka.

©callanooia

“Ayo bicara” suara pun teredam saat dua insan tersebut memasuki sebuah ruangan dengan interior klasik.

Kedua insan tersebut beradu pandang serasa kelu untuk melontarkan kata barang hanya pertanyaan yang kelewat pendek.

Dentingan jarum jam yang begitu tajam, suara keingintahuan pun memecah keheningan yang tercipta diantara mereka.

“Lantas bagaimana?” singkat dari Sunoo.

Pemuda bersetelan casual didepannya hanya diam tak tahu harus menjawab apa, Sunghoon terdiam tak berkutik padahal dirinya dipenuhi keluhan yang tertahan dalam sepi.

'Sangat menyesakkan namun ini lebih baik untuk menjaga mulutku tetap diam' batin Sunghoon.

Hubungan keduanya kian mengeras, juga pertengakaran yang belum terpecahkan namun keduanya tetap diam lebih tepatnya pemuda Park yang enggan menjawab pertanyaan Kim Sunoo.

Keduanya tetap terduduk di ruangan tersebut dengan keheningan dan ribuan jeritan tertahan, sampai atensi Sunoo beralih ke pintu yang terbuka diikuti oleh Sunghoon yang memutar kepalanya.

“Ayo bicara lain kali” ujar Sunoo kemudian beranjak meninggalkan Sunghoon dengan keadaan yang sulit diartikan.

—sunghoon's Disini, ditempat yang sama kita berkeliaran lagi namun begitu segalanya terasa asing... akankah ini menjadi akhir kita?

Aku sungguh tidak tahu, entah rasanya sulit sekali hingga air mataku turun lagi dan lagi seperti hari-hari sebelumnya air mataku selalu jatuh jika mengingat kita merindukan masa lalu kita apakah aku harus mengakhiri hubungan kita sekarang juga? aku tidak tahu... aku hanya tidak bisa.

—sunghoon's end

Melamun ditengah malam ditempat yang berbeda, kedua insan tersebut saling mengganggu pikiran dan menyapu tidur hingga terjaga hingga pagi.

Saat-saat seperti ini yang keduanya lakukan hanyalah menangis merindukan semua waktu kebersamaan mereka.

Mereka tak butuh saling merindu ego keduanya saling menolak tapi hatinya ingin, akan banyak waktu untuk saling mengoreksi diri kemudian bertemu untuk menjelaskan titik kejelasan hubungan mereka.

'Bagaimanapun juga kita akan saling merindu' —sunoo.

'Aku rindu, namun sangat menyakitkan jika menghadapi dirimu' —sunghoon.

—sunoo's

Aku tahu betapa bosannya bahkan diriku sendiri menyebut lagi tapi bagaimana memang seperti ini keadaannya, aku yang merindukannya atau bahkan dirinya juga? aku tidak tahu.

Aku tahu Hoon, kamu ingin mengatakan sesuatu juga ingin mendengarku mengatakan sesuatu tapi emosiku membuatnya semakin kacau juga luka dan rasa bersalah berputar lagi—

dinding kehancuran ini meremukkan kita.

Aku hanya bisa menangis ingin mengakhiri ini namun hatiku sungguh menolak, aku mencintaimu tapi aku juga yang menorehkan luka padamu.

Bolehkah aku merindukanmu? merindukan saat dimana kita dihiasi tawa bahagia tidak seperti sekarang yang hanya ada air mata.

Aku melontarkan pertanyaan yang sama “Akankah kita harus mengakhiri semua ini?”

Aku.. Kim Sunoo, bukannya tidak tahu serta tidak ingin berfikir namun hatiku lantang berujar bahwa aku tidak mau tidak mau mengakhiri kita.

—sunoo's end

Pertemuan keduanya kembali terjadi lebih tepatnya pada persimpangan jalan kecil, dengan Sunoo berada di sisi kanan serta Sunghoon di sisi kiri memberi jarak pada tubuh namun tidak dengan hati.

