“Lo udah tau dari kapan?”
Kalimat barusan diujarkan oleh Jinhyuk, ketika keduanya kini ada di sebuah lorong kosong dari Rumah Sakit tempat Byungchan dirawat.
Paham bahwa tindak Jinhyuk sekarang bisa saja didengar secara diam-diam oleh oknum tidak bertanggung jawab, Seungyoun mengusulkan sesuatu. “Mendingan kita jangan diem di tempat yang sepi begini. Lo tau, nggak? Kalo di film-film tuh ketika kita ada di tempat sepi begini, sebenernya orang yang dengerin perbincangan kita malah bakal lebih banyak.”
“Santai aja. Jangan dibawa tegang atau gimana, Hyuk. Gue juga nggak ada niatan buat ngasih tau ke si itu, kok.”
Seungyoun menepuk bahu Jinhyuk sekali, seperti ingin menerangkan tentang sesuatu. “Kita jalan aja, muter-muterin Rumah Sakit. Jangan sebut nama si yang kita tahu siapa secara terang-terangan. Sebut aja dia sebagai itu. Oke?”
Seungyoun melangkahkan kakinya terlebih dahulu, berbalik arah meninggalkan Jinhyuk yang masih terdiam di tempat. Sikap Seungyoun yang seakan-akan sudah tahu akan akibat dari segala hal ketika mereka melakukan sesuatu, membuat Jinhyuk sedikit terkesan.
Gila. Sesungguhnya apa saja yang sudah diketahui seorang Cho Seungyoun?
*
*
*
“Kalo lo nanya gimana caranya gue bisa tau, ayolahㅡ dari cara lo tatap dia aja udah beda, Hyuk. Jangankan gue, lah. Kalo misalnya Kak Seungwoo sama Byungchan peka, pasti mereka juga tau perihal perasaan lo ke dia, lah.”
Kini, Seungyoun dan Jinhyuk sudah berjalan bersisian di tengah aktivitas para penghuni Rumah Sakit. Mencoba membaurkan diri agar tidak terlihat terlalu mencurigakan, kata Seungyoun. Sekaleng kopi dingin dari vending machine sudah digenggam di tangan masing-masing, biarpun tidak sering diteguk karena keduanya terlalu serius akan topik pembicaraan mereka.
“Tapi dia nggak pernah tau soal perasaan gue,” ujar Jinhyuk dengan suara lirih. Ujung kukunya tergerak di sekeliling pinggiran kaleng, membuat suara geratan yang sedikit membuat ngilu. “Masih aja dia jelas-jelas dan terang-terangan ngaku suka sama— ya, lo tau, lah, siapa.”
Seungyoun terkekeh kecil. “Itu sih, emang dianya aja yang bego. Terlalu bucin sampe nggak bisa liat siapapun yang lainnya,” jawaban Seungyoun barusan dibalas dengan senyuman tipis dari Jinhyuk. Seperti merasakan pahit yang mau tidak mau harus ia terima. “Tapi lo udah tau, kan, kalau si itu udah punya pacar?”
“Hah? Yang mana?”
“Yang itu. Si dia.”
”...”
“Yang mana?”
“Ah, lo bego banget.”
“Yang dari tadi kita omongin!”
“Kita ngomongin banyak orang, woy!”
“Lebih spesifik, dong!”
“Bukan yang bantet!”
“Yang tinggi!”
“Oh..”
“Bukan yang bantet.”
Jinhyuk mengangguk kecil, “gue sama yang bantet udah tau kok kalau yang tinggi ini udah punya pacar. Dari kapan, ya? Lumayan udah lama, sih.”
Seungyoun mengangkat kaleng kopi di genggamannya dan mulai meneguk isinya sedikit demi sedikit. Di tengah tengukannya, Sengyoun kembali berujar, “ya, berarti lo mesti buruan nembak si bantet, menurut gue. Siapa tau yang tinggi bakal putus sama cowoknya dan lo bakal kecurian start lagㅡ BHHHUEEK.”
“HAH?!?!?!”
“COWOK?!?!”
Barusan. Barusan saja, Jinhyuk menepuk punggung Seungyoun yang tengah meneguk kopinya dengan kencang. Terlampau kencang malahan, hingga Seungyoun tersedak dan terbatuk-batuk seperti sekarang.
Lupakan Seungyoun yang tengah tersiksa, saat ini Jinhyuk terlalu terkejut dengan informasi yang didapatkan. Ia segera membungkukkan badannya agar bisa mengujarkan kalimat sambil berbisik, “Lo serius?! Maksud lo, pacarnya itu cowok?! Hah?! Dia sama juga kayak si bantet?! Haaaah?!”
