crystalfliexs

“tham, mau ke kelas Kak Kaveh?? ikut dong” Wriothesley menepuk pundak Alhaitham yang hendak turun ke lantai bawah. Alhaitham hanya mengangguk. Lalu kedua mulai berjalan ke lantai bawah.

Tangga dekat dengan kelas 12 ips, yang pasti bakal mereka lewati nantinya. Kesempatan itu digunakan untuk melihat sosok bersurai putih yang biasanya duduk di dekat jendela. Kepala Wriothesley sengaja menyembul dari balik pintu, namun tak ada siapapun yang duduk di bangku tersebut. Hanya tersisa tas ransel bewarna biru tua saja.

“Wriothesley... ya??” suara tersebut membuat Wriothesley reflek menoleh kebelakang, kedua manik bewarna violet itu menatap mata nya yang bewarna abu kebiruan. Tak pernah ia sedekat ini dengan sang pujaan hati, tubuh nya mendadak membeku ketika dapat melihat wajah lembut bak purnama begitu dekat dengannya setelah selama ini hanya dapat memerhatikan dari jauh.

“eh... aku salah orang ya?” Neuvillette mengerutkan dahinya, ia ingat betul wajah Wriothesley namun kenapa respon nya seperti itu?? Neuvillette jadi ragu.

“e-enggak kak...” Wriothesley memalingkan pandangannya ke arah lain, tangannya basah karena gugup mendengar suara lembut yang mengalun bak musik favorit nya.

“sebentar ya payungnya, aku ambil dulu...”

“gausah kak!” pangkas Wriothesley, langkah Neuvillette terhenti.

“aku udah ada mantel kok, payungnya juga jarang kepake. jadi kakak pake aja”

“aduh jangan begitu, aku ga enak. Yang kemarin juga aku belum ngucapin terimakasih yang bener ke kamu” ucap Neuvillette lalu menggaruk tengkuknya. Pipi Wriothesley kemudian memerah melihat betapa menggemaskan nya Neuvillette.

“gapapa, gimana kalau gantinya...” Wriothesley menarik nafas, memikirkan kata kata selanjutnya. Ia lalu melirik ke arah Neuvillette yang menatapnya dengan tatapan penasaran yang sangat, menggemaskan.

“belajar bareng?”

kaveh menghembuskan nafas kasar, ia sedang tidak mood untuk berinteraksi dengan orang orang sekarang. Dia sendiri juga bingung, males aja pikirnya. Kaveh duduk di salah satu kursi, mengawasi jalannya pameran yang di laksanakan di auditorium sekolah sembari sesekalai berkeliling.

“Kaveh.” darah kaveh langsung berdesir mendengar suara yang kini menggema di telinganya, ia berbalik. Alhaitham kini tengah berjalan menuju ke arahnya dengan jas yang bewarna hijau tua bergelayut di lengannya.

“pake, gua ga jaga pameran.” ucap Alhaitham sembari memberikan jas nya kepada Kaveh, beruntung pencahayaan ruang pameran remang remang. Kaveh sudah bisa merasakan betapa panas dan memerahnya Wajahnya.

“o-oh? iya makasih.” Kaveh tersenyum sembari menunduk. Sayang sekali Kaveh menunduk, padahal Alhaitham ingin melihat senyumnya.

Tanpa berkata kata Alhaitham kemudian sudah menghilang saja entah kemana. Kaveh menggengam erat erat jas yang bewarna hijau tua tersebut. Wangi Alhaitham masih lengket di jas tersebut, lagi lagi Kaveh memerah sebelum akhirnya membalut tubuhnya dalam jas tersebut.

Wangi tubuh Alhaitham begitu candu. Seperti segar seperti embun pagi, sedikit manis seperti kayu manis.

Kaveh tak mengira bahwa jas Alhaitham akan sedikit kebesaran di tubuhnya, Kaveh mengira akan pas karena jika dilihat lihat tubuh mereka tak beda jauh. Apa mungkin karena bahu Alhaitham lebih lebar? atau saja karena tubuhnya lebih berisi?

Kaveh tidak peduli, moodnya terasa lebih baik sekarang. Ia mengelilingi dan mengawasi ruang pameran tanpa senyum meninggalkan wajahnya.

Di kejauhan, Alhaitham berdiri dengan Kamera di tangannya. Ia lupa kamera siapa namun pastinya milik seksi dokumentasi. Tangannya tak henti hentinya memotret Kaveh, senyum tipis terlukis di wajahnya.

Ketika Kaveh dari jangkauan, Alhaitham mulai membuka satu satu hasil jepretannya. Dari hal ini ia dapat menarik satu kesimpulan, bahwa Kaveh begitu sempurna dari segala sisi.

Kaveh menghadap Alhaitham sembari memajukan bibirnha beberapa senti, ia lalu membuang mukanya ke arah lain sembari menidurkan kepala di atas lipatan tangannya. Alhaitham bingung, namun sedetik kemudian senyum tipis, lebih tipis dari kertas terlukis di bibirnya.

“kaveh.” panggilnya, Kaveh lalu menoleh ogah ogahan ke arahnya. Alhaitham kemudian melepas earphone nya.

“apaan??” jawab Kaveh sewot.

“kenapa muka lu jelek?”

“sembarangan.” Kaveh kembali menyembunyikan wajahnya di balik lipatan tangannya, ia terlihat kesal namun jauh di dalam hatinya ia mulai mempertanyakan penampilannya, apa benar dia sejelek itu?

“senyum makanya.” ucap Alhaitham.

“gamau, bayar kalau mau liat.” Kaveh masih menyembunyikan wajahnya di balik lipatan tangan, Alhaitham kemudian kembali memasang earphone nya dan memutar musik..

Kaveh mengintip Alhaitham sedikit, tangannya tergerak untuk mengambil salah satu earphone Alhaitham dan memasangnya di telinganya. Alhaitham tengah mendengar lagu taylor swift, mata Kaveh seketika membulat ketika ia mengintip ponsel Alhaitham yang aktif dan playlist yang ada ia ingat pernah di letak spotify code nya terbuka di ponsel si abu.

Alhaitham melirik Kaveh, mata zamrud dan mata ruby itu bertemu. Lagi lagi Alhaitham terdiam melihat bagaimana mata itu bersinar, di tambah lagi terkena sinar matahari lembut yang menembus jendela perpustakaan membuat merah itu semakin berkilauan. Alhaitham meneguk ludah nya bersusah payah. Kaveh benar benar indah, Alhaitham merasa tak cukup hanya melihatnya sebentar.

Sedangkan Kaveh tengah berusaha menyembunyikan rasa gugupnya ketika ia sadar, bahwa Alhaitham lah yang selama ini memegang buku Diary nya. Kaveh senang namun ingin menangis di waktu yang bersamaan, menangis malu. Ia meruntuki dalam dirinya betapa bodohnya ia menulis inisial serta nomor handphone nya pada sampul buku.

“s-suka Taylor swift?” Kaveh bertanya untuk menghilangkan rasa gugupnya, Alhaitham tersentak dari rasa mabuk yang di timbulkan akibat menatap mata merah itu terlalu lama.

“enggak.” ucap Alhaitham singkat.

“tapi jarang loh ada orang yang dengerin ini?” ucap Kaveh, Alhaitham hanya diam. Memikirkan jawaban apa yang tepat.

“iya ya? gatau, suka aja. ” ucap Alhaitham, Kaveh berdecih kesal.

“lo suka taylor swift?” Alhaitham bertanya, Kaveh menggangguk antusias.

“suka banget ya, gila!” Kaveh terliat bersemangat, Alhaitham meleleh dari dalam.

“oh ya? kenapa suka?” Alhaitham memancing Kaveh untuk bercerita dan benar saja, mulut Kaveh tak henti henti nya mengoceh dengan antusias sekarang. Alhaitham hanya mengangguk angguk kecil, Earphone nya tak lagi menempel pada telinga. Kedua telinga nya fokus mendengar Kaveh.

“karena sebagian besar lagunya ngingetin gua ke lo, perasaan yang gabisa gua ungkapin pake kata kata, ga bisa gua ungkapin secara langsung. Terlalu sederhana, tapi gua harap lo ngerti ya tham kalau gua nyampeinnya dari lagu lagu yang gua susun di playlist itu” Kaveh membatin.

Alhaitham langsung melempar rokoknya keluar Jendela ketika mobilnya hampir terpakir di parkiran gedung apartement Kaveh. Namun bau rokok masih tercium jelas disana.