Sunghoon lebih dulu melontarkan pertanyaan kepada Sunoo yang dengan hampa berdiri di sisi lain, “Tak bisakah kita kembali?”.

Sunoo termenung menatap Sunghoon dengan tatapan kosong, lidahnya kelu enggan menjawab pertanyaan yang sungguh ingin sekali ia jawab BISA dengan lantang.

Sunghoon mengulang pertanyaan itu kedua kalinya, rautnya putus asa lalu meninggalkan Sunoo yang masih terdiam disana.

tes Air mata keduanya jatuh kembali jatuh tanpa henti perpisahan tanpa salam yang sungguh menyesakkan membuat seluruh pasokan udara mereka kian menipis, meremat dada yang terasa sesak.

Menangis meraung tak Sunghoon hiraukan pandangan massa yang melihatnya, dirinya terlalu hancur bahkan untuk mengatur nafasnya pun tak bisa, dirinya sungguh tidak bisa seperti ini dirinya tidak bisa jika tanpa Sunoo disisinya.

Sunoo melakukan hal yang sama, menyenderkan tubuhnya duduk beringsut memeluk lulut meredam tangisan pecah diantara kakinya yang tertutup, dirinya tak sanggup berpisah dengan Sunghoon namun keadaan yang memaksanya untuk berpisah dengan kekasihnya.

Hari-hari berlalu, baik Sunghoon maupun Sunoo keduanya belum bisa melupakan satu sama lain mungkin mereka memang tidak ingin melupakan dan membiarkan diri mereka semakin menyelam ke dasar palung kesedihan.

Ditempat yang berbeda pada perasaan yang masih sama dan akan selalu sama, keduanya masih menitikkan air mata menangisi hubungan yang kandas.

“Aku pikir aku tidak tahu, tidak aku tahu sekarang” suaranya tersenggal mengucapkan kalimat yang masih tertahan.

“Aku tidak bisa bertahan tanpamu—” Sunoo melanjutkan kalimatnya yang menggantung.

“Aku tak bisa melepaskanmu” suara parau Sunghoon mengisi ruang kosong tempat dirinya melamun memegang secarik potret Kim Sunoo yang sedang tertawa bahagia.

Hari yang cerah namun tak seperti hati Sunoo yang suram semenjak saat itu, Sunoo hendak membeli beberapa sup kaleng untuk mengganjal perutnya yanh sudah 5 hari tak diberi asupan.

Menyusuri jalanan, menyapa pejalan kaki yang dikenal, juga menyapa kucing dijalanan membuatnya merendahkan tubuhnya untuk mengusap anak kucing tersebut dan mengajaknya bermain hingga Sunoo sedikit melupakan tujuan awalnya karena asik dengan kucing.

Saat dirinya terlarut dengan dunianya dengan kucing kecil, sebuah kelereng menggelinding kearahnya membuat Sunoo mengangkat kepala hingga tubuhnya menengang.

Seorang anak kecil berlari kearah Sunoo, meminta kembali kelereng yang menggelinding kearahnya tadi, tapi bukan karena itu- tapi karena seseorang yang memandangnya dibelakang anak kecil yang sudah pergi.

Pria itu, Park Sunghoon memandang Sunoo dengan tatapan rumit seakan seluruh perasaannya ada pada pandangannya untuk Sunoo.

'Kenapa sekarang?' —Sunghoon.

'Kenapa aku melihatmu sekarang?' —Sunoo.

Sunoo berjalan mendekat begitu pula Sunghoon, keduanya semakin dekat hanya berjarak 3 langkah kaki untuk saling memeluk.

Keduanya masih saja terdiam bersama perasaan masing-masing, hingga pemuda yang lebih tinggi berujar.

“Bisakan kau memelukku meskipun aku jauh?”

Sunoo menggelengkan kepalanya lalu menjawab, “Aku tidak tahu” suaranya sangat terdengar lelah dan pasrah.