Percuma. Seungyoun tidak bisa menjawab karena kini ia tengah terbatuk-batuk parah. Akibatnya, beberapa pasien maupun para tenaga kesehatan yang ada di Rumah Sakit segera memperhatikan keduanya dan tak urung menjadikan mereka pusat perhatian. Jinhyuk, lagi-lagi menarik tangan Seungyoun untuk pergi dari tempat mereka berada sekarang.
Pembicaraan ini harus dilakukan lebih serius!
***
“Jadi, Kak Seungwoo pacaran sama cowok?!”
“BENTAR, KENAPA?”
“GUE MASIH NYARI NAFAS!”
Bentakan dari suara Seungyoun seakan bergaung ke seluruh ruang toilet laki-laki yang ditempati oleh mereka berdua. Setelah memastikan bahwa setiap bilik di dalam toilet tengah kosong, Jinhyuk tidak lagi berbisik-bisik. Ia secara jelas-jelas menyuarakan semuanya.
Sayangnya, Seungyoun masih berusaha mengatur nafas dan kondisinya setelah tersedak. Sedikit kesal karena si lelaki Lee ini seakan tidak mau peduli dan masih saja mencecarnya dengan pertanyaan.
“Pacarnya cowok.”
“Lo juga tau siapa.”
”...”
“Lo?”
“...”
“Kepala lo mau gue ceburin ke dalem septic tank, nggak?”
“Lo bilang kan gue tau siapa.”
“Ya gue taunya cuma lo.”
Seungyoun menggelengkan kepalanya, bingung akan pemikiran Jinhyuk yang terlalu polos. “Udah, ah. Gue kira lo udah tau soal ini soalnya lo tau perihal dia yang udah punya pacar. Mana gue tau kalau lo nggak tau tentang pacarnya itu cowok.”
“Bentar.”
“Bentar.”
“Gue pusing.”
“Anjir. OBVIOU5 isinya kebohongan semua.”
Seungyoun ikut tertawa miris ketika mendengar ujaran Jinhyuk. Benar, mereka memiliki nama grup yang menunjukkan arti jelas dan terang-terangan namun kenyataannya, mereka sendiri malah memiliki rahasia gelap yang tidak ingin diungkap kepada siapapun.
Ironis.
“Lo diem aja.”
“Pura-pura aja nggak tau.”
“Kalo mau, lo tembak Wooseok segera biar nantinya pas Kak Seungwoo putus sama pacarnya, lo nggak usah khawatir.”
Jinhyuk hanya mengangguk kecil. Otaknya sudah terlalu banyak ditempa oleh berbagai hal mengejutkan hari ini. Serba membingungkan. “Iya. Kayaknya gue mesti lakuin itㅡ”
CKLEK!
Tiba-tiba pintu masuk toilet terbuka, membuat Seungyoun dan Jinhyuk segera berpura-pura tengah mematut diri ke arah cermin. Namun tindak keduanya langsung terhenti ketika menyadari siapa yang barusan memasuki toilet.
“Wooseok?”, ucap Jinhyuk ketika melihat sosok si lelaki Kim memasuki toilet dengan ekspresi wajah datar. “Lha. Kok lo ke sini juga?”, tanya Jinhyuk dan dibalas dengan ekspresi tidak kalah datar.
“Apa sekarang kalau gue mau boker itu harus cerita dulu ke lo?”
Pertanyaan Wooseok barusan segera dibalas dengan gelengan kepala Jinhyuk, juga tawa tertahan dari Seungyoun yang geli melihat pemandangan di depannya. Sekilas, Seungyoun menepuk punggung Jinhyuk. Berupaya menyampaikan semangatnya agar si lelaki Lee dapat bertahan lebih kuat ketika menyukai Wooseok.
“Ya udah, deh,” ujar Seungyoun, “gue balik lagi ke kamar Byungchan. Nemenin Kak Seungwoo.”
Namun baru saja Seungyoun mengujarkan niatnya, Wooseok sudah kembali menyela. “Mendingan jangan dulu, kata gue, sih.”
“CEO-nim dateng.”
“Dia nyuruh gue keluar karena ada hal yang mau dia bicarain sama Kak Seungwoo, katanya.”
“Kayaknya perbincangan serius. Mending lo nggak usah ke sana dulu,” akhir Wooseok dan membuat Seungyoun segera menaikkan alisnya. Heran.
Untuk apa CEO mereka sampai datang ke sini, coba?