Haru selesai dengan urusan bebersihnya. Keluar dari kamar mandi ia lihat meja tadi yang masih ada sisa mereka makan sudah bersih. Ia berjalan lebih jauh mencari sosok yang membawanya kabur.
Ah bentuk kamar hotel ini tak memiliki sekat untuk setiap ruangnya. Jadi terasa luas. Tapi seluas ini hanya ada satu bed dan kamar mandi? Sengaja betul manusia itu.
dimana di..a batinnya ikut berhenti bersamaan langkahnya. Diujung ruangan yang isinya cuma bed dan balkon kaca melengkapi ada badan yang terlentang. Terlihat nyaman.
Ia membuang nafas kasar. Tangan yang sudah akan menepuk keras pipi itu terangkat menjauh. Jatuh ke sisi tubuhnya lagi.
yeh kiti ninti biciri yi julidnya dalam hati.
Tapi ia masih punya hati. Mengingat orang ini baru saja menyelesaikan konsernya. Oh darimana dia tau? Asahi tentu sumbernya.
Ia menatap wajah damai itu. Diam hanya melihat. Tunggu bangun aja deh pikirnya mau beranjak.
Tidak saat kakinya yang hendak melangkah menabrak kaki panjang yang sengaja menghalanginya. Membuat kedua lututnya harus bertemu kasar dengan lantai. Celana yg ia gunakan hanya selutut. Dan itu membuatnya tersingkap alhasil kulitnya sedikit tergores dengan garis batas petak-an lantai.
“Aduh wkwkw anjir masa jatohsi” junkyu tertawa dengan hebatnya.
“Eh? Ehhh gapapa kaaann?” Paniknya kemudian melihat badan itu tak kunjung bergerak. Membiarkan luka kecil itu perih karna bertemu lantai dingin.
“Woii—-aduh anjing” kyu menundukkan kepalanya rendah mau melihat ekspresi si pria jepang. Tapi kepala serta badannya sengaja didorong,terjatuh.
Kepala pinter gue hikd -jky
“sshh” haru mengernyit nyeri
“BODOLAH ANJING GUE BENCI” haru segera berdiri. Melemparkan asal handuk basahnya. Berjalan ke pintu.
“Ehh eh canda aduh jangan dong sayangg” junkyu berlari. Berhenti di depan haru dengan dua tangan lebar.
Haruto menatapnya sinis. Junkyu cuma bisa ber-mampus dalam hati.
Gue berlebihan ya? -jky
“minggir” haru keluar dari hadapannya mencoba dari arah lain.
“Gak”
chup
Haruto melebarkan matanya tak percaya. Bagaimana bisa lelaki ini asffhgmkdl.??!?!
“Jangan gitu kayak belom digigit aja. Sini” junkyu menariknya. Untung badan itu mau mengikuti.
Didudukkan badan itu dan badannya ke sofa tadi. Memberikan beberapa bantal ke paha haru sebelum dia membuka mulut mengumpat.
“Denger. Gue bicara sekali. Jangan potong. Yang mau ditanya diinget dul-”
“Mana bisa anying keburu lupa” potong haru. Ia kesal. Sangat. Siapa dia bisa mengaturnya? Dan kenapa dirinya mau diatur dengan mudah???
gatau aku senyum aja:) -bey
chup
“ANJ-”
chup
“Berhenti bangs-”
chup
PLAK
junkyu ditempeleng kesamping. Ia mendapatkannya setelah mencuri kecupan kecupan itu tapi mendaratkannya di tempat berbeda. Ujung hidung sama bibir aja sih. Tapi bisa bikin jantung yang dicium diskoan:)
“Diem. Ngumpat dapet satu. Kalo motong dapet lebih” jelas junkyu dengan senyum miring hmm nya.
Haruto hanya menganga tak percaya. Kemudian membuang muka lalu ditutupinya dengan bantal sofa. Menghindari yang tidak tidak.
heh ni jantung ngapain ige uri tang tang sii diem!! batinnya kesal. Jantungnya memburu saat ia mengecek nadi sendiri.
“Sini sini nanti pegel. Ini cerita panjang loh. Jangan ngantuk ya?” Suara junkyu menjadi lebih lembut. Menarik badan itu bersandar ke tubuhnya sendiri. Tangnnya menurunkan pelan bantal sofa yang menjadi penghalang untuk melihat side profil gemasnya ini.