Sunghoon menatap Sunoo yang juga menatapnya entah dorongan dari mana, kini kedua bibir mereka saling bertemu menyalurkan rasa rindu yang sempat tertahan.

Ciuman mereka berlangsung dengan derai air mata keduanya, saling terisak namun enggan memutus peraduan hingga Sunoo mulai membutuhan pasokan udara barulah Sunghoon menghentikan ciuman pilu mereka.

“Sunoo... maaf” Sunghoon hendak memeluk Sunoo, namun pria kecil ini menahan pergerakan Sunghoon.

“Sunghoon, i love you but—” lidah Sunoo tercekat tak mampu melanjutkan kalimatnya tetapi Sunoo harus menuntaskan ini,

“Loving you is killing me, so this is goodbye even if i don't want it to be” Sunoo menatap Sunghoon kemudian mengecup bibir Sunghoon mungkin untuk yang terakhir kalinya.

“Sunoo don't go please... i love you so” Sunghoon menangis bersimpuh memandang nanar punggung Sunoo yang meninggalkannya dengan ciuman perpisahan yang menjadi akhir hubungan mereka.

©callanooia

barang – barang jungwon sudah tersusun rapih dirinya juga sudah membersihkan diri kini sedang berada di kamar jay menemani pemuda manis itu menyusun lego.

ah iya jungwon dan sunoo sekarang tinggal di mansion dengan sayap kiri milik jay dan sayap kanan milik sunghoon yang diduga mansion ini milik sunghoon.

“wonie... jeyi lapar sekali tapi ndak mau mam nasi” ucap jay memegang perutnya dengan bibir mengerucut lucu.

“ayo kita ambil pie buah milik sunghoon” ajak jungwon.

“apa ndak berdosa?” tanya jay.

“jeyi tenang aja nanti won yang minta ke sunoo” jungwon menggenggam erat tangan jay, mengajaknya ke sayap kanan tepatnya ke kamar sunghoon karena sudah pasti sunoo sedang di sandera dipelukan sunghoon.

“sunghoon.. hoon.. bagi pie buahnya ya” pinta jungwon.

“ya ambil aja won” jawab sunoo.

jungwon menutup kembali kamar sunghoon lalu pergi menuju kulkas mengambil pie buah sunghoon made by sunoo.

“enak ga?”

“enak sekali jeyi suka hehe uwon harus coba” jay menyuapi jungwon potongan pie bertopping leci.

“sunoo emang pinter masak, buat kue gitu karena mamanya sunoo tuh tukanh buat kue” jelas jungwon.

“kalo uwon bisa apa?” tanya jay.

“gue sih bisa masak lauk yang biasa lo makan itu” jawab jungwon.

“ih uwon kan udah jeyi bilang lo-gue dilarang” decak jay.

“iya iya sorry”

“udah kenyang ayo ke taman belakang, jeyi tiba-tiba mau main ayunan” ajak jay lalu menarik tangan jungwon.

©callanooia

barang – barang jungwon sudah tersusun rapih dirinya juga sudah membersihkan diri kini sedang berada di kamar jay menemani pemuda manis itu menyusun lego.

ah iya jungwon dan sunoo sekarang tinggal di mansion dengan sayap kiri milik jay dan sayap kanan milik sunghoon yang diduga mansion ini milik sunghoon.

“wonie... jeyi lapar sekali tapi ndak mau mam nasi” ucap jay memegang perutnya dengan bibir mengerucut lucu.

“ayo kita ambil pie buah milik sunghoon” ajak jungwon.

“apa ndak berdosa?” tanya jay.

“jeyi tenang aja nanti won yang minta ke sunoo” jungwon menggenggam erat tangan jay, mengajaknya ke sayap kanan tepatnya ke kamar sunghoon karena sudah pasti sunoo sedang di sandera dipelukan sunghoon.

