champagnekiss

Bel masuk skeolah berbunyi, bukannya berada di kelas Hanma malah berada di ruangan yang paling sering dia kunjungi semasa bersekolah disini dibanding kelasnya sendiri, ruang bk.

Di depannya duduk anak komdis yang sepertinya murid baru? Hanma belum pernah melihat gadis ini sebelumnya. Anehnya gadis di depannya sama sekali tidak takut, apa dia tidak tahu reputasi sang 'grimreaper' ini? Biasanya anak komdis yang berhadapan dengannya selalu bergidik ketakutan. Hm, lumayan berani juga anak baru ini.

“Kak Hanma kan? Kakak tahu kan alasan kakak disini kenapa?” Tanya Yuzuha, nama gadis yang duduk di depan Hanma. “Gak tuh” Jawab Hanma iseng, membuat Yuzuha ingin naik pitam untung saja dia sudah terlatih dengan saudara-saudaranya di rumah.

“Yaudah gue langsung ngomong aja ya, serahin anting kakak. Kakak tahu sendiri kan sekolah kita tidak mengijinkan siswa laki-lakinya memakai anting?” Cerocos Yuzuha lantang yang malah membuat Hanma semakin ingin memancing. Ya kalian tahu juga kan skill hidup Hanma tuh kalo ga gelut ya memancing keributan.

“Yaudah copotin anting gue dong” Hanma pikir gadis itu akan marah-marah atau akan berubah menjadi merah padam, namun ekspresi Yuzuha masih tenang dan sama seperti tadi. Malahan Yuzuha mengagetkan Hanma dengan berpindah duduk ke samping Hanma.

“Gue ga tanggung jawab ya kalo sakit kak” Jawab Yuzuha meraih kaitan anting di telinga Hanma. “Aduh sakit, pelan-pelan!” Teriak Hanma ketika Yuzuha mencabut anting pertamanya. “Salah sendiri gamau cabut sendiri kak” Jawab Yuzuha enteng mencabut anting kali ini di telinga kiri Hanma yang membuat Hanma menjerit “Aduh!” sekali lagi.

“You're daring, jangan bilang ini modus karena lo suka gue ya?” Masih aja nih Hanma bisa bercanda padahal telinga nya masih sakit begitu. “Kakak kepedean” Jawab Yuzuha singkat sebelum membuka pintu mengindikasikan Hanma untuk keluar.

“Loh gue di usir nih?” “Bagus kalau sadar, barangnya di kembalikan minggu depan ya” Balas Yuzuha masih dengan wajah tenangnya yang daritadi belum berubah. Hanma pun bangkit berdiri, melangkah keluar dari ruangan bk namun sebelum dia benar-benar keluar, Hanma menoleh ke arah Yuzuha. “Kenapa Kak?” Tanya Yuzuha bingung, 'ini orang daritadi udah aneh sih tapi makin aneh aja ya' begitu kira-kira isi batin Yuzuha.

“Nama lo siapa?” “Itu aja? Shiba Yuzuha nama gue Kak dan sekarang tolong cepat pergi, gue juga mau ke kelas” “Adeknya Taiju ya? Kita kayanya bakal sering ketemu deh mulai sekarang” Ucap Hanma terakhir kalinya dengan senyuman miring khasnya sebelum benar-benar pergi. “Lain kali kalau ke bk ganti rambut ya kak, kaya tugu monas ga cocok!” Teriak Yuzuha setelah Hanma menjauh lalu pergi ke arah kelasnya sendiri.

“Yang ini cocok ga?” Tanya Yuzuha mencoba anting dari etalase salah satu toko perhiasan terkenal. “Cakep lah, apa sih yang ga cocok sama lo?” Tanya Hanma sibuk motrat-motret Yuzuha. “Gombal mulu lo, stop foto-foto gue Hanma” Decak Yuzuha sebal mengambil anting baru untuk dicoba lagi.