Senyum Alhaitham lantas langsung merekah ketika melihat si pirang membuka pintu mobilnya, begitu juga dengan si manis. Jantungnya otomatis berdegup kencang melihat Alhaitham yang menatapnya dengan tatapan penuh afeksi, kacamata yang bertenger di batang hidungnya juga menambah ketampanan nya beribu ribu kali lipat, begitu pikir Kaveh.

“cakep banget Veh”

“aku biasa aja??”

“cantik”

“aku cowo kak?”

“kata cantik kan universal veh”

“iya deh kak”

pandangan Alhaitham masih belum berpindah, malam ini Kaveh bagai bulan di langit malam. Sinarnya begitu hangat dan lembut di malam yang gelap dan dingin untuk Alhaitham.

“kak...”

“sorry sorry, i got carried away”

Alhaitham lantas memijak pedalnya dan mulai mengendarai mobilnya di jalanan. Keduanya terdiam, kenapa rasanya tiba tiba canggung sekali?? Alhaitham sesekali melirik Kaveh dari sudut matanya, Kaveh tengah memandang ke arah luar jendela.

“ekhem... Veh”

Tanpa menjawab Kaveh langsung memalingkan wajah kearah Alhaitham.

“aku gatau tau banget tentang lagu yang kamu suka, but i would love to sing your favourite songs with you... sambungin aja ke bluetooth kamu” ucap Alhaitham tanpa melihat ke arah Kaveh, matanya fokus pada jalanan namun tanpa ia sadari ia sedang mencekram pada stir erat erat untuk menghilangi rasa gugupnya.

“iya hayii, aku juga mau” ucap Kaveh setelah tertawa kecil. haduh bahaya, Alhaitham meleleh berat mendengar tawa lembut yang menyapa telinganya.

Mobil berhenti di lampu merah, Alhaitham lalu memutar badannya sedikit dan mencondongkan tubuhnya ke arah Kaveh. Ia memasangkan seatbelt untuk Kaveh.

“lupa” ucapnya setelah selesai memasangkan seatbelt.

“oh iya”

Keduanya terdiam lagi, benar benar canggung.

“a-aku putar lagunya ya?” tanya Kaveh yang di sambut anggukkan oleh Alhaitham.

“mau lagu apa kak? eh hayiii?” tanya Kaveh, Alhaitham tampak berfikir sebentar.

“pinjem sebentar boleh?” satu tangan Alhaitham berada di stir sedangkan yang satunya lagi memegang ponsel Kaveh, ia kemudian memasang lagu yang ia maksud.

moonlight- chase atlantic

Kaveh tau chase atlantic, hanya saja dia tak mendengar terlalu banyak. Ia lalu membuka lirik lagu tersebut sambil sesekali ikut mengangguk anggukkan kepalanya, tanda bahwa ia menikmati lagu tersebut.

“cocok untuk nightride kan?” tanya Alhaitham sambil melirik Kaveh, Kaveh kemudian melirik Alhaitham dan menganggukkan kepalanya antusias tentunya dengan senyum yang membuat Alhaitham lagi lagi jatuh cinta berulang kali pada si pirang.

“aku kirain tuh chase atlantic lagunya tentang drugs sama sexual semua kak” ucap Kaveh sambil nyengir.

“hahahah, nanti aku kasih playlist aku. banyak lagu chase atlantic yang lagunya relate sama hidup”

“mauu!!”

“kamu suka taylor kan? aku jarang dengerin taylor, cuma lagu hits nya doang.”

“mau aku kasih playlist lagu taylor yang sering aku dengerin gak??”

“mau, aku mau” ucap Alhaitham sembari tersenyum kecil.

Alhaitham kemudian menghembuskan nafas kasar, ia memarkirkan mobilnya di pantai dekat pelabuhan ormos. lebih tepatnya di jalanannya, dimana mereka dihadapkan langsung dengan pemandangan indah pantai di malam hati.

“kesini aja gapapa kan? mumpung malam ini cerah” Kaveh mengangguk dan menutup pintu mobil, ia kemudian berdiri di samping Alhaitham yang sedang bersandar menghadap ke arah perairan. membiarkan wajahnya ditiup angin sepoi sepoi.

mereka berdua saling hanyut dalam pikiran masing masing, melihat satu persatu kapal yang datang dan pergi. melihat bintang malam yang kelap kelip karena hari ini sangat cerah dan rembulan yang tersenyum melihat mereka berdua. Udara malam dingin terasa dingin bertemu kulit, namun disaat yang bersamaan dingin itu berubah menjadi hangat ketika mereka menyadari kehadiran satu sama lain disamping mereka.

Alhaitham kemudian mengepalkan tangannya hingga kukunya memutih, ia memejamkan matanya lalu mengatur nafas. tak pernah ia merasa segugup ini sebelumnya ketika berduaan dengan orang yang ia suka.

“Kaveh” panggilnya lalu menatap Kaveh dengan tatapan serius, ia menghadap Kaveh bagai prajurit menghadap atasannya. Kaveh bingung, ia lalu juga menghadap Alhaitham.

“gua mau jadi pacar lo, aku mau jadi pacar kamu” ucap Alhaitham. Wajah Kaveh memerah, sungguh pemandangan yang menabjubkan bagi Alhaitham. Mata merah dan rambut pirang yang bersinar dalam malam yang remang remang, lalu helaian rambut yang menyentuh wajahnya begitu halus, sungguh memanjakan mata bagi siapapun yang melihatnya. Terutama Alhaitham.

Dahi yang berkerut menunjukkan betapa seriusnya ia dengan kata katanya, badan tegap layak prajurit menunukkan betapa tegangnya ia sekarang, dan juga pipi nya yang memerah karena tak sanggup menahan perasaan menggebu gebu dalam diri.

“gua tau, semuanya masih terlalu cepat. gua tau, masih susah untuk lo percaya sama yang baru. terutama orang kaya gua. gua sadar gua brengsek, brengsek banget. gua sadar gua ga pantes nerima cinta lagi dari orang orang terutama orangnya itu lo”

Alhaitham diam sebentar, Kaveh meneguk ludah menahan air mata.

“Maaf, tapi gua bakal maksain diri gua untuk bisa nerima cinta dari lo veh walau diri gua tetep ngerasa ga pantes tapi setidaknya orang orang terutama lo percaya sama gua kalau gua gabakal sebrengsek diri gua di masa lalu”

Tangan Alhaitham bergetar, lalu meraih tangan Kaveh.

“Kaveh, gua mau jadi orang yang ngehapus air mata lo kalau lo sedih. gua mau jadi Kanvas tempat lo torehkan luka jadi lo ga perlu ngelukain diri lo sendiri lagi. gua mau gua mau jadi orang pertama di setiap senang dan sedih lo, gua mau lo ga ngerasa kesepian lagi karena mulai saat ini karena mulai sekarang gua bakal ada di samping lo”

“kaveh, gua mau jadi pacar lo”

Kaveh tak menjawab apa apa, ia malah menarik tengkuk Alhaitham dan melingkarkan kedua tangannya di leher Alhaitham. Ia menempelkan bibirnya pada bibir Alhaitham, hanya kecupan ringan namun lama.

“hayi pacar kaveh?” Alhaitham menggangguk.

Alhaitham langsung melempar rokoknya keluar Jendela ketika mobilnya hampir terpakir di parkiran gedung apartement Kaveh. Namun bau rokok masih tercium jelas disana.

Senyum Alhaitham lantas langsung merekah ketika melihat si pirang membuka pintu mobilnya, begitu juga dengan si manis. Jantungnya otomatis berdegup kencang melihat Alhaitham yang menatapnya dengan tatapan penuh afeksi, kacamata yang bertenger di batang hidungnya juga menambah ketampanan nya beribu ribu kali lipat, begitu pikir Kaveh.

“cakep banget Veh”

“aku biasa aja??”

“cantik”

“aku cowo kak?”

“kata cantik kan universal veh”

“iya deh kak”

pandangan Alhaitham masih belum berpindah, malam ini Kaveh bagai bulan di langit malam. Sinarnya begitu hangat dan lembut di malam yang gelap dan dingin untuk Alhaitham.

“kak...”

“sorry sorry, i got carried away”

Alhaitham lantas memijak pedalnya dan mulai mengendarai mobilnya di jalanan. Keduanya terdiam, kenapa rasanya tiba tiba canggung sekali?? Alhaitham sesekali melirik Kaveh dari sudut matanya, Kaveh tengah memandang ke arah luar jendela.