“Dari sini dul-”
“Tunggu. DIAM JANGAN MAJU. nama lo siapa? Gaenam banget gue ngumpatnya” haru mengucapkan itu terburu. Takut di iya-iya karna memotong pembicaraan.
“ADUH PLIS GEMES BANGET” junkyu memundurkan badannya. Memegang dadanya mendramatisi.
“Mau junkyu apa dave manggilnya? Sayang juga rekomended tuh” goda kyu mengedipkan satu matanya
“Panggil anjing” haru kembali menyandar ke sofa. Sudah dapat jawabannya.
Iyain aja mau cepet pulang -hrt
Menyamankan duduknya kembali. Dan membawa badan tegap itu mendekat. Merangkul lehernya pelan lalu disandarkan ke bahunya. Junkyu tersenyum tak ada penolakan. Berdehem kecil.
“Pernah dengar bulan emas?”
Haru menggeleng kecil. Tapi itu imut dimata junkyu!
“Bulan emas yah bulan biasa sih. Tapi memang berwarna keemasan. Muncul setiap 55hari. Dan dihari puncak, kau tahu kan? Kalau bulan purnama sempurna. Haha..”
Jedanya sebentar. Membuat haru bingung. Melirik kecil kepala yang lebih tinggi. Junkyu menampakkan senyum simpul.
“Dewi bulan, si luna anjg itu dihianati ah aku tak tau jelasnya aku bukan dewa. Ia sakit hati, menumpahkannya dalam sebuah kutukan”,
Haruto diam menunggu,
“Dan yang kena itu adalah aku”
Haruto membeku. Sekarang ia benar benar menoleh. Menatap iris kelam tapi jernih itu.
Mungkin akan jadi favoritku selanjutnya haruto membatin dan menaruh kepalanya lagi.
Junkyu menghela nafas. Kenapa ia tak takut? Atau terkejut mungkin? Ah bodoh kan aku yang tidak membolehkannya bertanya batin jun-pabo-kyu. Menepuk pelipisnya pelan. Kemudian membawanya ke tangan yang smaa besar. Diletakkan diatas pahanya. Mengusapnya lembut. Lagi lagi tak ada penolakan. Senyum kecil muncul.
“Dan di saat puncak atau aku sering menyebutnya periode. Di periode itu aku akan merasakan sakit. Entah aku tak bisa mendeskripsikan sakitnya.”
Diam sejenak.
“Kata dewi, aku dan sesepuhku yang kena memiliki satu penyelamat. Oh dan juga warna aura ku kuning emas cerah! Kau tau? Kata dewi yang akan membantuku memiliki aura yang mirip. Secara di dunia ini warna sepertiku sangat jarang ada”
Haruto diam mencerna semua itu. Warna aura? Itu bukan kali pertama ia dengar. Tapi betulkah ada yang seperti itu didunia?
“Dan kau, punya warna itu” tangan junkyu masih setia mengusap dan beralih memainkan jari panjang tersebut. Karna tak mendapat reaksi ia berkata lagi.
“Kau takdirku haruto” junkyu mengucapkannya lembut. Haruto dibuat beku. Ditambah dengan tangannya yang masih dielus membuat desiran aneh itu semakin merambat ke seluruh tubuh.
“Jangan percaya yang seperti itu. Kau tau dari mana juga” haru mencoba denial.
Dan itu salah.
Tangan kyu berhenti bergerak diatas tangannya. Dan juga sedikit memundurkan tubuhnya.
“Kau tak percaya? Aku buktinya.” Junkyu bicara dengan nada yang kurang enk
“Kau sudah bertemu jihoon bukan? Dia bisa melihat aura dan dia mendapati dirimu”
Haruto kembali beku dengan penuturan tsb
“Kau sempat melihat ini berpendar emas kan?” Tanya kyu lagi seraya menunjukkan tato yang kali ini tak tertutup fondation itu.
“Dia bereaksi. Dan itu hanya pada orang yang tepat”
Haruto menelan payah salivanya. Ketika junkyu berkata 'orang yang tepat' haruto seolah merasakannya.
Didalam dirinya yang lain ada yang berbisik “itu aku”. Tapi dia hanya diam seperti biasa.