“Panggil Shuuji dong” Celetuk Hanma tiba-tiba yang mengagetkan Yuzuha. “Apa?” “Shuuji, kaya dulu. Sebelum kita pacaran aja kamu panggil aku Kak Shuuji kan. Sekarang jangan pakai kak tapi.” “Buat apa sih?” “Kita udah pdkt satu bulan, wajar gak sih gue pengen lo setidaknya manggil nama gue lagi?” Ucap Hanma mendadak serius, Yuzuha tuh suka dag dig dug tiba-tiba kalau mode Hanma yang ini keluar soalnya suka tidak terduga.

“Emang nama lo bukan Hanma?” “Kan itu nama belakang lo di masa depan? Aneh manggil gue pakai nama sendiri kan?” Nah ini dia Hanma balik ke mode minta di gampar. “Yang bilang gue mau nikah sama lo siapa?” “Tadi malaikat bisikin gue begitu” “Malaikat pencabut nyawa?” Hanma hanya tertawa terhadap balasan ketus Yuzuha, Apalagi nama itu merupakan julukannya saat menjadi berandalan. Yah mau bagaimana lagi memang sepertinya belum waktunya. Kali ini Hanma tidak akan terlalu memaksa apa-apa untuk terjadi.

“Pilihin anting yang mana dong buat di beli dong” Ucap Yuzuha menyodorkan serangkaian pilihan anting yang sudah dia seleksi. Hanma memerhatikan satu persafu sebelum menjatuhkan pilihannya kepada dangle earring di tangan Yuzuha. “Yang ini aja kaya gimana?” “Kenapa?” Tanya Yuzuha balik “Kan lo minta gue milihin kok nanya balik kenapa?” “Ya gue minta alasannyaaaa, desainnya kek atau apa gitu kenapa lo milih itu?” Yah sebenarnya ada jawaban spesifik yang Yuzuha harapkan dari Hanma. Kita coba dulu apakah Hanma dapat menjawab pertanyaan ini?

“Karena ini mirip anting matching kita, ingat sejarahnya gak ju?” Ya jelas ingat, kalau ga ingat ga mungkin Yuzuha mancing Hanma seperti ini. “Gue sih inget banget, soalnya itu barang pertama yang lo sita dari gue” Dan maka di mulailah penjelajahan Hanma ke masa lalu mereka.

Suara klakson motor berbunyi di depan rumah Yuzuha di tambah teriakan nama “Jujuuuuuuuuuu!” dengan suara menyebalkan itu, yang di depan rumah Yuzuha tidak lain tidak bukan adalah Hanma. Tetapi yang muncul dari balik pintu bukanlah saudara Shiba yang di inginkan.

“Hanma Shuuji” Panggil lelaki dengan tampang menyeramkan itu, mereka sepantaran sih tapi kalau melihat dari wajah Taiju terlihat seperti bapak-bapak yang sedang mencegat lelaki yang mengajak anaknya kencan. “Shiba Taiju” Panggil Hanma dengan nada santainya seakan mereka berdua tidak punya masa lalu dipenuhi pertikaian. Apalagi sebelum Yuzuha masuk ke SMA mereka, tidak ada hari tanpa perkelahian.

Dua baku hantam terakhirnya dengan Taiju adalah saat setelah Hanma menyatakan perasaan kepada Yuzuha dan yang kedua adalah saat Hanma di putuskan Yuzuha. Saat baku hantam pertama Hanma menang dengan babak belur sedikit, Taiju seperti tipikal kakak-kakak tsundere yang perhatian kepada adiknya mengatakan kalimat yang tentu sangat klise ini “Lewatin gue dulu baru jadian sama Yuzuha” ya beneran di hajar Hanma dong terus di langkahin. Hanma juga pada dasarnya ga ada otak sih.

Pertarungan terakhir mereka dimana Taiju menang telak tanpa Hanma memberi perlawanan sama sekali. Jika mau sebenarnya Hanma bisa menumbangkan Taiju dengan mudah, sakit rasanya ketika hantaman bertubi-tubi melayang di tubuhnya namun Hanma tidak memiliki alasan, tidak memiliki motivasi untuk melawan balik. Hanma merasa kosong. Mengalahkan Taiju? Sudah dia lakukan di tahun sebelumnya. Izin untuk bersama Yuzuha? Dia malah mau saja di lepaskan seperti itu.