“ekhem... Veh”

Tanpa menjawab Kaveh langsung memalingkan wajah kearah Alhaitham.

“aku gatau tau banget tentang lagu yang kamu suka, but i would love to sing your favourite songs with you... sambungin aja ke bluetooth kamu” ucap Alhaitham tanpa melihat ke arah Kaveh, matanya fokus pada jalanan namun tanpa ia sadari ia sedang mencekram pada stir erat erat untuk menghilangi rasa gugupnya.

“iya hayii, aku juga mau” ucap Kaveh setelah tertawa kecil. haduh bahaya, Alhaitham meleleh berat mendengar tawa lembut yang menyapa telinganya.

Mobil berhenti di lampu merah, Alhaitham lalu memutar badannya sedikit dan mencondongkan tubuhnya ke arah Kaveh. Ia memasangkan seatbelt untuk Kaveh.

“lupa” ucapnya setelah selesai memasangkan seatbelt.

“oh iya”

Keduanya terdiam lagi, benar benar canggung.

“a-aku putar lagunya ya?” tanya Kaveh yang di sambut anggukkan oleh Alhaitham.

“mau lagu apa kak? eh hayiii?” tanya Kaveh, Alhaitham tampak berfikir sebentar.

“pinjem sebentar boleh?” satu tangan Alhaitham berada di stir sedangkan yang satunya lagi memegang ponsel Kaveh, ia kemudian memasang lagu yang ia maksud.

moonlight- chase atlantic

Kaveh tau chase atlantic, hanya saja dia tak mendengar terlalu banyak. Ia lalu membuka lirik lagu tersebut sambil sesekali ikut mengangguk anggukkan kepalanya, tanda bahwa ia menikmati lagu tersebut.

“cocok untuk nightride kan?” tanya Alhaitham sambil melirik Kaveh, Kaveh kemudian melirik Alhaitham dan menganggukkan kepalanya antusias tentunya dengan senyum yang membuat Alhaitham lagi lagi jatuh cinta berulang kali pada si pirang.

“aku kirain tuh chase atlantic lagunya tentang drugs sama sexual semua kak” ucap Kaveh sambil nyengir.

“hahahah, nanti aku kasih playlist aku. banyak lagu chase atlantic yang lagunya relate sama hidup”

“mauu!!”

“kamu suka taylor kan? aku jarang dengerin taylor, cuma lagu hits nya doang.”

“mau aku kasih playlist lagu taylor yang sering aku dengerin gak??”

“mau, aku mau” ucap Alhaitham sembari tersenyum kecil.

Alhaitham kemudian menghembuskan nafas kasar, ia memarkirkan mobilnya di pantai dekat pelabuhan ormos. lebih tepatnya di jalanannya, dimana mereka dihadapkan langsung dengan pemandangan indah pantai di malam hati.

“kesini aja gapapa kan? mumpung malam ini cerah” Kaveh mengangguk dan menutup pintu mobil, ia kemudian berdiri di samping Alhaitham yang sedang bersandar menghadap ke arah perairan. membiarkan wajahnya ditiup angin sepoi sepoi.

mereka berdua saling hanyut dalam pikiran masing masing, melihat satu persatu kapal yang datang dan pergi. melihat bintang malam yang kelap kelip karena hari ini sangat cerah dan rembulan yang tersenyum melihat mereka berdua. Udara malam dingin terasa dingin bertemu kulit, namun disaat yang bersamaan dingin itu berubah menjadi hangat ketika mereka menyadari kehadiran satu sama lain disamping mereka.

Alhaitham kemudian mengepalkan tangannya hingga kukunya memutih, ia memejamkan matanya lalu mengatur nafas. tak pernah ia merasa segugup ini sebelumnya ketika berduaan dengan orang yang ia suka.

“Kaveh” panggilnya lalu menatap Kaveh dengan tatapan serius, ia menghadap Kaveh bagai prajurit menghadap atasannya. Kaveh bingung, ia lalu juga menghadap Alhaitham.

“gua mau jadi pacar lo, aku mau jadi pacar kamu” ucap Alhaitham. Wajah Kaveh memerah, sungguh pemandangan yang menabjubkan bagi Alhaitham. Mata merah dan rambut pirang yang bersinar dalam malam yang remang remang, lalu helaian rambut yang menyentuh wajahnya begitu halus, sungguh memanjakan mata bagi siapapun yang melihatnya. Terutama Alhaitham.

Dahi yang berkerut menunjukkan betapa seriusnya ia dengan kata katanya, badan tegap layak prajurit menunukkan betapa tegangnya ia sekarang, dan juga pipi nya yang memerah karena tak sanggup menahan perasaan menggebu gebu dalam diri.

“gua tau, semuanya masih terlalu cepat. gua tau, masih susah untuk lo percaya sama yang baru. terutama orang kaya gua. gua sadar gua brengsek, brengsek banget. gua sadar gua ga pantes nerima cinta lagi dari orang orang terutama orangnya itu lo”

Alhaitham diam sebentar, Kaveh meneguk ludah menahan air mata.

“Maaf, tapi gua bakal maksain diri gua untuk bisa nerima cinta dari lo veh walau diri gua tetep ngerasa ga pantes tapi setidaknya orang orang terutama lo percaya sama gua kalau gua gabakal sebrengsek diri gua di masa lalu”

Tangan Alhaitham bergetar, lalu meraih tangan Kaveh.

“Kaveh, gua mau jadi orang yang ngehapus air mata lo kalau lo sedih. gua mau jadi Kanvas tempat lo torehkan luka jadi lo ga perlu ngelukain diri lo sendiri lagi. gua mau gua mau jadi orang pertama di setiap senang dan sedih lo, gua mau lo ga ngerasa kesepian lagi karena mulai saat ini karena mulai sekarang gua bakal ada di samping lo”

“kaveh, gua mau jadi pacar lo”

Kaveh tak menjawab apa apa, ia malah menarik tengkuk Alhaitham dan melingkarkan kedua tangannya di leher Alhaitham. Ia menempelkan bibirnya pada bibir Alhaitham, hanya kecupan ringan namun lama.

“hayi punya kaveh?” Alhaitham menggangguk.

cw // blood mentioned

Jam pelajaran ke 2 dan 3 di pakai Alhaitham untuk rapat osis sebentar, masih membahas pameran yang tanggalnya sudah dekat.

Rapat sudah selesai namun Alhaitham masih tinggal disana, menatap kosong ke arah jendela. Kaveh sadar ia meninggalkan ponselnya di meja dalam ruang tersebut, terpaksa ia kembali lagi dan mendapati Alhaitham yang tengah duduk diam disana, tubuhnya kaku. Kaveh khawatir.

Ia berdiri disana, menatap punggung Alhaitham yang membelakanginya. Perasaan Aneh menyelimuti Kaveh, telinganya seperti ada yang berbisik untuk menghampiri Alhaitham.

Tanpa ia sadari ia mengikuti suara bisikan yang hanya bisa ia yang dengar, tangannya kemudian terulur untuk menyentuh bahu Alhaitham dari belakang. Alhaitham terperanjat dan langsung membalikkan tubuhnya untuk melihat tangan siapa yang baru saja berada di bahunya.

Disana berdiri Kaveh yang wajahnya sama terkejutnya dengan Alhaitham, mereka berdua saling bertatap tatapan satu sama lain.

“kenapa melamun?” tanya Kaveh, Alhaitham tak menjawab ia berbalik membelakangi Kaveh membuat Kaveh cemberut.

“habis ini pelajaran apa?” tanya Alhaitham pada Kaveh.

“uhmm... biologi sih”

“quiz gak?”

“hari ini nyatat”

keduanya kemudian terdiam.

“cabut yuk?” Ajak Alhaitham, Kaveh yang menunduk langsung menatap Alhaitham dengan tatapan tak percaya.

“hah?! tumben??” Alhaitham kemudian berbalik untuk menatap Kaveh, senyum tipis terlukis dibibirnya. Ia terlihat seperti menertawakan keterkejutan Kaveh dengan senyum tipis itu.

“gamau?” tanya Alhaitham lagi, Kaveh terlihat mempertimbangkan keputusannyannya sebelum ia mengangguk. Selanjutnya, ia mengumpulkan keberaniannya untuk menarik tangan Alhaitham dan membawanya mengendap endap menuju rooftop. Alhaitham yang di belakangnya hanya tersenyum kecil.

“kenapa lari lari? kan ga ada yang jaga kalau jam segini” Kaveh kemudian tersadar dan seketika kedua belah pipinya memerah. Kaveh tak menjawab ia hanya pergi duduk di salah satu sudut rooftop tersebut.