“sunghoon.. hoon.. bagi pie buahnya ya” pinta jungwon.

“ya ambil aja won” jawab sunoo.

jungwon menutup kembali kamar sunghoon lalu pergi menuju kulkas mengambil pie buah sunghoon made by sunoo.

“enak ga?”

“enak sekali jeyi suka hehe uwon harus coba” jay menyuapi jungwon potongan pie bertopping leci.

“sunoo emang pinter masak, buat kue gitu karena mamanya sunoo tuh tukanh buat kue” jelas jungwon.

“kalo uwon bisa apa?” tanya jay.

“gue sih bisa masak lauk yang biasa lo makan itu” jawab jungwon.

“ih uwon kan udah jeyi bilang lo-gue dilarang” decak jay.

“iya iya sorry”

“udah kenyang ayo ke taman belakang, jeyi tiba-tiba mau main ayunan” ajak jay lalu menarik tangan jungwon.

©callanooia

pukul 1 siang, jungwon juga sunoo sudah sampai di tempat yang sebelumnya sudah dijanjikan GOLDEN sebuah restoran mewah tempat para petinggi melakukan reservasi atau hanya sekedar lunch maupun dinner santai. mereka berdua melangkah memasuki gedung mewah tersebut, kedatangan mereka disambut tatapan selidik oleh satpam dan resepsionis disana.

“permisi dek ada keperluan apa ya?” tanya resepsionis tersebut.

“meja yang sudah direservasi atas nama pak junhui dimana ya mba?” ucap sunoo.

mata resepsionis tersebut tak diam sibuk menilai pakaian jungwon dan sunoo yang terbilang tidak layak namun dia heran mengapa mengenal kerabat pemilik resto ini.

“mba.. halo?” tegur jungwon.

“o-oh iya mari diantarkan oleh pelayan itu” ucap si resepsionis.

jungwon dan sunoo menuju ruangan mewah yang diyakini adalah ruangan yang telah direservasi, baik jungwon maupun sunoo keduanya terperangah kagum maklum saja bahkan rumah mereka saja tidak sebagus ruangan ini.

'padahal cuma ngomongin kontrak babysitter anjir udah kayak mau kontrak kerjasama perusahaan' batin jungwon.

'bapak gue harusnya nyontek desain ruangan ini sih pas mau bikin rumah' batin sunoo.

“silahkan duduk tuan” ucap pelayan tersebut ramah yang dibalas senyuman oleh jungwon dan, sunoo.

jungwon dan sunoo saling bertukar pandang seolah berbicara lewat tatapan mata kemudian tertawa kecil, masing-masing sibuk mengedarkan pandangan hingga pintu terbuka lalu muncullah 4 orang pria tampan.

“sudah lama menunggu kim sunoo?” tanya salah satu pria tampan namun sudah berumur.

“tidak kok pak” ucap sunoo sopan.

jungwon menatap pria dihadapannya sangat manis juga tampan secara bersamaan.

“baik saya akan perkenalkan nama terlebih dahulu, saya junhui selaku yang membuat janji temu hari ini dan disebelah kiri saya ini jay anak saya” ucap junhui memperkenalkan diri dan anaknya yang bernama jay.

“saya jeonghan selaku pemilik restoran ini dan pria manis ini anak semata wayang saya sunghoon” kini jeonghan memperkenalkan dirinya dan juga sunghoon sang anak.

“jay, sunghoon ayo kenalin diri” titah junhui.

“halo aku jay” “halo aku sunghoon” ucap keduanya disertai senyuman.

“halo saya sunoo” ucap sunoo.

“halo saya jungwon” ucap jungwon.

“sunoo dan jungwon tentu sudah tau bukan tujuan kalian datang kemari?” tanya junhui.

sunoo dan jungwon mengangguk, “sudah” ucap sunoo.

“jadi untuk mempersingkat waktu menurut saya biar sunghoon dan jay saja yang menentukan ingin bersama siapa, bagaimana?” usul jeonghan.