Berkelahi sudah lama membosankan, saat Kisaki muncul ada yang berbeda karena Kisaki memiliki tujuan dan rencananya selalu menarik. Lagi-lagi itu bukan tujuannya sendiri, untuk apa perkelahian demi perkelahian yang dia lakukan selama ini? Mungkin gaya hidup? Atau merasa sudah terbiasa? Mungkin, tetapi yang jelas semuanya perlahan mulai berubah ketika Hanma bertemu Yuzuha. Namun terlambat sudah ketika Hanma sadar, dia sedang dihujam habis-habisan oleh Taiju. Yah sekarang mari kita kembali ke masa kini.

“Sekarang lo baru mau ngelawan gue? Maju sini!” Teriak Taiju lantang. “Ga gelut lagi gue, Juju gak suka” Balas Hanma cengengesan yang membuat Taiju semakin ingin menjambak saja rambut dengan style tugu monas dari kepalanya. Sayang sekali pak Taiju gagal karena nona Shiba Yuzuha sudah daritadi berdiri dengan berkacak pinggang di belakangnya.

“Udahan ngomongnya?” Taiju hanya mengangguk pelan, pasrah kalau seperti ini mau bagaimana lagi. Semua orang juga tahu sang penguasa sebenarnya dari tiga bersaudara ini Yuzuha. “Hanma ayo jalan” Sahut Yuzuha melangkah melewati Taiju dan menaiki motor Hanma. “Aye-aye tuan putri, dah Taiju kapan-kapan ketemu lagi ya!” Seru Hanma jahil sebelum melesat pergi dengan Yuzuha meninggalkan Taiju yang menggeram kata-kata kasar kepada Hanma.

Jam pulang sekolah berdering, seluruh siswa langsung bubar menghampiri kendaraan atau jemputan mereka. Dan disinilah Yuzuha, di depan sekolahnya celingukan mencari seseorang dengan rambut seperti tugu monas yang sepertinya tidak akan datang lagi.

“Apa yang lo harepin sih?” Decak Yuzuha kesal kepada dirinya sendiri, sedikit kecewa namun apa sih yang dia harapkan dari seorang Hanma? Baru saja Yuzuha akan berbalik pergi, sosok yang ditunggu-tunggu dengan setelan Jaket kulit hitam yang setia tertempel di badannya sama seperti saat ia masih di bangku SMA.

“Juju” Panggil Hanma dengan ceria, berada di depan gadis itu dengan motornya yang sepertinya belum di modifikasi lagi semenjak SMA. “Coba aja lo 5 menit lagi sampainya, sudah gue tinggal lo” Ucap Yuzuha ketus yang disambut dengan godaan dari Hanma seperti biasa. “Cie artinya Juju nungguin nih?” Hanma tahu Yuzuha paling benci dengan orang jam karet, mana mungkin dia bisa telat untuk hari pertamanya mengejar kembali Yuzuha? “Gak!” Balas Yuzuha langsung ketus, tapi tetap saja jok belakang Hanma dinaikinya.

“Nih helm kamu” Hanma memberikan helm dengan motif garis-garis berwarna pink kepada Yuzuha. “Lo masih nyimpen?” “Iyalah, lihat aja nih helm gue kita matching kan” Celetuk Hanma dengan memperagakan jarinya yang menunjuk helm dengan motif kembar, bedanya hanya terletak di warna saja dimana helm Hanma memiliki warna abu-abu. “Ayo pergi” sahut Yuzuha setelah selesai memakai helmnya, kemudian melesatlah kedua muda mudi itu dari TKP.

“Mau kemana nih Ju?” Ucap Hanma mematahkan keheningan. “Pulang aja” Jawab Yuzuha singkat, sejujurnya Hanma bisa dikatakan sedikit kecewa namun bagaimana lagi? Namanya usaha pertama tidak mungkin berjalan mulus sekali. “Baik tuan putri” “Hm” Balas Yuzuha singkat, kalau seperti ini terus bagaimana Hanma bisa melanjutkan masa pendekatan kembali ini???? Bisa-bisa pupus duluan sebelum sampai di kediaman Shiba.