“cuacanya cerah ya?” Alhaitham berusaha berbasa basi, Kaveh hanya mengangguk.

“sebentar lagi istirahat, lo ga ke kantin??” tanya Alhaitham, Kaveh masih diam kemudian menggelengkan kepalanya. Ia tengah bersandar pada dinding pembatas, memang tak ada pemandangan yang spesial dari atas sini, namun angin sepoi sepoi cukup menenangkan.

“tumben tham, mau cabut” ucap Kaveh, Alhaitham yang sedari tadi duduk di kursi hanya terkekeh pelan.

“baru kali ini, mau nyoba. ga boleh?” tanya Alhaitham, Kaveh menggeleng.

“gak! ga boleh! sekalinya cabut nanti nanti lo mau buat lagi!” ucap Kaveh, pipi nya menggembung karena marah. Alhaitham terkekeh bukan karena kata kata Kaveh lucu, namun karena Kaveh terlihat lucu ketika marah.

“iya nih, kedepannya gua mau ngulangin lagi” Ucap Alhaitham, Kaveh menggeleng tak setuju.

kalau lo yang nemenin, gua mau cabut lagi” batin Alhaitham.

Kaveh kemudian duduk di samping Alhaitham, angin sepoi sepoi masih menyentuh wajah mereka secara lembut. Helaian rambut pun menari nari tertiup angin.

Alhaitham sempat mengintip Kaveh dari sudut matanya, Kaveh sangat cantik dan benar benar cantik. Ia tersenyum kecil menyadari betapa cantiknya Kaveh, Mata merah yang selalu berkilauan, rambut pirang yang terlihat halus dengan ujung rambut bewarna brunette karena Kaveh baru saja cat rambutnya dan sudah luntur, bulu mata lentiknya dan hidung tajamnya terlihat begitu cantik dari samping sini. Gawat, jantung Alhaitham berdetak kencang.

Kaveh yang tengah menatap lurus ke depan menikmati hembusan angin sepoi sepoi terkejut ketika merasakan beban di bahu sebelah kirinya, ia tak berani menoleh namun ia tahu bahwa itu kepala Alhaitham yang tengah bersender di bahunya. Seketika wajah Kaveh semakin memerah.

Namun, kenapa rasanya seperti tubuh Kaveh di dorong dari samping ya oleh Alhaitham? kenapa seiring detik berjalan tubuhnya semakin berat menimpa tubuh bagian kiri Kaveh.

“tham, berat anjir” ucap Kaveh, namun senyap tak ada jawaban dari si rambut abu abu.

“tham?” kaveh memberanikan diri menoleh ke Alhaitham, pandangannya langsung bertemu dengan Kepala Alhaitham yang tertidur di bahunya.

“cepat banget ni anak tidurnya” pikir Kaveh.

Selanjutnya Kaveh merasakan tangannya basah, seperti ada yang menetes di lengannya lalu mengalir ke tangannya. Membuat Kaveh penasaran.

Awalnya Kaveh mengira bahwa itu adalah air iler Alhaitham yang mengalir karena tidur namun ternyata benda cair itu berbeda.

Darah...

“ALHAITHAM BANGUN!!!”

“kaveh?” panggil Alhaitham, dengan handuk yang bertenger di bahunya dan bibir yang mengigil kaveh seketika langsung berdiri ketika suara yang familiar menggema di telinga. Alhaitham adalah tunangan Kaveh, ia sudah dijodohkan dengan Kaveh semenjak mereka masih dalam kandungan oleh orangtua mereka. Orangtua mereka harus bersyukur kalau kedua anak ini dapat benar benar saling mencintai satu sama lain. Mereka bertunangan semenjak masuk sekolah menengah atas, rencananya akan disahkan ketika sudah tamat SMA.

Masalah masa depan?? Jangan khawatir, keluarga mereka bahkan masih terlalu kaya untuk dapat menghidupi tujuh turunan bahkan lebih.

Saat ini, atas saran dari orang tua Alhaitham yang menginginkan Kaveh untuk tinggal bersama keluarga mereka, maka tak ada pilihan lain selain menuruti kedua orang tua Alhaitham yang akan menjadi orang tuanya juga.

“kamu kok gak tunggu di dalam?? gak ngeliat apa baju mu nyeplak begini, bra kamu kelihatan” ucap Alhaitham meremas baju seragam kaveh yang basah. Mata Alhaitham gencar memerhatikan lekuk tubuh Kaveh akibat baju seragamnya yang basah.

“temen temen kamu mana? kok ga ada yang jagain kamu??”

“udah pada balik ke kelas lah, kan udah mau pulang! kamu sih lama banget” ucap Kaveh sambil merampas baju olahraga Alhaitham dari tangannya. Ia hendak menuju ruang ganti wanita, namun tangan kekar Alhaitham menarik tangan kekasihnya ke dalam ruang ganti pria.

“tham!! apa apaan sih! gila ya?!” kaveh hendak keluar, namun tubuh kekar Alhaitham menghalangi pintu keluarnya. Alhaitham mengangkat kaveh layaknya karung beras di pundak lebarnya, ia lalu menurunkan Kaveh dan duduk di bangku yang berada di tengah tengah ruangan.

“buka bajunya, cepet ganti” perintah Alhaitham, tatapannya mendominasi Kaveh. Membuat Kaveh yang berdiri di depannya merah wajahnya.

“balik sana!!”

“gamau”

“haitham?!!”

Hilang sudah kesabaran Alhaitham, di tariknya Kaveh ke pangkuannya. Masih dengan seragamnya yang basah ia duduk di pangkuan Alhaitham. Alhaitham tanpa basa basi meraup bibir cherry Kaveh dengan ganas, tangannya melingkar posesif di pinggang ramping Kaveh. Kaveh memukul pelan dada Alhaitham namun kedua tangannya langsung dikunci Alhaitham.

Alhaitham kemudian meremas dada Kaveh yang masih terbalut seragam, Kaveh mengigit bibirnya untuk menahan desahannya. Kedua tangan lentiknya mencengkram bahu lebar kekasihnya.

“m-masih di sekolah, nanti tunggu dirumah” ucap Kaveh dengan mata sayu menatap Alhaitham, Alhaitham memandang Kaveh datar, ia tak peduli. Tak di dengarnya peringatan Kaveh. Di bukanya kancing kemeja Kaveh satu persatu hingga terpampanglah Bra merah yang menopang keduah belah buah dada Kaveh yang bisa dibilang tergolong lumayan besar dan juga berisi.

“aku bilang apa?? kenapa di pake ke sekolah??” tatapan Alhaitham mengintimidasi.

“cantik... aku mau pamer ke temen temen, mereka pada suka”

“ke temen cowo mu juga hm? iya? sengaja ya” Kaveh menggeleng, tangan Alhaitham masuk ke balik punggung Kaveh yang masih tertutupi oleh kemeja putih yang kini tembus pandang akibat basah. Di bukanya kaitan bra Kaveh.

“enggak! kamu apa apaan sih!? engga kelihatan juga, baru kelihatan kalau deket lagian ga ada cowo yang deket deket aku” ucap Kaveh kesal sembari menahan tangan Alhaitham dari melepas kaitan bra nya.

“aku tau cyno yang bantuin kamu waktu jatuh tadi, kamu pendek, jatuh ke kolam 2 meter setengah. mana ada temen cewe mu yang bisa berenang, ya mentok mentok cyno yang ngangkat kamu. iya gak? lagian bego banget sih jalan jalan di pinggir kolam. bahaya tau” ucap Alhaitham, kaveh cemberut. Kaitan branya terbuka.

“mau ya diliat cyno pake bra merah gini hm?” kali ini di remas sekuat mungkin oleh Alhaitham hingga terasa nyeri.

Ia membiarkan Tali bra nya bergantung di kedua bahu mulus Kaveh, tangannya kembali menelusup masuk dan meremas keras salah satu buah dada Kaveh. Kaveh menggelinjang di pangkuan Alhaitham, sentuhannya selalu berhasil membuat Kaveh gila.

Tangan Alhaitham lalu menelusup dari balik rok pendek Kaveh. Alhaitham lalu tersenyum seram, tanpa membuka rok Kaveh, di lepas nya celana dalam Kaveh.

“hmm you wore this one... to school?? what a whore you are” ucap Alhaitham, jarinya mulai menggoda bibir klitoris Kaveh mengusap ngusapnya tanpa memasukkan jarinya ke dalam liang milik Kaveh.