“papa.. papa.. hoonie mau sama dia” ucap sunghoon ribut menunjuk sunoo.

“hoonie mau sama sunoo?” tanya jeonghan memastikan.

“iyaaa hoonie mau sunoo pasti sunoo jadi best mate hoonie wah seru sekali” ujar sunghoon terlampau antusias kemudian menatap kearah sunoo yang tersenyum untuk sunghoon, “iyakan sunoo?” pertanyaan tersebut dibalas anggukan oleh sunoo.

“berarti jay sama jungwon ya gapapa?” tanya junhui ke jay.

“sangat senang.. jeiy sangat senang bersama jungwon” ucap jay santai namun tetap antusias.

“karena baik sunghoon dan jay sudah memilih temannya masing-masing jadi ini adalah kontrak kerja kalian jika ada keberatan bisa dibicarakan” jeonghan menyodorkan map berisi kontrak kepada jungwon dan sunoo.

karena merasa tidak dibebankan oleh isi perjanjiannya, jungwon dan sunoo langsung membubuhi tanda tangan diatas kertas tersebut.

“karena waktu saya udah hampir habis, saya harus kembali ke kantor karena ada meeting kalian berempat berkenalan dulu saja jangan lupa hidangannya disantap” ucap junhui.

“saya juga akan pergi karena harus mengecek proyek, baik-baik ya kalian” ucap jeonghan.

“hoonie dan jay ngobrol ya sama teman barunya” ucap jeonghan lalu menepuk pucuk kepala sunghoon dan jay lalu diikuti junhui.

“buat kalian berdua cukup panggil kami om dan jangan terlalu kaku anggap saja kami ayah dari teman kalian” junhui memberi pesan kepada kepada jungwon dan sunoo dan diangguki oleh keduanya.

sunghoon dan jay melambaikan tangannya kearah ayah mereka, selepas itu hidangan pun disajikan membuat mata dua pria sederhana ini berbinar.

“eung.. jungwon apa boleh hoonie duduk disebelah sunoo?” cicit sunghoon.

“ah tentu saja boleh hoon”

sunghoon dan jungwon bertukar tempat sehingga kini jungwon disebelah jay dan sunoo disebelah sunghoon.

“wonie makan yang banyaa yaa” ujar jay yang sedang meletakkan daging ke piring jungwon.

“jeyi juga ya liat nih pipi jeyi kurus banget” ucap jungwon.

“jeyi mau mam banyaa tapi disuap wonie boyyeh?” tanya jay lucu.

“boleh kok” jungwon memberi usapan halus dikepala jay.

jungwon menyuapi jay dengan telaten sesekali menyuapi dirinya sendiri.

melihat hal itu membuat sunghoon sedikit iri, tangannya dibawah ia gunakan untuk menggenggam tangan sunoo membuat sang pemilik tangan menolehkan kepalanya.

“hoonie ingin aaa..” sunghoon membuka mulutnya bermaksud ingin disuapi juga.

sunoo pun menyuapi sunghoon juga membersihkan mulut sunghoon yang belepotan.

“terima kasih cunoo”

“sama sama hoonie”

©callanooia

pukul 1 siang, jungwon juga sunoo sudah sampai di tempat yang sebelumnya sudah dijanjikan GOLDEN sebuah restoran mewah tempat para petinggi melakukan reservasi atau hanya sekedar lunch maupun dinner santai. mereka berdua melangkah memasuki gedung mewah tersebut, kedatangan mereka disambut tatapan selidik oleh satpam dan resepsionis disana.

“permisi dek ada keperluan apa ya?” tanya resepsionis tersebut.

“meja yang sudah direservasi atas nama pak junhui dimana ya mba?” ucap sunoo.

mata resepsionis tersebut tak diam sibuk menilai pakaian jungwon dan sunoo yang terbilang tidak layak namun dia heran mengapa mengenal kerabat pemilik resto ini.

