Jemari ini jangan kau lepaskan
Kelulusan sebentar lagi tiba, tidak sabar akan ada angkatan baru lagi yang menyandang status alumni dari NRC. Patricia Venenum adalah salah satu dari para pelajar tersebut, hanya kembali ke sekolahnya karena festival yang akan diadakan Februari ini. Sudah lama ia tidak berjumpa dengan kasur tercintanya di asrama kesayangannya. Tak terasa sebentar lagi ia akan lulus, Patricia pun tersenyum tipis membayangkannya. Tidak lama lagi dia akan menyusul Vil yang sudah menunggunya. Tak lama sendiri didapatkannya, ketukan pintu baru saja dilayangkan. Dibukanya lah si pintu hanya untuk melihat sang kekasih yang sudah menjadi alumni dari tahun lalu.
“Kenapa disini? Tidak bosan mengunjungiku waktu intern, Leona?” Tanya si gadis penuh senyum jahil, “Tidak, aku kangen melihat wajah kekasihku, apa salah?” Lelaki di depannya biasanya membalas dengan balasan sarkastik, kali ini dibalas dengan senyuman jahil yang sama.
“Salah besar kalau tidak membawa sesuatu,” Jawab si gadis tidak mau kalah, yang hanya dibalas dengan gendongan tidak terduga dari Leona yang seketika membuat Patricia teriak.
“Leona, turunkan aku!” Pintanya keras, takut dijatuhkan Leona badannya. Pada akhirnya dijatuhkan juga sang gadis, kembali ke kasurnya disusul Leona yang langsung ikut berbaring juga di samping si gadis untuk memeluknya.
Percakapan dimulai dari Patricia menceritakan tentang kehidupan magangnya yang sedikit jauh dari Vil untuk pertama kalinya dengan Leona sebagai pendengar yang ingin membakar kosakata Vil dari mulut Patricia. Namun pembicaraaan mereka` terus mengalir, celoteh ria terus bergilir hingga ke topik masa depan.
“Sekarang, apa yang akan kamu lakukan di masa depan?” Tanya Leona.
“Mungkin tetap berlanjut di bidang ini, kembali merajut mimpi yang aku punya bersama Vil. Atau… ah, entah rasanya aku tidak mau ngapa-ngapain saja.” Balas Patricia menghela nafas.
“Mau menikah denganku?” Langsung di detik itu juga Patricia tertawa terbahak-bahak, membuat Leona kesal saja padahal dirinya serius.
“Menikah denganmu mah malah menambah beban, istri pangeran bukanlah sesuatu yang aku bisa sanggupi. Tapi…” Tiba-tiba senyum simpul muncul di wajahnya. “Jika seseorang melamarku dengan pink diamond 24 carat dengan emerald cut, aku tidak akan menolak.” Disini Patricia hanya bercanda, namun kalian tahu jika itu Patricia Venenum, mana mungkin akan ditanggapi sebagai candaan oleh Leona Kingscholar.
Keesokan harinya, Patricia sudah bersiap-siap melanjutkan magangnya dan kembali, suara ketukan terdengar di pintu.
“Kalau kamu Leona, masuk saja!” Teriak Patricia. PIntu pun dibuka dan ditutup kembali, tetapi tidak ada satu patah kata yang keluar dari mulut Leona, bahkan sapaan aja tidak.
“Leona, jangan berdiri dan diam saja disitu, ayo bantu aku packing-” Seketika Patricia yang tadinya marah-marah, berbalik tertegun ketika melihat pemandangan di balik punggungnya tadi. Leona Kingscholar dengan satu lututnya dibawah dan di tangannya ada cincin emas dengan berlian pink 24 karat dengan emerald cut, persis yang diminta Patricia kemarin.
“Jadi? Aku sudah membawakanmu cincin persis seperti yang kamu minta, maka kamu tidak punya pilihan lain selain menikahiku, bukan?” Senyum penuh kemenangan terpampang di wajahnya, skakmat. Patricia Venenum tidak punya jalan keluar lagi bukan?
“Kamu menyiksa siapa sampai membuatkan cincin yang sulit ditemukan dan dibentuk seperti ini dalam satu hari?!” Balas Patricia masih terheran-heran, tentu tangannya menjauh ke arah belakang punggungnya tapi, terlambat. Leona menarik tangannya terlebih dahulu.
“Ini punya keluarga kerajaan dan jangan menghindar Venenum!” Hardik Leona kesal tangannya Patricia terus menggeliat berusaha keluar dari genggamannya, susah dipaksa masuki cincin yang dibawanya.
