[ seungchan minifict ]
[ tw: semesta semi-lokal, kata-kata kasar, ada sedikit sexual harassment (bukan seungchan-nya), kehidupan perkuliahan, dan ujungnya dangdut bau ]
┉┅━━━━━━━━━
Seungwoo yakin, seyakin-yakinnya, seratus persen yakin, bahwa ia tidak mabuk sedikit pun. Ia biasanya yang memiliki kemampuan minum paling baik di antara teman-temannya. Bahkan, ia baru menyentuh sedikit minuman beralkohol yang disediakan, jadi Seungwoo benar-benar yakin ia masih seratus persen sadar dan memiliki nyawa seorang Han Seungwoo ketika ia memutuskan untuk melayangkan satu tinju ke wajah teman seangkatannya malam itu.
Keadaan menjadi hening sesaat sementara suara Seungwoo (yang biasanya lembut menenangkan) terdengar mencekam berucap, “Sekali lagi tangan lo coba sentuh satu sentimeter saja bagian tubuh Byungchan, gue enggak segan abisin lo malam ini.” Lalu menarik tangan Byungchan yang kebingungan setengah mati (walau agak lega) keluar dari ruangan.
Malam ini adalah acara pelepasan para pengurus dan anggota BEM angkatan Seungwoo dan mereka melakukan ini di rumah salah satu anggota BEM (Seungwoo lupa siapa) dan Byungchan yang merupakan adik tingkatnya di BEM ini pun ikut mengurus acara ini karena namanya juga melepas kakak tingkat mereka.
Ketika malam semakin tinggi, Byungchan yang kala itu sedang bercanda dengan Seungyoun dan Soonyoung yang merupakan kakak tingkatnya di BEM dan juga pernah menjadi kakak kelasnya semasa sekolah menengah atas, tiba-tiba terpenjarat ketika ada seorang kakak tingkat yang secara gamblang merangkulnya dan berucap, “Lo available, 'kan?”
“Woi, Bang, maksud lo apa ngomong gitu ke Byungchan?” ini Soonyoung yang bereaksi pertama dan Seungyoun turut menjauhkan lengan orang itu yang merangkul Byungchan dengan santainya.
Si kakak tingkat yang dipanggil bang oleh Soonyoung meyakinkan Byungchan kalau orang ini adalah salah satu orang dari angkatan yang dilepas malam ini, karena cuman angkatan ini yang minta dipanggil bang buat setiap anak cowoknya.
“Maaf nih, gue bukan barang, Bang.” Byungchan berusaha melepaskan diri dari rangkulan tersebut, berusaha berucap baik-baik karena masih menghormati orang ini sebagai kakak tingkatnya walau Byungchan yakin orang ini sedang di bawah pengaruh alkohol dan tingkah 'baik-baik' enggak bakal digubris.
“Jangan sok jual mahal gitu, lah. Lo pasti pernah dipake juga 'kan?”
Di titik ini rasanya Byungchan mendidih, rangkulan si kakak tingkat dilepas kasar, matanya berkilat emosi, tangannya sudah terkepal. Gatal banget mau nonjok orangnya.
“Bisa enggak jangan kurang ajar mulutnya?” Byungchan berujar menahan emosi.
Si kakak tingkat bukannya menyingkir malah mencoba menarik tangan Byungchan yang akhirnya mengambil langkah mundur, berusaha menarik lengannya agar terlepas dari cengkraman si kakak tingkat kurang ajar.
Seungyoun sudah maju mau nonjok orangnya, tapi kalah cepat sama Seungwoo yang tiba-tiba ada di sana dan nonjok si tersangka.
Kejadiannya cepat banget, Byungchan enggak tau lagi apa yang terjadi setelah si kakak tingkat kurang ajar itu dihajar Seungwoo sekali dan tangannya ditarik keluar ruangan buat dibawa ke halaman belakang rumah. Byungchan enggak mau noleh ke belakang karena dia takut dan di depannya sekarang ada Seungwoo—karena, siapa Byungchan berani menoleh ke belakang ketika Seungwoo berada di depannya?
