Seluruh saluran televisi menayangkan berita tentang penangkapan dan perburuan male-Omegaf. Dengan tubuh yang dibalut perban di sana sini, Taehyung melintasi daerah perkotaan Seoul. Banyak pihak menatapnya ingin tahu, entah karena penasaran dengan tubuh Taehyung yang penuh dengan luka atau karena mencium bau khas Omegaf yang sedikit tercium dari tubuh Taehyung saat ini.
Benar juga, semestinya ia kemarin mengonsumsi obat-penekan miliknya namun ia tidak bisa karena semalaman menginap di kediaman Jennie. Hanya tinggal menunggu waktu hingga bau khas Alpharian yang muncul karena ia mengonsumsi obat-penekan itu menghilang dan memunculkan bau yang semestinya ada sejak awal di tubuh Taehyung; aroma khas seorang Omegaf.
Taehyung kabur dari rumah Jennie karena tidak ingin gadis itu mendapat malapetaka karena menampung seorang male-Omegaf di kediamannya. Maka dengan tubuh yang sejujurnya masih agak kesakitan, Taehyung memutuskan untuk kembali pulang ke rumah. Setidaknya kalaupun ia harus benar-benar kabur dari kejaran polisi, ia harus mengambil semua persediaan obat-penekan dan heat-supressant miliknya agar nyawanya bisa bertahan lebih lama.
Namun ketika sudah mencapai rumah, yang Taehyung temukan adalah Jungkook yang duduk dengan lutut terlipat dan bersandar lemah di pintu rumahnya. Dengan tergesa, Taehyung menghampiri si kekasih dan memastikan Jungkook tidak kehilangan kesadaran. “Jungkook-ah! Hei! Bangun!”
“Hyeong...” “Hyeong, kenapa kau... kembali?” “Pergi... cepat...” “Mereka... ada... di sini...”
Suara Jungkook terlalu pelan hingga membuat Taehyung tidak dapat mendengar apapun. Taehyung mendekatkan telinganya ke bibir Jungkook, ingin mengetahui apa yang barusan diujarkan oleh si kekasih. “Kau bilang apㅡ”
Ujaran Taehyung terhenti tatkala matanya menatap sesuatu yang terpasang di kaki Jungkook. Borgol, juga alat kejut listrik berbentuk gelang terpasang di mata kaki si kekasih. Sontak, Taehyung bergerak sedikit menjauhi Jungkook; kebingungan dengan maksud adanya benda itu di kakinya. “Kauㅡ kenapa... diborgol?”, cicit Taehyung.
Jungkook menggelengkan kepalanya, senyum tipis nan menyayat hati terulas di bibirnya. Taehyung dapat melihat bagaimana Jungkook membuka mulut dan membuat kalimat tanpa suara yang ditujukan untuk dirinya. “Cepat... pergi, hyeong...“
Akan tetapi tepat setelah Jungkook selesai mengujarkan kalimatnya, tiba-tiba gelang kejut listrik di kakinya menyala dan menyetrum si lelaki hingga membuatnya kejang-kejang di hadapan Taehyung. “JUNGKOOK-AH!“, Taehyung berteriak; ia ingin menyelamatkan si kekasih namun dengan sisa kesadaran yang dimilikinya, Jungkook berseru lumayan kencang. “Lari... pergi, hyeong...”
Tidak! Mana bisa Taehyung meninggalkannya!
Maka dengan pandangan yang ditujukan ke sekeliling, Taehyung berupaya menemukan siapapun yang bersembunyi dan mengawasi mereka. “JANGAN SAKITI DIA! TARGET KALIAN ADALAH AKU! TANGKAP AKU!”, seru Taehyung ke sekitarnya walaupun tampak lengang dan melompong. Tidak ada jawaban, membuat emosi Taehyung semakin memuncak karena gelang listrik di kaki Jungkook seakan di mati-nyalakan hanya untuk keseruan semata; sementara kondisi Jungkook sendiri sudah terlihat semakin melemah.
“Kubilang... keluar, kalian...”
Taehyung tidak tahu apa yang sekarang tengah ia rasakan. Ia merasa darah yang ada di dalam dirinya bergejolak cepat dan membuat aliran yang entah bagaimana terasa amat sangat panas. Taehyung tidak tahu entah bagaimana caranya, namun sekarang ia merasakan pandangan matanya seakan buram. Sekelilingnya gelap untuk sesaat, hingga akhirnya kembali berwarnaㅡ namun dalam hitam putih, monokrom.
