Reunited – 76
Senyum tak luntur keluar dari mulut Haechan yang sekarang sedang melihat Mark dari balik kaca super market yang berada di pinggiran Sungai Han. Mungkin malam ini menjadi salah satu malam manis yang akan Haechan tuliskan di daftar hari manis yang ia punya.
Karena, malam ini dia berhasil keluar dan simulasi kencan dengan Mark. Ya meskipun baru tiga puluh menit mereka menghabiskan waktu berdua saja. Karena sebelumnya ada Jaehyun yang menjadi jembatan cinta Haechan kepada Mark.
“Nih.. MInum, gue bilang juga apa. Lo nggak akan kuat basket bareng kita,” Mark yang baru saja keluar dari super market menyerahkan satu botol besar minuman ion kepada Haechan. Tanpa basa-basi, Haechan langsung mengambil minuman itu dengan senyuman.
Tadi Mark sendiri yang menawarkan untuk membelikan minuman. Sekarang kalian bisa bayangkan bagaimana lebarnya senyum Haechan saat mulai membuka minuman yang ia dapatkan dari Mark.
“Kalau udah minum kita balik yuk langsung. Besok ada jadwal kan.” Mark bangkit dari duduknya, mengajak Haechan untuk segera pulang. Namun ajakan Mark sama sekali tidak disetujui oleh Haechan.
“Nggak mau makan dulu Kak? Kita mumpung lagi di luar loh? Eh atau sepedahan dulu?” Haechan berbicara sambil menyamakan langkah nya dari Mark yang sekarang sudah lurus melangkah menjauhi super market tempat mereka duduk tadi. “Kak? Kak Mark....”
Haechan meraih lengan Mark dan membuat Mark menghentakan lengannya. Setelah itu Haechan tersenyum memperlihatkan deretan giginya di depan Mark, bersiap untuk memohon kembali kepada Mark.
“Lo itu nggak cape apa nempel terus sama gue?” Nada kesal kental sekali terdengar beradu dengan intonasi suaran Mark. Haechan menggeleng menjawab pertanyaan Mark.
“Kenapa harus cape? Gue suka deket-deket lo,” jawab Haechan.
“Tapi gue risih tau. Lo kebanyakan sentuh-sentuh gue!” Satu lagi teriakan penuh tekanan keluar dari mulut Mark, setelah teriakan itu Mark langsung menengokan kepalanya ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada orang yang terganggu dan sadar kalau mereka sedang berselisih.
Haechan mengeratkan pergelangan tangannya. Dalam hatinya terucap sebuah mantra. Mantra yang berucap kalau ini hanya sebagian dari cara Mark mengungkapkan rasa nya.
“T-tapi gue suka deket-deket sama lo! G-gue nggak bisa jauh dari lo, lo itu gemesin Ka!!” Haechan membalas perkataan Mark dengan kepala menengadah, membuat postur tak gentar dan pantang menyerah.
“Tapi gue risih Lee Haechan.”
“Tapi lo nggak bilang lo nggak suka, jadi nggak apa-apa dong? Lama-lama lo juga pasti suka gue ada di deket lo,” Haechan memotong omongan dari Mark.
“Tau di mana lo kalau gue bakalan jadi suka kalo lo di deket gue?” Mark berbicara dengan nada malasnya. Menghadapi Haechan itu harus banyak-banyak menumpuk sabar. Dia tidak boleh ikut alurnya, itu hanya membuat dia kalah.
Senyuman Haechan terukir saat mendapatkan pertanyaan yang tidak biasa dari Mark. Tidak sia-sia rupanya memiliki mulut yang ceplas-ceplos. “Tau dari gue! Liat aja, lama kelamaan lo pasti suka gue deketin, lo pasti terbiasa dengan apa yang gue lakuin di samping lo. Lo tunggu aja sampai hari itu tiba Mark Lee.”
“Terserah..”
Mark mendengus mendengar jawaban dari Haechan, setelah itu dia berbalik dan kembali melanjutkan langkah nya menjauhi Sungai Han yang sudah mulai sepi karena bumi sudah lebih menggelap. Melihat punggung Mark yang berjalan tanpa keraguan menyadarkan Haechan kalau mulai dari detik ini dia akan mulai maraton nya.
Pertandingan maraton yang dia sendiri tidak tau di mana garis finish nya.