“Ju, inget gak cerita dibalik helm kita berdua ini?” Tanya Hanma mengajak nostalgia untuk sebuah kemajuan “Gak penting” Jawab Yuzuha masih dengan nada ketus, untung saja Hanma ini berhati baja atau lebih tepatnya memang tidak peduli dengan nada ketus Yuzuha. “ Inget-inget lucu gak sih? Lo beliin helm biar gue gak terlalu ugal-ugalan naik motornya, aku malah beliin kamu helm biar kamu ga khawatir sama keselamatan kepala kamu” Celoteh Hanma terkekeh mengingat masa lalu mereka berdua, sungguh hadiah 1 bulanan jadian yang tak akan pernah dia lupa.

“Lo sih ga pernah pake helm, dipikir lo kalo ketiban tiang kagak mati apa?” Masih ketus, namun setidaknya ada respon yang membuat Hanma tersenyum. Bagaimanapun ini tetap sebuah perkembangan bukan? Dan lalu lanjutlah kedua insan itu membuka masa lalu mereka, tentu yang menyenangkan sampai akhirnya tak terasa mereka sudah sampai di depan kediaman Shiba saja.

“Makasih Hanma, nih helm nya” Yuzuha turun dari motor Hanma lalu menyodorkan helm yang tadi dia pakai namun langsung di tolak oleh Hanma. “No, keep it babe. Kan mulai saat ini gue yang bakal jemput?” Balas Hanma dengan memberikan wink yang uhh menurut Yuzuha sangat menyebalkan.

“Apa sih” Ngomongnya sih begitu tapi helmbya tetap dibawa, hm. Yuzuha membuka pagar rumahnya, dan tanpa sadar dia diam menunggu Hanma untuk turun. Lalu Yuzuha menoleh kebelakang dan ah, iya ya mereka kan sudah putus. Hanma tentu saja tidak akan mampir seenak jidatnya lagi sekarang.

“Kenapa Ju?” Tanya Hanma bingung melihat Yuzuha terdiam seperti itu, “Nggak, gak ada apa-apa. Gue masuk dulu” Ucap Yuzuha sebelum benar-benar menghilang masuk kedalam rumahnya. Hanma sedikit kebingungan, but overall this day is a success so who cares?

Anak-anak Toman lagi ngumpul asik di warung Tenjiku punya nya Izana. Jadi ceritanya gini, dua tahun lalu waktu Izana lulus, Izana memutuskan untuk tobat berantem dan daripada kuliah buka warung samping bengkel Shinichiro jadi saling melengkapi gitu ea. Aslinya doi mah males kuliah tapi mau uang jadilah warung Tenjiku ini, cuan jalan gaperlu kuliah, win win solution buat Izana. Oke gapenting, next.

Lagi ribut tuh, Baji sama Smiley saling angkat-angkatan kerah, Takemichi kaya biasa berusaha melerai, Draken sama Mikey malah pasang taruhan, Hakkai mah ketawa-tawa aja liat Angry marah-marah dukung kakaknya. Mau tau penyebabnya apa? Karena Baji tim bubur tidak di aduk dan Smiley tim bubur di aduk. “Psikopat lo suka bubur di aduk!” “Mendingan gue psikopat dairpada elo, limbad kw yang gatau sensasi bubur diaduk!”

Gitu terus deh daritadi terus tiba-tiba 'Srek!' bunyi tirai warung dibuka. “Hanma! Tumben kesini lo?! Kurang ajar ya lo lama kagak ngunjungin gue!” Seru Izana bersemangat menyambut pria yang baru saja masuk ke dalam warung tersebut. “Baru sempet banggg” sahutnya balik, mereka sih ketawa-tawa. Anak Toman lain mah tetap ga tahu malu, masih aja tuh Baji sama Smiley berkelahi, bentar lagi jadi bahan gosipnya Hanma nih ditunggu aja deh.