“Aku cuma bercanda kemarin! Tidak, tidak, Leona!” Teriak Patricia, tapi apa daya genggaman Leona lebih kuat dan masuklah cincin itu ke jari manis kirinya.
Patricia Venenum mau pingsan saja rasanya, ini cincin keluarga kerajaan mengingat dirinya yang suka sembrono soal barang bagaimana jika cincin ini rusak, lebih buruk lagi hilang? Coret, yang paling buruk adalah bagaimana jika dia berpisah dengan Leona Kingscholar? Cincin yang tidak seberat itu bagai menghantam jemarinya dengan ekspektasi dibaliknya.
“Jangan menjadi hipokrit!” Balas Leona, dan betul Patricia paling benci orang seperti itu, namun jika di situasi seperti ini… “Aku memang hipokrit, semua manusia pernah hipokrit Kingscholar!” Adu argumen pun kembali dimulai. Hingga genggaman Leona tanpa sadar merenggang dan Patricia hampir sukses melepaskan dirinya dari itu, kata kunci: Hampir. Sebelum Leona untuk terahir kali memegangnya sedikit erat.
“Patricia, ini bukan langsung untuk sekarang. Kapan kamu mau menikahiku, itu urusanmu, kamu yang tentukan. Tapi, jemari ini jangan pernah kamu lepaskan.”
Dan di momen itulah Patricia Venenum menghentikkan perlawannya. Kini matanya bertemu dengan milik sang pangeran kedua dan Patricia merasa betapa bodohnya dia sempat ragu. Jika bukan Leona Kingscholar, siapa lagi yang akan dia habiskan sisa hidup bersama?
“Iya, tidak akan kulepaskan.” Sahut Patricia pelan, senyum mengembang di pipinya. Giliran mata Kingscholar yang berseri sekarang, berdirilah dia dan sepasang kekasih remaja itu bertemu dalam ciuman manis dan lembut pertama mereka dengan status tunangan.
…….
Tahun silih berganti dan kini, Patricia dan Leona yang sudah lebih dewasa dari mereka yang dulu sedang makan malam seperti biasa. Tidak ada acara yang spesial, namun setiap waktu yang mereka bisa habisi bersama membuatnya terasa spesial.
“Leona, sepertinya aku sudah siap.” Ujar Patricia tiba-tiba, entah dari mana datangnya yang jelas topik pembicaraan mereka malam ini tidak ada yang menyentuh topik ini.
“Siap untuk apa?” Tanya Leona santai, dia tidak akan menduga kata berikutnya yang akan bergulir dari bibir kekasihnya di detik berikutnya.
“Menikahimu.”Jawab Patricia santai, giliran Leona yang terkaget, steak di depannya hampir disemburkannya ke meja makan. Bahagia? Tentu saja luar biasa bahagia, tapi Leona perlu tahu apa yang membuat si gadis akhirnya memutuskan keputusan ini, dia pikir mungkin tambahan 5 tahun lagi dan itu pun harus Leona yang mengingatkan.
“Kenapa mendadak, tumben?” tanya Leona setelah minum seteguk gelas air.
“Tidak mendadak ataupun tiba-tiba, aku cuma merasa ini waktu yang tepat. Sudah ku pikirkan matang-matang beberapa bulan ini. Atau jangan-jangan kamu yang sudah tidak mau bersama denganku?”
Kalimat terakhir tentu saja hanyalah candaan, mana mungkin Leona Kingscholar akan berpaling ke yang lain, mendengar nama yang lain saja sudah tidak mau karena cuma Patricia Venenum seorang yang dia cintai. Mungkin ini kesannya lebay atau dilebih-lebihkan tapi Leona bersumpah, memang cuma Patricia seorang yang dia inginkan dan tahu bisa menjalani hidup bersama sampai akhir hayat.
“Jangan membuatku kesal Patricia, kalaupun ini kamu cuma ngelantur akan kunikahkan kamu besok karena tidak ada penarikan kembali.”
Balas Leona tegas. Jujur, kehidupan sebagai anggota keluarga kerajaan dan tanggung jawabnya, sempat membuat Patricia takut dan kabur dari perasaannya. Tapi, dia yakin dia bisa mendiskusikan sesuatu sehingga bisa tetap bekerja dan menikahi Leona, memang sih hidupnya menjadi sedikit lebih rumit namun apa yang tidak atas nama cinta, bukan?
“Iya aku yakin kok,” Patricia lalu meraih jemari Leona diujung meja di depannya.
“Kali ini giliranmu, jemari ini jangan sampai kamu lepaskan.” Senyum Patricia melebar dan begitu pula dengan Leona, sepertinya sebentar lagi akan ada pengumuman dari keluarga kerajaan Sunset Savanna mendatang