“tham anhh!! masukin”

“as you wish my slut” ucap Alhaitham, satu jaringa masuk ke dalam liang Kaveh. Tangan Alhaitham otomatis di jepit oleh kedua paha Kaveh.

“bentar sayang” Alhaitham sudah mengeluarkan ponsel dari kantongnya, ia kemudian membuka aplikasi kamera lalu Video. di letaknya ponselnya di bangku seberang.

“nah, come here baby” ucap Alhaitham kemudian menepuk nepuk pahanya. Kaveh kembali duduk di pangkuannya.

“face the camera” perintah Alhaitham.

“untuk apa sih tham!”

“aku suka ngeliat kamu pake seragam terus aku berantakin gini, now spread your legs for me, would you?” Kaveh menggeleng, Alhaitham yang sumbu pendek tanpa babibu langsung melebarkan paha Kaveh, jari jarinya juga langsung masuk pada liang Kaveh.

1 jari...

2 jari...

3 jari...

Kepala Kaveh mendengah keatas sembari bersandar pada Bahu Alhaitham. Memberi Akses untuk Alhaitham memberi banyak tanda cinta di lehernya. Alhaitham mencium, mengigit dan menjilat Leher Kaveh. Leher Kaveh kini adalah Kanvas atas cintanya.

“hayii~” kaveh merengek, terdengar seperti menggoda membuat libido Alhaitham naik, Semakin gencar kedua tangannya bergerak untuk memuaskan Kaveh. Semakin gencar juga bibirnya berkarya di leher Kaveh.

“ngaah!!” Kaveh mengeluarkan cairannya, membasahi lantai ruangan ganti. Alhaitham kemudian mencengkram kuat pipi Kaveh yang kini sedang bersandar lemas di bahu Alhaitham.

“look at that princess, udah nakal ya?? kotor tuh gara gara kamu” ucap Alhaitham sembari mengarahkan wajah Kaveh pada cairan yang tumpah di lantai. Alhaitham melepas bra merah menggoda milik Kaveh di dalam seragamnya agar tak dilihat orang lain, hanya Alhaitham yang bisa melihatnya memakai bra itu.

Alhaitham kemudian membuka celananya, menurunkan celananya juga sedikit sehingga terpampang lah miliknya yang besar itu. Alhaitham membalik tubuh Kaveh sehingga Kaveh menghadapnya. Di cengkram kuat pinggang ramping Kaveh, memposisikan penisnya pada bibir rahim Kaveh, memasukkannya perlahan. Sebelum akhirnya sepenuhnya masuk ke dalam Kaveh.

Kaveh menangis, pedih rasanya. walaupun sudah berkali berhubungan badan tetap saja dirinya tak terbiasa dengan milik Alhaitham yang besar namun juga nikmat. Belum apa apa saja sudah mencapai titik nikmat Kaveh di dalam sana. Kaveh mulai menaik turunkan tubuhnya di atas pangkuan Alhaitham. Dadanya terekspos bebas di depan wajah Alhaitham, bagaimana Alhaitham bisa menahan dirinya dari tidak mencumbu dada indah Kaveh.

Dihisapnya puting Kaveh Kuat kuat, tangannya yang bebas meremas dadanya yang satunya dengan keras. Kaveh memeluk kepala Alhaitham dengan kencang seiring ia menurun naikkan bokong sintalnya di atas pangkuan Alhaitham.

“fuckhh hah... baby you taking me so well” Alhaitham mendesah keras ketika penisnya dijepit kuat di lubang hangat milik Kaveh.

“hayiih mmhm...” kaveh mendesah tepat di samping telinga Alhaitham, membuat Alhaitham semaking gencar meninggalkan banyak tanda di leher, selangka bahkan dadanya. kedua tangannya kini berada di pinggang Kaveh, sembari membantu si cantik menurun naikkan tubuhnya mengejar puncak kepuasan masing masing.

“fasterr faster!! mmhm anh!! hayiiii!” Tangan Alhaitham kemudian memukul bokong Kaveh dengan keras, membuat Kaveh mencapai puncak kenikmatannya yang kedua kali. Keduanya terengah engah.

“naughty, makin sange ya kalau di pukul?” tanya Alhaitham, Kaveh menggeleng.

“i havet cum yet, dont stop” lanjut Alhaitham.

“hayi, cape...”

“aku ga peduli”

“stop please” Kaveh merengek namun Alhaitham tak peduli, di rebahkan tubuv Kaveh di atas bangku sebelum ia kembali menggerakkan pinggangnya menggempur lubang kaveh habis habisan. mengejar kepuasannya sendiri. Kaveh yang lemas tak berdaya hanya bisa memukul mukul dada keras Alhaitham.

“berhenti... hayi...”

“enggak sebelum aku hamilin kamu” ucap Alhaitham

Air mata membasahi wajah cantik Kaveh, malah menambah hasrat Alhaitham untuk menghancurkan pacarnya yang cantik itu. kembali di hisapnya kulit leher dan dada Kaveh, meninggalkan tanda sebanyak mungkin. Kulit bokong Kaveh memerah akibat dicengkram dan dipukul Alhaitham terus menerus.

“fuck baby you're so tight agh” Alhaitham mengeluarkan benihnya di dalam Kaveh, Kaveh kembali mencapai puncak untuk ketiga kalinya. Bersamaan dengan kakinya yang mulai mati rasa.

cklek...

pintu ruang ganti terbuka. Teman teman Alhaitham terkejut ketika melihat penampilan dua nya yang sudah acak acakan. Kosmetik bibir Kaveh sudah menempel di bibir Haitham dan cairan yang menetes dari kemaluan Kaveh menjelaskan perbuatan bejat apa yang baru saja mereka perbuat.

“widih bagi bagi dong tham” ucap Ayato yang matanya langsung di penuhi nafsu ketika melihat si cantik yang berantakan di pangkuan temannya. Tangan Alhaitham kemudian menjambak Kaveh, paha Kaveh merapat karena malu. Di tatapnya netra ruby yang menatapnya dengan tatapan memohon itu.

“tham!! gamau hiks!! gamau!” Kaveh memberontak di pangkuan Alhaitham memeluk leher sang kekasih erat erat.

“pake aja” ucap Alhaitham terus mendorong tubuh ramping yang ada di pangkuannya, Kaveh terjatuh lemas di lantai. namun tak beberapa lama Kaeya mengangkatnya dengan mudah.

“hmm kaveh wangy wangy” ucapnya sembari memposisikan Kaveh dalam posisi menunggingkan bokongnya ke arahnya. Wajah Kaveh menatap Alhaitham dengan mata memelas, Alhaitham hanya memerhatikannya dari bangku seberang sembari tersenyum puas. Kaeya menurunkan celananya dan perlahan mulai memasukan penisnya ke dalam lubang anal Kaveh.

“hayiiii no~!! mhmmm...” Kaveh terus berteriak memanggil nama Alhaitham.

“jangan keluar di dalem kaeya, mau di pantat lah apa lah jangan ada yang keluarin di dalem” ucap Alhaitham dengan suara beratnya.

“aman bos” ucap Kaeya sembari memasukkan penisnya ke dalam lubang Anal Kaveh. Tangan Kanan Kaeya menjambak rambut Kaveh sedangkan tangan kirinya meremas buah dada kiri milik Kaveh.

“t-tham... jangan... aku takut...” ucap kaveh masih sembari terisak.

“gapapa, kamu suka kan di pake rame rame? diliatin sama yang lain? hmm?” kaveh ngegeleng kuat

“haitham!! ngghaa!!” air mata mulai membanjiri pipi Kaveh, ia sangat lemas tak lagi mampu memberontak. Terlalu lemas untuk melawan. Kaeya benar benar Kasar, tak ada pemanasan oleh Kaeya, ia langsung mengeluar masukkan penisnya dengan tempo yang sangat cepat, meremas dada Kaveh secara brutal sampai Kaveh meringis kesakitan. memperlakukan Kaveh layaknya budak seks.

“anjir hah... enak banget cewe lu gila... hah, fuckh!” Lubang Kaveh mengetat membuat Kaeya semakin gila, Alhaitham tersenyum bangga mendengarnya.

“nghhh hayi... hayi tolong”

“sering dipake haitham ya cantik?? hmmh?” Kaeya menjambak rambut Kaveh, membuat Kaveh berdiri. Kaeya berbisik di telinga Kaveh membuat bulu kuduk Kaveh merinding.