“Gue masih kesel ya sama lo ga nepatin janji join warung sama gue, malah sok jadi anak arsitektur padahal kelakuan tawuran mulu” Cerocos Izana “Maaf bang, tapi udah tobat gue” Jawab Hanma dengan senyuman alim yang langsung dicibir Izana. “HALAH, lo nyari siapa kesini?” “Tau aja lo bangggg, nyari adek lo si mickey mouse” “MIKEY WOIIIII DICARI HANMA NIH LO” Teriak Izana kepada adiknya yang masih nyemil kacang sukro menonton pertarungan Baji dan Smiley. “Malesssss, kan kemaren udah gue bilangin gabisa” Balas Mikey acuh. “Gitu jawabnya” Izana emang gitu suka comical tiba-tiba, Hanma cuma bisa gehela nafas kasar aja “Iya bang, gausah diperjelas. Gue masuk aja dulu ya” Dan akhirnya setelah penantian lama Hanma masuk warung juga.

'ADUH DIA NGAPAIN JALAN KESINI ANJRIT' Jerit Hakkai yang melihat Hanma berjalan ke arahnya, Hakkai kan aslinya penakut. Badan doang gede, aslinya mah manja. “Hakkai” Ucap Hanma serius dengan muka yang duh serem abis kalau kata Hakkai yang sedang ketar-ketir. “I-Iya napa bang?” Jawab Hakkai berusaha terdengar tenang padahal sudah mau pipis di celana tuh. Andai saja Hakkai tahu kejadian selanjutnya yakin deh gabakal takut kaya gini. “Please mintain Juju buat unblock gue!!!” Udah teriak, nadanya memelas, mana dramatis banget ini sambil sujud depan Hakkai. Hakkai langsung tercengang, ini beneran bang Hanma kan???? Hakkai tahu Hanma bucin Yuzuha tapi gatau ternyata bucinnya sudah akut sampai jadi orang tolol gini. Satu warung shock, Baji dan Smiley langsung berhenti berdebat dan malah foto Hanma untuk di post ke Twitter, ada juga Izana yang langsung ambil hp mendokumentasi seluruh kejadian ini, Takemichi mah bingung banget kok hari ini bisa kaya gini sih???

“Duh gabisa bang, itu mah tanyain teteh sendiri ga berani gue” Karena bagaimanapun menyeramkannya Hanma lebih seram Yuzuha yang sedang marah, bulu kuduk Hakkai saja sudah merinding memikirkannya. “Ayolah Kai gue mohon banget rayu kakak lo deh, lo kan adek kesayangannya. Apalah gue hidup kalo diblok Juju!!!” Ujar Hanma dengan wajah memelas, satu warung langsung mau muntah mendengar perkataan Hanma. “DANGDUT BENER, SIA-SIA LO KULIAH HAN, MENDING GOMBALAN GUE!!” Seru Izana tetapi tetap setia mendokumentasi, kapan lagi bro liat Hanma kaya gini. Baji mah manggut-manggut, ga ngerti lagi deh gue sama jamet satu ini.

Karena dasarnya Hakkai orangnya gaenakan dan berhati lembut, yaudah deh. “Oke deh bang gue bilangin ke teteh, tapi dengan satu syarat” Ucap Hakkai dengan nada serius, ekspresi Hanma langsung berubah menjadi antusias “Apa? Sebutin pasti gue genapin” “Bayarin tagihan motor gue di Bang Shinichiro dong... Bang Taiju udah gamau lagi buat tahun ini”

Memang di hidup ini selalu ada udang di balik bakwan, untung aja Hanma bucin tolol. “ELO SIH UGAL-UGALAN MULU HADEH, tapi iya deh ntar gue bayarin apa sih yang nggak buat adik ipar” Jawab Hanma dengan senyuman terlalu pede yang membuat Hakkai agak geli, tapi mau gimana lagi? Motornya harus diperbaiki. “Oke, jadi deal nih?” Hakkai mengulurkan tangan yang langsung dijabat oleh Hanma “Deal” dan itu lah kisah bagaimana perjanjian KWT (Konfrensi Warung Tenjiku) di buat.