“mba.. halo?” tegur jungwon.

“o-oh iya mari diantarkan oleh pelayan itu” ucap si resepsionis.

jungwon dan sunoo menuju ruangan mewah yang diyakini adalah ruangan yang telah direservasi, baik jungwon maupun sunoo keduanya terperangah kagum maklum saja bahkan rumah mereka saja tidak sebagus ruangan ini.

'padahal cuma ngomongin kontrak babysitter anjir udah kayak mau kontrak kerjasama perusahaan' batin jungwon.

'bapak gue harusnya nyontek desain ruangan ini sih pas mau bikin rumah' batin sunoo.

“silahkan duduk tuan” ucap pelayan tersebut ramah yang dibalas senyuman oleh jungwon dan, sunoo.

jungwon dan sunoo saling bertukar pandang seolah berbicara lewat tatapan mata kemudian tertawa kecil, masing-masing sibuk mengedarkan pandangan hingga pintu terbuka lalu muncullah 4 orang pria tampan.

“sudah lama menunggu kim sunoo?” tanya salah satu pria tampan namun sudah berumur.

“tidak kok pak” ucap sunoo sopan.

jungwon menatap pria dihadapannya sangat manis juga tampan secara bersamaan.

“baik saya akan perkenalkan nama terlebih dahulu, saya junhui selaku yang membuat janji temu hari ini dan disebelah kiri saya ini jay anak saya” ucap junhui memperkenalkan diri dan anaknya yang bernama jay.

“saya jeonghan selaku pemilik restoran ini dan pria manis ini anak semata wayang saya sunghoon” kini jeonghan memperkenalkan dirinya dan juga sunghoon sang anak.

“jay, sunghoon ayo kenalin diri” titah junhui.

“halo aku jay” “halo aku sunghoon” ucap keduanya disertai senyuman.

“halo saya sunoo” ucap sunoo.

“halo saya jungwon” ucap jungwon.

“sunoo dan jungwon tentu sudah tau bukan tujuan kalian datang kemari?” tanya junhui.

sunoo dan jungwon mengangguk, “sudah” ucap sunoo.

“jadi untuk mempersingkat waktu menurut saya biar sunghoon dan jay saja yang menentukan ingin bersama siapa, bagaimana?” usul jeonghan.

“papa.. papa.. hoonie mau sama dia” ucap sunghoon ribut menunjuk sunoo.

“hoonie mau sama sunoo?” tanya jeonghan memastikan.

“iyaaa hoonie mau sunoo pasti sunoo jadi best mate hoonie wah seru sekali” ujar sunghoon terlampau antusias kemudian menatap kearah sunoo yang tersenyum untuk sunghoon, “iyakan sunoo?” pertanyaan tersebut dibalas anggukan oleh sunoo.

“berarti jay sama jungwon ya gapapa?” tanya junhui ke jay.

“sangat senang.. jeiy sangat senang bersama jungwon” ucap jay santai namun tetap antusias.

“karena baik sunghoon dan jay sudah memilih temannya masing-masing jadi ini adalah kontrak kerja kalian jika ada keberatan bisa dibicarakan” jeonghan menyodorkan map berisi kontrak kepada jungwon dan sunoo.

karena merasa tidak dibebankan oleh isi perjanjiannya, jungwon dan sunoo langsung membubuhi tanda tangan diatas kertas tersebut.

“karena waktu saya udah hampir habis, saya harus kembali ke kantor karena ada meeting kalian berempat berkenalan dulu saja jangan lupa hidangannya disantap” ucap junhui.

“saya juga akan pergi karena harus mengecek proyek, baik-baik ya kalian” ucap jeonghan.

“hoonie dan jay ngobrol ya sama teman barunya” ucap jeonghan lalu menepuk pucuk kepala sunghoon dan jay lalu diikuti junhui.