Ayato kemudian duduk di bangku dekat Kaeya dan Kaveh, ia melepas tali pinggangnya lalu menurunkan celananya juga. batang penisnya yang sudah menegang terpampang jelas, ayato tersenyum manis.

“kaeya, turunin sini kepalanya” ucap Ayato, Kaeya melepas jambakannya pada rambut Kaveh, kini giliran ayato yang menjambak rambut pirang setengah mengering milik Kaveh. Kaveh menggelengkan kepalanya, suaranya tak sanggup untuk keluar lagi karena terlalu keras mendesah dan berteriak nikmat ketika digempur Alhaitham.

Di paksanya Kaveh untuk menghisap kemaluan miliknya, Kaveh yang kedua tangannya di ikat oleh sabuk milik Ayato tak bisa berbuat banyak. Ia hanya mengikuti apa yang di perintahkan. Matanya masih menatap Alhaitham dengan tatapan memelas minta di lepaskan, namun Alhaitham hanya tersenyum kecil sembari memperhatikan kelakukan bejat teman temannya kepada kekasihnya.

“anjinghh, pinter ya veh”

Ayato tersenyum ketika mulut Kaveh yang biasanya mengomel sekarang malah sangat hebat dalam memanjakan penisnya. Ayato mengadahkan kepalanya nikmat sembari semakin cepat menurun naikkan kepala Kaveh.

“mmhm...”

“ahh, sial, cantik banget lo veh” ucap Ayato, ia berhenti. Dipaksanya Kaveh untuk bertatap tatapan dengan mata biru indah miliknya itu, mata sayu Kaveh tak henti hentinya mengeluarkan air mata. Ia dinodai oleh teman pacarnya sendiri. Ayato kemudian menghapus air mata Kaveh menggunakan ibu jarinya. Ia kembali menggunakan mulut Kaveh untuk mencapai orgasmenya.

Kaeya semakin brutal menggempur lubang Kaveh, Ia tak peduli dengan Kaveh yang tak bisa berdiri dengan benar lagi Karena kakinya sudah lemas sekali. Tak terhitung berapa kali Kaveh sudah orgasme, Terhitung dua kali sudah Kaveh orgasme kering , dirinya terlalu sensitif untuk menjadi budak seks.

“wan lu ga join??” tanya Kaeya.

“bentar bang” Scara datang menghampiri mereka yang sedang sibuk masing masing melampiaskan hawa nafsunya pada Kaveh.

“Bang Kaeya geser anjir, bisa dua itu”

“Bentar, ayato bentar anjir”

Ketiganya berhenti untuk mencari posisi yang pas. Dimulai dengan Kaeya yang berbaring di bangku tanpa melepaskan tautannya dengan Kaveh, lalu Scara yang berada di atas Kaveh sehingga Kaveh kini berada di antara Scara dan Kaeya. Ayato berdiri di samping Bangku, dengan Penisnya yang menyentuh Wajah si cantik.

Scara kemudian mulai memasukkan penisnya yang juga tak tergolong kecil ke dalam Liang Kaveh, Lagi lagi rambut Kaveh kembali di jambak oleh ayato memaksanya untuk memberinya blowjob.

“njing sempit banget bangsat fuck agh” Scara menggeram sembari menggempur lubang milik Kaveh, di tamparnya salah satu payudara milik Kaveh. membuat Kaveh menggelinjang. Kaeya yang berada di bawah Kaveh pun tak henti henti menciumi rambut Kaveh yang memiliki aroma yang membuat candu dan mengigiti telinganya.

Alhaitham sadar bahwa kaveh tak akan kuat jika mereka bertiga tak berhenti, ia yakin kaveh tak lagi kuat menahan mereka bertiga.

“Lu pada selesai langsung cabut ya” ucap Alhaitham.

“aman bos” ucap scara.

Tak beberapa lama Kaeya mencapai puncak kenikmatannya, segera di keluarkan penisnya sebelum memenuhi anal Kaveh. Tangannya tapi belum berhenti dari melecehkan Kaveh, ia masih bermain dengan kedua payudara Kaveh.

Tak lama disusul Ayato, ayato tak sengaja menumpahkan sperma nya di dalam mulut milik Kaveh.

“anjing! gua bilang apa tadi, jangan di keluarin di dalem lah bangsat” Alhaitham berdiri dari duduknya menghampiri Kaveh, Di cengkramnya pipi Kaveh Kuat.

“jangan ditelen” ucap Alhaitham, Kaveh hanya diam saja. Tak sanggup lagi menjawab Alhaitham, di biarkan bibirnya terbuka sehingga sperma ayato yang berada dalam mulutnya mengalir keluar dengan sendirinya. Tatapan Kaveh kosong menatap Alhaitham, masih dengan air mata yang mengalir dari ujung matanya.

“nghhh anjir kak, lo cantik banget. ketat banget fuck” Scara menyusul, Ia memgeluarkan spermanya di luar seperti janji mereka pada Alhaitham. Mereka bertiga kemudian berberes, melepas ikatan sabuk ayato pada tangan Kaveh, memakai celana masing masing dengan wajah cerah.

“sering sering ya bang wkwkw” scara menyenggol lengan Alhaitham yang tengah menggendong Kaveh dalam pangkuannya.

“bersih bersih sini dulu anjir sebelum pergi” perintah Alhaitham sembari membawa Kaveh yang tak lagi sadar menuju Kamar mandi, untuk dibersihkan.

“oh iya”

Setelah beberapa menit Alhaitham selesai membasuh Kaveh, di pakaikannya baju Olahraganya yang sudah pasti kebesaran di tubuh kecil Kaveh tanpa memakaikan Kaveh bra dan celana dalamnya lagi. Dia ada rencana lain ketika sampai dirumah nanti.

Alhaitham kemudian melapisi Kaveh dengan hoodie miliknya untuk menutupi bekas keunguan yang sengaja di tinggalkannya di leher Kaveh sebelum meninggalkan ruang ganti tersebut.

———

“t-tham katanya cuddle doang, kok titit mu masuk”

Kaveh yang tak terbalut sebenang kain kemudian menatap Alhaitham yang kini memeluknya, Dijauhkan wajahnya dari dada Alhaitham.

“gapapa sayang, anget. tidur lagi gih, biar demamnya turun.”

“gimana aku mau tidur, keluarin dulu titit mu. kamu ga kasihan liat aku apa” mata Kaveh kembali berkaca kaca, Alhaitham mau tak mau mengeluarkan penisnya dari lubang hangat Kaveh. Di bawanya Kaveh ke dalam pelukannya.

“maaf ya sayang” ucap Alhaitham sembari memberi kecupan di dahi Kaveh. Kaveh mencari kenyamanan di dalam pelukan Alhaitham, tubuhnya sangat pas untuk Alhaitham peluk. Ia menyembunyikan wajahnya di dada Alhaitham.

“aku besok gamau sekolah...” ucap Kaveh.

“iya, kamu sekolah pas demamnya turun aja ya sayang” ucap Alhaitham lagi lagi mencium dahi Kaveh, Kaveh mengangguk.

“istirahat ya cantik, kalau tengah malam badan kamu makin ga enak atau kamu laper mau makan lagi bangunin aku. oke?”

“oke”

”...”

“ALHAITHAM, GIMANA AKU MAU TIDUR. STOP GREPE GREPE AKU YA!”

“veh... anak osis veh... si cyno!” kaveh ditarik tangannya oleh childe untuk bersembunyi dari balik loker sekolah yang berada di lorong. Cyno berada di lorong satunya tepatnya di pertigaan antara lorong satu dan lorong dimana kaveh dan childe berada. Tubuh Childe yang lebih tinggi beberapa senti dari Kaveh mengukung tubuh si pirang, melindunginya dari terlihat osis keamanan yang sedang berpatroli berkeliling sekitar sekolah.

“dut... serem banget...” kaveh sadar tubuh childe tak lagi melindunginya dan menutupinya. ia yanv tadi mengintip cyno lalu berbalik untuk melihat childe malah bertemu dengan Alhaitham dan childe yang kerahnya ditarik oleh Alhaitham hingga ia meringkuk dan kakinya bergantung dari tanah.

Alhaitham menatap Kaveh dan Childe datar secara bergantian, tubuh besarnya dengan mudahnya mengangkat childe dengan satu tangan bahkan dengan menarik kerah bajunya saja Childe sudah terangkat dengan kaki yang sudah beberapa senti di atas lantai, tak menapak. Kaveh hendak kabur ke lorong dimana cyno berada namun tangannya di tarik Alhaitham.