“Yoimiya, di lapangan ada apa sih ribut bener?” Tanya Lumine tanpa sama sekali mendongak dari tumpukan proposal yang menggunungi mejanya. “Tadi Kak Ajax ga sengaja lempar bola ke anak kelas satu sampai pingsan, padahal lemparannya ga ke arah anak itu lho” “Hoo, palingan Bennet” Sudah menjadi pengetahuan umum kalau Bennet memiliki peruntungan yang sangat buruk bagi yang mengenalnya, jadi Lumine sama sekali tidak kaget. “Lo kenal ya? Terus cewe chuunibyou sebelahnya pacarnya ya?” “Fischl tuh, seinget gue belum. Napa nanya lo naksir ya?” Celetuk Lumine iseng “Ga minat brondong, tapi dia cute” “HOOO?” “Ya gapapa kan??? Enak dipandang” Jawab Yoimiya santai tak berubah sama sekali walau sudah digoda Lumine. “Ah nyerah gue sama lo, terlalu carefree untuk di jailin. Daripada nontonin anak-anak baru di mos, bantuin gue urus revisi proposal!” Dan begitulah aktivitas mereka berdua berlanjut hingga jam makan siang.

Jam makan siang dimana orang-orang seharusnya berebut antrian di kantin malah dipakai Lumine untuk mencari Jean. Maklum anak organisasi gini nih sibuknya. Alih-alih bertemu Jean yang muncul di hadapannya malah Ajax, orang yang paling tidak dia butuhkan saat ini. “Ojou chan, mau kemana?” tanya Ajax menggoda Lumine seperti biasa. “Cari Kak Jean, minggir lo” Balas Lumine ketus, ia benar-benar tidak punya waktu untuk meladeni Ajax saat ini. “Galak amat sih, dengerin permintaan aa cakep ini dulu baru boleh pergi deh” “Ya sudah, apa?” Lumine pun menghela nafas kasar, semoga saja bukan permintaan aneh-aneh. “Bareng sama gue ke party Huffman” Ucap Ajax riang, ah Lumine jadi tidak tega untuk mematahkan wajahnya yang berseri itu. Tapi tentu saja bohong, kapan Lumine tidak tega terhadap Ajax? “Pasti mau lah ya, yakali ga mau-” “Nggak, udah ada janji” Ucap Lumine tegas memotong perkataan Ajax sembari melewatinya mencari Jean. “EEH, OJOU CHAN SERIUS NIH?” Teriak Ajax heboh sambil mengejar Lumine yang sedang mengejar Jean. Hari itu di tutup dengan mereka kejar-kejaran hingga bel sekolah berdering.

“Ajax, ajax!” sorak kerumunan manusia di pinggir lapangan untuk si pemuda jangkung yang sedang menembakkan bola ke ring basket. “Dan... masuk!!” Ujar sang komentator setelah bola yang ditembakkan masuk ke dalam ring.

“Sekian demonstrasi dari tim basket, apa ada yang mau jadi volunteer?” “SAYA MAU KAK!!!” Teriak anak berambut ash blonde yang disauti oleh gelengan kepala dari gadis berambut blonde disebelahnya dengan penutup mata. “Hati-hati... Bennet...” Ucap teman anak lelaki itu yang berambut abu-abu. “Tenang Razor, Bennet gabakal kenapa-napa kok! Iya gak Fischl?” Serunya dengan semangat, gadis yang ditanya hanya menghela nafas panjang. “Bahkan Oz saja tidak akan membiarkanmu ikut berpartisipasi...” “EH KENAPAAAA?!” Jawab Bennet panik, tapi tetap saja ia pergi ke lapangan untuk demonstrasi.

Baru saja Ajax mencontohkan Bennet cara menembak bola, bola basketnya dengan arah yang aneh malah mengenai kepala Bennet menyebankannya terjatuh dan terkapar di tanah. “BENNET!” “Bennet...” Seruan terkejut dari dua sahabat Bennet yang langsung lari menghampiri Bennet di tengah lapangan. Sang pelaku alias Ajax hanya diam membantu, yang paling shock memang dia sih. Selama ini tembakannya tidak pernah meleset, kok kali ini bisa-bisanya????

