Yule Ball merupakan perayaan Natal formal, yang diadakan untuk siswa Sekolah Sihir yang berpartisipasi dalam Turnamen Triwizard, pada tanggal 25 Desember.
Perayaan ini sangat ditunggu-tunggu oleh hampir semua penghuni sekolah sihir. Banyak yang berharap ada yang mengajak mereka untuk pergi bersama.
Sedangkan Levi sebenarnya tidak berminat. Kalau saja Ia bukan peserta Turnamen kali ini, Ia mungkin lebih memilih untuk tidak menghadiri acara tersebut. Ia lebih memilih untuk menghabiskan malam Natalnya bersama Hange di tempat yang jauh dari keramaian. Hanya mereka berdua.
“Levi, apa dandananku aneh? kenapa semua orang menatapku” bisik Hange sambil merapatkan tubuhnya pada Levi.
“Tidak usah kau pedulikan, lagipula setiap hari pun kau memang aneh” balasnya datar
Suasana hati Levi benar-benar buruk, Ia tahu betul mengapa semua orang memandang Hange. Gadis itu terlihat lebih cantik dari biasanya, bahkan berkali lipat. Jika Ia tahu mereka akan seperti ini, lebih baik Ia tidak memberikan gaun itu pada Hange.
Levi tidak mengerti, mengapa Ia merasakan seperti ini. Ia hanya ingin menjadi satu-satunya yang melihat sisi lain Hange.
Harus Ia akui, di dalam hatinya Ia merasakan takut. Ya, seorang Levi Ackerman kini takut melihat gadis yang selalu bersamanya itu suatu saat akan menjadi milik orang lain.
“Levi, kau melamun?” tanya Hange sambil menepuk pelan bahu Levi.
“OI MR AND MRS. ACKERMAN”
Levi dan Hange menolehkan kepalanya mencari sumber suara. Mereka melihat Mike dan yang lain berjalan menuju tempat mereka berdiri.
“Kau dan Hange sudah resmi?” tanya Mike sambil menaik-turunkan sebelah alisnya
“Ya.” jawab Levi tegas
“Benarkah Hange?” Mike kembali memastikan
“Sejak kapan?” tambahnya
“Ya, sejak kemarin sore” Hange tersenyum malu, pipinya pun terlihat semakin memerah.
Walaupun status mereka hanya berpura-pura, tetapi Hange benar-benar menaruh hati pada pria itu.
“Pantas saja kau mau memakai gaun dan sedikit memakai polesan” ujar Nanaba murid tahun ke-6 yang disetujui oleh Pieck murid tahun ke-5 dari asrama Ravenclaw.
“Biasanya kau akan menolak mentah-mentah”
“Jangan mempermalukanku disini.” sahut Hange
“Jadi apa permintaanmu, Levi?” tanya Erwin
Semua menunggu Levi membuka suara.
“Tanya pada Hange”
“Aku?”
“Ya”
“Kenapa?”
“Aku tidak tertarik”
“Lalu aku harus apa?”
“Tidak tahu”
“Levi”
“Hange”
Keduanya berdecak malas
“Bisakah kalian tidak bertengkar seperti pengantin lama? kami sedang menunggu jawaban?”
“Diam.”
“Baiklah. Akan kami berikan kalian waktu untuk berdua” ujar Mike sambil mengedipkan sebelah matanya.
“Cih.”
“Kau yakin?” tanya Hange saat Levi mengajaknya keluar menuju tempat yang sering mereka kunjungi saat jam malam, Astronomy Tower.
“Ya, kau keberatan?”
“Tidak, hanya saja aku rasa kau perlu ada disana. Kau salah satu peserta”
“Aku tidak peduli, untuk saat ini aku hanya ingin bersamamu”
“Bahkan untuk seterusnya pun tetap sama”
Hange tidak memberikan respon sama sekali, wanita itu masih mencerna perkataan pria di sampingnya itu.
Saat ini mereka berjalan berdampingan tanpa beralas kaki. Tangan kiri Levi memegang heels Hange, sedangkan tangan kanannya menggenggam tangan wanita itu.
“Kau yakin tidak mau memakai sepatuku?” tanya Levi memastikan, membuat Hange kembali pada alam sadarnya.
“Sepertinya tidak akan cukup, melihat kau lebih pendek dariku”
“Cih. Lagi pula untuk apa kau memakai heels, apa tinggimu masih kurang?”
“Kau tidak perlu marah pada kenyataan”
“Cih”
Setibanya disana mereka berdua memutuskan untuk duduk, bersandar pada tembok yang kokoh. Keduanya hanya diam menikmati semilir angin yang menerpa wajah mereka.
“Levi”
“Hm”
“Aku menyukaimu, lebih dari teman. Apa kau keberatan?” ungkap Hange secara tiba-tiba
Tubuh Levi tersentak kaget. Pria itu tidak pernah menyangka Hange akan menyukainya dan mengatakannya lebih dahulu.
“Tidak”
“Kau menyukaiku?” tanya Hange lagi
“Aku tidak yakin tentang arti suka atau pun cinta. Tetapi jika ingin hidup bersamamu selamanya, cemburu mihatmu dengan pria lain dan tidak mau kehilanganmu dapat diartikan sebagai cinta, maka jawabannya aku mencintaimu.”
“Kau tahu? kemarin aku melihat dirimu dalam cermin Tarsah. Disana hanya ada kau dan aku, di bawah atap yang sama. Kau membuatkan aku teh setiap hari. Bahkan bentuk boggartku pun kematianmu.” tambah Levi
Tanpa disadari air mata Hange menetes, wanita itu tak pernah membayangkan akan menjadi orang terpenting di hidup Levi.
“Kau jelek sekali. Polesanmu akan luntur jika menangis seperti ini” ujar Levi sembari mengusap air mata Hange menggunakan kedua ibu jarinya.
“Kau membuatku menangis”
“Maaf”
“Aku menangis bahagia, bodoh”
“Kau bahagia?”
“Tentu saja. Aku mau hari ini kita resmi menjadi pasangan kekasih, tidak ada lagi pura-pura. Kau setuju?” ujar Hange
“Tentu”
Levi tersenyum tulus, matanya menatap Hange lembut.
“Kau tau, sudah sejak lama aku penasaran dengan rasa bibirmu”
Setelah itu kedua bibir mereka bertaut memberikan rasa asing namun memabukkan, senyuman indah tak pernah lepas dari bibir mereka.