“anak mana lo?” tanya Alhaitham kepada Childe yang nyengir hingga giginya kering.

“12 ips 2 bang” ucap childe masih sembari nyengir, ia tak lagi melipat kakinya dengan bersamaan perlahan di lepas cengkramannya pada kerah bajunya oleh Alhaitham.

“anak osis belum sampe lantai 2, masuk kelas. sekarang” Alhaitham berbicara dengan nada datar namun suaranya sangat mengintimidasi, membuat kaki keduanya bergetar. Childe masih nyengir lalu mengambil tangan Alhaitham untuk di salim.

“luan ya beh” ucap Childe lalu mengusak rambut Kaveh dan mulai ngacir.

“dutt! tunggu!” ucap Kaveh setengah berteriak, Kaveh ditinggalkan berduan saja Oleh Alhaitham. Mereka berdua saling melempar tatap.

“Tham! guru bk di belakang lo!” tanpa babibu Alhaitham langsung menarik kaveh masuk ke janitor room, bilik itu sempit sekali. Badan Kaveh yang lebih kurus dari Alhaitham terjepit oleh tubuh Alhaitham, membuat wajahnya tepat berada di dada Alhaitham.

“k-kok disini sih!” Kaveh mengomel, langsung di bungkam dengan Tangan Alhaitham. Tangan Alhaitham yang satunya lagi berada di sebelah kepala Kaveh, kaveh terjepit di antara tubuh Alhaitham dan Dinding. Beruntung ruang itu minim pencahayaan, kalau terang bisa bisa Kaveh ketahuan blushing.

“sst- lo pura pura pingsan bisa? nanti kalau ada yang nanya gua nemuin lo di kamar mandi udah lemes banget.” ucap Alhaitham.

“gua gendong” lanjutnya lagi.

“emang lo bisa gendong gua-”

“sstt, bawel. bisa ga?” potong Alhaitham, Kaveh hanya mengangguk. Alhaitham kemudian melepas jasnya dan menyelimuti Bahu Kaveh dengan jas nya. Ia kemudian keluar duluan, mengintip keadaan di lorong dimana mereka berada. Sebelum menarik Kaveh keluar dan menggendongnya, Kaveh hampir saja berteriak kaget.

“loh tham, ini kaveh. lo tadi nyariin kan? ketemu dimana?” tak lama setelah mereka keluar dari bilik sempit itu, keduanya berpaspasan dengan Cyno yang kebetulan sedang mengawas di lantai 3.

“di kamar mandi, dia lemes banget... jadi mau gua bawa ke uks” ucap alhaitham sembari membawa Kaveh pada dekapannya yang pura pura tidur memejam matanya. Kemudian tangan cyno tergerak untuk menyentuh dahi Kaveh, tapi Alhaitham malah mundur agar cyno tak bisa meraih Kaveh yang dalam gendongannya, yang sedang pura pura tak sadar.

“tham... beneran panas itu dia, sana bawa uks”

“lo sih banyak nanya, duluan” ucap Alhaitham sembari sedikit berlari menuju uks yang berada di lantai 1 sekolah.

Setelah dirasa Aman, Kaveh membuka matanya. Pemandangannya dari sini sangat indah, ia dapat melihat rahang tegas Alhaitham dan bulu matanya yang panjang dari bawah sini. Sadar di tatap oleh Kaveh, Alhaitham menatapnya balik. Namun, Kaveh sudah bersembunyi di balik jas Alhaitham yang menyelimuti tubuhnya. Tanpa sadar ada semburat merah samar muncul di pipi Alhaitham ketika matanya bertemu dengan mata semerah ruby milik kaveh.

“apa lo liat liat?” Kaveh menutup Wajahnya dengan lengan jas milik Alhaitham, menutup wajahnya yang memerah selagi kepalanya bersandae pada dada Alhaitham. Ia bisa mendengar detak jantung Alhaitham yang berantakan.

“galak banget...” Alhaitham bergumam pelan.

“apa ini perut lu gembung gembung?” tanya Alhaitham.

“o-oh... boneka...” ia mengeluarkan boneka my melody dari balik kemejanya kemudian menyengir lebar.

“kaya bocah, cabut kemana lo tadi??” tanya Alhaitham dengan tatapan mendominasi dan mengintimidasi.

“arcade room!! childe traktir heheheh” Alhaitham menghangat hatinya ketika melihat mata Kaveh yang berbinar binar seperti bintang di langit malam.

“oh-” jawab Alhaitham singkat masih sembari menggendong Kaveh. Kaveh memeluk bonekanya erat erat.

“gue ga cocok ya megang boneka begini...” cicit Kaveh pelan sembari menunduk, menyadari bahwa sikapnya sedikit 'menjijikkan' pikirnya.

“emang ada ya cocok cocokan megang boneka? aneh” ucap Alhaitham.

“t-tapi bukannya boneka untuk cewe?”

“baru tau gua boneka ada gendernya” Alhaitham kembali menatap Kaveh yang tengah menunduk.

“biarin aja, jangan dengerin orang lain” ucap Alhaitham. Semburat merah semakin jelas terlihat di wajah Kaveh dan Alhaitham menyadarinya karena sedari tadi atensi si abu jatuh pada si cantik dalam dekapannya.

“bisa lebih cepet lagi ga sih lo” Kaveh kembali rewel.

“bisa gak, lo gausah marah marah” ucap Alhaitham. “ga serem, percuma” lanjutnya.

“dih! maksud lu?!”

“lo lucu kalau marah marah, ga serem. orang malah gemes, bukan takut.”

“h-hah”

“bisa berabe gua”

“orang gila” ucap Kaveh lalu memukul wjah Alhaitham dengan bonekanya, ia kemudian menyembunyikan wajahnya di bahu Alhaitham. Kesempatan pikirnya tanpa sadar Bahwa Alhaitham sedari tadi tak melepas netra bewarna hijau emerald nya dari Kaveh.

gemes banget kenapa ya? pikir Alhaitham diiringi dengan detak jantung berantakannya.

“veh... anak osis veh... si cyno!” kaveh ditarik tangannya oleh childe untuk bersembunyi dari balik loker sekolah yang berada di lorong. Cyno berada di lorong satunya tepatnya di pertigaan antara lorong satu dan lorong dimana kaveh dan childe berada. Tubuh Childe yang lebih tinggi beberapa senti dari Kaveh mengukung tubuh si pirang, melindunginya dari terlihat osis keamanan yang sedang berpatroli berkeliling sekitar sekolah.

“dut... serem banget...” kaveh sadar tubuh childe tak lagi melindunginya dan menutupinya. ia yanv tadi mengintip cyno lalu berbalik untuk melihat childe malah bertemu dengan Alhaitham dan childe yang kerahnya ditarik oleh Alhaitham hingga ia meringkuk dan kakinya bergantung dari tanah.

Alhaitham menatap Kaveh dan Childe datar secara bergantian, tubuh besarnya dengan mudahnya mengangkat childe dengan satu tangan bahkan dengan menarik kerah bajunya saja Childe sudah terangkat dengan kaki yang sudah beberapa senti di atas lantai, tak menapak. Kaveh hendak kabur ke lorong dimana cyno berada namun tangannya di tarik Alhaitham.

“anak mana lo?” tanya Alhaitham kepada Childe yang nyengir hingga giginya kering.

“12 ips 2 bang” ucap childe masih sembari nyengir, ia tak lagi melipat kakinya dengan bersamaan perlahan di lepas cengkramannya pada kerah bajunya oleh Alhaitham.

“anak osis belum sampe lantai 2, masuk kelas. sekarang” Alhaitham berbicara dengan nada datar namun suaranya sangat mengintimidasi, membuat kaki keduanya bergetar. Childe masih nyengir lalu mengambil tangan Alhaitham untuk di salim.

“luan ya beh” ucap Childe lalu mengusak rambut Kaveh dan mulai ngacir.

“dutt! tunggu!” ucap Kaveh setengah berteriak, Kaveh ditinggalkan berduan saja Oleh Alhaitham. Mereka berdua saling melempar tatap.

“Tham! guru bk di belakang lo!” tanpa babibu Alhaitham langsung menarik kaveh masuk ke janitor room, bilik itu sempit sekali. Badan Kaveh yang lebih kurus dari Alhaitham terjepit oleh tubuh Alhaitham, membuat wajahnya tepat berada di dada Alhaitham.