Kerumunan manusia di pinggir lapangan langsung heboh dan ribut. Baru saja sang Jean akan memasuki lapangan untuk menenangkan kerumunan, teriakan Fischl mendahuluinya. “KAK- EH SIAPA SIH NAMA KAKAK, GATAU. TANGGUNG JAWAB BANTU BOPONG BENNET KE UKS DONG, BISANYA BENGONG AJA IH. COBA AJA ADA OZ DISINI AKU GAMINTA TOLONG KAKAK KALI???!” Shock Ajax makin menjadi-jadi, ada anak baru yang tidak tahu nama dia???

Tetapi dia siap tanggap kali ini dan segera menggendong Bennet di punggungnya ke UKS. Buat yang bertanya-tanya, Oz itu peliharaan gagak Fischl. Dengan acara itu maka sayang sekali demonstrasi eskul hari itu dihentikan mendadak dan akan bersambung ke hari Senin.

“Ajax, ajax!” sorak kerumunan manusia di pinggir lapangan untuk si pemuda jangkung yang sedang menembakkan bola ke ring basket. “Dan... masuk!!” Ujar sang komentator setelah bola yang ditembakkan masuk ke dalam ring.

“Sekian demonstrasi dari tim basket, apa ada yang mau jadi volunteer?” “SAYA MAU KAK!!!” Teriak anak berambut ash blonde yang disauti oleh gelengan kepala dari gadis berambut blonde disebelahnya dengan penutup mata. “Hati-hati... Bennet...” Ucap teman anak lelaki itu yang berambut abu-abu. “Tenang Razor, Bennet gabakal kenapa-napa kok! Iya gak Fischl?” Serunya dengan semangat, gadis yang ditanya hanya menghela nafas panjang. “Bahkan Oz saja tidak akan membiarkanmu ikut berpartisipasi...” “EH KENAPAAAA?!” Jawab Bennet panik, tapi tetap saja ia pergi ke lapangan untuk demonstrasi.

Baru saja Ajax mencontohkan Bennet cara menembak bola, bola basketnya dengan arah yang aneh malah mengenai kepala Bennet menyebankannya terjatuh dan terkapar di tanah. “BENNET!” “Bennet...” Seruan terkejut dari dua sahabat Bennet yang langsung lari menghampiri Bennet di tengah lapangan. Sang pelaku alias Ajax hanya diam membantu, yang paling shock memang dia sih. Selama ini tembakannya tidak pernah meleset, kok kali ini bisa-bisanya????

Kerumunan manusia di pinggir lapangan langsung heboh dan ribut. Baru saja sang Jean akan memasuki lapangan untuk menenangkan kerumunan, teriakan Fischl mendahuluinya. “KAK- EH SIAPA SIH NAMA KAKAK, GATAU. TANGGUNG JAWAB BANTU BOPONG BENNET KE UKS DONG, BISANYA BENGONG AJA IH. COBA AJA ADA OZ DISINI AKU GAMINTA TOLONG KAKAK KALI???!” Shock Ajax makin menjadi-jadi, ada anak baru yang tidak tahu nama dia??? Tetapi dia siap tanggap kali ini dan segera menggendong Bennet di punggungnya ke UKS. Buat yang bertanya-tanya, Oz itu peliharaan gagak Fischl. Dengan acara itu maka sayang sekali demonstrasi eskul hari itu dihentikan mendadak dan akan bersambung ke hari Senin.

Waktu-waktu ajaran tahun baru sudah bergulir kembali, siapa yang paling disibukkan dari semua itu? Tentu saja sang Ketua OSIS, Jean Gunnhildr yang tidak saja harus memegang acara penyambutan murid baru, Jean juga diburu proposal-proposal untuk acara sekolah yang akan diadakan sebentar lagi. Di posisi kedua ada Lumine, si ketua seksi acara, tukang menagih proposal dan pemburu Jean. Sudah dua jam Jean diburu namun batang hidungnya tidak tampak sama sekali. Lumine pun memutuskan untuk beristirahat sebentar ke tempat orang favorit nya di seluruh sekolah ini suka berdiam diri.