“buat kalian berdua cukup panggil kami om dan jangan terlalu kaku anggap saja kami ayah dari teman kalian” junhui memberi pesan kepada kepada jungwon dan sunoo dan diangguki oleh keduanya.

sunghoon dan jay melambaikan tangannya kearah ayah mereka, selepas itu hidangan pun disajikan membuat mata dua pria sederhana ini berbinar.

“eung.. jungwon apa boleh hoonie duduk disebelah sunoo?” cicit sunghoon.

“ah tentu saja boleh hoon”

sunghoon dan jungwon bertukar tempat sehingga kini jungwon disebelah jay dan sunoo disebelah sunghoon.

“wonie makan yang banyaa yaa” ujar jay yang sedang meletakkan daging ke piring jungwon.

“jeyi juga ya liat nih pipi jeyi kurus banget” ucap jungwon.

“jeyi mau mam banyaa tapi disuap wonie boyyeh?” tanya jay lucu.

“boleh kok” jungwon memberi usapan halus dikepala jay.

jungwon menyuapi jay dengan telaten sesekali menyuapi dirinya sendiri.

melihat hal itu membuat sunghoon sedikit iri, tangannya dibawah ia gunakan untuk menggenggam tangan sunoo membuat sang pemilik tangan menolehkan kepalanya.

“hoonie ingin aaa..” sunghoon membuka mulutnya bermaksud ingin disuapi juga.

sunoo pun menyuapi sunghoon juga membersihkan mulut sunghoon yang belepotan.

“terima kasih cunoo”

“sama sama hoonie”

©callanooia

sunoo menutup pintu kamarnya tenang mereka tidak melakukan hal yang iya-iya kok membiarkan sunghoon merebahkan diri di singgahsananya.

sunoo sejujurnya bingung ingin melakukan apa karena dirinya gugup bersama dengan sunghoon apalagi di safe placenya, jadi dirinya hanya menyibukkan diri merapihkan meja belajarnya yang tidak berantakan.

sunghoon paham sekali bahwa sunoo sedang bingung maka dirinya berinisiatif menyuruh sunoo untuk menghampirinya.

“sunoo sini deh” ucap sunghoon kemudian menepuk space kosong disebelahnya.

sunoo ragu namun tetap menghampirinya, “ada apa?”

“duduk sini”, sunoo duduk disebelah sunghoon yang merebahkan tubuhnya.

sunghoon mendekatkan diri ke sunoo, lalu memeluk pinggang ramping milik sunoo dan memposisikan kepalanya di paha sunoo membuat sang empu terkejut.

“sunoo...” sunghoon menggantungkan ucapannya mengusak perut sunoo dengan wajahnya lalu melanjutkan kalimat yang tertunda, “aku cinta kamu ayo pacaran”

tidak romantis sebenarnya tetapi sukses membuat kupu-kupu didalam perut sunoo berterbangan, sunoo mengarahkan pandangannya menatap sunghoon yang juga menatapnya, saling bertukar pandangan menyatakan perasaan dalam diam sampai sunoo merendahkan tubuhnya lalu mengecup sunghoon tepat dibibirnya.

“ayo”

sunghoon tersenyum, menarik kembali tengkuk sunoo untuk mempertemukan kedua bibir mereka mengungkapkan rasa cinta melalui ciuman manis.

CKLEK

“sunoo minjem brush p— ANJIR MATA GUE” teriak junho heboh.

©callanooia

sunghoon baru saja sampai di rumah sunoo, pintunya memang terbuka karena ada ayah mingyu di halaman depan sedang memperbaiki sesuatu.

setelah bertegur sapa dan dierbolehkan masuk ke rumah, sunghoon melihat sunoo yang berdiam di tangga sedang jingkrak girang dengan mata yang fokus pada layar ponsel.

sangat lucu menggemaskan sesosok sunoo dimata sunghoon, dirinya amat mencintai pemuda itu sangat.

sunghoon mengetik sesuatu di ponselnya membuat sunoo membalikkan tubuhnya lalu terjingkat kaget.