“k-kok disini sih!” Kaveh mengomel, langsung di bungkam dengan Tangan Alhaitham. Tangan Alhaitham yang satunya lagi berada di sebelah kepala Kaveh, kaveh terjepit di antara tubuh Alhaitham dan Dinding. Beruntung ruang itu minim pencahayaan, kalau terang bisa bisa Kaveh ketahuan blushing.

“sst- lo pura pura pingsan bisa? nanti kalau ada yang nanya gua nemuin lo di kamar mandi udah lemes banget.” ucap Alhaitham.

“gua gendong” lanjutnya lagi.

“emang lo bisa gendong gua-”

“sstt, bawel. bisa ga?” potong Alhaitham, Kaveh hanya mengangguk. Alhaitham kemudian melepas jasnya dan menyelimuti Bahu Kaveh dengan jas nya. Ia kemudian keluar duluan, mengintip keadaan di lorong dimana mereka berada. Sebelum menarik Kaveh keluar dan menggendongnya, Kaveh hampir saja berteriak kaget.

“loh tham, ini kaveh. lo tadi nyariin kan? ketemu dimana?” tak lama setelah mereka keluar dari bilik sempit itu, keduanya berpaspasan dengan Cyno yang kebetulan sedang mengawas di lantai 3.

“di kamar mandi, dia lemes banget... jadi mau gua bawa ke uks” ucap alhaitham sembari membawa Kaveh pada dekapannya yang pura pura tidur memejam matanya. Kemudian tangan cyno tergerak untuk menyentuh dahi Kaveh, tapi Alhaitham malah mundur agar cyno tak bisa meraih Kaveh yang dalam gendongannya, yang sedang pura pura tak sadar.

“tham... beneran panas itu dia, sana bawa uks”

“lo sih banyak nanya, duluan” ucap Alhaitham sembari sedikit berlari menuju uks yang berada di lantai 1 sekolah.

Setelah dirasa Aman, Kaveh membuka matanya. Pemandangannya dari sini sangat indah, ia dapat melihat rahang tegas Alhaitham dan bulu matanya yang panjang dari bawah sini. Sadar di tatap oleh Kaveh, Alhaitham menatapnya balik. Namun, Kaveh sudah bersembunyi di balik jas Alhaitham yang menyelimuti tubuhnya. Tanpa sadar ada semburat merah samar muncul di pipi Alhaitham ketika matanya bertemu dengan mata semerah ruby milik kaveh.

“apa lo liat liat?” Kaveh menutup Wajahnya dengan lengan jas milik Alhaitham, menutup wajahnya yang memerah selagi kepalanya bersandae pada dada Alhaitham. Ia bisa mendengar detak jantung Alhaitham yang berantakan.

“galak banget...” Alhaitham bergumam pelan.

“apa ini perut lu gembung gembung?” tanya Alhaitham.

“o-oh... boneka...” ia mengeluarkan boneka my melody dari balik kemejanya kemudian menyengir lebar.

“kaya bocah, cabut kemana lo tadi??” tanya Alhaitham dengan tatapan mendominasi dan mengintimidasi.

“arcade room!! childe traktir heheheh” Alhaitham menghangat hatinya ketika melihat mata Kaveh yang berbinar binar seperti bintang di langit malam.

“oh-” jawab Alhaitham singkat masih sembari menggendong Kaveh. Kaveh memeluk bonekanya erat erat.

“gue ga cocok ya megang boneka begini...” cicit Kaveh pelan sembari menunduk, menyadari bahwa sikapnya sedikit 'menjijikkan' pikirnya.

“emang ada ya cocok cocokan megang boneka? aneh” ucap Alhaitham.

“t-tapi bukannya boneka untuk cewe?”

“baru tau gua boneka ada gendernya” Alhaitham kembali menatap Kaveh yang tengah menunduk.

“biarin aja, jangan dengerin orang lain” ucap Alhaitham. Semburat merah semakin jelas terlihat di wajah Kaveh dan Alhaitham menyadarinya karena sedari tadi atensi si abu jatuh pada si cantik dalam dekapannya.

“bisa lebih cepet lagi ga sih lo” Kaveh kembali rewel.

“bisa gak, lo gausah marah marah” ucap Alhaitham. “ga serem, percuma” lanjutnya.

“dih! maksud lu?!”

“lo lucu kalau marah marah, ga serem”

“h-hah”

“bisa berabe gua”

“orang gila” ucap Kaveh lalu memukul wjah Alhaitham dengan bonekanya, ia kemudian menyembunyikan wajahnya di bahu Alhaitham. Kesempatan pikirnya tanpa sadar Bahwa Alhaitham sedari tadi tak melepas netra bewarna hijau emerald nya dari Kaveh.

gemes banget kenapa ya? pikir Alhaitham diiringi dengan detak jantung berantakannya.

tw // selfharm

Senyum kaveh otomatis merekah ketika membuka pintu depan dan mendapati Alhaitham tersenyum tipis dengan sekantong plastik snack dan minuman.

“nunggu lama gak??” tanya Alhaitham sembari menaruh barang barang bawaannya pada meja makan, baru sekali saja Alhaitham datang padahal sudah ia anggap seperti rumah sendiri.

“enggak, di luar emang deres banget ya?” Alhaitham mengangguk, ia kemudian berjalan perlahan menghampiri Kaveh yang masih berdiri di dekat pintu.

“kenapa??” tanya Alhaitham kepada Kaveh yang masih berdiri disana, senyum kecil menghiasi wajah si pirang.

“e-engga papa, aku ganggu ga?”

“engga, malah gua yang mau terimakasih sama lo. makasih ya?”

“kok makasih?? bukannya aku ngerepotin?”

“engga, ayo sini. makan bareng dulu. gua gatau makanan kesukaan lo apa, tapi ini gua beliin semua” ucap Alhaitham sembari menarik Kaveh mendekat ke meja makan.

Alhaitham dan Kaveh mulai mengeluarkan makanan dari dalam kantong plastik. Saat lengan cardigan merah Kaveh terbuka akibat tak sengaja terkena plastik, Alhaitham sadar akan luka yang diyakini luka sayat di pergelangan tangan kaveh. Alhaitham berhenti, ia lalu menatap Kaveh yang juga membuat Kaveh menghentikan kegiatannya.

“kaveh?”

“i-iya??”

“maaf kalau gua lancang, but can i-?” perlahan Alhaitham meraih pergelangan Kaveh, Kaveh tersadar. Alhaitham pasti telah melihat luka luka itu, ia tak bisa melawan. membiarkan Alhaitham melihat lukanya, siap dengan apapun resiko serta kalimat yang mungkin akan menyakiti hatinya. Kaveh menunduk.

Tak seperti ekspetasi Kaveh, Jemari Alhaitham malah menyapu lembut bekas luka yang sudah mengering dan setengah kering itu dengan lembut dengan ibu jarinya. Hangat, hangat sekali hati Kaveh saat ini. Ia langsung mendongak untuk menatap Alhaitham.

“ga baik, jangan begini lagi ya?” Kaveh mengangguk dengan air mata yang sudah menumpuk di kelopak mata, tangan Alhaitham yang menganggur terangkat untuk menyapu kulit pipi Kaveh dengan ibu jarinya.

“mau peluk?? i can hug you if you want to, sambil denger cerita lo. mau??”

“a hug is enough ka”

“gajadi ah, gamau peluk” Kaveh kemudian menatap Alhaitham bingung, ia kemudian tersadar dan tertawa kecil.

“i want a hug from you, hayi” Alhaitham tersenyum dan membawa Kaveh dalam dekapan hangat. Kaveh membenamkan wajahnya di bahu lebar Alhaitham.

“feel better?”

“a lot”

“im glad” Alhaitham mempererat dekapannya, di elusnya rambut hingga punggung Kaveh.

***

“hayi tau ga, aku kadang benci ngeliat luka luka ini. but its the only thing that can reduce the pain... that i emotionally felt” Alhaitham mengangguk, pandangannya lalu jatuh pada peralatan menggambar milik kaveh yang berserakan di coffee table.

ia mengambil pulpen warna warni dan mulai menggambar bintang di sekitar luka Kaveh. Kaveh sempat terkejut, namun lagi lagi hangat dirasa melihat betapa lembut dan hati hatinya Alhaitham memegangnya.

“it looks more beautiful now, is'nt it? but it doesnt mean that you can do it again, okay?” kaveh mengangguk, tak menyangka Alhaitham yang katanya merupakan seorang yang seringkali menyebabkan seseorang patah hati malah menjadi obat dari patah hati itu sendiri.

“kaveh” panggil Alhaitham.

“hmm??”

“stop hurting yourself, use me instead”