“Dain!” seru Lumine ketika tiba di halaman belakang sekolah menghampiri Dainsleif yang seperti biasa sedang bermain dengan kucing. “Lumine? Tumben kamu kesini” “Iya mau istirahat dulu, aku capek ngejar Kak Jean gak dapat-dapat” Ujar Lumine yang mengambil tempat duduk di sebelah Dainsleif. Tanpa aba-aba Lumine langsung menggelantungkan tangannya di lengan Dainsleif. Ini bukan kejadian sekali dua kali namun tetap saja selalu berhasil membuat jantung Dainsleif sedikit berdetak lebih cepat walau wajahnya yang kaku itu tidak menampakkannya. Dainsleif mengusap pelan rambut gadis di sampingnya, membuat bibir Lumine naik menunggingkan senyum manisnya pertama kalinya di hari ini. Ini adalah sisi Lumine yang tidak di tahu orang lain, sisi manjanya yang hanya diperlihatkan dengan manis untuk sang pujaan hati. Sisi yang hanya diketahui Dainsleif dan dia sendiri. Walau entah hubungan ini akan kemana, tergantung tanpa arah.

Pesta Diluc

Momen ketika Ajax dan Lumine memasuki ruangan semua mata langsung tertuju pada mereka. Mereka berhasil merebut perhatian semua orang, bahkan melepas perhatian yang ulang tahun hari itu, Diluc Ragvindr dan si kekasih Ketua Osis Jean Gunnhildr. Jean dari jauh sudah mengisyaratkan ucapan terima kasih kepada Lumine sebelum menyelundup keluar bersama Diluc. Ntah mau pergi kemana malam ini dua sejoli itu. “Hhh, awas aja ya Kak Jean kalo besok ketemu lo utang ya sama gue” dumel Lumine kecil-kecilan. Ajax mah tidak tahu, terlalu bahagia sama sibuk show off akhirnya dia bisa dapat satu 'date' dengan Lumine.

Baru saja datang ke pesta langsung di serbu, kalau kamu Lumine bagaimana reaksimu? Penat bukan? Ada dua alasan Lumine dan Ajax ramai dikerumunin orang, yang pertama gosip dan yang kedua proker beserta proposal yang tiada akhir. Karena tidak sempat bertemu Lumine di sekolah, disini lah Lumine di incar. Jean juga daritadi bukannya merayakan ultah kekasihnya malah di hujam oleh tuntutan dan pertanyaan mengenai proker-proker dan proposal. Maklum Lumine kan ketua seksi acara, jadi ya mau bagaimana lagi.

Tiba-tiba pintu lagi-lagi terbuka, dan tebak siapa yang datang? Aether dan Dainsleif. Wajah Lumine langsung sumringah melihat Aether, tanpa pikir panjang Lumine langsung menumbalkan kembarannya itu untuk berbagi beban dengan dirinya. “Setengahnya yang disini tanya aja ya ke waketos, tuh baru dateng di depan pintu” Setengah orang yang mengerumuni Lumine pun berganti mengerumuni Aether yang langsung kewalahan dan kaget dikerumuni seperti ini “Jancok lo” gerak bibir Aether kepada Lumine yang membalasnya dengan mengeluarkan lidah iseng.

Di saat itu lah baru Lumine melirik Dain, Lumine hampir saja lupa bahwa ia sudah menyuruh Aether membawa Dain. Dain kali ini berpakaian dengan rapi dan tampan seperti biasanya, Lumine bisa merasakan detak jantungnya berdegup sedikit lebih kencang. Terlalu lama menatap, mereka pun melakukan eye contact. Lumine ingin melambai pada Dain untuk menyapanya, tetapi apa yang dia dapatkan? Dain malah menjauh pergi entah kemana. Aah, sudah berapa kali Lumine mendengar hatinya remuk untuk kesekian kalinya hari ini?