“KAK SUNGHOON AAAAAA MALU BANGET” teriak sunoo heboh.

“awas jatuh sunoo” sunghoon memperingati sunoo.

“putar balik dulu aku mau ke kamar” suruh sunoo.

“gak lah aku mau ikut ke kamar juga” tolak sunghoon.

“eiy gaboleh aku ga izinin”

“ayah kamu izinin kok”

“gamauuuu”

mereka —sunghoon dan sunoo saling bersahut-sahutan seperti tarzan membuat junho yang datang dari taman belakang menepuk keningnya.

“berisik banget anjir udah deh hoon masuk aja ke kamar sunoo” ucap junho menengahi.

“tuhkan boleh” ucap sunghoon.

“yauda deh ayo” ucap sunoo kemudian lebih dulu menuju kamarnya.

“pake pengaman hoon” junho menepuk pundak sunghoon yang hendak menyusul sunoo.

“sinting”

junho tertawa terbahak-bahak sampai azab instan datang membuat dirinya tersedak kuping gajah yang sedang ia makan.

©callanooia

sunoo terduduk di teras rumah eunsang, menunggu sang kakak yang leletnya minta ampun padahal dia juga sama aja.

saat sunoo sedang berkaca di spion motor tak lupa bergumam “yaampun siapa sih ini cakep banget” dan “ganteng cantik manis imut menggemaskan adh adh sunoo merepotkan perasaan makhluk hidup yang melihat dirimu saja”.

tak disadari oleh sunoo bahwa ada seseorang yang memperhatikannya sambil tersenyum gemas.

“tau tuh sunoo negerepotin perasaan orang aja” celetuk seseorang.

“LAH KAMU!?” sunoo kaget dan malu karena ada jodohnya mendengar ucapan alaynya padahal nyata asli dan diakui oleh sunghoon sendiri.

“hai sunoo ketemu lagi kita” sapa sunghoon dengan senyuman di wajah tampannya.

“e—eh hai..” sunoo tersenyum kikuk membalas sapaan sunghoon.

“sunoo ngapain ada dirumah heeseung?” tanya sunghoon.

“jemput kak junho” jawab sunoo kalau boleh jujur dirinya sedang berperang dengan degupan jantungnya agak tidak berdetak 3x lebih cepat dari biasanya.

“adeknya junho ya? pantes sih mukanya mirip junho ganteng adeknya lebih lebih” ucapan sunghoon membuat wajah sunoo memerah.

'kak sunghoon ga sadar apa dia juga ganteng anjir' batin sunoo.

“a..ah kak sunghoon bisa aja kaka juga ganteng kok” ucap sunoo.

“aduh makasih sunoo jadi malu deh dibilang ganteng sama orang ganteng cantik manis imut menggemaskan”

“ish kak sunghoon” sunoo malu rasanya ingin mengubur diri.

akhirnya junho keluar disusul eunsang dan heeseung selaku kakak kandung eunsang.

“lah ada lo hoon” ucap junho.

“mau ngambil laptop gue” jawab sunghoon.

“eh bentar.. kok muka sunghoon sama adeknya junho mirip ya” ucapan eunsang membuat pasang mata disana melirik secara bergantian dari wajah sunghoon ke wajah sunoo.

“jodoh itumah” celetuk heeseung membuat sunoo tersedak.

“eh eh sunoo kamu gapapa?” sunghoon mengusap punggung sunoo membuat heeseung eunsang dan junho heran.

“sus banget kalian” ucap junho.

“kak sunghoon yang nolongin aku tadi” jawab sunoo.

setelah berpamitan, sunoo dan junho pulang menuju rumah mereka namun diperjalanan junho memarkirkan motornya di starbucks.

“ayo mint choco” ajak junho.

“YEY!!”

©callanooia