“Enggak apa-apa 'kan? Ada yang luka? Tangannya yang dicengkram tadi sakit?”
Begitu sampai di halaman belakang, Seungwoo dengan ribut langsung melepaskan jaketnya dan menyampirkannya ke Byungchan karena Byungchan malam ini cuman pakai kemeja garis-garis kebanggaannya itu dan Seungwoo tahu betul kemeja itu bahannya tipis.
“Perlu gue hajar lagi enggak orangnya?”
“Kak....” Byungchan memanggil lalu menangkup wajah Seungwoo. “Gue enggak apa-apa. Jangan dihajar lagi orangnya, lagian kayaknya itu lagi dihajar sama Seungyoun.”
Seungwoo menghela napasnya lega.
“Kenapa sih kakak panik banget padahal gue bisa hajar sendiri aja orangnya tadi.”
“Enggak, lo jangan berantem. Enggak suka kakak liatnya. Kakak juga enggak suka berantem-berantem.”
Cuman Byungchan yang diperbolehkan untuk memanggil Seungwoo pakai Kakak bukan Abang. Alasan khusus aja sih dari Seungwoo ke yang lain karena katanya Byungchan lucu kalau panggil dia pakai Kakak.
“... Tapi, kakak tadi nonjok dia.”
“Itu tadi pengecualian, dia pegang-pegang punya kakak soalnya.”
Byungchan diam, ucapan tiba-tiba Seungwoo sukses membungkamnya.
Mereka berdua memang dekat. Banget. Bahkan pernah Byungchan ditanyain kakak tingkatnya yang naksir Seungwoo tentang apakah mereka berdua pacaran apa enggak. Yang tentu saja dijawab Byungchan dengan, “Enggak. Santai. Temenan doang.”
Karena memang benar seperti itu.
“Gimana, Kak?” tanya Byungchan bingung setelah berhasil lepas dari kagetnya. Tubuhnya yang duduk pada kursi taman di halaman belakang bergerak untuk memakai jaket Seungwoo dengan benar (karena ternyata dingin banget, Byungchan enggak tahan dingin).
“Gue naksir lo, Byungchan. Kurang jelas apa sih sebenarnya selama ini?” tanya Seungwoo frustrasi. Karena, demi Tuhan, bahkan Wooseok yang notabene sangat tidak peka dengan perasaan orang bisa membaca gelagat Seungwoo yang memang naksir Byungchan.
“Kakak suka sama gue? Sama Choi Byungchan?”
“Iya. Suka banget. Banget.”
Byungchan terdiam sebentar seraya menatap lurus Seungwoo di kedua netranya sebelum berceletuk lagi.
“Wow.”
Seungwoo mengangkat satu alisnya bingung.
“Wow, gue kira selama ini gue mengalami cerita cinta dangdut kayak drama-drama dengan trope kesukaan gue itu yang unrequited love.”
Seungwoo yang tadinya gugup setengah mati karena takut Byungchan tidak nyaman dengan pernyataan tiba-tiba itu menjadi menghela napas lalu tertawa karena jawaban tidak terduga—khas Byungchan sekali.
“Beneran naksir enggak nih?”
“Iya, Byungchan. Beneran.”
Kali ini Byungchan nyengir, “Wow. Gue seneng banget.”
“Kenapa?”
Jawaban Byungchan sederhana, tapi Seungwoo suka sekali mendengarnya. Bahkan, Seungwoo sampai tertawa lalu dengan gemas bubuhi wajah Byungchan dengan kecupan-kecupan ringan.
“Soalnya ternyata gue sama Kak Seungwoo sama-sama naksir.”
┉┅━━━━━━━━━
© fluctuius.
[ seyra — selmriie on twt ]