“Hyeong...“, Jungkook sempat tidak percaya dengan pandangannya sendiri tatkala melihat Taehyung yang tiba-tiba terduduk bersimpuh. Punggungnya terlihat mengeluarkan duri-duri tajam berwarna hitam yang panjang bukan main. “...Taehyung hyeong,” cicit Jungkook, berupaya menghentikan proses apapun itu yang tengah dialami oleh Taehyung. “Jangan...”
Taehyung menggeram. Persis geraman seekor serigala yang tengah dilanda kemarahan, buas. Perlahan, duri tajam yang keluar dari punggung Taehyung sedikit melengkung dan semakin bertambah panjang. Hingga akhirnya dalam satu kali hitungan, bulu-bulu berwarna hitam terkembang di duri yang tadi tumbuh dari punggungnya.
Sayap hitam nan lebar terkembang, sementara Taehyung yang masih menggeram buas kini memampangkan gigi taringnya yang besar dan tajam. Taehyung tidak tahu tentang apa yang ia rasakan saat ini. Rasa yang mendominasi dirinya hanyalah kemarahan memuncak yang harus segera diselesaikan.
Pandangan Taehyung yang semula monokrom, kini bisa menangkap warna kuning samar berbentuk bayangan seseorang. Dengan segera, Taehyung berlari dan menyerang sosok itu yang adalah tentara pemerintah; Alpharian. Taehyung mencabik-cabik si tentara, menguliti dan mengoyak isi tubuhnya hingga berhamburan tidak karuan.
Dari tempatnya, Jungkook tidak dapat menyuarakan apa yang tengah dilihatnya sekarang. Taehyung berubah menjadi seorang monster yang wujudnya tidak dapat disimpulkan dengan akal sehat. Taehyung, yang seorang Omegaf berubah menjadi sosok yang menyeramkan.
Tak lama, suara tembakan terdengar dan beberapa tentara lain yang sebelumnya bersembunyi kini menampakkan diri. Taehyung mengalihkan pandangannya dan berlari menyerang tentara lainnya. Awalnya hanya dua lalu menjadi lima, hingga keseluruhan tentara yang ada di sana diserang oleh Taehyung.
Semua mati; dengan kondisi tubuh yang mengenaskan.
Ketika tidak ada lagi yang bisa ia serang, Taehyung terdiam sejenak di tempatnya. Nafasnya terlihat tersengal; terburu-buru dan tidak teratur. Namun setelahnya, ia meraih sebuah remote pengendali dari tangan seorang tentara yang sudah mati dan melangkah dengan lunglai ke arah Jungkook. Seiring dengan langkahnya menuju Jungkook, sayap hitam di punggung Taehyung kembali menyusut dan entah bagaimana caranya seakan ditarik kembali ke dalam punggung si lelaki.
Hingga saatnya Taehyung berdiri di hadapan Jungkook dan membukakan gelang listrik yang terlingkar di kaki si kekasih, Taehyung sudah berada dalam wujud normalnya. Terlihat jelas, ia juga seperti kebingungan dengan semua yang barusan terjadi. Begitupun dengan Jungkook yang sedikit terlihat ketakutan untuk berada di dekat Taehyung.
“Aku... harus pergi, Jungkook-ah...” “Aku monster...”
Taehyung tertawa getir, ia menutupi wajahnya sendiri dengan tangan yang sudah bersimbah darah. Jungkook sempat diam untuk sesaat namun setelah berhasil menguasai rasa terkejutnya, ia meraih tangan Taehyung untuk ia genggam. “Hyeong, kita pergi bersama... kau tidak boleh tinggalkan aku sendirㅡ”
DOR!
Suara letusan senapan dibarengi dengan seruan untuk menyerahkan diri terdengar bersahutan. Anggota tentara yang lain datang setelah mendapat laporan permintaan bantuan dari tentara yang sudah gugur. Taehyung segera melepaskan genggaman tangan Jungkook, “jangan ikuti aku. Selamatkan dirimu sendiri,” ujarnya dan pergi meninggalkan si kekasih.
Taehyung melarikan diri. Entah kemana, sendiri.